Professional Documents
Culture Documents
1360 3064 1 SM
1360 3064 1 SM
1360 3064 1 SM
BEKASI (BODETABEK)
ABSTRACT
The congestion in Jakarta City is getting worse by the additional trips commuting from the surrounding buffer
zonessuch as Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi. Various policies have been implemented to address these problems,
but there has been no significant change in reducing the congestion. For this, an initial review toward the mode of
transport by the commuter of Bodetabek is needed to provide recommendation for the infrastructure improvement in
Jabodetabek. The analysis used in this study is a quantitative analysis. The survey was conducted in the region of
Bodetabek and the respondents are commuters who has daily trip to Jakarta. The collected data are origin-
destination trip, and the mode choice of transport. The result showed that approximately 40% of the population or 2.7
million commuters from the buffer zones to Jakarta. Mode choice of transports are categorized into private transport
and public transport. Private transport users was87.83% consist of 55.29% motorcycle and 32.54% for private car.
While users of public transport was about 12:17%. The use of public transport is often combined with other public
transport and private vehicles. For this the intermodal transport users was about 4.69% and 3:33% for intramoda
and for both of public transport and private transport users was 3.98%.
Keywords: mode choice of transport, commuter of Bodetabek
ABSTRAK
Kemacetan Kota Jakarta diperparah dengan adanya tambahan perjalanan komuter dari wilayah penyangga
disekitarnya seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Berbagai kebijakan telah diterapkan dalam mengatasi
permasalahan tersebut namun belum terdapat perubahan yang signifikan dalam mengurangi kemacetan. Untuk itu,
perlu dilakukan penelitian awal terhadap pemilihan moda yang digunakan oleh para komuter Bodetabek untuk
memberikan masukan terhadap penyiapan sarana dan prasarana yang perlu disiapkan di wilayah Jabodetabek.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Lokasi survei dilakukan di wilayah
Bodetabek dengan responden yang melakukan perjalanan harian ke DKI Jakarta. Data yang dikumpulkan berupa
data asal dan tujuan perjalanan, dan moda yang digunakan dalam rangkaian perjalanan. Hasil analisis diperoleh
bahwa sekitar 40% penduduk atau 2.7 juta komuter berasal dari kota penyangga dengan tujuan perjalanan ke DKI
Jakarta. Pemilihan moda dikelompokkan menjadi angkutan pribadi dan angkutan umum. Pengguna angkutan pribadi
sebanyak 87.83% terdiri 55.29% pengguna sepeda motor dan 32.54% pengguna mobil pribadi. Sedangkan pengguna
angkutan umum sebanyak 12.17%. Penggunaan angkutan umum tersebut sering dipadukan dengan angkutan umum
lainnya dan kendaraan pribadi. Untuk itu dikelompokkan perpaduan antarmoda sebanyak 4.69% dan perpaduan
intramoda sebanyak 3.33%, dan perpaduan antara angkutan umum dan angkutan pribadi adalah 3.98%.
Kata kunci: pemilihan moda, Bodetabek dan komuter
PENDAHULUAN
Pertumbuhan Kota Jakarta diikut oleh pertumbuhan Pengembangan tersebut dilakukan dengan
kota penyangga disekitarnya seperti Bekasi, Bogor, mengoptimalkan angkutan umum massal baik
dan Tangerang. Berdasarkan data dari JATRAPIS berbasis kereta maupun berbasis jalan. Berangkat
(2012) pola perjalanan harian di wilayah Jakarta, dari permasalahan transportasi Jabodetabek yang
Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi (Jabodetabek) merupakan benang kusut tersebut, maka perlu diurai
dengan menggunakan semua moda tercatat penyebab permasalahan dan mencari solusi terbaik.
sebanyak 2.521.000 perjalanan dari Bekasi menuju Untuk itu, ada beberapa pertanyaan permasalahan
Jakarta dan 2.246.000 perjalanan dari Bogor menuju dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Jakarta. Jumlah perjalanan tersebut akan terus 1. Asal dan tujuan perjalanan masyarakat yang
mengalami peningkatan apabila tidak ada antisipasi tinggal di kota-kota penyangga Jakarta seperti
perencanaan transportasi Jabodetabek secara matang. Depok, Bogor, Tangerang dan Bekasi dan
moda yang digunakan?
Tingginya jumlah commuter setiap harinya di 2. Berapa jumlah komuter Bodetabek ke Jakarta?
wilayah Jabodetabek memerlukan pengembangan 3. Bagaimana komposisi pemilihan moda para
jaringan transportasi yang terintegrasi dengan baik. komuter Bodetabek?
Pemilihan Moda Transportasi Komuter Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi (Bodetabek), Herawati 179
TINJAUAN PUSTAKA komuter ke Kota Manhattan dengan studi
kasus trend lokasi pemukiman untuk pekerja di
A. Studi Terdahulu
Manhattan dari tahun 2002 hingga tahun 2009.
Yulianti. A. R (2013) melakukan penelitian Hasil analisis terhadap karakteristik
tentang konsep integrasi moda transportasi transportasi yang digunakan oleh para komuter
publik di Kota Surabaya berdasarkan tergantung pada akses transportasi yang dapat
preferensi masyarakat. Salah satu hasil analisis menjangkau tempat kerja pada komuter. 3 dari
untuk mengidentifikasi keterintegrasian 4 para komuter menggunakan transportasi
transportasi tersebut adalah karakteristik massal dan 1/4 dari seluruh komuter
perjalanan masyarakat di Kota Surabaya. menggunakan subway yang dapat mengangkut
Karakteristik perjalananan masyarakat 5 juta komuter per hati. Secara umum,
dikategorikan atas keterintegrasian antara pengguna transportasi massal sekitar 75% dan
pengguna kendaraan pribadi dan angkutan 15% masih menggunakan angkutan umum
umum atau dikenal dengan istilah on-trip dan untuk berangkat kerja.
pengguna angkutan umum berbasis kereta dan
B. Pemilihan Moda Transportasi
pengguna angkutan umum berbasis jalan.
pengguna bus dan pengguna kereta api atau 1. Tipe Perjalanan
dikenal dengan istilah interchange.
Menurut Mathew.T.V dan Rao Krishna.
Karakteristik perjalanan dari rumah ke tempat
K.V menguraikan tujuan perjalanan
kerja adalah 75,25% on trip dan 13,33%
yang terdiri dari perjalanan untuk kerja,
interchange. Sedangkan untuk karakteristik
perjalanan untuk pendidikan, perjalanan
perjalanan penduduk Kota Surabaya dari
untuk belanja dan perjalanan untuk
tempat kerja ke rumah adalah 9,72% on trip
rekreasi. Beberapa tujuan perjalanan
dan 1,90% interchange.
tersebut diklasifikasikan dalam tiga tipe
Mitchel L.M, Carson.Y.Qing, & Kaufman S, karakteristik perjalanan antara lain:
(2012), dalam penelitiannya terhadap para
a. Home Based Trips
attraction
production
Home Work
production attraction
Home based
Gambar 1. Home Based Trip trips
Pemilihan Moda Transportasi Komuter Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi (Bodetabek), Herawati 181
Tabel 1. Responden Berdasarkan Pekerjaan utama yang paling banyak diminati oleh
masyarakat yang rata-rata diatas 10% dari total
Tangerang
perjalanan eksternal kecuali wilayah
Bekasi
Depok
Bogor
Kota Tujuan Tangerang yang hanya 3% pengguna kereta
Commuter setiap harinya. Faktor yang
mempengaruhi kurang diminatinya kereta
Jakarta 32% 47% 47% 40% Commuter oleh para commuter Tangerang
Bogor 59% 9% 7% 7% adalah wilayah jangkauan, aksesibilitas dari
Depok 3% 38% 2% 1% stasiun menuju lokasi kerja dan kurangnya
Tangerang 2% 3% 36% 3% frekwensi perjalanan kereta Commuter. Rute
pelayanan Tangerang-DKI Jakarta hanya
Bekasi 4% 3% 9% 50%
sampai pada Stasiun Tanah Abang sehingga
Sumber: olah data (2014)
masih memerlukan perpindahan moda atau
B. Pemilihan Moda Utama Transportasi berpindah jalur kereta Commuter untuk tiba di
Modal share merupakan persentase tujuan akhirnya. Untuk itu, masyarakat
penggunaan moda oleh masyarakat Tangerang lebih memiliki menggunakan bus
berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi AKAP yang wilayah pelayanannya lebih luas.
pemilihan moda itu sendiri. Pengguna angkutan pribadi dikelompokkan
Penduduk Bogor, Depok, Tangerang dan menjadi 2 yaitu mobil pribadi dan sepeda
Bekasi memiliki beberapa pilihan moda utama motor. Dari kedua kendaraan pribadi, menurut
untuk tiba di tempat kerja setiap harinya yang hasil analisis, sepeda motor merupakan moda
terletak di Provinsi DKI Jakarta. Moda transportasi primadona untuk semua commuter
transportasi tersebut terdiri dari Bus AKAP, di wilayah Jabodetabek. Rata-rata lebih dari
busway, kereta commuter, mobil pribadi dan 40% commuter menggunakan sepeda motor.
motor. Dari hasil analisis, diperoleh gambaran Sepeda motor memiliki lebih banyak
bahwa penggunaan kendaraan pribadi masih keunggulan jika dibanding moda lainnya.
tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan Meskipun tingkat kecelakaan yang melibatkan
kendaraan umum. Persentase pemilihan sepeda motor pun jumlahnya juga sangat
modanya adalah Bogor terdiri dari 23% tinggi. Keunggulan tersebut seperti
angkutan umum dan 77% kendaraan pribadi, kemudahan memperoleh sepeda motor dengan
Depok terdiri dari 15% angkutan umum dan harga dan prosedur yang sangat murah,
85% kendaraan pribadi, Tangerang terdiri dari operational cost yang lebih murah,
13% angkutan umum dan 87% kendaraan fleksibilitas yang sangat tinggi serta travel time
pribadi, Bekasi terdiri dari 15% angkutan yang relative lebih singkat jika dibandingkan
umum) dan 84% kendaraan pribadi . dengan moda lainnya, karena ukuran yang
Rendahnya minat para commuter terhadap kecil sehingga mudah untuk menyalip
angkutan umum disebabkan karena beberapa kendaraan lainnya.
faktor seperti faktor keselamatan, pelayanan Pertumbuhan penduduk yang diiringi dengan
yang masih rendah, keamanan dan penggunaan kendaraan pribadi yang
fleksibilitas. mengalami peningkatan yang sangat signifikan
Pengguna angkutan umum dikelompokkan setiap tahunnya tidak sebanding dengan
berdasarkan moda utama yang digunakan pembangunan infrastruktur sarana dan
yang terdiri dari Bus AKAP, Busway, kereta prasarana transportasi terutama infrastruktur
commuter. Dari ketiga moda angkutan umum angkutan umum massal.
tersebut, kereta commuter merupakan moda
32,54%
55,29%
Depok Bogor
Moda Jumlah %
Moda Jumlah %
bus AKAP 66668 6%
bus AKAP 30968 8%
Busway 88889 1%
Busway 10234 3%
KCJ 93335 8%
Mobil Pribadi 337787 31% KCJ 48854 12%
Motor 595572 54% Mobil Pribadi 138079 35%
Motor 169290 43%
Pemilihan Moda Transportasi Komuter Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi (Bodetabek), Herawati 183
perpaduan kedua moda tersebut. Alasan angkutan umum yang ketiga adalah bus
mengkombinasikan moda tersebut AKAP. Pelayanan door to door
dapat dilihat dari keunggulan masing- merupakan salah satu keunggulan
masing moda. KRL yang beroperasi di angkutan umum ini. Rute yang dilayani
Wilayah Jabodetabek memiliki telah terintegrasi dengan pusat-pusat
keunggulan karena harga terjangkau, kegiatan baik yang ada di wilayah Jakarta
aksesibilitas yang mudah dan ketepatan maupun di daerah penyangganya. Pusat
waktu yang lebih baik jika kegiatan tersebut seperti pusat
dibandingkan dengan moda jalan. perkantoran, pusat niaga dan pusat
Kelemahan dari moda ini adalah area industri. Namun tingkat pelayanan secara
coverage belum mencapai 100% operasional masih sangat rendah karena
sehingga penumpang KR L harus keamanan yang masih kurang dengan
mencari moda alternatif untuk ke lokasi masih banyaknya terjadi pencopetan,
tujuan akhir. Berbagai moda lanjutan kenyamanan yang masih sering diganggu
telah tersedia disetiap stasiun seperti oleh pedagang kaki lima dan pengamen
angkutan perkotaan, ojek dan bajaj serta serta ketepatan waktu perjalanan karena
busway. Busway pun dapat dijadikan banyak melewati titik-titik kemacetan.
sebagai angkutan umum yang melayani Karakteristik perjalanan dengan
wilayah Jabodetabek. Keunggulan dari penggunaan antar moda dan intra moda
busway tersebut adalah jaringan/rute tersebut telah mempertimbangkan biaya
pelayanan yang telah menjangkau seluruh dan waktu perjalanan. Masyarakat
kawasan DKI Jakarta. Kelemahan dari Jabodetabek yang menggunakan KCJ
moda tersebut, rute pelayanan hanya sebagai moda utama dengan
sampai pada daerah perbatasan di menggunakan moda lanjutan angkutan
wilayah Bodetabek sehingga penumpang perkotaan merupakan pilihan paling
yang akan menggunakan moda tersebut banyak yaitu mencapai 2% dari total
memerlukan moda lain sebelum commuter setiap harinya.
menggunakan busway. Alternatif
0,32%
0,63%
0,32%
1,26%
2%
0,16%
0,63%
0,63%
0,79%
0,16%
0,32%
0,32%
0,16%
0,32%
Pemilihan Moda Transportasi Komuter Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi (Bodetabek), Herawati 185
0,79%
1,26%
2%
0,16%
0,16%
Pemilihan Moda Transportasi Komuter Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi (Bodetabek), Herawati 187
188 Jurnal Transportasi Darat, Vol. 16, Nomor 4, Desember 2014