2023 Ta Implementasi Uu HKPD

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

Jasa Konsultansi

Asistensi Teknis dan Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah untuk Implementasi


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Tahun 2023

I. Pendahuluan

Undang-Undang No. 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah (UU HKPD) disahkan tanggal 5 Januari 2022. Sebagian besar
ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini menggantikan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah serta Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah yang terakhir diubah menjadi Undang-Undang No. 1 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja. Pemerintah sedang menyiapkan peraturan pelaksanaan yang
akan ditetapkan paling lama dua tahun sejak undang-undang ini ditetapkan. Sementara itu
pemerintah daerah diberikan jangka waktu tiga hingga lima tahun untuk melaksanakan
berbagai ketentuan dalam undang-undang, terutama yang terkait dengan pajak daerah,
proporsi belanja pegawai, proporsi belanja infrastruktur pelayanan publik, dan lain-lain.

Ketentuan terkait pagu alokasi belanja pegawai dan belanja modal sebetulnya seringkali
diatur dalam peraturan Menteri Dalam Negeri yang diterbitkan setiap tahun tentang
pedoman penyusunan APBD. Namun praktek selama ini menunjukan bahwa pemerintah
daerah selalu kesulitan memenuhi ketentuan tersebut. Hal ini diantaranya disebabkan oleh
banyaknya jumlah aparatur sipil negara yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah
untuk membiayainya. Selain itu, pengelolaan keuangan yang dijalankan selama ini belum
berjalan dengan efektif dan efisien.

Mengingat bahwa saat ini perhal tersebut diatur oleh undang-undang, maka mau tidak mau
pemerintah tidak bisa lagi mengabaikan implementasi ketentuan yang mengaturnya. Apalagi
dalam undang-undang ini terdapat ketentuan yang mengatur tentang sanksi jika pemerintah
daerah tidak mentaati peraturan tersebut. Pemerintah daerah masih memiliki waktu untuk
memberlakukan berbagai ketentuan dalam undang-undang ini. Namun tentu saja
dibutuhkan upaya yang sistematis untuk mempersiapkannya. Pemerintah daerah
memerlukan dukungan dari berbagai pihak termasuk dari para ahli yang dapat membantu
menyusun, memonitor, dan mengevaluasi implementasi berbagai ketentuan dalam undang-
undang tersebut.

II. Analisis Kelayakan Bisnis


2.1 Analisis Jasa

Jasa konsultansi berupa asistensi teknis terkait implementasi UU HKPD ditujukan untuk
memberikan pendampingan secara intensif bagi pemerintah daerah yang akan menyusun,
memonitor, dan mengevaluasi implementasi undang-undang tersebut di wilayahnya. Jasa
konsultansi yang akan dilaksanakan perusahaan meliputi paket:

1
a) Asistensi teknis pada tahap: penelitian dan analisis data, peyusunan rencana
strategis dan rencana aksi, penyusunan instrumen monitoring dan evaluasi, atau
implementasi dan analisis hasil monitoring dan evaluasi; atau
b) Peningkatan kapasitas teknis/pelatihan bagi aparatur pemerintah daerah untuk
setiap tahapan di atas.

Mengapa jasa konsultansi ini menarik untuk digeluti? Setidaknya ada dua alasan. Pertama,
kebaruan dan kemanfaatan. Kedua, kompetensi perusahaan. Untuk alasan pertama,
undang-undang ini baru diterbitkan untuk merespon keinginan untuk memperbaiki kualitas
layanan pemerintah daerah serta pemerataan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
dengan cara meningkatkan kapasitas fiskal dan meningkatkan kualitas belanja. Dukungan
dari pihak non pemerintah tentu saja akan sangat dibutuhkan pemerintah daerah untuk
mengakselerasi kewajiban implementasi undang-undang tersebut.

Dari sisi internal, perusahaan memiliki personil yang memiliki pengalaman dan kompetensi
dalam melakukan pandampingan teknis dan peningkatan kapasitas pemerintah daerah
khususnya untuk yang terkait dengan implementasi desentralisasi dan perencanaan
penganggaran daerah. Kompetensi dan pengalaman tersebut menjadi portofolio bagi
perusahaan untuk mendapatkan kepercayaan dari pemerintah daerah yang akan menjadi
calon mitra. Selain itu, personil perusahaan terbiasa bekerja dengan mengkampanyekan
gagasan-gagasan inovatif yang kemudian ditindaklanjuti untuk diterapkan oleh beberapa
pemerintah daerah.

2.2 Analisis Pasar dan Pemasaran

Saat ini Indonesia memiliki 37 pemerintah provinsi, 416 pemerintah kabupaten, serta 98
pemerintah kota. Jumlah ini tentu sangat banyak dan menjadi pangsa pasar bagi
perusahaan untuk bermitra dengan mereka. Perusahaan memiliki keleluasaan untuk
memasarkan gagasannya dan melakukan pendekatan kepada beberapa pemda potensial.

Lebih jauh, belum meratanya kapasitas aparatur di daerah merupakan salah satu isu
strategis reformasi birokrasi. Implementasi UU HKPD menjadi momentum aparatur
pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya. Hal ini dapat dilakukan melalui skema
pendampingan dan pelatihan yang intensif yang dilakukan oleh perusahaan.

Salah satu cara pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan membuat dan
memasarkan kertas gagasan kepada para calon klien pemda. Perusahaan dapat
mengawalinya dengan menjajaki kepada pejabat pemda yang memiliki relasi yang cukup
dekat dengan pemilik saham. Cara lain untuk mengawalinya adalah dengan menggelar
diskusi terbatas dengan beberapa pejabat pemda potensial untuk menjajaki ketertarikan dan
peluang kerjasama.

2.3 Analisis Keuangan

Bagi perusahaan, jasa konsultansi model ini termasuk kategori minim modal. Perusahaan
hanya memerlukan modal awal untuk membiayai orang yang akan membuat konsep
gagasan dan portofolio perusahaan. Selain itu, modal operasional diperlukan untuk
membiayai kegiatan promosi ke calon klien potensial.

2
Merujuk pada uraian di bagian sebelumnya, jasa konsultansi dengan paket asistensi teknis
akan memberikan potensi keuntungan finansial karena pangsa pasar yang luas dan banyak.
Selain itu, jasa konsultansi ini memiliki potensi proyek yang dilaksanakan secara lintas tahun
yang tentu saja dapat memberikan potensi keuntungan secara menerus. Sementara itu, jasa
konsultansi berupa paket pelatihan akan memberikan potensi keuntungan jangka pendek
dan cepat. Kelemahannya, ada kemungkinan keuntungan hanya didapatkan dari biaya
personil honor pelatih/tenaga ahli yang berasal dari perusahaan.

Besarnya keuntungan dipengaruhi juga oleh penempatan kegiatan dalam skema pengadaan
barang dan jasa pemerintah. Setidaknya ada tiga skema yang mungkin dilakukan
pemerintah untuk menempatkan kegiatan ini, yakni: pengadaan/penunjukan langsung,
lelang, atau swakelola tipe III. Skema yang terakhir tidak dapat diakses perusahaan karena
diperuntukkan bagi organisasi masyarakat ataupun LSM/NGO. Nilai kegiatan dan
keuntungan yang cukup besar akan didapatkan perusahaan jika kegiatan tersebut masuk
dalam skema pengadaan barang dan jasa melalui lelang terbuka.

2.4 Analisis Resiko

Ada beberapa faktor yang bisa menjadi resiko kegagalan dalam menjalankan kegiatan jasa
konsultansi ataupun sedikitnya nilai keuntungan yang diraih perusahaan. Pertama, pemda
tidak ada yang berminat mendapatkan jasa pendampingan teknis maupun pelatihan dari
perusahaan. Kondisi ini mungkin karena mereka mampu melaksanakannya sendiri tanpa
bantuan jasa konsultansi pihak ketiga atau karena ketiadaan anggaran untuk membiayainya.

Faktor kedua terkait dengan skema tipe pengadaan barang dan jasa yang dipilih pemerintah
yang berpotensi menghambat perusahaan untuk mendapatkan pekerjaan ini ataupun
mendapatkan nilai anggaran kegiatan yang lumayan besar. Sebagai pengusul, cara
termudah bagi perusahaan untuk mendapatkannya melalui skema pengadaan langsung
dengan nilai proyek maksimal 100 juta rupiah. Hal ini mungkin dilakukan mengingat dengan
cara ini perusahaan dapat dipastikan mendapatkan kegiatan tersebut. Sementara itu, jika
pengadaan jasa konsultansi ini dlakukan melalui skema lelang terbuka karena nilai
kegiatannya cukup besar, maka perusahaan berpotensi kehilangan kesempatan
mendapatkannya karena kalah bersaing dengan kompetitor lain. Sedangkan apabila skema
pengadaannya melalui swakelola tipe III, maka sudah dipastikan perusahaan tidak akan
mendapatkannya karena skema ini hanya bisa diakses oleh kelompok masyarakat atau
NGO meskipun nilai kegiatannya cukup besar.

Faktor terakhir adalah resiko konflik kepentingan dengan core bisnis pemegang saham
sebagai NGO advokasi. Kondisi ini mungkin terjadi mengingat sangat besar potensi
pemegang saham untuk fokus pada advokasi UU HKPD ini. Rekam jejak selama ini
menunjukan bahwa pemegang saham memiliki sejarah yang cukup panjang dalam
melakukan advokasi kebijakan di tingkat daerah.

III. Rencana Bisnis

3.1 Business Model Canvas

Berikut ini tabel business model canvas:

3
Key Partners Key Activities Value Proposition Customer Customer
Relationships Segments
Pemerintah Persiapan
daerah Menyusun konsep Informasi singkat Ekspose ke Gubernur,
gagasan tentang UU HKPD pemda potensial Bupati, Walikota,
Staf ahli kepala
Membuat infografik Ide inovatif tentang apa Diskusi terbatas daerah, Sekda
yang harus dilakukan dengan beberapa provinsi, Sekda
oleh pemda pemda kabupaten,
Sekda Kota,
Membuat rancangan Ruang lingkup Promosi melalui Bappeda
TOR proyek/kegiatan proyek/kegiatan dan saluran provinsi,
kebutuhan personil pemasaran Bappeda
Kabupaten,
Menyusun Pendampingan dan Layanan Bappeda Kota
panduan/modul peningkatan kapasitas konsultansi,
pelatihan aparatur pemda pendampingan,
pelatihan
Menyusun rancangan Monitoring dan evaluasi
instrumen monev implementasi UU HKPD

Pengadaan
Penyiapan dokumen

Pelaksanaan
Pendampingan teknis

Pelatihan

Key Resources Channels

Personalia: Komunikasi
● Team Leader langsung dengan
● Ahli Tata Kelola calon klien
Pemerintah/Kebija
kan Publik/Hukum Promosi melalui
Tata Negara medsos & even
● Ahli Perencanaan diskusi
Wilayah
● Ahli Keuangan Menggunakan
Publik pola kemitraan
● Ahli Perpajakan melalui jaringan
● Staf Desain Grafis eksisting
● Staf Admin

Produk:
Kertas gagasan,
infografik, TOR,
panduan/modul,
instrumen monev

Infrastruktur:
Fasilitas kantor

Cost Structure Revenue Streams


Personalia ● Jasa Konsultansi
● Honor Team leader
● Honor Ahli Tata Kelola Pemerintah/Kebijakan
Publik/Hukum Tata Negara
● Honor Ahli Perencanaan Wilayah
● Honor Ahli Keuangan Publik
● Honor Ahli Perpajakan
● Honor Staf Grafis
● Honor Staf Admin

4
Infrastruktur
● Pembelian peralatan kantor

Operasional
● Biaya operasional kantor
● Institusional Fee (15% dari nilai proyek)

3.2 Rencana dan Proyeksi Keuangan

Berikut ini rencana dan proyeksi keuangan untuk paket pekerjaan jasa konsultansi pada
tahun 2023:

Uraian Frekuensi Anggaran (Rp)

Nilai Kegiatan

Alt 1: Pangadaan Langsung (1) 100,000,000

Alt 2: Lelang kegiatan pendampingan teknis (2) 1,000,000,000

Alt 3: Lelang pelatihan (3) 500,000,000

Belanja Investasi (4) 17,000,000

Penyusunan kertas gagasan 1 kali 5,000,000

Infografis 1 kali 2,000,000

Penyusunan panduan/modul 1 kali 5,000,000

Penyusunan instrumen monev 1 kali 5,000,000

Penyusunan dokumen lelang 1 kali 3.000.000

Belanja Jasa Pendampingan Teknis (5) 335,000,000

Biaya Personel

Honor Team Leader (1 orang @ 8,000,000/bulan) 5 bulan 40,000,000

Honor Tenaga Ahli (4 orang @6,000,000/bulan) 5 bulan 120,000,000

Honor staff teknis (1 orang @3,000,000/bulan) 5 bulan 15,000,000

Honor staf admin (1 orang @3,000,000/bulan) 5 bulan 15,000,000

Biaya Operasional

Utilitas kantor dan transportasi (@ 3,000,000/bulan) 5 bulan 15,000,000

Biaya Kegiatan

Even rapat/diskusi/ 1 paket 100,000,000

5
Proyeksi Keuntungan Kotor Jasa Pendampingan (252,000,000)
Teknis dari Alt. 1 (1-(4+5))

Proyeksi Keuntungan Jasa Pendampingan (267,000,000)


Teknis dari Alt. 1 dikurangi institutional fee (15%
dari nilai kegiatan) (1-(4+5))-(15%*1)

Proyeksi Keuntungan Kotor Jasa Pendampingan 648,000,000


Teknis dari Alt. 2 (2-(4+5))

Proyeksi Keuntungan Jasa Pendampingan 498,000,000


Teknis dari Alt. 2 dikurangi institutional fee (15%
dari nilai kegiatan) (2-(4+5))-(15%*2)

Belanja Jasa Pelatihan (6) 262,000,000

Belanja Personel

Narasumber (2 orang @5,000,000/paket) 2 kali 20,000,000

Fasilitator (2 orang @7,000,000/paket) 2 kali 28,000,000

Panitia (2 orang @3,000,000/paket) 2 kali 12,000,000

Belanja Operasional

ATK, fotokopi, transportasi, dll (@5,000,000/paket) 2 kali 10,000,000

Belanja Kegiatan

Paket meeting (40 orang, 3 hari @800,000/paket) 2 kali 192,000,000

Proyeksi Keuntungan Kotor Jasa Paket 235,000,000


Pelatihan (3-6)

Proyeksi Keuntungan Jasa Paket Pelatihan 190,000,000


dikurangi institutional fee (15% dari nilai
kegiatan) (3-6)-(15%*3)

You might also like