Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

ISSN 2407-9189 The 4th University Research Coloquium 2016

UPAYA MENEKAN TINGKAT PERCERAIAN PASANGAN SUAMI ISTERI


PADA PERKAWINAN USIA DINI

Heniyatun, SH.,M.Hum, Bambang Tjatur Iswanto, SH., MH, Puji Sulistyaningsih, SH.,MH
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang
email: heni.suprapto@yahoo.co.id
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang
email: bambangtjatur@yahoo.com
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang
pujisulistyaningsih@yahoo.com

ABSTRACT

Marriage is a sacred thing. When a man and woman get married, they not only come
together physically but also unite psychologically in order to make new family. Everyone
wants one time and long lasting forever marriage. However, in fact, many spouses are
unable to maintain their marriage. It’s due to menage conflict or unpleasant behavior that
they decide to divorce. Recently, many productive/ fertile aged spouses, especially the early-
aged marriage spouses, submit legal divorce. The divorce reasons of early-aged marriage
are disharmony, irresponsible husband, and economic factor. Therefore, based on the fact
stated before, the research problem is about how to hold down the divorce level of early-
aged marriage. This research is an empiric juridical research which aims to identify legal
cases to be examined by using theoretical foundation from any documents, legislation, court
ruling, and books related to the research. The data used in this research are primary and
secondary data. The sampling technique used in this research is random sampling technique.
It means that population has the similar chance to be the sample of the research. After the
collecting of the primary and secondary data, the data is cultivated and analyzed using
qualitative method based on legislaton and reported, later.Based on the research result, it
can be concluded that village chief and religious affair office (KUA) chief give cover letter to
get married for early-aged couple because the bride’s pregnancy. One of the divorce factors
of the spouse of early-aged marriage is economic factor, in which they aren’t working yet, so
that they are difficult to fulfill their menage neccesity. Another reason is immatury of the
spouse that lead to the unreadiness in marriage life. The efforts to prevent the divorce on
early-aged spouse are optimizing the role of sub district marriage advisory and divorce
settlemet Board (BP4), establishing harmonious family team work, cooperating with
women’s watchdog Board (Bapermaspuan) to educate the people on the importance of
enhancment on the age of marriage.

Keyword: hold down, divorce, early-aged marriage.


membangun satu keluarga baru. Hal ini
A. Pendahuluan
sesuai dengan ketentuan Pasal 1
Perkawinan merupakan suatu
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
ikatan yang sakral, artinya seorang pria
Tentang Perkawinan (selanjutnya
dan wanita yang melakukan
disebut UU Perkawinan), yang
perkawinan bukan hanya jiwa atau
menentukan “perkawinan ialah ikatan
secara lahiriah saja mereka bersatu,
lahir batin antara seorang pria dengan
tetapi juga raga atau secara batiniah
seorang wanita sebagai suami isteri
mereka bersatu untuk bersama-sama
dengan tujuan membentuk keluarga

50
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal apabila dilaksanakan menurut hukum
berdasarkan KeTuhanan Yang Maha masing-masing agamanya dan
Esa”. Pengertian perkawinan tersebut kepercayaannya itu sebagaimana
dapat dipahami bahwa seorang pria dan ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) UU
seorang wanita yang melaksanakan Perkawinan.
perkawinan dapat disebut sebagai Pencatatan perkawinan tersebut
suami isteri dalam membentuk keluarga bertujuan agar perkawinan itu jelas dan
yang bahagia dan kekal berdasarkan baik, terhadap pasangan yang
KeTuhanan Yang Maha Esa ini bersangkutan maupun bagi masyarakat,
diperlukan adanya rasa saling karena pencatatan perkawinan
menyayangi, menghormati, setia dan dilakukan dalam suatu surat yang
dapat menerima kekuarangan maupun bersifat resmi dan dimuat dalam daftar
kelebihan dari pasangannya. khusus, sehingga sewaktu-waktu dapat
Kemudian dalam melaksanakan digunakan sebagai alat bukti tertulis
perkawinan, Pasal 2 UU Perkawinan yang otentik.
menentukan bahwa “perkawinan adalah Pencatatan perkawinan ini
sah, apabila dilakukan menurut hukum sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun
masing-masing agamanya dan 2006 tentang Administrasi
kepercayaannya itu”. Ketentuan Kependudukan, yang mengatur tata
tersebut menegaskan bahwa apabila cara dan tata laksanan pencatatan
perkawinan dilangsungkan tanpa peristiwa penting atau pencatatan sipil
menurut agama/ kepercayaan yang yang dialami setiap penduduk Republik
dianut oleh calon pasangan suami isteri, Indonesia (Neng Djubaidah, 2010:
maka perkawinan yang dilakukan itu 225). Peristiwa penting menurut Pasal 1
dianggap tidak sah. Selanjutnya dalam angka (17) UU Nomor 23 Tahun 2006
Pasal 2 ayat (2) UU Perkawinan adalah kejadian yang dialami oleh
menentukan “tiap-tiap perkawinan seseorang meliputi kelahiran, kematian,
dicatat menurut peraturan perundang- lahir mati, perkawinan, perceraian,
undangan yang berlaku”. Adanya pengakuan anak, pengesahan anak,
pencatatan perkawinan tersebut bersifat pengangkatan anak, perubahan status
administratif, bahwa perkawinan itu kewarganegaraan.
memang ada dan terjadi. Namun Pencatatan perkawinan bagi
pencatatan perkawinan tidak mereka yang beragama Islam
menentukan sahnya suatu perkawinan, berdasarkan Pasal 8 UU Nomor 23
karena perkawinan hanya dianggap sah Tahun 2006, menentukan bahwa

51
kewajiban Instansi Pelaksana untuk pengadilan yang bersangkutan berusaha
pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk dan tidak berhasil mendamaikan kedua
pada tingkat Kecamatan dilakukan oleh belah pihak”. Selanjutnya Pasal 39 ayat
pegawai pencatat pada KUA (2) UU Perkawinan menentukan “untuk
Kecamatan sebagaimana dimaksud melakukan perceraian harus ada cukup
dalam UU Nomor 22 Tahun 1946 jo alasan, bahwa antara suami isteri tidak
UU Nomor 32 Tahun 1954 Tentang akan dapat hidup rukun sebagai suami
Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk, isteri”. Berdasarkan hal tersebut dapat
yang dalam hal ini adalah NTR di dipahami bahwa suami isteri yang tidak
Kantor Urusan Agama (KUA). Adapun dapat didamaikan, agar hidup rukun
bagi mereka yang melangsungkan untuk mempertahankan rumah
perkawinan menurut agama/ tangganya, dan untuk meyelesaikan
kepercayaan selain agama Islam, permasalahan mereka secara baik-baik
dilakukan oleh Pegawai Pencatat memang diperbolehkan untuk bercerai
Perkawinan di Kantor Catatan Sipil. namun harus dengan alasan yang tepat.
Setiap orang yang hendak Ada 2 (dua) macam perceraian,
melangsungkan perkawinan tentu yaitu cerai talak dan cerai gugat. Cerai
menginginkan perkawinannya hanya talak adalah perceraian yang dilakukan
terjadi sekali dan untuk selamanya. oleh umat yang beragama Islam dengan
Pasanagan suami isteri secara bersama- dijatuhkannya talak oleh suami
sama membangun rumah tangga yang terhadap isterinya di muka pengadilan,
bahagia dan kekal, tidak ada niatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 14
untuk bercerai. Namun kenyataannya Peraturan Pemerintah Republik
banyak sekali pasangan suami isteri Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 tentang
tidak dapat mempertahankan rumah Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1
tangganya, karena sering terjadi Tahun 1974 tentang Perkawinan
pertengkaran / percecokan atau karena (selanjutnya disingkat dengan PP
adanya tindakan dari pasangannya yang Nomor 9 Tahun 1975), yaitu bahwa
tidak menyenangkan, atau juga terjadi “seorang suami yang telah
hal-hal yang tidak diinginkan, sehingga melangsungkan perkawinan menurut
akhirnya mereka memutuskan untuk agama Islam, yang akan menceraikan
bercerai. Pasal 39 ayat (1) UU isterinya, mengajukan surat kepada
Perkawinan menentukan bahwa pengadilan di tempat tinggalnya, yang
“Perceraian hanya dapat dilakukan di berisi pemberitahuan bahwa ia
depan sidang pengadilan setelah bermaksud menceraikan isterinya

52
disertai dengan alasan-alasan serta dalam PP Nomor 9 Tahun 1975, bahwa
meminta kepada pengadilan agar cerai gugat ini dapat dilakukan oleh
diadakan sidang untuk keperluan itu”. suami isteri yang melangsungkan
Adapun pengertian talak itu sendiri perkawinan menurut agama Islam dan
dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal oleh suami isteri yang melangsungkan
117 adalah ikrar suami di hadapan perkawinan menurut agama lain selain
sidang Pengadilan Agama yang agama Islam, sebagaimana diatur dalam
menjadi salah satu sebab putusnya Pasal 20 ayat (1) PP Nomor 9 Tahun
perkawinan dengan cara sebagaimana 1975, bahwa “gugatan perceraian
dimaksud dalam Pasal 129 sampai diajukan oleh suami atau isteri atau
dengan Pasal 131. kuasanya kepada pengadilan yang
Cerai gugat atau gugatan daerah hukumnya meliputi tempat
perceraian berdasarkan Pasal 73 ayat kediaman tergugat.
(1) UU Perkawinan, disebutkan bahwa, Terjadinya perkawinan dan
gugatan perceraian diajukan oleh isteri perceraian bagi pasangan suami isteri,
atau kuasanya kepada pengadilan yang khususnya yang bergama Islam banyak
daerah hukumnya meliputi tempat melibatkan lembaga-lembaga yang
kediaman penggugat, kecuali apabila terkait, yaitu antara lain Kelurahan/
penggugat dengan sengaja Desa, KUA, Badan Penasehat
meninggalkan tempat kediaman Perkawinan dan Pencegahan Perceraian
bersama tanpa ijin tergugat. Adapaun (BP4), dan Pengadilan Agama.
dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal Kelurahan/ Desa merupakan lembaga
132 ayat (1), menyebutkan gugatan pemerintahan yang mencatat secara
perceraian diajukan oleh isteri atau administratif pasangan suami isteri
kuasanya pada Pengadilan Agama yang yang mengajukan permohonan bahwa
daerah hukumnya mewilayahi tempat pasangan tersebut akan melangsungkan
tinggal penggugat, kecuali isteri perkawinan, ataupun yang akan
meninggalkan tempat kediaman melakukan perceraian. Adapun KUA
bersama tanpa seizin suami. hanya mencatat secara administratif
Berdasarkan uraian tersebut di atas pasangan suami isteri yang mengajukan
maka dapat dipahami bahwa cerai gugat permohonan akan melangsungkan
adalah perceraian yang terjadi sebagai perkawinan, sehingga perkawinannya
akibat adanya gugatan dari seorang tercatat secara sah baik menurut hukum
isteri terhadap suaminya melalui agama Islam maupun menurut hukum
pengadilan. Namun apabila dilihat Nasional. Selanjutnya BP4 mempunyai

53
tugas antara lain, mendamaikan tidak lebih dari lima tahun
pasangan suami isteri yang hendak (http://www.pelita.or.id/baca.php?id=1
bercerai agar mau rukun kembali 1125)
membangun rumah tangga bersama. Pengadilan Agama Kota Mungkid,
Apabila suami isteri sudah tidak dapat Kabupaten Magelang memperkirakan
didamaikan lagi dan memilih untuk pada tahun 2012 ini kasus perceraian
tetap bercerai, maka Pengadilan Agama bisa mencapai 2400 kasus. Perkiraan
akan memutuskan permohonan tersebut berdasarkan data kasus
perceraian yang mereka ajukan. perceraian selama tahun 2011 sebanyak
Baik cerai talak maupun cerai 2.128 kasus. Jumlah ini meningkat jika
gugat, pada akhir-akhir ini marak dibanding pada tahun 2010 yang hanya
diajukan oleh suami isteri pasangan mencapai 2.098 kasus. Pada tahun 2011
usia subur/ usia produktif, khususnya tersebut, dari 2.128 kasus perceraian,
pasangan yang melangsungkan yang terbanyak merupakan cerai gugat,
perkawinan pada usia dini. Penyebab yaitu jumlahnya mencapai 1.229 kasus,
perceraian dari perkawinan usia dini ini sedang sisanya yaitu 647 kasus
antara lain adalah ketidak harmonisan merupakan cerai talak
rumah tangga, suami tidak bertanggung (http://www.seputar-
jawab, gangguan pihak ketiga, kawin indonesia.com/edisicetak/content/view/
paksa, karena krisis akhlaq akibat 471902/) Tingginya angka perceraian
pergaulan bebas, dan faktor ekonomi. tersebut menurut Sukartun (panitera
Menteri Agama Prof. Dr. H. Pengadilan Agama Kota Mungkid)
Said Agil Al-Munawar, MA, dipicu oleh kurang matangnya kejiwaan
mengatakan realita kehidupan pasangan suami isteri. Hal ini karena
masyarakat khususnya umat Islam di ternyata kebanyakan pasangan yang
Indonesia saat ini masih bercerai adalah pasangan usia prosuktif.
memprihatinkan. Sebanyak 40% (empat Menurut panitera Pengadilan
puluh) persen dari hasil perkawinan itu Agama Kota Mungkid Sukartun, angka
mengalami perselisihan / beda perceraian tahun 2012 ini meningkat,
pendapat. 15% (lima belas) persen dari hingga pertengahan bulan Pebruari
40% (empat puluh) persen yang 2012 kasus perceraian yang masuk ke
berselisih berlanjut pada perceraian. pengadilan sudah mencapai 384 kasus.
Terjadinya perceraian 80% (delapan Kalau dirata-rata setiap bulannya terjadi
puluh) persen disebabkan perkainan perceraian lebih dari 200 kasus
usia muda. Usia perkawinannyapun

54
(http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid diolah dan dianalisa dengan metode
=140963&actmenu=36). kualitatif berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku,
B. Rumusan Masalah kemudian dilakukan analisa dan
Berdasarkan latar belakang selajutnya dilakukan pelaporkan.
masalah yang telah diuraikan, maka
dalam penelitian ini penulis D. HASIL PENELITIAN DAN
mengajukan rumusan masalah hanya PEMBAHASAN
pada: Bagaimana upaya menekan 1. Pengertian Perkawinan
tingkat perceraian pasangan suami isteri Usia Dini
dalam perkawinan usia dini? Menurut para responden (KUA,
Kepala Desa), bahwa perkawinan usia
C. Metodologi Penelitian dini yang sering dilakukan adalah
Penelitian ini merupakan pasangan tersebut belum mencapai
penelitian yang sifatnya yuridis empiris, batasan umur seperti yang ditentukan
yang tujuannya adalah untuk dalam Pasal 7 Undang-undang
mengadakan idenfitikasi terhadap suatu Perkawinam tahun1974, yaitu
masalah hukum agar dikaji dan diteliti perkawinan yang dilakukan di bawah
dengan menggunakan dasar-dasar teori usia 19 tahun bagi laki-laki dan di
yang di dapat dari berbagai kepustakaan bawah usia 16 tahun bagi perempuan.
berupa dokumen-dokumen, peraturan Perkawinan usia dini tersebut tidak
perundang-undangan, putusan harus keduanya belum mencapai usia
pengadilan,serta buku-buku yang yang ditentukan oleh Undang-undang
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Perkawinan maupun Peraturan Menteri
Data yang digunakan dalam penelitian Agama Nomor 11 Tahun 2007, tetapi
ini adalah data sekunder, dan data dapat hanya salah satu pihak saja yang
primer. Teknik pengambilan sampel masih di bawah umur. Namun yang
dalam penelitian ini menggunakan sering terjadi dalam perkawinan usia
teknik random sampling, yang artinya dini ini adalah calon mempelai
dalam pengambilan sampel untuk wanitanya yang masih di bawah umur.
penelitian memberikan kesempatan Jika pasangan usia dini tersebut akan
yang sama pada setiap populasi untuk melangsungkan perkawinan maka harus
dapat dipilih sebagai sampel. Setelah mendapat rekomendasi dari Pengadilan
semua data terkumpul, baik data primer Agama.
maupun sekunder maka selanjutnya

55
Berbeda dengan yang pengadilan dalam wilayah hukum orang
dikemukakan oleh responden tersebut yang akan melangsungkan perkawinan.
di atas, yaitu ada beberapa responden Berdasarkan Kompilasi Hukum Islam
yang menyatakan bahwa perkawinan Pasal 15 ayat (1), bahwa untuk
usia dini adalah perkawinan yang kemaslahatan keluarga dan rumah
dilakukan oleh pasangan yang usianya tangga, perkawinan hanya boleh
masih di bawah 21 tahun. Jadi dilakukan calon mempelai yang telah
meskipun calon mempelai tersebut mencapai umur yang telah ditetapkan
sudah memenuhi syarat batasan usia dalam Pasal 7 Undang-undang
untuk melangsungkan perkawinan Perkawinan.
sesuai Undang-undang Perkawinan, Bertolak dari hal tersebut di
tetapi belum berusia 21 tahun menurut atas maka berdasarkan Pasal 20
sebagian para responden mereka ini Undang-undang Perkawinan jo Pasal 68
masih dikatakan pasangan usia dini. Kompilasi Hukum Islam, pegawai
Berdasarkan hal tersebut di pencatat perkawinan tidak
atas maka dapat dipahami bahwa diperbolehkan melangsungkan atau
pengertian perkawinan usia dini adalah membantu melangsungkan perkawinan
perkawinan yang dilakukan oleh bila ia mengetahui adanya pelanggaran
pasangan muda yang belum mencapai dari ketentuan dalam Pasal 7 ayat (1),
usia batas minimum untuk Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 12
melangsungkan perkawinan Undang-undang Perkawinan, meskipun
berdasarkan Undang-undang tidak ada pencegahan perkawinan.
Perkawinan, atau sudah memenuhi Lebih lanjut Pasal 69 ayat (1)
syarat usia batas minimum, akan tetapi Kompilasi Hukum Islam menyebutkan,
belum mencapai usia 21 tahun. Jadi apabila Pegawai Pencatat Nikah
perkawinan usia dini adalah berpendapat bahwa terhadap
perkawinan yang dilakukan oleh perkawinan tersebut ada larangan
pasangan muda/ remaja yang berusia menurut Undang-undang Nomor 1
berkisar antara 15 tahun sampai dengan Tahun 1974, maka ia akan menolak
21 tahun. Oleh karena itu bagi calon melangsungkan perkawinan.
mempelai yang belum mencapai umur Perkawinan usia dini ini
21 tahun harus mendapat izin dilakukan karena ada beberapa faktor
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 yang mempengaruhinya, antara lain
ayat (2 s.d 5) Undang-undang dipaksa orang tua, karena budaya
Perkawinan, yaitu orang tua/ wali/ daerah setempat yang menganggap jika

56
mempunyai anak gadis yang sudah akil maupun perempuan masih di bawah
baliq agar segera dinikahkan karena umur. Kemudian pada tahun 2012
takut kalau tidak segera dinikahkan mempelai yang masih berusia muda
anak gadisnya tidak ada yang adalah laki-laki berjumlah 6 (enam)
meminang (istilah umum di masyarakat orang, dan perempuan berjumlah 9
= tidak laku). Di samping itu juga untuk (sembilan) orang.
meringankan beban orang tua, karena Data lain yang menunjukkan
dengan begitu anak yang sudah adanya perkawinan dini adalah yang
dinikahkan sudah tidak menjadi diperoleh peneliti di Kantor Urusan
tanggungan orang tua atau sudah Agama Kecamatan Kajoran pada
menjadi tanggungan suaminya. Faktor tahun 2012, yaitu mempelai laki-laki
lain yang mempengaruhi perkawinan yang berusia di bawah 19 tahun ada
usia dini karena akibat pergaulan satu orang, dan yang berumur antara
bebas, sehingga anak-anak perempuan 19-25 tahun berjumlah 241 orang.
hamil di luar nikah, maka untuk Sementara mempelai perempuan yang
menghindari aib keluarga anak tersebut berumur di bawah 16 tahun berjumlah
segara dinikahkan meskipun usianya dua orang, dan yang berusia antara
belum mencapai syarat yang ditetapkan 16-19 tahun berjumlah 193 orang.
dalam Undang-undang Perkawinan. Tahun 2013 pada triwulan I (Maret
Ada beberapa kasus yang 2013) justru terjadi peningkatan
terjadi di Kantor Urusan Agama jumlah perkawinan usia muda, yaitu
(KUA) Kecamatan Muntilan, yaitu mempelai laki-laki yang berumur
calon pengantin telah hamil lebih dulu kurang dari 18 tahun ada satu orang,
sementara keduanya masih berstatus yang berumur antara 19-20 tahun
pelajar (SMP). Data yang ada di KUA berjumlah 23 orang. Adapun
tersebut menunjukan dalam kurun mempelai perempuan yang berumur
waktu tahun 2010 ada beberapa kurang dari 16 tahun berjumlah empat
pasangan perkawinan usia dini, yaitu orang, yang berusia antara 16-17
mempelai pria berjumlah 2 (dua) tahun berjumlah 43 orang, dan yang
orang, dan wanita berjumlah 3 (tiga) berumur antara 18-20 tahun
orang. Pada tahun 2011 baik laki-laki berjumlah 62 orang.
maupun perempuan yang masih di Pasangan perkawian usia dini
bawah umur berjumlah 1(satu) orang. ini dalam membina rumah tangga
Jadi pada tahun 2011 pasangan adakalanya rentan tehadap persoalan-
perkawinan usia dini baik laki-laki persoalan rumah tangga yang berakhir

57
pada perceraian. Hal ini sesuai dengan pengantinnya masih usia dini. Alasan
yang dikatakan oleh Menteri Agama para responden ini memberikan surat
H. Said Agil Al-Munawar, bahwa pengantar untuk melangsungkan
realita kehidupan masyarakat perkawinan yaitu karena calon
khususnya umat Islam di Indonesia mempelai wanitanya sudah hamil
saat ini masih memprihatinkan. lebih dahulu.
Sebanyak 40% (empat puluh) persen Hal tersebut berbeda yang
dari hasil perkawinan itu mengalami dilakukan oleh Kantor Urusan
perselisihan / beda pendapat. 15% Agama, yaitu KUA tidak begitu saja
(lima belas) persen dari 40% (empat menikahkan calon pengantin apabila
puluh) persen yang berselisih diketahui bahwa pasangan tersebut
berlanjut pada perceraian. Terjadinya belum mencapai umur yang
perceraian 80% (delapan puluh) ditentukan. Apabila terjadi hal yang
persen disebabkan perkainan usia demikian maka KUA akan membuat
muda. Usia perkawinannyapun tidak penolakan nikah, namun apabila calon
lebih dari lima tahun. mempelai tersebut sudah
(http://www.pelita.or.id/baca.php?id= mendapatkan dispensasi dari
11125). Hal tersebut didukung oleh Pengadilan Agama maka KUA akan
data perkara perceraian di Pengadilan melakukan pencatatan sesuai
Agama Mungkid pada tahun 2012, prosedur. Hal ini dilakukan oleh KUA
yaitu sebanyak 2289 perkara. karena ada dasar hukum yang
mengaturnya yaitu Pasal 7 UUP,
2. Upaya Menekan Tingkat disebutkan dalam ayat (1) bahwa
Perceraian pada Perkawinan Usia perkawinan hanya diizinkan jika
Dini pihak pria sudah mencapai umur 19
Hasil penelitian yang penulis tahun, dan pihak wanita sudah
lakukan dalam rangka untuk menekan mencapai umur 16 tahun. Selanjutnya
terjadinya perceraian pada pasangan dalam ayat (2) disebutkan bahwa
usia dini menunjukan bahwa para dalam hal ada penyimpangan terhadap
responden Kepala Desa/ Kepala ayat (1) Pasal 7 UUP dapat minta
kelurahan dalam hal dimintai surat dispensasi kepada pengadilan atau
pengantar untuk melangsungkan pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua
perkawinan pada calon pasangan usia orang tua baik dari pihak calon
dini rata-rata mereka memberikan mempelai pria maupun wanita. Selain
surat yang dimaksud meskipun calon itu bagi calon mempelai yang belum

58
mencapai umur 21 tahun harus 8. Kurangnya pemahaman
mendapat izin dari kedua orang tua agama.
(Pasal 6 ayat (2 s.d 6) Undang-undang Jika dilihat dari beberapa
Perkawinan. faktor penyebab terjadinya perceraian
Pasangan perkawinan usia di kalangan pasangan perkawinan usia
dini yang mengalami perceraian dini tersebut penulis beranggapan
disebabkan karena beberapa faktor bahwa rata-rata, perkawinan mereka
antara lain yaitu: dilakukan karena keterpaksaan,
1. Faktor ekonomi; hal ini sehingga tidak ada kesiapan untuk
karena kesulitan hidup berumah tangga. Terpaksa
memenuhi kebutuhan untuk melakukan perkawinan di usia
hidup keluarga karena muda karena belum siap melakukan
belum bekerja. hidup berumah tangga, akibat
2. Kurang matangnya pergaulan bebas (hamil di luar nikah).
emosi/ mental/ Hal ini juga tercermin dari faktor
kedewasaan dalam ekonomi, yaitu seorang isteri yang
berumah tangga, tidak berhak mendapatkan nafkah untuk
siap melakukan hidup kehidupannya sehari-hari, akan tetapi
berumah tangga. tidak diberikan nafkah secara rutin
3. Faktor pendidikan juga atau tidak diberi nafkah dalam jumlah
dapat mendorong yang cukup untuk memenuhi
terjadinya perceraian usia kebutuhan hidupnya sehari-hari.
dini, mereka rata-rata Penelantaran ekonomi inilah yang
pendidikannya adalah menyebabkan/ mendorong untuk
setingkat SD-SMP. melakukan perceraian karena para
4. Krisis akibat pergaulan remaja yang melangsungkan
bebas (yang berbuntut perkawinan tersebut belum bekerja,
pada kehamilan). sehingga tidak dapat memenuhi
5. Gangguan dari pihak kebutuhan hidupnya. Padahal dalam
ketiga. Pasal 34 ayat (1) Undang-undang
6. Kawin paksa. Perkawinan maupun dalam Pasal 80
7. Ditinggal pergi suami ayat (2) Kompilasi Hukum Islam
atau salah satu pihak disebutkan bahwa suami wajib
meninggalkan pihak lain/ melindungi isterinya dan memberi
nusyuz. segala sesuatu keperluan hidup

59
berumah tangga sesuai dengan Demikian pula dalam Pasal
kemampuannya. Lebih lanjut dalam 77 Kompilasi Hukum Islam
Pasal 80 ayat (4) Kompilasi Hukum disebutkan bahwa:
Islam disebutkan bahwa sesuai (1) suami isteri memikul
penghasilannya, suami menanggung kewajiban yang luhur
nafkah, kiswah dan tempat kediaman untuk menegakkan rumah
bagi isteri; beaya rumah tangga, beaya tangga yang sakinah,
perawatan dan beaya pengobatan bagi mawaddah dan rahmah
isteri dan anak (hal ini berlaku yang menjadi sendi dasar
sesudah ada tamkin sempurna dari dari susunan masyarakat.
isterinya); dan beaya pendidikan bagi (2) Suami isteri wajib saling
anak. cinta mencintai, hormat
Selain penelataran ekonomi menghormati, setia dan
yang menyebabkan terjadinya memberi bantuan lahir
perceraian, masih ada beberapa faktor batin yang satu kepada
yang layak menjadi perhatian yang lain.
bersama, yaitu adanya krisis (3) Suami isteri memikul
pergaulan bebas yang dilakukan anak- kewajiban untuk
anak remaja/ muda usia, sehingga mengasuh dan memlihara
terjadi hubungan seksual di luar nikah anak-anak mereka, baik
yang berbuntut kehamilan, yang mengenai pertumbuhan
menuntut harus segera dinikahkan. jasmani, rohani maupun
Padahal secara psikis/ kematangan kecerdasannya dan
kejiwaan untuk hidup berumah tangga pendidikan agamanya.
belum terpenuhi, sehingga tidak siap (4) Suami isteri wajib
untuk hidup berumah tangga. Perlu memelihara
dipahami bahwa bahwa dalam kehormatannya.
Undang-undang Perkawinan mengatur (5) Jika suami atau isteri
kewajiban dan hak suami isteri, yaitu melalaikan kewajibannya,
suami isteri memikul kewajiban yang masing-masing dapat
luhur untuk menegakkan rumah mengajukan gugatan
tangga yang menjadi sendi dasar kepada Pengadilan
susunan masyarakat (Pasal 30). Agama, jo Pasal 34 ayat
(3) Undang-undang
Perkawinan.

60
Berdasarkan faktor penyebab 10. Memberikan bimbingan
perceraian tersebut di atas, upaya pra nikah maupun pasca
untuk menekan tingkat perceraian nikah.
yang sudah dilakukan para responden 11. Membuka konsultasi
(Kepala desa/ Kepala Kelurahan) tentang permasalahan
adalah memberikan penyuluhan rumah tangga, hukum
tentang keagamaan dan keluarga munakahat, pewarisan,
sakinah. maupun permasalahan
Adapun responden KUA lain yang berkaitan
dalam rangka upaya menekan tingkat dengan peningkatan
perceraian adalah: kwalitas kehidupan
1. Mengefektifkan peran rumah tangga.
BP4 Kecamatan. 12. Bekerjasama dengan
2. Membentuk kelompok Penamas mengadakan
kerja keluarga sakinah. dialog interaktif melalui
3. Pembinaan keluarga radio.
sakinah. Menurut responden sebetulnya
4. Pembinaan dan tidak ada bukti yang menyatakan bahwa
penyuluhan perkawinan pernikahan usia dini rentan terhadap
bagi remaja usia nikah. perceraian, bahwa keberlangsungan
5. Bekerjasama dengan perkawinan tidak ditentukan oleh
Bapermaspuan untuk perkawinan usia dini atau ideal, namun
melaksanakan dipengaruhi oleh komitmen kedua belah
penyuluhan tentang pihak untuk mempertahankan kehidupan
pendewasaan usia nikah. rumah tangga mereka. Responden lain
6. Membuka layanan menyatakan bahwa untuk mengurangi
konsultasi keluarga. angka perceraian yang terus meningkat,
7. Mengefektifkan kursus perlu upaya pembekalan bagi calon
calon pengantin. pengantin. Hal ini karena akar masalah
8. Melaksanakan penataran penyebab perceraian adalah rendahnya
bagi calon pengantin di pengetahuan dan kemampuan suami
KUA. isteri dalam mengelola dan mengatasi
9. Menekan terjadinya berbagai permasalahan rumah tangga.
perkawinan usia dini. Ketidak matangan/ immaturity pasangan
suami isteri dalam menghadapi

61
kenyataan hidup yang sesungguhnya, E. Kesimpulan
mengakibatkan mereka sering menemui Berdasarkan hasil penelitian yang
kesulitan dalam melakukan penyesuaian penulis lakukan maka dapat ditarik
atas berbagai permasalahan. kesimpulan:
Berdasarkan Kompilasi Hukum 1. Kepala Desa dan KUA
Islam Pasal 105 a, disebutkan bahwa memberikan surat pengantar
pemeliharaan anak yang belum untuk melangsungkan perkawinan
mumayyiz atau belum berumur 12 tahun bagi pasangan usia muda karena
adalah hak ibunya. Adapun beaya calon mempelai wanitanya sudah
pemeliharaan anak ditanggung oleh hamil lebih dahulu.
ayahnya (Pasal 105 c). Beaya 2. Ada beberapa faktor yang
pemeliharaan ini meliputi (Pasal 104): menjadi penyebab terjadinya
(1) Semua beaya penyusuan anak perceraian di kalangan pasangan
pertanggungjawaban kepada perkawinan usia dini, antara lain
ayahnya. Apabila ayahnya dipengaruhi oleh faktor ekonomi,
telah meninggal dunia, maka yaitu karena pasangan muda
beaya penyusuan dibebankan belum bekerja, sehingga kesulitan
kepada orang yang untuk memenuhi kebutuhan hidup
berkewajiban memberi nafkah keluarga mereka. Selain itu
kepada ayahnya atau walinya. kurang matangnya kedewasaan
(2) Penyusuan dilakukan untuk dalam berumah tangga, sehingga
paling lama dua tahun, dan tidak siap melakukan hidup
dapat dilakukan penyapihan berumah tangga.
dalam masa kurang dua tahun 3. Adapun upaya untuk mencegah
dengan persetujuan ayah dan terjadinya perceraian pada
ibunya. pasangan usia dini antara lain
Selanjutnya apabila akibat adalah mengefektifkan peran BP4
putusnya perkawainan karena perceraian, Kecamatan, membentuk
maka semua beaya hadhanah dan nafkah kelompok kerja keluarga sakinah,
anak menjadi tanggungan ayah menurut bekerjasama dengan
kemampuannya, sekurang-kurangnya Bapermaspuan untuk
sampai anak tersebut dewasa dan dapat melaksanakan penyuluhan
mengurus diri sendiri (21 tahun) tentang pendewasaan usia nikah,
(Kompolasi Hukum Islam Pasal 156 d). menekan terjadinya perkawinan
usia dini.

62
F. Saran Ganjar Triadi Budi Kusuma, 2005, Bercerai
1. Seyogyanya para pemangku dengan Indah (Problematika Cinta,
kepentingan, dalam hal ini Kepala Rumah Tangga, dan Perceraian),
Desa dan KUA tidak dengan Intishar, Yogyakarta.
mudahnya memberikan surat
pengantar/ memberi ijin untuk Kamil, R, Al-Hayati, 2004, Jangan Ceraikan
melangsungkan perkawinan bagi Aku, Diva Press, Yogyakarta.
pasangan usia muda. Neng Djubaidah, 2010, Pencatatan
2. Hakim/ Pengadilan seyogyanya Perkawinan & Perkawinan Tiadak
tidak serta merta mengabulkan Dicatat, Menurut Hukum Tertulis di
permohonan perceraian. Indonesia dan Hukum Islam, Sinar
3. Para orang tua hendaknya Grafika, Jakarta.
menjaga dan mengawasi anak-
anaknya secara intens agar tidak Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi
terjerumus dalam pergaulan Penelitian Hukum dan Jurimetri,
bebas, yang berakhir dengan Ghalia, Jakarta.
kehamilan di luar nikah yang Soerjono Soekanto, 2005, Pengantar
notabene masih di bawah umur. Penelitian Hukum, UI –PRESS,
4. Masyarakat hendaknya ikut Jakarta.
peduli terhadap lingkungan, Titik Triwulan Tutik, 2008, Hukum Perdata
jangan memberi peluang/ ruang dalam Sistem Hukum Nasional,
gerak bagi remaja lawan jenis Intermasa, Jakarta.
untuk melakukan hubungan yang Peraturan Perundangan
bebas/ pergaulan bebas. UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang
5. Dilakukan penyuluhan terhadap Perkawinan.
para remaja tentang keluarga UU Nomor 32 Tahun 1954 tentang
sakinah, bahayanya pergaulan Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk.
bebas, perkawinan usia muda UU Nomor 22 Tahun 1946 tentang
yang berakhir dengan perceraian. Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk.
UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang
DAFTAR PUSTAKA Administrasi Kependudukan.
Buku-buku Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
Dian Luthfiyati, 2008, Pernikahan Dini pada Tentang Pelaksanaan UU Nomor 1
Kalangan Remaja (15-19 tahun), Tahun 1974 tentang Perkawinan.
blogspot.com

63
Unduh
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=11125,
11 April 2012, diakses tanggal 12
April 2012.
http://www.seputar-
indonesia.com/edisicetak/content/vie
w/471902/, 23 Pebruari 2012, diakses
tanggal 12 April 2012.

http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=1409
63&actmenu=36, 23 Pebruari 2012,
diakses tanggal 12 April 2012.

64

You might also like