Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

TINGKAT MOTIVASI PE TANI DALAM PE NE RAPAN SISTE M

AGROFORESTRY
( Farmers Motivation Level in Application of Agroforestry System)

Idin Saepudin Ruhimat


Balai Penelitian Teknologi Agroforestry,
Jalan Raya Ciamis-Banjar KM 4, Ciamis, Jawa Barat, Indonesia;
email: idintea@ yahoo.co.id
Diterima 3 Maret 2015 direvisi 21 April 2015 disetujui 17 Mei 2015

ABSTRACT
This study aims to determine farmers motivation level, factors affecting farmers motivation, and to formulate efforts to increasing
farmers motivation in implementing agroforestry systems. This research was conducted in L umbung District, Ciamis Regency, using the
survey method of explanation. Data was analyzed with Structural E quation Modelling (SE M) approach using SmartPls 2.0 M3
program. The results showed: 1) the farmers motivation level in implementing agroforestry systems are still low so that land use with
agroforestry system in the study area have not been able to provide optimal benefits; 2) farmers motivation level is directly influenced by the
perception and the farmers capacity level and indirectly influenced by the characteristics of farmers, external suppor level, extension role
and farmer groups role; 3) efforts to increase the farmers motivation can be done through capacity building and strengthening of farmers
perceptions. Plantation and Forestry Service and Agricultural Service in Ciamis Regency are advised to include agroforestry program in
the work plan of the agencies and facilitate the implementation of: 1) education, training and extension; 2) facilitate the development of
agroforestry technology pack age demplot; and 3) fasilitate the implemantation of comparative study.
Keywords: Farmers motivation, agroforestry, structural analysis.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi petani, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
motivasi petani dan merumuskan usaha peningkatan motivasi petani dalam penerapan sistem agroforestry. Penelitian
dilaksanakan di Kecamatan Lumbung, K abupaten Ciamis dengan menggunakan metode survei yang bersifat
eksplanasi. Analisis data dilakukan dengan pendekatan Structural E quation Modelling (SE M) menggunakan program
SmartPls 2.0 M3. Hasil penelitian menunjukkan: 1) tingkat motivasi petani dalam penerapan sistem agroforestry masih
rendah sehingga pemanfaatan lahan dengan sistem agroforestri di lokasi penelitian belum dapat memberikan manfaat
yang optimal; 2) tingkat motivasi petani dipengaruhi secara langsung oleh persepsi dan kapasitas petani serta
dipengaruhi secara tidak langsung oleh faktor karakteristik petani, dukungan pihak luar, peran penyuluh dan peran
kelompok tani dan 3) usaha peningkatan motivasi petani dapat dilakukan dengan melakukan peningkatan kapasitas
dan penguatan persepsi petani terhadap sistem agroforestry. Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) dan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan (Distan) K abupaten Ciamis disarankan memasukkan program agroforestry dalam
rencana kerja instansi dan memfasilitasi: 1) pendidikan, pelatihan dan penyuluhan; 2) pembangunan demplot paket
teknologi agroforestry dan 3) pelaksanaan studi banding untuk petani.
K ata kunci: Motivasi petani, agroforestry, analisis struktural.

I. PE NDAHULUAN ka pendek, menengah maupun panjang (Butarbutar,


2012; Mayrowati & Ashari, 2011). Pemanfaatan la-
A groforestry merupakan sistem pemanfaatan lahan han dengan menggunakan sistem agroforestry diya-
yang mengombinasikan tanaman tahunan, tanaman kini dapat memberikan berbagai keuntungan untuk
pertanian dan atau ternak/ikan pada suatu areal yang kehidupan masyarakat berupa keuntungan yang
sama, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai bersifat sosial, ekonomi, lingkungan dan psikologi
produktivitas lahan berupa hasil dari tanaman ber- (Harun, 2011; Hiola, 2011).
kayu, tanaman pertanian/peternakan/perikanan se- Besarnya keuntungan yang diperoleh dari
hingga diperoleh pendapatan berjenjang, baik jang- sistem agroforestry telah mendorong para pihak

131
Tingkat Motivasi Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestry (Idin Saepudin Ruhimat)
untuk menjadikan sistem agroforestry sebagai salah II. ME TODE PE NE LITIAN
satu solusi pemanfaatan lahan secara berkelanjutan
yang secara teknis dapat diterapkan, secara sosial A. Desain Penelitian
dapat diterima, secara ekonomis menguntungkan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
dan ramah terhadap lingkungan (Harun, 2011;
metode survei yang bersifat eksplanasi yaitu me-
Rambey, 2011). Penggunaan sistem agroforestry
tode penelitian yang ditujukan untuk mempelajari
diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang
perilaku petani serta mengetahui dan menjelaskan
timbul akibat terjadinya alih fungsi lahan seperti
pola keterkaitan antar variabel penelitian
penurunan kesuburan tanah, banjir, kekeringan,
(Indraningsih, 2013 ; Yumi et al., 2011; Sumarlan
kepunahan plasma nutfah, baik flora maupun
et al., 2012). Data sekunder diperoleh dari studi
fauna, perubahan iklim, lahan kritis dan mengatasi
pustaka dan studi dokumentasi yang dihasilkan
masalah ketahanan pangan (Sumiati, 2011). Selain
oleh instansi yang memiliki keterkaitan dengan
itu, sistem agroforestry menjadi solusi dalam
tujuan penelitian seperti Dinas Kehutanan dan
pengembangan usaha tani di lahan kering secara
Perkebunan, Balai Pengelolaan DAS (BPDAS),
optimal dan berkelanjutan (Bahrun, 2012; Pranoto,
Biro Pusat Statistik (BPS), pemerintah desa, keca-
2012).
matan dan sebagainya. Data primer dikumpulkan
Kecamatan Lumbung, salah satu daerah di K a-
melalui: a) wawancara mendalam dengan
bupaten Ciamis, merupakan salah satu daerah hulu
menggunakan alat bantu daftar pertanyaan yang
sungai di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy
disusun sebagai interview guide yang bersifat fleksibel
yang termasuk dalam kategori DAS kritis dan me-
dan b) wawancara terstruktur meng-gunakan
miliki lahan kering yang luas yaitu 1.885,77 hektar
kuesioner penelitian yang bersifat tertutup.
atau 67,21% dari total luas wilayah. Kondisi seperti
Format jawaban dalam kuesioner tertutup
ini telah mendorong pemerintah pusat dan daerah
menggunakan skala Likert (L ik ert Summated Rating)
untuk mengembangkan sistem agroforestry sebagai
dengan lima alternatif jawaban, yang masing-
salah satu solusi pemanfaatan lahan yang diharap-
masing alternatif jawaban diberi skor sebagai
kan dapat memberikan manfaat secara ekonomi,
berikut: a) sangat tinggi/sangat mendukung per-
ekologi dan sosial bagi masyarakat.
nyataan diberi skor 5; b) tinggi/mendukung per-
Puspitodjati et al. (2013) menyebutkan sistem
nyataan diberi skor 4; c) sedang diberi skor 3; d)
agroforestry yang dilakukan oleh masyarakat di
rendah/mendukung pernyataan diberi skor 2 dan
wilayah Kecamatan Lumbung belum optimal
d) sangat rendah/sangat tidak mendukung per-
dalam menghasilkan pendapatan petani yang
nyataan diberi skor 1. Total skor setiap jawaban
memenuhi standar kecukupan hidup minimum
dalam kuesioner dihitung dengan menggunakan
(KHM) dan be-lum mampu menurunkan tingkat
rumus Sevilla yang dipergunakan oleh Suprayitno
erosi di bawah tingkat erosi yang ditolerir. Selain itu,
(2011) yaitu:
faktor motivasi petani merupakan salah satu pe-
nyebab ketidakoptimalan penerapan sistem agro-
forestry sehingga akan berdampak kepada rendahnya
kinerja sistem agroforestry dalam menghasilkan
manfaat sosial, ekonomi maupun ekologi untuk Total skor indikator/variabel minimun dicapai
masyarakat (Sumiati, 2011, Suprayitno et al., 2012; bila semua parameter setiap indikator menunjuk-
Saleh, 2012). kan angka skor 1, sedangkan total skor maksimum
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dicapai bila nilai skor setiap indikator menunjukkan
bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi angka skor 5. Berdasarkan perhitungan dengan
petani, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap menggunakan rumus Sevilla, maka sebaran total
motivasi petani dan merumuskan usaha skor variabel/indikator berkisar antara 0-100. Total
peningkatan motivasi petani dalam penerapan skor dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi
sistem agroforestry di Kecamatan Lumbung. Hasil tiga kategori yaitu: kategori rendah apabila total
penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai skor berada pada kisaran nilai 0-33,33; sedang
rekomendasi bagi pihak terkait dalam usaha me- apabila total skor berada pada kisaran nilai 33,34-
ningkatkan motivasi petani dalam menerapkan 66,66 dan tinggi apabila berada pada kisaran nilai
sistem agroforestry. 66,67-100.

132
JURNAL Penelitian Sosial dan E konomi K ehutanan Vol. 12 No. 2 Juni 2015, Hal. 1-11
B. Waktu dan Lokasi Penelitian Wiyono (2011) menyebutkan jumlah sampel
minimal untuk melakukan analisis SE M dengan
Penelitian dilaksanakan mulai bulan April
program SmartPLs 2.0 M3 adalah 30 orang. Ter-
sampai dengan Desember 2013 di Kecamatan
dapat dua jenis pendekatan untuk melakukan
Lumbung, K abupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.
analisis SEM yaitu SE M berbasis varian atau di-
Penentuan Kecamatan Lumbung sebagai lokasi
sebut SE M Partial L east Square (SEM-PLS) dan
penelitian di lakukan secara purposive sampling yang
SE M berbasis covariance (SEM-CB). Analisis SEM-
didasarkan kepada pertimb angan b ahwa
PLS dilakukan untuk jumlah sampel kecil yaitu
Kecamatan Lumbung merupakan salah satu daerah
maksimal 100 orang sedangkan SE M-CB
hulu DAS Citanduy yang termasuk ke dalam
mensyaratkan sampel dalam jumlah banyak yaitu
kategori DAS kritis, memiliki luas lahan kering yang
100-200 orang atau 10 kali jumlah indikator pe-
cukup luas dan merupakan daerah pengembangan
nelitian (Ulum et al., 2014; Ghozali, 2014; Mo-
sistem agroforestry di K abupaten Ciamis.
necke &Leisch, 2012; Sarwono, 2015; Afifah &
Sunaryo, 2013). Berdasarkan hal tersebut maka
C. Populasi dan Sampel Penelitian
jumlah sampel penelitian sebanyak 95 orang telah
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari rumah memenuhi syarat untuk melakukan analisis SEM-
tangga petani yang bertempat tinggal di Kecamatan PLS dengan program SmartPls 2.0 M3.
Lumbung dan menggunakan sistem agroforestry di 3. Penghitungan sebaran jumlah responden untuk
lahan miliknya. Adapun yang dijadikan sebagai unit setiap desa di Kecamatan Lumbung secara pro-
analisis adalah kepala keluarga rumah tangga petani. porsional dan acak menggunakan metode Pro-
Sampel dalam penelitian ini adalah kepala porsionate Random Sampling dengan rumusan alo-kasi
keluarga yang bermata pencaharian utama sebagai proporsional sebagai berikut:
petani yang memanfaatkan sebagian atau seluruh
lahan miliknya dengan sistema agroforestry.
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan
secara bertahap (multistage sampling) dengan tahapan Keterangan:
sebagai berikut: ni = jumlah sampel dalam stratum
1. Penentuan sampel tahap pertama dilakukan de- n = jumlah sampel seluruhnya
ngan teknik sensus yaitu mengambil keseluruh- Ni = jumlah populasi menurut stratum
N = jumlah populasi seluruhnya.
an desa di Kecamatan Lumbung sebagai sampel
penelitian. Berdasarkan rumusan alokasi proporsional ter-
2. Penentuan sampel tahap kedua dilakukan de- sebut maka sebaran jumlah petani yang dijadikan
ngan menghitung jumlah petani yang akan dija- sampel dalam penelitian ini seperti terlihat pada
dikan sampel penelitian menggunakan rumus Tabel 1:
Solvin seperti yang disampaikan oleh Mun'im
(2012) sebagai berikut:
Tabel 1. Sebaran jumlah responden pada setiap
desa terpilih
Table 1. The number of respondents distribution in each
selected village
Keterangan:
n = jumlah total sampel yang akan diambil Jumlah
N = jumlah individu dalam keseluruhan populasi responden
No. Nama Desa (V illage name)
(Number of
d = presisi, dalam penelitian sosial ekonomi respondents)
ditetapkan 0,1.
1 Desa Sadewata (Sadewata village) 15
Berdasarkan rumus Solvin yang telah disebut- 2 Desa Rawa (Rawa village) 12
3 Desa Lumbung (L umbung village) 11
kan, maka ukuran sampel penelitian dihitung de- 4 Desa Darmaraja (Darmaraja village) 11
ngan memasukkan jumlah total petani agroforestry di 5 Desa Sukaraharja (Suk araharja village) 6
lokasi penelitian sebanyak 1953 orang (N) pada 6 Desa Cikupa (Cik upa village) 12
presisi 0,1 (d) ke dalam persamaan tersebut 7 Desa Awiluar ( A wiluar village) 13
8 Desa Lumbungsari (L umbungsari village) 11
sehingga diperoleh ukuran sampel penelitian se-
Jumlah (Total) 95
banyak 95 orang.

133
Tingkat Motivasi Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestry (Idin Saepudin Ruhimat)
D. Variabel Penelitian Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka va-
riabel dalam penelitian ini merupakan gabungan
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini di-
berbagai variabel yang digunakan dalam penelitian
peroleh dari hasil studi pustaka terhadap berbagai
tersebut sehingga hasil analisis dalam penelitian le-
hasil kajian/penelitian yang memiliki keterkaitan
bih bersifat komprehensif. Variabel-variabel yang
dengan tema penelitian. D ewandini (2010),
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari motivasi
Suprayitno (2011) dan Sya'ban et al. (2014) menge-
petani sebagai variabel terikat (Y), persepsi petani
mukakan motivasi dipengaruhi oleh karakteristik
(X 1), kapasitas petani (X 2), dukungan pihak luar
petani, kapasitas petani, peran penyuluh, peran
(X 3), karakteristik petani (X 4), peran kelompok tani
kelompok tani dan pengaruh pihak luar. Selain itu,
(X 5) dan peran penyuluh (X 6). Adapun definisi, pa-
Sumiati (2011) dan Puspasari (2010) menyimpulkan
rameter dan kategori pengukuran masing-masing
motivasi petani dipengaruhi oleh beberapa faktor di
variabel penelitian beserta indikator penyusunnya
antaranya persepsi petani, pengalaman usaha tani,
adalah sebagai berikut (Tabel 2 hingga Tabel 8).
dan tingkat kosmopolitan petani. Berdasarkan hasil
1. Motivasi petani (Y 1) merupakan suatu bentuk
penelitian tersebut maka variabel dalam penelitian
dorongan/kemauan yang menjadi dasar atau
ini merupakan gabungan berbagai variabel yang
alasan petani untuk melakukan atau tidak mela-
digunakan dalam penelitian tersebut sehingga hasil
kukan suatu kegiatan pekerjaan (Siregar & Sari-
analisis dalam penelitian lebih bersifat kompre-
dewi, 2010; Zulfikar et al., 2015) (Tabel 2).
hensif. Variabel-variabel yang digunakan dalam
2. Persepsi petani (X 1) merupakan suatu proses
penelitian ini terdiri dari motivasi petani sebagai
da-lam melakukan pengelolaan atau pemberian
variabel terikat (Y), persepsi petani (X 1), kapasitas
makna pada informasi tentang suatu obyek atau
petani (X 2), dukungan pihak luar (X 3), karakteristik
peristiwa di luar dirinya yang diterima oleh
petani (X 4), peran kelompok tani (X 5) dan peran
panca indera menjadi sebuah gambaran lengkap
penyuluh (X 6). Adapun definisi, parameter dan
(Wu-landari, 2010) (Tabel 3).
kategori pengukuran masing-masing variabel
3. K apasitas petani (X 2) merupakan daya yang me-
penelitian beserta indikator penyusunnya adalah
lekat pada pribadi seorang petani sebagai pelaku
sebagai berikut (Tabel 2 hingga Tabel 8).

Tabel 2. Indikator, definisi, parameter dan kategori pengukuran motivasi petani


Table 2. Indicators, definition, parameters and measurement category of farmers motivation
Parameter pengukuran K ategori pengukuran
Indikator (I ndicator) Definisi (Definition)
(Measurement parameter) (Measurement category)
Y 1.1 Motivasi sosial Tingkat kemauan yang mendorong Diukur berdasarkan skor responden 1. Sangat rendah
(Social motivation) petani untuk berperan-serta secara terhadap tingkat kemauan yang 2. Rendah
aktif dalam menerapkan sistem mendorong petani untuk berperan- 3. Sedang
agroforestry dengan tujuan untuk serta secara aktif dalam 4. Tinggi
mendapatkan kepercayaan dan menerapkan sistem agroforestry 5. Sangat tinggi
pengakuan dari ling-kungan dengan tujuan untuk mendapatkan
sekitarnya (Suprayitno, 2011) kepercayaan dan pengakuan dari
lingkungan sekitarnya
Y 1.2 Motivasi eko - Tingkat kemauan yang mendorong Diukur berdasarkan skor responden 1. Sangat rendah
nomi (E conomic mo- petani untuk berpartisipasi aktif terhadap tingkat kemauan yang 2. Rendah
tivation) dalam menerapkan sistem agroforestry mendorong petani untuk 3. Sedang
dengan tujuan menambah berpartisipasi aktif dalam 4. Tinggi
penghasilan rumah tangga menerapkan sistem agroforestry 5. Sangat tinggi
(Suprayitno, 2011) dengan tujuan menambah
penghasilan rumah tangga
Y 1.3 Motivasi Tingkat kemauan yang mendorong Diukur berdasarkan skor responden 1. Sangat rendah
ekologi (E cology petani untuk berperan-serta secara terhadap tingkat kemauan yang 2. Rendah
motivation) aktif dalam menerapkan sistem mendorong petani untuk berperan- 3. Sedang
agroforestry dengan tujuan untuk serta secara aktif dalam menerapkan 4. Tinggi
menjaga kelestarian lingkungan hidup sistem agroforestry dengan tujuan 5. Sangat tinggi
(Suprayitno, 2011) untuk menjaga kelestarian
lingkungan hidup

134
JURNAL Penelitian Sosial dan E konomi K ehutanan Vol. 12 No. 2 Juni 2015, Hal. 1-11
Tabel 3. Indikator, definisi, parameter dan kategori pengukuran persepsi petani
Table 3. Indicators,definition, parameters and measurement category of farmers perception
Parameter pengukuran K ategori pengukuran
Indikator (I ndicator) Definisi (Definition)
(Measurement parameter) (Measurement category)
X.1.1 Keuntungan Tingkat keuntungan yang diperoleh Diukur berdasarkan skor yang 1. Sangat rendah
relatif (Relative petani dari teknologi yang diberikan responden terhadap 2. Rendah
advantages) diperkenalkan kepada petani tingkat keuntungan yang diperoleh 3. Sedang
dibandingkan sistem usaha tani yang petani dalam penerapan sistem 4. Tinggi
telah dan sedang dilakukan agroforestry 5. Sangat tinggi
sebelumnya oleh petani, baik
keuntungan ekonomi, teknis, sosial
maupun ekologi (Zulvera, 2014)
X 1.2 Kesesuaian Tingkat kesesuaian teknologi dengan Diukur berdasarkan skor yang 1. Sangat tidak sesuai
(Compatibility) nilai-nilai yang ada, pengalaman masa diberikan responden terhadap 2. Tidak sesuai
lalu, sistem nilai yang dianut, keperca- tingkat kesesuaian sistem 3. Sedang
yaan dan kebutuhan potensial dari agroforestry nilai-nilai dan 4. Sesuai
petani (Indraningsih, 2010 & Zulvera, kepercayaan yang dianut oleh 5. Sangat sesuai
2014) masyarakat
X 1.3 Kerumitan Tingkat kerumitan yang ditawarkan Diukur berdasarkan skor yang 1. Sangat rumit
(Complexity) suatu teknologi untuk diterapkan oleh diberikan responden terhadap 2. Rumit
pe-tani (Zulvera, 2014) tingkat kerumitan penerapan 3. Sedang
sistem agroforestry oleh masyarakat 4. Tidak rumit
5. Sangat tidak rumit
X 1.4 Kemungkinan Tingkat kemudahan suatu teknologi Diukur berdasarkan skor yang 1. Sangat tidak mudah
dicoba (Trialibility) un-tuk diujicobakan oleh petani diberikan responden terhadap 2. Tidak mudah
dalam skala kecil (Zulvera, 2014) tingkat kemudahan dalam 3. Sedang
penerapan sistem agroforestry untuk 4. Mudah
diuji coba dalam skala kecil 5. Sangat mudah
X 1.5 Kemungkinan Tingkat kemudahan suatu teknologi Diukur berdasarkan skor yang 1. Sangat sulit
diamati (Observabili- untuk diamati langsung oleh petani diberikan responden terhadap 2. Sulit
ty) (Zul-vera, 2014) tingkat kemudahan penerapan 3. Sedang
sistem agroforestry untuk diamati 4. Tidak sulit
secara langsung oleh petani 5. Sangat tidak sulit

utama pengelola sumberdaya alam untuk mene- para petani dalam kegiatan berusaha tani
tapkan tujuan usaha tani dan cara mencapai tu- (Hermanto & Swastika, 2011) (Tabel 7).
juan pengelolaan hutan rakyat secara tepat (Su- 7. Peran penyuluh (X 6) didefinisikan sebagai
bagio, 2008) (Tabel 4). segala kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh
4. Dukungan pihak luar (X 3) merupakan segala dalam mendidik, membimbing, memfasilitasi
bentuk bantuan, baik materiil maupun non ma- dan mendampingi petani dalam pengelolaan
teriil, yang berasal dari luar petani yang membe- usaha tani (Yunita, 2011) (Tabel 8).
rikan manfaat atau keuntungan bagi petani da-
lam berusaha tani (Suprayitno, 2011) (Tabel 5). E . Pengolahan dan Analisis Data
5. K arakteristik petani (X 4) merupakan ciri-ciri
Analisis data yang digunakan dalam penelitian
atau sifat-sifat khusus individu yang melekat
ini terdiri dari analisis deskiptif dan analisis SE M
pada diri seorang petani yang berhubungan
menggunakan program SmartPls 2.0 M3. Analisis
dengan semua aspek kehidupan (Suprayitno,
deskriptif digunakan untuk menggambarkan kon-
2011 & Yunita, 2011) (Tabel 6).
disi variabel penelitian, sedangkan analisis SE M
6. Peran kelompok tani (X 5) merupakan segala ke-
ditujukan untuk menganalisis model keterkaitan di
giatan yang dilakukan oleh kelembagaan di ting-
antara berbagai variabel dan pengaruhnya terhadap
kat petani yang berfungsi sebagai wahana belajar,
motivasi petani dalam penerapan sistem agroforestry,
wahana kerjasama maupun unit produksi
baik pengaruh langsung maupun tidak langsung
bersama yang dibentuk untuk mengorganisir
(Sumarlan, et al., 2012).

135
Tingkat Motivasi Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestry (Idin Saepudin Ruhimat)
Tabel 4. Indikator, definisi, parameter dan kategori pengukuran kapasitas petani
Table 4. Indicators,definition, parameters and measurement category of farmers capacity
Parameter pengukuran K ategori pengukuran
Indikator (I ndicator) Definisi (Definition)
(Measurement parameter) (Measurement category)

X 2.1 K apasitas ma- Seperangkat kemampuan yang dimiliki Diukur berdasarkan skor 1. Sangat rendah
najerial (Managerial petani berupa pengetahuan, responden terhadap kemampuan 2. Rendah
capacity) keterampilan dan sikap yang petani yang berhubungan dengan 3. Sedang
berhubungan dengan unsur-unsur unsur-unsur manajerial penerapan 4. Tinggi
manajerial seperti merencanakan, sistem agroforestry 5. Sangat tinggi
mengorganisasikan, melaksanakan,
mengawasi dan mengevaluasi kegiatan
usaha tani yang dilakukannya secara
baik dan benar (Suprayitno, 2011;
Ruhimat, 2014)
X 2.2 K apasitas tek- Seperangkat kemampuan yang Diukur berdasarkan skor 1. Sangat rendah
nis (Technical berkaitan dengan pengetahuan, responden terhadap kemampuan 2. Rendah
capacity) keterampilan tentang sistem usaha petani yang berhubungan dengan 3. Sedang
tani, mulai dari pembibitan, unsur-unsur teknis penerapan 4. Tinggi
pengolahan lahan, pemeliharaan sistem agroforestry 5. Sangat tinggi
tanaman, pemanenan dan pemasaran
hasil (Suprayitno, 2011
X 2.3 K apasitas Kemampuan petani untuk Diukur berdasarkan skor 1. Sangat rendah
sosial (Social membangun hubungan interpersonal responden terhadap kemampuan 2. Rendah
capacity) dalam kelompok, kemampuan petani yang berhubungan dengan 3. Sedang
bernegosiasi dan mengembangkan membangun hubungan 4. Tinggi
jejaring atau kemitraan dengan pihak interpersonal dalam kelompok, 5. Sangat tinggi
lain, yang pada prinsipnya didasarkan kemampuan bernegosiasi dan
pada kemampuan komunikasi mengembangkan jejaring atau
anggota-petani (Suprayitno, 2011 ). kemitraan dengan pihak lain

Tabel 5. Indikator, definisi, parameter dan kategori pengukuran dukungan pihak luar
Table 5. Indicators, definition, parameters and measurement category of external supporting
Parameter pengukuran K ategori pengukuran
Indikator (I ndicator) Definisi (Definition)
(Measurement parameter) (Measurement category)

X 3.1 Dukungan pe- Tingkat intensitas keterlibatan Diukur berdasarkan skor 1. Sangat rendah
merintah (Government pemerintah membantu responden responden terhadap tingkat 2. Rendah
supporting) dalam pengelolaan usaha tani intensitas keterlibatan pemerintah 3. Sedang
agroforestry dalam pengelolaan usaha tani 4. Tinggi
agroforestry 5. Sangat tinggi
X 3.2 Dukungan Tingkat intensitas keterlibatan pihak Diukur berdasarkan skor 1. Sangat rendah
swas-ta (Private swasta membantu responden dalam responden terhadap tingkat 2. Rendah
supporting) pengelolaan usaha tani agroforestry intensitas keterlibatan pihak swasta 3. Sedang
dalam pengelolaan usaha tani 4. Tinggi
agroforestry 5. Sangat tinggi
X 3.3 Dukungan LSM Tingkat intensitas keterlibatan LSM Diukur berdasarkan skor 1. Sangat rendah
(N on government membantu responden dalam pengelo- responden terhadap tingkat 2. Rendah
organization supporting) laan usaha tani agroforestry intensitas keterlibatan LSM dalam 3. Sedang
pengelolaan usaha tani agroforestry 4. Tinggi
5. Sangat tinggi

136
JURNAL Penelitian Sosial dan E konomi K ehutanan Vol. 12 No. 2 Juni 2015, Hal. 1-11
Tabel 6. Indikator, definisi, parameter dan kategori pengukuran karakteristik petani
Table 6. Indicators, definition, parameters and measurement category of farmers characteristic
Parameter pengukuran K ategori pengukuran
Indikator (I ndicator) Definisi (Definition)
(Measurement parameter) (Measurement category)
X 4.1 Tingkat kos- Tingkat intensitas petani dalam Diukur berdasarkan skor res- 1. Sangat rendah
mopolitan melaku-kan hubungan atau kontak ponden terhadap tingkat 2. Rendah
(Cosmopo-litan level) dengan berbagai sumber informasi, intensitas hubungan antara 3. Sedang
baik yang berada di dalam maupun di petani dengan berbagai 4. Tinggi
luar petani yang berhubungan dengan sumber informasi penerapan 5. Sangat tinggi
pengelolaan usaha tani agroforestry sistem agroforestry
(Suprayitno, 2011)
X 4.2 Pendidikan in- Pelatihan yang diperoleh petani (di Diukur berdasarkan jumlah 1. Sangat rendah (< 1 kali)
formal (Informal edu- luar pendidikan formal) yang pernah pelatihan yang diikuti petani 2. Rendah (2-3 kali)
cation) dan sedang diikuti oleh petani dalam pengelolaan usaha tani 3. Sedang (4-5 kali)
agroforestry 4. Tinggi (6-7 kali)
5. Sangat tinggi (> 8 kali)
X 4.3 Pengalaman Lamanya waktu yang telah/sedang di- Diukur berdasarkan lamanya 1. Sangat rendah (< 5 tahun)
usa-ha tani (Farmers pergunakan oleh petani untuk waktu (tahun) yang telah/se- 2. Rendah (5-10 tahun)
experiances) melakukan kegitan usaha tani dang dipergunakan oleh 3. Sedang (11-15 tahun)
petani untuk melakukan 4. Tinggi (16-20 tahun)
kegiatan usaha tani 5. Sangat tinggi (> 20 tahun)

Tabel 7. Indikator, definisi, parameter dan kategori pengukuran peran kelompok tani
Table 7. Indicators, definition, parameters and measurement category of farmers group roles

Parameter pengukuran K ategori pengukuran


Indikator (I ndicator) Definisi (Definition)
(Measurement parameter) (Measurement category)

X 5.1 Wahana Wadah belajar-mengajar bagi anggo- Diukur berdasarkan skor res- 1. Sangat kecil
belajar (L earning tanya guna meningkatkan ponden tentang seberapa 2. Kecil
place) pengetahuan, keterampilan dan sikap besar peran kelompok tani 3. Sedang
serta tumbuh dan berkembangnya sebagai tempat belajar petani 4. Besar
kemandirian dalam berusaha tani dalam pengelolaan usaha tani 5. Sangat besar
(Sukriah, 2011) agroforestry
X 5.2 Wahana kerja- Wadah untuk memperkuat kerjasama Diukur berdasarkan skor res- 1. Sangat kecil
sama (Cooperation di antara sesama petani dalam ponden tentang seberapa 2. Kecil
place) kelompok tani dan antar kelompok besar peran kelompok tani 3. Sedang
tani serta dengan pihak lain (Sukriah, sebagai tempat kerjasama 4. Besar
2011) petani dalam pengelolaan 5. Sangat besar
usaha tani forestry
X 5.3 Wahana unit Kelompok tani sebagai satu kesatuan Diukur berdasarkan skor res- 1. Sangat kecil
produksi bersama usaha dari seluruh anggota kelompok ponden tentang seberapa 2. Kecil
(Joint production unit) tani yang dapat dikembangkan untuk besar peran kelompok tani 3. Sedang
mencapai skala ekonomi, baik dipan- sebagai unit produk bersama 4. Besar
dang dari segi kuantitas, kualitas mau- seluruh anggota kelompok 5. Sangat besar
pun kontinuitas (Sukriah, 2011) tani dalam pengelolaan usaha
tani agroforestry

137
Tingkat Motivasi Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestry (Idin Saepudin Ruhimat)
Tabel 8. Indikator, definisi, parameter dan kategori pengukuran peran penyuluh
Table 8. Indicators, definition, parameters and measurement category of extension roles
Parameter pengukuran K ategori pengukuran
Indikator (I ndicator) Definisi (Definition)
(Measurement parameter) (Measurement category)
X 6.1 Peran Kegiatan yang dilakukan oleh Diukur berdasarkan tingkat 1. Sangat kecil
pendam-ping penyuluh dalam memberikan nasehat, intensitas kegiatan penyuluh 2. Kecil
(Companion role) pertimbangan, masukan kepada petani dalam melakukan 3. Sedang
dan pihak lain yang berhubungan pendampingan kepada petani 4. Besar
dengan pengelolaan usaha tani dalam pengelolaan usaha tani 5. Sangat besar
(Suprayitno, 2011)
X 6.2 Peran fasilitator Kegiatan yang dilakukan penyuluh da- Diukur berdasarkan tingkat 1. Sangat kecil
(Facilitator role) lam rangka mendorong dan intensitas kegiatan penyuluh 2. Kecil
membantu petani dalam dalam memfasilitasi 3. Sedang
memperlancar proses pe-ngelolaan pengelolaan usaha tani 4. Besar
usaha tani (Suprayitno, 2011) 5. Sangat besar
X 6.3 Peran pendidik Kegiatan yang dilakukan oleh Diukur berdasarkan tingkat 1. Sangat kecil
(E ducators role) penyuluh dalam membangun intensitas kegiatan penyuluh 2. Kecil
kesadaran, memberikan informasi, dalam mendidik/melatih 3. Sedang
mengajar/melatih petani terkait petani terkait pengelolaan 4. Besar
dengan pengelolaan usaha tani usaha tani 5. Sangat besar
(Suprayitno, 2011)

III. HASIL DAN PE MBAH ASAN 226,48 ha, hutan rakyat 1054,98 ha, sawah 919 ha
dan penggunaan lain 82,51 ha. Berdasarkan data ini
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan
terluas di Kecamatan Lumbung adalah hutan
Kecamatan Lumbung merupakan salah satu ke-
rakyat yaitu 37,58%. Adapun sistem penanaman
camatan di K abupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat
yang paling banyak dilakukan petani di hutan rakyat
dengan luas wilayah 2.804,77 hektar yang terbagi ke
adalah sistem agroforestry dengan kayu sebagai
dalam delapan desa, 41 dusun, 98 RW dan 289 RT.
tanaman utama.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Lumbung
Secara umum, sistem agroforestry yang terdapat di
adalah Kecamatan Cipaku di sebelah selatan, Keca-
Kecamatan Lumbung merupakan agroforestry kom-
matan K awali di sebelah timur, Kecamatan Panjalu
pleks yaitu agroforestry yang tersusun dari berbagai
di sebelah barat dan Kecamatan Panawangan di se-
jenis tanaman berkayu, tanaman perkebunan,
belah utara (Badan Penyuluhan Pertanian Perke-
tanaman buah-buahan, tanaman bawah tahunan
bunan Perikanan dan Kehutanan Kecamatan Lum-
dan tanaman bawah semusim dengan jarak tanam
bung, 2012).
yang tidak teratur. Adapun jenis tanaman penyusun
Sektor pertanian (petani dan buruh tani) meru-
agroforestry milik petani di Kecamatan Lumbung
pakan mata pencaharian utama penduduk di Keca-
terdiri dari:
matan Lumbung. Berdasarkan data pada monografi
1. Tanaman kayu-kayuan seperti akasia mangium
Kecamatan Lumbung, 93,45% penduduk di Keca-
(A cacia mangium), sengon (Falcataria molucana),
matan Lumbung bermata pencaharian sebagai
su-ren (Toona sureni ), mahoni (Swietenia
petani atau buruh tani sedangkan sisanya bekerja
macrophylla), tisuk (Hibiscus macrophyllus), gmelina
sebagai PNS, pedagang, TNI/POLRI, peternak,
(Gmelina arborea), ganitri (E laeocarpus ganitrus),
buruh bangunan, buruh industri, jasa angkutan dan
puspa (Schima noronhae), jabon (A nthocepallus
lainnya (Pemerintahan Kecamatan Lumbung,
k agamba), jati (Tectona grandis) dan afrika
2012).
(Maesopsis eminii).
Badan Penyuluhan Pertanian Perkebunan Per-
2. Tanaman perkebunan seperti kopi (Coffea spp.),
ikanan dan Kehutanan Kecamatan Lumbung
kakao (Theobroma cacao), cengkeh (Syzygium
(2012) mengemukakan bahwa penggunaan lahan di
aromaticum), kelapa (Cocoa nucifera), petai (Park ia
Kecamatan Lumbung terdiri dari pekarangan 210,7
speciosa) dan pala (Mylistica fragranes).
ha, tegalan 228,092 ha, kolam 83 ha, hutan negara

138
JURNAL Penelitian Sosial dan E konomi K ehutanan Vol. 12 No. 2 Juni 2015, Hal. 1-11
3. Tanaman buah-buahan seperti mangga (Mangi- 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
fera indica), manggis (Garcinia mangostana), durian motivasi petani
(Durio zibhetinus), dukuh (L ancium domesticum var Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap moti-
ducu), pisitan (L ancium domesticum var typica), ko- vasi petani dianalisis dengan menggunakan SE M
kosan (L ancium domesticum var aquaeum) dan ram- program SmartPls 2.0 M3. Hasil yang diperoleh di-
butan (Nephelium lappaceum). gambarkan dalam model struktural seperti
4. Tanaman bawah tahunan seperti kapulaga Gambar 1.
(A momum cardamomum), cabe rawit (Capsicum Secara garis besar, hasil analisis struktural de-
frustescent), pisang (Musa spp.) dan rumput. ngan pendekatan SE M (Gambar 1) dapat diuraikan
5. Tanaman bawah semusim seperti jahe (Zingiber menjadi faktor-faktor yang berpengaruh secara
officinale Rosc), kunyit (Curcuma domisticae), terong langsung dan tidak langsung terhadap motivasi pe-
(Solanum lycopersicum), ubi jalar (Ipomoea batatas), tani.
singkong (Manihot utilissima) dan kacang tanah
(A rachis hypogeae). a. F aktor yang berpengaruh langsung
terhadap motivasi petani
Gambar 1 menunjukkan bahwa terdapat dua
B. Motivasi Petani dan Faktor-Faktor yang
Berpengaruh terhadap Motivasi Petani faktor yang berpengaruh langsung terhadap moti-
vasi petani yaitu faktor kapasitas petani dan per-
1. Tingkat motivasi petani dalam penerapan sepsi petani. Persamaan struktural pengaruh
sistem agroforestry kapasitas dan persepsi petani terhadap motivasi
Hasil analisis deskriptif terhadap variabel dan in- petani dalam penerapan sistem agroforestry di
dikator penyusun variabel motivasi petani terlihat Kecamatan Lumbung adalah sebagai berikut:
dalam Tabel 9. Y = 0,601X 1+ 0,393X 2+ ε
Skor total yang diperoleh variabel motivasi peta- 2
R = 0,925 atau 92,50%
ni dalam penerapan sistem agroforestry adalah 30,75
sehingga berada pada selang nilai 0-33,33 dengan di mana:
kategori rendah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya Y = motivasi petani; X 1 = kapasitas petani; X 2 =
dua indikator penyusun variabel motivasi yaitu mo- persepsi petani; ε = faktor yang memengaruhi motivasi
2
petani selain kapasitas petani dan persepsi petani; R =
tivasi sosial dan motivasi ekologi. Menurut petani,
besaran pengaruh kapasitas dan persepsi petani
penerapkan sistem agroforestry lebih didasarkan ke-
terhadap motivasi petani secara bersama-sama.
pada pertimbangan ekonomi daripada pertim-
bangan sosial dan ekologi. Hal ini ditunjukkan oleh Besaran pengaruh variabel kapasitas dan
pemilihan jenis tanaman penyusun agroforestry yang persep-si petani secara bersama-sama terhadap
hasilnya dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga motivasi petani adalah 92,50% . Hal ini
petani, baik jangka pendek, menengah maupun mengandung penger-tian bahwa kedua faktor
panjang. tersebut berpengaruh sa-ngat kuat terhadap
motivasi petani (Sarwono, 2012).
Faktor pertama adalah kapasitas petani dalam
Tabel 9. Motivasi petani
menerapkan sistem agroforestry yang diukur oleh in-
Table 9. Farmers motivation
dikator kapasitas manajerial, teknis dan sosial, ma-
Variabel/indikator Total skor K ategori skor sih berada pada kategori rendah terutama indikator
(Variable/ indicator ) (Score total) (Score category)
kapasitas manajerial petani. K ategorisasi skor total
Tingkat motivasi petani beserta indikator-indikator penyusun variabel
(Farmers motivation L evel ) 30,75 Rendah (L ow)
kapa-sitas petani dapat dilihat pada Tabel 10.
- Motivasi ekonomi
Rendahnya kapasitas petani dalam penerapan
(E conomic motivation) 33,76 Sedang (Moderate)
sistem agroforestry di Kecamatan Lumbung disebab-
- Motivasi sosial ( Social
motivation) 31,47 Rendah (L ow)
kan oleh rendahnya kapasitas manajerial yang dimi-
- Motivasi ekologi
liki petani, baik dalam perencanaan, pelaksanaan
(E cology motivation) 27,02 Rendah (L ow) maupun evaluasi penerapan sistem agroforestry. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Suprayitno

139
Tingkat Motivasi Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestry (Idin Saepudin Ruhimat)
Gambar 1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasi petani.
Figure 1. Factors that affect to farmers motivation.

(2011) dan Ruhimat (2014) yang mengemukakan program pengembangan kebun bibit rakyat dan
bahwa kapasitas manajerial merupakan faktor sebagainya. Sejalan dengan waktu, lahan milik
utama yang berpengaruh dalam memotivasi petani masyarakat tersebut berubah menjadi kebun
dalam penerapan suatu teknologi. campuran (sistem agroforestry) setelah Dinas
K apasitas manajerial petani yang rendah dapat Pertanian Tanaman Pangan K abupaten Ciamis
dipahami karena sistem agroforestry di Kecamatan melaksanakan beberapa program usaha tani
Lumbung umumnya terbentuk melalui proses pan- terpadu seperti program pemantapan kawasan
jang, yaitu merupakan hasil gabungan dari berbagai pertanian dengan pengembangan tanaman buah-
program yang dilakukan oleh beberapa instansi pe- buahan, program peningkatan produksi tanaman
merintah secara terpisah (Puspitodjati et al., 2013). pertanian, program peningkatan luas areal
Pada awalnya, menurut masyarakat di Kecamatan budidaya terpadu, program ketahanan pa-ngan dan
Lumbung, lahan masyarakat ditanami dengan ta- sebagianya.
naman kehutanan dan atau perkebunan secara mo- Persepsi petani merupakan faktor kedua yang
nokultur melalui berbagai program dari Dinas Ke- berpengaruh langsung terhadap motivasi. Persepsi
hutanan dan Perkebunan K abupaten Ciamis seperti petani terhadap sistem agroforestry dapat diketahui
program pengembangan tanaman perkebunan, dengan menjabarkan indikator-indikator penyusun
program peningkatan produktivitas tanaman variabel persepsi yaitu keuntungan relatif, kesesuai-
perkebunan, program rehabilitasi hutan dan lahan, an, kerumitan, kemungkinan diuji coba dan ke-
mungkinan diamati. Nilai variabel dan indikator
Tabel 10. K apasitas petani penyusun variabel persepsi seperti terlihat dalam
Table 10. Farmers capacity Tabel 11.
Variabel/indikator Total skor K ategori skor Persepsi petani terhadap sistem agroforestry yang
(Variable/ indicator ) (Score total) (Score category) dikembangkan di wilayah Kecamatan Lumbung
Tingkat kapasitas petani yang disusun oleh indikator keuntungan relatif, ke-
(Farmers capacity L evel ) 32,18 Rendah (L ow) sesuaian, kerumitan, kemungkinan dicoba, dan ke-
- K apasitas manajerial mungkinan diamati masih berada pada kategori
(Managerial capacity) 28,02 Rendah (L ow)
rendah yaitu memiliki total skor sebesar 23,01.
- K apasitas teknis
(Technical capacity) 34,34 Sedang (Moderate) Persepsi petani tentang keuntungan relatif ber-
- K apasitas sosial (Social ada pada kategori sedang. Hal ini menggambarkan
capacity) 34,20 Sedang (Moderate) bahwa sistem usaha tani agroforestry yang dilakukan

140
JURNAL Penelitian Sosial dan E konomi K ehutanan Vol. 12 No. 2 Juni 2015, Hal. 1-11
Tabel 11. Persepsi petani untuk diuji-cobakan oleh petani dalam skala kecil
Table 11. Farmers perception akan memiliki tingkat adopsi yang tinggi. Zulvera
Variabel/indikator Total skor K ategori skor (2014) menyebutkan semakin sulit suatu teknologi
(Variable/ indicator ) (Score total) (Score category) diuji-cobakan dan diamati oleh petani maka akan
Tingkat persepsi petani memperkecil ketertarikan petani untuk menerima
(Farmers perception level ) 23,01 Rendah (L ow) dan menerapkan teknologi tersebut.
- Keuntungan relatif
(Relative advantages) 33,48 Sedang (Moderate) b. Faktor yang berpengaruh tidak langsung
- Kesesuaian terhadap motivasi petani
(Compatibility) 33,62 Sedang (Moderate) Terdapat empat faktor yang berpengaruh tidak
- Kerumitan langsung terhadap motivasi petani dalam pene-
(Complexity) 15,52 Rendah (L ow)
- Kemungkinan dicoba
rapan sistem agroforestry yaitu peran kelompok tani,
(Trialibility) 16,67 Rendah (L ow) karakteristik petani, peran penyuluh dan dukungan
- Kemungkinan diamati pihak luar. Faktor pertama yang berpengaruh tidak
(Observability) 15,13 Rendah (L ow) langsung terhadap motivasi petani adalah peran
kelompok tani. Tabel 12 menunjukkan bahwa
peran kelompok tani dalam menguatkan motivasi
petani di K ec amatan L umb ung c ukup
petani untuk penerapan sistem agroforestryberada
menguntung-kan. Menurut petani, terdapat
pada kategori rendah yaitu memiliki total skor
beberapa keuntungan yang diperoleh dari
sebesar 26,10.
penerapan sistem agroforestry di-bandingkan dengan
Sistem agroforestry di Kecamatan Lumbung
sistem monokultur yaitu penda-patan yang
belum menjadi program prioritas kelompok tani.
diperoleh petani lebih besar, adanya ke-
Menurut pengurus kelompok tani, program kerja
sinambungan pendapatan untuk memenuhi kebu-
kelompok tani di Kecamatan Lumbung masih
tuhan petani secara berjenjang dan mengurangi risi-
terbatas kepada usaha tani yang bersifat mono-
ko kegagalan panen karena adanya diversifikasi pen-
kultur, baik untuk tanaman kehutanan maupun
dapatan. Zulvera (2014) mengemukakan tingkat ke-
tanaman pertanian. Peran kelompok tani sebagai
untungan relatif seringkali dinyatakan dalam
wahana kerjasama, wahana belajar dan unit
bentuk keuntungan ekonomi, teknis dan sosial
produksi belum optimal dalam mendukung
psikologis. Semakin besar nilai keuntungan relatif
penerapan sistem agroforestry, padahal optimalisasi
yang diperoleh dari sistem agroforestrymaka semakin
terhadap ketiga peran kelompok tani akan mampu
besar pula motivasi yang akan dimiliki petani untuk
meningkatkan keterampilan, peng-alaman belajar
menerapkan sistem agroforestry.
dan pengetahuan petani dalam mengelola usaha
Petani di Kecamatan Lumbung berpendapat
tani sehingga akan berpengaruh terhadap
bahwa sistem agroforestry memiliki kesesuaian yang
peningkatan kapasitas manajerial, sosial dan teknis
cukup baik dengan berbagai kondisi yang dimiliki
(Suprayitno, 2011; Hermanto & Swastika, 2011).
petani seperti kondisi lahan yang sebagian besar
K arakteristik petani merupakan faktor kedua
lahan kering, kondisi sosial dan budaya petani. Per-
yang berpengaruh tidak langsung terhadap
sepsi petani tentang tingkat kesesuaian sistem agro-
forestry dengan nilai-nilai sosial budaya dan kebutuh- Tabel 12. Peran kelompok tani
an petani berpengaruh terhadap kecepatan peneri- Table 12. Farmers group role
maan sistem agroforestry tersebut. Indraningsih
Variabel/indikator Total skor Kategori skor
(2010) dan Zulvera (2014) mengemukakan suatu (Varia ble/ indicator) (Score total) (Score category)
inovasi teknologi dikatakan sesuai apabila dianggap Tingkat peran kelompok
konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman tani (Farmers group role
masa lalu, sistem nilai yang dianut, kepercayaan dan level) 26,10 Rendah (L ow)
kebutuhan petani. - Wahana belajar
(L earning place) 26,87 Rendah (L ow)
Selain itu, rendahnya persepsi petani terhadap
- Wahana kerjasama
sistem agroforestry disebabkan oleh rendahnya (Cooperation place) 23,99 Rendah (L ow)
tingkat kemudahan sistem agroforestry untuk diuji- - Unit produksi
coba dan diamati oleh petani dalam skala kecil. bersama (Joint
production unit) 28,39 Rendah (L ow)
Teknologi agroforestry yang memiliki kemudahan

141
Tingkat Motivasi Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestry (Idin Saepudin Ruhimat)
motivasi petani. Hasil analisis deskriptif terhadap Dapat dilihat bahwa peran penyuluh dalam me-
tiga indikator penyusun variabel karakteristik petani nerapkan sistem agroforestry berada pada kategori
disajikan dalam Tabel 13. sedang karena memiliki nilai skor sebesar 33,46.
Dapat dilihat bahwa karakteristik petani memi- Hal ini menunjukkan bahwa peran penyuluh dalam
liki total skor sebesar 31,32, atau berada pada se- penerapan sistem agroforestry di K ecamatan
lang nilai 0-33,33 sehingga dikategorikan rendah. Lumbung belum optimal, baik dari segi kualitas
Hal ini mengandung pengertian bahwa petani ma- dan kuantitas. Menurut petani dan penyuluh, hal
sih belum memperoleh akses yang cukup terhadap tersebut disebabkan antara lain oleh terbatasnya
informasi dan kesempatan untuk memperoleh pen- jumlah penyuluh, penyuluhan dilakukan melalui
didikan informal yang diperlukan untuk menerap- pendekatan komoditas (pertanian, kehutanan dan
kan sistem agroforestry. Menurut petani, pendidikan perkebunan), belum ada agroforestry dan minimnya
dan pelatihan tentang penerapan sistem agroforestry anggaran penyuluhan. Peran penyuluh sebagai
jarang dilakukan dan kalau ada hanya untuk para fasilitator, pendidik dan pendamping petani akan
pengurus kelompok tani. Suprayitno (2011) dan berpengaruh nyata terhadap peningkatan motivasi
Ruhimat (2014) mengemukakan tingkat akses peta- dan kapasitas petani dalam berusaha tani
ni terhadap informasi dan kesempatan memperoleh (Suprayitno, 2011).
pendidikan informal akan berpengaruh terhadap D ukungan pihak luar merupakan faktor
motivasi petani. keempat yang berpengaruh tidak langsung
Faktor ketiga yang berpengaruh tidak langsung terhadap motivasi petani. Total dan kategori skor
terhadap motivasi petani adalah peran penyuluh. variabel beserta indikator penyusun variabel
Total dan kategori skor masing-masing indikator dukungan pihak luar disajikan pada Tabel 15.
penyusun variabel peran penyuluh disajikan pada Dukungan pihak luar yang terdiri dari dukungan
Tabel 14. pemerintah, swasta dan LSM memiliki total skor
sebesar 25,82. Hal ini berarti total skor dukungan
Tabel 13. K arakteristik petani pihak luar masuk ke dalam kategori rendah. Du-
Table 13. Farmers characteristic kungan pemerintah berada pada kategori sedang,
sedangkan indikator lainnya berada pada kategori
Variabel/indikator Total skor K ategori skor
(Variable/ indicator ) (Score total) (Score category) rendah (Tabel 15).
Tingkat karakteristik
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa ren-
petani (Farmers dahnya motivasi petani dalam penerapan sistem
characteristic level) 31,32 Rendah (L ow) agroforestry disebabkan belum adanya koordinasi
- Tingkat dan komunikasi antar lembaga pemerintah dalam
kekosmopolitan
mene-rapkan sistem agroforestry, baik dalam
(cosmopolitan level) 27,16 Rendah (L ow)
- Pendidikan informal penentuan je-nis tanaman penyusun agroforestry
(Informal educations) 9,48 Rendah (L ow) maupun waktu pelaksanaan program. Lebih lanjut,
- Pengalaman usaha belum ada sis-tem kelembagaan yang mengatur
tani (Farming keterlibatan swasta dan lembaga swadaya
E xperiances) 62,36 Sedang (Moderate)

Tabel 15. Dukungan pihak luar


Tabel 14. Peran penyuluh Table 15. E xternal supporting
Table 14. E xtension role
Variabel/indikator Total skor Kategori skor
Variabel/indikator Total skor K ategori skor (Variable/ indicator ) (Score total) (Score category)
(Variable/ indicator ) (Score total) (Score category)
Tingkat dukungan pihak
Tingkat peran penyuluh luar (E xternal supporting
(E xtension role level) 33,46 Sedang (Moderate) level) 25,82 Rendah (L ow)
- Peran fasilitator - Pemerintah
(Facilitator role) 32,83 Rendah (L ow) (Government) 34,48 Sedang (Moderate)
- Peran pendidik - Swasta (Private) 22,41 Rendah (L ow)
(E ducators role) 34,43 Sedang (Moderate) - Lembaga swadaya
- Peran pendamping masyarakat (Non
(Companion role) 33,13 Rendah (L ow) government organization) 21,12 Rendah (L ow)

142
JURNAL Penelitian Sosial dan E konomi K ehutanan Vol. 12 No. 2 Juni 2015, Hal. 1-11
masyarakat dalam penerapan sistem agroforestry. Hal forestry dapat dilakukan melalui peningkatan kapasi-
ini sejalan dengan hasil penelitian Ruhimat (2014) tas dan penguatan persepsi petani terhadap sistem
dan Sumarlan et al. (2012) yang menyebutkan bahwa agroforestry. Peningkatan kapasitas petani dapat dila-
dukungan pemerintah, swasta dan lembaga swa- kukan dengan mengoptimalkan peran para pihak
daya masyarakat memiliki peranan penting dalam dalam pelaksanaan pendidikan, pelatihan dan pe-
meningkatkan motivasi petani melalui peningkatan nyuluhan (diklatluh) untuk petani. Bentuk
kapasitas petani. optimali-sasi peran para pihak dalam proses
diklatluh terse-but adalah sebagai berikut:
C. Usaha Peningkatan Motivasi Petani dalam 1. Pengoptimalan kelompok tani sebagai wahana
Penerapan Sistem Agroforestry belajar, wahana kerjasama dan unit produksi
ber-sama petani oleh semua stakeholder yang
Usaha peningkatan motivasi petani dalam pene-
memiliki keterkaitan dengan proses diklatluh.
rapan sistem agroforestry dirumuskan dengan mem-
2. Penyediaan paket teknologi agroforestry oleh pe-
perhatikan faktor-faktor yang berpengaruh secara
merintah pusat melalui institusi litbang,
langsung atau tidak langsung terhadap motivasi pe-
sehingga paket teknologi tersebut secara teknis
tani yang dihasilkan dari analisis SE M dengan
dapat dite-rapkan, secara sosial dapat diterima
SmartPls 2.0 M3. Usaha peningkatan motivasi peta-
petani, seca-ra ekonomi dapat menguntungkan
ni tersebut dideskripsikan pada Gambar 2.
dan secara ekologi dapat melestarikan
Gambar 2 menjelaskan bahwa usaha peningkat-
lingkungan.
an motivasi petani dalam penerapan sistem agro-

Gambar 2. Usaha peningkatan motivasi petani dalam penerapan sistem agroforestry.


Figure 2. E ffort to improve farmers motivation in agroforestry system implementation.

143
Tingkat Motivasi Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestry (Idin Saepudin Ruhimat)
3. Penyebarluasan paket teknologi agroforestry oleh persepsi petani terhadap sistem agroforestry. Dengan
pemerintah pusat dan daerah melalui program melihat, mengamati, menilai dan menafsirkan sis-
diklatluh secara partisipatif. tem agroforestry secara langsung, petani akan mem-
4. Pengoptimalan dukungan pemerintah pusat dan peroleh kesadaran tentang manfaat ekonomi, sosial
daerah dalam memfasilitasi dan menjamin dan ekologi sistem agroforestry. Selain itu, demplot
keberlangsungan program diklatluh secara sistem agroforestry yang telah dibangun secara
terjadwal, sistematis dan berkelanjutan. partisipatif dapat dipergunakan sebagai salah satu
D ukungan tersebut dilakukan dengan sarana untuk menyebarluaskan sistem agroforestry
memasukkan program agroforestry dalam rencana kepada para petani melalui program studi banding.
kerja instansi terkait. Pelaksanaan studi banding akan mempercepat
5. Pengoptimalan komunikasi dan koordinasi antar proses penerimaan dan penyebarluasan inovasi
instansi pemerintah dalam penerapan sistem teknologi kepada petani melalui tahapan
agroforestry sehingga dihasilkan program agro- mengetahui, memperhatikan, menilai, mencoba
forestry yang bersifat komprehensif, integratif dan menerapkan (Saridewi & Siregar, 2010).
dan lintas sektoral.
6. Pengoptimalan peran penyuluh sebagai fasilita-
tor, pendidik dan pendamping petani dalam se- IV. KE SIMPULAN DAN SARAN
tiap tahapan diklatluh sehingga peningkatan ka-
pasitas petani dalam penerapan paket teknologi A. Kesimpulan
agroforestry dapat tercapai.
T ingkat motivasi petani di K ecamatan
7. Pengoptimalan dan pemantapan dukungan yang
Lumbung dalam menerapkan sistem agroforestry
dilakukan oleh seluruh pengurus dan anggota
masih rendah. Tingkat motivasi petani tersebut
kelompok tani untuk menjadikan kelompok tani
dipengaruhi secara langsung oleh persepsi dan
sebagai wahana belajar, wahana kerjasama dan
kapasitas petani serta dipengaruhi secara tidak
unit produksi bersama untuk para petani dalam
langsung oleh faktor karakteristik petani,
proses diklatluh.
dukungan pihak luar, peran penyuluh dan peran
8. Pengoptimalan dukungan pendanaan, kegiatan
kelompok tani. Usaha meningkatkan motivasi
pemberdayaan dan program kemitraan oleh pi-
petani dalam menerapkan sistem agroforestry dapat
hak swasta dalam setiap tahapan pelaksanaan
dilakukan dengan: a) meningkatkan kapasitas
program diklatluh.
petani melalui pendidikan, pelatihan dan pe-
Sementara itu, usaha penguatan persepsi petani nyuluhan serta b) menguatkan persepsi petani
terhadap sistem agroforestry dapat dilakukan melalui melalui pembuatan demplot agroforestry dan studi
peningkatan kapasitas petani melalui diklatluh, pe- banding praktik agroforestry.
laksanaan studi banding dan pembuatan demonstra-
tion plot (demplot) di lahan masyarakat secara parti- B. Saran
sipatif. Ketiga usaha yang dilakukan tersebut akan
mempercepat proses pengamatan, penilaian, Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun)
pencarian, penerimaan dan penafsiran petani dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan (Distan)
terhadap sistem agroforestry. Hasil penelitian ini K abupaten Ciamis disarankan memasukkan
memiliki kesesuaian dengan pendapat Budiono program agroforestry dalam rencana kerja instansi
dalam Wulandari (2010) yang mengemukakan dan memfasilitasi: a) pendidikan dan penyuluhan
persepsi adalah suatu proses psikologis seseorang agroforestry; b) pembangunan demplot agroforestry
yang diartikan sebagai: a) proses pengamatan, dan c) studi banding praktik agroforestry.
penilaian, pencarian/penerimaan dan penafsiran
tertentu; b) merupakan proses berpikir yang
menuntut kemampuan otak untuk da-pat DAF TAR PUSTAKA
menafsirkan sesuatu dengan benar dan c) hasil
interpretasi seseorang terhadap sesuatu. Afifah, I.N. & Sunaryo, S. (2013). Analisis Structural
Pembuatan demplot sistem agroforestry merupa- E quation Modelling dengan Finite Mixture
kan salah satu cara yang efektif untuk memperkuat Partial L east Square (pp 143-150). In

144
JURNAL Penelitian Sosial dan E konomi K ehutanan Vol. 12 No. 2 Juni 2015, Hal. 1-11
Rusgianto, Marsigit, Hartono, Jailani, an, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Djamilah, Mahmudi, A., Sugiman, Abadi, & Bogor, Bogor.
A.M., Dhorira (E ds.), Prosiding Seminar Nasi-
onal Matematik a dan Pendidik an Matematik a Indraningsih, K.S. (2010). Penyuluhan pada petani la-
Universitas Negeri Yogyak arta, 9 November 2013 han marjinal: k asus adopsi inovasi usaha tani ter-
di Yogyak arta. Yogyakarta: Universitas Negeri padu lahan k ering di Kabupaten Cianjur dan Ka-
Yogyakarta. bupaten Garut Provinsi Jawa Barat. (Disertasi).
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pemba-
Bbahrun, A.H. (2012). Kajian ek ofisiologi tanaman
ngunan, Sekolah Pascasarjana Institut
semusim penyusun agroforestri pada beberapa zona Pertanian Bogor, Bogor.
agrok limat di DA S Ciliwung Hulu. (Disertasi).
Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Indraningsih, K.S. (2013). Faktor-faktor yang
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bo- mempengaruhi kinerja usaha tani petani
gor, Bogor. sebagai representasi strategi penyuluhan
pertanian berkelanjutan di lahan marjinal.
Badan Penyuluhan Pertanian Perkebunan dan Ke- Jurnal A gro-ek onomi, 31 (1), 71-95.
hutanan Kecamatan Lumbung. (2012). Prog-
rama Penyuluhan Kehutanan BP3K Kecamatan Mayrowati, H. & Ashari. (2011). Pengembangan
L umbung Tahun A nggaran 2012. Ciamis: Badan agroforestry untuk mendukung ketahanan pa-
Penyuluhan Pertanian Perkebunan dan Ke- ngan dan pemberdayaan petani sekitar
hutanan Kecamatan Lumbung. hutan. Jurnal Forum Penelitian A gro E k onomi,
29 (2), 83-98.
Butarbutar, T. (2012). Agroforestri untuk adaptasi
dan mitigasi perubahan iklim. Jurnal A nalisis Monecke, A. & Leisch, F. (2012). SE M PLS: Struc-
Kebijak an Kehutanan, 9(1), 1-10. tural Equation Modelling using Partial Least
Squares. Journal of Statistical Software, 48(3), 1-
Dewandini, S.K.R. (2010). Motivasi petani dalam bu-
32.
didaya mendong di Kecamatan Minggir Kabupaten
Sleman. (Skripsi). Program Studi Penyuluhan Mun'im, A. (2012). Analisis faktor ketersediaan,
dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertani- ak-ses dan penyerapan pangan di kabupaten
an Universitas Sebelas Maret, Surakarta. sur-plus pangan: pendekatan Partial Least
Square Path Modelling. Jurnal A groek onomi,
Ghozali, I. (2011). Structural E quation Modelling: me-
30 (1), 41-56.
tode alternatif dengan Partial L east Square. Sema-
rang: Badan Penerbit UNDIP. Pemerintah Kecamatan Lumbung. (2012). Data
monografi Kecamatan L umbung tahun 2012.
Harun, M.K. (2011). A nalisis pengembangan jelutung de-
Ciamis: Pemerint ahan K ec amatan
ngan sistem agroforestry untuk memulihk an lahan
Lumbung.
gambut terdegradasi di Provinsi Kalimantan Tengah.
(Tesis). Program Studi Pengelolaan Sumber- Pranoto, H. (2012). Kajian agroekologi sistem agro-
daya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pasca- forestry di Daerah A liran Sungai Cianjur. (Diser-
sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. tasi). Program Studi Agronomi dan Horti-
kultura, Sekolah Pascasarjana Institut Per-
Hermanto & Swastika, D.K.S. (2011). Penguatan
tanian Bogor, Bogor.
kelompok tani: langkah awal peningkatan ke-
sejahteraan petani. Jurnal A nalisis Kebijak an Puspasari, S. (2010). Persepsi dan partisipasi peladang
Pertanian, 9(4), 371-390. berpindah dalam kegiatan pengembangan tanaman
k ehidupan model HTI terpadu di Kalimantan Ba-
Hiola, A.S. (2011). A groforestry L engi: suatu k ajian pe-
rat. (Tesis): Program Studi Ilmu Penyuluhan
lestarian dan pemanfaatan jenis pohon. (Disertasi).
Pembangunan, Sekolah Pascasarjana
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutan-
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

145
Tingkat Motivasi Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestry (Idin Saepudin Ruhimat)
Puspitodjati, T., Junaidi, E ., Ruhimat, I.S., Kus- Sumarlan, Sumardjo, Prabowo, T., & Darwis, S.
wantoro, D.P., Handayani, W., Indrajaya, ..., & (2012). Peningkatan kinerja petani sekitar
Saepudin, U. (2013). Kajian lansk ap agro- hu-tan dalam penerapan sistem agroforestri
forestry pada DA S prioritas. (Laporan Hasil Pe- di pegunungan Kendeng Pati. Jurnal A gro-
nelitian). Ciamis: Balai Penelitian Teknologi ek onomi, 30 (1), 25-39.
Agroforestry.
Sumiati. (2011). A nalisis kelayak an finansial dan
Rambey, R. (2011). Pengetahuan lok al sistem agroforestry fak tor-fak tor yang mempengaruhi motivasi petani
mindi. (Tesis). Program Studi Silvikultur Tro- da-lam k egiatan agroforestri. (Tesis). Program
pika. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah
Bogor, Bogor. Pas-casarjana Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Ruhimat, I.S. (2014). Faktor-faktor untuk pening-
katan kemandirian petani dalam pengelolaan Suprayitno, A. (2011). Model peningk atan partisipasi
hutan rakyat. Jurnal Sosial dan E k onomi Kehu- petani sek itar hutan dalam mengelola hutan kemiri
tanan, 11 (3), 239-252. rakyat: k asus pengelolaan hutan k emiri k awasan
pegunungan Bulusaraung Kabupaten Maros
Saleh, A. (2010). Motivasi petani dalam menerap-
Sulawesi Selatan. (Disertasi). Program Studi
kan teknologi produksi kakao: kasus Keca-
Ilmu Pe-nyuluhan Pembangunan, Sekolah
matan Sirenja Sulawesi Tengah. Jurnal Pelita
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,
Perk ebunan, 26(1), 42-56.
Bogor.
Saridewi, T.R. & Siregar, A.N. (2010). Hubungan
Suprayitno, A.R., Sumardjo, Gani, D.S., & Sugihen,
antara peran penyuluh dan adopsi teknologi
B.G. (2012). Motivasi dan partisipasi petani
oleh petani terhadap peningkatan produksi
dalam pengelolaan hutan kemiri di K abupa-
padi di K abupaten Tasikmalaya. Jurnal Penyu-
ten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal
luhan Pertanian, 5(1), 55-61.
Penyuluhan, 8(2), 184-199.
Sarwono, J. (2012). Path A nalysis: teori, aplik asi, pro-
Sya'ban, H.M., Wulandari, C., & Hilmanto, R.
sedur analisis untuk riset sk ripsi, tesis, disertasi de-
(2014). Motivasi petani dalam budidaya
ngan menggunak an SPSS. Jakarta: PT E lex Me-
lebah madu di Desa Buana Sakti K abupaten
dia Komputindo.
Lampung Timur. Jurnal Sylva L estari, 2(3), 73-
Sarwono, J. (2015). Mengenal PL S-SE M. Diunduh 82.
dari http://www.jonathansarwono.info/
Ulum, M., Tirta, I.M., & Anggraeni, D. (2014).
teori_spss/PLSSEM.pdf.(9 Agustus 2015).
Analisis Struk tural E quation Modelling untuk
Siregar, A.N. & Saridewi, T.R. (2010). Hubungan sampel k ecil dengan pendek atan Partial L east
antara motivasi dan budaya kerja dengan ki- Square (pp 1-15). In Hadi, F.H. & Julianto, B.
nerja Penyuluh Pertanian di K abupaten Su- (E ds.), Prosiding Seminar Nasional Matematik a
bang Provinsi Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan Universitas Jember, 19 November 2014 di Jember.
Pertanian, 5(1), 24-35. Jember: Universitas Jember.
Subagio, H. (2008). Peran k apasitas petani dalam me- Wiyono, G. (2011). Merancang penelitian bisnis dengan
wujudk an k eberhasilan usaha tani: k asus petani sa- SPSS dan SmartPL S 2.0 .Yogyakarta: Unit Pe-
yuran dan padi di Kabupaten Malang dan Pasuruan nerbit dan Percetakan STIM YKPN.
Jawa Timur. (Disertasi). Program Studi Ilmu
Wulandari, C. (2010). Studi persepsi masyarakat
Penyuluhan Pembangunan, Sekolah Pasca-
tentang pengelolaan lanskap agroforestry di
sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
sekitar Sub DAS Way Besai Provinsi Lam-
Sukriah. (2011). Peran dan fungsi kelompok tani. Di- pung. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 15 (3),
unduh dari . (12 Januari 2014). 137-140.

146
JURNAL Penelitian Sosial dan E konomi K ehutanan Vol. 12 No. 2 Juni 2015, Hal. 1-11
Yumi, Sumardjo, Darwis S.G., & Basita, G.S. (2011). Zulfikar, Yunus, M., & Hafasnuddin. (2015). Pe-
Model pengembangan pembelajaran petani ngaruh motivasi dan budaya kerja terhadap
dalam pengelolaan hutan rakyat lestari: kasus kinerja penyuluh serta dampaknya pada ki-
di K abupaten Gunung Kidul, Provinsi nerja Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pa-
Daerah Istimewa Yogyakarta dan K abupaten ngan K abupaten Pidie. Jurnal Manajemen Pas-
Wonogiri Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Peneli- casarjana Universitas Syiah Kuala, 4(1), 127-
tian Sosial dan E k onomi Kehutanan, 8(3), 196- 134.
210.
Zulvera. (2014). Fak tor penentu adopsi sistem pertanian
Yunita. (2011). Strategi peningk atan k apasitas petani sayuran organik dan keberdayaan petani di Provinsi
padi sawah lebak menuju k etahanan pangan rumah Sumatera Barat. (Disertasi). Program Studi
tangga di Kabupaten Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilmu Penyuluhan Pembangunan, Sekolah
Ilir Provinsi Sumatera Selatan. (Disertasi). Prog- Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,
ram Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan, Bogor.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bo-
gor, Bogor.

147
Tingkat Motivasi Petani dalam Penerapan Sistem Agroforestry (Idin Saepudin Ruhimat)

You might also like