Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

P-ISSN : 2355-9853

Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO) E-ISSN : 2622-4135


Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018

FAKTOR DETERMINAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK


SEKOLAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR DI
SDN 09 NANGGALO KOTA PADANG TAHUN 2017

Dezi Ilham1,Wilda Laila2


Program Studi Ilmu Gizi, STIKes Perintis Padang
Email : dezi.fkunand@gmail.com

Submission: 20-02-2018, Reviewed: 05-03-2018, Accepted: 09-05-2018

Abstract

Prevalence of stunting among school-age children around the world (5-14 years) is about
28% (171 million children), nationally 30.7%, while for West Sumatra 26.6% and Padang City is
37.1%. The prevalence of stunting from the results of screening conducted in grade I elementary
school students in Padang was 5.14%, the highest prevalence was in SDN 09 Nanggalo by 30%.The
purpose of this study to determine the determinant factors of stunting events in school children and its
effect on learning achievement at SDN 09 Nanggalo Padang City in 2017. This research use Cross
Sectional Study design, total of 332 children and sample 75 children. The statistical test used is chi-
square on p-value <0.05. From the result of research of stunting student prevalence counted 16%,
less half of students with low learning achievement (44%), determinant factor of stunting event is
mother education, mother knowledge and energy consumption and protein and there is stunting effect
to learning achievement. It is recommended to nutrition officers to regularly measure school
children's height and weight to monitor the nutritional status of school children and teachers and
principals to provide more activities that can improve learning achievement, such as holding
additional lessons.

Keywords: elementary school children, determinants of stunting and learning


Achievement

Abstrak

Prevalensi stunting di kalangan anak usia sekolah di seluruh dunia (5-14 tahun) sekitar 28%
(171 Juta anak-anak), secara nasional 30,7%, sedangkan untuk Sumatera Barat 26,6% dan Kota
Padang 37,1% . Prevalensi stunting dari hasil penjaringan yang dilakukan pada anak kelas I Sekolah
Dasar di kota Padang sebesar 5,14%, prevalensi tertinggi terdapat di SDN 09 Nanggalo sebesar 30 % .
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor determinan kejadian stunting pada anak sekolah dan
pengaruhnya terhadap prestasi belajar di SDN 09 Nanggalo Kota Padang tahun 2017. Penelitian ini
menggunakan desain Cross Sectional Study, jumlah pupolasi 332 anak dan jumlah sampel 75 anak.
Uji statistik yang digunakan adalah chi- square pada p-value <0,05. Dari hasil penelitian prevalensi
siswa stunting sebanyak 16%, kurang separo siswa dengan prestasi belajar yang rendah (44%),
Faktor determinan kejadian stunting adalah pendidikan ibu, pengetahuan ibu dan konsumsi energi
serta protein dan ada pengaruh stunting terhadap prestasi belajar. Disarankan kepada petugas gizi
untuk melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan anak sekolah secara rutin untuk memantau
status gizi anak sekolah dan guru serta kepala sekolah untuk lebih memberikan kegiatan-kegiatan
yang dapat meningkatkan prestasi belajar, seperti mengadakan pelajaran tambahan.

Kata Kunci : anak sekolah dasar, determinan stunting dan prestasi belajar

PENDAHULUAN Kesehatan Dunia (WHO) 2010, prevalensi


Dalam hasil laporan Unit Surveilans stunting di kalangan anak usia sekolah di
Pertumbuhan dan Pengkajian Organisasi seluruh dunia (5-14 tahun) sekitar 28% (171

38
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO) E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018

Juta anak-anak), dengan kematian tertingi anak-anak mengalami kecacatan permanen


terdapat di negara Afrika Timur. yang seharusnya bisa dicegah tidak
Secara nasional prevalensi stunting mendapatkan asupan gizi yang memadai
tahun 2013 pada anak usia 6-12 tahun yaitu (Soetjiningsih, 2012).
30,7%, Sedangkan untuk Sumatera Barat Status gizi yang rendah pada anak akan
26,6% dan Kota Padang 37,1%, ini membawa dampak yang negatif pada
menunjukkan bahwa jumlah anak sekolah yang peningkatan kualitas sumber daya manusia.
stunting Kota Padang jauh di atas angka Kekurangan gizi yang kronis sangat
propinsi dan Nasional. (Riskesdas, 2013). berhubungan dengan pencapaian nilai
Prevalensi stunting dari hasil akademik murid di sekolah yang semakin
penjaringan yang dilakukan pada anak kelas I rendah. Anak-anak yang pendek (indikator TB
Sekolah Dasar di kota Padang yaitu sebesar menurut Umur) karena kurang gizi akan lebih
5,14%, prevalensi tertinggi terdapat di SDN 09 banyak anak yang terlambat masuk sekolah,
Nanggalo yaitu sebesar 30 % .(Skreening Kota lebih sering absen dan tidak naik kelas.
Padang, 2016). (Anwar, 2008)
Salah satu indikator untuk menilai Tinggi atau pendeknya postur tubuh
kualitas sumber daya manusia adalah Indeks seseorang ditentukan oleh asupan gizi di masa
Pembangunan Manusia (Human Development lalu. Buruknya asupan gizi mempengaruhi pola
Index / HDI). Faktor-faktor yang menjadi pertumbuhan anak. Banyak penelitian
penentu HDI adalah pendidikan, kesehatan dan menunjukan bahwa status gizi anak sekolah
ekonomi. Ketiga faktor tersebut sangat yang baik akan menghasilkan derajat kesehatan
berkaitan dengan status gizi masyarakat. Oleh yang baik dan tingkat kecerdasan yang baik
karena itu anak yang memperoleh makanan pula. Sebaliknya, status gizi yang buruk
yang cukup sejak dari dalam kandungan akan menghasilkan derajat kesehatan yang buruk,
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai mudah terserang penyakit, dan tingkat
dengan usianya dan mempunyai umur harapan kecerdasan yang kurang sehingga prestasi anak
hidup yang baik. (Anindya, 2009). di sekolah juga kurang. (Devi, 2012)
Anak sebagai aset sumber daya Pertumbuhan dan perkembangan
manusia dan generasi penerus perlu masing-masing anak berbeda, ada yang
diperhatikan kehidupannya. Kecukupan gizi dan cepat ada yang lambat, karena dalam proses
pangan merupakan salah satu faktor terpenting pertumbuhan dan perkembangan terdapat
dalam pengembangan kualitas Sumber Daya beberapa aspek yang mempengaruhi,
Manusia. Kecukupan gizi sangat diantaranya faktor bakat (genetic), lingkungan
mempengaruhi terhadap kesehatan dan (gizi dan cara perawatan), dan konvergensi
produktivitas kerja manusia. Banyak aspek yang (perpaduan antara bakat dan lingkungan).
berpengaruh terhadap status gizi antara lain Oleh sebab itu, perlakuan terhadap anak tidak
aspek pola pangan, sosial budaya dan boleh disamaratakan, sebaiknya dengan
pengaruh konsumsi pangan. (Maryani,2008). mempertimbangkan tingkat pertumbuhan
Pada usia 6-12 tahun anak lebih dan perkembangan anak (Susanto, 2011).
banyak aktivitasnya, baik di sekolah maupun Pendidikan ibu akan berpengaruh
diluar sekolah, sehingga anak perlu energi terhadap pengetahuannya dalam mengasuh
lebih banyak. Pertumbuhan anak lambat tetapi anak. Pendidikan ibu merupakan salah satu
pasti, sesuai dengan banyaknya makanan yang faktor yang penting dalam tumbuh
dikonsumsi anak. Sebaiknya anak diberikan kembang anak. Karena dengan pendidikan
sarapan sebelum ke sekolah, agar anak dapat yang baik, maka ibu dapat menerima segala
berkonsentrasi pada pelajaran dengan baik dan informasi dari luar terutama tentang cara
berprestasi (Soetjiningsih, 2012) pengasuhan anak yang baik, asupan gizi yang
Sumber daya manusia (SDM) yang sesuai, sehingga ibu dapat menjaga kesehatan
berkualitas harus disiapkan sejak anaknya, pendidikan dan sebagainya
dini.Keluarga, masyarakat maupun pemerintah (Cahyaningsih, 2011).
harus memberikan perhatian yang optimal, Penelitian bertujuan untuk mengetahui
khususnya masalah gizi pada anak. Anak yang faktor determinan kejadian stunting pada anak
berusia sekolah (6-12 th) jika mendapatkan sekolah dan pengaruhnya terhadap prestasi
asupan gizi yang baik akan mengalami belajar di SDN 09 Nanggalo Kota Padang
tumbuh kembang yang optimal. Sebaliknya Tahun 2017.

39
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO) E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018

METODE PENELITIAN Tingkat pendidikan ibu dapat diketahui


tingkat pendidikan ibu siswa yang rendah lebih
Desain penelitian ini adalah penelitian
sedikit dibandingkan tingkat pendididkan ibu
analitik dengan desain Cross Sectional Study,
yang tinggi yaitu 42,7%.
yaitu ingin mengetahui faktor determinan yang
Pengetahun ibu dapat diketahui tingkat
menjadi penentu kejadian stunting dan
pengetahuan ibu sudah baik yaitu seluruh ibu
pengaruhnya dengan prestasi belajar anak
memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
sekolah. Pengukuran dilakukan terhadap
Pekerjaan ibu dapat dilihat sampel
variabel independen ( pendidikan ibu,
terbanyak pada kelompok ibu tidak bekerja
pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anggota
yaitu sebesar 58,7%.
keluarga, pendapatan keluarga dan konsumsi
Jumlah anggota keluarga siswa
energi dan protein anak sekolah ) dan variabel
didapatkan jumlah anggota keluarga yang
dependen (kejadian stiunting dan prestasi
banyak lebih banyak dibandingkan dengan
belajar) dalam waktu yang bersamaan.
jumlah anggota keluarga yang cukup yaitu
Penelitian ini dilakukan di SDN 09
64%.
Nanggalo Kota Padang yaitu pada bulan
Pendapatan orang tua didapatkan
Agustus 2017 s.d November 2017.
pendapatan orang tua siswa yang tinggi lebih
Pengambilan sampel dihitung dengan
banyak dari pada yang rendah (80%).
menggunakan rumus estimasi proporsi sebagai
Konsumsi energi siswa didapatkan
berikut:
konsumsi energi siswa yang kurang lebih
2
sedikit dibandingkan konsumsi energi yang
Z1 D xP 1 P xN cukup yaitu 32%.
2 Konsumsi protein siswa didapatkan
2
d2 N 1 Z1 D xP(1 P) konsumsi protein siswa yang kurang lebih
2
sedikit dibandingkan konsumsi protein yang
Keterangan :
cukup yaitu 37,3%.
d = Penyimpangan
terhadap populasi atau
Analisis Bivariat
derajat ketepatan yang
diinginkan5% atau 0,05
2
Faktor Determinan Pendidikan Ibu dengan
Z1 D = Standar deviasi normal Kejadian Stunting
2
95% = (1,96)
Tabel 1. Faktor Determinan Pendidikan Ibu
P = proporsi prestasi
dengan Kejadian Stunting Siswa di SDN 09
belajar 50 % = (0,5)
Nanggalo Kota Padang Tahun 2017
N = Besar populasi (332
anak) Tingkat Status Gizi (TB/U) Total
n = Besar sampel P-
Pendidikan Stunting Normal
n % value
Ibu n % n %

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis Rendah 9 75 23 36,5 32 42,7

dengan uji statistik Chi Square dengan tingkat Tinggi 3 25 40 63,5 43 57,3 0,023
kepercayaan 95%. Jumlah 12 100 43 100 75 100

HASIL PENELITIAN Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat


Analisis Univariat stunting lebih tinggi 75% pada anak dengan
pendidikan ibu yang rendah dibandingkan anak
Pengukuran status gizi siswa dengan pendidikan ibu yang tinggi 25%.
berdasarkan indeks TB/U, didapatkan 12 siswa Hasil uji statistik chi square didapatkan
stunting (16%) dan 63 siswa normal (84%). p-value=0,023 maka dapat disimpulkan bahwa
Prestasi belajar siswa dapat dikatakan pendidikan ibu merupakan faktor determinan
bahwa sebanyak 33 orang siswa SDN 09 kejadian stunting siswa di SDN 09 Nanggalo
Nanggalo Kota Padang yang memiliki prestasi tahun 2017.
belajar yang rendah 44%.

40
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO) E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018

Faktor Determinan Pengetahuan Ibu Faktor Determinan Jumlah Anggota


dengan Kejadian Stunting Keluarga dengan Kejadian Stunting

Tabel 2 Faktor Determinan Pengetahuan Tabel 4. Faktor Determinan Jumlah


Ibu dengan Kejadian Stunting Siswa di SDN Anggota Keluarga dengan Kejadian
09 Nanggalo Kota Padang Tahun 2017 Stunting Siswa di SDN 09 Nanggalo Kota
Padang Tahun 2017
Status Gizi TB/U Total
Pengetahuan P-
Stunting Normal Jumlah Status gizi TB/U Total
Ibu n % value P-
n % n % Anggota Stunting Normal
n % value
Rendah 0 0 0 0 0 0 Keluarga n % n %
Tinggi 12 100 63 100 75 100 0,005 Cukup 7 58,3 41 65 48 64
Jumlah 12 100 63 100 75 100 Banyak 5 41,7 22 35 27 36 0,746
Jumlah 12 100 63 100 75 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat


semua anak stunting dengan pengetahuan ibu Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
yang tinggi 100%. stunting lebih tinggi 58,3% pada anak dengan
Hasil uji statistik chi square didapatkan jumlah anggota keluarga yang cukup
p-value=0,005 maka disimpulkan bahwa dibandingkan anak dengan jumlah anggota
pengetahuan ibu merupakan faktor determinan keluarga yang banyak 41,7%.
kejadian stunting siswa di SDN 09 Nanggalo Hasil uji statistik chi square didapatkan
tahun 2017. p-value=0,746 maka dapat disimpulkan bahwa
jumlah anggota keluarga tidak merupakan
Faktor Determinan Pekerjaan Ibu dengan faktor determinan kejadian stunting siswa di
Kejadian Stunting SDN 09 Nanggalo tahun 2017.

Tabel 3 Faktor Determinan Pekerjaan Ibu Faktor Determinan Pendapatan Keluarga


dengan Kejadian Stunting di SDN 09 dengan Kejadian Stunting
Nanggalo Kota Padang Tahun 2017
Tabel 5 Faktor Determinan Pendapatan
Status Status Gizi TB/U Total Keluarga dengan Kejadian Stunting Siswa di
P-
Pekerjaan Stunting Normal SDN 09 Nanggalo Kota Padang Tahun 2017
n % value
Ibu n % n %
Status Gizi TB/U Total
Tidak Pendapatan P-
9 75 35 55,5 44 58,7 Stunting Normal
Bekerja keluarga n % value
0,338 n % n %
Bekerja 3 25 28 44,4 31 41,3
Rendah 4 33,3 11 17,5 15 20
Jumlah 12 100 63 100 75 100
Tinggi 8 66,7 52 82,5 60 80 0,243
Jumlah 12 100 63 100 75 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
stunting lebih tinggi 75% pada anak dengan ibu Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
bekerja dibandingkan anak dengan ibu tidak stunting lebih tinggi 66,7% pada anak dengan
bekerja 25%. pendapatan keluarga yang tinggi dibandingkan
Hasil uji statistik chi square didapatkan anak denagn pendapatan keluarga yang rendah
p-value=0,338 maka dapat disimpulkan bahwa 33,3%.
pekerjaan ibu tidak merupakan faktor Hasil uji statistik chi square didapatkan
determinan kejadian stunting siswa di SDN 09 p-value=0,243 maka disimpulkan bahwa
Nanggalo tahun 2017. pendapatan keluarga tidak merupakan faktor
determinan kejadian stunting siswa di SDN 09
Nanggalo tahun 2017.

41
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO) E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018

Faktor Determinan Konsumsi Energi Hubungan Kejadian Stunting dengan


dengan Kejadian Stunting Prestasi Belajar
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Prestasi
Tabel 6 Faktor Determinan Konsumsi Belajar Siswa Berdasarkan Kejadian
Energi dengan Kejadian Stunting Siswa Stunting di SDN 09 Nanggalo Kota
di SDN 09 Nanggalo Kota Padang PadangTahun 2017
Tahun 2017
Status Gizi TB/U Total
Prestasi P-
Status Gizi TB/U Total Stunting Normal
Konsumsi P- Belajar n % value
Stunting Normal n % n %
Energi n % value
n % n % Rendah 9 75 24 38 33 44
Kurang 8 66,7 41 65 49 36,8 Tinggi 3 25 39 62 42 56 0.026
Cukup 4 33,7 22 35 26 34,6 0,014 Jumlah 12 100 63 100 75 100
Jumlah 12 100 63 100 75 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat


Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat stunting lebih tinggi 75% pada anak dengan
stunting lebih tinggi 66,7% pada anak dengan prestasi belajar yang rendah dibandingkan anak
konsumsi energi yang kurang dibandingkan dengan prestasi belajar yang tinggi 25%.
anak dengan konsumsi energi yang cukup Hasil uji statistik chi square
33,7%. didapatkan p-value=0,026 maka dapat
Hasil uji statistik chi square didapatkan disimpulkan bahwa kejadian stunting siswa
p-value=0,014 maka dapat disimpulkan bahwa berhubungan dengan prestasi belajar siswa di
konsumsi energi merupakan faktor determinan SDN 09 Nanggalo tahun 2017.
kejadian stunting siswa di SDN 09 Nanggalo
tahun 2017. PEMBAHASAN

Faktor Determinan Konsumsi Protein Faktor Determinan Pendidikan Ibu


dengan Kejadian Stunting terhadap Kejadian Stunting
Dari hasil penelitian diketahui stunting
Tabel 7. Faktor Determinan Konsumsi lebih tinggi 75% pada anak dengan pendidikan
Protein dengan Kejadian Stunting Siswa ibu yang rendah dibandingkan anak dengan
di SDN 09 Nanggalo Kota Padang Tahun pendidikan ibu yang tinggi 25%. Hasil uji
2017 statistik menunjukkan bahwa pendidikan ibu
me-rupakan faktor determinan kejadian
Status Gizi TB/U Total stunting (p-value=0,023) di SDN 09 Nanggalo
Konsumsi P-
Stunting Normal tahun 2017.
Protein n % value
n % n % Pendidikan orang ibu akan berpengaruh
Kurang 8 66,7 20 31,7 28 37,3 terhadap pengetahuannya dalam mengasuh
Cukup 4 33,3 43 68,3 47 62,7 0,047 anak. Pendidikan ibu merupakan salah satu
Jumlah 12 100 63 100 75 100
faktor yang penting dalam tumbuh kembang
anak. Karena dengan pendidikan yang baik,
maka ibu dapat menerima segala informasi
dari luar terutama tentang cara pengasuhan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat anak yang baik, asupan gizi yang sesuai,
stunting lebih tinggi 66,7% pada anak dengan sehingga ibu dapat menjaga kesehatan
konsumsi protein yang kurang dibandingkan anaknya, pendidikan dan sebagainya
anak dengan konsumsi protein yang cukup (Cahyaningsih,2011).
33,3%. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa
Hasil uji statistik chi square didapatkan pendidikan ibu merupakan faktor determinan
p-value=0,047 maka dapat disimpulkan bahwa kejadian stunting hal ini sesuai dengan teori
konsumsi protein merupakan faktor determinan karena pendidikan yang baik maka ibu dapat
kejadian stunting siswa di SDN 09 Nanggalo menerima informasi dari luar.
tahun 2017.

42
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO) E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018

Faktor Determinan Pengetahuan Ibu Pada ibu yang bekerja akan kehilangan
terhadap Kejadian Stunting waktu untuk memperhatikan asupan makanan
Berdasarkan hasil pengetahuan ibu bagi anaknya sehingga akan mempengaruhi
termasuk tinggi pada anak stunting maupun status gizi anaknya. Ibu yang bekerja
anak normal. Hasil uji statistik menunjukkan kemungkinan memiliki anak yang status gizi
bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor kurang.
determinan ada hubungan antara kejadian
stunting dengan pengetahuan ibu siswa SDN 09 Faktor Determinan Jumlah Anggota
Nanggalo kota padang tahun 2017. (p-value Keluarga terhadap Kejadian Stunting
=0,005) Dari hasil penelitian menunjukkan
Hal ini sejalan dengan penelitian yang bahwa stunting lebih tinggi 58,3% pada anak
dilakukan oleh Intje Picalu dan Saci Magdalena dengan jumlah anggota keluarga yang cukup
Tay (2013) yang mengatakan bahwa ibu yang dibandingkan anak dengan jumlah anggota
memiliki tingkat pengetahuan yang rendah keluarga yang banyak 41,7%. Hasil uji statistik
memiliki peluang lebih besar memiliki anak menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
yang mengalami stunting daripada ibu yang kejadian stunting dengan besarnya keluarga
memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. siswa SD N 09 Nanggalo kota padang tahun
Pendidikan ibu akan berpengaruh 2017.(p-value= 0,746)
terhadap pengetahuannya dalam mengasuh Hasil penelitian ini sejalan dengan
anak. Pendidikan orang tua merupakan salah penelitian yang dilakukan oleh Arviani A.
satu faktor yang penting dalam tumbuh Ibrahim dan Ratih Faramita di wilayah kerja
kembang anak. Karena dengan pendidikan Puskesmas Barombong kota Makassar tahun
yang baik, maka oran tua dapat menerima 2014 yang mengatakan tidak ada hubungan
segala informasi dari luar terutama tentang yang signifikan antara jumlah anggota keluarga
cara pengasuhan anak yang baik, asupan gizi dengan kejadian stunting.
yang sesuai, sehingga ibu dapat menjaga Jumlah anak yang ada dalam anggota
kesehatan anaknya, pendidikan dan sebagainya keluarga merupakan jumlah anak yang menjadi
(Cahyaningsih,2011). tanggungan keluarga.Keluarga dengan jumlah
Dari hasil statistik menunjukkan ada anggota yang lebih sedikit memberikan
hubungan antara pengetahuan ibu dengan status kesempatan bagi anak untuk memperoleh
gizi anak. Hal ini sejalan dengan teori Pendidikan dan kebutuhan hidup, kebutuhan
pengetahuan orang tua berpengaruh dalam materi dan pengasuhan yang lebih optimal.
mengasuh anak. Berdasarkan hasil statistik
menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga
Faktor Determinan Pekerjaan Ibu terhadap bukan merupakan faktor determinan terhadap
Kejadian Stunting kejadian stunting. Hal ini tidak sejalan dengan
Dari hasil penelitian diketahui anak teori yang mengatakan semakin kecil jumlah
yang stunting lebih tinggi 75% pada anak keluarga maka semakin besar kesempatan anak
dengan ibu bekerja dibandingkan anak dengan untuk memperoleh kebutuhan hidup yang lebih
ibu tidak bekerja 25%. Hasil uji statistik optimal.
menunjukkan bahwa status pekerjaan ibu bukan
merupakan faktor determinan terhadap kejadian Faktor Determinan Pendapatan Keluarga
stunting siswa SDN 09 Nanggalo tahun 2017 terhadap Kejadian Stunting
(p-value=0,338). Dari hasil penelitian menunjukkan
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil bahwa stunting lebih tinggi 66,7% pada anak
penelitian yang dilakukan oleh Nasikhah dan dengan pendapatan keluarga yang tinggi
Margawati (2012) yang mengatakan bahwa dibandingkan anak dengan pendapatan keluarga
pekerjaan orang tua merupakan faktor risiko yang rendah 33,3%. Hasil uji statistik
yang berpengaruh terhadap kejadian stunting. menunjukkan bahwa pendapatan keluarga
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang bukan merupakan faktor determinan terhadap
dilakukan oleh Intje Picalu dan Saci Magdalena kejadian stunting siswa di SDN 09 Nanggalo
Tay (2013) yang mengatakan bahwa orang tua Kota padang tahun 2017. (p-value=0,245)
terutama ibu yang bekerja memiliki peluang Hasil penelitian ini sejalan dengan
lebih besar memiliki anak yang mengalami penelitian yang dilakukan oleh Aridiyah, dkk di
stunting daripada ibu yang tidak bekerja. Puskesmas Patrang NTT tahun 2014 bahwa

43
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO) E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018

tidak ada hubungan yang signifikan antara bertambah jumlah air yang dibutuhkan
pendapatan keluarga dengan kejadian stunting. (WNPG, 2004).
Keluarga merupakan lembaga sosial Dari hasil diketahui ada hubungan
pertama yang dikenal anak yang dapat antara konsumsi energi yang mempengaruhi
mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi anak sekolah dengan kejadian
perkembangan anak. Keluarga bertanggung stunting. Hal ini sejalan dengan teori yang
jawab menyediakan dana untuk kebutuhan mengatakan kebutuhan energi merupakan
anak. Keluarga (orang tua) yang mempunyai faktor yang mempengaruhi langsung kejadian
pendapatan tinggi tidak akan banyak stunting.
mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan anak. Faktor Determinan Konsumsi Protein
Dari hasil statistik menunjukkan bahwa dengan Kejadian Stunting
tidak ada hubungan antara pendapatan orang Dari hasil penelitian menunjukkan
tua dengan kejadian stunting, hal ini tidak bahwa stunting lebih tinggi 66,7% pada anak
sejalan dengan teori yang mengatakan orang dengan konsumsi protein yang kurang
tua yang memiliki pendapatan yang tinggi tidak dibandingkan anak dengan konsumsi protein
banyak mengalami kesulitan dalam memenuhi yang cukup 33,3%. Hasil uji statistik
kebutuhan anak. Hal ini bisa terjadi karena menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pendapatan keluarga bukan merupakan faktor konsumsi protein dengan kejadian stunting
langsung yang mempengaruhi kejadian stunting siswa SDN 09 Nanggalo kota padang tahun
pada anak. 2017. (p-value=0,047)
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Faktor Determinan Konsumsi Energi dilakukan oleh Hartono Et all. (2013)
terhadap Kejadian Stunting mengemukakan bahwa ada hubungan
Dari hasil penelitian menunjukkan signifikan antara asupan protein dengan
bahwa stunting lebih tinggi 66,7% pada anak kejadian stunting pada anak sekolah dasar.
dengan konsumsi energi yang kurang Kurang protein ditandai postur tubuh
dibandingkan anak dengan konsumsi energi pendek, mudah sakit dan perkembangan mental
yang cukup 33,7%. Hasil uji statistik terganggu. Oleh karena itu, akan berakibat fatal
menunjukkan bahwa ada hubungan antara di antaranya terhambatnya pertumbuhan fisik
konsumsi energi dengan kejadian stunting dan perkembangan otak serta menurunkan
siswa SDN 09 Nanggalo kota padang tahun imunitas atau daya tahan tubuh. (Agus Cokro,
2017.(p-value 0,014) 2013)
Hal ini sejalan dengan penelitian yang Otak membutuhkan protein untuk
dilakukan oleh Linda Oktari dkk (2015) bahwa berfungsi dengan baik. Protein membentuk
anak pendek/ stunting mengalami defisit energi bagian dalam sel-sel otak dan jaringan ikat di
yang diakibatkan oleh makanan yang sekitar mereka. Mereka juga menghasilkan sel
dikonsumsi sehari-hari di rumah dan di sekolah saraf baru, yang memungkinkan otak anak
belum bisa mencukupi kebutuhan energi yang Anda untuk tumbuh. Protein membantu otak
dibutuhkan dalam sehari. anak Anda berpikir jernih, berkonsentrasi dan
Kebutuhan energi pada dasarnya belajar. Sebuah studi yang dicetak pada bulan
tergantung dari empat faktor yang saling Juli 2008 di jurnal "Perilaku dan Fungsi Otak"
berkaitan, yaitu aktivitas fisik, ukuran, menemukan bahwa anak-anak dengan gizi
komposisi tubuh, umur, iklim dan faktor buruk energi kronis menderita IQ lebih rendah
ekologi lainnya. Untuk anak-anak diperlukan dan nilai ujian di sekolah, masalah perilaku,
tambahan energi yang berfungsi untuk memori miskin dan kekurangan kognitif
pertumbuhannya. Menurut Angka Kecukupan lainnya. (Kristin dan Demand, 2010)
Gizi (AKG) rata- rata yang dianjurkan Dari hasil penelitian diketahui ada
(perorang/hari), kebutuhan energi anak usia1-3 hubungan antara konsumsi protein yang
tahun sebesar 1.000 kkal dan kebutuhan protein mempengaruhi status gizi anak sekolah dengan
25 gr. Adapun kebutuhan energi anak usia 4-6 kejadian stunting. Hal ini sejalan dengan teori
tahun sebesar 1.550 kkal dan kebutuhan protein yang mengatakan kebutuhan energi merupakan
sebesar 39 gr. Untuk kebutuhan air anak usia 1- faktor yang mempengaruhi langsung kejadian
6 tahun sekitar 1,1±1,4 liter atau 5-7 gelas per stunting.
hari. Semakin bertambah umur makin

44
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO) E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018

Faktor Determinan Kejadian Stunting KESIMPULAN


Dengan Prestasi Belajar Dari hasil penelitian faktor determinan
Dari hasil penelitian menunjukkan kejadian stunting pada anak sekolah dan
bahwa stunting lebih tinggi 75% pada anak pengaruhnya terhadap prestasi belajar di SDN
dengan prestasi belajar yang rendah 09 Nanggalo Kota Padang tahun 2017 dapat
dibandingkan anak dengan prestasi belajar yang disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
tinggi 25%. Hasil uji statistik menunjukkan kejadian stunting dengan prestasi belajar siswa
bahwa ada hubungan antara status gizi (TB/U) SDN 09 Nanggalo Kota Padang tahun 2017.
dengan prestasi belajar siswa (p-value= 0,026)
di SDN 09 Nanggalo tahun 2017.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian DAFTAR PUSTAKA
Picauly dan Magdalena (2013) mengenai
pengaruh stunting terhadap prestasi belajar 1. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2004.
anak sekolah di Kupang dan Sumba Timur, Psikologi Belajar. Rineka Cipta :Jakarta
NTT menemukan bahwa setiap kenaikan status
gizi TB/U anak sebesar 1SD maka prestasi 2. Almatsir, Sunita, 2009. Prinsip Dasar Ilmu
belajar anak meningkat sebesar 0,444, Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Demikian pula sebaliknya. Sehingga
disimpulkan bahwa stunting berdampak sangat 3. Agus Cokro. 2014. Gizi pada Anak Sekolah
signifikan terhadap prestasi belajar anak. [sumber online]. Diakses 9 Juni 2017.
Septiani (2012) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa 80% otak manusia 4. Anidya, 2009. Kebutuhan gizi seimbang
berkembang ketika bayi. Satu-satunya status anak usia sekolah. PT Gramedia Pustaka
gizi yang mampu menggambarkan kondisi Utama : Jakarta.
tumbuh kembang yang berlangsung lama
termasuk ketika bayi tersebut adalah dengan 5. Anwar, 2008. Motivasi dan kinerja. Rineka
indeks TB/U. Cipta : Jakarta.
Stunting merupakan gangguan
pertumbuhan yang dapat mengindikasikan 6. Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu
adanya gangguan pada organæorgan tubuh. Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi
Salah satu organ yang paling cepat mengalami Revisi Kelima. Penerbit Rineka Cipta.
kerusakan pada kondisi gangguan gizi ialah Jakarta.
otak. Otak merupakan pusat syaraf yang sangat
berkaitan dengan respon anak untuk melihat, 7. Arikunto, 2016. Metodologi Penelitian Suatu
mendengar, berpikir, serta melakukan gerakan Pendekatan Proposal. PT Rineka Cipta :
(Picauly dan Magdalena,2013). Hal ini Jakarta
didukung oleh pendapat Almatsier (2001) yang
mengatakan bahwa kekurangan gizi dapat 8. Cahyaningsih, Dwi Sulistyo. 2011.
mengakibatkan gangguan fungsi otak secara Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan
permanen. Remaja. CV. Trans info Media : Jakarta.
Tinggi badan merupakan parameter
status gizi yang mencerminkan status gizi di 9. Cakrawati D. 2012. Bahan Pangan, Gizi dan
masa lalu. Sehingga bagi anak-anak yang Kesehatan. Alfabeta : Bandung.
pendek, ada kemungkinan riwayat gangguan
pertumbuhan dan perkembangan di masa 10. Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
lalunya yang merupakan masa kritis terutama Badan Penelitian dan Pengembangan
dalam perkembangan otak. Kesehatan Kementrian Kesehatan RI :
Dari hasil uji statistik diketahui adanya Jakarta.
hubungan antara prestasi belajar siswa dengan
kejadian stunting, stunting membuat 11. de Onis M, Blossner M, Borghi E. 2011.
kemampuan berpikir dan belajar siswa Prevalence and Trends of Stunting Pre-
terganggu dan akhirnya kehadiran dan prestasi school Children, 1990±2020. Department
belajar siswa akan menurun. of Nutrition for Health and Development,
World Health Organization : Genewa.

45
P-ISSN : 2355-9853
Jurnal Kesehatan Perintis (3HULQWLV¶V +HDOWK -RXUQDO) E-ISSN : 2622-4135
Volume 5 Nomor 1 Tahun 2018

12. Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan


Ibu dan Anak. 2010. Standar 15. Maryani I.D. 2008. Hubungan antara
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa
Keputusan Menteri Kesehatan No : SDN Tangkil III Sragen. Skripsi.UMS :
1995/Menkes/SK/XII/2010. Surakarta.

13. Dinkes Kota Padang. 2016. Laporan Hasil 16. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
Skrening. Dinas Kesehatan Kota Padang : (WNPG). 2004. Lembaga Ilmu
Padang. Pengetahuan Indonesia : Jakarta.

46

You might also like