Rikki Hutagalung - 119150014 - Nurul Qiftiah Yunirwan - 3 - Laporan Akhir - Pengujian Batas-Batas Atterberg (Rev)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 23

PROGRAM STUDI TENIK GEOLOGI

JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI


LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI TEKNIK
PENGUJIAN BATAS-BATAS ATTERBERG

Hari, Tanggal : Selasa, 15 Maret 2022


Waktu : 20:00 – 22:00 WIB
Praktikan : Rikki Hutagalung 119150014
Asisten : Johannes Edy Saputra Simanjuntak 118150072
: Nurul Qiftiah Yunirwan 118150058
: Rauzanfiqri Ramelko 118150066

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


2022
ABSTRACT

In this fifth module practicum, which discusses Attenberg's limits. Where this
practicum requires sample data such as container mass, disturbed wet soil mass
and wet soil mass. So that when all the samples are processed, Amak will continue
to make calculations in looking for comparisons. The comparison is like the mass
of wet soil in the container with the mass of dry soil in the container, then what is
sought is the value of the water content contained in the soil. Then look for the
beat value in each sample that is processed to find the value of the Attenberg
limit. There is also a plastic limit value, then a liquid limit. To find the plastic
value, we still use sample data such as containers, wet soil and dry soil, the goal
is to find the plastic value. With the plastic value, we can determine the feasibility
of the soil in engineering geological calculations. Then look for the liquid limit
value by making calculations in finding the water content and average. All of this
is done to determine the type of soil and rock in determining the feasibility
according to the feasibility stages of engineering geological test analysis. For
each unit in the test, some are the same and some are different, this happens
according to the use or value sought in each experimental analysis.

Keywords: Attenberg limits, plastic brick, liquid limit

i
ABSTRAK

Pada praktikum modul ke lima ini yang membahas mengenai batas – batas
attenberg. Dimana pada praktikum ini memerlukan data sampel seperti massa
kontainer, massa tanah basah terganggu dan massa tanah basah. Sehingga ketika
seluruh sampel tersebut diolah, amak akan dilanjutkan dengan membuat
perhitungannya dalam mencari perbandingan. Perbandingan yang dimaksud
seperti massa tanah basah pada kontainer dengan massa tanah kering pada
kontainer, maka yang dicari adalah nilai kadar air yang terkandung pada tanah
tersebut. Kemudian dicari lagi nilai ketukan pada setiap sampel yang yang dioalah
untuk mencari nilai bats – batas attenbergnya. Ada juga nilai batas batas plastis,
kemudian batas cair. Untuk mencari nilai plastis tetap memakai data sampel
seperti kontainer, tanah basah dan tanah kering, tujuannya untuk mencari nilai
plastisnya. Dengan nilai plastis kita dapat mengetahui kondisi kelayakan tanahnya
dalam perhitungan geologi teknik. Kemudian mencari nilai batas cair dengan
membuat perhitungan dalam mencari kadar air dan rata – ratanya. Seluruh hal
tersebut dilakukan untuk mengetahui jenis tanah dan batuannya dalam
menentukan kelayakan sesuai tahapan kelayak analisis uji geologi teknik. Untuk
setiap satuan pada pengujian ada yang sama dan ada yang berbeda, hal tersebut
terjadi sesuai dengan pengunaan atau nilai yang dicari pada setiap analisis
percobaan.

Kata kunci: Batas – batas attenberg, bata plastis, batas cair

ii
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya haturkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berhkat rahmat-Nya saya boleh menyelesaikan tugas pendahuluan laporan
praktikum geologi teknik ini dengan baik dan tepat waktu, dalam proses
penyusunan laporan praktikum geologi teknik modul 5 ini, pertaman-tama saya
ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua saya yang selalu setia untuk
mendukung segala proses pendidikan yang sedang saya emban, termasuk
praktikum geologi teknik ini. Disamping itu dalam proses penyusunan tugas
pendahuluan praktikum geologi teknik modul 5 ini saya juga mengucapkan terima
kasih kepada kepada Asisten praktikum yang telah mengajari, membimbing saya
dalam melaksankan praktikum ini, selanjutnya saya juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman saya yang membantu saya dalam proses
pemahaman dan konsep pengerjaan penyusunan laporan praktikum ini.

Lampung Selatan, 15 Maret 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRACT ......................................................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2
2.1 Konsistensi ............................................................................................ 2
2.2 Batas Cair .............................................................................................. 2
2.3 Batas Plastis ........................................................................................... 3
2.4 Batas Susut ............................................................................................ 3
2.5 Indeks Plastisitas.................................................................................... 3
BAB III METODOOGI PENELITIAN ............................................................... 5
3.1 Alat dan Bahan ...................................................................................... 5
3.2 Diagram Alir Penelitian ......................................................................... 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 7
4.1 Hasil .............................................................................................................. 7
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 12
LAMPIRAN ...................................................................................................... 13

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai Indeks Plastisitas dan Ragam Tanah………………...……………3


Tabel 4.1 Data hasil percobaan pengujian batas cair………………………...……7
Tabel 4.2 Data hasil percobaan pengujian batas plastis……………………...……7
Table 4.3 Data hasil perhitungan pengujian batas cair……………………………7
Tabel 4.4 Data hasil perhitungan pengujian batas plastis…………………………8

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 CawanCasagrande……………………………………………...……2


Gambar III.2 Diagram Alir Praktikum Pengujian Batas Atterberg……………..…5
Gambar 2.2 klasifikasi mineral lempung …………………………………………4

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam ilmu mekanika tanah, tanah sangat penting dalam mendirikan suatu
bangunan karena tanah harus menopang beban suatu bangunan agar tetap berdiri
kokoh. Setiap daerah memiliki tanah dengan karakteristik yang berbeda-beda,
yang dimana perbedaan tersebut disebabkan faktor geologi maupun faktor
eksternal seperti cuaca dan proses biologis. Dari berbgai faktor tersebut akan
menyebabkan sifat tanah akan berubah. Salah satu sifat yang dimiliki pada tanah
adalah sifat konsistensi tanah.

Sifat konsistensi tanah merupakan sifat tanah yang berubah akibat adanya kadar
air yang menjadi faktor utama. Sebagai contohnya pada tanah berbutir halus, yang
jika mengandung kadar air yang tinggi, maka butiran yang awalnya merekat
dengan butiran lain akan terlepas akibat air, sehingga tanah tersebut akan menjadi
lembek akibat kandungan air yang tinggi. Tanah tersebut menjadi tidak cocok
sebagai pondasi bangunan. Hal ini telah lama dijelaskan oleh ilmuwan asal
Swedia yang bernama Albert Atterberg yang dimana telah mengemukakan teori
mengenai sifat konsistensi, yang kemudian dikenal sebagai batas-batas Atterberg,
yang dimana akan dibahas dalam praktikum minggu ini.

1.2 Tujuan
Praktikum dengan judul modul “Pengujian Analisis Saringan” dilakukan dengan
tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui batas-batas Atterberg pada tanah terganggu.
2. Menentukan jenis mineral lempung yang terdapat pada tanah yangterganggu.
3. Mengetahui indeks plastisitas pada tanah yang terganggu.
4. Menentukan jenis tanah yang terganggu.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsistensi
Konsistensi pada tanah merupakan kemampuan sebuah tanah terhadap kadar air
tanah. Hal ini bergantung pada gaya tarik-menarik antar partikel pada butiran
sedimen atau tanah. Albert Atterberg pada tahun 1911 telah membuat sebuah
metode yang berupa batas-batas konsistensi dari tanah berbutir halus dengan
mempertimbangkan kadar air tanah yang bervariasi. Batas tersebut dinamakan
dengan batas-batas Atterberg. Batas Atterberg terdiri dari batas cair (liquid limit),
batas plastis (palstic limit), dan batas susut (Shrinkage limit) (Punmia, 2005).

2.2 Batas Cair


Batas cair adalah nilai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dengan
keadaan plastis tanah, atau nilai batas atas pada daerah plastis. Penentuan batas
cair dapat dilakukan dengan menggunakan uji Casagrande, dimana sampel tanah
dimasukkan ke daam cawan Casagrande kemudian permukaannya diratakan, dan
dialur tepat ditengah. Dengan alat penggetar cawan, akan diketuk pada
landasannya sebanyak 25 kali. Bila alur sebesar 12.7 mm berada di tengah
tertutup sampali batasan 25 kali ketukan, maka kadar air tanah merupakan batas
cair.

Gambar 2.1 Cawan Casagrande

2
Batas cair dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut.

keterangan:
N = jumlah pukulan untuk menutup celah 0.5 inch
\Wn = Kadar air
tan 𝛽 = 0.121

2.3 Batas Plastis


Batas plastis (PL) didefinisikan sbg kadar air pd kedudukan antara daerah plastis
dan semi padat, yaitu % kadar air dimana tanah dgn diameter silinder 3,2 mm
mulai retak2 ketika digulungBatas plastis merupakan batas terendah dari kondisi
plastis tanah. Batas plastis dapat ditentukan dengan pengujian yang sederhana
dengan cara menggulung sejumlah tanah dengan menggunakan tanah secara
berulang menjadi bentuk ellipsoidal.Kadar air contoh yang tanah yang mana tanah
mulai retak-retak didefinisikan sebagai batas plastis, (Hardiyatmo, 2002).

2.4 Batas Susut


Batas susut adalah nilai kadar air tanah yang kedudukannya berada di daerah semi
padat dan zona padat. Pada kondisi ini pengurangan kadar air dalam tanah tidak
akan mempengaruhi lagi pengurangan volume pada tanah. Pada percobaan 20
batas susut dilakukan dengan cawan porselen diameter 44,4 mm dengan tinngi
12,7 mm. pada bagian dalam cawan porselin dilapisi dengan pelumas dan diisi
dengan tanah jenuh sempurna, kemudian dikeringkan dengan oven. Volume
ditentukan dengan cara mencelupkan dengan air raksa (Darwis, 2018)

2.5 Indeks Plastisitas


Indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisan tanah. Indeks plastisitas
ditentukan dengan selisih antara batas cair dengan batas plastis. Indeks tersebut
bertujuan dalam menentukan sifat keplastisan tanah. Apabila nilai IP tinggi, maka
tanah tersebut banyak mengandung lempung. Sedangkan pada nilai IP yang
rendah, maka tanah tersebut mengandung lanau (Hardiyatmo, 2010).

3
PI Sifat Ragam Tanah Kohesi
0 Non Plastis Pasir Non Kohesif
<7 Pastisitas Rendah Lanau Kohesif Sebagian
7 – 17 Plastisitas Sedang Lempung Berlanau Kohesif
> 17 Plastisitas tinggi Lempung kohesif

Tabel 2.1 Nilai Indeks Plastisitas dan Ragam Tanah

Nilai atterberg juga dipengaruhi oleh jenis mineral lempung yang terkandung
didalamnya. Gambar 2.2 menunjukkan klasifikasi mineral lempung berdasarkan
nilai batas cair (LL), batas plastis (PL) dan indeks plastis (PI).

Gambar 2.2 klasifikasi mineral lempung (Mittchel, 1976)

4
BAB III
METODOOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum dengan modul “Pengujian
Batas-Batas Atterberg” adalah sebagai berikut:
 1 buah plat kaca
 4 buah wadah
 1 buah cawan casagrande
 1 buah grooving tools
 Oven
 1 buah timbangan dengan ketilitian0.01 gram
 1 buah saringan no.200
 Air Suling

3.2 Diagram Alir Penelitian


Dalam praktikum minggu ini akan dilaksanakan beberapa tahap yang harus
dilakukan selama praktikum, yang dimana akan dijelaskan dalam diagram alir di
bawah ini.

Mulai

Mempersiapkan sampel tanah yang


terganggu dan menimbang berat
wadah
Menyaring sampel tanah dengan saringan no.200
hingga yang tersaring mencapai 250 gr

Hasil saringan dimasukkan dalam plat kaca dan dicampur


dengan air suling sehingga membentuk adonan

5
Adonan pasta diletakkan pada cawan
cassagrande dan membuat gris tengah
padaadonan menggunakan grooving tools

Memutar tuas pada alat cawan casagrande dengan kecepatan 2


putaran/detik

Catat jumlah ketukan, dan hentikan bila adonan berada


di garis tengah bertemu sekitar 12.7 mm

Mengambil adonan pasta ke dalam wadah dan


mengeringkan adonan di dalam oven selama 24 jam

Menghitung berat adonan yang kering dan melakukan pengujian sampai


didaptkan 3 jumlah ketukan yang berbeda dengan range 15-35

Selesai
Keterangan:

= Mulai dan selesai

=Proses = Arah Proses

= Data

Gambar 3.1 Diagram Alir Praktikum Pengujian Batas Atterberg

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada saat
praktikum didapatkan hasil analisis sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data hasil percobaan pengujian batas cair


No Keterangan Simbol Satuan Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
1 Berat kontainer M1 13,84 13,65 13,74
Berat kontsiner +
2 M2 20,49 20,39 20,58
tanah basah gr
Berat container +
3 M3 17,2 17 17,3
tanah kering
4 Banyak ketukan - - 17 23 34

Tabel 4.2 Data hasil percobaan pengujian batas plastis


No Keterangan Simbol Satuan Sampel 1
1 Berat kontainer M1 13,78
2 Berat container +tanah basah M2 gr 20,48
3 Berat container + tanah kering M3 17,56

Table 4.3 Data hasil perhitungan pengujian batas cair


No Keterangan Simbol Satuan Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
1 Massa tanah basah W1 gr 7,01 6,74 6,84
2 Massa tanah kering W2 gr 3,36 3,35 3,56
3 Kadar air W3 % 108,63 101,19 92,13
4 Kadar air rata-rata ∑W3 % 100,65
5 Banyak ketukan - - 17 23 17,56

7
Tabel 4.4 Data hasil perhitungan pengujian batas plastis
No Keterangan Simbol Satuan Sampel 1
1 Massa tanah basah W1 6,7
gr
2 Massa tanah kering W2 3,78
3 Batas plastis PL 77,24
%
4 Indeks plastis PI 437,39

Perhitungan

1. Perhitungan pengujian batas Sampel 1

cair W2 = M3 –M1

Massa tanah basah (W1) W2 = 17,2 –13,84

W1 = M2 – M1 W2 = 3,36 gr

Sampel 1 Sampel 2

W1 = M2 – M1 W2 = M3 –M1

W1 = 20,49 – 13,48 W2 =17 –13,65

W1 = 7,01 gr W2 = 3,35 gr

Sampel 2 Sampel 3

W1 = M2 – M1 W2 = M3 –M1

W1 = 20,39 – 13,65 W2 = 17,3 – 13,74

W1 = 6,74 gr W2 = 3,56 gr

Sampel 3 Perhitungan kadar air (W3)


𝑊2−𝑊1
W1 = M2 – M1 W3 = x 100 %
𝑊2
W1 = 20,58 – 13,74
W1 = 6,84 gr Sampel 1
𝑊2−𝑊1
W3 = x 100 %
Massa tanah kering (W2) 𝑊2

W2 = M3 –M1

8
7,01−3,36 W1 = 20,48- 13,78
W3 = x 100 %
3,36
W1 = 6,7 gr
W3 = 108,63 %

Massa tanah kering (W2)


Sampel 2
W2 = M3 – M1
𝑊2−𝑊1
W3 = x 100 % W2 = 17,56 – 13,78
𝑊2
6,74−3,35 W2 = 3,78 gr
W3 = x 100 %
3,35

W3 = 101,19 % Batas cair (LL)


𝑁
LL = WN[ ] tan β
25
Sampel 3 17
LL = 108,63 [ ] tan 0,121
𝑊2−𝑊1 25
W3 = x 100 %
𝑊2 LL = 108,63 [0,68] tan 0,121
6,84−3,56
W3 = x 100 % LL = 509,63 %
3,56

W3 = 91,13 %
Batas plastis (PL)
𝑊1−𝑊2
PL = 100%
𝑊2
Massa rata-rata kadar air 6,7−3,78
PL = 100%
𝑊1+𝑊2+𝑊3 3,78
∑W3 = x 100%
3 PL = 77,24 gr
108,63 %+101,19 %+92,13 %
∑W3 =
3
Indeks plastis (PI)
x 100%
PI = LL - PL
∑W3 = 100,65 %
PI = 509, 63 % – 77, 24 %
PI = 437,39 %
2. Perhitungan pengujian batas
plastis

Massa tanah basah (W1)


W1 = M2 – M1

9
4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengujian batas cair


Batas cair didefenisikan sebagai kadar air yang paling rendah dimana tanah berada
dalam keadaan cair atau suatu keadaan dimana tanah berubah dari keadaaan cair
menjadi keadaan plastis . Dari praktikum kali ini, nilai batas cair (LL) yang
diperoleh adalah senilai 509,63 %, berdasarkan klasifikasi Mittchel 1976, mineral
yang tekandung dalam tanah sampel yang terganggu ini adalah jenis mineral
lempung yaitu montmorillonite. Selain itu diporeleh juga nilai kadar air dari
ketiga sampel sampel ini berturut turut yakni sebesar 108.63%, 101.19%, 92.13%,
dengan kadar air rata-ata adalah 100,65%. Dari nilai kadar air ini dapat terlihat
bahwa tanah tersebut mengandung air yang sangat tinggi, ini artinya rongga antar
partikel tanah ini sangat banyak yang kemudia terisi air, ini mencirikan tanah
lempung yang memiliki porositas tinggi/baik, namun permeabilitas yang
rendah/buruk. Tanah lempung sangat tidak stabil dalam kontruksi bangunan,
karena batas cair tanah yang sanagt tinggi akan mengakibatkan tanah akan mudah
berubah bentuk, karena tigginya kadar air yang menyebabkan tingginya batas cair
ini akan mengakibatkan tanah akan membuat ikatan antara material tanah akan
lemah, sehingga mudah untuk mengalami perubahan. Dimana hal ini sangat itdak
baik dalam bidang konstruksi, karena dapat mengakibatkan kerusakan, atapun
keruntuhan bangunan.

4.2.2 Pengujian batas plastis


Batas plastis adalah batas dimana tanah dapat mengalami perubahan bentuk tanpa
adanya perubahan volume dan tidak terjadi retakan/patah saat terjadinya
perubahan bentuk.
Dari praktikum kali ini, diperoleh nilai batas plastis (PL) yaitu 77,24 %, dimana
menurut klasifikasi mineral lempung menurut Mittchel 1976, mineral dengan
batas plastis dengan nilai demikian adalah mineral lempung montmorillonite. Sifat
plastis dari tanah sampel yang tinggi ini juga mengindikasikan bahwa tanah ini
merupakan tanah lempung berdasarkan klasifikasi Mittchel 1976. Tanah lempung
memiliki nilai batas plastis yang tinggi karena ukuran mineral lempung itu sendiri

10
yang sangatlah kecil, sehingga butirannya sulit untuk terpisah akibat ikatan yang
sangat kuat, selai itu, porositas yang tinggi yang menyebabkan kadar air yang
tinggi juga mempenaruhi tingkat plastisitas tanah lempung, demana semakin
tinngi kadar air, semakin tinggi pula batas plastis dari tanah tersebut, hal ini
karena air yang banyak mengisi rongga pada tanah lempung membuat partikel
penyusun tanah lempung ini lebih leluasa untuk bergerak sehingga mengalami
perubahan bentuk tanpa adanya retakan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Darwis. 2018. Dasar- Dasar Mekanika Tanah. Yogyakarta: Pena Indis


Hardiyatmo, H. C., 2010. Analisis dan Perancangan Fondasi I. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
Hardiyatmo, Hary Christady. 2002. Mekanika Tanah 2. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Punmia, B. C., 2005, Soil Mechanic and Foundation, New Delhi: Laxmi
Publications

12
LAMPIRAN

LAMPIRAN LAPORAN SEMENTARA

13
14
15

You might also like