Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 10

JURNAL LEDALERO 1

Vol., No., Bulan, Tahun

Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero


JURNAL LEDALERO
http://ejurnal.stfkledalero.ac.id/index.php/JLe/index

Harmonisasi Dogma Keselamatan dan Sakramen Baptis dalam Gereja


Katolik

Yohanes Dandi
Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana
Pos-el: yohanesdandipr@gmail.com

Diajukan: 08-09-2022; Direview: …….; Diterima: …….; Dipublis…….

Abstract This study focuses on the relationship or harmonization between the dogma of salvation in Extra Ecclesiam
Nulla Salus and the sacrament of baptism. Critical discourse methodology is the method used in writing this
literature study. This method is used with the aim that the dogma of salvation and the sacrament of baptism can be
understood carefully, especially in their harmonization. Salvation taught in the Catholic Church is universal and
participatory. In this case, salvation is intended for all mankind. However, this universal salvation is not salvation
that can only be obtained freely, but salvation is fought for based on Christian virtues. All human beings, especially
the Catholic faithful, need to involve themselves to take part in the mission of Christ. The dogma of salvation in
Extra Ecclesiam Nulla Salus and the sacrament of baptism is a grace from God bestowed on the Church. These two
things are closely related to each other because in order to gain salvation, one needs to be baptized in order to be
united with Christ. This union with Christ is the first step to salvation. Baptism does not completely lead a person to
salvation because when he is baptized, a person is given the responsibility to carry out the triduties of Christ,
namely to carry out priestly, prophetic, and royal duties.

Key words): Salvation, Dogma of Salvation, Extra Ecclesiam Nulla Salus, Sacrament of Baptism, Triduty of Christ.

Pendahuluan
Extra Ecclesiam Nulla Salus adalah dogma dalam Gereja Katolik yang menyatakan bahwa di luar
Gereja tidak ada keselamatan. Dogma ini diakui oleh Gereja Katolik karena Yesus dipercaya sebagai
jalan, kebenaran, dan hidup.1 Dogma ini terkesan bahwa Gereja Katolik adalah arogan karena
keselamatan hanya ada pada mereka yang mengimani Yesus sebagai Allah. 2 Meskipun begitu,
magisterium dalam Gereja Katolik mengajarkan bahwa Allah tidak hanya menyelamatkan mereka yang
notabene menganut kepercayaan kepada Yesus, melainkan juga yang tidak. Dalam hal ini, Gereja Katolik
memercayai bahwa Allah menghendaki semua orang berhak untuk diselamatkan dan berhak pula
menerima pengetahuan akan kebenaran.3
Dogma keselamatan dalam Gereja Katolik memiliki kesinambungan dengan sakramen baptis.
Dikatakan demikian karena sakramen baptis diketahui sebagai pintu gerbang yang benar-benar
1
Bdk. Yoh 14:6
2
Ingrid Listianti, “Adakah Keselamatan Di Luar Tuhan Yesus/ Gereja Katolik?,” katolisitas.org, terakhir diubah pada
2018, diakses pada 25 Maret 2022, https://katolisitas.org/adakah-keselamatan-di-luar-tuhan-yesus-gereja-katolik/.
3
Bdk. 1 Tim 2:3-4
2 Judul Artikel (Nama Penulis):

dibutuhkan oleh manusia untuk menuju keselamatan. 4 Artinya, sakramen baptis menjadi syarat pertama
yang harus dipenuhi agar sampai pada keselamatan. Dengan kata lain, langkah pertama untuk menuju
keselamatan dimulai dengan sakramen baptis.
Ada banyak studi yang mengkaji dogma keselamatan (Extra Ecclesiam Nulla Salus) maupun
sakramen baptis. Kedua hal ini perlu dimengerti sebagai suatu kesatuan. Dengan kata lain dogma
keselamatan dan sakramen baptis tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Dalam hal ini, dogma keselamatan
dan sakramen baptis saling mensyaratkan. Meskipun begitu, dogma keselamatan dan sakramen baptis
yang diuraikan dalam dua paragraf di atas menimbulkan beberapa persoalan yang perlu untuk digarap
lebih lanjut. Adapun persoalan-persoalan tersebut dimuat dalam kalimat interogatif sebagai berikut.
Keselamatan seperti apa yang diajarkan dan dimaksudkan oleh Gereja Katolik? Mengapa dogma
keselamatan dalam Gereja Katolik harus dimengerti dan dihubungkan penerimaan sakramen baptis?
Apakah keselamatan dalam Gereja Katolik dapat diperoleh hanya dengan menerima sakramen baptis
saja?
Pertanyaan-pertanyaan di atas akan dikaji dengan saksama melalui metodologi diskursus kritis.
Artinya, persoalan-persoalan yang dimuat dalam tiga rumusan masalah di atas akan digarap dengan
menggumuli pemikiran dari literatur buku-buku.5 Studi ini dilakukan dengan tujuan supaya dogma
keselamatan dapat dimengerti sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan. Selain itu, tujuan lain
dari penulisan studi ini juga adalah untuk mengulas beberapa pandangan maupun inspirasi teolgis, biblis,
dan historis dari dogma keselamatan dan keterkaitannya dengan sakramen baptis.

Hostoris Dogma Keselamatan dalam Extra Ecclesiam Nulla Salus


Pada abad ke-4, Kehadiran dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus menimbulkan berbagai macam
persoalan, khususnya pada saat abad ke-4. Persoalan ini terjadi karena pada waktu itu istilah Extra
Ecclesiam Nulla Salus ditujukan untuk orang-orang yang tidak beragama Kristen. Orang-orang ini
dianggap sebagai orang yang berada di luar Gereja dan juga di luar keselamatan. Anggapan ini diberikan
kepada mereka karena mereka menolak injil yang telah diwartakan. Oleh karena itu, mereka yang
menolak injil disebut sebagai orang-orang yang bersalah. 6
Santo Ambrosius, bapa Gereja sekaligus uskup Milano pada tahun 340-397, mengutarakan
pendapatnya terkait dengan penolakan orang-orang terhadap injil.
“Jika seseorang tidak percaya kepada Kristus ia merugikan dirinya sendiri dari anugerah
universal ini, sama seperti seorang yang menghindari sinar matahari dengan menutup
jendela. Sebab belas kasih Allah telah disebarkan oleh Gereja kepada segala bangsa; dan
iman telah ditaburkan bagi sekalian orang”.7

4
Kitab Hukum Kanonik, Kanon 849.
5
Armada Riyanto, Metodologi - Pemantik Dan Anatomi Riset Filosofis Teologis, ed. Imilda (Malang: Widya Sasana
Publication, 2020) 82.
6
Albertus Sujoko, Militansi Dan Toleransi - Refleksi Teologis Atas Rahmat Sakramen Baptis (Yogyakarta: Kanisius,
2012).
7
Albertus Sujoko, Militansi Dan Toleransi - Refleksi Teologis Atas Rahmat Sakramen Baptis (Yogyakarta: Kanisius,
2012) 18.
JURNAL LEDALERO 3
Vol., No., Bulan, Tahun

Argumen Santo Ambrosius di atas menunjukan bahwa keselamatan hanya diperuntukan kepada
mereka yang mengimani Kristus. Artinya, keselamatan itu dikhususkan bagi mereka yang menerima Injil
dan mengakui Kristus sebagai jalan untuk menuju keselamatan.
Santo Yohanes Chrysostomus, seorang Doktor Gereja Katolik sekaligus Uskup Agung
Konstantinopel (347-407), memiliki argumen yang sama dengan Santo Ambrosius. Ia mengemukakan
argumennya secara objektif berkaitan dengan orang-orang yang menolak injil. Menurutnya, orang-orang
yang menolak Injil adalah bukan suatu kesalahan karena penolakan injil disebabkan oleh ketidaktahuan
mereka terhadap injil.8
Dua pandangan di atas menunjukan bahwa keselamatan dalam Gereja Katolik berkaitan erat
dengan Injil. Dalam hal ini, Keselamatan diberikan dan dianugerahkan bagi orang-orang yang menerima
Injil sebagai sabda Allah. Jika dikatakan demikian, maka injil merupakan sabda Allah yang
menyelamatkan manusia.
Santo Agustinus juga memiliki gagasan teologis berkaitan dengan dogma Extra Ecclesiam Nulla
Salus. Ia memandang bahwa Allah telah menyatakan rahmat-Nya kepada semua orang dalam Yesus
Kristus melalui Gereja. Keselamatan hanya dapat diperoleh di dalam Gereja itu sehingga di luar Gereja
tidak ada keselamatan. Gagasan teologis ini mengandung arti bahwa keselamatan dilimpahkan hanya bagi
orang yang sudah dibaptis secara Katolik. Hal ini dapat diketahui dari ungkapan yang diutarakan oleh
Santo Agustinus.
Rahmat yang menyelamatkan dari agama kita ini, satu-satunya agama yang benar tidak
pernah akan ditolak oleh orang yang layak untuk itu; dan kalau ada orang yang
menolaknya berarti orang itu tidak layak menerimanya. Sejak permulaan sejarah manusia
sampai pada hari kiamat nanti, agama yang benar ini dinyatakan untuk memberikan
ganjaran kepada yang layak dan hukuman kepada yang tidak layak. Itulah sebabnya maka
tidak semua orang mendapat kesempatan mengenal Kristus. Karena Allah dalam
kemahabijaksanaann-Nya sudah dapat mengetahui sebelumnya siapa yang akan percaya
dan siapa yang tidak akan percaya. Dan kepada mereka yang tidak percaya
diberitahukannya juga sebagai peringatan bagi yang mau percaya. 9
Gagasan teologis yang dikemukakan oleh Santo Agustinus tersebut adalah menarik. Meskipun
begitu, gagasan itu juga memiliki kelemahan. Hal yang menarik dari gagasan teologisnya itu adalah
bahwa Allah sudah memilih, memutuskan, dan menakdirkan segala sesuatu. Dengan kata lain, mereka
yang tidak menerima injil berarti orang-orang yang telah dipilih Allah. Adapun kelemahan gagasan
teologis yang diungkapkan oleh Santo Agustinus yakni ia belum membedakan bahwa manusia memiliki
kebebasan. Hal ini dapat diketahui dari ungkapannya bahwa sebelumnya Allah telah memilih orang-orang
yang tidak mau menerima injil.
Seorang teolog abad pertengahan, Thomas Aquinas, menyampaikan pendapatnya tentang
keselamatan. Ia memandang bahwa keselamatan itu membutuhkan pembaptisan. Adalah suatu syarat
menurut Thomas bahwa pembaptisan itu menjadi sarana untuk menerima keselamatan. Argumennya ini
bertitik dari sebuah pernyataan bahwa keselamatan hanya di dalam Kristus dan di luar Kristus tidak ada

8
Sujoko, Militansi Dan Toleransi - Refleksi Teologis Atas Rahmat Sakramen Baptis, 19.
9
Sujoko, Militansi Dan Toleransi - Refleksi Teologis Atas Rahmat Sakramen Baptis, 22-23
4 Judul Artikel (Nama Penulis):

keselamatan. Titik tolak jalan pikiran Thomas ini mengungkapkan bahwa barang siapa yang memiliki
keinginan untuk memperoleh keselamatan, maka ia harus bersatu dengan Kristus. Dengan kata lain,
seseorang yang yang telah dibaptis adalah simbol atau tanda bahwa ia telah dipersatukan dengan Kristus.
Buah pikiran Thomas di atas bermaksud untuk membedakan orang-orang yang tidak mengenal Kristus.
Selain itu, ia mengandaikan bahwa ada orang baik dan jujur namun tidak mengenal Kristus. Mereka ini
disebut sebagai orang yang menerima baptis rindu karena hatinya mengarah pada kebaikan dan
kebenaran. Hal ini menunjukan bahwa keselamatan tidak hanya dikhususkan bagi orang beriman Katolik.
Teologi keselamatan tidak hanya menjadi persoalan pada abad ke-4 saja, melainkan juga pada ke-
19. Saat itu, dunia sedang mengalami revolusi industri. Hal ini membuat teologi keselamatan
dipertanyakan secara rasional sehingga orang-orang memiliki intelektual yang memadai berkat revolusi
industri. Adalah F. Sullivan, seorang teolog Katolik, mempertanyakan teologi keselamatan dengan kritis.
Ia mempersoalan bagaimana mungkin kita dapat percaya kepada seorang Allah, Bapa yang Mahabaik,
yang membiarkan begitu banyak manusia tidak pernah mengenal Injil dan tidak pernah dibaptis,
kemudian menghukumnya dalam api neraka? Bagaimanakah orang yang berpikir secara rasional dapat
memercayai seorang Allah yang demikian itu?10
Pertanyaan-pertanyaan kritis yang menyangkut teologi keselamatan mendorong Gereja untuk
mengkonversikan pandangan teologisnya tentang keselamatan. Hal ini disebabkan oleh semakin
banyaknya orang-orang yang bertanya tentang iman kepercayaan, secara khusus dogma Extra Ecclesiam
Nulla Salus yang diajarkan oleh Gereja.
Rosseau, seorang filsuf Perancis, mengatakan bahwa dogma dari agama harus berhadapan dengan
rasionalitas manusia, secara khusus dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus. Rosseau mengutarakan
pendapatnya dengan kalimat sebab-akibat. Menurutnya, jika keselamatan itu ada di dalam agama, maka
semua orang baik tidak akan terdorong untuk bergabung ke dalam agama itu. Ia mengungkapkan kalimat
itu karena jika banyak orang baik masuk agama itu, maka tidak rasional bahwa siksasan kekal akan
dialami oleh orang baik itu. Jika hal ini adalah benar, maka Tuhan yang dimaksudkan oleh agama itu
adalah Tuhan yang tiran dan tidak adil.
Pemikiran kritis dari Rousseau menjadi persoalan pada saat itu. Giovanni Perrone seorang teolog
asal Italia 1794-1876, kemudian menanggapi persoalan itu secara teologis. Menurutnya, keselamatan itu
bisa diterima sejauh orang-orang yang baik tidak tahu terhadap cara yang tidak bisa dipersalahkan
(inculpably ignorant). Pendapat Perrone ini untuk menyelesaikan persoalan tentang orang-orang yang
mengartikan Extra Ecclesiam Nulla Salus secara harfiah. Perrone memiliki pandangan bahwa Extra
Ecclesiam Nulla Salus tidak boleh dikenakan kepada orang-orang yang berada di luar Gereja bukan
karena kesalahannya sendiri. Semboyan itu hanya bisa dikenakan kepada orang-orang yang karena
kesalahannya telah menempatkan diri di luar Gereja. 11

Dogma Keselamatan dalam Extra Ecclesiam Nulla Salus


Extra Ecclesiam Nulla Salus (EENS) adalah dogma dalam Gereja Katolik yang menyatakan
bahwa diluar Gereja tidak ada keselamatan. 12 Dogma ini mengajarkan bahwa Gereja tidak pernah
terpisah dari Kristus. Artinya, Gereja (umat Allah) perlu untuk menyatukan diri dengan Kritus supaya
10
Sujoko, Militansi Dan Toleransi - Refleksi Teologis Atas Rahmat Sakramen Baptis, 29
11
Sujoko, Militansi Dan Toleransi - Refleksi Teologis Atas Rahmat Sakramen Baptis, 33.
JURNAL LEDALERO 5
Vol., No., Bulan, Tahun

diselamatkan. Dengan kata lain, persatuan dengan Kristus adalah syarat untuk sampai pada keselamatan.
Dogma ini tentu memiliki dasar teologis. Gereja Katolik mengakui bahwa Kristus telah menyatakan
bahwa diri-Nya adalah kepala dan Gereja adalah mempelai wanita (lih. Kol 1:18; Ef 5:22-33). Dari dasar
biblis ini, dapat dikatakan bahwa persatuan dengan Kristus itu benar-benar diperlukan untuk memperoleh
keselamatan. Dalam hal ini, Kristus menginginkan Gereja untuk menjadi instrumen, alat, atau sarana
keselamatan.
Extra Ecclesiam Nulla Salus secara harafiah berarti di luar Gereja Katolik tidak ada keselamatan.
Meskipun arti tersebut dikhususkan bagi Gereja Katolik, dogma ini perlu untuk dipahami dengan
saksama, khususnya dimengerti sesuai dengan apa yang diajarkan dan dimengerti oleh Gereja. Adalah
penting untuk diketahui bahwa Gereja mengajarkan bahwa keselamatan yang dimaksudkan dalam dogma
Extra Ecclesiam Nulla Salus adalah keselamatan yang nyata sekaligus universal untuk seluruh umat
manusia. Selain itu, maksud lainnya juga adalah berkaitan dengan urgensitas Gereja untuk keselamatan
manusia. Dominus Iesus sebagai sebuah deklarasi yang dikeluarkan oleh Kongregasi untuk Doktrin Iman
menjelaskan dengan rinci berkaitan dengan dua hal yang dijelaskan di atas.
“From what has been stated above, some points follow that are necessary for theological
reflection as it explores the relationship of the Church and the other religions to salvation.
Above all else, it must be firmly believed that “the Church, a pilgrim now on earth, is
necessary for salvation: the one Christ is the mediator and the way of salvation; he is
present to us in his body which is the Church. He himself explicitly asserted the necessity
of faith and baptism (cf. Mk 16:16; Jn 3:5), and thereby affirmed at the same time the
necessity of the Church which men enter through baptism as through a door”.77 This
doctrine must not be set against the universal salvific will of God (cf. 1 Tim 2:4); “it is
necessary to keep these two truths together, namely, the real possibility of salvation in
Christ for all mankind and the necessity of the Church for this salvation”. 13 (Dari apa
yang telah dikemukakan di atas, berikut beberapa hal yang perlu untuk refleksi teologis
dalam mengeksplorasi hubungan Gereja dan agama-agama lain dengan keselamatan. Di
atas segalanya, harus diyakini dengan kuat bahwa “Gereja, seorang peziarah sekarang di
bumi, diperlukan untuk keselamatan: satu-satunya Kristus adalah perantara dan jalan
keselamatan; dia hadir bagi kita di dalam tubuhnya yang adalah Gereja. Dia sendiri secara
eksplisit menegaskan perlunya iman dan baptisan (bdk. Mrk 16:16; Yoh 3:5), dan dengan
demikian menegaskan pada saat yang sama perlunya Gereja yang manusia masuki melalui
baptisan seperti melalui pintu”. Doktrin ini tidak boleh bertentangan dengan kehendak
keselamatan universal Allah (lih. 1 Tim2:4); “perlu untuk menjaga kedua kebenaran ini
bersama-sama, yaitu, kemungkinan nyata keselamatan dalam Kristus bagi seluruh umat
manusia dan perlunya Gereja untuk keselamatan ini”)
12
“Apakah Arti EXTRA ECCLESIAM NULLA SALUS (Extra Ecclesiam Nulla Salus)?,” katolisitas.org, terakhir diubah
pada 2022, diakses pada 27 Maret 2022, https://katolisitas.org/apakah-arti-Extra Ecclesiam Nulla Salus -extra-
ecclesiam-nulla-salus/.
13
“Congregation For The Doctrine Of The Faith,” vatican.va, terakhir diubah pada 2000, diakses pada 01 April 2022,
https://www.vatican.va/roman_curia/congregations/cfaith/documents/rc_con_cfaith_doc_20000806_dominus-
iesus_en.html.
6 Judul Artikel (Nama Penulis):

Penjelasan di atas menunjukan bahwa dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus tidak bisa diartikan
bahwa Gereja Katolik (umat beriman Katolik) saja yang diselamatkan dan mereka yang di luar Gereja
Katolik dimasukan ke dalam neraka. Selain itu, dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus tidak bermaksud
bahwa orang Katolik pasti akan masuk surga.
Dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus didasarkan pada kitab suci (Alkitab) sebagai dasar iman.
Kristus sebagai manusia yang diutus oleh Allah untuk menyelamatkan dunia menginginkan keselamatan
bagi semua umat manusia (bdk. 1 Tim 2:4). Gereja Katolik, dalam hal ini, mengakui bahwa Allah
mengutus Yesus ke dunia untuk melaksanakan tugas atau misi-Nya, yakni menyelamatkan manusia.
Untuk memperoleh keselamatan, manusia perlu beriman. Manusia memerlukan iman untuk memahami
bahwa Allah memberikan kasih karunia-Nya kepada manusia melalui iman (bdk. Ef 2:8). Dari dasar
biblis ini, dapat dijelaskan bahwa kasih karunia Allah menghantar manusia kepada keselamatan,
Lumen Gentium, dalam Konsili Vatikan II, mengajarkan:
Berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi, Konsili mengajarkan bahwa Gereja yang sedang
mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satu pengantara dan jalan
keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan
jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan baptis (Mrk 16:16; Yoh 3:5). Kristus sekaligus
menegaskan perlunya Gereja yang dimasuki orang-orang melalui Baptis bagaikan
pintunya. Maka dari itu, andaikata ada orang yang benar-benar tahu bahwa Gereja Katolik
itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau
masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan. 14
Jika diperhatikan dengan saksama, maka apa yang diajarkan oleh Konsili Vatikan II dalam Lumen
Gentium 14 memiliki persamaan dengan apa yang diajarkan oleh bapa-bapa Gereja. Persamaan yang
dimaksudkan adalah prinsip dasar berkaitan dengan pentingnya baptisan bagi keselamatan.
Konsili Vatikan II secara hakiki tidak mengganti atau menghilangkan dogma Extra Ecclesiam
Nulla Salus, melainkan menguraikannya dengan kalimat positif sebagaimana yang dijelaskan dalam
Katekismus Gereja Katolik: “Bagaimana dapat dimengerti ungkapan ini yang sering kali diulangi oleh
para bapa Gereja? Kalau tidak dirumuskan secara positif, ia mengatakan bahwa seluruh keselamatan
datang dari Kristus sebagai kepada melalui Gereja, yang adalah Tubuh-Nya”. 15 Dalam hal ini, Gereja
Katolik menyetujui bahwa keselamatan dapat diterima oleh orang-orang yang tanpa kesalahan sendiri
tidak mendalami atau mengenal Kristus dan Gereja-Nya. Meskipun dikatakan bahwa keselamatan itu bisa
diterima oleh orang di luar Gereja, keselamatan yang demikian harus memenuhi kriteria yang dijabarkan
dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium. Dijelaskan bahwa mereka yang tanpa bersalah tidak
mengenal Injil Kristus beserta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh
rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan
nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal. 16 Pernyataan ini menunjukan bahwa keselamatan dalam
adagium Extra Ecclesiam Nulla Salus berarti keselamatan yang universal bagi semua manusia.
Keselamatan ini dapat diterima sesuai dengan syarat yang dijelaskan dalam Lumen Gentium.

14
R Hardawiryana, ed., "Konstitusi Dogmatis (Lumen Gentium) tentang Gereja", dalam Dokumen Konsili Vatikan II
(Jakarta: Obor, 2017) 89.
15
R Hardawiryana, ed., Katekismus Gereja Katolik (Flores: Nusa Indah, 2014) 224.
16
Hardawiryana, Dokumen Konsili Vatikan II, 91-92.
JURNAL LEDALERO 7
Vol., No., Bulan, Tahun

Sakramen Baptis dalam Gereja Katolik


Sakramen adalah kata yang berasal dari bahasa Yunani, yakni misterius. Kata ini diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin dengan dua istilah: mysterium dan sacramentum. Kata sacramentum dipakai untuk
menegaskan tanda yang kelihatan dari kenyataan keselamatan. 17 Sedangkan, kata mysterium digunakan
untuk menitikberatkan tanda yang tidak kelihatan dari kenyataan keselamatan. Dikutip dari Katekismus
Gereja Katolik artikel 1115 bahwa apa yang kelihatan dari Penebus (Kristus) kita secara sejati sudah
dialihkan ke dalam misteri-misteri-Nya, yakni sakramen-sakramen-Nya. Dari uraian yang ini, dapat
dikatakan bahwa sakramen adalah tanda yang terlihat dari misteri Kristus yang tidak terlihat. Tanda ini
diadakan oleh Kristus supaya rahmat keselamatan diberikan kepada umat Allah. 18
Gereja Katolik mengakui bahwa ada misteri keselamatan. Berkaitan dengan hal ini, Katekismus
Gereja Katolik dalam kanon 774 menjelaskan bahwa Kristus adalah misteri keselamatan. Dari penjelasan
ini dapat diketahui bahwa misteri keselamatan yang dimaksudkan oleh Gereja Katolik adalah Kristus.
Sakramen baptis adalah salah satu dari tujuh sakramen yang dimiliki oleh Gereja Katolik.
Seseorang yang hendak bergabung menjadi anggota Gereja pertama-tama diharuskan menerima sakramen
ini. Dalam hal ini, sakramen baptis merupakan syarat mutlak yang harus diterima agar sakramen-
sakramen lain yang ada dalam Gereja Katolik dapat diterima. Jika sakramen baptis dikatakan sebagai
syarat, maka sakramen baptis menjadi sakramen prioritas yang harus dilakukan terlebih dahulu. Gereja
Katolik mendasarkan sakramen baptis menjadi prioritas karena sakramen baptis merupakan fondasi dan
pintu masuk kepada seluruh kehidupan kristiani. Sakramen baptis memberikan rahmat pengudusan yang
membawa kepada kehidupan baru di jiwa umat Allah. Artinya, sakramen baptis mengantar manusia untuk
menjadi anak-anak Allah dan ahli waris kerajaan surga. 19
Pembaptisan suci adalah nama lain untuk menyebutkan sakramen baptis. Katekismus Gereja
Katolik, sebagai dokumen Gereja Katolik yang berfungsi sebagai sarana yang sah untuk mengajar iman,
menjelaskan dengan tegas hal-hal yang berkaitan dengan pembaptisan.
Pembaptisan suci adalah seluruh kehidupan Kristen, pintu masuk menuju kehidupan
dalam Roh Kudus (vitae spiritualis ianua) dan menuju sakramen-sakramen yang lain. Oleh
pembaptisan kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai putra-putri Allah;
kita menjadi anggota-anggota Kristus, dimasukan ke dalam Gereja dan ikut serta dalam
perutusannya.20
Dari uraian Katekismus Gereja Katolik di atas, dapat dikatakan bahwa pembaptisan suci menjadi
hal yang fundamental dan utama dalam kehidupan kristiani. Pembaptisan dikatakan suci karena Allah
memberikan anugerah-Nya yang paling indah dan mulia melalui pembaptisan. Selain itu, pembaptisan
dikatakan suci juga karena pembaptisan merupakan rahmat, pengurapan, penerangan, busana kebakaan,
permandian, kelahiran kembali, materai, dan pemberian yang memiliki nilai lebih.
Sakramen baptis yang telah diterima, baik itu seorang bayi maupun dewasa, menentukan seseorang dalam
keanggotaan dalam Gereja Katolik. Maksudnya, orang yang disebut dan diyakini sebagai orang katolik
karena ia telah menerima sakramen baptis. Dalam hal ini, baptisan menjadi dasar untuk menentukan
kehadiran orang Katolik. Dikatakan demikian karena penerimaan sakramen baptis adalah bentuk
penerimaan seseorang dalam paguyuban Gereja (umat beriman Katolik). Seseorang yang telah menerima
sakramen baptis memiliki hak dan kewajiban. Umat beriman Katolik berhak untuk menerima sakramen-
sakramen, dikuatkan oleh Sabda Allah, dan ditopang oleh bantuan rohani Gereja lainnya. 21 Selain itu,

17
Hardawiryana, Katekismus Gereja Katolik, 205.
18
“Apakah Sakramen?,” katolisitas.org, diakses pada 27 Maret 2022, https://katolisitas.org/unit/apakah-
sakramen/.
19
“Apakah Sakramen Baptis?,” katolisitas.org, diakses pada 27 Maret 2022, https://katolisitas.org/unit/apakah-
sakramen-baptis/.
20
R Hardawiryana, ed., Katekismus Gereja Katolik (Flores: Nusa Indah, 2014.) 313.
21
Hardawiryana, Katekismus Gereja Katolik, 325.
8 Judul Artikel (Nama Penulis):

kewajiban yang harus dilakukan oleh umat beriman Katolik dijelaskan dalam Konstitusi Dogmatis Lumen
Gentium.
Jadi, kaum beriman Kristiani, yang berkat baptis telah menjadi anggota Tubuh Kristus,
terhimpun menjadi umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas
imamat, kenabian dan rajawi Kristus, dan dengan demikian sesuai dengan kemampuan
mereka melaksanakan perutusan segenap Umat Kristiani dalam Gereja dan dunia. 22
Apa yang telah dijelaskan di atas menunjukan bahwa seorang beriman Katolik perlu mengusahakan
haknya dan bertanggungjawab melaksanakan kewajiban atas pembaptisan yang diterima sebagai usaha
untuk memperoleh keselamatan.

Penutup
Uraian yang telah dijelaskan pada bagian pembahasan di atas menunjukan bahwa keselamatan yang
dimaksud oleh Gereja Katolik adalah keselamatan yang universal. Artinya, keselamatan itu ditujukan bagi
semua manusia. Akan tetapi, keselamatan tidak dapat dikatakan sebagai keselamatan yang cuma-cuma,
melainkan keselamatan yang perlu diusahakan seturut nilai-nilai Kristiani, seperti salah satu contohnya
adalah kejujuran. Keselamatan yang yang diajarkan dalam Gereja Katolik berciri partisipasi. Dalam hal
ini, partisipasi berarti semua manusia yang ingin menerima keselamatan perlu turut ambil bagian dalam
keselamatan manusia. Keselamatan yang universal dan bersifat partisipasi ini sesuai dengan misi Kristus,
yakni menyelamatkan manusia.
Dogma keselamatan dalam Gereja Katolik perlu dimengerti dan dihubungkan dengan penerimaan
sakramen baptis karena kedua hal tersebut adalah rahmat Allah yang dianugerahkan bagi manusia, secara
khusus bagi umat beriman Katolik. Kehadiran orang Katolik (Gereja) yang sudah dibaptis, menjadi tanda
bahwa misteri keselamatan ada dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini, pembaptisan menuntut umat
beriman Katolik untuk keterlibatan untuk menjadi anak-anak Allah. Dengan kata lain, pembaptisan
menjadi langkah pertama untuk memperoleh keselamatan. Meskipun dikatakan demikian, keselamatan itu
perlu diusahakan dengan melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan magisterium Gereja.
Penerimaan sakramen baptis dikatakan sebagai gerbang utama untuk menuju keselamatan.
Meskipun dikatakan demikian, keselamatan tidak sepenuhnya dapat diterima hanya dengan menerima
sakramen baptis. Keselamatan perlu diperjuangkan dengan melanjutkan tritugas Kristus, yakni tugas
imamat, kenabian, dan rajawi. Tritugas Kristus ini adalah tanggung jawab yang harus diemban oleh
mereka yang telah menerima sakramen baptis. Tugas kenabian berarti berani untuk mewartakan
kebenaran Kristus. Tugas imamat berarti ikut ambil bagian dalam menerima sakramen dan melaksanakan
liturgi. Dan tugas rajawi berarti terlibat dalam pelayanan dan persaudaraan.

Penutup
Uraian yang telah dijelaskan pada bagian pembahasan di atas menunjukan bahwa keselamatan
yang dimaksud oleh Gereja Katolik adalah keselamatan yang universal. Artinya, keselamatan itu
ditujukan bagi semua manusia. Akan tetapi, keselamatan tidak dapat dikatakan sebagai keselamatan yang
cuma-cuma, melainkan keselamatan yang perlu diusahakan seturut nilai-nilai Kristiani, seperti salah satu
contohnya adalah kejujuran. Keselamatan yang yang diajarkan dalam Gereja Katolik berciri partisipasi.
Dalam hal ini, partisipasi berarti semua manusia yang ingin menerima keselamatan perlu turut ambil
bagian dalam keselamatan manusia. Keselamatan yang universal dan bersifat partisipasi ini sesuai dengan
misi Kristus, yakni menyelamatkan manusia.
Dogma keselamatan dalam Gereja Katolik perlu dimengerti dan dihubungkan dengan penerimaan
sakramen baptis karena kedua hal tersebut adalah rahmat Allah yang dianugerahkan bagi manusia, secara
khusus bagi umat beriman Katolik. Kehadiran orang Katolik (Gereja) yang sudah dibaptis, menjadi tanda
22
Hardawiryana, Dokumen Konsili Vatikan II, 116-117.
JURNAL LEDALERO 9
Vol., No., Bulan, Tahun

bahwa misteri keselamatan ada dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini, pembaptisan menuntut umat
beriman Katolik untuk keterlibatan untuk menjadi anak-anak Allah. Dengan kata lain, pembaptisan
menjadi langkah pertama untuk memperoleh keselamatan. Meskipun dikatakan demikian, keselamatan itu
perlu diusahakan dengan melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan magisterium Gereja.
Penerimaan sakramen baptis dikatakan sebagai gerbang utama untuk menuju keselamatan. Meskipun
dikatakan demikian, keselamatan tidak sepenuhnya dapat diterima hanya dengan menerima sakramen
baptis. Keselamatan perlu diperjuangkan dengan melanjutkan tritugas Kristus, yakni tugas imamat,
kenabian, dan rajawi. Tritugas Kristus ini adalah tanggung jawab yang harus diemban oleh mereka yang
telah menerima sakramen baptis. Tugas kenabian berarti berani untuk mewartakan kebenaran Kristus.
Tugas imamat berarti ikut ambil bagian dalam menerima sakramen dan melaksanakan liturgi. Dan tugas
rajawi berarti terlibat dalam pelayanan dan persaudaraan.

Daftar Rujukan
———, Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2019.\

Hardawiryana, R, ed. Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Obor, 2017.

———, ed. Katekismus Gereja Katolik. Flores: Nusa Indah, 2014.

Riyanto, Armada. Metodologi - Pemantik Dan Anatomi Riset Filosofis Teologis. Diedit oleh Imilda.
Malang: Widya Sasana Publication, 2020.

Sujoko, Albertus. Militansi Dan Toleransi - Refleksi Teologis Atas Rahmat Sakramen Baptis. Yogyakarta:
Kanisius, 2012.

Internet:

Listianti, Ingrid. “Adakah Keselamatan Di Luar Tuhan Yesus/ Gereja Katolik?” katolisitas.org. Last
modified 2018. Diakses pada 25 Maret 2022. https://katolisitas.org/adakah-keselamatan-di-luar-
tuhan-yesus-gereja-katolik/.

“Apakah Arti EENS (Extra Ecclesiam Nulla Salus)?” katolisitas.org. Terakhir diubah pada 2022. Diakses
pada 27 Maret 2022. https://katolisitas.org/apakah-arti-eens-extra-ecclesiam-nulla-salus/.
10 Judul Artikel (Nama Penulis):

“Apakah Sakramen?” katolisitas.org. Diakses pada 27 Maret 2022 https://katolisitas.org/unit/apakah-


sakramen/.

“Apakah Sakramen Baptis?” katolisitas.org. Diakses pada 27 Maret 2022


https://katolisitas.org/unit/apakah-sakramen-baptis/.

“Congregation For The Doctrine Of The Faith.” vatican.va. Terakhir diubah pada 2022. Diakses pada 01
April 2022 https://www.vatican.va/roman_curia/congregations/cfaith/documents/
rc_con_cfaith_doc_20000806_dominus-iesus_en.html.

You might also like