Tipologi Penyediaan Infrastruktur Perumahan Di Kaw

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Volume 18 Issue 1 April 2020, pages: 151-165

Tipologi Penyediaan Infrastruktur Perumahan di Kawasan Peri-


urban Utara-Selatan Metropolitan Bandung Raya

The Typology of Housing Infrastructure Provision in The Northern


- Southern Peri-Urban of Bandung Metropolitan Area
Anita Vitriana
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat
Email: avitriana@yahoo.com

DOI: https://doi.org/10.20961/arst.v18i1.35021
Received: October 17, 2019 Revised : January 13,2020 Accepted: January 24,2020 Available online:April 30, 2020

Abstract
Bandung Municipality has been experiencing in expanding its region to become greater area as
Bandung Metropolitan Area (BMA). With a very wide scope of territory, cross border-
administrative, and the number of developers involved, it has led to different character of
infrastructure provision, particularly between the residential in the northern and southern part of
the peri-urban BMA. This study aims to identify the issues of infrastructure provision in both areas
through a micro-empirical study. The character identification is in terms of availability and
accessibility according to the SNI 03-1733-2004 on Procedures for Housing Environmental
Planning in Urban. The typology of peri-urban areas is represented by two villages in the northern
and southern of BMA. Data source is obtained by the primary and secondary method. The analysis
uses the simple qualitative method and the content analysis approach. The results show that the
northern housing typology is superior in terms of providing clean water infrastructure and the
standard electricity capacity, but it has lack provision of commercial and trade facilities. While the
southern housing typology is on the contrary. It excels in the provision of commercial and trade
facilities, but it has inadequate provision of clean water and the electricity capacity.

Keywords: residential, infrastructure provision, peri-urban BMA, northern-southern typology

1. PENDAHULUAN Akibatnya, pembangunan perumahan di kota-


kota besar sering kali melebar ke wilayah
Pertambahan penduduk serta pertambahan
pinggiran/perbatasan kota (Winarso, Hudalah,
kebutuhan hunian adalah dampak yang akan
& Firman, 2015).
selalu mengikuti perkembangan kota (UN
Habitat, 2015). Namun demikian sebagai Suburnya pertumbuhan permukiman perkotaan
komponen alam yang sifatnya terbatas, lahan di wilayah peri-urban merupakan kompleksitas
perkotaan pada titik tertentu tidak akan respon atas permintaan pasar perumahan
sanggup lagi menampung beban kebutuhan masyarakat kota (Hudalah, Winarso, &
perumahan. Hal ini telah menimbulkan Woltjer, 2014). Hal ini tidak terlepas dari
permintaan yang tinggi terhadap perumahan paradigma penggunaan wilayah peri-urban
dan prasarana pendukungnya (Fahmi, yang dianggap paling menyenangkan untuk
Hudalah, Rahayu, & Woltjer, 2014). digunakan sebagai tempat tinggal karena
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (1) April 2020: 151-165

dianggap bebas dari kemacetan, polusi udara kawasan tentunya akan diikuti dengan
dan kepadatan sebagaimana yang terjadi pada kebutuhan terhadap infrastruktur permukiman
wilayah kota (Rustiati, 2005). Kesempatan ini (Mittal & Kashyap, 2015). Keterlibatan sektor
direspon oleh pengembang swasta yang swasta dalam pengembangan kawasan peri-
berlomba untuk menyediakan perumahan peri- urban dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda.
urban dengan menciptakan lingkungan hunian Dari sudut pandang positif, keterlibatan
yang memiliki infrastruktur dan lingkungan mereka dapat dikatakan sebagai agen yang
yang jauh lebih baik dari pada permukiman membantu pemerintah dalam percepatan
dalam kota (Firman, 2009). penyediaan perumahan dan pembangunan
infrastruktur permukiman di kawasan peri-
Bandung Raya sebagai kota metropolitan
urban sebagaimana yang disampaikan oleh
ketiga terbesar di Indonesia, telah mengalami
Siahaan, Nasution, dan Purwoko (2014) yang
perkembangan aktifitas perkotaan yang
dalam penelitiannya tentang pengembangan
melibatkan wilayah sekitarnya hingga
perumahan formal di Kecamatan Siantar
membentuk kawasan perkotaan yang lebih luas
Marimbun Provinsi Sumatera Utara
dengan nama Kawasan Metropolitan Bandung
membuktikan bahwa keterlibatan pengembang
Raya. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi
perumahan memiliki korelasi positif terhadap
Jawa Barat no. 12 Tahun 2014 tentang
pengembangan infrastruktur kawasan.
Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan
Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Jawa Di sisi lain, tingginya peran sektor swasta
Barat, Metropolitan Bandung Raya terdiri dari dalam mengembangkan perumahan dan
seluruh Wilayah Kota Bandung dan Kota pembangunan infrastruktur permukiman peri-
Cimahi, dan sebagian wilayah Kabupaten urban, seringkali dianggap sebagai penyebab
Bandung, Kabupaten Bandung Barat (KBB). munculnya fenomena ketidakteraturan dan
Pesatnya pertumbuhan peri-urban fragmentasi spasial yang banyak timbul di
Metropolitan Bandung Raya ditandai dengan kawasan peri-urban negara-negara
tingginya angka pertumbuhan penduduk berkembang di Asia Tenggara (Divigalpitiya
Kabupaten/Kota yang berada disekeliling Kota & Handayani, 2010). Fragmentasi tersebut
Bandung. Sebagaimana dijelaskan pada biasanya terjadi antara satu kawasan
Laporan Kajian Teknis Penyusunan perumahan formal dengan kawasan perumahan
Masterplan Penyediaan Perumahan Rakyat di formal lainnya, ataupun antara satu kawasan
Metropolitan Bandung Raya Tahun 2015 perumahan dengan permukiman eksisting di
(Direktorat Perencanaan Penyediaan sekitarnya (Hudalah, Winarso, & Woltjer,
Perumahan, 2015), pertumbuhan penduduk 2007). Dalam hal ini, perumahan formal
rata-rata di Metropolitan Bandung Raya adalah biasanya dibangun oleh pengembang swasta
sebesar 1.56% sementara rata-rata yang mampu membangun jaringan
pertumbuhan penduduk Kota Bandung hanya infrastruktur sendiri, tanpa perlu bergantung
sebesar 1.21% atau paling rendah jika pada kondisi infrastruktur eksisting (Maryati,
dibandingkan dengan wilayah disekelilingnya. Nisaa, & Humaira, 2015).
Tingginya pertumbuhan penduduk di Kawasan Pada kondisi pengembangan perumahan di
pinggiran peri-urban Metropolitan Bandung kawasan peri-urban yang didominasi sektor
Raya diikuti dengan peningkatan pemanfaatan swasta, tingginya pembangunan perumahan
wilayah pinggiran Kota Bandung untuk sering tidak selaras dengan pemerataan
kebutuhan aktivitas perkotaan. Tren ketersediaan infrastruktur kawasan (Okoro,
penyediaan perumahan yang mendukung Musonda, & Agumba, 2016). Dalam hal ini,
pengembangan aktivitas urban Kota Bandung sektor swasta berfokus pada penyediaan
terus melebar hingga mencakup ke beberapa fasilitas kawasannya dan kurang
wilayah di kabupaten/kota di sekitarnya memperhatikan dampak eksternalitas pada
(Direktorat Perencanaan Penyediaan lingkungan sekitarnya (Guo, Xiao, & Yuan,
Perumahan, 2015). Tingginya peran sektor 2016). Eksternalitas yang timbul akibat
swasta dalam pembangunan kawasan peri- ketidakteraturan dan ketidakmerataan
urban sering menjadi polemik diantara banyak ketersedian infrastruktur dalam skala makro
pihak. Dalam hal ini, setiap pembangunan sering berdampak pada munculnya

152
Anita Vitriana, Tipologi Penyediaan Infrastruktur Perumahan…….

permasalahan lingkungan dan sosial (Zhao, 2. METODE


2013; Zhang, Zhou, & Mao, 2019).
Pada penelitan ini, identifikasi karakter
Pada kawasan perdesaan yang termasuk dalam infrastruktur dilakukan melalui studi empirik
cakupan delineasi pengembangan Metropolitan dengan metoda studi kasus. Penelitian ini
Bandung Raya, saat ini telah banyak berdiri dilakukan pada dua lokasi studi kasus
kompleks perumahan yang dibangun oleh permukiman yang terletak di wilayah inner
pengembang. Isu ketidakmerataan fringe (Tian, Ge, & Li, 2016) Metropolitan
ketersediaan infrastruktur permukiman di Bandung Raya, yang masing-masingnya
kawasan Metropolitan Bandung Raya mewakili kawasan peri-urban Kabupaten
diataranya timbul sebagai akibat dari luasnya Bandung dan KBB. Kemudian, pada kedua
cakupan wilayah yang meliputi 5 kawasan tersebut dipilih tiga kompleks
kota/kabupaten yang berbeda, dengan perumahan yang masing-masingnya dianggap
karakteristik fisik, geografis, sosial-ekonomi, mewakili ketiga tipologi pengembang
administrasi pemerintahan lokal yang berbeda perumahan.
yang sangat berpengaruh pada karakteritik
Penelitian ini menggunakan tiga metode
penyediaan perumahan dan infrastruktur
pendekatan. Pendekatan pertama adalah
permukimannya. Salah satu hal yang paling
metode penentuan objek studi kasus,
menonjol ditunjukkan oleh perbedaan karakter
pendekatan kedua adalah metode
permukiman utara-selatan dimana perumahan
pengumpulan data dan pendekatan ketiga
yang berada pada wilayah utara Bandung
adalah metode analisis. Kategorisasi
cenderung memiliki satuan unit lahan yang
pengembangan perumahan pada penelitian ini
luas karena persyaratan Koefisien Dasar
merujuk pada Tipologi Pengembang yang
Bangunan (KDB) yang cukup ketat. Terlepas
diadaptasi dari studi Winarso (2000) tentang
dari perbedaan geografis tersebut, ketersediaan
pengklasifikasikan pengembang perumahan
jaringan infrastruktur yang layak dan memadai
formal di Wilayah Jabotabek. Sementara itu,
merupakan syarat mutlak dalam
identiikasi ketersediaan infrastruktur
penyelenggaraan perumahan.
perumahan dan permukiman mengacu pada
Dengan banyaknya isu makro tentang SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara
kesenjangan infrastruktur permukiman di Perencanaan Lingkungan Perumahan di
kawasan pinggiran kota, khususnya di Perkotaan (Badan Standardisasi Nasional,
kawasaan peri-urban Metropolitan Bandung 2004). Secara umum, alur pelaksanaan
Raya, perlu diketahui bagaimana praktek penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
penyediaan infrastruktur secara mikro berikut
aspek-aspek krusial yang perlu ditangani Metode Penentuan Objek Studi Kasus:
1. Klasifikasi tipologi perumahan:
segera oleh pemerintah. Kajian mikro ini pun Adaptasi Winarso (2000)
dapat mengurai aspek ketidakteraturan 2. Seleksi lokasi studi kasus
infrastruktur makro yang sekarang terjadi.
Hasil identifikasi dan evaluasi sistem
penyediaan dan pemanfaatan infrastruktur Metode Pengumpulan Data
permukiman peri-urban secara mikro 1. Pengumpulan data sekunder (survey
diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan instansional)
masukan dalam pembenahan pengaturan 2. Pengumpulan data primer (survey
lapangan)
sistem penyediaan infrastruktur kawasan
a. Observasi (Ketersediaan)
perkotaan yang sedang berkembang, b. Wawancara (aksesibilititas)
khususnya di kawasan peri-urban Metropolitan
Bandung Raya (Vitriana 2017).
Metode Analisis (Pendekatan Kualitatif)
1. Analisis kualitatif sederhana / coding –
pengelompokkan (data observasi)
2. Analisis isi (data wawancara)

Gambar 1. Metodologi Penelitian

153
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (1) April 2020: 151-165

2.1 Metode Penentuan Objek Studi Kasus Perumahan Cherry Field (Tipologi
Pengembangan Perumahan Skala Besar).
Tulisan ini menggunakan metode studi kasus
untuk memperoleh informasi yang terperinci
dan mendalam dari suatu fenomena. Merujuk 2.2 Metode Pengumpulan Data
kepada fenomena pengembangan perumahan
Penelitian ini menggunakan teknik
yang terjadi di sebagaian besar wilayah peri-
pengumpulan data primer dan sekunder.
urban Kota Bandung, penelitian ini mengacu
Pengumpulan data primer dilakukan melalui
pada terminologi pengembang tipe footholders
teknik observasi dan wawancara. Teknik
dengan berfokus pada aspek luas area
observasi digunakan untuk memperoleh
perumahan yang dikembangkan. Dengan
identifikasi karakteristik kuantitas infrastruktur
demikian, pembagian tipologi pengembangan
perumahan, sementara teknik wawancara
perumahan terdiri atas tipologi kecil dengan
digunakan untuk memperoleh data kualitatif
luas perumahan kurang dari 5Ha, tipologi
berupa informasi aksesibilitas penggunaan
menengah dengan luas perumahan antara 5-15
infrastruktur perumahan oleh masyarakat
Ha dan tipologi besar untuk perumahan
sekitar yang ada diluar lingkungan perumahan.
dengan luas > 15 Ha. Sampel lokasi pada
Wawancara dilakukan pada 12 orang
penelitian ini adalah Desa Ciwaruga (KBB)
narasumber yang tersebar pada 6 lokus
sebagai representasi kawasan peri-urban utara
penelitian. Dua orang narasumber di setiap
dan Desa Cipagalo (Kabupaten Bandung)
lokus penelitian tersebut terdiri dari satu orang
sebagai representasi objek kawasan peri-urban
narasumber pengelola perumahan (estate
selatan. Adapun penentuan lokasi studi kasus
management/security) serta 1 orang
tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan:
narasumber perwakilan warga setempat
1) pada keduanya terdapat ketiga tipologi (RT/tokoh masyarakat) yang tinggal di
pengembang perumahan formal peri-urban, lingkungan luar masing-masing lokus
2) memiliki karakteristik perpaduan perumahan yang diteliti. Pengumpulan
penggunaan lahan urban-rural yang informasi dari pihak internal dan eksternal
menjadi salah satu ciri fisik dari kawasan perumahan dilakukan sebagai salah satu
peri-urban, metode triangulasi data. Pengumpulan data
3) merupakan desa yang terletak pada wilayah sekunder dilakukan pada dinas yang
administratif yang berbeda yang berbatasan membidangi masalah perumahan di Kab.
langsung dengan Kota Bandung Bandung dan KBB.
4) secara geografis terletak pada wilayah yang
Sebagai sumber acuan kelengkapan
kontras satu sama lain (batas utara – batas
persyaratan dan komponen infrastruktur yang
selatan Kota Bandung).
dibutuhkan pada lingkungan perumahan,
Dari masing-masing desa tersebut lalu peneliti melakukan kajian terhadap beberapa
dilakukan penentuan 3 kompleks perumahan sumber peraturan formal nasional, diantaranya
yang mewakili ketiga tipologi perumahan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
formal. Adapun representasi lokasi studi Kawasan Permukiman, PP No. 14 Tahun 2016
terpilih pada Desa Ciwaruga meliputi (a) tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Perumahan Griya Amanda 3 (Tipologi Kawasan Permukiman, Permendagri No. 9
Pengembangan Perumahan Skala Kecil), (b) Tahun 2009 tentang Pedoman penyerahan
Perumahan Gerlong Permai (Tipologi Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan dan
Pengembangan Perumahan Skala Menengah), Permukiman di Daerah, Permenpera No.
dan (c) Perumahan Parahyangan Rumah Villa 22/Permen/M/2008 tentang SPM Bidang
(Tipologi Pengembangan Perumahan Skala Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan
Besar), sementara perwakilan lokasi studi pada Daerah Kabupaten / Kota, Permenpera
Desa Cipagalo meliputi (d) Perumahan Surya 34/Permen/M/2006 tentang Pedoman Umum
Asri Residence (Tipologi Pengembangan Penyelenggaraan Keterpaduan PSU Kawasan
Perumahan Skala Kecil), (e) Perumahan Perumahan dan SNI 03-1733-2004 tentang
Pesona Ciganitri (Tipologi Pengembangan Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan Skala Menengah), dan (f) Perumahan di Perkotaan. Penelitian ini

154
Anita Vitriana, Tipologi Penyediaan Infrastruktur Perumahan…….

menggunakan skema pengecekan ketersediaan 4) Melakukan matriks coding untuk


infrastruktur perumahan dengan mengacu pada mengetahui segmen teks yang beririsan dari
SNI 03-1733-2004 yang secara rinci berbagai kode
menjelaskan standar-standar dan persyaratan
lengkap infrastrukur yang harus dipenuhi
dalam suatu lingkungan perumahan.
Pengumpulan data aksesibilitas mengacu pada
aspek kemudahan dan kenyamanan untuk
menjangkau dan menggunakan infrastruktur
perumahan. Pada kajian ini, aksesibilitas
infrastruktur akan ditinjau bukan dari sisi
internal penghuni perumahan, namun dari
persepsi masyarakat yang berada diluar
lingkungan perumahan formal tersebut.
Dalam hal ini, meskipun pengembang
melakukan pembangunan infrastruktur
perumahan sebagai kelengkapan fasilitas bagi
penghuni, namun pada dasarnya infrastruktur
adalah barang publik yang memiliki fungsi
pelayanan luas (Sheng, 2014). Sebagaimana
yang dijelaskan oleh Power & Mee (2019)
bahwa memahami infrastruktur dapat
dilakukan sebagai sistem sosioteknik, dimana
analisis infrastruktur dapat dilakukan dengan
memperhatikan bagaimana infrastruktur
memola kehidupan sosial dan mengidentifikasi
nilai-nilai yang secara selektif dikodekan ke
dalam infrastruktur. Untuk itu, pengertian
aksesibilitas infrastruktur perumahan yang
berkontribusi positif adalah yang memberi
KOTA BANDUNG
kemudahan akses penggunaan bagi lingkungan
/ masyarakat sekitar yang dicerminkan dengan
ketiadaan hambatan fisik serta perletakan
spasial yang strategis.
2.3 Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan pendekatan
analisis kualitatif campuran, yang meliputi KOTA
metode analisis kualitatif sederhana dalam hal BANDUNG
pengeolahan data hasil observasi lapangan d
serta metode analisis isi untuk mengolah data
hasil wawancara dengan informan lapangan. e
Analisis kualitatif sederhana dilakukan dengan
f
metoda coding-pengelompokkan-kesimpulan,
sementara analisis isi dilakukan dalam
beberapa tahapan, yang meliputi:
1) Mengorganisasi dan menyiapkan data
2) Membaca keseluruhan data yang
terkonversi ke dalam bentuk teks untuk
dapat memahami makna dan informasi Gambar 2. Lokus Penelitian
3) Mengkonversi teks ke dalam bentuk
pengkodean

155
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (1) April 2020: 151-165

5) Melakukan pengelompokkan segmen- ketersediaan infrastruktur perumahan. Pada


segmen yang sama untuk memperoleh tema model analisis ketersediaan infrastruktur
besar kelompok berdasarkan aspek perumahan, dilakukan pengelompokkan
ketersediaan dan aksesibilitas infrastruktur kategori dengan tema yang lebih luas, yang
perumahan peri-urban Metropolitan meliputi 1) kelompok infrastruktur yang
Bandung Raya tipologi utara versus selatan. tersedia dan 2) kelompok infrastruktur yang
tidak tersedia. Pada kelompok infrastruktur
tersedia, dibagi lagi menjadi sub kelompok
3. HASIL DAN PEMBAHASAN tersedia dan memenuhi standar, sub kelompok
Pada tahap ini, penulis melakukan pengolahan tersedia tetapi tidak memenuhi standar dan
data melalui teknik klasifikasi dan kelompok tersedia antara memenuhi standar
pengelompokkan data infrastruktur perumahan dan tidak. Pada kelompok tidak tersedia,
berdasarkan kategori utara dan selatan pada dibagi dalam sub kelompok tidak tersedia
lokasi studi kasus yang telah ditentukan. Pada padahal seharusnya ada, sub kelompok tidak
masing-masing kategori, telah terhimpun data tersedia dan belum wajib, serta sub kelompok
tiga perumahan yang mewakili tipologi kecil, tidak tersedia antara seharusnya ada dan belum
menengah dan besar. Adapun peta sebaran wajib ada. Sub kelompok terakhir adalah
lokus penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. kelompok antara tersedia dan tidak. Model
Analisis data infrastruktur perumahan analisa pemetaan karakteristik ketersediaan
dilakukan berdasarkan aspek ketersediaan infrastruktrur perumahan dapat dilihat pada
(kuantitas) dan aksesibilitas yang selanjutnya Lampiran 2. Secara umum, model tersebut
dipetakan dalam suatu model analisis menggambarkan pemetaan aspek-aspek
identifikasi karakteristik infrastruktur ketersediaan (kuantitas) infrastruktur yang
perumahan dan permukiman di suatu kawasan. semakin baik ke arah kanan.
Berdasarkan pemodelan tersebut, diperoleh
3.1 Analisis Aspek Ketersediaan bahwa kedua tipologi utara dan selatan
memiliki beberapa kesamaan karakter
Analisis aspek ketersediaan infrastruktur ketersediaan infrastruktur perumahan. Pada
perumahan dilakukan pada ketiga sampel sub kelompok tersedia dan memenuhi standar,
kompleks perumahan pada dua desa yang terdapat lima aspek infrastruktur yang
mewakili masing-masing tipologi luasan memiliki kesamaan, yang meliputi aspek lebar
pengembang perumahan di kawasan peri- perkerasan jalan, ketersediaan ruang terbuka
urban Metropolitan Bandung Raya utara dan hijau privat, sinyal telepon sellular, vegetasi
selatan. Komponen pengujian identifikasi pinggir jalan dan drainase di kedua sisi jalan.
ketersediaan dan aksesiblitas infrastruktur Pada sub kelompok tersedia namun tidak
perumahan dan permukiman pada penelitian memenuhi standar (ukuran dan kelengkapan)
ini meliputi kelengkapan sarana, prasarana dan terdapat aspek pos hansip. Sementara pada
utilitas (PSU) yang terdiri atas 7 komponen sub kelompok tersedia dengan irisan antara
jaringan infrastruktur dasar dan 6 komponen memenuhi standar dan tidak, terdapat aspek-
sarana perumahan (Vitriana 2018). Penelitan aspek ketersediaan badan air penerima, lebar
aspek ketersediaan dikelompokkan atas damaja, damija, dimensi drainase jalan,
kategori A (Tidak tersedia, namun belum ketersediaan wadah sampah priat dan taman
wajib ada), B (Tidak tersedia, seharusnya ada), RTH perumahan. Pada sub kelompok tidak
C (Tersedia, namun tidak memenuhi standar) tersedia padahal semestinya harus ada,
dan D (Tersedia, memenuhi standar). Adapun terdapat lima aspek yang memiliki kesamaan
pemetaan karakterstik ketersediaan yang meliputi keberadaan Tempat
infrastruktur perumahan pada keenam Pembuangan Sampah Sementara (TPS) dan
komplkes perumahan tersebut dapat dilihat bahu jalan. Pada sub kelompok tidak tersedia
pada Lampiran 1. dengan irisan antara seharusnya ada dan belum
Berdasarkan hasil pemetaan identifikasi wajib meliputi aspek sambungan telepon
kondisi ketersediaan infrastrktur perumahan umum, keberadaan sekolah formal Taman
selanjutnya dibuat suatu pemodelan analisis Kanak-Kanak (TK) dan keran umum.

156
Anita Vitriana, Tipologi Penyediaan Infrastruktur Perumahan…….

Sementara sub kelompok irisan antara tersedia memenuhi standard dan tidak, terdapat aspek
dan tidak tersedia, terdiri dari aspek-aspek lebar daerah pengawasan jalan (dawasja) dan
ketersediaan balai pertemuan, jaringan GSB perumahan. Pada kelompok tidak
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), tersedia dengan sub seharusnya ada, terdapat
parkir umum, bangunan peribadatan dan aspek ketersediaan hidran, jalan pedestrian,
Jaringan Sistem Penyediaan Air Minum sambungan telepon umum dan air sumur layak
(SPAM). Dari pemetaan aspek infrastruktur konsumsi. Pada sub kelompok tidak tersedia
tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat dengan irisan antara seharusnya ada dan belum
sembilan aspek infrastruktur yang wajib, terdapat aspek balai pengobatan, SD,
keberadaannya masih jarang tersedia, baik di telepon umum dan bis surat. Sementara pada
perumahan tipologi utara maupun tipologi sub kelompok irisan antara tersedia dan tidak,
selatan sebagaimana aspek-aspek yang tertera terdapat aspek posyandu, dan taman bacaan.
pada kolom bagian tengah ke arah kiri Pada tipologi perumahan selatan, terdapat
sebagaimana tertera pada Lampiran 3. sembilan aspek infrastruktur yang masih
jarang ditemui di lingkungan perumahan
Infrastruktur perumahan tipologi utara
formal yang dikembangkan oleh pengembang.
menunjukkan karakteristik yang terbagi dalam
lima sub-kelompok ketersediaan. Pada sub Secara umum terdapat tiga karakter aspek
kelompok tersedia dan memenuhi standar, ketersediaan infrastruktur perumahan yang
terdapat aspek lebar dawasja dan Garis secara signifikan berbeda antara tipologi utara
Sempadan Bangunan (GSB), adanya air sumur dan selatan. Pada perumahan tipologi utara,
layak konsumsi dan ketersediaan daya listrik. terdapat kecenderungan penyediaan yang jauh
Pada sub kelompok tersedia dengan irisan lebih baik dari perumahan tipologi selatan
antara memenuhi standard dan tidak, terdapat dalam hal ketersediaan air sumur layak
aspek sistem angkutan sampah 3 (tiga) konsumsi dan ketersediaan daya listrik rumah
kali/minggu, kapasitas gardu listrik dan tangga. Kualitas air sumur memang menjadi
ketersediaan lampu jalan. Pada sub kelompok permasalahan sebagian besar perumahan
tidak tersedia dan belum wajib ada, terdapat tipologi selatan karena selain muka air
aspek balai pengobatan, fasilitas pendidikan tanahnya yang sudah semakin menurun juga
Sekolah Dasar (SD), taman bacaan, serta kualitas air sumur yang jauh dari standar layak
telepon umum dan bis surat. Pada sub konsumsi. Dalam hal ini, penghuni wilayah
kelompok tidak tersedia dengan irisan antara selatan terpaksa mencari solusi untuk
semestinya ada dan belum wajib ada, terdapat memperoleh air bersih kebutuhan rumah
aspek posyandu dan keberadaan toko/warung. tangga sehari-hari dengan membeli eceran.
Sementara pada sub kelompok irisan antara Permasalahan ini berkaitan erat dengan isu
tersedia dan tidak tersedia, meliputi aspek ketersediaan cadangan air tanah yang semakin
rumah gardu, hidran, jalan pedestrian dan menipis di daerah selatan Bandung akibat
sambungan telepon rumah. Pada tipologi tingginya alih fungsi lahan di wilayah utara
perumahan utara, terdapat sepuluh aspek yang semestinya dimanfaatkan lebih optimal
infrastruktur yang masih jarang ditemui di sebagai daerah resapan air tanah. Isu ini
lingkungan perumahan formal yang semakin mengemuka dengan ketidakmerataan
dikembangkan oleh pengembang. pelayanan jaringan SPAM berikut rendahnya
kualitas pelayanannya di lingkungan
Infrastruktur perumahan tipologi selatan
permukiman.
menunjukkan karakteristik ketersediaan
infrastruktur dengan kecenderungan yang lebih Perumahan tipologi selatan umumnya
beragam. Pada sub kelompok tersedia dan menyediakan kapasitas daya listrik 1300 watt.
memenuhi standar, terdapat aspek ketersediaan Berdasarkan standar SNI 03-1733-2004,
kapasitas gardu, lampu jalan dan keberadaan seharusnya daya listrik memenuhi ketersediaan
toko/warung. Pada sub kelompok tersedia 450 watt/orang. Dengan asumsi setiap
tetapi tidak memenuhi standar, terdapat aspek keluarga terdiri dari empat penghuni, maka
angkutan sampah 3 (tiga) kali / minggu, rumah besar daya minimal yang harus tersedia adalah
gardu, ketersediaan daya listrik. Pada sub 1800 watt. Perumahan tipologi utara umumnya
kelompok tersedia dengan irisan antara sudah menggunakan kapasitas daya listrik rata-

157
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (1) April 2020: 151-165

rata diatas 2200 watt. Hal ini bisa saja dengan tema pengelompokkan yang lebih
berhubungan dengan rata-rata tipe perumahan besar sebagaimana yang tertuang pada
di wilayah selatan yang umumnya memiliki Lampiran 4. Tema besar pengelompokkannya
luas yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dibagi atas 1) kelompok infrastruktur
dengan tipe perumahan di wilayah utara. perumahan yang berkontribusi positif dan 2)
Rumah besar umumnya dilengkapi dengan kelompok infrastruktur perumahan yang tidak
daya listrik yang besar. Perbedaan aspek berkontribusi positif. Pengertian tidak
ketiga yang menonjol dari tipologi utara dan berkontribusi positif disini dapat berarti tidak
selatan peri-urban Metropolitan Bandung Raya memberikan berkontribusi sama sekali kepada
dapat ditemui pada aspek ketersediaan sarana lingkungan sekitar atau bahkan berkontribusi
perdagangan (toko/warung) yang disediakan negatif. Berdasarkan pemodelan Lampiran 4,
oleh pengembang. Tipologi selatan terdapat beberapa aspek aksesibilitas
menunjukkan ketersediaan yang memenuhi infrastruktur yang dimiliki oleh kedua tipologi
standar melalui ketersediaan ruko pada perumahan sebagaimana terlihat pada baris
lingkungan perumahan yang dibangun oleh karakteristik umum. Aspek aksesibilitas
pengembang dan digunakan sebagai fasilitas infrastruktur perumahan yang dianggap
komersil oleh penghuninya. Sementara pada memiliki kontribusi positif oleh masyarakat di
perumahan tipologi utara, sama sekali tidak luar perumahan, baik pada tipologi utara dan
ditemuan konsep ruko. Berdasarkan penuturan selatan, adalah drainase yang tidak terputus
penghuni, warga perumahan cenderung dan tidak adanya jalan buntu. Aspek yang
menentang keberadaan fasilitas umum dianggap tidak berkontribusi positif mencakup
komersil untuk berada di dalam lingkungan ketiadaan IPAL untuk lingkungan sekitar,
perumahan utara dikarenakan alasan menjaga jaringan listrik untuk masyarakat sekitar,
privasi. jaringan telepon yang dapat diakses
masyarakat sekitar, sarana pelayanan umum
3.2 Analisis Aspek Aksesibilitas
yang dapat diakses masyarakat sekitar, SPAM
Hasil uji selanjutnya adalah identifikasi yang dapat diakses masyarakat sekitar, TPS
aksesibilitas infrastruktur antara tipologi dan manajemen angkutan sampah yang dapat
perumahan utara dan selatan Metropolitan diakses masyarakat sekitar, jaringan telepon
Bandung Raya sebagaimana ditunjukkan pada bagi masyarakat sekitar lingkungan
Lampiran 3. Untuk memahami konsep perumahan, jaringan listrik terdistribusi ke
distribusi dan aksesibilitas penggunaan lingkungan di sekitar perumahan, sarana
infrastruktur perumahan yang dibangun oleh pelayanan umum di sekitar lingkungan
pengembang, peneliti melakukan wawancara perumahan, SPAM terdistribusi ke sekitar
terhadap wakil pengelola dan informan lingkungan perumahan, TPS di sekitar
masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan lingkungan perumahan, pengelolaan limbah di
perumahan tersebut. Hasil wawancara terkait sekitar lingkungan perumahan, pengelolaan
distribusi dan aksesibilitas penggunaan limbah di sekitar lingkungan perumahan dan
infrastruktur perumahan bagi masyarakat perubahan arah air larian.
sekitar selanjutnya dikelompokkan
Irisan himpunan karakteristik umum
berdasarkan dampak manfaat bagi masyarakat
aksesibilitas infrastruktur perumahan yang
sekitar, apakah berkontribusi positif atau tidak
berkontribusi positif maupun yang tidak
berkontribusi / berkontribusi negatif. Adapun
ditunjukkan pada bagian kolom tengah dari
hasil wawancara terhadap para informan
pemodelan Lampiran 4, yang mencakup
tentang konsep distribusi dan aksesibilitas
adanya jaringan jalan yang mengalir, masjid
perumahan di keenam lokasi sampel
yang dapat diakses masyarakat sekitar, taman
perumahan peri-urban utara dan selatan, dapat
RTH dapat diakses masyarakat sekitar, masjid
dilihat pada Lampiran 3.
di lingkungan perumahan, pembangunan
Dari pemetaan aksesibilitas dan distribusi drainase jalan utama, pelebaran atau
pemanfaatan infrastruktur tersebut, selanjutnya pengaspalan jalan, aliran limbah yang tidak
dibuatkan model aksesibilitas infrastrktur langsung dibuang begitu saja ke drainase dan
utara-selatan Metropolitan Bandung Raya tidak adanya gang sempit. Secara umum,

158
Anita Vitriana, Tipologi Penyediaan Infrastruktur Perumahan…….

karaktersitik umum infrastuktur perumahan perumahan peri-urban selatan Metropolitan


peri-urban menunjukkan kecenderungan yang Bandung Raya, sarana niaga umumnya telah
lebih besar terhadap akses yang tidak dirancang oleh pengembang perumahan sejak
berkontribusi positif terhadap lingkungan awal, dengan lokasi strategis di muka kawasan
sekitar. perumahan. Desain ini diapresiasi baik oleh
masyarakat setempat maupun masyarakat
Pada representasi perumahan tipologi utara,
sekitar, karena pada satu sisi dapat
karakteristik aksesibilitas infrastruktur
memberikan kontribusi positif dalam aspek
perumahan menunjukkan tidak satupun aspek
aksesibilitas pencapaian sarana niaga bagi
yang kontribusi positif. Aspek yang menonjol
masyarakat sekitar dan di sisi lain penghuni
justru timbul pada kelompok karakter yang
perumahan pun tetap terjaga privasinya.
tidak berkontribusi positif, meliputi ketiadaan
akses sarana perdagangan, sarana pendidikan Tidak berkontribusi positif disini tidak selalu
dan kesehatan. Sementara irisan kelompok bermakna berkontribusi negatif atau
aksesibilitas yang berkontribusi positif dan mempersulit penghuni, tetapi bisa saja tidak
negatif mencakup aspek tidak adanya drainase adanya akses bagi masyarakat sekitar untuk
perumahan yang melanjutkan dari saluran memperoleh layanan infrastruktur perumahan,
yang sudah ada (perngembang cenderung sehingga dianggap tidak berpengaruh apa pun
membuat akses buangan baru) dan untuk penghuni. Dalam hal ini, masyarakat
aksesibilitas terhadap taman RTH di sekitar sekitar menganggap bahwa ketersediaan
lingkungan perumahan. Pada representasi infrastruktur dan fasilitas perumahan yang
perumahan tipologi selatan, karakteristik dibangun oleh pengembang hanya untuk
aksesibilitas infrastruktur perumahan yang dipergunakan oleh penghuni internal
berkontribusi positif ditunjukkan pada aspek perumahan. Sehingga sangat wajar jika
aksesibilitas sarana perdagangan dan penggunaan oleh masyarakat luar justru
ketersediaan taman RTH di sekitar lingkungan dibatasi. Sehingga, masyarakat sekitar akan
perumahan. Sementara aksesibilitas yang sangat mengapresiasi ketika ada perumahan
dianggap cenderung tidak berkontribusi positif dengan konsep ‘terbuka’ atau non-gated
adalah ketiadaan jaringan drainase lanjutan. community yang memungkinkan masyarakat
Irisan antara kelompok aksesbilitas yang lain dapat mengakses infrastruktur perumahan,
berkontribusi positif dan negatif meliputi khususnya ketersediaan sarana umum, seperti
aksesibilitas pada sarana kesehatan dan sarana taman, ruang terbuka hijau, masjid serta
pendidikan. Jika melihat dari pemodelan fasilitas pendidikan dan kesehatan jika
tersebut, maka infrastruktur perumahan pada tersedia.
tipologi selatan memiliki kecenderungan
Meskipun hasil pemetaan aspek-aspek
aksesibilitas yang lebih baik bagi masyarakat
aksesibilitas penggunaan infrastuktur
sekitar dibandingkan dengan perumahan
perumahan oleh masyarakat di luar perumahan
tipologi utara.
mengarah pada kecenderungan tidak
Tipologi perumahan peri-urban selatan berkontribusi positif, namun demikian para
Metropolitan Bandung Raya menunjukkan informan menyatakan bahwa masuknya
keunggulan karakter aksesibilitas pada perumahan justru membawa dampak positif
ketersediaan infrastuktur sarana niaga dan bagi perkembangan prasarana dasar
perdagangan yang memenuhi standar, dimana kawasannya. Mayoritas informan merasakan
perumahan tipologi utara justru menunjukkan bahwa keberadaan perumahan telah membantu
sebaliknya. Dalam hal ini, pengembang melakukan pelebaran dan pengaspalan jalan
perumahan pada lokasi studi peri-urban utara berikut pembangunan drainase di sepanjang
Metropolitan Bandung Raya sejak awal jalan-jalan utama menuju ke arah perumahan.
memang tidak mendesain fasilitas Begitu pula dengan hadirnya jaringan utilitas
perdagangan khusus pada kawasan perumahan, listrik dan telepon, dimana masyarakat
dan penghuni setempat pun umumnya merasa merasakan semakin berkembangnya jaringan
keberatan dengan kehadiran sarana listrik di wilayahnya setelah masuknya
perdagangan di dalam lingkungan perumahan perumahan ke lingkungan sekitar tempat
untuk kenyamanan privasi. Sementara bagi tinggal mereka. Hal-hal yang secara umum

159
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (1) April 2020: 151-165

dianggap berkontribusi negatif terhadap penempatan sarana perdagangan (biasanya


masyarakat, diantaranya adalah kemacetan, berupa rumah toko / ruko) yang selalu
kekeringan dan banjir. ditempatkan di area yang bersifat umum dan
terbuka. Bagi masyarakat luar, keberadaan
Masalah kemacetan timbul akibat
sarana pos keamanan yang menjadi ciri khas
meningkatnya jumlah kendaraan yang berasal
perumahan sistem tertutup, dapat dipandang
dari para penghuni baru, masalah kekeringan
sebagai pembatas akses pemanfaatan sarana di
timbul karena semakin banyaknya penduduk
lingkungan perumahan.
yang melakukan pengeboran sumur untuk
memenuhi kebutuhan air bersih, sementara
4. KESIMPULAN
masalah banjir timbul karena semakin
berkurangnya resapan dan penataan drainase Penelitian terhadap tipologi penyediaan
yang kurang baik. Aspek lain yang mungkin infrastruktur perumahan di kawasan peri urban
tidak dirasakan secara langsung berkontribusi utara-selatan Metropolitan Bandung Raya
negatif bagi masyarakat adalah masih menunjukkan beberapa kesamaan maupun
banyaknya perumahan yang belum perbedaan karakter ketersediaan dan
menggunakan IPAL dalam mengelola limbah aksesibilitas pemanfaatan infrastruktur.
cair rumah tangga serta mekanisme Kesamaan karakter ini meliputi ketersediaan
pembuangan limbah yang langsung dialirkan yang sesuai standar pada prasarana perkerasan
ke saluran drainase. Dalam hal ini, mekanisme jalan umum, RTH privat, jaringan telepon
tersebut mencemari lingkungan sekitar, baik selular, vegetasi jalan, drainase pinggir jalan
dari segi pencemaran udara maupun serta penyediaan tanki septik perumahan.
pencemaran air. Tipologi perumahan peri-urban utara
Metropolitan Bandung Raya menunjukkan
Aksesibilitas infrastruktur perumahan dapat
keunggulan pada ketersediaan air minum layak
dikatakan sangat berkorelasi dengan konsep
konsumsi dan ketersediaan daya listrik yang
penempatan atau posisi perletakan sarana
sesuai standar. Sementara tipologi perumahan
tersebut dalam site lingkungan perumahan.
peri-urban selatan Metropolitan Bandung Raya
Pada konsep perumahan satu pintu atau gated
menunjukkan keunggulan ketersediaan
communities, keberadaan sarana yang berada
infrastuktur sarana niaga dan perdagangan
di dalam lingkungan perumahan secara tidak
yang memenuhi standar. Kesenjangan
langsung akan menjadi penghambat akses
ketersediaan infrastruktur peri-urban utara-
orang luar untuk dapat memanfaatkannya.
selatan yang sangat dirasakan terutama dalam
Lain halnya jika sarana tersebut berlokasi di
hal ketersediaan air minum sebagai salah satu
area publik atau sisi luar perumahan yang
komponen prasarana dasar.
mengindikasikan kemudahan akses bagi
penduduk di luar perumahan untuk Penelitian kajian mikro pada lokasi studi kasus
menjangkau sarana tersebut. Dalam hal ini, perumahan yang terletak di Kawasan Peri-
keberadaan masjid sebagai sarana ibadah dapat urban Metropolitan Bandung Raya
menjadi perkecualian. Meskipun bangunan menunjukkan bahwa tidak semua infrastruktur
ibadah tersebut terletak di dalam perumahan, perumahan dibangun memenuhi standar.
namun masyarkat sekitar tidak merasa sulit Dengan ketidakmerataan ketersedian
untuk ikut memanfaatkannya, khususnya saat infrastruktur pada akhirnya berdampak pada
menjalankan ibadah Shalat Jumat. Namun ketidakseimbangan lingkungan serta
demikian, tidak sedikit masyarakat luar yang ketidakadilan sosial. Dalam hal ini,
cenderung ‘sungkan’ untuk memanfaatkan kelengkapan infrastruktur perumahan yang
masjid di lingkungan dalam perumahan. dibangun seharusnya sudah dilakukan atas izin
Begitu pula dengan pemanfaatan taman dan dan koordinasi dengan Pemerintah Daerah
RTH di lingkungan dalam perumahan yang setempat. Hasil kajian lapangan ini,
dirasakan ‘sulit’ untuk dijangkau oleh diharapkan dapat menjadi masukan bagi
masyarakat sekitar. pemerintah daerah sebagai pihak yang
berwenang dalam penyelenggaraan
Penempatan sarana perumahan yang cukup
perumahan. Pemerintah daerah harus mampu
strategis umunya banyak ditemukan pada
membuat dan menerapkan standarisasi

160
Anita Vitriana, Tipologi Penyediaan Infrastruktur Perumahan…….

penyediaan sarana prasarana perumahan, agar cities: The case of Cirebon, Indonesia.
ketersediaan infrastruktur dasar sebagai salah Habitat International, 42, 1–10.
satu barang publik dapat dijangkau secara adil https://doi.org/10.1016/j.habitatint.2013.
dan merata oleh seluruh lapisan masyarakat. 10.003
Firman, T. (2009). The continuity and change
Dampak negatif yang timbul akibat
in mega- urbanization in Indonesia : A
ketidaktersediaan ataupun ketidakmerataan
survey of Jakarta – Bandung Region (
penyediaan infrastruktur perumahan pada
JBR ) development. Habitat
akhirnya akan menjadi beban pemerintah
International, 33(4), 327–339.
karena seluruh infrastruktur perumahan yang
Guo, Y., Xiao, Y., & Yuan, Q. (2016). The
dibangun di lingkungan perumahan pada
redevelopment of peri-urban villages in
akhirnya harus diserahterimakan kepada
the context of path-dependent land
pemerintah. Pemerintah perlu secara konsisten
institution change and its impact on
menerapkan standarisasi penyediaan
Chinese inclusive urbanization : The
infrastruktur perumahan berikut
case of. JCIT, 2.
pengembangan sistem jaringan infrastruktur
Hudalah, D., Winarso, H., & Woltjer, J.
yang komprehensif, berkesinambungan dan
(2007). Peri-urbanisation in East Asia :
aplikatif untuk dapat diterapkan oleh semua
A New Challange for Planning.
pihak yang terlibat dalam pengembangan
International Development Planning
permukiman yang berkelanjutan di kawasan
Review, 29(10), 508.
Metropolitan Bandung Raya.
Hudalah, D., Winarso, H., & Woltjer, J.
(2014). Gentrifying the peri-urban: Land
UCAPAN TERIMAKASIH use conflicts and institutional dynamics
at the frontier of an Indonesian
Penulis mengucapkan terima kasih yang metropolis. Urban Studies, 2.
sebesar-besarnya pada Badan Penelitian dan Maryati, S., Nisaa, A., & Humaira, S. (2015).
Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Barat Increasing the Infrastructure Access of
atas segala dukungan moril dan materil, serta Low-Income People in Peri-Urban of
Dr. Eng. Arif Sarwo Wibowo dan Delik Bandung Metropolitan Area.
Hudalah, Ph.D atas pendampingan selama International Journal of Built
melaksanakan penelitian ini. Environment and Sustainability, 2(3),
219.
Mittal, J., & Kashyap, A. (2015). Real estate
REFERENSI market led land development strategies
Badan Standardisasi Nasional. (2004). for regional economic corridors e A tale
Standar Nasional Indonesia No 03- of two mega projects. Habitat
1733-2004 tentang Tata Cara International, 47, 205–217.
Perencanaan Lingkungan Perumahan. Okoro, C. S., Musonda, I., & Agumba, J.
Direktorat Perencanaan Penyediaan (2016). Identifying Barriers to Urban
Perumahan. (2015). Kajian Teknis Residential Infrastructure Development:
Penyusunan Masterplan Penyediaan a Literature Review. In C. Aigbavboa &
Perumahan Rakyat di Metropolitan W. Thwala (Eds.), International
Bandung Raya. Jakarta. Conference on Infrastructure
Divigalpitiya, P., & Handayani, K. N. (2010). Development in Africa (p. 468).
Measuring the Urban Expansion Process Power, E. R., & Mee, K. J. (2019). Housing:
of Yogyakarta City in Indonesia. an infrastructure of care. Housing
International Review for Spatial Studies, 0(14 May 2019), 2.
Planning and Sustainable Development, Rustiati. (2005). Pengaruh Urban Sprawl
3(4), 18–19. Terhadap Struktur Tata Ruang Wilayah
Fahmi, F. Z., Hudalah, D., Rahayu, P., & Kecamatan Cileunyi Kabupaten
Woltjer, J. (2014). Extended Bandung. Institut Teknologi Bandung.
urbanization in small and medium-sized Sheng, Y. K. (2014). Challenges of Peri-
Urbanization in the Asia-Pacific Region

161
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (1) April 2020: 151-165

Yap Kioe Sheng. International Policy


Workshop on Rural-Urban Poverty
Linkages, (September), 7. Zhejiang
Province, China.
Siahaan, A., Nasution, Z., & Purwoko, A.
(2014). Analisis Pengaruh Pembangunan
Perumahan terhadap Pengembangan
Wilayah Kecamatan Siantar Marimbun
Kota Pematang Siantar. Jurnal Ekonom,
17(3), 103–110.
Tian, L., Ge, B., & Li, Y. (2016). Impacts of
state-led and bottom-up urbanization on
land use change in the peri-urban areas of
Shanghai : Planned growth or
uncontrolled sprawl ? JCIT.
UN Habitat. (2015). Habitat III Policy Paper
Framework. Retrieved from
www.habitat3.org
Vitriana, A. (2018). Infrastructure Provision
by Residential Developers in the Peri-
Urban Neighbourhoods of Metropolitan
Bandung Raya. IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science,
158(1), 4.
Vitriana, Anita. (2017). Kajian Infrastruktur
(Perumahan dan Permukiman) di
Kawasan Peri-Urban Metropolitan
Bandung Raya. Bandung.
Winarso, H. (2000). Residential Land
Developer’s Behaviour in Jabotabek,
Indonesia. University of London.
Winarso, H., Hudalah, D., & Firman, T.
(2015). Peri-urban transformation in the
Jakarta metropolitan area. Habitat
International, 49(November 2016), 221–
229. 05.024
Zhang, L., Zhou, T., & Mao, C. (2019). Does
the difference in urban public facility
allocation cause spatial inequality in
housing prices? Evidence from
Chongqing, China. Sustainability
(Switzerland), 11(21), 2.
Zhao, P. (2013). Too complex to be managed ?
New trends in peri-urbanisation and its
planning in Beijing. Cities, 30, 68–76.

162
Anita Vitriana, Tipologi Penyediaan Infrastruktur Perumahan…….

LAMPIRAN

Kriteria Komponen Ketersediaan GA GP PRV SAR PC CF


(Teknik Observasi) U-Kecil U-Menengah U-Besar S-Kecil S-Menengah S-Besar
Jaringan Jalan (Jalan Lokal ✓ Perkerasan D D D D D D
Sekunder dan Jalan Lingungan) ✓ Bahu Jalan B B B B B B
✓ Pedestrian B B B B B B
✓ Damaja C D D C C D
✓ Damija C D D C C D
✓ Dawasja D D D D C D
✓ GSB Min D D D C C D
Jaringan Drainase ✓ Saluran drainase D D D D D D
Infrastruktur Dasar

✓ Badan air C D D C C D
Jaringan Pembuangan limbah ✓ Tangki Septik D D D D D D
✓ Jaringan pengolahan air limbah B B B B D B
(IPAL)
Jaringan Persampahan ✓ Wadah sampah D D D D C C
✓ Layanan pengumpulan sampah C D C C C C
(Angkutan sampah & TPS)
Jaringan Air Bersih ✓ Jaringan air bersih B C D B B D
✓ Kran umum A B B A B B
✓ Hidran kebakaran B B B B B B
Jaringan Listrik ✓ Kebutuhan daya listrik, D D D C C C
✓ Kebutuhan jaringan listrik B D D D D D
Jaringan Telepon ✓ Jaringan telepon kabel A B D A B B
✓ Jaringan telepon selular D D D D D D
Sarana Peribadatan ✓ Bangunan peribadatan (mushola / A D D A D D
masjid)
Sarana Ruang Terbuka, Taman ✓ RTH Privat D D D D D D
dan Lapangan ✓ Taman RTH D D D C D D
Sarana Pemerintahan dan ✓ Balai pertemuan A C D A C D
Pelayanan Umum ✓ Pos hansip
Sarana /Fasilitas

C C C C C C
✓ Gardu listrik A C C C C C
✓ Telepon umum dan bis surat A A A A A B
✓ Parkir umum A B D A B D
Sarana Pendidikan dan ✓ Taman kanak-kanak A A A A B B
Pembelajaran ✓ Sekolah Dasar A A A A B B
✓ Taman Bacaan A A A A A D
Sarana Kesehatan ✓ Posyandu A A B A B D
✓ Balai Pengobatan warga A A A A A B
Sarana Perdagangan dan Niaga ✓ Toko / Warung A B B D D D

Lampiran 1. Identifikasi Ketersediaan Infrastruktur Perumahan dan Permukiman pada Keenam Lokasi Studi
Kasus Perumahan di Kawasan Peri-Urban Metropolitan Bandung Raya
Sumber: Hasil Survey dan Observasi (2017)
Keterangan:
U : Utara (Desa Ciwaruga)
S : Selatan (Desa Cipagalo)
A : Tidak tersedia, namun belum wajib ada
B : Tidak tersedia, seharusnya ada
C : Tersedia, namun tidak memenuhi standar
D : Tersedia, memenuhi standar

163
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (1) April 2020: 151-165

Lampiran 2. Karakteristik ketersediaan Infrastruktur Perumahan dan Permukiman di Kawasan Peri-Urban


Metropolitan Bandung Raya Berdasarkan Tipologi Utara – Selatan
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2017)

Keterangan:

Karakteristik Umum

164
Anita Vitriana, Tipologi Penyediaan Infrastruktur Perumahan…….

Kriteria Komponen Aksesibilitas GA GP PRV SAR PC CF


(Teknik Wawancara) U-Kecil U-Menengah U-Besar S-Kecil S-Menengah S-Besar
Jaringan Jalan (Jalan Lokal ✓ Pelebaran/pembukaan jalan utama N P P N P P
Sekunder dan Jalan ✓ Tidak ada jalan terputus P P P P P P
Lingungan) ✓ Terdapat jalan desa berdampingan dengan N P N P N N
jalan perumahan (pembatasan penggunaan
jalan)
✓ Akses terkunci (1 pintu) dan terbuka (2 N P N N N P
pintu)
Infrastruktur Dasar

Jaringan Drainase ✓ Pembangunan drainase jalan utama N P P N P P


✓ Saluran drainase mandiri (tidak N P P P P P
menumpang)
Jaringan Pembuangan limbah ✓ IPAL yang dapat digunakan bersama N N N N N N
✓ Pembuangan air limbah yang diolah N N P N P N
Jaringan Persampahan ✓ TPS yang dapat digunakan bersama N N N N N N
✓ Sistem pengangkutan sampah bersama N N N N N N
Jaringan Air Bersih ✓ Jaringan air bersih bersama N N N N N N
Jaringan Listrik ✓ Lampu, gardu, tiang listrik dimanfaatkan N N N N N N
bersama N N N
Jaringan Telepon ✓ Jaringan telepon bersama N N N N N N
Sarana Peribadatan ✓ Aksesibilitas (kemudahan akses capaian) N P P N P P
✓ Perletakan spasial yang merata (distribusi) N P P N P P
Sarana Ruang Terbuka, ✓ Aksesibilitas (kemudahan akses capaian) N P N N N P
Taman dan Lapangan ✓ Perletakan spasial yang merata (distribusi) P P P P P P
Sarana /Fasilitas

Sarana Pemerintahan dan ✓ Aksesibilitas (kemudahan akses capaian) N N N N N N


Pelayanan Umum ✓ Perletakan spasial yang merata (distribusi) N N N N N N
Sarana Pendidikan dan ✓ Aksesibilitas (kemudahan akses capaian) N N N N N P
Pembelajaran ✓ Perletakan spasial yang merata (distribusi) N N N N N P
Sarana Kesehatan ✓ Aksesibilitas (kemudahan akses capaian) N N N N N P
✓ Perletakan spasial yang merata (distribusi) N N N N N P
Sarana Perdagangan dan ✓ Aksesibilitas (kemudahan akses capaian) N N N P P P
Niaga ✓ Perletakan spasial yang merata (distribusi) N N N P P P
Lampiran 3. Identifikasi Aksesibilitas dan Distribusi Infrastruktur Perumahan dan Permukiman pada
Keenam Lokasi Studi Kasus Perumahan di Kawasan Peri-Urban Metropolitan Bandung Raya
Keterangan: Sumber: Hasil Wawancara (2017)
U : Utara (Desa Ciwaruga) P : Berkontribusi positif pada lingkungan dan masyarakat sekitar
S : Selatan (Desa Cipagalo) N : Tidak Sumber:
berontribusi / berkontribusi
Hasil Survey dan negatif pada lingkungan dan masyarakat sekitar
Observasi

Lampiran 4. Karakteristik Aksesibilitas dan Distribusi Infrastruktur Perumahan dan Permukiman di


Kawasan Peri-Urban Metropolitan Bandung Raya Berdasarkan Tipologi Utara – Selatan
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2017)
165

You might also like