Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Getah Kulit Buah Pisang

Goroho (Musa acuminafe L.) terhadap Pertumbuhan


Staphylococcus aureus

1
Kleysia D. Wuon
2
Damajanty H. C. Pangemanan
1
P. S. Anindita

1
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
2
Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: kleysiawuon@gmail.com

Abstract: Staphylococcus aureus is the most dominant cause of odontogenuic abscess, albeit,
it is resistant to various types of antibiotics. The sap of goroho banana peel (Musa acuminafe
L.) contains antibacteria compounds inter alia flavonoid, saponin, and tannin. This study was
aimed to determine the minimal inhibitory concentration (MIC) of the sap of goroho banana
peel to the growth of Staphylococcus aureus. This was a true experimental study with a
randomized pretest-posttest control group design. We used serial dilution with turbidimetry
and spectrophotometry as the test methods. Goroho banana was taken from Kelurahan
Winangun, Kecamatan Malalayang meanwhile S. aureus bacteria were obtained from
Microbiology Laboratory of Pharmacy Study Program, Faculty of Mathematics and Natural
Sciences, Sam Ratulangi University. The result of turbidimetry after incubation showed that
the tube of 50% of goroho sap looked clear. Measuring absorbance values before and after
incubation using spectrophotometer UV-Vis showed that the MIC of the goroho sap was at
25%. Conclusion: The MIC of the sap of goroho banana peel (Musa acuminafe L.) to the
growth of Staphylococcus aureus was at concentration of 25%.
Keywords: sap of goroho banana peel (Musa acuminafe L.), S. aureus, MIC

Abstrak: Staphylococcus aureus merupakan bakteri penyebab abses odontogenik yang paling
dominan. Saat ini S. aureus telah resisten terhadap berbagai jenis antibiotik. Getah kulit buah
pisang goroho (Musa acuminafe L.) merupakan tanaman herbal yang mengandung senyawa
antibakteri, yaitu flavonoid, saponin, dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
konsentrasi hambat minimum (KHM) getah kulit buah pisang goroho terhadap pertumbuhan S.
aureus. Jenis penelitian ialah eksperimental murni dengan randomized pretest-posttest control
group design. Metode yang digunakan yaitu metode serial dilusi dengan pengujian turbid-
metri dan spektrofotometer. Pisang goroho diperoleh dari Kelurahan Winangun, Kecamatan
Malalayang. Bakteri S. aureus diambil dari stok bakteri murni Laboratorium Mikrobiologi
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi. Hasil penelitian turbid-
metri sesudah inkubasi menunjukkan bahwa tabung dengan konsentrasi getah kulit buah
pisang goroho 50% terlihat mulai jernih. Pengukuran nilai absorbansi sebelum dan sesudah
inkubasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan bahwa KHM getah kulit buah
pisang goroho (Musa acuminafe L.) terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus terdapat pada
konsentrasi 25%. Simpulan: Konsentrasi hambat minimum getah kulit buah pisang goroho
(Musa acuminafe L.) terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus terdapat pada konsentrasi 25%
Kata kunci: getah kulit buah pisang goroho (M. acuminafe), S. aureus, KHM

112
Wuon, Pangemanan, Anindita: Uji KHM getah kulit buah pisang goroho ...

Rongga mulut yang tidak terjaga keber- memiliki efek antibakteri terhadap Staphy-
sihannya dapat memicu terjadi infeksi, lococcus aureus, namun belum melaporkan
yang tersering terjadi yaitu abses odonto- Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
genik.1 Bakteri penyebab abses odonto- getah kulit buah pisang goroho.
genik yang paling dominan yaitu Penelitian ini bertujuan untuk menge-
Staphylococcus aureus.2 Antibiotik golong- tahui KHM getah kulit buah pisang goroho
an penisilin sering digunakan dalam sebagai antibakteri terhadap Staphylo-
menangani infeksi yang disebabkan oleh S. coccus aureus.
aureus, namun bakteri tersebut telah
resisten terhadap antibiotik golongan peni- BAHAN DAN METODE PENELITIAN
silin termasuk methicillin sehingga disebut Jenis penelitian ini ialah eksperimental
sebagai Methicillin-Resistant Staphylo- murni (true experimental design) dengan
coccus aureus (MRSA). Prevalensi MRSA rancangan penelitian randomized pretest-
di Asia cukup tinggi yaitu mencapai 70% posttest control group design. Penelitian
dan di Indonesia mencapai 23,5% pada dilaksanakan di Laboratorium Farmasi
tahun 2006.3 Resistensi disebabkan adanya Program Studi Farmasi Fakultas MIPA
gen mecA yang digunakan untuk meng- Universitas Sam Ratulangi Manado dari
kode protein pengikat dengan afinitas bulan April - Mei 2018. Subjek dalam
rendah.4 penelitian ini yaitu bakteri biakan murni
Salah satu tumbuhan herbal yang Staphylococcus aureus yang diperoleh dari
mudah ditemukan di Provinsi Sulawesi Laboratorium Mikrobiologi Program Studi
Utara yaitu buah pisang goroho (Musa Farmasi Fakultas MIPA Universitas Sam
acuminafe L) yang sering dijadikan kripik, Ratulangi Manado.
direbus, atau digoreng.5 Penggunaan pisang Pisang goroho diambil dari kelurahan
goroho sebagai tanaman herbal pada Winangun, Kecamatan Malalayang, Kota
masyarakat provinsi Sulawesi Utara sejak Manado, Sulawesi Utara. Pengambilan
jaman nenek moyang dahulu. Pisang getah kulit buah pisang goroho dilakukan
goroho sering tumbuh di samping rumah, di di Laboratorium Farmasi Fakultas MIPA
pingiran kebun dan juga yang dikembang- Universitas Sam Ratulangi Manado. Kulit
biakkan. Salah satu bagian dari tanaman buah pisang goroho dipotong pangkal
buah pisang goroho yang dapat dijadikan buahnya satu persatu kemudian dibiarkan
obat yaitu getahnya.5.6 getahnya menetes selama 5 menit dan
Getah kulit buah pisang goroho memi- ditampung sebanyak 10 ml ke dalam wadah
liki kandungan fitokimia seperti flavonoid, kaca steril. Setelah itu dilakukan pemisahan
tannin, dan saponin.7 Flavonoid ialah senyawa getah kulit buah pisang goroho
golongan terbesar dari senyawa fenol yang dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
dapat menghambat pertumbuhan bakteri. analitik mengunakan plat silika gel GF254.
Flavonoid memiliki manfaat sebagai anti Metode penelitian yang digunakan
radang, meningkatkan efektivitas vitamin yaitu serial dilusi (pengenceran bertingkat)
C, melindungi struktur sel, dan sebagai dengan perbandingan 1:2 (w/v). Metode
antibiotik.8 Saponin merupakan glukosida pengujian dengan menggunakan turbid-
yang larut dalam air dan banyak ditemukan metri dan diukur nilai absorbansi atau nilai
pada makanan yang memiliki berat molekul kekeruhan menggunakan spektrofotometer
tinggi. Saponin dapat mengganggu stabili- UV-Vis.
tas membran sel bakteri sehingga sel Bakteri yang telah diremajakan pada
bakteri menjadi lisis. Tanin memiliki media agar miring, diambil koloninya
khasiat sebagai anti diare, anti bakteri, dan dengan menggunakan jarum ose steril,
antioksidan.8.9 kemudian koloni dimasukkan ke media
Penelitian yang dilakukan oleh Rante BHI-B dalam tabung reaksi dan diinkubasi
et al.6 membuktikan bahwa getah kulit buah pada suhu 37ºC selama 1 x 24 jam. Setelah
pisang goroho dengan konsentrasi 100% diinkubasi, dilakukan pembuatan suspensi

113
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 6 Nomor 2, Juli-Desember 2018

S. aureus sesuai dengan standar kekeruhan awal (sebelum inkubasi), maka disimpul-
McFarland 1. Sebanyak 11 tabung reaksi kan bahwa masih terjadi pertumbuhan
steril disiapkan. Setiap tabung uji diberi bakteri. Namun, jika sebaliknya tidak
label 1-9, kemudian tabung 10 diberi label terdapat perubahan nilai absorbansi antara
K (+) yang merupakan kontrol positif, yaitu nilai absorbansi awal dan nilai absorbansi
tabung berisi Staphylococcus aureus setara akhir, atau nilai absorbansi akhir lebih kecil
dengan kekeruhan McFarland 1. Tabung dari nilai absorbansi awal, maka disimpul-
11 diberi label K (-) yang merupakan kan bahwa pertumbuhan bakteri dihambat.
kontrol negatif, yaitu tabung yang berisi Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
getah kulit buah pisang goroho dengan ditentukan dengan konsentrasi terkecil pada
konsentrasi 100%. Tabung 1 diisi sebanyak tabung perlakuan yang sudah mulai meng-
4 ml konsentrasi 100% getah kulit buah hambat pertumbuhan bakteri S. aureus.
pisang goroho. Tabung 2 - 9 diisi dengan 2
ml media cair BHI. Kemudian di ambil 2 HASIL PENELITIAN
ml larutan dari tabung 1, dimasukkan Penelitian ini dilakukan di Labora-
kedalam tabung 2, dicampur hingga torium Mikrobiologi Program Studi
homogen sehingga didapatkan konsentrasi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Sam
50%. Hal yang sama dilakukan sampai Ratulangi. Hasil pengujian turbidimetri
tabung 9 sehingga didapatkan semua menujukan bahwa tabung yang berisi getah
konsentrasi getah kulit buah pisang goroho kulit buah pisang goroho dengan konsen-
dengan perbandingan 1:2 (w/v). trasi 50% terlihat mulai jernih. Hal ini
Untuk menguji kekeruhan, diambil berarti bahwa konsentrasi 50% merupakan
media suspensi bakteri yang sudah disetara- KHM getah kulit buah pisang goroho
kan dengan standar kekeruhan McFarland 1 dalam menghambat pertumbuhan bakteri S.
sebanyak 0,5 ml, kemudian dimasukkan aureus. Hasil turbidimetri dapat dilihat
kedalam tabung reaksi perlakuan label 1 pada Tabel 1.
lalu diukur nilai absorban awal dengan
spektrofotometer. Hal yang sama dilakukan Tabel 1. Hasil uji KHM getah kulit buah
pada tabung perlakuan label 2-9. Setiap pisang goroho terhadap pertumbuhan bakteri S.
tabung yang telah diketahui nilai absor- aureus pada perlakuan pertama sampai
bansi awal kemudian dimasukkan kedalam perlakuan ketiga dengan metode turbidimetri
inkubator dan diinkubasi pada suhu 370C
Konsentrasi getah kulit Hasil perlakuan
selama 1 x 24 jam. Pada penelitian ini,
buah pisang goroho I II III
perlakuan dan pengujian diulang sebanyak 100 - - -
tiga kali. Setelah media tabung perlakuan 50 - - -
diinkubasi selama 1x24 jam, semua tabung 25 + + +
tersebut dilihat kekeruhannya secara visual. 12,5 + + +
Bila kekeruhan masing-masing tabung 6,25 + + +
masih setara atau lebih keruh dari tabung K 3,125 + + +
(+) yang berisi suspensi bakteri S. aureus 1,56 + + +
sesuai standar kekeruhan McFarland 1 0,78 + + +
berarti bakteri masih dapat bertumbuh, 0,39 + + +
tetapi ketika larutan dalam tabung terlihat K (+) + + +
mulai lebih jernih daripada tabung K (+) K (-) - - -
berarti pertumbuhan bakteri mulai terham- Keterangan: Tanda (+), cairan di dalam tabung terlihat
bat. Hal inilah yang menunjukkan KHM. keruh yang berarti bakteri S. aureus masih memiliki
kemampuan untuk bertumbuh. Tanda (-), cairan di dalam
Semua tabung perlakuan diukur nilai absor- tabung mulai berkurang kekeruhannya yang berarti
bansinya dengan spektrofotometer sebagai pertumbuhan bakteri S. aureus mulai terhambat. K(+)
nilai absorbansi akhir. Jika nilai absorbansi kontrol positif yang berisi suspensi bakteri setara
McFarland. K(-) kontrol negatif yang berisi getah kulit
akhir (sesudah inkubasi) masing-masing buah pisang goroho dengan konsentrasi 100%.
tabung lebih besar dari nilai absorbansi

114
Wuon, Pangemanan, Anindita: Uji KHM getah kulit buah pisang goroho ...

Penelitian dilanjutkan dengan pengu- pengukuran menggunakan spektrofotometer


jian melalui pengukuran nilai absorbansi UV-Vis ditampilkan pada Tabel 2.
menggunakan spektrofotometer UV-Vis Tabel 2 memperlihatkan bahwa pada
untuk mendapatkan hasil pengukuran keke- konsentrasi 100% terjadi penurunan nilai
ruhan secara kuantitatif. Nilai absorbansi absorbansi yang berarti pertumbuhan
merupakan nilai yang menunjukkan besar- bakteri terhambat. Pada konsentrasi 25%
nya jumlah cahaya yang diserap oleh nilai absorbansi sebelum inkubasi sama
larutan yang terdapat di dalam masing- dengan nilai absorbansi sesudah inkubasi,
masing tabung. Pengukuran nilai absor- baik pada perlakuan pertama maupun
bansi dilakukan pada tabung 1 hingga 9, perlakuan kedua dan ketiga. Hal ini berarti
kontrol negatif dan positif sebelum dan bahwa berdasarkan hasil spektrofotometer
sesudah inkubasi 1 x 24 jam untuk melihat UV-Vis konsentrasi 25% merupakan KHM
selisih nilai absorbansi. Panjang gelombang getah kulit buah pisang goroho terhadap
yang digunakan alah 600 nm sesuai dengan pertumbuhan bakteri S. aureus.
panjang gelombang sinar tampak. Hasil

Tabel 2. Hasil spektrofotometer getah kulit buah pisang goroho terhadap pertumbuhan bakteri S.
aureus.

No Konsentrasi Hasil Rerata Ket


Sebelum inkubasi Sesudah inkubasi Sebelum Sesudah
inkubasi inkubasi
P1 P2 P3 P1 P2 P3
1 100 0,705 0,879 0,851 0,622 0,121 0,682 0,811 0,475 turun
2 50 0,450 0,546 0,568 0,833 0,966 0,964 0,521 0,921 naik
3 25 0,846 0,846 0,846 0,846 0,846 0,846 0,846 0,846 tetap
4 12,5 0,345 0,389 0,389 0,979 0,991 0,984 0,381 0,984 naik
5 6,25 0,336 0,339 0,339 0,825 0,956 0,973 0,345 0,918 naik
6 3,125 0,315 0,344 0,344 1,037 1,037 1,029 0,337 1,034 naik
7 1,56 0,375 0,343 0,343 0,917 1,059 1,253 0,371 1,076 naik
8 0,78 0,360 0,669 0,669 0,892 1,078 1,329 0,487 1,099 naik
9 0,39 0,445 0,711 0,711 1,103 1,101 1,208 0,532 1,137 naik
10 K (+) 0,671 0,269 0,269 0,851 1,123 1,404 0,515 1,126 naik
11 K (-) 0,122 0,087 0,087 0,876 1,017 0,844 0,102 0,912 naik

Keterangan: “Naik” menunjukkan nilai absorbansi sesudah inkubasi >nilai absorbansi sebelum inkubasi yang berarti
bahwa terdapat pertumbuhan bakteri; sedangkan “Tetap” dan “Turun” menunjukkan nilai absorbansi sesudah inkubasi
≤nilai absorbansi sebelum inkubasi, yang berarti bahwa pertumbuhan bakteri terhambat.

BAHASAN pengujian turbidimetri setelah inkubasi 1x


Pada penelitian ini dilakukan uji KHM 24 jam pada tabung perlakuan pertama,
getah kulit buah pisang goroho terhadap kedua dan ketiga KHM getah kulit buah
pertumbuhan bakteri S. aureus mengguna- pisang goroho terhadap pertumbuhan S.
kan pengenceran bertingkat atau serial aureus yaitu pada konsentrasi 50%.
dilusi dengan perbandingan 1:2 (w/v) yaitu Pada metode turbidimetri dilakukan
100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, pengamatan secara visual untuk menentu-
1,56%, 0,78% dan 0,39%. Penelitian ini kan KHM, namun metode ini memiliki
diuji secara turbidimetri dan melakukan kelemahan yaitu subjektivitas dari masing-
pengukuran absorbansi (nilai kekeruhan) masing individu sehingga dapat menimbul-
dengan spektrofotometer UV-Vis.10 Hasil kan kesalahan pada saat melakukan penga-
penelitian ini menunjukkan bahwa melalui matan kekeruhan; tidak dapat membedakan

115
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 6 Nomor 2, Juli-Desember 2018

antara sel bakteri yang masih hidup dan sel oleh faktor kelemahan alat spektrofoto-
bakteri yang sudah mati; dan juga dipenga- meter UV-Vis yaitu dalam selektivitas
ruhi oleh pencahayaan di dalam ruangan untuk membedakan sampel dengan parti-
penelitian. Dengan adanya keterbatasan kel-partikel lain atau kontaminan yang
menggunakan metode turbidimetri, maka menyerap cahaya dalam panjang gelom-
perlu dilakukan pengujian lebih lanjut bang yang sama.15.16 Kelemahan spektro-
dengan mengukur nilai absorbansi menggu- fotometer UV-Vis dapat diminimalisiasi
nakan spektrofotometer UV-Vis.11.12 dengan menggunakan alat Kromatografi
Pengukuran nilai absorbansi menggu- Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Alat KCKT
nakan spektrofotometer UV-Vis dilakukan merupakan alat analisis kimia kuantitatif
sebelum dan sesudah inkubasi 1 x 24 jam yang dapat melakukan pemisahan senyawa
untuk mendapatkan KHM yang disimpul- spesifik dan dapat mengukur jumlah
kan dari selisih hasil pengukuran nilai senyawa di dalam larutan.14.17 Alat KCKT
absorbansi akhir (sesudah inkubasi) dengan juga berfungsi sebagai pendeteksi senyawa
nilai absorbansi awal (sebelum inkubasi). dalam produk obat.18
Jika nilai absorbansi akhir (sesudah inku-
basi) masing-masing tabung lebih besar SIMPULAN
dari nilai absorbansi awal (sebelum Berdasarkan hasil penelitian dapat
inkubasi) maka disimpulkan bahwa masih disimpulkan bahwa Konsentrasi Hambat
terjadi pertumbuhan bakteri. Namun jika Minimum (KHM) getah kulit buah pisang
sebaliknya tidak terdapat perubahan nilai goroho (Musa acuminafe L.) terhadap
absorbansi antara nilai absorbansi akhir pertumbuhan bakteri Staphylococcus
dengan absorbansi awal atau nilai aureus dengan menggunakan turbidimetri
absorbansi akhir lebih kecil dari nilai terdapat pada konsentrasi 50% dan demgan
absorbansi awal maka disimpulkan bahwa menggunakan spektrofotometer UV-Vis
pertumbuhan bakteri terhambat.11,13,14 terdapat pada konsentrasi 25%.
Setelah mengukur nilai kekeruhan
pada masing-masing tabung perlakuan SARAN
pertama, kedua, dan ketiga didapatkan Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
bahwa konsentrasi 25% terjadi pengham- mengenai uji Konsentrasi Hambat Mini-
batan pertumbuhan bakteri. Hal ini terbukti mum getah kulit buah pisang goroho (Musa
karena tidak terdapat perubahan nilai acuminafe L) terhadap pertumbuhan
absorbansi sesudah dan sebelum inkubasi. Staphylococcus aureus dengan mengguna-
Pada konsentrasi 100% terjadi penurunan kan metode Kromatografi Cair Kinerja
nilai absorbansi yang artinya bakteri ter- Tinggi (KCKT) untuk memperoleh hasil
hambat pada konsentrasi tersebut. Konsen- yang lebih akurat.
trasi 50% merupakan konsentrasi yang Diharapkan penelitian lebih lanjut
lebih tinggi dari konsentrasi 25% yang untuk melakukan uji konsentrasi bunuh
seharusnya dapat menghambat pertum- minimum (KBM) getah kulit buah pisang
buhan bakteri. Kenaikan nilai absorbansi goroho (Musa acuminafe L) terhadap
pada konsentrasi 50% tidak sepenuhnya pertumbuhan Staphylococcus aureus.
karena pertumbuhan bakteri, tetapi diduga
dipengaruhi oleh kepekatan konsentrasi DAFTAR PUSTAKA
yang terjadi pada konsentrasi yang lebih 1. Sariningsih E. Gigi Busuk dan Poket
tinggi, sehingga dapat memengaruhi penye- Periodontal sebagai Fokus Infeksi.
rapan cahaya oleh sel-sel bakteri yang mati Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
di dalam larutan.13 2014; p. 26-8.
Pada penelitian ini terjadi kenaikan 2. Shweta, Prakash SK. Dental abscess: A
microbiological review. Dent Res J
nilai absorbansi kontrol negatif yang seha-
(Isfahan). 2013;10(5):585-91.
rusnya turun atau tetap karena tidak diberi- 3. Gillespie SH, Bamford KB. At a Glance
kan perlakuan. Kenaikan ini disebabkan

116
Wuon, Pangemanan, Anindita: Uji KHM getah kulit buah pisang goroho ...

Mikrobiologi Medis dan Infeksi (3rd (Camellia sinensis L. var Assamica).


ed). Tania SH, penerjemah. Jakarta: Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas.
Erlangga, 2009. 2014;11(2):50-7.
4. Pelczar MJ, Chan ECS. Dasar-Dasar 12. Michel C, Blanc G. Minimum Inhibitory
Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press, 1998; Concentration Methodology in Aqua-
p. 563. culture: The temperature. Aquacultur.
5. Turang AC. Mengenal pisang goroho (Musa 2001;196:311-8.
acuminafe, sp). [cited 2018 Feb 23]. 13. Kusuma DF. Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Available from: http://sulut.litbang. Etanol Buah Mengkudu (Morinda
deptan.go.id/ind/index.php?option=co citrifolia Linnaeus) terhadap Bakteri
m_content&view=article&id=189:men Pembusuk Daging Segar. Pusat
genal-pisang-goroho-musa Informasi Ilmiah. Surakarta: Univer-
acuminafesp&catid=80:leaflet&Itemid sitas Sebelas Maret, 2010; p. 33.
=69. 14. Septian K. Uji Konsentrasi Hambat
6. Rante BK, Assa YA, Gunawan PN. Uji daya Minimum (KHM) Ekstrak Spons Laut
hambat getah kulit buah pisang (Callyspongia sp.) terhadap partum-
goroho(Musa acuminafe L) terhadap buhan bakteri Staphylococcus aureus.
pertumbuhan Staphylococcus aureus. Manado. Dentire. 2016;5(1):5-10.
eG. 2017;5(2):130-4. 15. Permata DAA. Uji Konsentrasi Hambat
7. Juliana C, Edi S, Yudistira A. Analisis Minimum (KHM) Ekstrak Daun
fitokimia dan uji aktivitas antioksidan Bombay (Allium cepa L) Terhadap
dari getah kulit buah pisang goroho Pertumbuhan Staphylococcus aureus.
(Musa Acuminate (L.). Jurnal Ilmiah Manado. Pharmacon. 2014;5(4):52-9.
Farmasi Unsrat. 2013;2(3):34-9. 16. Geisler J, Thompson T, Choosing the best
8. Winarsi H. Antioksidan Alami dan Radikal detection method: absorbance vs.
Bebas Potensi dan Aplikasinya dalam fluorescence. [cited 2018 May 10].
Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius, Available from: https://www.
2007; p. 177. biocompare.com/Bench-Tips/173963-
9. Supriatna, Moelyono MW, Iskandar Y. Choosing-the-Best-Detection-Method-
Prinsip Obat Herbal. Yogyakarta: Budi Absorbance-vs-Fluorescence
Utama, 2014; p. 14-5. 17. Watson GD. Analisis Farmasi: Buku Ajar
10. Cockerel FR, Wikler MA, Alder J, Dudley untuk Mahasiswa Farmasi dan Praktisi
MN, Eliopoulus GM, Ferraro GM. Kimia. Jakarta: EGC, 2007; p.105-27.
Methods for Dilution Antimicrobial 18. Amalia KR, Sumantri, Ulfah M. Perban-
Susceptibility Test for Bacteria that dingan metode spektrofotometer UV
Grow Aerobically Approve (9th ed). dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
USA: Clinical and Laboratory Standard (KCKT) pada penetapan kadar natrium
Institute diklofenak. Semarang: Fakultas
11. Astutiningsih C, Setyani S, Hindratna H. Farmasi Universitas Wahid Hasyim
Uji daya antibakteri dan identifikasi Semarang; 2010.
isolate senyawa katekin dari daun teh

117

You might also like