Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

JURNAL HUTAN LESTARI (2020)

Vol. 8 (2) : 429 – 440

KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR (Chiroptera)


DI KAWASAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA KOTA PONTIANAK

(Bats (Chiroptera) Diversity in Tanjungpura University Area, Pontianak)

Zunia Safitri, Hari Prayogo, Erianto


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Jalan Imam Bonjol Pontianak, 78124
E-mail: zuniasafitri96@gmail.com

Abstract
Bat (Chiroptera) are a type of mammal that has an important ecological role for the sustainability
of the forest, including helping to spread seeds, flower pollination, and control insect population.
Bats have adapted well to various habitats, including urban forests. The purpose of this research
is to search bats diversity data in the area of Tanjungpura University, Pontianak. Method of this
research using the capture and release by using a mist net, placed purposively, by looking at the
bat path. The Mist net was installed around tree canopy layers at 3 research locations, new
campuses, old campuses, and the Arboretum. Based on the location of the observation, the
number of species and types found in three locations is the same. There are 2 species of the family
Pteropodidae including the sub-order Megachiroptera, Cynopterus brachyotis and Cynopterus
minutus. Data analysis results show that no type of bat dominates from three observation
locations, the dominance index is < 1. Diversity of Bats from all three locations shows < 1 which
includes low diversity index criteria. The evenness of bats from all three observation locations
has a criteria value of > 0.5 meaning the community at all three observation locations is the
lability community to the stable.
Keyword: Bats, Diversity, Urban Forest

PENDAHULUAN Kelelawar yang ada di Indonesia


Kelelawar (Chiroptera) sebagai diperkirakan mencapai 230 Spesies atau
salah satu jenis satwa yang menempati 21% dari jenis kelelawar yang ada di
ekosistem hutan memiliki fungsi dunia. Jenis tersebut diantaranya 77
ekologis yang penting bagi kelestarian Spesies dikelompokkan ke dalam Sub
hutan. Kelelawar bermanfaat sebagai Ordo Megachiroptera sedangkan 153
pengendali populasi serangga. Spesies dikelompokkan ke dalam Sub
Berdasarkan penelitian diperkirakan Ordo Microchiroptera (Suyanto, 2001;
95% dari regenerasi hutan dilakukan Simmons, 2005; Hylsandy, 2015;
oleh kelelawar jenis pemakan buah dan Trecyana, 2019). Kelelawar merupakan
biji (Satyadarma, 2005; Naszami, 2019). agen penyerbuk berbagai jenis tanaman,
Kelelawar merupakan salah satu termasuk tanaman yang bernilai
komponen penting dalam kestabilan ekonomi yang tinggi seperti durian
ekosistem. Salah satu peranannya (Durio zibethinus), aren (Arenga sp.),
membantu penyebaran biji dan petai (Parkia speciosa), kapuk randu
penyerbukan bunga serta pengendali (Ceiba petandra), pisang-pisangan
populasi serangga, sehingga kelelawar (Musa sp.), kelapa (Cocos nucifera)
memiliki arti penting secara ekologis. (Suyanto, 2003). Serbuk sari dari

429
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 429 – 440

pepohonan yang terbawa oleh kelelawar METODELOGI PENELITIAN


yang terbang dalam jarak yang jauh Penelitian dilaksanakan di
dapat meningkatkan keanekaragaman lingkungan Fakultas Kehutanan (kampus
hayati. baru, kampus lama, dan arboretum)
Kelelawar masih dianggap hewan Universitas Tanjungpura Kota
yang belum tersentuh oleh upaya Pontianak, Kalimatan Barat. Penelitian
konservasi. Banyak hal yang ini dilakukan selama ± 4 Minggu,
menyebabkan kelelawar masih tanggal 14 Oktober sampai 5 November
dikesampingkan, salah satunya adalah 2019. Alat dan bahan yang digunakan
karena masih lemahnya pengetahuan dalam penelitian diantaranya jaring
masyarakat akan arti penting kelelawar kabut (mist net), tali rapia/tali plastik,
dalam rangkaian mata rantai ekologi. sarung tangan, Head Lamp dan senter,
Meskipun peranan kelelawar pemakan timbangan pegas 100 gr, Califer, jarum
serangga cukup besar, tetapi populasi suntik, toples, kamera, tally sheet,
kelelawar mengalami penurunan hampir alkohol 70%.
di seluruh dunia. Bahkan beberapa jenis Penelitian menggunakan metode
telah dinyatakan punah dan jenis lainnya tangkap lepas dengan menggunakan
mengalami proses menuju kepunahan jaring kabut (mist net). Peletakan mist
(Falcão et al., 2003). Salah satu net dilakukan secara purposive yaitu
penyebab utama penurunan populasi dengan memperhatikan jalur lalu lintas
kelelawar adalah degradasi habitat, kelelawar. Mist net tersebut dipasang di
yakni rusaknya habitat kelelawar di sekitar lapisan tajuk pohon pada 3 lokasi
seluruh dunia akibat penebangan, penelitian diantaranya kampus baru,
konversi lahan dan kebakaran hutan baik kampus lama dan Arboretum.
yang terjadi oleh akibat alam maupun Pengumpulan Data
aktivitas manusia. Waktu pemasangan mist net
Jenis kelelawar telah beradaptasi dilakukan sebelum jam 17.00 WIB.
dengan baik terhadap berbagai habitat, Untuk waktu pengecekan dilakukan
termasuk hutan perkotaan. Untan pada setiap jam dilakukan sampai jam
terletak di pertengahan kota Pontianak, 22.00 WIB. Untuk setiap lokasi,
akan tetapi belum ada penelitian yang dilakukan pengamatan dengan 1 jam
dilakukan untuk mengetahui keberadaan sekali pengecekan ulangan. Kelelawar
jenis-jenis kelelawar di dalamnya, untuk yang tertangkap dilakukan pengukuran
itu perlu dilakukan penelitian mengenai morfologi dan proses identifikasi.
keanekaragaman jenis kelelawar Menurut Payne at al (2000) dalam
(Chiroptera) dikawasan Untan. Tujuan mengidentifikasi jenis kelelawar,
penelitian ini adalah untuk mencari bagian-bagian tubuh yang diukur
keanekaragaman jenis kelelawar di meliputi Ekor (E) yaitu diukur dari ujung
kawasan Universitas Tanjungpura Kota ekor tidak termasuk bulu atau rambut
Pontianak. panjang yang memanjang melebihi ekor,

430
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 429 – 440

Kaki Belakang (KB) yaitu dari tumit 0,00 < C ≤ 0,30 : dominansi rendah
sampai ujung jari yang terpanjang tidak 0,30 < C ≤ 0,60 : dominansi sedang
termasuk cakarnya, Panjang Telinga (T) 0,60 < C < 1,00 : dominansi tinggi
yaitu diukur dari bagian luar yang 2. Indeks Keanekaragaman Jenis (H̅)
terbuka sampai ujung dan Lengan Untuk mengetahui keanekaraman
Bawah (LB) yaitu dari sisi luar siku jenis dalam suatu komunitas digunakan
sampai sisi luar pengelangan tangan Indeks Keanekaragaman Shannon
pada sayap yang melengkung. (Shannon-wiener), dengan rumus
Untuk melihat identitas masing- (Odum, 1996) dengan rummus sebagai
masing jenis, juga dilakukan pengukuran berikut :
Berat (B), Panjang Kepala dan Tubuh ̅ = -∑pi Ln pi
H
(KT) yaitu diukur dari anus sampai di Keterangan:
depan hidung, Panjang Jari ketiga dan ̅ = Indeks keanekaragaman jenis
H
ni
kelima serta melihat Jenis Kelamin dan pi = Proporsi jumlah individu spesies-i ( )
N
Umur (Dewasa atau Anak). Pengukuran N = Total jumlah individu seluruh jenis
morfologi, untuk memastikan ni = Jumlah individu spesies-i
identifikasi jenis juga dilakukan Ln = Logaritma natural
pengamatan terhadap susunan gigi Kriteria nilai indeks keanekaragaman
kelelawar. Setelah dilakukan Shannon – Wiener (H ̅ ) adalah sebagai
pengukuran, kelelawar yang berikut:
teridentifikasi diberi tanda dan kemudian ̅<1
H : keanekaragaman rendah
dilepaskan kembali. ̅ ≤ 3 : keanekaragaman sedang
1≤H
̅>3
H : keanekaragaman tinggi
Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisis 3. Indeks Kemerataan ( Indeks
menggunakan Indeks Dominansi Evenness) / ( e )
Simpson (C), Indeks Keanekaragaman Adalah untuk mengetahui tingkat
jenis Shannon-Wiener (H ̅ ), Indeks kemerataan suatu jenis yang dipengaruhi
Kemerataan jenis Evenness (e), dan oleh keragaman atau nilai kemerataan
Indeks Kesamaan Jenis Sorensen (IS). diantara jenis yang ada dalam suatu
1. Indeks Dominansi (C) komunitas. Dengan rumus (Odum, 1996)
Untuk mengetahui dominansi suatu yaitu sebagai berikut:
e=H ̅ /Ln S
jenis yang terpusat dalam komunitas
digunakan rumus (Odum, 1996). Keterangan:
ni ̅ = Indeks Shannon
H
C = ∑ [ N ]2
S = Jumlah spesies
Dimana: e = Indeks kemerataan
C = Indeks Dominansi (Simpsons Indeks) Kriteria nilai komunitas berdasarkan
ni = Jumlah individu suatu jenis kemerataan:
N = Jumlah individu seluruh jenis 0,00 < e ≤ 0,50 : Komunitas Tertekan
Kriteria nilai indeks Dominansi adalah 0,50 < e ≤ 0,75 : Komunitas labil
sebagai berikut: 0,75 < e < 1,00 : Komunitas stabil

431
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 429 – 440

4. Indeks Kesamaan Jenis (Indek HASIL DAN PEMBAHASAN


Sorensen) Berdasarkan data yang diperoleh
Untuk mengetahui besarnya indeks dari ketiga lokasi pengamatan kampus
kesamaan dapat digunakan rumus lama, kampus baru dan Arboretum,
sebagai berikut: jumlah total kelelawar yang ditemukan
2𝐶 sebanyak 54 individu terdiri dari 2
IS = 𝐴+𝐵×100%
spesies yaitu Cynopterus brachyotis 29
Keterangan:
IS = indeks kesamaan
individu, Cynopterus minutus 25
C = jumlah spesies yang sama dan terdapat individu. Kedua spesies tersebut
pada kedua komunitas merupakan famili Pteropodidae
A = jumlah spesies di dalam komunitas A termasuk sub ordo Megachiroptera yang
B = jumlah spesies di dalam komunitas B makanan utamanya adalah buah, bunga,
Kriteria indeks kesamaan jenis nektar dan serbuk sari. Secara rinci dapat
yaitu, jika IS mendekati 100% maka dilihat pada Tabel 1 berikut.
tingkat kesamaan tinggi.

Tabel 1. Jenis Kelelawar di Kawasan Fakultas Kehutanan dan Arboretum (Types of bats
in the Faculty of Forestry and Arboretum area)
Jumlah Individu
No Nama Latin Nama Lokal IUCN Redlist Status ♀ ♂
a b c
1 Cynopterus brachyotis Codot Crawar LC 2 4 23 20 9
2 Cynopterus minutus Codot Mini LC 11 1 13 11 14
Jumlah Individu 13 5 36 31 23
Keterangan: LC = Least Concern, a = Kampus Lama, b = Kampus Baru, c = Arboretum, ♂ =
Jantan, ♀ = Betina

Hasil Pengamatan di kawasan memiliki daerah yang tertutup, bayak


kampus lama, kampus baru Fakultas ditumbuhi beragam jenis pohon hutan.
Kehutanan dan Arboretum Universitas Kondisi sebaliknya dijumpai dikawasan
Tanjungpura ditemukan 2 jenis Kampus Baru dan Kampus Lama
kelelawar yaitu Cynopterus brachyotis Fakultas Kehutanan. Kampus Baru
dan Cynopterus minutus. Di kampus memiliki wilayah terbuka dikelilingi
lama dijumpai 13 individu, di kampus pohon yang kerapatannya kurang
baru 5 individu dan Arboretum 36 dibandingkan Arboretum. Demikian
individu. juga dengan Kampus Lama, sebagian
Jumlah jenis yang ditemukan sudah terbuka dan vegetasi pohon yang
diseluruh lokasi adalah sama, hanya ada adalah pohon jenis Mahoni
jumlah individu yang berbeda. (Swietenia mahagoni), Kelapa Sawit
Arboretum merupakan lokasi yang (Elaeis), Akasia (Acacia), Sengon
paling banyak dijumpai jumlah (Albizia chinensis), Matoa (Pometia
individunya dibandingkan lokasi yang pinnata), dan Trembesi (Samanea
lain. Hal ini diduga kawasan Arboretum saman).

432
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 429 – 440

25 23

20

15 13
11
10

5 4
2 1
0
Cynopterus brachyotis Cynopterus minutus
Kampus Lama Kampus Baru Arboretum

Gambar 1. Jumlah jenis kelelawar pada setiap lokasi pengamatan (Number of bats
species on each observation location)

Keberadaan kelelawar disuatu cahaya dari bulan purnama sangat


habitat dipengaruhi oleh faktor berpengaruh terhadap aktivitas
lingkungan seperti kerapatan pohon, kelelawar, kegiatan mencari makan
ketersediaan makanan, dan aktifitas kelelawar berbanding terbalik dengan
manusia. Menurut Altringham (1996) cahaya bulan, dimana kegiatan mencari
dan Saputra et al. (2016), kelelawar makan sangat minim ketika bulan
sangat peka terhadap kebisingan, karena purnama.
kebanyakan jenis kelelawar mempunyai Spesies Cynopterus brachyotis yang
alat pendengaran yang sangat sensitif ditemukan dikawasan Fakultas
sebagai adaptasi dari aktifitas hidupnya Kehutanan UNTAN dan Arboretum
di malam hari. Kondisi lokasi arboretum memiliki ukuran panjang tubuh berkisar
memiliki kerapatan pohon lebih tinggi antara 50-56 mm dengan berat 25-49
dan sedikit aktifitas manusia serta gram, sedangkan Cynopterus minutus
cendrung lebih gelap dibandingkan memiliki ukuran panjang tubuh berkisar
Kampus Baru dan Kampus Lama yang antara 54-68 mm dengan berat 20-29
berada pada daerah perumahan. Menurut gram. Secara rinci dapat dilihat pada
Elangovan (2001) dan Saputra et al. Tabel 2 berikut.
(2016) selain faktor lingkungan tadi,
Tabel 2. Morfometri Kelelawar di Kawasan Fakultas Kehutanan UNTAN dan Arboretum
(Bats Morfometry in the Faculty of Forestry UNTAN and Arboretum area)
KT LB Tb E KB
Jenis Spesies T (mm) B (gr)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Cynopterus brachyotis 50-76 38-50 10-18 14-28 3-10 8-19 25-49
Cynopterus minutus 54-68 40-45 12-18 17-24 7-9 7-10 20-29
Keteranagan: KT = kepala dan tubuh, LB = lengan bawah, T = telingga, Tb = betis, E = ekor,
KB = kaki belakang, B = berat (gr)

433
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 429 – 440

Cynopterus brachyotis (Codot Krawar) Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali


Merupakan kelelawar berukuran (Corbet dan Hill, 1992; Suyanto, 2001).
sedang dengan panjang lengan bawah Status konservasi menurut IUCN (2019)
44,9-66 mm. Jenis ini tersebar di Nepal, kelelawar codot crawar berstatus Least
India Thailand, Indocina, Kepulauan Concern (LC).
Andaman dan Nicobar, Malaysia,

Gambar 2. Codot Crawar (Cynopterus brachyotis)

Tersebar di seluruh Indonesia, biasanya bertepi putih (Payne et al.,


kecuali Papua Barat. Ciri-ciri panjang 2000).
lengan bawah 55-71 mm, tepi telinga Cynopterus minutus (Codot Mini)
putih, panjang ekor 6-11 mm, panjang Kelelawar pemakan buah ini
telinga 9-16 mm, panjang betis 18-26 ditemukan hanya di Indonesia (Sumatra,
mm, panjang kaki belakang 9-16 mm, Kalimantan Jawa dan Sulawesi). Dalam
berat badan 30-50 gr, memiliki dua bahasa Inggris, codot ini dikenal sebagai
pasang gigi seri bawah, kelelawar ini Minute Fruit Bat. Merupakan kelelawar
umumnya berwarna coklat sampai berukuran kecil dari Marga Cynopterus,
cokelat kekuningan dengan kerah jingga panjang lengan bawah 53-60 mm
tua lebih terang pada jantan dewasa, (Corbet dan Hill, 1992; Suyanto, 2001).
kekuningan pada betina. Anakan lebih Status konservasi menurut IUCN
abu-abu dengan kerah tidak jelas. (2019) kelelawar codot mini berstatus
Tulang-tulang pada telinga dan sayap Least Concern (LC).

434
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 429 – 440

Gambar 3. Codot Mini (Cynopterus minutus)

Ciri-ciri panjang lengan bawah 52- Indeks Dominasi (C), Indeks


61 mm, tepi telinga berwarna putih, Keanekaragaman Jenis (H ̅ ) dan
panjang telinga 13-23 mm, panjang betis Indeks Kemerataan jenis (e)
9-23 mm, panjang ekor 7-12 mm, berat Hasil Analisis data menunjukan
badan 40 gr, kelelawar ini umumnya bahwa tidak terdapat jenis kelelawar
mempunyai selaput kulit antar paha yang yang mendominasi dari ketiga lokasi
berlekatan dengan ekor atau tulang ekor. pengamatan, karena ketiga lokasi
Perlekatan ekor ini dapat terjadi tersebut memiliki kriteria indeks
seluruhnya atau sebagian kecil. Pada dominasi < 1. Keanekaragaman jenis
kelelawar Codot Mini selaput kulit antar kelelawar dari ketiga lokasi menunjukan
pahanya tidak berkembang, sehingga < 1 dimana termasuk kriteria indeks
memiliki ekor yang pendek. Memiliki keanekaragaman rendah.
mata yang besar, telinganya tidak Kemerataan jenis kelelawar dari
memiliki tragus atau antitargus. Gigi ketiga lokasi pengamatan memiliki nilai
geraham tumpul, gigi serinya tidak kriteria > 0,5 artinya komunitas pada
terbelah di bandingkan ujungnya. ketiga lokasi pengamatan merupakan
Kelelawar codot mini ini mempunyai komunitas labil hingga stabil. Secara
moncong yang pendek, hidungnya agak rinci nilai indeks dapat dilihat pada
besar menyerupai tabung (Suyanto, Gambar 4 berikut.
2001).

435
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 429 – 440

1,00 0,9436
0,90
0,80 0,7396 0,7219
0,6800 0,6541
0,70 0,6194
0,60 0,5386
0,5004
0,50 0,4293
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
Kampus Lama Kampus Baru Arboretum

Dominasi Keanekaragaman Kemerataan

Gambar 4. Nilai Indeks Dominasi, Indeks Keanekaragaman, dan Indeks Kemerataan


pada lokasi pengamatan (Simpson Domination Index, Shannon Diversity
Index and evenness index at the observation location)

Nilai Indeks Dominasi jenis nilai 0,4293, sedangkan nilai indeks


kelelawar terendah dari ketiga lokasi tertinggi berada di lokasi Arboretum
pengamatan berada di lokasi Arboretum dengan nilai 0,6541. Nilai Indeks
dengan nilai indeks 0,5386, sedangkan Kemerataan jenis kelelawar terendah
nilai indeks tertinggi berada di lokasi dari ketiga lokasi pengamatan berada di
kampus lama Fakultas Kehutanan lokasi kampus lama dengan nilai 0,6194,
dengan nilai 0,7396. Nilai Indeks sedangkan nilai indeks tertinggi berada
Keanekaragaman jenis kelelawar di lokasi Arboretum dengan nilai 0,9436.
terendah dari ketiga lokasi pengamatan Secara keseluruhan dapat dilihat pada
berada di lokasi kampus lama dengan Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Indeks Dominasi (C), Indeks Keanekaragaman Jenis (H ̅ ) dan Indeks Kemerataan
̅)
jenis (e) Kelelawar (Simpson domination index (C), Shannon Diversity index (H
and evenness index (e))
C ̅
H e
Spesies
a b c a b c a b c
C. brachyotis 0,0237 0,6400 0,4082 0,2880 0,1785 0,2862 0,4155 0,2575 0,4130
C. minutus 0,7160 0,0400 0,1304 0,1414 0,3219 0,3678 0,2039 0,4644 0,5306
Jumlah 0,7396 0,6800 0,5386 0,4293 0,5004 0,6541 0,6194 0,7219 0,9436
̅ ), Indeks Kemerataan (e)
Keterangan: Indeks Dominasi (C), Indeks Keanekaragaman (H
a = Kampus Lama, b = Kampus Baru, c = Arboretum
Indeks Dominasi (C) brachyotis (codot crawar) dan
Jenis spesies kelelawar yang Cynopterus minutus (codot mini) dengan
ditemukan pada lokasi kampus lama jumlah total sebanyak 13 individu. Hasil
tidak berbeda dari Arboretum dan analisis data dari kedua spesies tersebut
kampus baru yaitu Cynopterus menunjukan nilai Indeks Dominasi

436
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 429 – 440

codot crawar (C. brachyotis) sebesar dengan jumlah total sebanyak 36


0,0237, sedangkan codot mini (C. individu. Hasil analisis data dari kedua
minutus) memiliki nilai Indeks Dominasi spesies tersebut menunjukan nilai Indeks
lebih besar sebesar 0,7160, jumlah total Dominasi codot crawar (C. brachyotis)
Indeks Dominasi dari kedua spesies sebesar 0,4082, sedangkan codot mini
tersebut sebesar 0,7396. Dari nilai (C. minutus) memiliki nilai Indeks
Indeks Dominasi tersebut dapat Dominasi lebih kecil sebesar 0,1304,
dijelaskan bahwa tidak terdapat spesies jumlah total Indeks Dominasi dari kedua
yang mendominasi pada lokai kampus spesies tersebut sebesar 0,5386. Dari
lama karena nilai indeks berada pada nilai Indeks Dominasi tersebut dapat
kriteria 0,7396 < 1 dengan kriteria dijelaskan bahwa tidak terdapat spesies
dominasi tinggi. Berbeda dari kedua yang mendominasi pada lokai
lokasi pada kampus baru dan Arboretum, Arboretum karena nilai indeks berada
pada kampus lama C. minutus lebih pada kriteria < 1 dengan kriteria
dominan atau paling banyak dijumpai. dominasi sedang. C. brachyotis lebih
Di lokasi kampus baru ditemukan dominan atau merupakan jenis yang
jumlah spesies yang sama sebanyak 2 paling banyak jumlah individunya
jenis spesies yaitu Cynopterus diseluruh lokasi.
brachyotis (codot crawar) dan Indeks Keanekaragaman Jenis (H ̅)
Cynopterus minutus (codot mini) dengan Dibandingkan dengan lokasi
jumlah total lebih sedikit dibandingkan Arboretum dan kampus baru nilai Indeks
dengan Arboretum sebanyak 5 individu. Keanekaragaman kelelawar di kampus
Jumlah total Indeks Dominasi dari kedua lama lebih kecil yaitu adalah sebesar
spesies tersebut sebesar 0,6800. Hasil 0,4293, dapat dijelaskan bahwa
analisis data dari kedua spesies tersebut keanekaragaman jenis berada pada
menunjukan nilai Indeks Dominasi kriteria rendah 0,4293 < 1. Hal ini diduga
codot crawar (C. brachyotis) lebih besar karena aktifitas manusia, kampus lama
yaitu 0,6400, sedangkan codot mini (C. yang berada pada daerah perumahan dan
minutus) memiliki nilai Indeks Dominasi dekat dengan jalan besar. Kebisingan
lebih kecil sebesar 0,0400. Dari nilai dari mesin kendaraan berpengaruh
Indeks Dominasi tersebut dapat terhadap keberadaan kelelawar. Hal ini
dijelaskan bahwa tidak terdapat spesies sesuai dengan pernyataan Odum (1971)
yang mendominasi pada lokasi kampus dan Darmawan (2005) bahwa
baru karena nilai indeks berada pada keanekaragaman identik dengan
kriteria 0,6800 < 1 dengan kriteria kestabilan suatu ekosistem, yaitu jika
dominasi sedang. keanekaragaman suatu ekosistem relatif
Terdapat 2 jenis spesies yang tinggi maka kondisi ekosistem tersebut
ditemukan pada lokasi Arboretum yaitu cenderung stabil dan keanekaragaman
Cynopterus brachyotis (codot crawar) jenis cenderung rendah pada ekosistem
dan Cynopterus minutus (codot mini) yang terganggu.

437
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 429 – 440

Jumlah individu yang dijumpai di Kemerataan tersebut dapat dijelaskan


kampus baru lebih sedikit serta bahwa komunitas berada pada kriteria
keanekaragaman jenis kelelawar di labil < 0,75.
lokasi kampus baru rendah dibandingkan Nilai Indeks Kemerataan Codot
Arboterum. Hal ini diduga karena crawar (C. brachyotis) sebesar 0,2575,
kampus baru memiliki pohon yang dan nilai Indeks Kemerataan codot mini
kerapatannya kurang serta wilayah yang (C. minutus) sebesar 0,4644, jumlah total
terbuka. Nilai Indeks Keanekaragaman Indeks Kemerataan dari kedua spesies
kelelawar di kampus baru adalah sebesar tersebut sebesar 0,7219. Dari nilai
0,5004. Dari nilai tersebut dapat Indeks Kemerataan tersebut dapat
dijelaskan bahwa keanekaragaman jenis dijelaskan bahwa komunitas berada pada
berada pada kriteria rendah 0,5004 < 1. kriteria labil < 0,75.
Keanekaragaman jenis kelelawar di Kemerataan kelelawar pada lokasi
lokasi Arboretum lebih tinggi arboretum Arboretum lebih tinggi
dibandingkan kampus baru dan kampus dibandingkan lokasi kampus baru dan
lama. Hal ini diduga disebabkan dengan kampus lama. Nilai indeks kemerataan
tingginya keanekaragaman jenis codot crawar (C. brachyotis) sebesar
tumbuhan yang terdapat di Arboretum. 0,4130, dan codot mini (C. minutus)
Selain tanaman kehutanan terdapat sebesar 0,5306, jumlah total Indeks
pohon pisang (Musa paradisiaca), kemerataan dari kedua spesies tersebut
mangga (Mangifera indica), jambu yaitu sebesar 0,9436. Dari nilai Indeks
(Syzygium aqueum) di sekitar Arboretum Kemerataan tersebut dapat dijelaskan
di mana banyak kelelawar pemakan buah bahwa komunitas berada pada kriteria
mencari makan, dan bersarang. Nilai stabil > 0,75 atau mendekati 1.
Indeks Keanekaragaman kelelawar di Indeks Kesamaan Jenis (IS)
Arboretum adalah sebesar 0,6541, dapat Indeks Kesamaan Jenis dari ketiga
dijelaskan bahwa keanekaragaman jenis lokasi pengamatan di lokasi kampus
berada pada kriteria rendah 0,6541 < 1. baru, kampus lama dan arboretum
Indeks Kemerataan jenis (e) sebesar 100%, karena jumlah jenis
Indeks Kemerataan pada lokasi spesies yang ditemukan pada ketiga
kampus lama memiliki nilai paling lokasi tersebut sama. secara rinci dapat
rendah dibandingkan dua lokasi lainnya dilihat pada Tabel 6 berikut.
sebesar 0,6194. Dari nilai Indeks
Tabel 6. Indeks Kesamaan Jenis (IS) (Sorensen similarity index, IS)
Lokasi Jenis Spesies Kesamaan
Cynopterus brachyotis
Arboretum Ab-Kb 100%
Cynopterus minutus
Cynopterus brachyotis
Kampus Lama Ab-Kl 100%
Cynopterus minutus
Cynopterus brachyotis
Kampus Baru Kb-Kl 100%
Cynopterus minutus
Keterangan: Ab = Arboretum, Kb = Kampus baru, Kl = Kampus lama

438
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 429 – 440

Jumlah jenis yang dijumpai di ketiga hidup di habitat yang merupakan


lokasi penelitian adalah sama, hanya ada pemukiman masyarakat.
2 jenis yaitu C. brachyotis dan C. SARAN
minutus. Kedua jenis tersebut memiliki Penghujan, penelitian lebih lanjut
sebaran di habitat yang cukup beragam disarankan untuk dilakukan pada musim
dan termasuk ke dalam jenis yang dapat kemarau sehingga pengamatan lebih
beradaptasi terhadap perubahan habitat. komprehensif dan diharapkan akan
Keanekaragaman hayati rendah, hal ini dijumpai jenis kelelawar yang berbeda.
terjadi karena hanya dijumpai 2 jenis di DAFTAR PUSTAKA
seluruh lokasi. Kondisi kampus lama Altringham JD. 1996. Bats Biology and
terletak ditepi jalan yang ramai dan di Behaviour. Oxford University
Press, New York.
dominasi tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis) dan Mahoni (Swietenia Csorba G, Bumrungsri S, Bates P,
mahagoni), kampus baru di dominasi Gumal M, Kingston T, Molur S &
Srinivasulu C. 2019. Cynopterus
tanaman Mahang (Macaranga sp.), serta
brachyotis. The IUCN Red List of
kondisi Arboretum merupakan kawasan Threatened Species 2019:
di dominasi tanaman kehutanan, pada https://www.iucnredlist.org/specie
penelitian ini hanya dijumpai 2 jenis s/6103/22113381. Diakses Januari
kelelawar dike tiga lokasi tersebut. 2020
KESIMPULAN Elangovan V, Marimuthu G, Kunz T.
Berdasarkan hasil penelitian 2001. Nectar Feeding Behaviour in
diidentifikasi terdapat 2 (dua) jenis The Short-Nosed Fruit Bat
kelelawar yang dijumpai di sekitar Cynopterus Sphinx (Chiroptera:
kampus lama, kampus baru, dan Pteropodidae). Acta
Chiropterologica 2:1–5.
Arboretum Fakultas Kehutanan
Universitas Tanjungpura yaitu jenis Falcão FDC, Rebêlo VF, Talamoni SA.
Cynopterus brachyotis dan Cynopterus 2003. Structure of Bat
Assemblages (Mammalia,
minutus. Arboretum merupakan lokasi
Chiroptera) in Serra do Caraça,
paling banyak individu yang dijumpai. South-East Brazil. Revista
Tidak terdapat jenis kelelawar yang Brasileira de Zoologia 20(2): 347-
mendominasi dari ketiga lokasi 350.
pengamatan, kriteria keanekaragaman Naszami, Anwari SM, Rifanjani S. 2019.
rendah dan kemerataan jenis merupakan Keanekaragaman Jenis Kelelawar
komunitas labil hingga stabil. Jumlah Di Kawasan Camp Lubuk Baji
jenis yang dijumpai di ketiga lokasi Taman Nasional Gunung Palung.
penelitian adalah sama, hanya ada 2 jenis Jurnal Hutan Lestari 7 (1): 56-61.
yaitu C. brachyotis dan C. minutus. Payne J, Francis CM, Phillipps K,
Kedua jenis tersebut memiliki sebaran Kartikasari SN. 2000. Panduan
yang cukup luas dan dapat bertahan Lapangan Mamalia di
Kalimantan, Sabah, Sarawak &
Brunei Darussalam. The Sabah

439
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 429 – 440

Society, Wildlife Conservation Simmons NB. 2005. Order Chiroptera.


Society dan World Wildlife Fund In: Wilson DE, Reeder (eds)
Malaysia. Mammals Species of The World: A
Taxonomic and Geographic
Ruedas L & Suyanto
Reference. John Hopkins
A. 2019. Cynopterus minutus. The
University Press, Baltimore.
IUCN Red List of Threatened
Species 2019: Suyanto A. 2001. Kelelawar di
https://www.iucnredlist.org/specie Indonesia. Bogor: Puslitbang
s/136423/21985433. Diakses Biologi LIPI.
Januari 2020 Suyanto A. 2003. Kelelawar Pemakan
Saputra Y, Sukandar P, Suryanda A. Buah dari Taman Nasional
2016. Studi Keanekaragaman Jenis Gunung Halimun. Zoo Indonesia,
Kelelawar (Chiroptera) Pada 5 (2): 31-40.
Beberapa Tipe Ekosistem Di Trecyana L, Dewantara I, Erianto. 2019.
Camp Leakey Kawasan Taman
Keanekaragaman Jenis Kelelawar
Nasional Tanjung Puting (TNTP), (Chiroptera) Di Hutan Kota Teluk
Kalimantan Tengah. BIOMA 12 Akar Bergantung Kabupaten
(1): 53-58. Ketapang. Jurnal Hutan Lestari
Satyadharma A. 2005. Hidup Bersama Vol. 7 (1): 198-203.
Kelelawar. Jurnal Tropika
Indonesia. (9): 3-4.

440

You might also like