Professional Documents
Culture Documents
Faktor Determinan Kejadian Stunting Pada c0748f91
Faktor Determinan Kejadian Stunting Pada c0748f91
Abstract
Prevalence of stunting among school-age children around the world (5-14 years) is about
28% (171 million children), nationally 30.7%, while for West Sumatra 26.6% and Padang City is
37.1%. The prevalence of stunting from the results of screening conducted in grade I elementary
school students in Padang was 5.14%, the highest prevalence was in SDN 09 Nanggalo by 30%.The
purpose of this study to determine the determinant factors of stunting events in school children and its
effect on learning achievement at SDN 09 Nanggalo Padang City in 2017. This research use Cross
Sectional Study design, total of 332 children and sample 75 children. The statistical test used is chi-
square on p-value <0.05. From the result of research of stunting student prevalence counted 16%,
less half of students with low learning achievement (44%), determinant factor of stunting event is
mother education, mother knowledge and energy consumption and protein and there is stunting effect
to learning achievement. It is recommended to nutrition officers to regularly measure school
children's height and weight to monitor the nutritional status of school children and teachers and
principals to provide more activities that can improve learning achievement, such as holding
additional lessons.
Abstrak
Prevalensi stunting di kalangan anak usia sekolah di seluruh dunia (5-14 tahun) sekitar 28%
(171 Juta anak-anak), secara nasional 30,7%, sedangkan untuk Sumatera Barat 26,6% dan Kota
Padang 37,1% . Prevalensi stunting dari hasil penjaringan yang dilakukan pada anak kelas I Sekolah
Dasar di kota Padang sebesar 5,14%, prevalensi tertinggi terdapat di SDN 09 Nanggalo sebesar 30 % .
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor determinan kejadian stunting pada anak sekolah dan
pengaruhnya terhadap prestasi belajar di SDN 09 Nanggalo Kota Padang tahun 2017. Penelitian ini
menggunakan desain Cross Sectional Study, jumlah pupolasi 332 anak dan jumlah sampel 75 anak.
Uji statistik yang digunakan adalah chi- square pada p-value <0,05. Dari hasil penelitian prevalensi
siswa stunting sebanyak 16%, kurang separo siswa dengan prestasi belajar yang rendah (44%),
Faktor determinan kejadian stunting adalah pendidikan ibu, pengetahuan ibu dan konsumsi energi
serta protein dan ada pengaruh stunting terhadap prestasi belajar. Disarankan kepada petugas gizi
untuk melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan anak sekolah secara rutin untuk memantau
status gizi anak sekolah dan guru serta kepala sekolah untuk lebih memberikan kegiatan-kegiatan
yang dapat meningkatkan prestasi belajar, seperti mengadakan pelajaran tambahan.
Kata Kunci : anak sekolah dasar, determinan stunting dan prestasi belajar
38
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO) E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018
39
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO) E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018
dengan uji statistik Chi Square dengan tingkat Tinggi 3 25 40 63,5 43 57,3 0,023
kepercayaan 95%. Jumlah 12 100 43 100 75 100
40
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO) E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018
41
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO) E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018
42
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO) E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018
Faktor Determinan Pengetahuan Ibu Pada ibu yang bekerja akan kehilangan
terhadap Kejadian Stunting waktu untuk memperhatikan asupan makanan
Berdasarkan hasil pengetahuan ibu bagi anaknya sehingga akan mempengaruhi
termasuk tinggi pada anak stunting maupun status gizi anaknya. Ibu yang bekerja
anak normal. Hasil uji statistik menunjukkan kemungkinan memiliki anak yang status gizi
bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor kurang.
determinan ada hubungan antara kejadian
stunting dengan pengetahuan ibu siswa SDN 09 Faktor Determinan Jumlah Anggota
Nanggalo kota padang tahun 2017. (p-value Keluarga terhadap Kejadian Stunting
=0,005) Dari hasil penelitian menunjukkan
Hal ini sejalan dengan penelitian yang bahwa stunting lebih tinggi 58,3% pada anak
dilakukan oleh Intje Picalu dan Saci Magdalena dengan jumlah anggota keluarga yang cukup
Tay (2013) yang mengatakan bahwa ibu yang dibandingkan anak dengan jumlah anggota
memiliki tingkat pengetahuan yang rendah keluarga yang banyak 41,7%. Hasil uji statistik
memiliki peluang lebih besar memiliki anak menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
yang mengalami stunting daripada ibu yang kejadian stunting dengan besarnya keluarga
memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. siswa SD N 09 Nanggalo kota padang tahun
Pendidikan ibu akan berpengaruh 2017.(p-value= 0,746)
terhadap pengetahuannya dalam mengasuh Hasil penelitian ini sejalan dengan
anak. Pendidikan orang tua merupakan salah penelitian yang dilakukan oleh Arviani A.
satu faktor yang penting dalam tumbuh Ibrahim dan Ratih Faramita di wilayah kerja
kembang anak. Karena dengan pendidikan Puskesmas Barombong kota Makassar tahun
yang baik, maka oran tua dapat menerima 2014 yang mengatakan tidak ada hubungan
segala informasi dari luar terutama tentang yang signifikan antara jumlah anggota keluarga
cara pengasuhan anak yang baik, asupan gizi dengan kejadian stunting.
yang sesuai, sehingga ibu dapat menjaga Jumlah anak yang ada dalam anggota
kesehatan anaknya, pendidikan dan sebagainya keluarga merupakan jumlah anak yang menjadi
(Cahyaningsih,2011). tanggungan keluarga.Keluarga dengan jumlah
Dari hasil statistik menunjukkan ada anggota yang lebih sedikit memberikan
hubungan antara pengetahuan ibu dengan status kesempatan bagi anak untuk memperoleh
gizi anak. Hal ini sejalan dengan teori Pendidikan dan kebutuhan hidup, kebutuhan
pengetahuan orang tua berpengaruh dalam materi dan pengasuhan yang lebih optimal.
mengasuh anak. Berdasarkan hasil statistik
menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga
Faktor Determinan Pekerjaan Ibu terhadap bukan merupakan faktor determinan terhadap
Kejadian Stunting kejadian stunting. Hal ini tidak sejalan dengan
Dari hasil penelitian diketahui anak teori yang mengatakan semakin kecil jumlah
yang stunting lebih tinggi 75% pada anak keluarga maka semakin besar kesempatan anak
dengan ibu bekerja dibandingkan anak dengan untuk memperoleh kebutuhan hidup yang lebih
ibu tidak bekerja 25%. Hasil uji statistik optimal.
menunjukkan bahwa status pekerjaan ibu bukan
merupakan faktor determinan terhadap kejadian Faktor Determinan Pendapatan Keluarga
stunting siswa SDN 09 Nanggalo tahun 2017 terhadap Kejadian Stunting
(p-value=0,338). Dari hasil penelitian menunjukkan
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil bahwa stunting lebih tinggi 66,7% pada anak
penelitian yang dilakukan oleh Nasikhah dan dengan pendapatan keluarga yang tinggi
Margawati (2012) yang mengatakan bahwa dibandingkan anak dengan pendapatan keluarga
pekerjaan orang tua merupakan faktor risiko yang rendah 33,3%. Hasil uji statistik
yang berpengaruh terhadap kejadian stunting. menunjukkan bahwa pendapatan keluarga
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang bukan merupakan faktor determinan terhadap
dilakukan oleh Intje Picalu dan Saci Magdalena kejadian stunting siswa di SDN 09 Nanggalo
Tay (2013) yang mengatakan bahwa orang tua Kota padang tahun 2017. (p-value=0,245)
terutama ibu yang bekerja memiliki peluang Hasil penelitian ini sejalan dengan
lebih besar memiliki anak yang mengalami penelitian yang dilakukan oleh Aridiyah, dkk di
stunting daripada ibu yang tidak bekerja. Puskesmas Patrang NTT tahun 2014 bahwa
43
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO) E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018
tidak ada hubungan yang signifikan antara bertambah jumlah air yang dibutuhkan
pendapatan keluarga dengan kejadian stunting. (WNPG, 2004).
Keluarga merupakan lembaga sosial Dari hasil diketahui ada hubungan
pertama yang dikenal anak yang dapat antara konsumsi energi yang mempengaruhi
mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi anak sekolah dengan kejadian
perkembangan anak. Keluarga bertanggung stunting. Hal ini sejalan dengan teori yang
jawab menyediakan dana untuk kebutuhan mengatakan kebutuhan energi merupakan
anak. Keluarga (orang tua) yang mempunyai faktor yang mempengaruhi langsung kejadian
pendapatan tinggi tidak akan banyak stunting.
mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan anak. Faktor Determinan Konsumsi Protein
Dari hasil statistik menunjukkan bahwa dengan Kejadian Stunting
tidak ada hubungan antara pendapatan orang Dari hasil penelitian menunjukkan
tua dengan kejadian stunting, hal ini tidak bahwa stunting lebih tinggi 66,7% pada anak
sejalan dengan teori yang mengatakan orang dengan konsumsi protein yang kurang
tua yang memiliki pendapatan yang tinggi tidak dibandingkan anak dengan konsumsi protein
banyak mengalami kesulitan dalam memenuhi yang cukup 33,3%. Hasil uji statistik
kebutuhan anak. Hal ini bisa terjadi karena menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pendapatan keluarga bukan merupakan faktor konsumsi protein dengan kejadian stunting
langsung yang mempengaruhi kejadian stunting siswa SDN 09 Nanggalo kota padang tahun
pada anak. 2017. (p-value=0,047)
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Faktor Determinan Konsumsi Energi dilakukan oleh Hartono Et all. (2013)
terhadap Kejadian Stunting mengemukakan bahwa ada hubungan
Dari hasil penelitian menunjukkan signifikan antara asupan protein dengan
bahwa stunting lebih tinggi 66,7% pada anak kejadian stunting pada anak sekolah dasar.
dengan konsumsi energi yang kurang Kurang protein ditandai postur tubuh
dibandingkan anak dengan konsumsi energi pendek, mudah sakit dan perkembangan mental
yang cukup 33,7%. Hasil uji statistik terganggu. Oleh karena itu, akan berakibat fatal
menunjukkan bahwa ada hubungan antara di antaranya terhambatnya pertumbuhan fisik
konsumsi energi dengan kejadian stunting dan perkembangan otak serta menurunkan
siswa SDN 09 Nanggalo kota padang tahun imunitas atau daya tahan tubuh. (Agus Cokro,
2017.(p-value 0,014) 2013)
Hal ini sejalan dengan penelitian yang Otak membutuhkan protein untuk
dilakukan oleh Linda Oktari dkk (2015) bahwa berfungsi dengan baik. Protein membentuk
anak pendek/ stunting mengalami defisit energi bagian dalam sel-sel otak dan jaringan ikat di
yang diakibatkan oleh makanan yang sekitar mereka. Mereka juga menghasilkan sel
dikonsumsi sehari-hari di rumah dan di sekolah saraf baru, yang memungkinkan otak anak
belum bisa mencukupi kebutuhan energi yang Anda untuk tumbuh. Protein membantu otak
dibutuhkan dalam sehari. anak Anda berpikir jernih, berkonsentrasi dan
Kebutuhan energi pada dasarnya belajar. Sebuah studi yang dicetak pada bulan
tergantung dari empat faktor yang saling Juli 2008 di jurnal "Perilaku dan Fungsi Otak"
berkaitan, yaitu aktivitas fisik, ukuran, menemukan bahwa anak-anak dengan gizi
komposisi tubuh, umur, iklim dan faktor buruk energi kronis menderita IQ lebih rendah
ekologi lainnya. Untuk anak-anak diperlukan dan nilai ujian di sekolah, masalah perilaku,
tambahan energi yang berfungsi untuk memori miskin dan kekurangan kognitif
pertumbuhannya. Menurut Angka Kecukupan lainnya. (Kristin dan Demand, 2010)
Gizi (AKG) rata- rata yang dianjurkan Dari hasil penelitian diketahui ada
(perorang/hari), kebutuhan energi anak usia1-3 hubungan antara konsumsi protein yang
tahun sebesar 1.000 kkal dan kebutuhan protein mempengaruhi status gizi anak sekolah dengan
25 gr. Adapun kebutuhan energi anak usia 4-6 kejadian stunting. Hal ini sejalan dengan teori
tahun sebesar 1.550 kkal dan kebutuhan protein yang mengatakan kebutuhan energi merupakan
sebesar 39 gr. Untuk kebutuhan air anak usia 1- faktor yang mempengaruhi langsung kejadian
6 tahun sekitar 1,1±1,4 liter atau 5-7 gelas per stunting.
hari. Semakin bertambah umur makin
44
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO) E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018
45
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO) E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018
13. Dinkes Kota Padang. 2016. Laporan Hasil 16. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
Skrening. Dinas Kesehatan Kota Padang : (WNPG). 2004. Lembaga Ilmu
Padang. Pengetahuan Indonesia : Jakarta.
46