Article Text

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

JPD: Jurnal Pendidikan Dasar DOI: doi.org/10.21009/JPD.081.

15
http://doi.org/10.21009/JPD

PENGARUH PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU MENGGUNAKAN


DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SEKOLAH DASAR
TENTANG PENINGGALAN SEJARAH

Endang Widi Winarni, Sri Dadi, dan Herman Lusa


Universitas Bengkulu
endangwidiw@gmail.com

Abstract: The purpose of this research is to know the influence of Integrated Thematic Learning using
Discovery Learning to the Knowledge of Elementary School Students about Historical Heritage. The
research design used was the matching only pretest-posttest control group design. The study population is
all fourth grade students of elementary school in Bengkulu city of academic year 2017-2018. The sample
of the research is the fourth grader of Public Elementary School 68 as the experimental group that is
carrying out the learning with discovery learning by visiting the museum and IVA of the State Elementary
School 05 Kota Bengkulu as the control group with the image media. The instrument used in this study is
a test sheet to measure students' knowledge of historical relics. The data of the research were analyzed
inferential statistically with t-test. The results showed that the mean score difference between posttest and
pretest in the control group was 20.95 and in the experimental group was 39.66. The result of t calculation
is 0,27 and t table 2,00. So it can be concluded there is no significant effect of thematic learning based on
local culture with discovery learning to the knowledge of elementary students about the historical relics.

Key word : Thematic learning, historical knowledge, discovery learning

Abstrak :Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Pembelajaran Tematik Terpadu menggunakan
Discovery Learning terhadap Pengetahuan siswa Sekolah Dasar tentang Peninggalan Sejarah. Desain
penelitian yang digunakan adalah the matching only pretest-posttest control group design. Populasi
penelitian adalah seluruh siswa kelas IV Sekolah Dasar di kota Bengkulu tahun ajaran 2017-2018. Sampel
penelitian adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 68 sebagai keompok eksperimen yaitu
melaksanakan pembelajaran dengan discovery learning dengan mengunjungi museum dan IVA Sekolah
Dasar Negeri 05 Kota Bengkulu sebagai kelompok kontrol dengan media gambar. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes untuk mengukur pengetahuan siswa tentang peninggalan
sejarah. Data hasil penelitian dianalisis secara statistik inferensial dengan uji-t. Hasil penelitian diketahui
bahwa rata-rata selisih skor antara postest dan pretest pada kelompok kontrol sebesar 20,95 dan pada
kelompok eksperimen sebesar 39,66. Hasil analisis t hitung sebesar 0,27 dan t tabel 2,00. Sehingga dapat
disimpulkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran tematik berbasis budaya lokal dengan
discovery learning terhadap pengetahuan siswa Sekolah Dasar tentang peninggalan sejarah

Kata kunci: Pembelajaran tematik, pengetahuan peninggalan sejarah, discovery learning

190
Pengaruh Pembelajaran Tematik Terpadu
Menggunakan Discovery learning terhadap
Pengetahuan Siswa Sekolah Dasar tentang
Peninggalan Sejarah
Endang Widi Winarni, Sri Dadi, dan Herman
Lusa

Pendidikan adalah salah satu faktor yang disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
sangat penting untuk meningkatkan potensi demokratis, rasa ingin tahu, semangat
sumber daya manusia agar lebih berkualitas. kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
Dalam Undang-Undang nomor 20 tahun prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta
2001 tentang sistem pendidikan nasional damai, gemar membaca, peduli sosial, dan
disebutkan dalam pasal 1 ayat 1 bahwa peduli lingkungan.
“Pendidikan adalah usaha sadar dan Proses pembelajaran yang diharapkan
terencana untuk mewujudkan suasana dapat menyelamatkan dan menumbuh
belajar dan proses pembelajaran agar peserta kembangkan nilai-nilai karakter bangsa yaitu
didik secara aktif mengembangkan potensi pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual tematik terpadu mengharapkan peserta didik
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, untuk tidak hanya memiliki satu kompetensi
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan saja melainkan peserta didik diharapkan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa memiliki berbagai kompetensi. Dalam
dan Negara”. Maka dari itu peningkatan kurikulum 2013 terdapat empat Kompetensi
mutu pendidikan merupakan hal yang sangat Inti (KI) yang harus dimiliki oleh siswa yaitu
penting dalam pelaksanaan pendidikan KI-1 untuk kompetensi inti sikap spiritual,
khususnya di sekolah. Pendidikan di sekolah KI-2 untuk kompetensi inti sikap sosial
perlu lebih memperhatikan tingkat dikategorikan ke dalam aspek sikap, KI-3
perkembangan kognitif, afektif, konatif, dan untuk kompetensi inti pengetahuan
psikomotorik siswa sehingga pendidikan dikategorikan ke dalam aspek pengetahuan
yang diberikan menjadikan siswa tidak dan KI-4 untuk kompetensi inti keterampilan
hanya memiliki pengetahuan tetapi juga dikategorikan ke dalam aspek keterampilan.
memiliki nilai-nilai karakter. Hal ini menunjukkan bahwa siswa diarahkan
Menurut Ramly (2011: 32-37), nilai- untuk memiliki kemampuan dalam aspek
nilai karakter yang dikembangkan di sekolah sikap, keterampilan, serta pengetahuan.
yaitu meliputi: religius, jujur, toleransi,

191
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 8, Edisi 1, Mei 2017

Menurut Kemendikbud (2014: 28), Kota Bengkulu adalah Museum Negeri


pembelajaran tematik terpadu adalah Bengkulu.
pembelajaran terpadu yang menggunakan Berdasarkan uraian di atas, maka
tema sebagai pemersatu kegiatan tujuan penelitian ini adalah: “Mengetahui
pembelajaran yang memadukan beberapa pengaruh pembelajaran tematik terpadu
mata pelajaran sekaligus dalam satu kali menggunakan discovery learning terhadap
tatap muka, untuk memberikan pengalaman pengetahuan siswa SD tentang peninggalan-
yang bermakna bagi peserta didik. Dan salah peninggalan sejarah
satu pembelajaran tematik terpadu
diharapkan dapat meningkatkan nilai-nilai
karakter siswa SD adalah pembelajaran METODE
tematik terpadu berbasis budaya lokal Desain penelitian yang digunakan
dengan menggunakan model discovery adalah the matching only pretest-posttest
learning . control group design (Winarni, 2011: 52)
Pembelajaran tematik terpadu dapat dilihat pada gambar berikut.
berbasis budaya lokal menggunakan model
O1 X1 O2
discovery learning akan menciptakan ------------------
O3 X2 O4
suasana belajar bermakna karena berasal dari
pengalaman anak. Di dalam pembelajaran, Gambar Bagan desain penelitian
siswa didorong untuk menemukan sendiri Keterangan :
X1 = pembelajaran tematik dengan sumber
dan mentransformasikan informasi
belajar museum negeri Bengkulu
kompleks, mengecek informasi baru dengan X2= pembelajaran tematik dengan Discovery
yang sudah ada dalam ingatannya, dan Learning dengan sumber belajar buku
teks
melakukan pengembangan menjadi
O1 = pretest untuk kelas eksperimen
informasi atau kemampuan yang sesuai O2 = posttest untuk kelas kontrol
dengan lingkungan. Dengan pengalaman O3 = pretest untuk kelas eksperimen
langsung yang dimiliki siswa maka O4 = posttest untuk kelas kontrol

pemahaman pelajaran akan bertahan lama Populasi penelitian adalah seluruh


dalam ingatan siswa. Salah satu sumber siswa kelas V SD di kota Bengkulu tahun
budaya lokal yang terdekat dengan siswa di ajaran 2017-2018. Sampel penelitian adalah
siswa kelas V SDN 68 dan VA SDN 05 Kota

192
Pengaruh Pembelajaran Tematik Terpadu
Menggunakan Discovery learning terhadap
Pengetahuan Siswa Sekolah Dasar tentang
Peninggalan Sejarah
Endang Widi Winarni, Sri Dadi, dan Herman
Lusa

Bengkulu dalam keadaan sama yang Hasil uji normalitas data pada pretes
ditentukan dari uji perbedaan rata-rata mata pelajaran IPS kelompok eksperimen
pretest pada kelompok kontrol dan adalah χ2 hitung = 10,37 dan χ2 tabel =
eksperimen, yaitu diperoleh t hitung sebesar 43,77. Karena χ2 hitung < χ2 tabel maka
-0,32 dan t tabel sebesar 2,00. Atau dapat distribusi kelas eksperimen tersebut normal.
disimpulkan bahwa keadaan awal siswa pada Hasil uji normalitas data pada pretes mata
kedua kelompok tidak terdapat perbedaan. pelajaran IPS kelompok kontrol adalah χ2
Dalam menentukan kelas eksperimen dan hitung = 22,30 dan χ2 tabel = 52,16. Karena
kontrol dilakukan secara cluster random χ2 hitung < χ2tabel maka distribusi kelas
sampling. Menurut Winarni (2011: 106) kontrol tersebut normal. Hasil uji normalitas
teknik cluster random sampling digunakan data pada post-tes mata pelajaran IPS
jika dijumpai populasi yang heterogen kelompok eksperimen adalah χ2 hitung =
dimana sub populasi merupakan suatu 9,70 dan χ2 tabel = 43,77. Karena χ2 hitung
kelompok yang mempunyai sifat heterogen, < χ2 tabel maka distribusi kelas eksperimen
sedangkan dalam stratifikasi sampel tiap sub tersebut normal. Hasil uji normalitas data
populasinya homogen. pada post-tes mata pelajaran IPS kelompok
Instrumen yang digunakan dalam kontrol adalah χ2 hitung = 33,53 dan χ2
penelitian ini adalah lembar tes untuk tabel = 52,16. Karena χ2 hitung < χ2tabel
mengukur pengetahuan siswa tentang maka distribusi kelas kontrol tersebut
peninggalan sejarah. Lembar tes yang normal. Hasil uji homogenitas dua sampel
digunakan dalam penellitian ini berupa tes pada pretes adalah F hitung =1,55 dan F
tertulis yang berbentuk essay. Data yang tabel = 1,77. Karena harga F hitung lebih
diperoleh dianalisis menggunakan uji kecil dari harga F tabel maka distribusi data
perbedaan selisih dua rata-rata dengan uji t. pretes pada kedua kelompok adalah
Sebelum dianalisis menggunakan uji-t, dua homogen. Hasil uji homogenitas dua sampel
sampel data telah memenuhi dua persyaratan pada postes adalah F hitung =0,17 dan F
yaitu berdistribusi normal dan bersifat tabel = 1,77. Karena harga F hitung lebih
homogen. kecil dari harga F tabel maka distribusi data

193
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 8, Edisi 1, Mei 2017

postes pada kedua kelompok adalah membuat laporan hasil kunjungan ke


homogen. Museum Negeri Bengkulu menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
HASIL Sedangkan sumber belajar untuk
Kompetensi dasar yang dipelajari kelas kontrol adalah buku dan foto-foto
oleh kelas kontrol dan eksperimen pada benda-benda peninggalan sejarah. Tujuan
muatan IPS, yaitu “Memahami manusia pembelajaran pada kelas kontrol adalah: 1)
dalam dinamika interaksi dengan lingkungan Dengan pengamatan gambar/foto dan buku
alam, sosial, budaya, dan ekonomi”. tentang peninggalan-peninggala sejarah,
Indikatornya adalah Mengemukakan jenis siswa dapat mengemukakan jenis benda
benda peninggalan sejarah yang ada di peninggalan sejarah yang ada di Museum
Museum Negeri Bengkulu. Sumber belajar Negeri Bengkulu dengan sikap peduli
untuk kelas eksperimen adalah benda-benda lingkungan; 2) Dengan pengamatan
peninggalan yang ada di museum Negeri gambar/foto dan buku tentang peninggalan-
Bengkulu. Adapun tujuan pembelajaran pada peninggalan sejarah, siswa dapat
kelas eksperimen adalah: 1) Dengan menentukan nilai terkecil dan terbesar
pengamatan di Museum Negeri Bengkulu, berdasarkan data pengunjung museum
siswa dapat mengemukakan jenis benda dengan tanggungjawab; 3) Dengan
peninggalan sejarah yang ada di Museum pengamatan gambar/foto dan buku tentang
Negeri Bengkulu dengan sikap peduli peninggalan-peninggalan sejarah, siswa
lingkungan; 2) Dengan pengamatan di dapat menggali informasi tentang jenis
Museum Negeri Bengkulu, siswa dapat benda peninggalan sejarah yang ada di
menentukan nilai terkecil dan terbesar Museum Negeri Bengkulu dengan sikap
berdasarkan data pengunjung museum nasionalis; 4) Dengan pengamatan
dengan tanggungjawab; 3) Dengan gambar/foto dan buku tentang peninggalan-
pengamatan di Museum Negeri Bengkulu, peninggala sejarah, siswa dapat membuat
siswa dapat menggali informasi tentang jenis laporan hasil diskusi tentang peninggalan-
benda peninggalan sejarah yang ada di peninggalan sejarah menggunakan Bahasa
Museum Negeri Bengkulu dengan sikap Indonesia yang baik dan benar. Pelaksanaan
nasionalis; 4) Dengan pengamatan di kegiatan siswa pada pembelajaran kelas
Museum Negeri Bengkulu, siswa dapat eksperimen dan kontrol, adalah Stimulation

194
Pengaruh Pembelajaran Tematik Terpadu
Menggunakan Discovery learning terhadap
Pengetahuan Siswa Sekolah Dasar tentang
Peninggalan Sejarah
Endang Widi Winarni, Sri Dadi, dan Herman
Lusa

(stimulasi/pemberian rangsangan),pada mengumpulkan informasi sebanyak-


tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu banyaknya dengan membaca bahan ajar
yang menimbulkan tanda tanya, kemudian Peninggalan-peninggalan sejarah Bengkulu
dilanjutkan untuk tidak member generalisasi, dan mengamati objek. untuk membuktikan
agar timbul keinginan untuk menyelidiki benar atau tidaknya hipotesis. Pada kelas
sendiri. Pada kelas eksperimen, siswa dan eksperimen, siswa dalam kelompok dengan
guru bertanya jawab tentang peninggalan bimbingan guru mengamati benda-benda
sejarah yang berasal dari Bengkulu dan Bengkulu. Sedangkan kelas kontrol
kunjungan ke museum negeri Bengkulu. mengamati gambar/foto benda-benda
Sedangkan kelas kontrol, siswa dan guru peninggalan sejarah yang ada di museum
bertanya jawab tentang peninggalan- negeri Bengkulu.
peninggalan sejarah yang berasal dari Data processing(pengolahan data),
Bengkulu kemudian mengamati pada tahap ini semua informasi hasil bacaan,
gambar/foto. wawancara, observasi, dan sebagainya,
Problem statement semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
(pernyataan/identifikasi masalah), siswa ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan
diberi kesempatan untuk mengidentifikasi cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat
sebanyak mungkin agenda-agenda masalah kepercayaan tertentu sebagai pembentukan
yang relevan dengan bahan pelajaran, konsep dan generalisasi. Dari generalisasi
kemudian salah satunya dipilih dan Pada tersebut siswa akan mendapatkan
kelas eksperimen secara berkelompok pengetahuan baru tentang alternatif
menentukan objek yang akan diamati di jawaban/penyelesaian yang perlu mendapat
museum negeri Bengkulu. Pada kelompok pembuktian secara logis.Pada kelas
kontrol secara kelompok merumuskan eksperimen dan kontrol, siswa melakukan
masalah berdasarkan hasil pengamatan kegiatan berdiskusi tentang contoh hak dan
gambar. kewajiban untuk melestarikan benda-benda
Data collection (pengumpulan data), yang ada di museum Negeri Bengkulu.
siswa diberi kesempatan untuk

195
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 8, Edisi 1, Mei 2017

Verification (pembuktian), siswa signifikan. Rekapitulasi hasil pre-tes dan pos


melakukan pemeriksaan secara cermat untuk tes siswa disajikan pada Tabel 1.
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis Tabel 1 Hasil pre-tes dan pos tes
pengetahuan siswa tentang
yang ditetapkan dengan temuan alternatif,
interaksi sosial
dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
Hasil Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pada kelas eksperimen, siswa mencocokkan No
Penilaian Pretest Postest Pretest Postest
1. Tertinggi 100 100 100 100
kesesuaian antara rumusan masalah yang ada 2 Terendah 0 46 0 42
3 Rata-rata 47,28 86,94 58,78 79,73
di LDS dengan jawaban yang sudah 4 Simpanga 30,71 38,29
14,11 33,77
n Baku
diperoleh dari hasil pengamatan benda-
benda peninggalan sejarah dan diskusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Sedangkan pada kelas kontrol, siswa
pelaksanaan pembelajaran tematik
mencocokkan kesesuaian antara rumusan
menggunakan model Discovery Learning
masalah yang ada di LDS dengan jawaban
berbasis budaya lokal dapat meningkatkan
yang sudah diperoleh dari hasil pengamatan
pengetahuan siswa SD sebesar 39,66 atau
gambar dan diskusi.
sebesar 83,88%. Sedangkan pelaksanaan
Generalization (menarik
pembelajaran tematik menggunakan model
kesimpulan), proses menarik sebuah
Discovery Learning berbasis buku teks dan
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip
foto dapat meningkatkan pengetahuan siswa
umum dan berlaku untuk semua kejadian
SD sebesar 20,95 atau sebesar 35,64%.
atau masalah yang sama, dengan
Temuan ini menunjukkan bahwa rata-rata
memperhatikan hasil verifikasi. Pada kelas
hasil pretes pada kelompok kontrol sebesar
eksperimen dan kontrol, siswa dengan
58,78 lebih tinggi dibandingkan pada
bimbingan guru menyimpulkan materi hasil
kelompok eksperimen sebesar 47,28.
membaca bahan ajar dan pengamatan benda-
Kemudian hasil postes pada kelompok
benda peninggalan sejarah.
kontrol sebesar 79,73 dan pada kelompok
Meskipun ada persamaan dan
eksperimen sebesar 86,94. Meskipun ada
perbedaan kegiatan pembelajaran antara
perbedaan peningktan hasil postes, namun
kelas eksperimen dan kontrol tersebut di
hasil analisis secara statistik inferensial
atas, ternyata hasil postes pemahaman
menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 0,27
tentang peninggalan-peninggalan sejarah
tidak menunjukkan perbedaan yang lebih kecil dari nilai t tabel pada taraf

196
Pengaruh Pembelajaran Tematik Terpadu
Menggunakan Discovery learning terhadap
Pengetahuan Siswa Sekolah Dasar tentang
Peninggalan Sejarah
Endang Widi Winarni, Sri Dadi, dan Herman
Lusa

signifikan 5% sebesar 2,00, maka H0 menghimpun informasi, membandingkan,


diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan mengkategorikan, menganalisis,
bahwa tidak terdapat pengaruh yang mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan
signifikan pembelajaran tematik serta membuat kesimpulan.
menggunakan model Discovery learning Implementasi model pembelajaran
berbasis budaya lokal (sumber belajar menggunakan sumber belajar ini ialah guru
Museum Negeri Bengkulu dan bahan ajar berperan sebagai fasilitator sedangkan siswa
disertai Katalog Museum) terhadap yang menemukan dan mengalami sendiri.
pengetahuan siswa SD tentang Peninggalan Pernyataan Winarni (2012) bahwa sikap
sejarah. terbentuk karena interaksi yang dilakukan
siswa, dengan menerapkan keikutsertaan
PEMBAHASAN siswa secara aktif mencari informasi yang
Discovery learning adalah suatu dapat diterapkan dalam memecahkan
model untuk mengembangkan cara belajar masalah dalam kehidupan sehari hari
siswa aktif dengan menemukan sendiri, tersebut siswa aktif mengajukan pertanyaan,
menyelidiki sendiri, maka hasil yang melakukan diskusi kelompok, bekerjasama
diperoleh akan tahan lama dalam ingatan, untuk menyelesaikan permasalahan yang
dan tidak akan mudah dilupakan oleh siswa muncul, saling memberikan ide atau gagasan
(Kurniasih: 2014). Discovery pada kelas dalam proses pembelajaran, menghargai
eksperimen menggunakan sumber belajar pendapat teman dan berani mempertahankan
budaya lokal yaitu museum negeri Bengkulu pendapat dengan menunjukkan bukti-bukti
yang berada di lingkungan sekitar siswa dari sumber-sumber yang digunakan dalam
menjadikan kegiatan observasi, klasifikasi, memberikan pernyataan. Dari kegiatan
prediksi, penentuan dan inferi menjadi lebih seperti itu maka sikap yang diinginkan pada
kontekstual. Hal itu dikarenakan dalam siswa akan timbul.
discovery learning bahan dan sumber belajar Hasil analisis nilai-nilai karakter ini
tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa sesuai dengan pendapat Wibowo (2012)
dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan bahwa nilai-nilai karakter sebagai salah satu

197
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 8, Edisi 1, Mei 2017

cakupan kompetensi lulusan aspek sikap pendapat Winarni (2012: 115-116), bahwa
bersifat holistic dan pencapaiannya bagi guru media berfungsi sebagai alat bantu
dilakukan melalui proses: menerima, dalam mempermudah, menyederhanakan,
menjalankan, menghargai, menghayati, dan dan mengefektifkan pembelajaran, penyajian
mengamalkan. Sumber belajar pembelajaran informasi, dan keterampilan secara
tematik terpadu berbasis budaya lokal untuk sistematis. Sedangkan bagi siswa, media
mengembangkan nilai-nilai karakter, karena berfungsi sebagai alat bantu dalam
pembelajaran adalah proses interaksi peserta mengaktifkan fungsi psikologis dalam
didik dengan pendidik dan sumber belajar dirinya. Dengan demikian dapat disimpulkan
pada suatu lingkungan belajar. Sumber bahwa media pembelajaran dapat
belajar yang akan digunakan dalam membangun kondisi yang membuat siswa
pembelajaran tematik berbasis budaya lokal mampu memperoleh sikap, pengetahuan,
di provinsi Bengkulu yaitu museum negeri dan keterampilan.
Bengkulu. Dalam proses interaksi antara Hasil penelitian menunjukkan,
siswa dengan sumber belajar menjadikan bahwa konsep peninggalan sejarah dalam
perubahan tingkah laku pada diri siswa baik penelitian ini tidak menunjukkan adanya
yang positif atau bersifat negatif. Hal perbedaan yang signifikan antara siswa pada
tersebut dapat terjadi karena lingkungan kelas eksperimen yang berkunjung ke
sekitar yang disengaja digunakan sebagai museum negeri Bengkulu dengan siswa pada
sumber dalam proses pembelajaran kelompok kontrol yang menggunakan bahan
membantu siswa berinteraksi dengan ajar dan media gambar. Baugh (dalam
berbagai sumber daya pendidikan agar dapat Arsyad, 2009) mengungkapkan temuan
mencapai tujuan pendidikan nasional. penelitian ini relevan dengan penelitian para
Sedangkan media yang digunakan ahli sebelumnya, bahwa kurang lebih 90%
dalam pembelajaran tematik untuk hasil belajar seseorang diperoleh melalui
mengembangkan nilai-nilai karakter berbasis indera pandang, dan hanya sekitar 5%
budaya lokal dalam penelitian ini adalah: diperoleh melalui indera dengar, dan 5% lagi
katalog museum negeri Bengkulu, gambar dengan indera lainnya. Hampir 100% siswa
alat-alat zaman batu di Bengkulu, gambar sudah berkunjung langsung ke museum
dan teks. Penggunaan berbagai media negeri Bengkulu. Pengamatan secara
pembelajaran tersebut sesuai dengan langsung tersebut menjadikan tingkatan

198
Pengaruh Pembelajaran Tematik Terpadu
Menggunakan Discovery learning terhadap
Pengetahuan Siswa Sekolah Dasar tentang
Peninggalan Sejarah
Endang Widi Winarni, Sri Dadi, dan Herman
Lusa

pengalaman hasil belajar yang membangun Pembelajaran tematik terpadu yang


suatu proses komunikasi. Berdasarkan bermakna memfasilitasi siswa secara aktif
tingkatan yang dijadikan acuan sebagai menyelesaikan masalah-masalah yang dia
landasan teori penggunaan media dalam dapatkan sesuai dengan konsep materi yang
proses pembelajaran menunjukkan bahwa dipelajari. Salah satu konsep yang akrab
pengalaman langsung paling baik dalam dengan lingkungan adalah konsep kegiatan
membantu anak dalam menyerap informasi. manusia yang dapat mempengaruhi
Belajar hanya terjadi jika siswa keseimbangan alam dan sosial. Konsep ini
memproses informasi atau pengetahuan baru menjadi lebih bermakna jika dalam pelajaran
sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk siswa diajak langsung ke lapangan untuk
akal sesuai dengan kerangka berpikir yang melakukan penyelidikan terhadap
dimilikinya (ingatan, pengalaman, dan permasalahan yang mereka hadapi” (Badeni,
tanggapan). Pendekatan ini mengasumsikan dkk.; 2014). Melalui pembelajaran ini, hasil
bahwa secara natural pikiran mencari makna belajar siswa akan maksimal apabila siswa
konteks sesuai dengan situasi nyata dibelajarkan dalam nuansa kontekstual di
lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi mana siswa tidak menerima secara pasif
melalui pencarian hubungan yang masuk pengetahuan dan keterampilan tetapi ia
akal dan bermanfaat.Pembelajaran mengalami sendiri terlibat secara aktif
kontekstual menyajikan suatu konsep yang dengan menggunakan sebanyak mungkin
mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari unsur inderanya (mendengar, melihat,
siswa dengan konteks di mana materi merasa, meraba, dan melakukan) tentang apa
tersebut digunakan, serta berhubungan yang dipelajari atau lingkungan sosialnya
dengan bagaimana seseorang belajar atau baik secara individu maupun kelompok.
gaya/cara siswa belajar. Melalui konteks
kehidupan mereka, dan menemukan arti di SIMPULAN

dalam proses pembelajarannya, sehingga Pelaksanaan pembelajaran tematik

pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menggunakan model Discovery Learning

menyenangkan. berbasis budaya lokal terutama Museum

199
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 8, Edisi 1, Mei 2017

Negeri Bengkulu dapat meningkatkan Kemdikbud. 2014. Materi Pelatihan Guru


pengetahuan siswa sekolah dasar tentang Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: Kemdikbud.
peninggalan sejarah sebesar 83,88%.
Kurniasih, Imas. 2014. Sukses
Sedangkan pelaksanaan pembelajaran
Mengimplementasikan Kurikulum
tematik menggunakan model Discovery 2013. Jakarta: Kata Pena
Learning berbasis buku teks dan foto dapat Pontecorvo, C. 1993. Sociel Interaction in the
meningkatkan pengetahuan siswa SD Acquisition of Knowledge.
Educational Psychology Review, 5(3),
sebesar sebesar 35,64%. Namun demikian
293-310
secara statistik tidak terdapat pengaruh yang Ramly, Mansyur. 2010. Pengembangan
signifikan pembelajaran tematik Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa. Jakarta: Departemen
menggunakan model Discovery learning
Pendidikan Nasional.
berbasis budaya lokal terhadap pengetahuan
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan
siswa SD tentang peninggalan sejarah. Berkarakter Strategi Membangun
Karakter Bangsa Berperadapan.
DAFTAR RUJUKAN Jogyakarta: Pustaka Belajar.
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran.
Winarni, Endang W. 2016. Environmental-
Jakarta: Rajawali Pers.
based character education to build
Badeni, Sri Saparahayuningsih, dan Agus competence for future generation.
Makmurtomo. 2014. Model Presented in International
Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Conference. University Malaysia
Lokal Bagi Siswa Sekolah Dasar. Jur, Sabah. September 22nd.
Nomor 1, Mei 2014, hal 19-20. ------------- . 2012. Inovasi Dalam
Borko, H., & Putnam, R. 1998. The Role of Pembelajaran IPA. Bengkulu: FKIP
Context in Teacher Learning and UNIB.
Teacher Education. In Contextual --------------. 2011. PenelitianPendidikan.
Teaching and Learning: Preparing
Bengkulu: FKIP Unib Press.
Teachers to Enhance Student Success
in and Beyond School, pp. 35-74.
ERIC, Columbus, Ohio, USA.
Gazalba, Sidi. 1974. Antropologibudaya :
Gaya baru. Bulanbintang.
Johnson,E.B. 2002. Contextual Teaching
Learning. California: Corwin Press.

200

You might also like