Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Smart Paud

p-ISSN 2599-0144, e-ISSN 2614-1248


Vol. 5, No.2, Juli 2022, Hal:140-148, Doi: http://doi.org/10.36709/jspaud.v5i2.11
Available Online at, https://smartpaud.uho.ac.id

Interaksi Sosial Anak Yang Memiliki Speech Delay

Ika Herpiyana 1), Nor Izzatil Hasanah 1) *, Rusdiah 1)


1
Jurusan PIAUD, FTK UIN Antasari Banjarmasin. Jl. Ahmad Yani Km. 4,5 Banjarmasin, Kalimantan
Selatan, Indonesia.

Abstrak
Speech delay memengaruhi aspek perkembangan bahasa anak, hingga berdampak pada
kemampuan interaksi sosial anak. Penelitian dengan metode kualitatif ini bertujuan mengetahui interaksi
sosial anak kembar, bagaimana guru menangani interaksi sosial mereka, dan faktor yang
melatarbelakangi mereka mengalami speech delay. Subjek pada penelitian ini 2 orang anak speech
delay, 2 orang guru kelas kelompok A1, dan orang tua anak. Hasil menunjukkan perbedaan yang
signifikan dalam interaksi sosial anak speech delay meski mereka terlahir kembar. Guru menangani
interaksi sosial mereka dengan merespon dan menstimulasi, menggunakan alat permainan sederhana,
mengajari mengucap kata kemudian memperbaiki pengucapan tersebut, ketika bermain dipasangkan
dengan teman yang sudah pandai berbicara. Faktor penebab speech delay ada enam, yaitu ibu yang
bekerja, pola asuh di penitipan, televisi, jenis kelamin, deprivasi lingkungan (lingkungan yang sepi), dan
anak yang terlahir kembar.
Kata kunci: anak usia dini; interaksi sosial; speech delay.

Social Interactions of Children Who Have Speech Delay

Abstract
Speech delay affects aspects of children's language development, so that it has an impact on
children's social interaction skills. This qualitative research method aims to determine the social
interactions of twins, how teachers handle their social interactions, and the factors affect them
experiencing speech delay. The subjects in this study were 2 children with speech delay, 2 teachers for
class A1, and the children's parents. The results showed a significant difference in the social interactions
of children speech delay even though they were born twins. The teacher handles their social interactions
by responding and stimulating, using simple game tools, teaching them to say the word and then
correcting the pronunciation, when playing in pairs with friends who are already good at speaking.
There are six factors that cause speech delay, namely working mothers, parenting in day care, television,
gender, environmental deprivation (a quiet environment), and children born with twins.
Keywords: early childhood; social interaction; speech delay.

apabila terjalin hubungan atau komunikasi yang


PENDAHULUAN
baik antar individu, untuk dapat berkomunikasi
Alqur’an surah Al-Hujarat ayat 13 dengan baik diperlukan penguasaan dan
menyebutkan bahwa Allah Swt. menciptakan pemahaman bahasa yang baik pula. Bahasa dapat
manusia dengan berbagai macam perbedaan dikuasai apabila individu memiliki kemampuan
untuk saling mengenal satu sama lain, bukannya bicara yang baik, sesuai dengan kaidah-kaidah
untuk membangga-banggakan kasta, tahta atau yang berlaku dalam tatanan bahasa tersebut.
harta. Hal yang membedakan seorang manusia Interaksi sosial tidak hanya dilakukan oleh
dengan manusia lainnya hanyalah tingkat orang dewasa, tetapi juga dilakukan oleh anak
ketakwaannya kepada Allah Swt. (As-Suyuti, usia dini. Anak usia dini ialah manusia yang baru
2010). Untuk saling mengenal diperlukan adanya lahir hingga berusia 6 tahun. Di usia ini tumbuh
interaksi antar individu dengan individu lainnya kembang anak terlihat sangat jelas. Fase ini
(Muslim, 2013). Interaksi sosial akan terwujud dikenal pula dengan fase golden age, karena
Korespondensi Penulis, Email: nor.izza@uin-antasari.ac.id Publisher: Jurusan PG-PAUD Universitas Halu Oleo

140
Jurnal Smart Paud, Vol. 5, No. 2, Juli 2022
Ika Herpiyana, Nor Izzatil Hasanah, Rusdiah

pesatnya proses tumbuh kembang anak. Baik itu hal pada diri anak, salah satunya akan
dari segi bahasa, anggota gerak, kognisi, afektif, berpengaruh pada kemampuan berbahasa anak
nilai moral agama, dan seni (Ningrum, 2017). sehingga juga menimbulkan dampak yang
Salah satu potensi yang dimiliki anak kurang baik terhadap interaksi sosial anak.
adalah bahasa. Bahasa merupakan bentuk aturan Berdasarkan hasil observasi kelompok A1
atau sistem lambang yang dipakai anak dalam PAUD Terpadu Tarbiyatul Athfal Banjarmasin,
berinteraksi, beradaptasi, saling memahami ide jalan A. Yani, kilometer 4,5, kelurahan Kebun
dan perasaan masing-masing. Bahasa dapat Bunga, kecamatan Banjarmasin Timur, kota
diungkapkan secara verbal, tertulis, dan dengan Banjarmasin, Kalimantan Selatan, peneliti
gerak tubuh. Tetapi untuk dapat menggunakan menemukan dua orang anak laki-laki (kembar
bahasa, anak terlebih dahulu harus mampu identik) berusia 6 tahun dengan kemampuan
berbicara sesuai dengan tahapan perkembangan bicara yang tidak sesuai dengan usianya.
usianya. Penelitian ini sejalan dengan beberapa
Peraturan menteri pendidikan dan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain,
kebudayaan nomor 137 tahun 2014 menyebutkan diantaranya (Hutami & Samsidar, 2018) tentang
bahwa standar tingkat pencapaian bahasa Strategi Komunikasi Simbolik Speech Delay
(mencakup kemampuan berbicara) pada anak Pada Anak Usia 6 Tahun dan (Mardiyah, 2019)
yang berusia 4-6 tahun seharusnya anak sudah tentang Metode Applied Behavior Analysis (ABA)
mampu memahami cerita yang dibacakan dan dalam Meningkatkan Interaksi Sosial pada Anak
menceritakannya kembali, mengenal dan mampu Speech Delay. Kedua penelitian tersebut
menggunakan kata sifat, bertanya dan menjawab memeiliki kesaaman dalam mengangkat masalah
dengan kalimat yang sesuai, menyampaikan ide speech delay pada anak, namun memiliki fokus
kepada orang lain, ikut serta dalam pembicaraan, yang berbeda. 2 penelitian sebelumnya berfokus
membuat coretan bermakna, mampu meniru pada cara/usaha orang tua dan pendidik dalam
menuliskan dan mengucapkan huruf A-Z, mengatasi keterlambatan bicara speech delay
berkomunikasi secara lisan, menulis dan pada anak usia 6 tahun dan penggunaan metode
membaca nama sendiri, serta menyebut huruf ABA untuk menunjang kemampuan anak yang
atau simbol-simbol yang dikenal (Pratiwi, 2019). terlambat bicara dalam interaksi sosialnya.
Pada anak usia dini, kemampuan berbicara Sedangkan penelitian ini akan mengungkap
berkembang dan meningkat sesuai dengan usia bagaimana interaksi sosial anak kembar yang
anak. Jadi, sejak anak berusia 0-6 tahun, sudah mengalami speech delay, cara guru menangani
ada standar berbicara yang seharusnya sudah interaksi sosial mereka, serta faktor yang
dicapai oleh anak. Contohnya seperti yang telah melatarbelakangi mereka mengalami speech
disebutkan di atas, bahwa kemampuan berbahasa delay.
anak yang usianya 4-6 tahun seharusnya seperti Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
yang telah disebutkan. Tetapi pada interaksi sosial anak kembar, bagaimana guru
kenyataannya, ada beberapa anak yang menangani interaksi sosial mereka, dan faktor
perkembangan bahasanya belum mencapai yang melatarbelakangi mereka mengalami
standar yang telah ditetapkan. speech delay.
Apabila kecakapan berbahasa anak tidak
METODE
sesuai dengan usianya, dapat dikatakan anak
bermasalah dalam perkembangan bahasanya. Penelitian ini merupakan penelitian
Gangguan dalam berbahasa terbagi menjadi kualitatif dengan jenis pendekatan studi kasus.
beberapa macam, di antaranya adalah Metode penelitian ini dipilih karena dianggap
keterlambatan bicara atau speech delay. Menurut dapat memberikan pemahaman yang lebih
(Khoiriyah, 2016) mengatakan bahwa komprehensif dan mendalam mengenai
keterlambatan dalam berbicara ialah ketika anak permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini,
kesulitan menyatakan atau mengungkapkan yaitu interaksi sosial anak kembar yang
kehendaknya pada orang lain. Seperti tidak mengalami speech delay, cara guru menangani
mampu berbicara dengan jelas dan keterbatasan interaksi sosial mereka, dan faktor yang
kosa kata jika dibandingkan dengan anak-anak menyebabkan mereka mengalami speech delay.
yang seusia. Penelitian ini dilaksanakan di kelompok
Masalah ini adalah hal yang sangat A1 PAUD Terpadu Tarbiyatul Athfal
berisiko, harus ditangani dengan cepat, karena Banjarmasin yang beralamat di jalan A. Yani
keterlambatan bicara dapat memengaruhi banyak kilometer 4,5 komplek UIN Antasari RT. 21 RW.
141
Jurnal Smart Paud, Vol. 5, No. 2, Juli 2022
Ika Herpiyana, Nor Izzatil Hasanah, Rusdiah

02 kelurahan Kebun Bunga kecamatan sehingga tidak mampu mengucapkan kata-kata


Banjarmasin Timur kota Banjarmasin, provisi dengan baik ketika berkomunikasi (Nahri, 2019).
Kalimantan Selatan. Subjek dalam penelitian ini Keterlambatan bicara membuat anak sulit
adalah anak kembar yang mengalami speech untuk mengembangkan keterampilan sosial, sulit
delay, dua orang guru kelompok A1, serta orang berkomunikasi untuk membangun relasi dengan
tua (ibu) anak kembar yang mengalami speech sekitarnya (Nilawati & Suryana, 2012). Anak
delay. speech delay lebih banyak diam, cenderung tidak
Data dikumpulkan dengan melakukan jelas, kaku dan terbata-bata karena kurangnya
observasi terhadap anak kembar yang mengalami perbendaharaan kata ketika bicara, menyebutkan
speech delay (untuk mendapatkan informasi ulang pertanyaan ketika ditanyai, dan bingung
tentang interaksi sosial anak speech delay) dan mengekspresikan bahasa secara verbal (Hutami
terhadap dua orang guru kelompok A1 (untuk & Samsidar, 2018).
mendapatkan informasi tentang cara guru Temuan dalam penelitian ini menyatakan
mengatasi interaksi sosial anak speech delay). bahwa terdapat perbedaan yang signfikan dalam
Kemudian dengan melakukan wawancara interaksi sosial anak kembar yang mengalami
terhadap dua orang guru kelompok A1 (untuk speech delay selama proses pembelajaran yang
mendapatkan informasi tentang cara guru dilaksanan di kelompok A1 PAUD Terpadu
mengatasi interaksi sosial anak speech delay) dan Tarbiyatul Athfal Banjarmasin. Y cenderung
orang tua anak speech delay (untuk memperoleh pendiam, sepanjang proses pembelajaran Y
informasi tentang faktor penyebab speech delay), jarang sekali berbicara, dia lebih suka dan fokus
serta dengan melakukan dokumentasi. melakukan kegiatan fisik. Ketika teman-
Peneliti menganalisis data dengan temannya mengikuti berbagai kegiatan yang
berpedoman pada metode analisis Miles dan telah diracang oleh guru kelas, Y hanya duduk di
Huberman yang ditempuh melalui tiga langkah, matras dan memainkan lego yang terdapat di bak
yaitu data reduction, data display, dan conclusion mainan. Ketika bosan bermain, Y merebahkan
drawing/verivication. diri di lantai, tengurap, berguling-guling, berdiri,
atau berjalan mengitari kelas dengan membawa
HASIL DAN PEMBAHASAN
lego yang dibentuknya menyerupai senapan
❖ Interaksi Sosial Anak Speech Delay (sepertiya Y menyukai senapan, selama beberapa
Anak-anak pada umumnya menggunakan hari dia selalu membuat bentuk senapan). Sering
komunikasi verbal/berbicara ketika berinteraksi memberikan respon dalam bentuk gestur, ketika
dengan teman sebaya, sedangkan anak speech ditanya oleh guru, Y hanya mengangguk atau
delay cenderung lebih banyak menggunakan menggeleng. Begitu pun saat guru mengajakknya
bahasa isyarat dan gaya bicara bayi (Hasanah, untuk melakukan kegiatan pembelajaran bersama
2021). Anak yang memiliki hambatan bicara juga teman-temannya atau saat diberikan pilihan.
cenderung sulit bahkan tidak mampu Diam tanpa berekspresi ketika dipanggil
mengungkapkan atau menyampaikan apa yang namanya oleh guru, Y hanya menoleh kepada
dia ingiankan dengan kata-kata. Terkadang guru yang memanggilnya, kemudian kembali
berbicara tanpa mengeluarkan suara dan anak fokus melakukan kegiatannya sendiri. Sulit
diam tanpa berekspresi ketika dipanggil namanya membangun relasi, karena Y masih bingung
oleh guru (Siregar & Hazizah, 2019). mengekspresikan diri secara verbal, sehingga dia
Anak yang memiliki hambatan belum mampu bercakap-cakap dengan temannya
perkembangan bicara mengalami kendala dalam untuk melakukan sesuatu bersama-sama.
berinteraksi, di antaranya belum mampu Terkadang teman-temannya merasa terganggu
mengungkapkan kehendaknya secara verbal, dengan apa yang di lakukan Y (seperti rebahan,
tidak percaya diri untuk ikut serta dalam bergulinng, tengkurap, dll.), jadi mereka lebih
percakapan dengan teman-temannya, anak lebih memilih untuk menghindar.
sering diam, cenderung menggunakan gestur Berbicara tidak jelas ketika
untuk berkomunikasi. Anak akan marah atau berkomunikasi, ketika gurunya membereskan
diam ketika keinginannya tidak tercapai, hal makanannya, dia marah, kemudian
tersebut membuat orang lain tidak tega. Sering mengeluarkan suara “Aa..aaa, Ibu, Ibu, aaa” (kala
terjadi kesalahpahaman dengan lawan bicara, itu yusup marah, tetapi belum mampu
sehingga lawan bicara perlu mencari pembenaran memverbalkan kemarahannya, lalu mucul kata-
mengenai apa yang dimaksud oleh anak. Anak kata yang tidak dapat dipahami oleh orang lain
masih sulit mengucapkan beberapa huruf, yang tidak mengetahui sejak awal alur kejadian
142
Jurnal Smart Paud, Vol. 5, No. 2, Juli 2022
Ika Herpiyana, Nor Izzatil Hasanah, Rusdiah

yang dialami Y. Bicaranya terbata-bata saat hambatan perkembangan bicara speech delay di
berkomunikasi, seperti ketika Y ingin buang air antaranya dengan mendampingi anak dalam
kecil, dia hanya berkata “Pis...pis” kepada berinteraksi (Nahri, 2019), menyediakan terapi
gurunya. Karena gurunya sudah mengetahui bagi anak speech delay melalui penerapan
perkembangan bicara serta terbiasa metode Applied Behavior Analysis (ABA)
berkomunikasi dengan Y, guru cukup tanggap dengan teknik Discrete Trial Training (DTT)
memahami apa yang disampaikan oleh Y. Y juga yang membuat interaksi sosial anak menjadi
memiliki kepedulian yang tinggi terhadap orang- terkontrol dan lebih baik. Metode ini dilakukan
orang di sekitarnya. Ketikan kegiatan bermain di dengan memberikan perintah atau instruksi
lapangan, Y merasa haus, dia kembali ke kelas kepada anak, kemudian menunggu respon dari
mengambil botol minumnya juga botol minum H. anak, setelah melihat respon dari anak guru
Begitu pula saat Y dengan ringan tangannya memberikan umpan balik berupa pelukan, pujian,
semangat membantu gurunya membereskan hadiah dan sebagainya. Dilanjutkan dengan
peralatan yang telah digunakan selama memberikan arahan atau instruksi selanjutnya
pembelajaran. kepada anak, dengan batas waktu 2-3 detik dari
Subyek H sudah mulai aktif berbicara pemberian umpan balik tersebut (Mardiyah,
ketika berinteraksi dengan teman atau gurunya, 2019). Terapi ini telah lama digunakan dan
seperti saat H menawarkan bantuan kepada guru, didesain khusus untuk anak autisme (Madyawati,
menunjukkan hasil karyanya, 2017).
mengomunikasikan keadaan temannya dengan Terapi wicara dan terapi sensori integrasi
guru (meski kadang artikulasi setiap katanya juga dapat diberikan kepada anak speech delay.
masih ada beberpa yang belum sempurna). H Terapi wicara dilakukan agar emosi anak
sudah jarang menggunakan bahasa tubuh atau berkembang dengan seimbang sehingga dapat
bahasa isyarat karena dia sudah mulai mampu bersikap baik kepada orang lain. Terapi sensori
mengekspresikan dirinya secara verbal. Seperti integrasi adalah proses neurological yang
saat dia menawarkan untuk menolong gurunya, mengatur bagian sensori dari tubuh seseorang
ketika dia merasa haus. Memberikan respon dan dari lingkungan, memberikan kesempatan
ketika dipanggil namanya oleh guru, mudah pada tubuh untuk merespon lingkungannya
membangun relasi, berbicara cukup jelas ketika secara efektif. Terapi ini mengintegrasikan
berkomunikasi, serta bicaranya juga tidak informasi sensori yang akan digunakan oleh
terbata-bata (meski ada beberapa pengucapan panca indra, memori, dan pengetahuan. Semua
kata artikulasinya masih belum sempurna). Di informasi disimpan di otak untuk menghasilkan
samping itu, H juga memiliki kepedulian yang respon bermakna (Sunanik, 2013).
baik terhadap orang-orang di sekitarnya. Seperti Salah satu metode yang dapat digunakan
saat teman-temannya membereskan mainan, H dalam menangani anak yang mengalami
turut serta, kemudian dengan inisiatif sendiri keterlambatan bicara adalah milieu teaching.
menawarkan diri untuk membantu gurunya. Kaiser, Hancock dan Nietfeld mengatakan bahwa
Berdasarkan hasil wawancara kepada guru milieu teaching ialah pendekatan yang dipakai
kelas, beliau turut menjelaskan bahwa: dalam mengembangkan kemampuan bahasa dan
” Meski pun Y dan H adalah anak kembar, komunikasi pada anak berbasis percakapan. Ada
mereka punya perbedaan interaksi sosial empat strategi dalam mengajak anak berinteraksi
yang lumayan berbeda. Y cenderung lebih dengan metode ini, yaitu model, mand-model,
pendiam, sering memberikan respon dalam time delay, dan incidental teaching. Ketika anak
bentuk gestur, diam tanpa berekspresi ketika hanya mengucapkan satu kata, guru merespon
saya panggil namanya, berbicaranya juga ucapan tersebut dan menambahkan kata dan
masih tidak jelas, sepert terbata-bata. Beda kalimat yang lengkap. Agar perbendaharaan kosa
dengan si H, dia sudah mulai aktif berbicara, kata anak meningkat, kemudian bantu anak
jarang menggunakan bahasa tubuh atau mengucapkannya kembali. Memberikan motivasi
bahasa isyarat, dipanggil juga selalu kepada anak agar memverbalkan apa yang
merespon, bicaranya sudah jelas.” diinginkannya, tidak hanya dengan isyarat tubuh
(Merdiasi et al., 2017).
❖ Penanganan Guru terhadap Interaksi Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa
Sosial Anak Speech Delay hal tersebut sejalan dengan apa yang dilakukan
Usaha yang dilakukan guru dalam guru dalam menangani interaksi sosial anak
mengatasi interaksi sosial anak yang memiliki speech delay di PAUD Terpadu Tarbiyatul Athfal
143
Jurnal Smart Paud, Vol. 5, No. 2, Juli 2022
Ika Herpiyana, Nor Izzatil Hasanah, Rusdiah

Banjarmasin yaitu dengan merespon dan bahan dalam percakapan dengan anak (Jayanti,
menstimulasi anak (dengan mengajak anak 2017).
bercakap-cakap, seperti yang diungkapkan oleh Guru juga dapat menggunakan buku
BM: ilustrasi sebagai media utama dan alat permainan
“kami harus sering mengulang perkataan sederhana sebagai metode pendukung dalam
agar mereka memahami apa yang menangani anak yang mengalami keterlambatan
dikatakan, serta untuk menambah berbicara (Setiady et al., 2018). Hal ini juga
perbendaharaan kata mereka. Menjelaskan sesuai dengan apa yang telah dilakukan guru.
segala sesuatu harus dengan pelafalan Guru menggunakan media permainan yang ada di
yang baik dan benar disertai dengan mimik ruang kelas (berupa lego, balok, dan jepitan)
yang pas agar mereka dapat mengikuti apa untuk menstimulasi agar anak mau berinteraksi.
yang telah diarahkan. Kami juga lebih Seperti saat guru menemani Y bermain jepitan di
sering memanggil nama mereka, karena ruang kelas. Guru menyebutkan dan menjelaskan
kadang mereka masih melakukan hal-hal berbagai aspek yang ada pada mainan tersebut
yang dikehendaki tanpa memikirkan orang- untuk memancing respon Y dalam proses
orang di sekitarnya”. interaksi.
Melakukan kontak fisik (dengan Upaya yang efektif digunakan guru untuk
menyentuh atau mengelus pundak dan kepala menstimulasi anak speech delay diantaranya
anak), dengan mengajari anak untuk mengucapkan
“Kami sering mengelus pundak dan kepala berbagai macam kosa kata yang akan diucapkan
mereka, terutama dengan Y, karena dia oleh anak dan anak mengikuti, guru dapat secara
suka berkelliling, berusaha memanjat meja, langsung memperbaiki kesalahan bunyi kata
kursi dan terlihat tidak menghiraukan yang diucapkan anak. Kemudian dengan
kegiatan pembelajaran yang sedang membuat kelompok bermain, anak yang
berlangsung agar dia mudah diatasi”. mengalami keterlambatan bicara dipasangkan
Memberikan pertanyaan kepada anak dan dengan anak yang sudah pandai berbicara. Selain
mengajarkan anak untuk menentukan pilihan metode bermain tersebut, metode bercakap-
secara verbal agar anak dapat memverbalkan apa cakap juga dapat digunakan oleh guru. Bercakap-
yang diinginkan dan dirasakannya. Seperti yang cakap merupakan bentuk komunikasi dua arah,
dilakukan guru saat H mengucapkan “Ini... ini dari proses ini anak belajar pengucapan bahasa
gambar”, guru merespon sembari menambahkan yang akan mempengaruhi artikulasinya.
kata untuk melengkapi perkataan anak dengan Pengaruh tersebut akan memberikan kontribusi
mengatakan “Iya, ini gambar punya H”. yang sangat besar bagi anak (Humaeroh, 2016).
Kemudian guru juga memperbaiki dan Dalam menangani interaksi sosial anak speech
memperjelas kata yang seharusnya diucapkan delay di kelompok A1 PAUD Terpadu Tarbiyatul
oleh anak, seperti saat Y mengatakan “Pis..pis.., Athfal Banjarmasin, guru juga
Bu”, guru merespon dengan mengatakan “Oh, Y mengimplementasikan hal-hal tersebut. Dengan
tadi pipis” pada anak. Selain itu, guru juga tujuan, anak lebih leluasa mengekspresikan diri
menstimulus anak dengan sering memanggil ketika dipasangkan dengan teman sebaya yang
nama mereka dan dengan melakukan kotak fisik, telah pandai bicaranya.
seperti menyentuh dan memengangi agar anak Langkah yang dapat diterapkan oleh guru
dapat berinteraksi dengan baik. dalam mengatasi keterlambatan bicara dengan
Selanjutnya, penanganan dapat pula mengimplementasikan pendekatan floor time.
dilakukan dengan menerapkan sistem percakapan Pendekatan floor time ialah suatu cara kerja yang
visual. Sistem visual merupakan gabungan sistematis dalam membantu anak untuk
berbagai macam support visual untuk membantu menjalani tahapan perkembangan. Terdapat
meningkatkan kemampuan berbahasa anak. beberapa tahapan yang dilakukan dalam
Terdapat beberapa variasi sistem visual, salah implementasi floor time, yaitu: tahapan 1,
satunya adalah Chat System. Dalam metode mengatur diri dan minat terhadap lingkungan;
visual yang satu ini diperlukan keaktifan dari tahapan 2, keakraban-keintiman; tahapan 3,
orang yang memberikan stimulus kepada anak. komunikasi dua arah; tahapan 4, menetapkan
Media yang dapat digunakan bisa berupa komunikasi kompleks; tahapan 5, ide emosional;
gambar-gambar yang berkaitan dengan dan tahapan 6, berpikir emosional (Zusfindhana,
pengalaman atau peristiwa yang sedang dialami 2018).
anak. Gambar tersebut akan digunakan sebagai
144
Jurnal Smart Paud, Vol. 5, No. 2, Juli 2022
Ika Herpiyana, Nor Izzatil Hasanah, Rusdiah

❖ Faktor Penyebab Speech Delay atau ekspresif (Gunawan & Poerwantiningroem,


Faktor yang menyebabkan anak 2019).
mengalami keterlambatan bicara terbagi menjadi Selain beberapa hal tersebut, ternyata anak
dua, yaitu faktor dari bawaan dari diri anak yang terlahir kembar juga berpotensi menjadi
(genetik, cacat fisik, malfungsi neurologis, faktor penyebab keterlambatan bicara. Hal ini
prematur, dan jenis kelamin) dan faktor dari luar dikarenakan kurangnya waktu berdua ibu dengan
diri anak (tingkat ekonomi, pendidikan orang tua, salah satu anak, tingkat depresi ibu dalam
urutan/jumlah anak, fungsi keluarga, dan mengasuh anak, komunikasi yang tidak fokus
bilingual) (Yulianda, 2019). Faktor lainnya yaitu pada satu anak, dan terjadinya pemotongan
ibu dengan tingkat pendidikan rendah dan ibu pembicaraan ketika salah satu anak sedang
yang bekerja (Komalasari, 2019). Faktor berbicara (Ocktarani, 2016). Lalu penyebab
selanjutnya adalah penggunaan gadget oleh anak, lainnya seperti penggunaan bahasa bayi (baby
penggunaan gadget membuat interaksi anak talk), penggunaan bahasa asing, kesempatan
dengan lingkungannya tidak seimbang, anak praktik/berlatih bicara yang terbatas, dan
cenderung lebih individualis dan jarang minimnya motivasi untuk berbicara (Haida,
melakukan komunikasi secara verbal, sehingga 2019).
menyebabkan anak mengalami keterlambatan Keterlambatan bicara antara lain
dalam berbicara (Nurmasari, 2016). Selain disebabkan oleh gangguan pendengaran,
gadget, televisi juga menjadi penyebab speech kelainan organ bicara, retardasi mental, genetik
delay, mulai dari tontonan yang tidak sesuai herediter dan kelainan kromosom, kelainan
dengan usia anak hingga frekuensi dalam sentral (otak), autisme, multisme selektif,
menonton televisi. Anak yang sering menonton gangguan emosi dan perilaku lainnya, alergi
televisi cenderung menjadi pendengar yang pasif makanan, deprivasi lingkungan (lingkungan yang
(Ruliati & Indah, 2015). menyebabkan speech delay diantaranya:
Keterlambatan bicara disebabkan oleh lingkungan yang sepi, status ekonomi sosial,
empat hal, pertama, kurangnya pengetahuan yang teknik pengajaran yang salah, sikap orang tua
dimiliki oleh anak, sehingga anak tidak percaya atau orang sekitar yang tidak menyenangkan, dan
diri dalam berinteraksi. Lalu bahasa kedua yang harapan orang tua yang berlebihan pada anak),
membuat anak bingung dalam pengaplikasiannya anak kembar, bilingual, dan keterlambatan
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya di rumah fungsional (reseptif sangat baik, gangguan fungsi
anak terbiasa menggunakan bahasa daerah atau ekspresif) (Madyawati, 2017).
bahasa asing, sedangkan di sekolah guru dan Peneliti menemukan enam faktor yang
teman-temannya menggunakan bahasa melatarbelakangi Y dan H mengalami speech
Indonesia. Ketiga, gaya bicara yang berbeda delay. Pertama, ibu yang bekerja. Ibu merupakan
antara di rumah dan di sekolah. Keempat, sekolah pertama bagi anak-anaknya, tetapi pada
hubungan anak dengan orang tua, hal ini kasus ini sang ibu mengasuh Y dan H sejak
cenderung pada pengasuhan dan intensitas waktu berusia 0 bulan hingga 14 bulan. Kemudian
yang diberikan oleh orang tua pada anak. Faktor mereka dititipkan kepada pengasuh, karena ibu
selanjutnya adalah kesehatan, apabila anak sering mereka harus bekerja. Hal tersebut menyebabkan
mengalami sakit di usia dua tahun pertamanya, terbatasnya intensitas waktu yang diberikan oleh
kemungkinan besar anak akan mengalami sang ibu kepada mereka. Sebagaimaan yang
keterlambatan bicara nantinya (Siregar & diceritakan oleh orang tua Y dan H,
Hazizah, 2019). “Y dan H dititipkan selama enam hari dalam
Penyebab terjadinya speech delay pada waktu satu minggu. Y dan H diantar ke rumah
anak umumnya karena tingkat kecerdasan yang pengasuh oleh ibu dan ayahnya (CWOT.13)
rendah, kurangnya dorongan untuk berbicara atau pada pagi hari sebelum ibu dan ayahnya
mengucapkan kata dengan baik dan benar, berangkat kerja. Kemudian dijemput pada
pengaruh penggunaan bahasa asing dan sore hari menjelang malam. Jadi, saat itu Y
ketidakmampuan memotivasi anak untuk dan H berkumpul bersama anggota keluarga
berbicara sejak anak mampu berceloteh mereka hanya pada malam hari”.
(Hasanah, 2021). Speech delay juga disebabkan Kedua, pola asuh di penitipan. Orang tua Y
oleh gangguan dalam pengucapan kata, gangguan dan H menceritakan bahwa
pendengaran, retardasi/keterbelakangan mental, “Anak saya dititipkan kepada pengasuh
autisme, dan gangguan bahasa spesifik reseptif ketika mereka berusia 14 bulan hingga 4
tahun, mereka biasa diberi susu oleh
145
Jurnal Smart Paud, Vol. 5, No. 2, Juli 2022
Ika Herpiyana, Nor Izzatil Hasanah, Rusdiah

pengasuh, lalu meminum susu tersebut Keenam, anak yang terlahir kembar. Y dan
sambil menonton film kartun yang ada di H merupakan dua orang anak laki-laki kembar
televisi. Pengasuh juga jarang mengajak identik. Anak yang terlahir kembar berotensi
mereka berinteraksi dengan lingkungan luar. mengalami speech delay, karena ketika
Itulah mengapa kosa kata mereka tidak pengasuhan sang ibu atau pengasuh tidak dapat
berkembang, karena kurangnya interaksi fokus berkomunikasi dengan satu anak.
dengan orang sekitar, terlebih dengan teman Kurangnya waktu berdua pengasuh dengan salah
sebaya. Kala itu, Y dan H berkumpul dengan satu anak menyebabkan perhatian terbagi.
anggota keluarga hanya di hari libur, akhir Pembicaraan atau interaksi pengasuh dengan
pekan, dan pada malam hari (waktu untuk salah satu anak juga bisa terpotong karena anak
beristirahat)”. yang satunya.
Ketiga, televisi. Orang tua H dan Y
KESIMPULAN DAN SARAN
menjelaskan:
”Ketika di pengasuhan Y dan H biasa diberi Kesimpulan
susu oleh pengasuh, lalu meminum susu Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
tersebut sembari menonton film kartun yang disimpulkan bahwa meskipun Y dan H adalah
ada di televisi”. anak kembar, namun mereka memiliki perbedaan
Ketika mereka menonton televisi, mereka interaksi sosial yang signifikan. Interaksi social
cenderung akan menjadi pendengar yang pasif. Y lebih berkembang disbanding H. Guru
Karena mereka hanya menerima informasi dari menangani interaksi sosial Y dan H dengan cara
televisi tanpa melakukan proses interaksi. merespon dan menstimulasi anak (dengan
Terlebih ketika mereka menonton televisi tanpa mengajak anak bercakap-cakap, melakukan
didampingi, tidak ada yang menjelaskan secara kontak fisik, memberikan pertanyaan kepada
verbal apa yang sedang mereka tonton. anak, dan mengajarkan anak untuk menentukan
Keempat, jenis kelamin. Y dan H adalah pilihan secara verbal) agar anak mampu
anak laki-laki. Menurut anggapan orang tua, memverbalkan apa yang diinginkan dan
khususnya ayah mereka berprasangka baik dirasakannya, menggunakan alat permainan
dengan mengatakan bahwa: sederhana, mengajari anak mengucap kata
“Biasanya perkembangan bicara anak laki- kemudian memperbaiki pengucapan tersebut,
laki memang lebih lambat dibanding anak dan anak dipasangkan dengan anak yang sudah
perempuan, terlebih Y dan H adalah anak pandai bicara. Ada banyak hal yang
kembar. Sehingga kami tidak mengambil menyebabkan anak mengalami keterlambatan
tindakan apapun terhadap keterbatasan kosa berbicara dan interaksi social. Namun semua itu
kata yang mereka miliki.”. sangat besar dipengaruhi oleh pola asuh dari
Perkembangan bahasa dan bicara pada orang tua.
anak laki-laki cenderung lebih lambat dibanding
anak perempuan. Karena level tinggi dari Saran
testosteron pada masa prenatal memperlambat Dari hasil temuan yang didapatkan dari
pertumbuhan neuron di hemisfer kiri (bagian otak penelitian ini, diketahui bahwa salah satu factor
untuk kemampuan berbicara, menulis, dan yang menyebabkab anak mengalami
berpikir), sehingga perkembangan penguasaan keterlambatan bicara adalah pola asuh, baik dari
kosa kata atau bahasa cenderung lebih lambat. orang tua dan pengasuh yang cenderung hanya
Kelima adalah deprivasi lingkungan. memberikan tontonan. Hal ini menarik untuk
Deprivasi lingkungan yang memengaruhi diamati lebih lanjut oleh penelitian selanjutnya
perkembangan bicara Y dan H adalah lingkungan khususnya terkait pemahaman orang tua terkait
yang sepi. Ketika mereka berada di penitipan, pemahaman orang tua sneidir terkait pemberian
interaksi mereka dengan dunia luar dan teman perangkat digital kepada anak.
sebaya terbatas. Mereka hanya berinteraksi
dengan pengasuh, itu pun lebih sering diberikan DAFTAR PUSTAKA
tontonan film kartun di televisi tanpa As-Suyuti, J. (2010). Tafsir Jalalain Jilid 2. Sinar
pendampingan. Ketika berada di rumah, Baru Algensindo.
intensitas waktu untuk berinteraksi dengan
anggota keluarga juga terbatas pada malam hari Gunawan, Y. E., & Poerwantiningroem, P. E.
dan pada hari-hari tertentu saja. (2019). Profil Penderita Keterlambatan
Bicara Dengan Pemeriksaan ASSR di
146
Jurnal Smart Paud, Vol. 5, No. 2, Juli 2022
Ika Herpiyana, Nor Izzatil Hasanah, Rusdiah

TOA Jala Puspa Rumkital Dr. Ramelan Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Surabaya Tahun 2016–2017. Hang Tuah Raden Intan Lampung).
Medical Journal, 16(2), 161-170.
Merdiasi, D., Tiatri, S., & Dewi, F. I. (2017).
Haida, R. N. (2019). Psikologi Perkembangan Penerapan Milieu Teaching Dalam
Anak Usia Dini. Laksita Indonesia. Meningkatkan Kemampuan Bahasa
Ekspresif Pada Anak Yang Mengalami
Hasanah, N. I. (2021). Upaya Orang Tua dalam Keterlambatan Bahasa. Jurnal Inspiratif
Mengatasi Anak yang Terlambat Pendidikan, 6(2), 344-354.
Berbicara (Study Kasus pada Anak yang https://doi.org/10.24252/ip.v6i2.5766
Ketergantungan pada Gadget). Widya
Kumara: Jurnal Pendidikan Anak Usia Muslim, A. (2013). Interaksi Sosial dalam
Dini, 2(1), 11-19. Masyarakat Multietnis. Jurnal Diskursus
Islam, 1(3), 493-494.
Humaeroh. (2016). Pembelajaran Bahasa pada
Anak yang Mengalami Keterlambatan Nahri, V. H. (2019). Keterlambatan Bicara
Berbicara untuk Meningkatkan (Speech Delay) pada Anak Usia Dini.
Kemampuan Berkomunikasi. as-sibyan: (Fakultas Psikologi Universitas
Jurnal Pendidikan Guru Raudhatul Muhammadiyah Surakarta).
Athfal, 1(2), 126-138.
Nilawati, E., & Suryana, D. (2012). Gangguan
Hutami, E. P., & Samsidar. (2018). Strategi Terlambat Bicara (Speech Delay) dan
Komunikasi Simbolik Speech Delay Pengaruhnya terhadap Social Skill Anak
Pada Anak Usia 6 Tahun di TK Paramata Usia Dini. (Laporan Penelitian,
Bunda Palopo. Jurnal Tunas Cendekia, Universitas Negeri Padang).
1(1), 39-43.
Nurmasari, A. (2016). Hubungan Intensitas
Jayanti, D. D. (2017). Sistem Percakapan Visual Penggunaan Gadget dengan
untuk Stimulasi Anak Usia Dini dengan Keterlambatan Perkembangan pada
Hambatan Perkembangan Bahasa dan Aspek Bicara dan Bahasa pada Balita di
Bicara. JPA, 1(1), 42-54. Kelurahan Tambakrejo Surabaya.
(Fakultas Kedokteran Universitas
Khoiriyah, Ahmad, A., & Fitriani, D. (2016). Airlangga Surabaya).
Model Pengembangan Kecakapan
Berbahasa Anak yang Terlambat Ocktarani, Y. M. (2016). Performa Pragmatik
Berbicara (Speech Delay). Jurnal Ilmiah dan Lingkungan Kebahasaan Anak
Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, Kembar Batita. Prosiding Konferensi
1(1), 36-45. Bahasa & Sastra I (Bahasa dan Sastra
Berwawasan Konservasi), 842-845.
Komalasari, W. (2019). Hubungan Pekerjaan dan
Pendidikan dengan Perkembangan Pratiwi, H. (2019). Evaluasi dan Assesmen untuk
Bahasa pada Anak Usia Toddler di Anak Usia Dini. Laksita Indonesia.
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya
Padang Tahun 2018. Menara Ilmu, 13(4), Ruliati, & Indah S. W.. (2015). Pengaruh
169-176. Menonton Televisi dengan
Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
Ningrum, A. L. (2017). Perencanaan pada Balita (Studi di Graha Tumbuh
Pembelajaran Anak Usia Dini. Adjie Kembang Jombang). Midwifery Journal
Media Nusantara. of STIKES Insan Cendekia Medika
Jombang, 10(1), 70-78.
Madyawati, L. (2017). Strategi Pengembangan
Bahasa pada Anak. Kencana. Setiady, R. V., Adib, A., & Wijayanti S. A.
(2018) Perancangan Media Pembelajaran
Mardiyah, I. (2019). Metode Applied Behavior Edukasi Keterlambatan Berbicara Anak
Analysis (ABA) dalam Meningkatkan Usia 2-6 Tahun. (Laporan Penelitian,
Interaksi Sosial pada Anak Speech Delay Universitas Kristen Peta, Surabaya).
di Yayasan Pendidikan Terpadu Mata
Hati Bandar Lampung. (Fakultas Siregar, A. O., & Hazizah, N. (2019). Studi Kasus

147
Jurnal Smart Paud, Vol. 5, No. 2, Juli 2022
Ika Herpiyana, Nor Izzatil Hasanah, Rusdiah

Keterlambatan Bicara Anak Usia 6


Tahun di Taman Kanak-Kanak. Journal
on Early Childhood, 2(2), 22-27.
Sunanik. (2013). Pelaksanaan Terapi Wicara dan
Terapi Sensori Integrasi pada Anak
Terlambat Bicara. Nadwa: Jurnal
Pendidikan Islam, 7(1), 19-44.
Yulianda, A. (2019). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keterlambatan
Berbicara pada Anak Balita. Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, 3(2), 41-48.
Zusfindhana, I. H. (2018). Implementasi
Pendekatan Floor Time untuk Mengatasi
Anak Lambat Bicara Usia 3-4 Tahun.
Journal of Elementary School (JOES),
1(1), 1-8.

148

You might also like