Professional Documents
Culture Documents
Risalah
Risalah
Risalah
وbbروخ وهbbاج بن فbbه حجbb في: ال الهيثميbbا (عن ابن أبي أوفى) قbb(سمويه) في فوائده (ط ب) كالهم
. فيه حجاج بن فروخ واه والحديث لم يصح: ضعيف جدا وقال الذهبي في المهذب
(HR. Imam Ismail bin Abdullah) dalam kitab Fawaidnya, dan Imam
(Thabrani) keduanya dari (Ibnu Aby Aufa) al-Haishimi dalam sanad hadis ini
terdapat Hajaj bin Faruq dan hadisnya sangat lemah. Sedangkan Imam Dzihabi
berkata dalam Kitab al-Muhadzab: “Dalam sanad hadis ini terdapat Hajaj bin
Faruq dan hadisnya tidak sahih”.
قbbل تعلbbد ويحتمbbام للتهجbbلم إذا قbbة مسbbرته روايbb (كان إذا قام من الليل) أي للصالة كما فس- .٦٧٦٣
لbام في الليbة) أي إذا قbوم الجمعbالة من يbالحكم بمجرد القيام ومن بمعنى في كما في (إذا نودي للص
ذكره البعض
6763.- (Ketika Nabi bangun dikala malam) untuk melakukan sholat seperti
keterangan yang telah dijelaskan pada hadis riwayat Imam Muslim yang
Dan bisa saja hukum yang dijelaskan dalam hadis ini berkenaan dengan
sekedar bangun tidur saja. Maksudnya tidak mesti bangun untuk melakukan
sholat. Huruf mim bermakna fi seperti yang ada pada ayat:
الbbله قbb(يشوص) بفتح أوله وضم الشين المعجمة (فاه بالسواك) أي يدلكه به وينظفه وينقيه وقيل يغس
بعهbbدلك بأصbb فإن فسرنا يشوص بيدلك حمل السواك على اآللة ظاهرا مع احتماله لل: ابن دقيق العيد
والباء لالستعانة
(Beliau menggosok) lafadz yasyushu huruf awalnya dibaca fathah dan
mendlomahkan huruf syin yang bertitik tiga. (mulut Beliau dengan siwak)
maksudnya Beliau menggosok mulut Beliau dengan siwak dan membersihkannya,
sebagian Ulama juga mengatakan serta membasuhnya. Imam Ibnu Daqiqil Ied
berkata: “Jika kita menafsiri lafadz yasyushu dengan lafadz yaduluka
(menggosok) maka lafadz as-Siwak diarahkan maknanya pada alat siwak secara
dzohir, padahal mungkin saja Nabi menggosok dengan jari-jari Beliau”. Dan
“Huruf Ba-nya” bermakna istia’nah.
ةbواك اآللbbون السbbل كbbذ يحتمbbاحبة وحينئbاء للمصbbأو يغسل فيمكن إرادة الحقيقة أي الغسل بالماء فالب
وكونه الفعل ويمكن إرادة المجاز وأن تكون تنقية الفم تسمى غسال على مجاز المشابهة
Atau kita mentafsirinya dengan lafadz yaghsilu maka mungkin saja yang
dikehendaki adalah makna Hakikat yang artinya membasuh dengan air. Otomatis
huruf Ba-nya bermakna Mushahabah, jika seperti ini maka bisa saja yang
dikehendaki dengan lafadz as-Siwak adalah alat (kata benda) atau pekerjaan (kata
kerja), dan dimungkinkan atau yang dikehendaki adalah makna majaz dan praktek
membersihkan mulut bisa disebut dengan al-Ghaslu (membasuh) sesuai dengan
metode majaz musyabihah.
ل عنbbير بالكbbاز التعبbb إن فسر يشوص بيدلك فاألقرب حمله على األسنان فيكون من مج: وقال أيضا
البعض أو من مجاز الحذف
Imam Ibnu Daqiqil Ied juga berkata: “Jika lafadz yasyushu ditafsiri dengan
lafadz yaduluka maka yang lebih benar adalah mengarahkan pekerjaan tersebut
pada gigi”, otomatis hal ini termasuk dalam cangkupan majaz dengan
mengungkapkan lafadz yang bersifat kul (global) sedangkan yang dikehendaki
adalah sifat ba’du (juz atau anggota). Atau bisa termasuk dari majaz pembuangan.
واكbbبب السbة الفم وأفهم أن سbه على جملbذكور فيمكن حملbأو يغسل وحمل على الحقيقة والمجاز الم
هbbوم لثبوتbbه من نbbالة وإن لم ينتبbbدوب للصbbواك منbbرد أن السbb وال ي، االنتباه من النوم وإرادة الصالة
والكالم في مقتضى هذا الحديث، بدليل آخر
Atau jika kita mentafsirinya dengan lafadz yaghsilu dan menghendakinya
dengan makna Hakikat dan siwaknya bermakna majaz seperti keterangan yang
dijelaskan di atas. Maka mungkin saja mengarahkan aktivitas tersebut pada makna
mulut secara global, dan bisa dipaham bahwa sebab bersiwak adalah bangun dari
tidur dan ingin melakukan sholat, dan jika seperti itu maka siwak tidak
disunnahkan karena sholatnya, walaupun dalam kondisi bangun tidur karena
ketetapan keteranagan tersebut dalam dalil lain, ungkapan ini sesuai dengan
makna hadis ini.
نعم إن نظر إلى لفظ هذه الرواية مع قطع النظر عن الرواية األخرى أفاد ندبه بمجرد االنتباه
Mungkin hal tersebut memang benar namun jika kita melihat pada lafadz
riwayat ini serta tidak memandang riwayat lain, maka akan berfaedah
disunnahkannya siwak karena sebab bangun tidur saja.
نان فنتنbا إلى الفم واألسbعد بخارهbه وانتفخت وصbام ارتفعت معدتbوسبب تغير الفم أن اإلنسان إذا ن
وغلظ فلذلك تأكد
Sedangkan sebab berubahnya bau mulut adalah ketika seseorang tidur,
maka uap yang berada dalam lambung akan naik ke atas melalui saluran lubang
mulut sehingga mulut dan gigi akan berbau bacin atau mungkin sangat bacin.
Oleh karena itu dalam kondisi ini disunnahkan bersiwak.
.وقضيته أنه ال فرق بين النوم في الليل والنهار ومال بعضهم للتقييد بالليل لكون األبخرة بالليل تغلظ
.)(حم ق د ن ه) كلهم في الطهارة (عن حذيفة
Sasaran hadis ini juga menjelaskan tidak adanya perbedaan antara tidur di
malam hari atau siang hari, Para Ulama cenderung dengan hal ini karena
pengqoyidan pada lafadz al-Lail mengindikasikan uap lambung pada malam hari
lebih berat. (HR. Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Bukhari Muslim, Imam Abu
Dawud, Imam an-Nasai dan Imam Ibnu Majah) semuanya dijelaskan dalam bab
Taharah (dari Sahabat Hudzaifah).
وbbيطان وهbbدة الشbbل عقbbتعجاال لحb (كان إذا قام من الليل ليصلي افتتح صالته بركعتين) اس- .٦٧٦٤
وإن كان منزها عن عقد الشيطان على قافيته لكن فعله تشريعا ألمته ذكره الحافظ العراقي
6764.- (Nabi ketika bangun di malam hari untuk melakukan sholat maka
membuka sholatnya dengan dua rokaat) karena bersegera untuk melepaskan
ikatan syaithan, dalam hal ini walaupun Nabi sudah dipastikan tidak terbelenggu
dari syaithan (sifat malas dan meneruskan tidur) akan tetapi perbuatan Nabi ini
guna mensyariatkan untuk umat Beliau, hal ini dijelaskan oleh al-Hafidz al-Iraqi.
هbbاهدته ومراقبتbbه ومشbbه إليbb ] من دعائ١٥٤ ه [ صbbه القلب لمناجاتbbه تنبيbb حكمت: ربيbbال ابن عbbوق
(خفيفتين) لخفة القراءة فيهما أو لكونه اقتصر على قراءة الفاتحة وذلك لينشط بهما لما بعدهما فيندب
.ذلك
Imam Ibnu Arabi berkata: “Hikmahnya adalah mengingatkan hati untuk
bermunajat kepada Allah dengan berdoa kepada Allah dan hadir pada Allah dan
mendekatkan diri pada Allah” (yang ringan) karena ringannya bacaan sholat pada
dua rokaat tersebut atau karena Nabi Muhammad Saw. meringkas sholat dengan
hanya membaca al-Fatihah, hal ini agar membuat semangat melakukan sholat-
sholat setelahnya maka otomatis dua rokaat ini disunnahkan.
ا وليسbbزم عليهbbا وعbbه إليهbbدها وتوجbb أي قص: (كان إذا قام إلى الصالة) قال الزمخشري- .٦٧٦٥
.المراد المثول وهكذا قوله (إذا قمتم إلى الصالة) اه
6765.- (Ketika Nabi berdiri untuk melakukan sholat) Imam az-Zamakhshari
berpendapat yang dimaksud dengan lafadz idza qama ila shalati adalah Nabi
menghendaki, menuju dan berencana untuk melakukan sholat. Akan tetapi yang
dimaksud bukanlah Nabi berkumpul untuk melakukan sholat. Keterangan ini
sesuai dengan pentafsiran Firman Allah Swt. berupa:
(حذو منكبيه (مدا) مصدر مختص كقعد القرفصاء أو مصدر من المعنى كقعدت جلوسا أو )رفع يديه
Hukum mengangkat tangan ini sunnah, bukan wajib. Hikmah yang tersirat
adalah memberikan isyarat untuk membuang dunia jauh-jauh dan menghabiskan
waktu hanya untuk melakukan Ibadah kepada Allah Swt.
وقيل االستسالم واالنقياد ليناسب فعله قوله هللا أكبر وقيل استعظام ما دخل فيه وقيل إشارة إلى تمام
القيام وقيل إلى رفع الحجاب بين العابد والمعبود وقيل ليستقبل بجميع بدنه
Menurut pendapat lain, hikmahnya adalah berusaha untuk pasrah dan
mengikuti agar gerakan orang yang sholat sesuai dengan bacaan lafadz Allahu
Akbar, Menurut pendapat lain menganggap agung sesuatu yang memasuki hal
tersebut, Menurut pendapat lain memberikan isyarat bahwa berdirinya sudah
sempurna, Menurut pendapat lain memberikan isyarat kalau penghalang di antara
orang yang menyembah dengan dzat yang disembah sudah hilang, Menurut
pendapat lain agar orang yang sholat menghadapkan seluruh badannya.
وعbbبر للركbbدب إذا كbذا ينbريم وكbد التحbb وهذا أنسبها ونوزع وفيه ندب رفع اليدين عن: قال القرطبي
.وإذا رفع رأسه لصحة الخبر به كما في البخاري وغيره
ه ثمbbع يديbbا ورفbb(ت عن أبي هريرة) ورواه بنحوه ابن ماجه بلفظ كان إذا قام إلى الصالة اعتدل قائم
. هللا أكبر وصححه ابن خزيمة وابن حبان: قال
(HR. Imam at-Tirmidzi dari Imam Abu Hurairah) Imam Ibnu Majah juga
meriwayatkan sebuah hadis yang hampir mirip dengan hadis yang diriwayatkan
oleh Imam at-Tirmidzi dengan redaksi: “Ketika Nabi menghendaki untuk sholat
maka Nabi akan berdiri tegak dan mengangkat kedua tangan seraya membaca
Allahu Akbar”. Dan hadis tersebut disahihkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah dan
Ibnu Hibban.
وbbاس وهbbتقبال النbbدب للخطيب اسbb (كان إذا قام على المنبر استقبله أصحابه بوجوههم) فين- .٦٧٦٦
.إجماع وذلك ألنه أبلغ في الوعظ وأدخل في األدب فإن لم يستقبلهم كره وأجزأ
6766.- (Ketika Nabi berdiri diatas mimbar maka Para Sahabat akan
menghadapkan wajahnya pada Nabi) oleh karena itu hukumnya sunnah bagi orang
yang berkhutbah untuk menghadap kepada Para Hadirin. Dan pendapat ini telah
disepakati oleh Para Ulama.
رىbbوع اليسbbه اليمين كbbأن يقبض بكفbbه) بbbماله بيمينbb (كان إذا قام في الصالة قبض على ش- .٦٧٦٧
عهماbbاعد ويضbbوب السbbا صbbوبعض الساعد والرسغ باسطا أصابعها في عرض المفصل أو ناشرا له
تحت صدره
6767.- (Ketika Nabi berdiri untuk hendak melakukan sholat maka Nabi akan
menggenggam tangan kiri dengan tangan kanan Beliau) dengan penjelasan bahwa
Nabi menggenggam pergelangan tangan kiri dengan telapak tangan kanan dan
menggenggam lengan serta sendi-sendinya seraya membentangkan jari tangan
kanan dan melatakannya ke arah sendi berada atau seraya membentangkan jari
tangan kanan ke arah tepat sebelah lengan kiri berada. Dan meletakan kedua
tangan Beliau tepat di bawah dada.
ةbbل النيbbل ألن القلب محbbدر وقيbbه تحت الصbbو القلب فإنbbاء وهbbوحكمته أن يكون فوق أشرف األعض
(طب.هbbا يديbbوالعادة جارية بأن من احتفظ على شئ جعل يديه عليه ولهذا يقال في المبالغة أخذه بكلت
.عن وائل بن حجر) رمز لحسنه
Hikmah meletakan tangan dibawah dada adalah dikarenakan bagian bawah
dada merupakan anggota tubuh yang paling mulia maksudnya hati. Menurut
pendapat lain karena hati adalah tempatnya niat, secara tradisi yang berlaku orang
yang berusaha menghafalkan sesuatu pasti dia akan meletakan kedua tangannya
tepat dibawah dada. Karena inilah Nabi menggunakan kedua tangannnya dengan
adanya unsur mubalagah.
(HR. Thabrani dalam kitab al-Kabir dari Wail bin Hajar) Mushanif
membuat rumus karena hadis ini hasan.
النونbbاجن بbbه) كالعbbدى يديbbأ على إحbbالة (اتكbbتراحة في الصbة االسbام) من جلسbb (كان إذا ق-.٦٧٦٨
، فيندب ذلك لكل مصل من إمام أو غيره ولو ذكرا قويا ألنه أعون وأشبه بالتواضع
6768.- (Ketika Nabi berdiri) dari duduk istirahah dalam sholat (maka Nabi akan
bersandar pada salah satu kedua tangannya Beliau) sebagaimana seperti orang
yang bangkit dengan kedua tangannya bertopang pada suatu tempat, oleh karena
itu bagi orang yang sholat baik menjadi imam atau tidak, meskipun seorang laki-
laki yang kuat sunnah untuk melakukan yang dilakukan oleh Nabi. Karena hal
yang demikian bisa membantu seseorang untuk rendah diri.
افعيةbbه الشbbدى وعليbbدون إحbbه بbbار يديbbبر وفي بعض األخبbbذا الخbbوقوله إحدى يديه هو ما وقع في ه
. ال تتأدى السنة بوضع إحداهما مع وجود األخرى وسالمتها: فقالوا
Perkataan Mushanif yang berupa ihda yadaihi ada dalam redaksi hadis ini.
Dalam sebagian redaksi hadis lain disebutkan lafadz yadaihi tanpa menyebutkan
ihda. Redaksi hadis ini sesuai dengan pendapat Para Ulama as-Syafi’iyyah yang
berupa: “Kesunnahan tidak bisa terealisasikan hanya dengan meletakan salah satu
kedua tangan saja dengan adanya satu tangan yang lain itu masih normal”.
.(طب عنه) أي عن واثل المذكور
(HR. Thabrani dalam kitab al-Kabir dari Wail bin Hajar).
كbbري في ذلbbا يجbbارة لمbbون كفbbرة) ليكbbرين مbbتغفر هللا عشbbام من المجلس اسbbان إذا قbb (ك- .٦٧٦٩
المجلس من الزيادة والنقصان
6769.- (Ketika Nabi berdiri dari Majelis, maka Nabi akan membaca Istighfar
[meminta ampunan kepada allah] sebanyak 20 kali) sebagai penghapus dosa dari
apa yang terjadi di Majelis itu, yang berupa tambahnya perbuatan buruk maupun
berkurangnya perbutan baik.
ني عنbb (ابن الس.كbb(فأعلن) باالستغفار أي نطق به جهرا ال سرا ليسمعه القوم فيقتدون به وقد مر ذل
.] بفتح الحاء المهملة والراء وسكون المعجمة بينهما١٥٥ عبد هللا الحضرمي) [ ص
(لبس أحسن ثيابه وأمر عليه أصحابه بذلك) ألن ذلك يرجح في عين العدو ويكتبه فهو يتضمن إعالء
كلمة هللا ونصر دينه وغيظ عدوه
(Maka Nabi akan mengenakan pakaian yang paling bagus dan Nabi juga
memerintahkan petinggi para Sahabat untuk mengenakan pakaian yang paling
bagus) dikarenakan hal ini akan membuat para musuh terlihat rendah dan hina.
Dan hal seperti ini saja tetap memiliki unsur menegakan juga menolong agama
Allah dan membuat kelompok musuh marah-marah.
اظمbbفال يناقض ذلك خبر البذاذة من اإليمان ألن التجمل المنهي عنه ثم ما كان على وجه الفخر والتع
.وليس ما هنا من ذلك القبيل
Hadis ini memang kesannya menghina pihak lain, tapi tidak kontra saat
dikaitkan dengan keimanan. Karena sebenarnya menghias diri itu dilarang
begitupula berhias dengan tujuan sombong dan ingin dibilang mulia, namun
dalam hal ini, Nabi sama sekali tidak ada tujuan seperti itu.
رهbbوزن عظيم آخbbم (بن مكيث) بbbدال تفتح وتضbbم الجيم والbbدب) بضbbه (عن جنbbوي) في معجمbb(البغ
وbbه أخbbل إنbbده وقيbbبة لجbb وقيل هو ابن عبد هللا بن مكيث نس.مثلثة ابن عمر بن جراد مديني له صحبة
.رافع ولهما صحبة
(HR. Baghowi) dalam kitab Mu’jamahnya (dari Jundub) huruf jim-nya
dibaca dhomah dan dal yang bisa dibaca dhomah atau fathah (bin Makits) lafadz
tersebut mengikuti wazan ‘adzimun . Lafadz makits di huruf akhirnya ada huruf
yang dititik tiga. Yakni Makits Ibnu Amr bin Jarad al-Madani itu masih ada
hubungan kerabat.
Dan pendapat lain bahwa Makits itu adalah Ibnu Abdullah bin Makits
yang dinisbatkan kepada Kakeknya. Dan menurut pendapat lain Makits adalah
saudara laki-lakinya Rafi’, mereka berdua masih ada hubungan kerabat.
جد) وفيbbدأ بالمسbb (كان إذا قدم من سفر) زاد البخاري في رواية ضحى بالضم والقصر (ب- .٦٧٧١
رواية لمسلم كان ال يقدم من سفر إال نهارا في الضحى فإذا قدم بدأ بالمسجد
6771.- (Ketika Nabi pulang dari perjalanannya) Imam Bukhari menambahkan
redaksi tambahan berupa dhuha maksudnya Nabi pulang dari perjalanannya tepat
saat waktu dhuha.
كان ال يقدم من سفر إال نهارا في الضحى فإذا قدم بدأ بالمسجد
Artinya: “Nabi tidak pernah pulang dari perjalanannya kecuali saat siang
hari tepat diwaktu dhuha, ketika Nabi pulang pasti Nabi mengunjungi Masjid
terlebih dahulu”.
ةbbتا تحيbbه وليسbا بbbفر تبركbbدوم من السbbك للقbb وذل.(فصلى فيه ركعتين) زاد البخاري قبل أن يجلس اه
المسجد
(Kemudian Nabi sholat sebanyak dua rokaat di Masjid tadi) Imam Bukhari
menambah redaksi: “Qabla ayyajlisa” (sebelum duduk) maksudnya Nabi sholat
sebanyak dua rokaat sebelum Nabi duduk. Kejelasannya ialah pulang dari
perjalanan untuk mendapat berkah atas Masjid yang di kunjunginya. Perlu di catat
dua rokaat yang dilakukan oleh Nabi bukan sholat Tahiyyatul Masjid.
ه ثمbلموا عليbه ليسbد قدومbbاس عنbواستنبط منه ندب االبتداء بالمسجد عند القدوم قبل بيته وجلوسه للن
وbنف أن ذا هbbنيع المصbاهر صbه) ظbأتي أزواجbراء (ثم يbة) الزهbbني بفاطمbbه (ثم يثbه إلى أهلbالتوج
الحديث بتمامه
Dari hadis ini digali lebih dalam bahwa hukumnya sunnah mengawali
mengunjungi Masjid lebih dulu sebelum ke rumah, dan sunnah duduk Bersama
orang-orang saat kedatangannya agar mereka bisa mengucapkan salam, setelah itu
barulah menghadap untuk menemui keluarga.
(Kemudian Nabi akan memuji Sayyidah Fatimah) az-Zahra (lalu Nabi akan
menemui Para Istrinya) secara dzohir hadis ini sudah lengkap secara keseluruhan
dari sudut pandang karya tulis Mushanif kitab ini.
هbbة فتلقتbbتين ثم أتى فاطمbbجد ركعbbلى في المسbbواألمر بخالفه بل بقيته عند مخرجه فقدم من سفر فص
ولقتbbد اخلbbبا قbbعثا نصbb أرك ش: التbbك قbb ما يبكي: على باب القبة فجعلت تلثم فاه وعينيه وتبكي فقال
در والbb " ال تبكي فإن هللا عز وجل بعث أباك بأمر ال يبقى على وجه األرض بيت م: ثيابك فقال لها
.حجر وال وبر والشعر إال أدخل هللا به عزا أو ذال حتى يبلغ حيث بلغ الليل اه
Namun secara realita hadis tadi belum lengkap. Yang lengkap secara
keseluruhan adalah Nabi pulang dari perjalanannya kemudian menuju Masjid
untuk melakukan sholat dua rokaat setelah itu Nabi menemui Sayyidah Fatimah
yang kebetulan Nabi bertemu dengannya di pintu Qubbah kemudian Nabi
langsung mengusap mulut dan kedua matanya dengan kain seketika itu Sayyidah
Fatimah menangis, akhirnya Nabi bersabda: “Apa yang membuatmu menangis?”
Sayyidah Fatimah menjawab: “Aku melihat engkau dalam keadaan letih dan
rambut kusut tidak teratur, sungguh engkau telah memakai pakaian yang rusak”,
kemudian Nabi bersabda: “Janganlah menangis! Karena sesungguhnya Allah
mengutus Ayahmu untuk menunaikan suatu urusan yang dimuka bumi ini sudah
tidak tersisa bongkahan bangunan, bebatuan dan bulu kasar melainkan Allah akan
memasukan kemuliaan atau kehinaan dalam rumah tersebut sampai menginjak
waktu malam tiba”.
فيه يزيد بن سفيان أبو فروة وهو مقارب الحديث مع ضعف: (هب ك عن أبي ثعلبة) قال الهيثمي
والجملة األولى وهي الصالة في المسجد عند القدوم رواه البخاري في الصحيح في نحو عشرين.اه
.موضعا
(HR. Imam Baihaqi dalam kitab Syu’bil Iman dan Hakim dari Abi Tsa’labah)
Imam al-Haithami berkata: “Dalam hadis ini ada Yazid bin Sufyan Abu Furwah ia
adalah orang yang mengqoribkan hadis besertaan ada kelemahan”.
. رجاله ثقات وكان إذا قدم من سفر قبل ابنته فاطمة: وفي رواية للطبراني بسند قال الهيثمي
Dalam riwayat Imam at-Thabrani dengan sanad. Imam al-Haithami
berpendapat yang meriwayatkan hadis ini bisa dipercaya. Ketika Nabi pulang dari
suatu perjalanan maka Nabi akan mencium putrinya yang bernama Fatimah.
ةbbور الحالbb الط: (كان إذا قرأ من الليل رفع) قراءته (طورا وخفض طورا) قال ابن األثير- .٦٧٧٣
فإن ذا الدهر أطوار دهارير األطوار الحاالت المختلفة والنازالت واحدها طور: وأنشد
6773.- (Ketika Nabi membaca al-Qur’an pada malam hari maka Nabi akan
mengeraskan) suara bacaanya (pada suatu kondisi dan mengecilkan suara
bacaanya pada kondisi yang lain) Imam Ibnu Atsir berpendapat maknanya lafadz
at-Taura adalah al-Haalah (kondisi) dan Beliau melantunkan Syair:
يطانbbرات الشbه خطbbاس لمن أمن على نفسbbل للنbbار العمbbأس في إظهbbه ال بbbه أنbb في: رbوقال ابن جري
.والرياء واإلعجاب
Imam Ibnu Jarir berpendapat dalam hadis ini mengindikasikan bahwa tidak
masalah menampakan segala perbuatan kepada orang lain untuk orang yang aman
dari bisikan godaan syaithan, pamer dan agar dikagumi banyak orang lain.
هbb في: انbbال ابن القطbbنه لكن قbbنف لحسbbز المصbbرة) رمbbالة (عن أبي هريbb(ابن نصر) في كتاب الص
زيادة بن نشيط ال يعرف حاله
(Ibnu Nasr) dalam kitab sholat (dari Abu Hurairah) Mushanif membuat
rumus karena hadis ini hasan. Tetapi Imam Ibnu Qathan berkata dalam hadis ini
ada Ziyadah bin Nasyith yang tidak diketahui statusnya.
ور أوbbو قصbbة وهbbد النجعbbثم إن ظاهر صنيع المصنف أنه لم يره مخرجا ألحد من الستة وإال لما أبع
ذريbb ] صالة الليل عن أبي هريرة وسكت عليه هو والمن١٥٦ تقصير فقد خرجه أبو داود في [ ص
فهو صالح
Kemudian dari sudut pandang karya tulis Mushanif tidak ada salah satu dari
enam Imam yang mempopulerkan hadis ini, jika memang ada maka pasti akan
jauh dari sikap kecerobohan. Imam Abu Dawud meriwayatkan hadis ini dalam
bab sholat malam, dari Sahabat Abu Hurairah dan al-Mandzari orangnya salih.
اكمbbورا ورواه الحbورا ويخفض طbbع طbولفظه كانت قراءة رسول هللا صلى هللا عليه وسلم بالليل يرف
.في مستدركه عن أبي هريرة أيضا ولفظه كان إذا قام من الليل رفع صوته طورا وخفض طورا
Redaksi hadisnya Abu Dawud adalah bacaan Nabi saat malam hari
dikeraskan pada suatu kondisi dan dipelankan saat kondisi tertentu. Dan Imam
Hakim meriwayatkan hadis yang serupa dari Abu Hurairah berupa: “Ketika Nabi
bangun dimalam hari untuk melaksanakan ibadah maka pada satu kondisi Nabi
akan mengeraskan suaranya, dan terkadang saat kondisi yang lain suaranya
dipelankan”.
رأ أليسbbال بلى وإذا قbbوتى قbbيي المbb (كان إذا قرأ) قوله تعالى (أليس ذلك بقادر على أن يح- .٦٧٧٤
هللا بأحكم الحاكمين قال بلى) ألنه قول بمنزلة السؤال فيحتاج إلى الجواب
6774.- (Ketika Nabi sesudah membaca ayat: “Alaisa dzalika biqadarin ‘ala
ayyuhyil mauta” maka Nabi akan berkata: “Bala” dan ketika Nabi sudah
membaca ayat: “Alaisallahu biahkamil hakimin” maka Nabi pula akan berkata:
“Bala”) karena ayat tersebut adalah ungkapan yang berposisi sebagaimana
pertanyaan, oleh karena itulah membutuhkan jawaban.
ومن حق الخطاب أن ال يترك المخاطب جوابه فيكون السامع كهيئة الغافل أو كمن ال يسمع إال دعاء
ةbbونداء من الناعق به (صم بكم عمي فهم ال يعقلون) فهذه هبة سنية ومن ثم ندبوا لمن مر بآية رحم
ار أنbbا أو النbbرغب إلى هللا فيهbbأن يbbأن يسأل هللا الرحمة أو عذاب أن يتعوذ من النار أو يذكر الجنة ب
.يستعيذ به منها
Dan bagi orang yang diajak bicara sebaiknya jangan sampai tidak menjawab
pertanyaan, kalau ia tidak menjawab maka dia sama saja seperti orang yang tidak
sadar atau seperti orang yang tidak mendengar ajakan dan panggilan dari orang
yang meneriakinya. Sesuai dengan Firman Allah Swt. berupa:
رهbbحيح وأقbb ص: اكمbbال الحbbنه قbb(ك)في التفسير (هب) كالهما (عن أبي هريرة) رمز المصنف لحس
الذهبي وهو عجيب ففيه يزيد بن عياض وقد أورده الذهبي في المتروكين
(HR. Hakim) dalam kitab Tafsir (dan Imam Baihaqi dalam kitab Syu’bil
Iman) Mushanif membuat rumus karena hadisnya hasan.
Imam Hakim berpendapat hadis ini Sahih dan disetujui oleh Imam Dzihabi.
Dalam hadis ini ada Yazid bin ‘Iyad dan Imam Dzihabi menyertakan Yazid bin
‘Iyad dalam kategori orang-orang atau hadis Matruk.
ع الbbعيف عن أبي اليسbbوفي ضbb ك: ذهبيbb متروك عن إسماعيل بن أمية قال ال: وقال النسائي وغيره
يعرف
Imam an-Nasai berpendapat hadis ini Matruk yang diriwayatkan dari Ismail
bin Umayyah. Imam Dzihabi berpendapat: “Yazid bin ‘Iyad adalah Ulama Kuffah
yang lemah meriwayatkan hadis dari Abi Yasa’ yang tidak diketahui statusnya”.
ة أبيbbيزان في ترجمbbطرب ورواه في المbbناده مضbb إس: تروكينbbعفاء والمbbل الضbوقال الذهبي في ذي
. ال يدرى من هو والسند مضطرب: اليسع وقال
Imam Dzihabi berpendapat dalam kitab Dzailu Ad-Dhuafa dan al-Matrukin:
“Sanad hadis ini Mudtharab yang telah diriwayatkan dalam kitab al-Mizan dalam
kitab terjemahnya milik Abi Yasa’”. Imam Abi Yasa’ berpendapat: “Orang yang
meriwayatkan tidak diketahui statusnya dan sanadnya maka Mudtharab”.
(كان إذا قرأ سبح اسم ربك األعلى) أي سورتها (قال سبحان ربي األعلى) لما سمعته فيما- .٦٧٧٥
ده أوbbد أن يحمbbالى أو تحميbbقبله وأخذ من ذلك أن القارئ أو السامع كلما مر بآية تنزيه أن ينزه هللا تع
تكبير أن يكبره وقس عليه
6775.- (Ketika Nabi sudah selesai membaca ayat: “Sabbihisma rabbikal a’la”)
secara keseluruhan ayatnya (Maka Nabi akan membaca: “Subhana rabbial a’la”)
karena Mushanif telah mendengar hadis ini dari hadis sebelumnya.
Dari hadis ini bisa disimpulkan bahwa ketika pembaca yang selesai membaca
ayat yang menjelaskan mensucikan Allah maka disunnahkan mensucikan Allah
atau ayat yang menjelaskan pujian maka sunnah untuk memuji Allah, atau ayat
yang menjelaskan mengagungkan Allah maka sunnah mengagungkan Allah dan
samakanlah Dengan yang lain.
.ومن ثم كان بعض السلف يتعلق قلبه بأول آية فيقف عندها فيشغله أولها عن ذكر ما بعدها
Oleh karena inilah sebagian dari Ulama Salaf saat mulai membaca satu ayat
hati mereka akan mulai terpaut berhenti tersibukan dalam merenungi kandungan
ayat yang telah ia baca sampai mereka menghiraukan terhadap ayat selanjutnya.
. على شرطهما وأقره الذهبي: (حم د ك) في الصالة (عن ابن عباس) قال الحاكم
(HR. Imam Ahmad dalam kitab musnadnya, Abu Dawud dan Hakim) dalam
bab sholat (dari Ibnu Abbas) Imam Hakim berpendapat hadis ini telah memenuhi
syarat hadisnya Imam Ahmad dan Imam Abu Dawud yang telah disetujui oleh
Imam Dzihabi.
ولbbه يقbbه طعامbbرب إليbb (كان إذا قرب إليه طعام) ليأكل (قال) لفظ رواية النسائي كان إذا ق- .٦٧٧٦
بيت اللهمbbديت واجتbb(بسم هللا فإذا فرغ) من األكل قال (اللهم إنك أطعمت وسقيت وأغنيت وأقنيت وه
.فلك الحمد على ما أعطيت) وقد تقدم شرح ذلك عن قريب فليراجع
6776.- (Ketika Nabi disuguhkan makanan) untuk di makan (maka Nabi akan
berkata) lafadz yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasai adalah:
(Bismillah dan ketika Nabi selesai) dari makan, maka Nabi berkata:
اللهم إنك أطعمت وسقيت وأغنيت وأقنيت وهديت واجتبيت اللهم فلك الحمد على ما أعطيت
لbدثني رجb ح: يرb(حم) من طريق عبد الرحمن بن جبير المصري (عن رجل) من الصحابة قال جب
خدم النبي صلى هللا عليه وسلم ثمان سنين أنه كان إذا قرب إليه طعام يقول ذلك
(HR. Imam Ahmad dalam kitab musnadnya) dari riwayatnya Abdurrahman
bin Jubair al-Mishri (dari seorang laki-laki) yang merupakan seorang Sahabat.
Sahabat Jabir berkata: “Seorang laki-laki yang melayani Nabi Selama delapan
tahun menceritakn kepadaku bahwa ketika Nabi disuguhkan makanan maka Nabi
akan mengatakan demikian”.
ائيbbه النسbد خرجbbول فقbbو ذهbbتة وهbbد الكتب السbbرج في أحbbا لم يخbbوقضية صنيع المؤلف أن هذا مم
ووي فيbbال النbb لكن ق. وسنده صحيح اه: قال ابن حجر في الفتح.باللفظ المزبور عن الرجل المذكور
. إسناده حسن: األذكار
Dari karya tulis Mushanif terkesan bahwa hadis ini tidak pernah diriwayatkan
oleh salah satu enam kitab. Mungkin saja Mushanif lupa menjelaskannya. Oleh
karena itulah hadis ini telas diriwayatkan Imam an-Nasai dengan lafadz yang
tertulis dari lelaki (perowi) yang telah disebutkan.
Imam Ibnu Hajar berpendapat dalam kitab al-Fath sanadnya hadis ini sahih.
Tetapi Imam an-Nawawi berpendapat dalam kitab al-Adzkarnya bahwa sanadnya
hadis ini hasan.
)رفbbل شbbبر على كbb (كان إذا قفل) بالقاف رجع ومنه القافلة (من غزو أو حج أو عمرة يك- .٦٧٧٧
بفتحتين محل عال (من األرض ثالث تكبيرات) تقييده بالثالثة لبيان الواقع ال لالختصاص
6777.- (Ketika Nabi pulang) lafadz qafala menggunakan qaf dengan arti kembali
(dari perang, Haji atau Umrah maka Nabi akan membaca takbir ditempat yang
tinggi) lafadz Syarifin dibaca fathah syin dan ra-nya dengan arti tempat yang
tinggi (dari bumi dengan tiga kali takbiran) adanya pembatasan dengan membaca
tiga kali takbir untuk menjelaskan realitanya saja bukan untuk pengkhususan.
رتكبbbأن مbbفيسن الذكر اآلتي لكل سفر طاعة بل ومباحا بل عداه المحقق أبو زرعة للمحرم محتجا ب
ه منbا ال نمنعbوزع بأنbbيئات ونbb ] الس١٥٧ ذهبن [ صbالحرام أحوج للذكر من غيره ألن الحسنات ي
اإلكثار من الذكر بل النزاع في خصوص هذا بهذه الكيفية
Oleh karena itu sunnah membaca takbir untuk setiap melakukan perjalanan
ta’at dan mubah. Namun Imam Abu Zar’ah mengatakan boleh membaca takbir
juga bisa direalisasikan untuk perjalanan yang diharamkan, dengan mengacu
bahwasannya orang yang melakukan keharaman sangat butuh sekali menyebutkan
kalimat takbir, karena setiap perbuatan baik bisa menghalangi setiap perbuatan
buruk. Sebenarnya aku (Mushanif) tidak melarang untuk memperbanyak
membaca dzikir takbir tapi yang menjadi perdebatan adalah mengkhususkan
membaca takbir dengan tata cara seperti yang telah dijelaskan diatas.
انbات وكbوال والتقلبbد األحbد تجديbذكر عنb وجه التكبير على األماكن العالية هو ندب ال: قال الطيبي
بةbb مناس: راقيbbظ العbbال الحافbb وق.ان اهbbالمصطفى صلى هللا عليه وسلم يراعي ذلك في الزمان والمك
ذكرbbه أن يbbة فينبغي للمتلبس بbbور وغلبbbه ظهbbوب للنفس وفيbbتعالء محبbbالتكبير على المرتفع أن االس
عنده أن هللا أكبر من كل شئ ويشكر له ذلك ويستمطر منه المزيد
Imam at-Thibi berpendapat: “Melakukan pembacaan takbir ditempat yang
tinggi hukumnya sunnah ketika disaat ia menghadapi suatu kondisi baru atau
adanya perubahan kondisi yang ia alami. Dan Nabi selalu membaca takbir pada
setiap waktu dan keadaan”. Menurut Imam Hafidz al-Iraqi: “Keserasian membaca
takbir ditempat yang tinggi, pasti akan membuat hati merasa nyaman bahkan
membaca takbir di tempat tinggi membuat suara tampak lebih jelas, oleh karena
itu bagi orang yang membaca takbir hendaknya untuk menyebutkan bahwa
sesungguhnya Allah adalah dzat yang paling agung dari sesuatu apapun,
bersyukur kepada Allah dan hendaknya selalu optimis sampai menambahkan
jumlah bacaan takbir”.
(ثم يقول ال إله إال هللا) بالرفع على الخبرية لئال أو على البدلية من الضمير المستتر في الخبر المقدر
ده (الbbو وحbbرد إال هbbأو من اسم ال باعتبار محله قبل دخولها (وحده) نصب على الحال أي ال إله منف
هbbاني فلقولbbا الثbbول وأمbbشريك له) عقال ونقال وأما األول فألن وجود إلهين محال كما تقرر في األص
] فصلت، ١٠٨ : االنبياء، ١١٠ : تعالى (وإلهكم إله واحد) [ الكهف
(Kemudian Nabi mengucapkan kalimat lailaaha illallah) lafadz Allah
terbaca rafa’ karena kalam khobarnya lafadz “Illa”, atau menjadi badal dari
dhomir mustatir yang ada pada Khobar yang dikira-kirakan, atau dari isimnya
(Maha Esa Allah) lafadz wahdahu terbaca nasab karena menjadi hal.
Pengkira-kiraanya adalah:
ال إله منفرد إال هو وحده
(Tiada sekutu bagi-Nya) baik dari dalil secara aqli dan naqli, untuk dalil
aqlinya adalah sesungguhnya ada dua Tuhan itu tidak mungkin seperti penjelasan
dalam ushul, dan untuk dalil naqlinya adalah Firmannya Allah yang terdapat pada
surat al-Kahfi ayat 110 , al-Anbiya ayat 108 dan Fushilat berupa:
] فصلت، ١٠٨ : االنبياء،١١٠ : وإلهكم إله واحد [ الكهف
)كbbوذلك يقتضي أن ال شريك له وهو تأكيد لقوله وحده ألن المتصف بالوحدانية ال شريك له (له المل
يي ويميتbbة يحbbبضم الميم السلطان والقدرة وأصناف المخلوقات (وله الحمد) زاد الطبراني في رواي
وهو حي ال يموت بيده الخير
Penjelasan demikian menuntut bahwa Allah tidak memiliki sekutu dan
mempertegas ucapan wahdahu karena suatu Dzat yang bersifat Esa pasti tidak
memiliki sekutu. (Dan Allah memiliki kerajaan) lafadz lahul mulku dibaca
دbbوم عيbbع يbb (كان إذا كان يوم عيد) بالرفع فاعل كان وهي تامة تكتفي بمرفوعها أي إذا وق- .٦٧٧٩
(خالف الطريق) أي رجع في غير طريق الذهاب إلى المصلى
6779.- (Ketika Hari Raya tiba) lafadz yaumu ied terbaca rafa’ karena menjadi
fi’ilnya kana dan kana disini adalah yang cukup dengan lafadz yang terbaca rafa’.
Maksudnya ketika Hari Raya tiba (maka Nabi akan mencari jalan yang berbeda)
maksudnya Nabi pulang melewati jalan yang berbeda dari keberangkatannya ke
musholla.
] ١٥٨ ل من [ صbbذهاب أفضbbرهما ألن الbbع في أقصbbر ويرجbbيرا لألجbbا تكثbbذهب في أطولهمbbفي
بركbbروره أو للتbbل مbbالرجوع لتشهد له الطريقان أو سكانهما من إنس وجن أو ليسوي بينهما في فض
ار أوbbظ بهم الكفbbا أو ليغيbbبه أو لشم ريحه أو ليستفتى فيهما أو إلظهار الشعار فيهما أو لذكر هللا فيهم
يرهبهم بكثرة أتباعه أو حذرا من كيدهم
Oleh karena itu Nabi berangkat ke musholla melewati jalan yang sangat
jauh dengan tujuan untuk memperbanyak pahala dan pulang melalui jalan yang
lebih dekat. Karena berangkat lebih utama dari pada pulang, karena kedua jalan
yang ditempuh supaya dapat menyaksikan Nabi, atau agar manusia maupun jin
ikut menyaksikan, atau agar diantara dua jalan yang jauh dengan dipukul sama
rata dalam keutamaan yang dilewati, atau untuk memperoleh barokah, atau
mencium baunya, atau agar seseorang bisa mencari fatwa, atau untuk
menyebarkan syi’ar agama, atau untuk berdzikir kepada Allah, atau untuk
membuat marah-marah orang kafir, atau untuk menghindari fitnah dari orang
kafir.
هbأو ليعم أهلهما بالسرور برؤيته أو ليقضي حوائجهم أو ليتصدق أو يسلم عليهم أو ليزور قبور أقارب
رق أوbbف في الطbbة تقbbأو ليصل رحمه أو تفاؤال بتغير الحال للمغفرة أو تخفيفا للزحام أو ألن المالئك
حذرا من العين أو لجميع ذلك أو لغير ذلك والفضل المتقدم كما صححه في المجموع
agar jalan yang dilewati Nabi bisa membuat penghuni disana merasa
senang, atau agar Nabi bisa menunaikan kebutuhan mereka, atau untuk
bersedekah, untuk memberikan ucapan salam, untuk berziarah ke makam para
kerabatnya, untuk menyambung tali silaturahmi, untuk mengambil ketularan
(barokah) dengan berubahnya suatu kondisi yang dapat memperoleh ampunan,
untuk menghindari desakan/kerumunan orang banyak, atau karena para Malaikat
berdiri/menunggu dibeberapa jalan, atau untuk menghindari penyakit lain, atau
tujuannya dialasi terhadap keseluruhan di atas, atau bisa jadi tujuannya selain dari
keseluruhan di atas. Seperti keterangan dalam kitab majmu’ yang sudah ditashih.
ة انتهى وفيbbاوى فارغbbا دعbbذكورات أكثرهbbذه المbb ه: الكيbbاب المbbد الوهbbي عبbbال القاضbbلكن ق
رسbbق المعbbدخل من طريbbالصحيحين عن ابن عمر أنه كان يخرج في العيدين من طريق الشجرة وي
.وإذا دخل مكة دخل من الثنية العليا ويخرج من الثنية السفلى
Imam al-Qadhi Abdul Wahab al-Makki berkata: “Keterangan yang baru
saja disebutkan kebanyakan adalah tuduhan kosong”. Dalam kitab sahih dari
Sahabat Ibnu Umar bahwa sesungguhnya Nabi keluar untuk melaksanakan Hari
Raya dari jalan yang bernama as-Syajarah dan Nabi masuk lewat jalan yang
bernama al-Mi’ros, ketika Nabi memasuki kota Makkah maka Nabi masuk
melalui jalan Tsaniyatul ‘ulya dan pergi lewat Tsaniyatus sufli.
.(خ) في صالة العيد (عن جابر) ورواه الترمذي عن أبي هريرة
(HR. Imam al-Bukhari) dalam bab sholat Hari Raya (dari Jabir) dan Imam at-
Tirmidzi meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah.
(كان إذا كان مقيما اعتكف العشر األواخر من رمضان وإذا سافر اعتكف من العام المقبل- . ٦٧٨٠
يbام الماضbه من العbا فاتbا عمbرا عوضbان عشbير من رمضbط واألخbرين األوسbرين) أي العشbعش
.وعشرا لذلك العام وفيه أن فائت االعتكاف يقضى أي شرع قضاؤه
6780.- (Ketika Nabi bermukim maka Nabi akan melaksanakan I’tikaf di hari ke-
10 dari akhir bulan Ramadhan dan ketika Nabi berpergian maka Nabi I’tikaf di
tahun depan selama 20 hari) maksudnya tengah-tengah dan akhir dari bulan
Ramadhan (mulai dari tanggal 10 sampai 30 Ramadhan) dengan rincian 10 yang
pertama sebagai ganti I’tikaf dari tahun kemarin dan 10 hari kemudian untuk
tahun itu. Dalam hadis ini menjelaskan disyariatkannya untuk mengqodhoi I’tikaf
yang pernah ia tinggalkan.
.(حم عن أنس) بن مالك رمز لحسنه
(HR. Imam Ahmad dalam kitab musnadnya dari Sahabat Anas) bin Malik,
Mushanif membuat rumus karena hadisnya hasan.
(كان إذا كان في وتر من صالة لم ينهض) إلى القيام عن السجدة الثانية (حتى يستوي- .٦٧٨١
.قاعدا) أفاد ندب جلسة االستراحة وهي قعدة خفيفة بعد سجدته الثانية في كل ركعة يقوم عنها
6781.- (Ketika Nabi melakukan sholat witir maka Nabi tidak langsung bangun)
sampai Beliau berdiri dari sujud yang kedua (sehingga Beliau duduk terlebih
dahulu) maksudnya disunnahkan untuk duduk istirahat terlebih dahulu, duduk
istirahat adalah duduk sebentar setelah sujud yang kedua ketika hendak berdiri
pada setiap rokaat.
.)(د ت عن مالك بن الحويرث
(HR. Abu Dawud dan Imam at-Tirmidzi dari Malik bin al-Huwairis).
الbروب يقbرتقب الغbال يbb (كان إذا كان صائما أمر رجال فأوفى) أي أشرف (على شئ) ع- .٦٧٨٢
ر رجالbbبراني أمbbة الطbbظ روايbbر) لفbbمس أفطbbأوفى على الشئ أشرف عليه (فإذا قال) قد (غابت الش
.يقوم على نشز من األرض فإذا قال قد وجبت الشمس أفطر
6782.- (Ketika Nabi sedang melaksanakan puasa maka Nabi akan memberi
perintah kepada seorang laki-laki lalu ia menuruti perkataan Nabi) maksudnya
adalah perintah untuk mengamati terbenamnya matahari, diucapakan:
أوفى على الشئ أشرف عليه
“Menuruti sesuatu yang akan dimuliakan”
(Ketika laki-laki tersebut berkata ) sesungguhnya (matahari sudah
terbenam maka Nabi akan berbuka puasa) redaksi yang diriwayatkan Imam
Tirmidzi adalah: “Nabi memerintahkan laki-laki yang berada di tempat tinggi
untuk mengamati matahari terbenam, ketika laki-laki tersebut sudah mengatakan:
“Matahari sudah benar-benar terbenam” maka Nabi akan berbuka puasa.
: اكمbbال الحbbدرداء) قbbوم (عن أبي الbbاعدي (طب) في الصbbعد) السbbهل بن سbb(ك) في الصوم (عن س
. فيه عند الطبراني الواقدي وهو ضعيف: على شرطهما وأقره الذهبي وقال الهيثمي
(HR. Imam Hakim) dalam bab puasa (dari Sahabat Sahal bin Saad) as-
Sa’adi (dan Imam at-Thabrani pada kitab al-Kabir) dalam bab puasa (dari Sahabat
Abi Darda) Imam Hakim berkata: “Hadis ini telah memenuhi syaratnya Imam
Bukhari dan Muslim”, dan Imam Dzihabi setuju dengannya. Imam al-Haithami
berkata menurut Imam at-Thabrani dalam hadis ini ada yang periwayat lain yaitu
al-Waqadi dan hadisnya lemah.
دكbbدك) أي وبحمbbا (وبحمbbة ربنbbبحانك) زاد في روايbb (كان إذا كان راكعا أو ساجدا قال س- .٦٧٨٣
.سبحتك (أستغفرك وأتوب إليك) ورد تكريرها ثالثا أو أكثر
6783.- (Ketika Nabi sedang melakukan rukun rukuk atau sujud maka Nabi akan
mengucapkan:
سبحانك ربنا وبحمدك أستغفرك وأتوب إليك
Pengulangan membaca kalimat tersebut bisa sampai tiga kali atau lebih.
.(طب عن ابن مسعود) رمز المصنف لحسنه
(HR. Imam at-Thabrani dari Sahabat Ibnu Mas’ud) Mushanif membuat rumus
karena hadisnya hasan.
دbاس) بعb (كان إذا كان قبل التروية بيوم) وهو سابع الحجة ويوم التروية الثامن (خطب الن- .٦٧٨٤
اbbصالة الظهر أو الجمعة خطبة فردة عند باب الكعبة (فأخبرهم بمناسكهم) الواجبة وغيرها وبترتيبه
فيندب ذلك لإلمام أو نائبه في الحج ويسن أن يقول إن كان عالما هل من سائل ؟
6784.- (Ketka Nabi berada di hari sebelum Hari Tarwiyah dengan selisih satu
hari) yaitu tanggal 7 Dzulhijjah, sedangkan Hari Tarwiyah ada ditanggal 8
Dzulhijjah (maka Nabi akan melakukan khutbah yang akan disampaikan pada
orang-orang) setelah melakukan sholat dzuhur atau sholat Jum’at, pelaksanaan
khutbah dilakukan di dekat pintu Ka’bah.
(Kemudian Nabi memberitahu mereka tentang suatu ibadah) baik yang
wajib atau tidak dan caranya mengurutkan ibadah, oleh karena itu bagi Imam atau
penggantinya hukumnya sunnah melakukan khutbah dalam melaksanakan ibadah
haji, dan disunnahkan pula mengucapkan:
إن كان عالما هل من سائل
حيحbbو صbbى وهbbدي عن موسbbرة الزبيbb تفرد به أبو ق: (ك هق عن ابن عمر) بن الخطاب قال الحاكم
.وأقره الذهبي
(HR. Hakim dan Imam Baihaqi dalam kitab as-Sunnan dari Sahabat Ibnu
Umar) bin Khathab, Imam Hakim berkata: “Abu Quratuz Zabidi sendirian
meriwayatkan hadis dari Musa dan ini pendapat yang sahih dan telah disetujui
oleh Imam Dzihabi”.
(كان إذا كبر للصالة) أي لإلحرام بها (نشر أصابعه) أي بسطها وفرقها مستقبال بها القبلة- .٦٧٨٥
دبbbدم نbbهم إلى عbbطا وذهب بعضbbا وسbb يسن تفريقها تفريق: إلى فروع أذنيه وبهذا أخذ الشافعي فقال
.التفريق وزعم أن معنى الحديث أنه كان يمد أصابعه وال يطويها فيكون بمعنى خبر رفع يديه مدا
6785.- (Ketika Nabi takbiratul ihram untuk melaksanakan sholat) maksudnya
takbiratul ihram untuk melaksanakan sholat (maka Nabi akan membentangkan
jarinya) maksudnya membentangkan seraya menghadap kearah kiblat, dan
membentangkannya sampai kedua telinga.
Imam as-Syafi’i menjadikan hadis ini sebagai landasan kemudian Beliau
berkata: “Hukumnya sunnah merenggangkan jari-jari dengan cara merenggangkan
jari-jari yang tidak sampai berlebihan”. Sebagian para Ulama menyangka bahwa
makna hadis ini, bahwa Nabi merenggangkan jari Beliau dan tidak melipatnya,
oleh karena itu hadis yang menggunkan redaksi rafa’a yadaihi maknanya adalah
merenggangkan.
عيفbb ولم ينقل عنه أنه قال شيئا قبل التكبير وال تلفظ بالنية قط في خبر صحيح وال ض: قال ابن القيم
.وال استحبه أحد من صحبه اه
Imam Ibnu Qayim berkata sesungguhnya tidak ada yang mengutip bahwa
Nabi tidak pernah berkata apapun sebelum takbir dan Nabi tidak pernah
melafadzkan niat sama sekali baik dalam hadis yang sahih atau dha’if dan sama
sekali tidak ada salah satu dari para Sahabat yang menganggap hal tersebut
sunnah.
تغيث) فيbbك أسbbوم برحمتbbا قيbb (كان إذا كربه أمر) أي شق عليه وأهمه شأنه (قال يا حي ي- .٦٧٨٦
الbفات الكمbتأثير هذا الدعاء في دفع هذا الهم والغم مناسبة بديعة فإن صفة الحياة متضمنة لجميع ص
مستلزمة لها وصفة القيمومية متضمنة لجميع صفات األفعال
6786.- (Ketika Nabi mendapat sebuah kesulitan) maksudnya ada sesuatu yang
menyebabkan dan membuat Nabi sedih (maka Nabi akan berkata: “Ya hayyu ya
qayyum birahmatika astaghis”) do’a ini bisa menghindarkan seseorang dari
kesulitan dan kesedihan, karena do’a ini memiliki keserasian yang indah, oleh
karena itu sifat hayat mencangkup semua sifat kesempurnaan yang melekat
padanya, dan sifat qayyum mencangkup semua sifat perbuatan.
مانيةbام الجسbع اآلالم واألجسbاد جميbة تضbاة التامbوم والحيbولهذا قيل إن اسمه األعظم هو الحي القي
الbbر باألفعbاة يضbbان الحيbbة لم يلحقهم هم وال غم ونقصbbل الجنbbاة أهbbا كملت حيbbذا لمbbوالروحانية وله
وينافي القيمومية فكمال القيمومية بكمال الحياة
Oleh karena inilah diucapkan: “Sesungguhnya nama Allah yang paling
agung adalah hayyu dan qayyum, sifat hayat yang sempurna berlawanan dengan
semua penyakit dan anggota jasmani dan ruhani”. Dan oleh karena ini jugalah
kehidupan penghuni surga tidak ada kaitannya dengan kesusahan dan kesedihan,
dan sifat kehidupan bisa berkurang dengan sebab perbuatan, oleh karena itulah
kesempurnaan sifat qayyum bisa menjadi sempurna dengan sebab sempurnanya
sifat hayat.
لbbفالحي المطلق التام الحياة ال يفوته صفة كمال البتة والقيوم ال يتعذر عليه فعل ممكن البتة فالتوص
م الحيbbتبان أن السbbال فاسbbير األفعbbاة وتغbbاد الحيbbا يضbbة مbbأثير في إزالbbبصفة الحياة والقيمومية له ت
.القيوم تأثيرا خاصا في كشف الكرب وإجابة الرب
Sifat kehidupan merupakan kesempurnaan yang mutlak. Tidak ada sifat
sempurna yang bisa mengunggulinya. Dan dengan adanya sifat qayyum tidak ada
pekerjaan yang tak mungkin dilakukan. Sifat hayat dan qayyum dijadikan sebagai
perantara untuk menghilangkan sesuatu yang berlawanan dengan kehidupan dan
perubahan dari suatu perbuatan, oleh karena itulah sudah sangat jelas bahwa sifat
hayyu dan qayyum mempunyai khasiat khusus untuk menghilangkan kesulitan dan
menjadikan sebab terkabulnya suatu do’a.
رويbbره الهbbنى من القميص ذكbbد اليمbbرج اليbbه) أي أخbbدأ بميامنbbا بbbان إذا لبس قميصbb (ك- .٦٧٨٨
. قوله بميامنه أي بجانب يمين القميص: كالبيضاوي وقال الطيبي
6788.- (Ketika Nabi mengenakan jubah maka Nabi akan memulainya dengan
tangan kanan) menurut Imam al-Harawi seperti halnya Imam al-Baidhowi. Imam
at-Thibi berkata redaksi yang berupa lafadz bimayaa minihi yang dimaksud
adalah arah kanan baju jubah.
دبbbة اليمين فينbا جهbا هنbراد بهbbراحم والمbة ومbة كمرحمbع ميمنb الميامن جمي: وقال الزين العراقي
يئا منbbان إذا لبس شbbر كbbبر أبي داود عن ابن عمbbنزع لخbbر في الbbدب التياسbbالتيامن في اللبس كما ين
ه وإذاbbدأ بيمينbbل بbbدى أو ترجbbالثياب بدأ باأليمن فإذا نزع بدأ باأليسر وله من حديث أنس كان إذا ارت
. وسندهما ضعيف: خلع بدأ بيساره قال الزين العراقي
Imam Zainul al-Iraqi berpendapat: “Lafadz mayaamin adalah bentuk
jamak dari isim mufrad maimanatun seperti lafadz marhamatun yang jamaknya
adalah maraahimu yang dimaksud mayamin adalah arah kanan”, oleh karena itu
sunnah hukumnya mendahulukan anggota kanan dalam memakai pakaian sama
halnya sunnah mendahulukan anggota kiri dalam melepas pakaian, karena
berdasarkan hadis Abu Dawud dari Ibnu Umar berupa: “Ketika Nabi memakai
pakaian maka Nabi akan mendahulukan anggota kanan namun saat Nabi
melepasnya maka Nabi akan mendahulukan anggota kiri”. Dan ada hadis Abu
dawud dari Anas yang berbunyi: “Ketika Nabi memakai selendang atau menyisir
rambut maka Nabi akan mendahulukan anggota kanan namun saat Nabi
melepaskan maka Nabi akan mendahulukan anggota sebelah kiri”. Imam Zainul
al-Iraqi berpendapat sanad kedua hadis barusan lemah.
)ذاbbي هbb لم أر للقميص ذكرا صحيحا إال في آية (اذهبوا بقميص: قال ابن العربي في السراج: تنبيه
ننbbا في السbbاديث أكثرهbbدة أحbbابت في عbbه ثbbر بأنbbة ابن أبي ورده ابن حجbb ] وقص٩٣ : فbb[ يوس
.والشمائل
Peringatan: Imam Ibnu Arabi berpendapat dalam kitab as-Siroj aku tidak
pernah melihat baju jubah yang sangat indah pada seorang laki-laki kecuali dalam
ayat:
] ٩٣ : اذهبوا بقميصي هذا [ يوسف
Artinya: “Pergilah kalian dengan membawa jubah ini” (QS. Yusuf : 93)
Sebuah kisah yang diceritakan oleh Imam Ibnu Ubai juga dilampirkan oleh
Imam Ibnu Hajar yang mana kisahnya sudah banyak dilampirkan dalam hadis dan
kebanyakan adalah dalam kitab as-Sunnan dan Syamail.
ائي فيbb رجاله رجال الصحيح ورواه عنه أيضا النس: (ت) في اللباس (عن أبي هريرة) قال العراقي
.الزينة فما أوهمه تصرف المصنف من أن الترمذي تفرد به عن الستة غير جيد
(HR. Imam at-Tirmidzi) dalam bab berpakain (dari Abu Hurairah) Imam al-
Iraqi berpendapat: “Riwayat hadis ini sahih dan Imam an-Nasai meriwayatkan
juga dalam bab perhiasan, ada sesuatu yang membuat mushonnnif janggal adalah
bahwasannya Imam at-Tirmidzi sendirian meriwayatkan hadis dari enam Imam
lainnya, perasangka Mushanif yang seperti ini tidak baik”.
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Munawi, Muhammad Abdur Rouf, Faidhul Qodir, Dar al-Khotob al-
Ilmiyah, Beirut – Lebanon, cetakan 2001 M./1422 H.
2. Ahmad Warson bin Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab-Indonesia,
Cetakan ke-14 Tahun 1997 M.
3. H. Taufikul hakim, At Taufiq Kamus Arab-Indonesia, cetakan 2004