1360 3064 1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI KOMUTER BOGOR, DEPOK, TANGGERANG,

BEKASI (BODETABEK)

MODE CHOICE OF TRANSPORT BY THE COMMUTER OF BOGOR, DEPOK, TANGERANG,


BEKASI (BODETABEK)
Herawati
Sekretariat Badan Litbang Perhubungan, Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta
whera_89@yahoo.com
Submited: 15 Oktober 2014, Revised: 22 Oktober 2014, Accepted: 17 November 2014

ABSTRACT
The congestion in Jakarta City is getting worse by the additional trips commuting from the surrounding buffer
zonessuch as Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi. Various policies have been implemented to address these problems,
but there has been no significant change in reducing the congestion. For this, an initial review toward the mode of
transport by the commuter of Bodetabek is needed to provide recommendation for the infrastructure improvement in
Jabodetabek. The analysis used in this study is a quantitative analysis. The survey was conducted in the region of
Bodetabek and the respondents are commuters who has daily trip to Jakarta. The collected data are origin-
destination trip, and the mode choice of transport. The result showed that approximately 40% of the population or 2.7
million commuters from the buffer zones to Jakarta. Mode choice of transports are categorized into private transport
and public transport. Private transport users was87.83% consist of 55.29% motorcycle and 32.54% for private car.
While users of public transport was about 12:17%. The use of public transport is often combined with other public
transport and private vehicles. For this the intermodal transport users was about 4.69% and 3:33% for intramoda
and for both of public transport and private transport users was 3.98%.
Keywords: mode choice of transport, commuter of Bodetabek

ABSTRAK
Kemacetan Kota Jakarta diperparah dengan adanya tambahan perjalanan komuter dari wilayah penyangga
disekitarnya seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Berbagai kebijakan telah diterapkan dalam mengatasi
permasalahan tersebut namun belum terdapat perubahan yang signifikan dalam mengurangi kemacetan. Untuk itu,
perlu dilakukan penelitian awal terhadap pemilihan moda yang digunakan oleh para komuter Bodetabek untuk
memberikan masukan terhadap penyiapan sarana dan prasarana yang perlu disiapkan di wilayah Jabodetabek.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Lokasi survei dilakukan di wilayah
Bodetabek dengan responden yang melakukan perjalanan harian ke DKI Jakarta. Data yang dikumpulkan berupa
data asal dan tujuan perjalanan, dan moda yang digunakan dalam rangkaian perjalanan. Hasil analisis diperoleh
bahwa sekitar 40% penduduk atau 2.7 juta komuter berasal dari kota penyangga dengan tujuan perjalanan ke DKI
Jakarta. Pemilihan moda dikelompokkan menjadi angkutan pribadi dan angkutan umum. Pengguna angkutan pribadi
sebanyak 87.83% terdiri 55.29% pengguna sepeda motor dan 32.54% pengguna mobil pribadi. Sedangkan pengguna
angkutan umum sebanyak 12.17%. Penggunaan angkutan umum tersebut sering dipadukan dengan angkutan umum
lainnya dan kendaraan pribadi. Untuk itu dikelompokkan perpaduan antarmoda sebanyak 4.69% dan perpaduan
intramoda sebanyak 3.33%, dan perpaduan antara angkutan umum dan angkutan pribadi adalah 3.98%.
Kata kunci: pemilihan moda, Bodetabek dan komuter

PENDAHULUAN
Pertumbuhan Kota Jakarta diikut oleh pertumbuhan Pengembangan tersebut dilakukan dengan
kota penyangga disekitarnya seperti Bekasi, Bogor, mengoptimalkan angkutan umum massal baik
dan Tangerang. Berdasarkan data dari JATRAPIS berbasis kereta maupun berbasis jalan. Berangkat
(2012) pola perjalanan harian di wilayah Jakarta, dari permasalahan transportasi Jabodetabek yang
Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi (Jabodetabek) merupakan benang kusut tersebut, maka perlu diurai
dengan menggunakan semua moda tercatat penyebab permasalahan dan mencari solusi terbaik.
sebanyak 2.521.000 perjalanan dari Bekasi menuju Untuk itu, ada beberapa pertanyaan permasalahan
Jakarta dan 2.246.000 perjalanan dari Bogor menuju dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Jakarta. Jumlah perjalanan tersebut akan terus 1. Asal dan tujuan perjalanan masyarakat yang
mengalami peningkatan apabila tidak ada antisipasi tinggal di kota-kota penyangga Jakarta seperti
perencanaan transportasi Jabodetabek secara matang. Depok, Bogor, Tangerang dan Bekasi dan
moda yang digunakan?
Tingginya jumlah commuter setiap harinya di 2. Berapa jumlah komuter Bodetabek ke Jakarta?
wilayah Jabodetabek memerlukan pengembangan 3. Bagaimana komposisi pemilihan moda para
jaringan transportasi yang terintegrasi dengan baik. komuter Bodetabek?

Pemilihan Moda Transportasi Komuter Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi (Bodetabek), Herawati 179
TINJAUAN PUSTAKA komuter ke Kota Manhattan dengan studi
kasus trend lokasi pemukiman untuk pekerja di
A. Studi Terdahulu
Manhattan dari tahun 2002 hingga tahun 2009.
Yulianti. A. R (2013) melakukan penelitian Hasil analisis terhadap karakteristik
tentang konsep integrasi moda transportasi transportasi yang digunakan oleh para komuter
publik di Kota Surabaya berdasarkan tergantung pada akses transportasi yang dapat
preferensi masyarakat. Salah satu hasil analisis menjangkau tempat kerja pada komuter. 3 dari
untuk mengidentifikasi keterintegrasian 4 para komuter menggunakan transportasi
transportasi tersebut adalah karakteristik massal dan 1/4 dari seluruh komuter
perjalanan masyarakat di Kota Surabaya. menggunakan subway yang dapat mengangkut
Karakteristik perjalananan masyarakat 5 juta komuter per hati. Secara umum,
dikategorikan atas keterintegrasian antara pengguna transportasi massal sekitar 75% dan
pengguna kendaraan pribadi dan angkutan 15% masih menggunakan angkutan umum
umum atau dikenal dengan istilah on-trip dan untuk berangkat kerja.
pengguna angkutan umum berbasis kereta dan
B. Pemilihan Moda Transportasi
pengguna angkutan umum berbasis jalan.
pengguna bus dan pengguna kereta api atau 1. Tipe Perjalanan
dikenal dengan istilah interchange.
Menurut Mathew.T.V dan Rao Krishna.
Karakteristik perjalanan dari rumah ke tempat
K.V menguraikan tujuan perjalanan
kerja adalah 75,25% on trip dan 13,33%
yang terdiri dari perjalanan untuk kerja,
interchange. Sedangkan untuk karakteristik
perjalanan untuk pendidikan, perjalanan
perjalanan penduduk Kota Surabaya dari
untuk belanja dan perjalanan untuk
tempat kerja ke rumah adalah 9,72% on trip
rekreasi. Beberapa tujuan perjalanan
dan 1,90% interchange.
tersebut diklasifikasikan dalam tiga tipe
Mitchel L.M, Carson.Y.Qing, & Kaufman S, karakteristik perjalanan antara lain:
(2012), dalam penelitiannya terhadap para
a. Home Based Trips
attraction
production

Home Work
production attraction
Home based
Gambar 1. Home Based Trip trips

b. Non-home based trips


attraction
production
Shop,
Home education,
recreation,
production attraction work, others Non-home
based trips
Gambar 1. Non-Home Based Trip
Karakteristik perjalanan masyarakat 2. Faktor yang mempengaruhi pemilihan
tergantung pada variabel sosioekonomi moda transportasi
yang biasa didefinisikan dari survei
Menurut Takano.S dan Gebeyehu M
perjalanan dengan tujuan perjalanan
(2007) menyatakan bahwa faktor yang
yang berbeda. Gonxales S (1996)
mempengaruhi pemilihan jenis transportasi
mengklasifikasikan karakteristik
umum tergantung dari pelayanan dan
perjalanan menjadi 4 tipe yaitu:
kondisi fisik dari bus itu sendiri. Selain
a. Non home based trips itu, tarif dan frekuensi bus kadang
b. Home based work trips menjadi faktor kenapa masyarakat
c. Home based non work trips mengggunakan jenis transportasi umum
d. Truck taxi trips tersebut.

180 Jurnal Transportasi Darat, Vol. 16, Nomor 4, Desember 2014


Menurut Golob et al, dalam Enoch F.S Jabodetabek terdiri dari 17 trayek jaringan bus
et al (2014) bahwa waktu perjalanan utama, 10 trayek jaringan bus pengumpan, 9
menjadi salah satu faktor yang paling lokasi park and ride, 17 lokasi fasilitas
penting dalam pemilihan moda transportasi. integrasi dan fasilitas pesepeda dan pejalan
Waktu perjalanan meliputi beberapa kaki.
rangkaian pemilihan transportasi dalam
satu rangkaian perjalanan. Tiga komponen METODOLOGI PENELITIAN
waktu perjalanan merupakan penjumlahan
dari waktu berjalan untuk mendapatkan Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
angkutan umum, waktu tunggu, waktu ini adalah metode kuantitatif dan metode kualitatif.
selama di perjalanan. Setiap komponen Metode kuantitatif untuk menghitung persentase
memiliki nilai yang berbeda untuk dari setiap karakteritik responden, modal split,
pengguna transportasi. Pada umumnya persentase karakteristik pergerakan masyarakat di
pengguna angkutan umum akan menhitung Bodetabek.
waktu perjalanan mulai dari rumah ke Lokasi survei meliputi wilayah penyangga Jakarta
tujuan, waktu tunggu pada halte dan seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Ke-
waktu berpindah moda. empat wilayah tersebut telah menyumbangkan
Faktor yang mempengaruhi pemilihan kemacetan yang ada di Jakarta karena hampir lebih
moda dapat dikelompokkan menjadi dari 30% penduduk di wilayah Bodetabek memiliki
ciri pengguna jalan, ciri pergerakan, ciri pekerjaan di Jakarta.
fasilitas moda transportasi dan ciri kota
atau zona. Ciri pengguna jalan terdiri HASIL DAN PEMBAHASAN
dari pemilikan kendaraan yang berarti
A. Asal Tujuan Perjalanan
semakin tinggi pemilik kendaraan
pribadi semakin kecil pula ketergantungan Daerah tujuan perjalanan menunjukkan
pada angkutan umum, struktur rumah besarnya pergerakan internal dan eksternal.
tangga (pasangan muda, keluarga dengan Pergerakan internal adalah pergerakan yang
anak, pensiunan, bujang, dan lain-lain), terjadi didalam wilayah asal perjalanan itu
pendapatan yang berarti semakin tinggi sendiri yang ditetapkan dengan definisi zoning.
pendapatan semakin besar peluang Penentuan zoning terdiri dari beberapa cara,
menggunakan kendaraan pribadi serta yaitu wilayah administrasi, tata guna lahan dan
faktor lainnya yang mengharuskan kepadatan penduduk. Pada penelitian ini,
kendaraan pribadi ke tempat bekerja penetapan zona daerah asal dan tujuan
atau keperluan mengantar anak sekolah. perjalanan ditentukan berdasarkan wilayah
Ciri pergerakan terdiri dari tujuan administasi (kota). Persentase perjalanan
pergerakan, waktu terjadi pergerakan
internal memiliki proporsi yang sama atau
dan jarak perjalanan. Ciri fasilitas moda
kurang dari perjalanan eksternal. Perjalanan
transportasi terdiri dari kuantitatif
eksternal yang persentasenya lebih banyak
seperti waktu tempuh, tarif, ketersediaan
dibandingkan perjalanan ekternal adalah Kota
ruang dan parkir dan kualitatif seperti
kenyamanan, keamanan dan kehandalan. Bogor dan Kota Bekasi yang masing-masing
Terakhir adalah ciri kota atau zona yang sebesar 59% dan 50%. Sedangkan perjalanan
terdiri dari pusat kota dan kepadatan internal yang persentasenya kurang dari
penduduk, (Brian C, 2007). perjalanan eksternal terjadi di Kota Depok dan
Kota Tangerang yang masing-masing adalah
C. Transportasi Jabodetabek 37% dan 36%.
PM.54 Tahun 2013 tentang Rencana Umum Perjalanan eksternal adalah perjalanan yang
Jaringan Angkutan Massal pada Kawasan dilakukan diluar zona asal. Dari beberapa asal
Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang perjalanan di wilayah Bodetabek, Jakarta
dan Bekasi (JABODETABEK) disusun untuk merupakan kota tujuan terbesar yaitu 32% dari
meningkatkan pelayanan dan penyedia jasa Bogor, 47% dari Depok, 47% dari Tangerang
angkutan umum yang cepat, aman, terpadu, dan 40% dari Bekasi. Jumlah yang sangat
tertib, lancar, nyaman, ekonomis, efisien, besar tersebut, ditambah dengan pergerakan
efektif dan terjangkau oleh masyarakat. dalam Jakarta itu sendiri, akan menambah
Angkutan umum massal berbasis jalan di permasalahan transportasi di Provinsi Jakarta.

Pemilihan Moda Transportasi Komuter Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi (Bodetabek), Herawati 181
Tabel 1. Responden Berdasarkan Pekerjaan utama yang paling banyak diminati oleh
masyarakat yang rata-rata diatas 10% dari total

Tangerang
perjalanan eksternal kecuali wilayah

Bekasi
Depok
Bogor
Kota Tujuan Tangerang yang hanya 3% pengguna kereta
Commuter setiap harinya. Faktor yang
mempengaruhi kurang diminatinya kereta
Jakarta 32% 47% 47% 40% Commuter oleh para commuter Tangerang
Bogor 59% 9% 7% 7% adalah wilayah jangkauan, aksesibilitas dari
Depok 3% 38% 2% 1% stasiun menuju lokasi kerja dan kurangnya
Tangerang 2% 3% 36% 3% frekwensi perjalanan kereta Commuter. Rute
pelayanan Tangerang-DKI Jakarta hanya
Bekasi 4% 3% 9% 50%
sampai pada Stasiun Tanah Abang sehingga
Sumber: olah data (2014)
masih memerlukan perpindahan moda atau
B. Pemilihan Moda Utama Transportasi berpindah jalur kereta Commuter untuk tiba di
Modal share merupakan persentase tujuan akhirnya. Untuk itu, masyarakat
penggunaan moda oleh masyarakat Tangerang lebih memiliki menggunakan bus
berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi AKAP yang wilayah pelayanannya lebih luas.
pemilihan moda itu sendiri. Pengguna angkutan pribadi dikelompokkan
Penduduk Bogor, Depok, Tangerang dan menjadi 2 yaitu mobil pribadi dan sepeda
Bekasi memiliki beberapa pilihan moda utama motor. Dari kedua kendaraan pribadi, menurut
untuk tiba di tempat kerja setiap harinya yang hasil analisis, sepeda motor merupakan moda
terletak di Provinsi DKI Jakarta. Moda transportasi primadona untuk semua commuter
transportasi tersebut terdiri dari Bus AKAP, di wilayah Jabodetabek. Rata-rata lebih dari
busway, kereta commuter, mobil pribadi dan 40% commuter menggunakan sepeda motor.
motor. Dari hasil analisis, diperoleh gambaran Sepeda motor memiliki lebih banyak
bahwa penggunaan kendaraan pribadi masih keunggulan jika dibanding moda lainnya.
tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan Meskipun tingkat kecelakaan yang melibatkan
kendaraan umum. Persentase pemilihan sepeda motor pun jumlahnya juga sangat
modanya adalah Bogor terdiri dari 23% tinggi. Keunggulan tersebut seperti
angkutan umum dan 77% kendaraan pribadi, kemudahan memperoleh sepeda motor dengan
Depok terdiri dari 15% angkutan umum dan harga dan prosedur yang sangat murah,
85% kendaraan pribadi, Tangerang terdiri dari operational cost yang lebih murah,
13% angkutan umum dan 87% kendaraan fleksibilitas yang sangat tinggi serta travel time
pribadi, Bekasi terdiri dari 15% angkutan yang relative lebih singkat jika dibandingkan
umum) dan 84% kendaraan pribadi . dengan moda lainnya, karena ukuran yang
Rendahnya minat para commuter terhadap kecil sehingga mudah untuk menyalip
angkutan umum disebabkan karena beberapa kendaraan lainnya.
faktor seperti faktor keselamatan, pelayanan Pertumbuhan penduduk yang diiringi dengan
yang masih rendah, keamanan dan penggunaan kendaraan pribadi yang
fleksibilitas. mengalami peningkatan yang sangat signifikan
Pengguna angkutan umum dikelompokkan setiap tahunnya tidak sebanding dengan
berdasarkan moda utama yang digunakan pembangunan infrastruktur sarana dan
yang terdiri dari Bus AKAP, Busway, kereta prasarana transportasi terutama infrastruktur
commuter. Dari ketiga moda angkutan umum angkutan umum massal.
tersebut, kereta commuter merupakan moda

32,54%

55,29%

Gambar 2. Persentase Pengguna Kendaraan Pribadi

182 Jurnal Transportasi Darat, Vol. 16, Nomor 4, Desember 2014


Jakarta Barat Jakarta Utara
Moda Jumlah Jumlah Moda Jumlah Jumlah

KCJ 23572 3% KCJ 26092 2%


bus AKAP 32503 4% bus AKAP 18597 2%

busway 12576 1% busway 10322 1%

Mobil Pribadi 135854 13% Mobil Pribadi 77010 8%

Motor 153525 14% Motor 112603 11%


Jakarta Pusat
Moda Jumlah Jumlah
KCJ 61959 8%
bus AKAP 44977 5%
busway 24885 2%
Tangerang
Mobil Pribadi 141343 18%
Moda Jumlah %
Motor 344390 34%
bus AKAP 100605 8% Bekasi
Busway 25151 2% Moda Jumlah %

KCJ 37726 3% KCJ 72253 6%


bus AKAP 17203 1%
Mobil Pribadi 414995 31%
busway 99696 8%
Motor 704235 53%
Mobil Pribadi 258048 22%
Jakarta Selatan
Motor 732856 62%
Moda Jumlah Jumlah
Jakarta Timur
KCJ 84867 8%
Moda Jumlah Jumlah
bus AKAP 75862 7%
KCJ 43583 5%
busway 8602 2%
bus AKAP 34367 3%
Mobil Pribadi 298699 29% busway 2581 1%
Motor 434720 41% Mobil Pribadi 226458 21%
Motor 443057 44%

Depok Bogor
Moda Jumlah %
Moda Jumlah %
bus AKAP 66668 6%
bus AKAP 30968 8%
Busway 88889 1%
Busway 10234 3%
KCJ 93335 8%
Mobil Pribadi 337787 31% KCJ 48854 12%
Motor 595572 54% Mobil Pribadi 138079 35%
Motor 169290 43%

Gambar 3. Modal Share Commuter Wilayah Bodetabek


C. Pemilihan Perpaduan Moda Dalam Jabodetabek (KCJ) merupakan kereta rel
Rangkaian perjalanan Komuter Bodetabek yang bergerak dengan sistem propulsi
motor listrik, yang melayani kawasan
Penggunaan lebih dari satu moda transportasi DKI Jakarta dan daerah -daerah
dari asal ke tujuan untuk meminimalkan penyangganya seperti Bogor, Depok,
halangan, memperpendek waktu dan jarak Tangerang dan Bekasi. KCJ melayani
perjalanan. Masyarakat Bodetabek jalur-jalur seperti Jakarta Kota-Bekasi,
menggunakan keterpaduan moda tersebut Depok, Bogor, Tangerang dan serpong,
didasarkan pada keunggulan masing-masing serta melayani jalur melingkar
moda. Keterpaduan moda transportasi dapat Manggarai, Jatinegara, Pasar Senen,
dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu Kampung Bandan, Tanah Abang. KCJ
keterpaduan jaringan transportasi berbasis adalah satu-satunya angkutan massal
jalan dan kereta, keterpaduan antar jaringan yang melayani wilayah Jabodetabek. Bus
transportasi berbasis jalan dan keterpaduan AKAP yang saat ini beroperasi di
jaringan transportasi dengan kendaraan pribadi. wilayah Jabodetabek merupakan milik
1. Perpaduan Penggunaan Antarmoda Mayasari Bakti dan Kopaja. Sedangkan
Transportasi Transjakarta dan APTB merupakan
Badan Layanan Umum milik Pemda DKI
Moda angkutan umum yang melayani Jakarta yang jangkauan operasinya
pergerakan penduduk di wilayah mencapai perbatasan Bodetabek.
Jabodetabek terdiri dari KRL (Kereta Rel
Listrik), bus AKAP, angkutan perbatasan Dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
(angkutan perkotaan), busway dan penduduk Jabodetabek biasanya tidak
APTB. KRL yang sekarang berganti hanya menggunakan satu moda, namun
nama menjadi Kereta Commuter banyak pula yang menggunakan

Pemilihan Moda Transportasi Komuter Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi (Bodetabek), Herawati 183
perpaduan kedua moda tersebut. Alasan angkutan umum yang ketiga adalah bus
mengkombinasikan moda tersebut AKAP. Pelayanan door to door
dapat dilihat dari keunggulan masing- merupakan salah satu keunggulan
masing moda. KRL yang beroperasi di angkutan umum ini. Rute yang dilayani
Wilayah Jabodetabek memiliki telah terintegrasi dengan pusat-pusat
keunggulan karena harga terjangkau, kegiatan baik yang ada di wilayah Jakarta
aksesibilitas yang mudah dan ketepatan maupun di daerah penyangganya. Pusat
waktu yang lebih baik jika kegiatan tersebut seperti pusat
dibandingkan dengan moda jalan. perkantoran, pusat niaga dan pusat
Kelemahan dari moda ini adalah area industri. Namun tingkat pelayanan secara
coverage belum mencapai 100% operasional masih sangat rendah karena
sehingga penumpang KR L harus keamanan yang masih kurang dengan
mencari moda alternatif untuk ke lokasi masih banyaknya terjadi pencopetan,
tujuan akhir. Berbagai moda lanjutan kenyamanan yang masih sering diganggu
telah tersedia disetiap stasiun seperti oleh pedagang kaki lima dan pengamen
angkutan perkotaan, ojek dan bajaj serta serta ketepatan waktu perjalanan karena
busway. Busway pun dapat dijadikan banyak melewati titik-titik kemacetan.
sebagai angkutan umum yang melayani Karakteristik perjalanan dengan
wilayah Jabodetabek. Keunggulan dari penggunaan antar moda dan intra moda
busway tersebut adalah jaringan/rute tersebut telah mempertimbangkan biaya
pelayanan yang telah menjangkau seluruh dan waktu perjalanan. Masyarakat
kawasan DKI Jakarta. Kelemahan dari Jabodetabek yang menggunakan KCJ
moda tersebut, rute pelayanan hanya sebagai moda utama dengan
sampai pada daerah perbatasan di menggunakan moda lanjutan angkutan
wilayah Bodetabek sehingga penumpang perkotaan merupakan pilihan paling
yang akan menggunakan moda tersebut banyak yaitu mencapai 2% dari total
memerlukan moda lain sebelum commuter setiap harinya.
menggunakan busway. Alternatif

0,32%

0,63%

0,32%

1,26%

2%

0,16%

Gambar 4. Perpaduan Penggunaan Antarmoda Transportasi


2. Perpaduan Intramoda Transportasi komplemen dan kompetisi. Sesuai
Jalan dengan hasil survei karakteristik
perjalanan masyarakat wilayah
Keterpaduan penggunaan transportasi Jabodetabek dapat diidentifikasi fungsi
berbasis jalan yang biasa disebut sebagai masing-masing jenis angkutan umum
intramoda terdiri keterpaduan antara berbasis jalan tersebut. Ketiga jenis
angkutan perkotaan, busway, ojek, bajaj angkutan umum berbasis jalan seperti
dan taksi. Perpaduan intra moda tersebut busway dan angkutan perkotaan dapat
dapat berfungsi sebagai substitusi, berfungsi sebagai kompetisi karena pada

184 Jurnal Transportasi Darat, Vol. 16, Nomor 4, Desember 2014


beberapa rute tertentu dapat dilayani oleh tujuan akhirnya dilalui oleh rute
keduanya. Dilain sisi, angkutan perkotaan pelayanan bus dan busway ada sekitar
dapat berfungsi sebagai komplemen dari 1,56%. Moda lanjutan yang menggunakan
busway dan bus AKAP karena coverage ojek adalah sebanyak 0,8% dan angkutan
area lebih luas dan memberikan perkotaan sekitar 0,95%.
pelayanan door to door. Faktor pemilihan moda lanjutan terdiri
Berdasarkan karakteristik pergerakan dari biaya perjalanan yang relatif mudah,
masyarakat Jabodetabek menggambarkan waktu perjalanan yang relatif singkat dan
bahwa terjadi transfer moda lebih dari 2 ketersediaan armada. Meskipun ketiga
moda untuk mencapai tujuan akhir. faktor tersebut tidak semuanya dapat
Kedua moda tersebut adalah busway dan dipenuhi oleh kedua moda lanjut tersebut.
bus AKAP yang masing-masing terdiri Angkutan perkotaan lebih banyak dipilih
dari 1.42% dan 1.91%. Sedangkan moda karena harga yang relatif murah dan
lanjutan dari asal ke tujuan atau ketersediaan armada, akan tetapi waktu
sebaliknya terdiri dari angkutan perjalanan yang relatif lebih lama jika
perkotaan dan ojek. Sekitar 2,85% dibandingkan dengan ojek. Sedangkan
masyarakat Bodetabek menggunakan ojek memiliki keunggulan waktu
angkutan perkotaan dan 0.16% perjalanan relatif lebih cepat sedangkan
menggunakan ojek sebelum mereka harga lebih mahal dan kemanan yang
menggunakan bus AKAP dan busway. masih kurang.
Masyarakat yang tempat kerjanya atau

0,63%

0,63%

0,79%

0,16%

0,32%

0,32%

0,16%

0,32%

Gambar 5. Perpaduan Penggunaan Intramoda Transprotasi


3. Keterpaduan Penggunaan Angkutan parkiran yang dikelola oleh operator
Pribadi dan Angkutan Umum maupun parkir yang dikelola secara
mandiri oleh masyarakat setempat. Pada
Dengan alasan efektifitas, biasanya umumnya kendaraan pribadi yang
masyarakat pengguna angkutan umum digunakan adalah sepeda motor yaitu
memilih menggunakan kendaraan pribadi sebanyak 4,37% meskipun ada juga yang
sebagai feeder sebelum menggunakan menggunakan mobil pribadi, akan tetapi
moda utama. Kendaraan pribadi tersebut persentasenya dibawah 0% dengan kata
diparkir di halte atau stasiun baik itu lain sangat kecil.

Pemilihan Moda Transportasi Komuter Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi (Bodetabek), Herawati 185
0,79%

1,26%

2%

0,16%

0,16%

Gambar 6. Karakteristik Perjalanan Berbasis Jalan


Perpaduan angkutan umum dan angkutan 87,83%. Sebanyak 55,29% para komuter
pribadi untuk melihat dari fasilitas park menggunakan sepeda motor karena dianggap lebih
and ride yang disediakan masing-masing efektif, efisien dan hemat biaya. Sedangkan
simpul transportasi seperti halte dan pengguna mobil pribadi sebanyak 32,54%.
stasiun. Tingginya pengguna angkutan Meskipun biaya transportasi lebih tinggi jika
pribadi yang digunakan oleh para dibandingkan dengan moda lainnya, mobil pribadi
commuter dapat diminimalkan dengan memberikan kenyamanan dan keamanan yang lebih
penyediaan park and ride yang nyaman baik jika dibandingkan dengan moda lainnya.
dan aman. Fasilitas park and ride saat ini Pelayanan angkutan umum di wilayah
belum dioperasikan secara optimal baik di Jabodetabek dianggap masih sangat rendah.
halte maupun di stasiun kereta. Park and Selain itu, operator dan regulator angkutan umum
ride sangat tergantung dengan luar lahan belum mampu memberikan jaminan keamanan
parkir yang tersedia di kedua simpul dan keamanan di angkutan umum. Hal ini dilihat
transportasi tersebut. Pengelolaan parkir dari masih banyaknya pemerkosaan, pencopetan
dapat dilakukan oleh perorangan maupun dan penjambretan yang terjadi di angkutan umum
PT. KAI Commuter Jabodetabek (KCJ). khususnya bus perkotaan. Berdasarkan hasil
analisis sebanyak 12,17% komuter Bodetabek
KESIMPULAN menggunakan angkutan umum. Pengguna angkutan
umum dikelompokkan dengan adanya penggunaan
Seperti kota metropolitan di beberapa negara perpaduan antarmoda (angkutan umum berbasis
berkembang lainnya, Kota Metropolitan jalan dan berbasis kereta api) dan perpaduan
Jabodetabek juga belum lepas dari permasalahan intramoda (antar moda angkutan umum berbasis
kemacetan terutama Kota Jakarta yang jalan) serta perpaduan antara angkutan umum dan
mendapatkan limpahan perjalanaan setiap harinya angkutan pribadi. Perpaduan antarmoda sebanyak
dari kota penyangga seperti Bogor, Depok, 4,69% dan perpaduan intramoda sebanyak 3,33%
Tangerang dan Bekasi. Penduduk yang bertempat dan perpaduan antara angkutan umum dan angkutan
tinggal di kota-kota penyangga Provinsi DKI Jakarta pribadi adalah 3.98%.
tersebut setiap harinya melakukan perjalanan
ke Jakarta untuk bekerja atau tujuan perjalanan
lainnya yang biasa dikenal dengan istilah komuter SARAN
Jabodetabek. Berdasarkan hasil analisis terdapat Kementerian Perhubungan perlu melakukan
sekitar 40% penduduk dari masing-masing kota langkah nyata dalam mewujudkan integrasi
penyangga tersebut dengan tujuan perjalanan ke
pelayanan antarmoda dan intramoda untuk
Provinsi DKI Jakarta. Sehingga Jakarta
transportasi jabodetabek. Penyediaan park and ride
mendapatkan tambahan perjalanan sebesar 2,7 juta
perjalanan setiap harinya. Para komuter Bodetabek oleh PT. KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) dan
tersebut menggunakan kendaraan pribadi, kendaraan Dinas Perhubungan untuk memfasilitasi pengguna
umum dan perpaduan antara kendaraan pribadi dan angkutan pribadi yang akan menggunakan angkutan
kendaraan umum. Kendaraan pribadi terdiri dari umum sebagai moda lanjutan. Kementerian
sepeda motor dan mobil pribadi. Kedua alat Perhubungan perlu menerbitkan peraturan-peraturan
transportasi tersebut masih menjadi pilihan utama untuk meningkatkan keselamatan pengguna sepeda
bagi para komuter Bodetabek yaitu sebanyak motor.

186 Jurnal Transportasi Darat, Vol. 16, Nomor 4, Desember 2014


DAFTAR PUSTAKA
Brian C. 2004. Modelling Transportation: Mode Choice,
Dublin: The University of Dublin.
Enoch F. S et al. 2014. Assessing the factors that
influance public transport mode preference anf
patronage: Perspectives of students of University of
Cape Coast (UCC). Ghana: Internationa Jourbal of
Development and Sustainability, Volume, Number
2: page 323-336.
Kementerian Perhubungan. 2013. Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Rencana Umum Jaringan Angkutan Massal pada
Kawasan Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang dan Bekasi (JABODETABEK), Jakarta.
Mathew.T.V dan Rao Krishna.K.V. 2006. Introduction
to Transportation Engineering: Trip Generation,
India: Centre for Distance Engineering Education
Programme.
Mitchell.L,M, Carson.Y.Qing & Kaufman Sarah. 2013.
Commuting to Manhattan (A Studi of Residence
Location Trends for Manhattan Workers from 202
to 2009, Rudin Center for Transportation Policy
and Management. New York: New York University
Wagner School of Public Service.
Takano.S dan Gebeyehu M. 2007. Diagnostic Evaluation
of Public Transportation Mode Choice in Addis
Ababa. Japan: Hokkaido University.
Yulianti. A. R. 2013. Konsep Integrasi Moda Transportasi
Publik di Kota Surabaya Berdasarkan Preferensi
Masyarakat. Surabaya: Program Magister Arsitektur
Bidang Keahlian Manajemen Pembangunan Kota
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.

Pemilihan Moda Transportasi Komuter Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi (Bodetabek), Herawati 187
188 Jurnal Transportasi Darat, Vol. 16, Nomor 4, Desember 2014

You might also like