5204-Article Text-16757-1-10-20220426

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v11i1.5204.

93-100

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Disampaikan : 2 September 2021


Direview : 3 September 2021
Volume 11 No 1 - April 2022 Diterima : 10 September 2021
http://journal.unpar.ac.id/index.php/jrsi/index
ISSN 2339-1499 (online) – ISSN 0216-1036 (print)

Niat Adopsi Teknologi Online Grocery Shopping: Ekstensi Technology


Acceptance Model

Hotna Marina Sitorus1 dan Christa Vania2


1,2)
Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan
Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141
Email: 1) nina@unpar.ac.id

Abstract

The purpose of this paper is to study factors affecting customer intention to adopt Online Grocery
Shopping (OGS) technology. OGS is a service provided by supermarket which enables customers to
purchase groceries online. While OGS services offer various benefits, the adoption in Indonesia is still
low. The proposed model is developed by extending Technology Acceptance Model with compatibility,
visibility, social influence and perceived risk. The model is evaluated using partial least square structural
equation modeling (PLS-SEM) based on 108 valid data collected from supermarket customers. The
findings show that the customers’ intention to adopt OGS is significantly affected by perceived usefulness
and perceived ease of use. Based on total effect analysis, it was found that the intention to adopt OGS
is determined by compatibility, perceived usefulness, perceived ease of use, social influence and
perceived risk. Furthermore, the study proposes several recommendations for supermarket managers
to improve the adoption of OGS.

Keywords: technology adoption, compatibility, social influence, perceived risk, TAM

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor yang memengaruhi niat konsumen dalam mengadopsi
layanan Online Grocery Shopping (OGS). OGS adalah layanan yang disediakan oleh toserba yang
memungkinkan konsumen berbelanja kebutuhan sehari-hari secara daring melalui situs web. Meski
layanan OGS menjanjikan banyak manfaat, tingkat penggunaannya masih belum memuaskan.
Pengembangan model penelitian dilakukan dengan mengaplikasikan Technology Acceptance Model
(TAM) yang diekstensi dengan kompatibilitas, visibilitas, pengaruh sosial, dan risiko. Model penelitian
diuji pada konsumen sebuah toserba yang telah memiliki layanan OGS namun kesulitan mencapai target
jumlah penggunanya. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei menggunakan kuesioner
daring. 108 data digunakan untuk menguji model pengukuran dan model struktural berdasarkan metode
PLS-SEM. Penelitian ini menemukan bahwa niat adopsi layanan OGS secara signifikan dipengaruhi oleh
persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahan pakai. Berdasarkan analisis pengaruh total ditemukan
bahwa niat adopsi dipengaruhi oleh kompatibilitas, persepsi kemanfaatan, persepsi kemudahan pakai,
pengaruh sosial dan persepsi risiko. Penelitian ini juga merumuskan sejumlah rekomendasi bagi
pengelola toserba untuk dapat meningkatkan jumlah konsumen yang mau menggunakan layanan OGS.

Kata kunci: adopsi teknologi, kompatibilitas, pengaruh sosial, risiko, TAM

Pendahuluan menawarkan layanan yang inovatif bagi


Perkembangan teknologi yang pesat konsumennya. Seiring dengan meningkatnya
membuat semakin banyak perusahaan kesibukan masyarakat khususnya masyarakat
memanfaatkan teknologi terkini untuk melayani urban, telah lahir berbagai inovasi yang
kebutuhan konsumennya dengan lebih baik. menawarkan kemudahan bagi masyarakat
Agar dapat bertahan dalam industri yang untuk memenuhi kebutuhannya.
kompetitif, penting bagi perusahaan untuk Salah satu inovasi yang mulai diperkenalkan
beberapa tahun terakhir adalah Online Grocery
93
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v11i1.5204.93-100

Shopping (OGS). Teknologi OGS adalah sosialnya. Lebih jauh, Sitorus et al. (2019)
layanan yang ditawarkan toserba yang menemukan bahwa interaksi individu pengguna
memungkinkan konsumen berbelanja dengan lingkungan sosial yang diwakili oleh
kebutuhan sehari-hari secara daring melalui faktor pengaruh sosial berpengaruh signifikan
situs web (Chien et al., 2003). Teknologi ini terhadap niat adopsi mobile banking. Cho &
membuat konsumen dapat berbelanja dari Son (2019) juga meyakini bahwa keterkaitan
mana saja tanpa harus mendatangi toserba manusia dengan lingkungan sosialnya
secara fisik sehingga konsumen tidak perlu memegang peranan penting dalam adopsi
repot, dapat menghemat waktu, dan teknologi. Dalam kajian mengenai adopsi social
mengurangi biaya transportasi. commerce, Cho & Son (2019) menemukan
Meski menawarkan banyak manfaat bagi bahwa keterkaitan seseorang dengan
konsumen, tingkat penggunaan teknologi OGS lingkungan sosialnya, khususnya melalui media
di kalangan masyarakat urban masih tergolong sosial, berpengaruh signifikan terhadap niat
rendah. Salah satu toserba di Kota Bandung adopsi. Masyarakat Indonesia umumnya
telah menyediakan layanan OGS sejak tahun memiliki interaksi yang dekat dengan
2018, akan tetapi konsumen yang lingkungan sosialnya, dan interaksi ini akan
menggunakannya masih belum dapat memengaruhi perilaku seseorang, termasuk
memenuhi target. Pada tahun 2018, hanya dalam hal penggunaan teknologi (Sitorus et al.,
2,72% pengunjung situs OGS yang melakukan 2019). Menarik untuk dikaji lebih jauh
pembelanjaan. Angka ini sedikit meningkat di bagaimana peran interaksi individu dan
tahun 2019 menjadi 4,0%, namun masih belum lingkungan sosial dalam menjelaskan niat
memenuhi harapan. Kajian yang mempelajari adopsi dalam konteks teknologi OGS di
faktor-faktor yang membuat konsumen mau Indonesia.
mengadopsi teknologi OGS akan membantu Technology Acceptance Model (Davis,
pengelola toserba untuk dapat meningkatkan 1989) merupakan salah satu model yang paling
penggunaan OGS. populer diaplikasikan dalam kajian adopsi
Verhoef & Langerak (2001) mengkaji faktor- teknologi. Kepopuleran ini disebabkan oleh
faktor penentu niat adopsi layanan belanja sejumlah faktor, di antaranya karena
elektronik di Belanda. Mengembangkan model Technology Acceptance Model (TAM) spesifik
penelitian berdasarkan Theory of Reasoned ditujukan untuk teknologi informasi, didasarkan
Action, penelitian tersebut menemukan bahwa dari teori psikologi sosial, melibatkan variabel
niat konsumen dalam mengadopsi layanan yang sedikit, dan telah diuji secara empiris di
belanja elektronik dipengaruhi oleh manfaat berbagai penelitian (Giovanis et al., 2012).
relatif, kompatibilitas, dan persepsi Dalam pengaplikasiannya, berbagai penelitian
kompleksitas. Chien et al. (2003) mempelajari mengekstensi TAM lebih jauh dengan
niat adopsi layanan OGS di Australia dan menambahkan sejumlah faktor.
menemukan bahwa niat konsumen untuk Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
menggunakan teknologi OGS ditentukan oleh faktor apa saja yang memengaruhi niat
persepsi kemanfaatan dan sikap terhadap konsumen dalam mengadopsi teknologi OGS
teknologi tersebut. Driediger & Bhatiasevi berdasarkan ekstensi model TAM.
(2019) mengkaji niat penggunaan layanan OGS Pengembangan model penelitian dilakukan
di Thailand. Penelitian tersebut dengan mengaplikasikan TAM yang diekstensi
mengaplikasikan Technology Acceptance dengan mempertimbangkan interaksi
Model (Davis, 1989) yang diekstensi dengan lingkungan sosial dan risiko sebagai anteseden.
melibatkan variabel norma subyektif, visibilitas, Interaksi lingkungan sosial yang dikaji dalam
risiko, dan persepsi kesenangan. penelitian ini melibatkan faktor visibilitas dan
Sitorus et al. (2016) mengembangkan pengaruh sosial. Kontribusi teoretis dalam
kerangka kerja adopsi teknologi dengan penelitian ini adalah mengekstensi TAM
menggunakan perspektif interaksi. dengan mempertimbangkan interaksi
Berdasarkan perspektif tersebut, adopsi lingkungan sosial dan risiko dalam konteks
teknologi dikaji berdasarkan interaksi yang adopsi teknologi OGS di Indonesia. Penelitian
terjadi antara elemen yang ada dalam sistem ini juga menawarkan kontribusi praktis berupa
adopsi teknologi, salah satunya adalah interaksi rekomendasi bagi pengelola toserba untuk
antara individu pengguna dengan lingkungan

94
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v11i1.5204.93-100

dapat meningkatkan jumlah konsumen yang teknologi, semakin tinggi pula kecenderungan
menggunakan layanan OGS. orang tersebut untuk menggunakannya. TAM
juga meyakini bahwa persepsi kemanfaatan
Metodologi suatu teknologi dipengaruhi oleh persepsi
seseorang terhadap kemudahan pakai dari
Pengembangan Model
teknologi tersebut.
Model penelitian dikembangkan
Berbagai penelitian adopsi teknologi telah
berdasarkan Technology Acceptance Model
menemukan pengaruh signifikan dari persepsi
(Davis, 1989) yang diekstensi dengan
kemudahan pakai terhadap niat untuk
mempertimbangkan faktor kompatibilitas,
menggunakan teknologi (Saadé & Bahli, 2005;
visibilitas, pengaruh sosial, dan persepsi risiko. Sitorus et al., 2019; Driediger & Bhasitevi,
Model penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.
2019). Semakin konsumen memersepsikan
bahwa sebuah teknologi mudah untuk
digunakan, semakin mereka menganggap
bahwa teknologi tersebut bermanfaat. Oleh
karena itu dihipotesiskan:
H1: Persepsi kemudahan pakai memengaruhi
niat menggunakan OGS secara positif.
Davis (1989) menyatakan bahwa persepsi
kemudahan pakai memiliki pengaruh terhadap
persepsi kemanfaatan. Beragam penelitian
yang mengaplikasikan TAM dalam berbagai
konteks juga telah menemukan bahwa persepsi
kemudahan pakai berpengaruh signifikan
Gambar 1. Model penelitian terhadap persepsi kemanfaatan (Chien et al.,
2003; Wu & Wang, 2005; Ha & Stoel, 2009;
Dikembangkan oleh Davis (1989) untuk Sitorus et al., 2019; Driediger & Bhasitevi,
mempelajari penerimaan teknologi di 2019). Semakin konsumen memersepsikan
lingkungan perkantoran, Technology bahwa sebuah teknologi mudah untuk
Acceptance Model (TAM) mengkaji alasan digunakan, semakin ia menganggap bahwa
mengapa karyawan mau menerima atau teknologi tersebut bermanfaat. Oleh karena itu
menolak menggunakan teknologi informasi. dihipotesiskan:
TAM tidak hanya memberikan informasi H2: Persepsi kemudahan pakai memengaruhi
mengenai alasan mengapa suatu teknologi persepsi kemanfaatan secara positif.
tidak dapat diterima oleh pengguna, namun Berdasarkan TAM, persepsi kemanfaatan
juga memberikan pemahaman tentang suatu teknologi akan berpengaruh positif
bagaimana meningkatkan penerimaan terhadap penggunaan teknologi tersebut
pengguna. Pada perkembangannya, TAM (Davis, 1989). Sejumlah penelitian menemukan
merupakan model yang sangat populer bahwa persepsi kemanfaatan juga berpengaruh
digunakan untuk mengkaji adopsi teknologi di signifikan terhadap niat penggunaan teknologi
berbagai konteks (Giovanis et al., 2012). terhadap persepsi kemanfaatan (Chien et al.,
Model TAM terdiri atas 2 variabel utama, 2003; Saadé & Bahli, 2005; Ha & Stoel, 2009;
yaitu persepsi kemanfaatan (perceived Sitorus et al., 2019; Driediger & Bhasitevi,
usefulness) dan persepsi kemudahan pakai 2019). Semakin konsumen memandang suatu
(perceived ease of use). Persepsi kemanfaatan teknologi akan memberikan manfaat, semakin
didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan tinggi kecenderungan akan menggunakan
seseorang bahwa penggunaan sistem akan teknologi tersebut. Oleh karena itu
meningkatkan kinerjanya dalam bekerja, dihipotesiskan:
sedangkan persepsi kemudahan pakai adalah H3: Persepsi kemanfaatan memengaruhi niat
tingkat kepercayaan seseorang bahwa dalam menggunakan OGS secara positif.
menggunakan sistem tersebut akan terbebas Menurut Rogers (2003), kompatibilitas
dari usaha fisik dan mental (Davis, 1989). Davis adalah kesesuaian suatu teknologi terhadap
(1989) mengemukakan bahwa semakin tinggi nilai, kebutuhan, dan gaya hidup penggunanya.
persepsi seseorang atas kemanfaatan suatu Semakin suatu teknologi sesuai dengan nilai,

95
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v11i1.5204.93-100

kebutuhan dan gaya hidup penggunanya, Metode Pengumpulan Data


semakin mudah bagi mereka untuk melakukan Pengumpulan data dilakukan dengan
pembelanjaan kebutuhan sehari-hari melalui menggunakan kuesioner daring. Seluruh
OGS. Hal ini juga didukung dengan hasil variabel dalam model penelitian diukur dengan
wawancara dengan beberapa konsumen menggunakan butir majemuk. Niat adopsi
pengguna OGS di suatu toserba di Kota diukur menggunakan 4 butir yang dimodifikasi
Bandung. Oleh karena itu dihipotesiskan: dari Venkatesh et al. (2003). Persepsi
H4: Kompatibilitas memengaruhi persepsi kemanfaatan, persepsi kemudahan pakai, dan
kemudahan pakai secara positif. persepsi risiko diukur masing-masing
Persepsi risiko diyakini akan berpengaruh menggunakan 3, 4, dan 3 butir yang
negatif terhadap persepsi kemanfaatan suatu dimodifikasi dari Chien et al. (2003).
teknologi (Li & Huang, 2009; Driediger & Kompatibilitas diukur dengan 3 butir yang
Bhatiasevi, 2019). Jika konsumen memandang diadaptasi dari Moore & Benbasat (1991),
menggunakan suatu teknologi berisiko, mereka sementara pengaruh sosial diukur dengan 3
akan cenderung menganggap teknologi butir berdasarkan Driediger & Bhasitevi (2019).
tersebut kurang bermanfaat. Oleh karena itu Seluruh butir diukur menggunakan 5 skala tipe
dihipotesiskan: Likert dengan rentang dari 1 (sangat tidak
H5: Persepsi risiko memengaruhi persepsi setuju) hingga 5 (sangat setuju) di mana nilai 3
kemanfaatan secara negatif. menandakan sikap netral. Sebelum disebarkan,
Menurut Chaouali et al. (2016), masyarakat kuesioner diuji coba terlebih dahulu pada 10
di negara berkembang yang cenderung orang responden.
menaati norma sosial, pengaruh sosial Pengumpulan data dilakukan terhadap
memegang peran penting. Venkatesh & Davis konsumen sebuah toserba yang telah memiliki
(2000) juga meyakini bahwa pengaruh sosial layanan OGS di Kota Bandung dengan
atau pendapat orang lain berdasarkan norma menggunakan teknik convenience sampling.
atau kepercayaan orang-orang di sekitar akan Penyebaran kuesioner dilakukan
berpengaruh terhadap perilaku seseorang. menggunakan sebuah situs web layanan survei
Driediger dan Bhatiasevi (2019) menemukan selama 2 minggu. Pengumpulan data ini
bahwa seseorang yang dipengaruhi oleh orang- menghasilkan 108 data yang dapat digunakan
orang terdekatnya untuk menggunakan suatu untuk pengujian model. Profil responden
teknologi akan semakin memandang teknologi ditunjukkan pada Tabel 1.
tersebut bermanfaat. Semakin konsumen
disarankan oleh lingkungan sosialnya untuk Tabel 1. Profil Responden
menggunakan suatu teknologi, semakin baik Faktor Butir Jumlah %
pula persepsi konsumen terhadap kemanfaatan Jenis Kelamin Perempuan 66 60%
Laki-laki 42 40%
teknologi tersebut. Oleh karena itu
Usia <18 0 0%
dihipotesiskan:
18-25 18 17%
H6: Pengaruh sosial memengaruhi persepsi 26-45 50 46%
kemanfaatan secara positif. 46-60 40 37%
Moore dan Benbasat (1991) mendefinisikan >60 0 0%
visibilitas sebagai sejauh mana penggunaan Pengalaman Pernah menggunakan 65 61%
suatu teknologi dapat dilihat oleh konsumen. menggunakan Tidak pernah
OGS menggunakan 43 39%
Miller dan Khera (2010) meyakini bahwa
teknologi yang secara mudah dapat dilihat
penggunaannya di ruang publik akan Hasil dan Pembahasan
cenderung dipandang bermanfaat oleh orang- Model penelitian dievaluasi dengan Partial
orang yang melihatnya. Semakin mudah suatu Least Squares-Structural Equation Modeling
teknologi dilihat dan diamati penggunaannya, (PLS-SEM), menggunakan perangkat lunak
semakin tinggi persepsi konsumen bahwa SmartPLS 3. Menurut Hair et al. (2014), PLS-
teknologi tersebut bermanfaat. Oleh karena itu SEM paling sesuai digunakan untuk data
dihipotesiskan: berjumlah sedikit dan tidak berdistribusi normal.
H7: Visibilitas memengaruhi persepsi
kemanfaatan secara positif.

96
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v11i1.5204.93-100

Evaluasi Model Pengukuran antara sebuah variabel dengan variabel lainnya


Reliabilitas indikator dari model pengukuran (Hair et al.,2014). Seperti tampak pada Tabel 3,
dievaluasi dengan memperhatikan nilai item model pengukuran telah memenuhi kriteria
outer loading. Menurut Hair et al. (2014), validitas diskriminan.
indikator dikatakan reliabel jika melebihi nilai
0,708. Seperti ditunjukkan pada Tabel 2, Tabel 3. Pengujian validitas diskriminan: Fornell-
seluruh indikator dalam model pengukuran Larcker criterion
Variabel BI COM PU PEOU PR SI VIS
reliabel. Reliabilitas komposit dan validitas BI 0,892
konvergen dari model pengukuran dievaluasi COM 0,681 0,888
PU 0,560 0,562 0,843
masing-masing berdasarkan nilai composite PEOU 0,473 0,590 0,551 0,861
reliability (CR) dan average variance extracted PR -0,136 -0,105 -0,291 -0,182 0,831
SI 0,604 0,474 0,442 0,401 -0,119 0,804
(AVE) dengan nilai ambang batas minimum
VIS 0,329 0,218 0,187 0,271 0,121 0,494 0,887
masing-masing adalah 0,708 dan 0,5 (Hair et
al.,2014). Berdasarkan Tabel 2 dapat terlihat Evaluasi Model Struktural
bahwa nilai CR dan AVE seluruh variabel telah Evaluasi model struktural dilakukan dengan
memenuhi batas ambang. menguji hipotesis berdasarkan PLS-SEM
seperti tampak pada Tabel 4. Berdasarkan
Tabel 2. Nilai CR, AVE dan item outer loading
estimasi level signifikansi, dapat disimpulkan
Outer
Variabel CR AVE Indikator
Loading bahwa 6 hipotesis didukung dengan p<0,05,
BI1 0,910 yaitu Hipotesis 1 hingga Hipotesis 6. Penelitian
BI2 0,914
ini tidak menemukan data yang mendukung
Behavioral
Intention
0,939 0,795 Hipotesis 7.
BI3 0,889
BI4 0,851
Tabel 4. Analisis jalur
C1 0,907 Koefisien
Hipotesis Nilai p Signifikansi Keterangan
jalur
Compatibility 0,918 0,789 C2 0,897
H1: PEOU à BI 0,239 0,010 p<0,05 Tidak ditolak
C3 0,859 H2: PEOU à
0,414 0,000 p<0,001 Tidak ditolak
PEOU1 0,858 PU
H3: PUà BI 0,430 0,000 p<0,001 Tidak ditolak
Perceived PEOU2 0,874
0,880 0,741 H4: CàPEOU 0,591 0,000 p<0,001 Tidak ditolak
Ease of Use PEOU3 0,846
H5: PR à PU -0,179 0,023 p<0,05 Tidak ditolak
PEOU4 0,866 H6: SI à PU 0,274 0,000 p<0,001 Tidak ditolak
PR1 0,889 H7: VISàPU -0,039 0,675 Tidak Signifikan Ditolak

Perceived Risk 0,920 0,691 PR2 0,735


Selain menguji hipotesis dengan
PR3 0,709
menganalisis pengaruh langsung, dilakukan
PU1 0,778
Perceived pula analisis pengaruh total untuk mempelajari
0,816 0,710 PU2 0,853
Usefulness pengaruh tidak langsung antara variabel
PU3 0,818 independen dengan variabel target. Hasil
SI1 0,810 analisis pengaruh total ditunjukkan pada Tabel
Social Influence 0,845 0,646 SI2 0,754 5. Selain itu, hasil evaluasi model struktural
SI3 0,842 menemukan nilai koefisien determinasi model
VIS1 0,863 (R2) adalah sebesar 0, 354.
Visibility 0,917 0,788 VIS2 0,863
Tabel 5. Analisis pengaruh total
VIS3 0,918
Hubungan Pengaruh total Nilai p Signifikansi
C à BI 0,494 0,000 p<0,001
Validitas diskriminan dievaluasi berdasarkan PU à BI 0,430 0,000 p<0,001
Fornell-Larcker criterion. Menurut Hair et al. PEOU à BI 0,239 0,000 p<0,001
(2014), Fornell-Larcker criterion merupakan SI à BI 0,236 0,001 p<0,05
salah satu metode yang dapat digunakan untuk PR à BI -0,154 0,005 p<0,05
menguji validitas diskriminan dalam PLS-SEM.
Nilai akar AVE antara sebuah variabel dan Pembahasan
variabel itu sendiri harus lebih dari nilai korelasi Pengujian hipotesis yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa 6 dari 7 hipotesis diterima.

97
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v11i1.5204.93-100

Persepsi kemudahan pakai ditemukan penelitian teknologi (Li & Huang, 2009;
signifikan berpengaruh positif terhadap niat Driediger & Bhatiasevi, 2019). Hal ini
untuk menggunakan OGS sehingga Hipotesis 1 menunjukkan bahwa semakin konsumen
diterima. Hasil ini konsisten dengan hasil merasa penggunaan OGS berisiko, semakin
penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa konsumen akan berpikir ada cara lain yang
semakin tinggi tingkat kemudahan pakai suatu lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan
teknologi, maka semakin tinggi pula niat belanja.
penggunaannya (Saadé & Bahli, 2005; Sitorus Pengaruh sosial ditemukan signifikan
et al., 2019; Driediger & Bhasitevi, 2019). Hal ini memengaruhi persepsi kemanfaatan secara
menunjukkan bahwa semakin mudah sebuah positif sehingga Hipotesis 6 dapat diterima. Hal
layanan OGS dapat dipahami dan mudah ini konsisten dengan yang ditemukan oleh
digunakan, akan semakin tinggi kecenderungan Driediger dan Bhatiasevi (2019). Temuan ini
konsumen mau menggunakan teknologi menunjukkan bahwa pengaruh dari orang-
tersebut. Semakin OGS dianggap rumit orang dekat di lingkungan sosial akan membuat
dioperasikan, maka semakin kecil kemungkinan konsumen memandang teknologi OGS
konsumen tertarik untuk menggunakannya. bermanfaat.
Penelitian ini menemukan bahwa persepsi Penelitian ini tidak menemukan bukti
kemudahan pakai memiliki pengaruh positif signifikan untuk hubungan antara visibilitas
yang signifikan terhadap persepsi dengan persepsi kemanfaatan, sehingga
kemanfaatan, sehingga Hipotesis 2 diterima. Hipotesis 7 ditolak. Hal ini dapat terjadi karena
Temuan ini konsisten dengan sejumlah kondisi pandemi yang terjadi pada saat
penelitian sebelumnya (Chien et al., 2003; Wu pengumpulan data membuat masyarakat lebih
& Wang, 2005; Ha & Stoel, 2009; Sitorus et al., banyak tinggal di rumah, sehingga tingkat
2019; Driediger & Bhasitevi, 2019). Hal ini visibilitas dari layanan OGS menjadi rendah.
mengindikasikan bahwa ketika konsumen Kondisi pandemi mengurangi kemungkinan
menganggap penggunaan OGS sulit dilakukan, konsumen untuk bertemu dengan pengguna
maka konsumen akan beranggapan bahwa OGS dan mengamati proses penggunaannya.
teknologi tersebut tidak akan mendatangkan Berdasarkan analisis pengaruh total
manfaat. ditemukan bahwa niat adopsi OGS dipengaruhi
Persepsi kemanfaatan ditemukan signifikan oleh kompatibilitas, persepsi kemanfaatan,
berpengaruh positif terhadap niat untuk persepsi kemudahan pakai, pengaruh sosial,
menggunakan OGS sehingga Hipotesis 3 dan persepsi risiko. Analisis pengaruh total
diterima. Temuan ini sesuai dengan hasil memperhitungkan pengaruh langsung maupun
penelitian sebelumnya kemanfaatan (Chien et tidak langsung antara suatu variabel bebas
al., 2003; Saadé & Bahli, 2005; Ha & Stoel, dengan variabel target, sehingga sesuai
2009; Sitorus et al., 2019; Driediger & Bhasitevi, digunakan untuk merumuskan implikasi
2019). Hal ini menunjukkan bahwa cara belanja manajerial (Hair et al., 2014). Dengan
yang semakin menguntungkan konsumen, baik mempelajari pengaruh total seluruh variabel
dari segi waktu, usaha, dan kemudahan, akan terhadap variabel niat adopsi dapat
semakin meningkatkan kecenderungan diidentifikasi apa saja yang perlu diperhatikan
konsumen memilih untuk menggunakan OGS. oleh pihak pengelola toserba agar dapat
Kompatibilitas ditemukan signifikan meningkatkan ketertarikan konsumen untuk
berpengaruh positif terhadap persepsi menggunakan layanan OGS.
kemudahan pakai sehingga Hipotesis 4
diterima. Hal ini mengkonfirmasi bahwa Implikasi Manajerial
semakin layanan OGS dianggap sesuai dengan Penelitian ini menemukan bahwa niat
keinginan dan kebiasaan konsumen dalam konsumen untuk menggunakan layanan OGS
berbelanja daring, semakin konsumen akan sangat dipengaruhi oleh kompatibilitas dan
memandang bahwa OGS mudah untuk persepsi kemanfaatan, diikuti dengan persepsi
digunakan. kemudahan pakai dan pengaruh sosial.
Penelitian ini menemukan bahwa persepsi Persepsi risiko memiliki pengaruh yang kecil
risiko berpengaruh secara negatif terhadap sehingga dapat diabaikan, sementara visibilitas
persepsi kemanfaatan, sehingga Hipotesis 5 tidak ditemukan signifikan memiliki pengaruh
diterima. Temuan ini konsisten dengan hasil tidak langsung terhadap niat penggunaan.

98
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v11i1.5204.93-100

Temuan ini menunjukkan bahwa pihak mampu menjelaskan 35,4% variansi niat
pengelola toserba terutama perlu untuk menggunakan layanan OGS. Penelitian
memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan lanjutan dapat dilakukan dengan melibatkan
dan seperti apa gaya hidup konsumennya, dan variabel lain yang relevan. Teknologi OGS yang
memastikan layanan OGS yang ditawarkan dikaji dalam penelitian ini adalah layanan
sesuai dengan kebutuhan dan gaya hidup berbelanja kebutuhan sehari-hari secara daring
tersebut. Komunikasi pemasaran juga perlu melalui situs web. Penelitian lanjutan dapat
dilakukan dengan memberikan penekanan memperluas media layanan OGS yang tidak
bahwa layanan OGS sesuai dengan kebutuhan terbatas hanya melalui situs web, seperti
dan gaya hidup konsumen, dan menjelaskan misalnya melalui media sosial. Penelitian ini
manfaat apa saja yang ditawarkan. menggunakan convenience sampling untuk
Kemudahan penggunaan dari layanan OGS mengumpulkan data empiris, yang dapat
juga perlu mendapatkan perhatian dari pihak mengurangi daya generalisasi dari hasil
pengelola toserba. Usabilitas dari situs web penelitian. Penelitian lanjutan dapat
OGS perlu dievaluasi terutama terkait dengan menggunakan teknik pengambilan sampel
kriteria user-friendliness dan efisiensi, dan probabilitas.
melakukan perbaikan sesuai dengan hasil
evaluasi tersebut. Bagaimana konsumen Daftar Pustaka
berinteraksi dengan orang-orang terdekatnya Chaouali, W., Yahia, I. B., & Souiden, N. (2016).
juga perlu diperhatikan, untuk memaksimalkan The interplay of counter-conformity
pengaruh sosial terhadap konsumen dalam motivation, social influence, and trust in
menggunakan layanan OGS. Pihak pengelola customers' intention to adopt Internet
toserba dapat memanfaatkan media sosial dan banking services: The case of an emerging
mendorong pengguna untuk memberikan country. Journal of Retailing and Consumer
ulasan positif maupun merekomendasikan Services, 28, 209-218.
OGS pada lingkungan sosialnya. Chien, A. W., Kurnia, S. & von Westarp, F.
(2003). The Acceptance of Online Grocery
Kesimpulan Shopping. Proceedings of 16th Bled
Penelitian ini menemukan bahwa niat adopsi Electronic Commerce Conference, Bled,
teknologi OGS secara signifikan dipengaruhi Slovenia, 219-233.
oleh persepsi kemanfaatan dan persepsi Cho, E., & Son, J. (2019). The effect of social
kemudahan pakai, yang mengkonfirmasi peran connectedness on consumer adoption of
kedua variabel model TAM terbukti mampu social commerce in apparel shopping.
menjelaskan niat adopsi layanan OGS dalam Fashion and Textiles, 6(1).
konteks konsumen Indonesia. Hal ini https://doi.org/10.1186/s40691-019-0171-7
memperkuat kemampuan model TAM dalam Davis, F.D. (1989). Perceived Usefulness,
menjelaskan adopsi teknologi di berbagai Perceived Ease of Use, and User
konteks. Acceptance of Information Technology. MIS
Analisis pengaruh total menunjukkan bahwa Quarterly, 13(3), 319-340.
faktor yang paling menentukan niat adopsi Driediger, F. & Bhatiasevi, V. (2019). Online
teknologi OGS adalah kompatibilitas dan grocery shopping in Thailand: Consumer
persepsi kemanfaatan, yang diikuti dengan acceptance and usage behavior, Journal of
persepsi kemudahan pakai, pengaruh sosial Retailing and Consumer Services, 48, 224-
dan persepsi risiko. Hal ini menunjukkan faktor 237.
interaksi lingkungan sosial memiliki peran Giovanis, A.N., Binioris, S., &
cukup penting dalam menjelaskan ketertarikan Polychronopoulos, G. (2012). An extension
konsumen untuk mengadopsi suatu teknologi. of TAM model with IDT and security/privacy
Penelitian ini belum mengukur pengaruh risk in the adoption of internet banking
langsung dari faktor interaksi lingkungan sosial. services in Greece. EuroMed Journal of
Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan Business, 7(1), 24-53.
mengukur pengaruh langsung ini, selain Ha, S., & Stoel, L. (2009). Consumer e-
mempertimbangkan faktor lain di luar pengaruh shopping acceptance: Antecedents in a
sosial dan visibilitas. Model penelitian ini baru

99
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v11i1.5204.93-100

technology acceptance model. Journal of Sitorus, H.M., Govindaraju, R., Wiratmadja, I.I.,
Business Research, 62(5), 565-571. & Sudirman, I. (2016). Technology adoption:
Hair, J.F., Hult, G.T.M., Ringle, C.M., & an interaction perspective. IOP Conference
Sarstedt, M. (2014). A Primer on Partial Series: Materials Science and Engineering,
Least Squares Structural Equation Modeling 114, 1-7.
(PLS-SEM). Singapore: Sage Publications. Sitorus, H.M., Govindaraju, R., Wiratmadja, I.I.,
Li, Y. H., & Huang, J. W. (2009). Applying theory & Sudirman, I. (2019). Examining the Role of
of perceived risk and technology acceptance Usability, Compatibility and Social Influence
model in the online shopping channel. World in Mobile Banking Adoption in
Academy of Science, Engineering and Indonesia. International Journal of
Technology, 53(1), 919-925. Technology, 10(2), 351-362.
Miller, J., & Khera, O. (2010). Digital library Venkatesh, V., & Davis, F. D. (2000). A
adoption and the technology acceptance theoretical extension of the technology
model: A cross-country analysis. The acceptance model: Four longitudinal field
Electronic Journal of Information Systems in studies. Management Science, 46(2), 186-
Developing Countries, 40(1), 1-19. 204.
Moore, G. C., & Benbasat, I. (1991). Venkatesh, V., Morris, M. G., Davis, G. B., &
Development of an instrument to measure Davis, F. D. (2003). User acceptance of
the perceptions of adopting an information information technology: Toward a unified
technology innovation. Information Systems view. MIS Quarterly, 27(3), 425-478.
Research, 2(3), 192-222. Verhoef, P. C., & Langerak, F. (2001). Possible
Rogers, E. M. (2003). Diffusion of Innovations, determinants of consumers’ adoption of
New York: The Free Press. electronic grocery shopping in the
Saadé, R., & Bahli, B. (2005). The impact of Netherlands. Journal of Retailing and
cognitive absorption on perceived Consumer Services, 8(5), 275-285.
usefulness and perceived ease of use in on- Wu, J. H., & Wang, S. C. (2005). What drives
line learning: an extension of the technology mobile Commerce?: An empirical evaluation
acceptance model. Information & of the revised technology acceptance
Management, 42(2), 317-327. model. Information & management, 42(5),
719-729.

100

You might also like