Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

HUBUNGAN ANTARA COVID-19 DAN PENINGKATAN KASUS HIV/AIDS DI

KALANGAN REMAJA (UPAYA PENCEGAHAN SEKS BEBAS)

The Relation Between Covid-19 and The Increase of Hiv/Aids Case Among Youth (Free Sex
Prevention Effort)

Muhammad Farhan Gusmar¹, Emy Olivia Silalahi¹, Samuel Tambun1


Program Studi Teknik Sistem Energi, Institut Teknologi Sumatera, Jalan Terusan Ryacudu, WayHui,
Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan 35365
Email : muhammad.122340038@student.itera.ac.id

ABSTRACT

Currently, the world is being hit by a very worrying virus, namely COVID-19. The
Covid-19 outbreak has forced everyone to stay at home. The spread of COVID-19 has prompted
the Indonesian government to take a policy, namely the establishment of PPKM which has an
impact on school closures at various levels of education. School from home is a further alternative
to teaching and learning activities. However, online school policies actually have a negative
impact on teenagers. One of them is that students become lazy and bored because of too long
study time, limited signal and assignments that accumulate and other factors. This, causes
psychological problems such as anxiety, stress or depression. Finally, teenagers are looking for
fun outside the home which leads to promiscuity. One example is having free sex. This can even
lead to new diseases such as HIV. By 2020, more than 1.4 million people worldwide are infected
with HIV and about 680 thousand people have died of AIDS. The purpose of this study was to
identify the causes of the increase in HIV/AIDS cases during the Covid-19 pandemic. This study
uses qualitative methods because it applies research that uses descriptions and explanations of the
problems or topics raised in this study. The conclusion of the study is that COVID-19 can have a
negative impact on adolescents. In other words, promiscuity affects free sex because of boredom
studying and other factors at home.

Keywords: COVID-19, Youth, HIV, Free sex, Disease

ABSTRAK

Saat ini, dunia sedang dilanda oleh virus yg sangat menghawatirkan yaitu COVID-19.
Wabah COVID-19 memaksa semua orang untuk berdiam diri di rumah. Penyebaran COVID-19
mendorong pemerintah indonesia untuk mengambil kebijakan yaitu penetapan PPKM yg
berdampak pada penutupan sekolah di berbagai jenjang pendidikan. Sekolah dari rumah menjadi
alternatif lanjutan dari kegiatan belajar mengajar. Namun, kebijakan sekolah daring justru
berdampak negatif bagi remaja. salah satunya siswa menjadi malas dan bosan karena waktu belajar
yg terlalu lama, keterbatasan sinyal dan tugas yang menumpuk dan faktor lainnya. Hal ini,
menyebabkan masalah psikologis seperti kecemasan, stress ataupun depresi. Akhirnya remaja jadi
mencari kesenangannya di luar rumah yg mengarah pada pergaulan bebas. Salah satu contohnya
yaitu melakukan seks bebas. Hal ini bahkan dapat menimbulkan penyakit yg baru seperti HIV.
Pada tahun 2020, lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia terinfeksi HIV dan sekitar 680 ribu
orang telah meninggal karena AIDS. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi penyebab
peningkatan kasus HIV/AIDS selama pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif melalui studi pustaka karena menerapkan penelitian yang mengambil data di pustaka,
membaca, penggambaran & penjelasan mengenai masalah atau topik yg diangkat dalam penelitian
ini. Kesimpulan dari penelitian yaitu COVID-19 dapat berdampak negatif pada remaja. Dengan
kata lain, pergaulan bebas mempengaruhi seks bebas karena kebosanan belajar dan faktor lain di
rumah.

Keywords : COVID-19, Remaja, HIV, Seks bebas, Penyakit

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada saat ini dunia sedang dilanda pandemic yang cukup


mengkhawatirkan, yaitu COVID-19. Hampir semua negara yang ada di dunia ini
mengalami pandemi. COVID-19 merupakan jenis virus baru yang pertama kali
ditemukan di provinsi Wuhan, China pada tahun 2019 dan belum pernah
diidentifikasi menyerang manusia sebelumnya (World Health Organization,
2019). Pada tanggal 2 Maret 2020, COVID-19 dilaporakan pertama kali masuk ke
Indonesia. Pada saat itu indonesia mengalami lonjakan kasus yg sangat besar dan
angka kematian akibat Corona terus meningkat. Dengan adanya pandemi COVID-
19 ini pemerintah memberikan kebijakan untuk membatasi aktivitas di luar rumah
dan untuk tetap berada dirumah sampai meredanya pandemi ini. Dengan
menetapkan kebijakan pemerintah yaitu PPKM (Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat) untuk menekan bertambahnya korban jiwa. Kebijakan baru
juga terjadi pada dunia pendidikan merubah pembelajaran yang seharusnya
dilakukan secara tatap muka beralih menjadi pembelajaran secara daring atau
online.

Meskipun langkah pemerintah untuk melaksanakan sekolah dari rumah


merupakan tindakan yang tepat guna mencegah penyebaran virus COVID-19 di
tetapi terganggunya rutinitas sehari-hari anak seperti terbatasnya kegiatan di luar
ruangan dan terhambatnya interaksi dengan teman seusianya selama wabah
meningkatkan risiko distress psikologis pada remaja. Dampak negatif ini muncul
karena remaja harus menghabiskan sebagian besar waktunya dengan beraktivitas
secara online dan memiliki sedikit waktu untuk berkegiatan di luar ruangan seperti
olahraga, kegiatan ekstrakurikuler, atau berkumpul dengan teman sebaya. Selain
itu, selama belajar dari rumah, ditemukan banyak stressor yang berkontribusi
meningkatkan distress psikologis anak dan remaja, diantaranya adalah lamanya
durasi karantina mandiri, ketakutan akan terkena infeksi, rasa frustrasi dan bosan,
informasi yang tidak akurat, kurangnya kontak langsung dengan teman dan guru,
kurangnya privasi di rumah, masalah keluarga, dan peningkatan waktu akses ke
media sosial/internet.

Akibat hal itu akhirnya remaja mencari kesenangannya di luar rumah atau
mencari kesenangan dengan caranya sendiri atau memiliki tingkah laku yang tidak
baik dan merugikan dirinya sendiri. Contohnya seperti memakai narkoba, minum
minuman alkohol, hingga seks bebas. Hampir seluruh remaja tidak menyadari
dampak yang ditimbulkan dari perilaku yang mereka lakukan saat ini. Dampak
yang ditimbulkan dari seks bebas yang dilakukan remaja adalah putus sekolah,
hamil di luar nikah, pernikahan dini, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi,
bahkan dapat menimbulakan penyakit yg lain seperti HIV.

Hasil penelitian yang dilakukan di NTB bahwa remaja secara terbuka


mengatakan sudah pernah melakukan hubungan seksual dan sudah menunjukkan
pengalaman berhubungan seks pertama kali dimulai sejak usia 16- 18 tahun
sebanyak 44%, sementara 16% melakukan hubungan seks pada usia 13-15 tahun.
Selain itu, rumah menjadi tempat paling favorit (40%) untuk melakukan
hubungan seks. Sisanya, mereka memilih hubungan seks di kos (26%) dan hotel
(26%). (Vivanews.com dalam Imaddudin, 2012) Hasil survei di Kota Bima pada
tahun 2009- 2012 terdapat 68 kasus pelecehan seksual dan perilaku seks bebas, di
antaranya anakanak < 10 tahun sebanyak 18 kasus, remaja yang usianya 10-24
tahun sebanyak 45 kasus dan di atas 24 tahun sebanyak 5 kasus.

Hasil survei BKKBN pada tahun 2010 sekitar 51 % remaja di wilayah


Jabodetabek sudah tidak perawan. Sebanyak 4% responden yang mengaku
melakukan hubungan seksual sejak usia 16-18 tahun, 16 % melakukan pada usia
13-15 tahun. Kejadian seks pranikah di Surabaya mencapai 47%, di Bandung dan
Medan 52%. Perilaku seks bebas dikalangan remaja berdampak pada kasus infeksi
penularan HIV/AIDS yang cenderung berkembang di Indonesia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yg dimaksud dengan virus HIV/AIDS?
2. Bagaimana cara penularan virus HIV/AIDS?
3. Apa saja faktor-faktor yg menyebabkan meningkatnya kasus
HIV/AIDS di kalangan remaja?
4. Bagaimana pandemi COVID-19 menjadi salah satu penyebab
meningkatnya kasus HIV pada remaja?
5. Bagaimana upaya atau tindakan yg dilakukan pemerintah guna
mengurangi kasus HIV di kalangan remaja?

1.3 TUJUAN MASALAH


1. Mengetahui apa itu virus HIV/AIDS?
2. Mengetahui bagaimana cara penularan virus HIV?
3. Mengetahui faktor-faktor apa saja yg menyebabkan meningkatnya
kasus HIV/AIDS di kalangan remaja
4. Mengetahui penyebab meningkatnya kasus HIV di kalangan remaja
pada saat masa pandemi
5. Mengetahui upaya atau tindakan yg dilakukan remaja guna
mengurangi kasus HIV

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Sebagai tambahan bahan bacaan bagi mahasiswa dan untuk lebih
meningkatkan lagi pengetahuan tentang bahaya HIV/AIDS, baik
pengertian, penyebab, cara pencegahannya dalam rangka meningkatkan
taraf kesehatan remaja yang lebih baik.
BAB II

TEORI DAN METODE

2.1 TEORI

2.1.1 HIV/AIDS
HIV (Human Immunodefeciency Virus) yaitu suatu virus yang menyerang
dan merusak sistem kekebalan tubuh (imunitas) manusia sehingga tubuh
menjadi lemah melawan infeksi dan penyakit. Virus ini menjangkiti sel-sel
system kekebalan tubuh manusia terutama CD4+ dan macrophages
komponen-komponen utama system kekebalan sel dan menghancurkan
fungsinya. Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom) yaitu
kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan
tubuh akibat infeksi oleh Human Immunodeficiency Virus. Penyakit ini
ditandai dengan gejala menurunnya system kekebalan tubuh. Penderita AIDS
mudah diserang infeksi oportunistik (infeksi yang disebabkan oleh kuman
yang pada keadaan system kekebalan tubuh normal tidak terjadi), (August
et.al, 2009).
HIV/AIDS merupakan suatu fenomena besar yang melanda dunia. Sebagai
sebuah fenomena, HIV/AIDS belum banyak dikenal oleh setiap lapisan
masyarakat terutama para remja. Dianawati Ajeng (2003;95) menjelaskan
tentang akibat dari AIDS dikatakan bahwa :
“AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan suatu gejala atau
simdroma yang dapat menyebabkan system kekebalan tubuh seseorang
menjadi lemah sehingga berbagai jenis penyakit mudah datang menyerang dan
AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).”

2.1.2 Remaja
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Menurut Menteri Kesehatan nomor 25
tahun 2014 remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) remaja adalah dalam
rentang usia 10-24 tahun dan belum menikah (Infodatin, 2016). Menurut UU No. 4
Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, remaja adalah kelompok yang beresiko
terhadap masalah yang membutuhkan perhatian dan pelayanan khusus. Menurut
Zakiah Darajat (1990) remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan
dewasa. Dalam masa ini anak akan mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.

2.1 METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini menggunakan jenis atau pendekatan penelitian metode


kualitatif melalui Studi Kepustakaan (Library Research). Menurut Mestika
Zed (2003), Studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. karya tulis
ini merupakan sebuah studi pustaka tentang “HUBUNGAN ANTARA
COVID-19 DAN PENINGKATAN KASUS HIV/AIDS” dalam rangka
melakukan pencegahan terhadap kasus HIV/AIDS pada remaja.

Studi kepustakaan juga dapat mempelajari berbeagai buku referensi serta


hasil penelitian sebelumnya yang sejenis yang berguna untuk mendapatkan
landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti (Sarwono, 2006).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Virus HIV/AIDS

HIV (Human Immunodefeciency Virus) yaitu suatu virus yang menyerang


dan merusak sistem kekebalan tubuh (imunitas) manusia sehingga tubuh
menjadi lemah melawan infeksi dan penyakit. Virus ini menjangkiti sel-sel
system kekebalan tubuh manusia terutama CD4+ dan macrophages
komponen-komponen utama system kekebalan sel dan menghancurkan
fungsinya. Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom) yaitu
kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan
tubuh akibat infeksi oleh Human Immunodeficiency Virus. Penyakit ini
ditandai dengan gejala menurunnya system kekebalan tubuh. Penderita AIDS
mudah diserang infeksi oportunistik (infeksi yang disebabkan oleh kuman
yang pada keadaan system kekebalan tubuh normal tidak terjadi), (August
et.al, 2009).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan
infeksi dan penyakit. 

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana


HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami
AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang
ditimbulkan

3.2 Cara Penularan HIV/AIDS


1. Penularan HIV/AIDS dari aktivitas seksual sesama jenis
Ada banyak alasan yang menyebabkan tingginya risiko terjadinya
kasus HIV/AID pada kaum Lesbian Gay Bisexual Transgender (LGBT).
Alasan tersebut ada berbagai macam dan kompleks, mulai dari faktor
sosial, gaya hidup dan biologis. Itulah kenapa pencegahan penularan
HIV/AIDS sangat sukar untuk dilakukan.
2. Penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak
Cara penularan ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa penyebab,
yaitu saat si anak sedang dalam kandungan, saat si ibu sedang melahirkan,
dan melalui ASI (Air Susu Ibu). Ketiga hal tersebut biasanya terjadi
setelah si ibu hamil dan baru didiagnosis positif HIV/AIDS.
3. Penularan HIV/AIDS dari penggunaan alat medis
Setiap alat medis yang berkontak langsung dengan cairan tubuh pasien
positif HIV/AIDS memiliki risiko tinggi untuk menularkan penyakit
tersebut apabila tidak melalui proses sterilisasi yang sesuai dengan
prosedur, sehingga risiko penuluran dapat berkurang. Namun bukan tidak
mungkin risiko ini luput dari kelalaian manusia.

3.3 Faktor-Faktor Penyebab Meningkatnya Kasus HIV/AIDS

Pengetahuan tentang penularan HIV dan AIDS meliputi 10 pertanyaan


pada Riskesdas 2010. Dari hasil skor 0-100, presentasi remaja yang berada
di bawah median (skor=70) yang dikategorikan kurang sebesar 62,1
persen. Persentase remaja yang menjawab dengan benar penularan HIV
dan AIDS serta menolak pemahaman yang salah mengenai penularan HIV
dan AIDS hanya sebesar 1,4 persen.

Peningkatan kasus HIV/AIDS yang terjadi di Indonesia khususnya di


kalangan remaja di sebabkan beberapa faktor yaitu:

1. Terbatasnya akses maupun informasi seputar edukasi seksual,


terutama kesehatan organ reproduksi

2. Minimnya bimbingan dan dukungan orang tua.


3. Keterbatasan edukasi tentang berbagai penyakit menular seksual,
termasuk HIV dan AIDS.
4. Memiliki trauma masa lalu, termasuk pernah mengalami pelecehan
seksual. 
3.4 Penyebab Peningkatan Kasus HIV dan AIDS Selama Pandemi Covid-
19

Pandemi covid-19 yang terjadi di Indonesia membuat peningkatan kasus


HIV dan AIDS meningkat. Penanggulangan penyakit HIV-AIDS cenderung
kurang mendapatkan perhatian di tengah meluasnya pandemi COVID-19.
Padahal, AIDS tetap merupakan permasalahan serius yang harus ditangani.
Meski saat ini tampaknya sudah terkendali, namun bila lengah tidak mustahil
dapat terjadi lonjakan hingga merebak lagi menjadi pandemi AIDS seperti di
era 1980-an.

Menghadapi AIDS di tengah merebaknya pandemi COVID-19 menjadi


beban ganda bagi tenaga medis maupun pasien. Secara global, infeksi HIV
yang merupakan penyebab AIDS telah menunjukkan penurunan sebanyak
23% sejak tahun 2010. Namun, pandemi COVID-19 menghambat upaya
mengatasi AIDS yang selama ini dijalankan.

Meski berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi dampak COVID-


19, tetapi pengaruhnya terhadap penanggulangan AIDS tetap tidak bisa
dihindari. Pengaruh besar terjadi terutama di negara-negara miskin, seperti
Afrika Sub Sahara. UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa COVID-19
telah menyebabkan penyediaan alat kesehatan dan obat di Afrika Sub Sahara
terganggu, sehingga diduga akan terjadi peningkatan kematian akibat AIDS
sekitar 500.000 kasus pada akhir tahun 2021. Selain itu, terhambatnya
pasokan obat antiretroviral untuk pasien HIV juga dapat menimbulkan
permasalahan resistensi obat.

Sementara itu, COVID-19 dapat berdampak langsung terhadap pasien


HIV-AIDS. Penelitian di Afrika Sub Sahara menunjukkan bahwa pasien HIV
lebih rentan terinfeksi COVID-19. Sedangkan, survei di Afrika Selatan pada
bulan Maret–Juni 2020 menunjukkan bahwa risiko kematian pasien COVID-
19 yang menderita HIV lebih besar daripada pasien COVID-19 yang tidak
menderita HIV. Hal ini berkaitan dengan rendahnya sistem imun pasien HIV

3.5 Tindakan yang Dilakukan untuk Mengurangi Kasus HIV dan AIDS
di Indonesia
Penyebaran HIV / AIDS yang terjadi dalam masyarakat bukan semata-
mata hanya masalah kesehatan saja, akan tetapi mempunyai implikasi politik,
ekonomi, sosial, etis, agama dan hukum, bahkan dampaknya secara nyata
cepat atau lambat dapat menyentuh semua aspek kehidupan bangsa dan
negara. Penanggulangan kasus HIV dan AIDS dapat dilakukan dengan
melakukan hal sebagai berikut:.

1. Untuk mencegah penyebaran virus HIV adalah dengan


melakukanhubungan seks secara aman, yaitu hubungan seks setelah
menikah dan tidak pernah berbagi jarum suntik atau peralatan
menyuntik atau apapun yang dapat menyebabkan berpindahnya virus
HIV. Orang yang sering melakukan hubungan seks dengan bergonta
ganti pasangan memiliki resiko terinfeksi terkena HIV.
2. Lakukan Seks Aman. Upaya untuk melakukan seks aman hanya bisa
dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah. Namun jika Anda
memiliki beberapa pemikiran yang lain mengenai budaya ini misalnya
seks bebas, maka tetap harus memakai kondom atau pengaman saat
berhubungan seksual.
3. Virus HIV juga bisa disebabkan oleh hal-hal seperti kontak Fisik tidak
Menyebabkan AIDS. Ciuman dan belaian tangan tidak akan
menyebabkan penularan AIDS atau virus HIV. Akan tetapi bisa
melakukan langkah ini sesuai dengan adat dan budaya yang Anda
pahami atau anut.
4. Cara mencegah Virus HIV salah satunya adalah dengan melindungi
proses pertukaran cairan, dalam hal ini adalah transfusi darah. Darah
merupakan salah satu jenis penyebab infeksi HIV dan AIDS yang
sangat tinggi. Jika Anda terpaksa harus melakukan transfusi darah
karena kondisi kesehatan maka pastikan bahwa darah yang Anda pakai
sehat dan telah mendapatkan uji HIV AIDS.
5. Bagi ramaja yang masih dalam kondisi labil, sebaiknya menghindar
dari pergaulan yang bebas. Pergaulan bebas yang terjadi pada remaja
dan anak-anak bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Namun bagian
yang lebih penting dari akibat pergaulan bebas seperti seks bebas dan
pemakaian narkoba telah meningkatkan jumlah penderita AIDS. Untuk
melindungi diri maka sebaiknya jika Anda tidak masuk ke dalam
pergaulan bebas dan memakai waktu luang untuk kegiatan yang
bermanfaat.
Ambilny dari

1. Jhon W. Santroct.2011. Life Span Development : perkembangan


masa hidup jilid 1.Jakarta : Erlangga. Hal 404
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Situasi HIV/AIDS
di Indonesia.

Retrieved ( Sumber berita : https://dokteraids.com/cara-penularan-aids)

You might also like