1500 3816 1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 10/NO: 02 Agustus 2021 P-ISSN: 2614-4018

DOI: 10.30868/ei.v10i02.1500 E-ISSN: 2614-8846

Kepemimpinan Transformasional
dalam Pengembangan Budaya Kualitas Madrasah
(Riset Permasalahan di MTs dan MA Pondok Pesantren Rafah
Bogor)
Nana Meily Nurdiansyah1, Armai Arief2, Ashabul Kahfi3, Hudriyah4
1
Institut Daarul Qur`an Jakarta, 2UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 3STAI Bina Madani
Tangerang, 4UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
nana.meily@uinjkt.ac.id
armai.arief@uinjkt.ac.id
ashabulkahfi@stai-binamadani.ac.id
uuthudriyah143@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to analyze the Transformational Leadership Characteristics of the Head of Madrasah
Tsanawiyah / Madrasah Aliyah Rafah and to analyze the development of Madrasah's Quality Culture.
Many studies have been conducted by other researchers, this happens to transformational leadership
that this leadership can have an impact on the educational institutions they lead. Moreover, the
educational institutions in this study have revitalized the challenges and needs of the surrounding
community, across provinces, or even the archipelago. This research is qualitative research using a
phenomenological approach. Methods The data collection in this study used observation, in-depth
interviews, and documentation studies. The results of this study indicate that there is a change in the
status of recognition of educational institutions which was originally under the Ministry of Education
and now has shifted direction to the Ministry of Religion based on various factors including; Factors
of Leadership, Community Needs, and Quality Management to improve these educational institutions
through various ways, one of which is collaborating with other educational institutions as partners, so
that advanced, superior and competitive education can be realized and felt by Students and the
Community.
Keyword: Transformational leadership, Quality Culture, Madrasa.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis Karakteristik Kepemimpinan Transformasional Kepala
Madrasah MTs/MA Rafah Dan Menganalisis Pengembangan Budaya Mutu Madrasah MTs/MA Rafah.
Banyak penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti lain, hal ini terjadi pada kepemimpinan
transformasional bahwa kepemimpinan tersebut dapat memberikan dampak kepada lembaga
pendidikan yang dipimpinnya. Terlebih lembaga pendidikan dalam penelitian ini telah merevitalisasi
tantangan dan kebutuhan masyarakat sekitar, lintas provinsi, atau bahkan Nusantara. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan jenis pendekatan Fenomenologis. Metode
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, interview mendalam (indepth
interview), dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa adanya perubahan status
pengakuan lembaga pendidikan yang awal mulanya berada pada Kementerian Pendidikan dan sekarang
berpindah haluan kepada Kementerian Agama yang didasari atas berbagai factor diantaranya; Faktor
Kepemimpinan, Kebutuhan Masyarakat, dan Manajemen Mutu untuk meningkatkan lembaga
pendidikan tersebut melalui berbagai cara salah satu diantaranya menjalin kerjasama dengan lembaga
pendidikan yang lainnya sebagai mitra, sehigga pendidikan yang maju, unggul dan kompetitif dapat
terwujud dan dirasakan oleh Peserta Didik dan Masyarakat
Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional, Budaya Mutu, Madrasah

877
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 10/NO: 02 Agustus 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/ei.v10i02.1500 E-ISSN: 2614-8846

A. PENDAHULUAN sekolah yang bermutu dan unggul. Sekolah


Pesatnya perkembangan ilmu unggul dikelola melalui manajemen
pengetahuan dan teknologi telah berbasis sekolah yang tidak hanya didukung
menyebabkan dunia semakin sempit dan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang
membentuk masyarakat global yang saling professional, tetapi juga memperoleh
tergantung. Tatanan dunia pasca perang dukungan penuh dari stakeholder dan
dingin mengalami perubahan mendasar komite sekolah yang dapat difungsikan
menuju era globalisasi dalam berbagai seoptimal mungkin.
bidang kehidupan. Dalam tatanan dunia Kenyataan menunjukkan bahwa
baru yang ditandai dengan persaingan antar mutu pendidikan Indonesia belum seperti
bangsa yang semakin ketat, kualitas yang diharapkan. Sebagaimana dinyatakan
kehidupan domestik suatu bangsa Ace Suryadi bahwa permsalahan yang
memainkan peran yang amat penting. actual, mendesak dan berdampak nasional
Kualitas bangsa itu sendiri hanya akan antara lain berkaita dengan kualitas lulusan,
tercipta melalui perwujudan pendidikan. kualifikasi tenaga pendidik dan
Semakin maju perkembangan ilmu kependidikan, perkembangan kurikulum,
pengetahuan, teknologi, dan budaya suatu tata kelola keuangan, manajemen
bangsa, makin tinggi dan kompetitif institusional, ketersediaan dan kesesuaian
kebutuhan bangsa tersebut terhadap sarana dan prasarana pendidikan (Ace
pendidikan. Dengan menguasai ilmu Suryadi, 2014:13). Dalam perkembangan
pegetahuan dan teknologi dan kekuatan kurikulum misalnya, sejarah menunjukkan
diplomasi dunia suatu bangsa akan bahwa berbagai perubahan kurikulum yang
memperoleh keberhasilan dalam dilakukan oleh pemerintah, tujuh kali dalam
memenangkan persaingan global. Oleh 40 tahun terakhir diantaranya; kurikulum
karena itu meningkatnya kualitas kehidupan 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994,
bangsa melalui pembangunan pendidikan kurikulum 2004, kurikulum 2006, dan
yang berkualitas menjadi kebutuhan mutlak kurikulum 2013. Ternyata belum
masyarakat, dan tuntutan terhadap lembaga memberikan dampak signifikan terhadap
pendidikan bermutu akan semakin tinggi. perubahan perilaku guru dan proses
Dengan kata lain, sekolah/madrasah yang pendidikan di sekolah. Kurikulum 2013
bermutu baik, akan semakin diburu oleh diberlakukan secara nasional mulai tahun
masyarakat. 2017 sehingga tidak ada lagi
Mutu lembaga pendidikan diukur sekolah/madrasah yang menggunakan
(salah satunya) melalui akreditasi. Kualitas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
kepemimpinan bisa merujuk pada nilai (KTSP) 2006. Pengalaman ini menunjukkan
akreditasi lembaga, apakah itu prodi/jurusan bahwa perubahan kurikulum secara nasional
atau PT. harus segara ditegaskan, bahwa belum dapat menjamin terjadinya perubahan
lembaga berkualitas harus melampaui kultur pembelajaran yang terjadi dalam
akreditasi (beyond accreditation). kehidupan sekolah.
Pemimpin transformatif harus mencapai Koordinasi merupakan tatanan
mutu standar nasional juga standar bagian untuk menciptakan alur prosedur
internasional, dengan tetap berpijak pada yang baik, sehingga terciptanya komunikasi
nilai-nilai cultural keindonesiaan. Ia tidak yang terarah, sedang cirri pemimpin
hanya bermutu, tetapi mampu bersaing pada transformatif yaitu memiliki kemampuan
level regional dan internasional (Jejen menggerakkan, memiliki kecerdasan
Musfah, 2015: 322). intelektual dan kecerdasan emosional,
Dihapuskannya RSBI dalam mengenali kemampuan dan kekuatan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang bawahan, mendelegasikan tugas kepada
Sisdiknas, tidak boleh menyurutkan upaya bawahan,percaya kepada bawahan,
masyarakat untuk mengembangkan sekolah- mendengar dan menerima setiap masukan,

878
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 10/NO: 02 Agustus 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/ei.v10i02.1500 E-ISSN: 2614-8846

membuat keputusan berdasarkan data yang karakter. Lemahnya orientasi pendidikan


valid dari berbagai pihak, terbuka terhadap terhadap tumbuh kembangnya nilai-nilai
kritik, bekerja kelompok, dan kemanusiaan, sumber masalahnya sangat
menindaklanjuti hasil evaluasi (Jejen multidimensional, mulai dari birokrasi
Musfah, 2015: 324). pengelolaan pendidikan, pengembangan
Permasalahan pembangunan kurikulum sekolah, proses pembelajaran,
nasional yang cenderung lebih berorientasi evaluasi belajar, sampai ukuran
terhadap tujuan yang lebih pragmatis, yaitu keberhasilannya, disamping adanya
memuaskan kebutuhan material yang lebih dikotomi dalam rancangan program
berjangka pendek, telah merambah pada pendidikan intelektual dan pendidikan nilai.
pembangunan sektor agama dan pendidikan. Masalah lainnya adalah terjadinya
Sebagaimana dikemukakan Ace Suryadi dikotomisasi yang tidak perlu dalam
bahwa pembangunan pendidikan nasional rancangan pendidikan, yaitu upaya
lebih menonjolkan aspek material dari pada memisahkan secara tegas antara
aspek kemanusiaannya. Program-program “Pendidikan Intelektual” di satu pihak
pendidikan nasional lebih memprioritaskan dengan “Pendidikan Nilai” di lain pihak.
pengadaan sarana dan prasarana fisik Dikotomi ini menunjukkan kekerdilan
pendidikan dari pada pengembangan dalam pemikiran. Karena nilai moral
kapasitas manusia, baik sebagai pemikir, bukanlah dimensi yang berbeda dari
perencana, pengelola, pelaksana, maupun intelektual, tetapi merupakan landasan
peneliti, pengembang dan penganalisis (foundation) untuk tumbuhnya intelektual.
kebijakan dalam pengelolaan pendidikan Rancangan program seperti itu ditengarai
nasional. sebagai penyebab utama terjadinya krisis
Selanjutnya dikatakan bahwa sampai moral dan karakter dikalangan para peserta
saat ini pendidikan nasional masih didik, lulusan, pendidik, pengelola
mengalami kesulitan dalam menghasilkan pendidikan (Ace Suryadi, 2014:94-95).
lulusan yang berkualitas, cakap dan kreatif Demikian pula dengan dikotomi dalam
yang dapat berfungsi sebagai sumber penyelenggaraan pendidikan, yaitu
penggerak dalam berbagai bidang pendidikan umum dan pendidikan agama
pembangunan. Lulusan sering menjadi oleh kementerian yang berbeda. Semakin
beban pemerintah untuk memenuhi menambah permasalahan yang berdampak
kebutuhan mereka akan pelayanan social, pada rendahnya mutu pendidikan agama,
lapangan kerja, subsidi dan sejenisnya. terutama pendidikan agama islam yang
Lulusan muncul sebagai warga Negara baru berbentuk madrasah. Terjadinya dikotomi
yang tidak mampu menawarkan solusi, dipertegas oleh Undang-Undang Sisdiknas
sebaliknya menjadi sumber masalah dan Nomor 20 Tahun 2003 Bab VI tentang jalur,
kegelisahan masyarakat (Ace Suryadi, jenjang dan jenis pendidikan bagian kesatu
2014:94-95). Sekalipun sejak orde baru (Umum) Pasal 15 yaitu: jenis pendidikan
pemerintah telah berupaya menangani mencakup pendidikan umum, kejuruan,
permasalahan moral dan karakter dengan akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan
berbagai cara seperti Penataran Pedoman khusus. Berlanjut kepada kelembagaan
Penghayatan dan Pengamalan atau P4, pendidikan dengan muncul sekolah dan
Pendidikan Kepribadian di Sekolah, madrasah, perguruan tinggi umum dan
Pendidikan Moral Pancasila atau perguruan tinggi agama sampai kepada
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di penyelenggaranya.
sekolah, dan sebagainya. Namun degradasi Permasalahan pendidikan islam
moral dan kekerasan justru semakin marak. mungkin lebih banyak lagi, namun masalah
Perilaku tersebut merupakan salah satu yang sangat mendasar dan perlu mendapat
indikator bahwa pendidikan belum perhatian seperti dikemukakan oleh Malik
berdampak positif terhadap pembentukan Fajar adalah; Pertama kejelasan antara yang

879
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 10/NO: 02 Agustus 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/ei.v10i02.1500 E-ISSN: 2614-8846

dicita-citakan dengan langkah-langkah mengemukakan lima sebab utama


opersionalnya. Kedua penguatan dibidang rendahnya kualitas pendidikan islam yaitu;
system kelembagaan. Ketiga Pertama pendidikan islam sering terlambat
perbaikan/pembaruan dalam system merumuskan diri untuk merespon
pengelolaan atau manajemennya (Malik perubahan dan kecenderungan masyarakat
Fajar, 1998:33). Oleh karena itu, sebagai sekarang dan yang akan dating. Kedua
bentuk revitalisasi pendidikan dalam aspek system pendidikan islam kebanyakan masih
kepemimpinan di Pondok Pesantren pada cenderung mengorientasikan diri dibidang-
Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah bidang humaniora dan ilmu-ilmu social.
Aliyah Rafah, yang mempertimbangkan Ketiga usaha pembaharuan system
pelbagai masukkan dari stakeholder atau pendidikan islam sering kali bersifat
masyarakat pendidikan, mengingat Pondok sepotong-sepotong dan tidak komprehensif,
tersebut sebagai salah satu Pesantren pilihan sehingga tidak terjadi perubahan yang
dan memiliki daya tarik yang tinggi esensial. Keempat pendidikan tetap
sehingga penulis tertarik untuk mengkaji berorientasi pada masa silam dari pada
Upaya kepemimpinan Transformasional berorientasi pada masa depan, kurang
dalam pengembangan budaya mutu. bersifat future oriented, dan Kelima
sebagian pendidikan islam belum dikelola
secara professional, baik dalam pengelolaan
tenaga pengajar, kurikulum, maupun
B. TINJAUAN PUSTAKA pelaksanaan pendidikan.
Budaya mutu atau kualitas Uraian lebih rinci mengenai
pendidikan dalam sebuah lembaga-Institusi problematika pendidikan islam
kiranya disebabkan oleh adanya revitalisasi dikemukakan Mujahid Damopoli, bahwa
kebaruan salah satunya didasari atas faktor problematika pendidikan islam di era global
pelayanan yang dapat menunjukkan ini dapat dilihat dari dua faktor yaitu faktor
kehangatan dan kesopanan dalam hal ini internal dan eksternal. Faktor internal terdiri
adalah karakter. Pada awal sejarah atas; Pertama relasi kekuasaan dan orientasi
kebangkitan Amerika, pendidikan karakter pendidikan islam yang tidak menentu karena
diberikan di sekolah-sekolah dengan tuntutan pola hidup pragmatis, masalah
menanamkan disiplin, kejujuran, kurikulum yang sentralistik-birokratik yang
keteladanan, patriotism, kerja keras, sifatnya otoriter. Kedua pendekatan/metode
keberanian, dan sejenisnya. Oleh karena itu pembelajaran masih konservatif-
smart and good sitizen bukanlah dua konsep konvensional. Ketiga profesionalitas dan
kualitas manusia yang bersifat kualitas SDM belum memenuhi harapan,
dichotomized, tetapi merupakan dua sisi masih unqualified, underqualified, dan
pada suatu mata uang. Kualitas manusia mismatch, dan Keempat biaya pendidikan
dibentuk dari kapasitas intelektual belum memenuhi kebutuhan.
seseorang yang dapat berkembang hanya Factor eskternal meliputi; Pertama
jika memberikan manfaat bagi dirinya dan dichotomic dalam beberapa aspek, antara
orang lain melalui suatu konsep yang ilmu agama dengan ilmu umum, antara
ditawarkan, yaitu respect and responsibility wahyu dengan akal dan antara wahyu
(Thomas Lickona, 2013:73). dengan alam. Kedua to general knowledge
Kepekaan dan tanggungg jawab sifat ilmu pengetahuannya masih terlalu
harus dapat melekat dalam diri dan upaya general dan kurang memperhatikan kepada
seseorang untuk dapat menyeimbangkan upaya penyelesaian masalah (problem
gejolaknya dalam mengawal kemajuan solving). Produk-produk yag dihasilkan
lembaga yang sejatinya banyak tantangan cenderung kurang membumi dan kurang
dalam Pendidikan karena sifatnya Dinamis. selaras dengan dinamika masyarakat. Ketiga
Oleh karenanya, Azyumardi Azra (1990:85) lack of spirit of inquiry rendahnya semangat

880
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 10/NO: 02 Agustus 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/ei.v10i02.1500 E-ISSN: 2614-8846

untuk melakukan penelitian/penyelidikan. manusia (Ahmad Watik Pratiknya,


Keempat memorisasi, yaitu lebih banyak 1991:104-107).
bersifat studi tekstual dari pada pemahaman, Namun demikian, jika model
dan Kelima certificate oriented, mencari pendekatan tersebut dapat dipertanggung
ilmu hanya merupakan sebuah proses untuk jawabkan, maka peru dipikirkan tentang
mendapatkan sertifikat atau ijazah saja, implementasinya di dunia pendidikan. Hal
sedangkan semangat dan kualitas keilmuan ini dikembalikan kepada para pemikir,
menempati prioritas berikutnya (Mujahid pakar, dan praktisi pendidikan, untuk berani
Damopoli, 2015:78). dan melepaskan berbagai kepentingan tetapi
Problem dikotomi ini telah lama fokus untuk perbaikan manusia Indonesia,
muncul dengan segala perdebatannya. sekalipun harus menjadi never ending
Berkembangnya kecenderungan dikotomi process. Ganjar Winata dalam tulisannya
tersebut, menurut Ahmad Watik Pratiknya telah meneropong kualitas pendidikan dari
adalah bentuk kegagalan manusia (muslim) aspek guru teridentifikasi keterbatasan-
dalam memahami secara proporsional keterbatasan antara lain: kurangnya
hubungan antara ilmu dengan agama. kesadaran ekstra untuk meningkatkan mutu
Hubungan ilmu dan agama adalah hubungan pendidikan melalui proses pembelajaran
yang bersifat dinamik-evolutif, yaitu suatu yang berkelanjutan, minimnya inovasi
interpretasi manusia terhadap kebenaran dalam memajukan sekolah, rendahnya
hakiki Allah, melalui fenomena qauniah dan sportivitas dalam menghadapi persoalan dan
fenomena naqliah yang berkembang secara tantangan yang muncul di sekolah,
terus menerus. Inti pemahaman hubungan terbatasnya kemauan berbuat ekstra atau
tersebut adalah keimanan dan ketundukkan yang terbaik untuk kepentingan sekolah dan
mutlak manusia kepada Allah. Antara lain kemajuan pendidikan. Demikian pula
tercermin dalam pemikiran, sikap, dan dengan sistem rekrutmen kepala sekolah
perilaku sebagai berikut: pertama yang kurang sesuai dengan standar kualitas
Kebenaran mutlak (al-Haq) hanya ada pada yang diharapkan, kurangnya pelatihan yang
Allah semata dan yang dapat dicapai seharusnya dilakukan oleh pemerintah
manusia dengan interpretasinya qauniah daerah, dan kurangnya keterampilan
maupun naqliah, hanya kebenaran relative, manajerial kepala sekolah (Ganjar Winata,
dalam skala temporal maupun special. 2016). Penyebab lain rendahnya mutu
Kedua Kesadaran akan keterbatasan pendidikan dikemukakan Marus Suti bahwa
interpretasi tersebut akan menimbulkan peningkatan mutu pendidikan selama ini
sikap dan perilaku (ilmuwan) untuk: belum sesuai dengan harapan, disebabkan
Pertama tunduk dan patuh pada Allah beberapa faktor diantaranya adalah strategi
semata. Kedua menyadari bahwa ilmu dan pembangunan pendidikan yang bersifat
kemampuan teknologi (profesi) yang input oriented dan bersifat macro oriented
dikuasainya adalah berasal (amanah) dari yang cenderung diatur oleh birokrasi
Allah, dan Ketiga motivasi penerapannya ditingkat pusat. Institusi pendidikan masih
diupayakan dalam rangka pemenuhan mengandalkan pola manajemen lama yang
amanah tersebut. Ketiga Keyakinan akan dianggap kurang efektif dan efisien
tiadanya pertentangan antara ilmu dan sehingga hasilnya kurang maksimal (Marus
agama, karena keduanya berasal dari sumber Suti, 2011). Bahkan setelah diintegrasikan
yang sama, “pertentangan” yang dijumpai madrasah dalam Standar Nasional
dalam praktik adalah semu, sebagai akibat Pendidikan, tampaknya madrasah masih
kesalahan interpretasi ayat qauniah, ayat belum mampu memacu ketertinggalannya
naqliah atau keduanya. Keempat Kesadaran dalam pengelolaan system pendidikan.
bahwa ilmu bukan satu-satunya sumber Meskipun telah mendapatkan perlakuan,
kebenaran dan bukan satu-satunya jalan kesempatan, dan perhatian pendanaan yang
pemecahan bagi problem kehidupan proporsional, tetap saja madrasah masih

881
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 10/NO: 02 Agustus 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/ei.v10i02.1500 E-ISSN: 2614-8846

dipandang sebagai sekolah kelas dua setelah Pendidikan yang bermutu dapat
sekolah umum. Image masyarakat setelah dilihat dari berbagai aspek antara lain: dari
madrasah masih belum berubah yaitu aspek penyelenggaraan dan pengelolaan,
sebagai sekolah yang kurang berkualitas dan input, proses, ouput, maupun outcome. Input
keluarannya kurang mampu berkompetisi pendidikan yang bermutu adalah guru-guru
dalam memperoleh perguruan tinggi favorit. yang professional, peserta didik yang
Kenyataan ini menunjukkan bahwa suit bermutu, kurikulum yang bermutu, dan
untuk menjadikan madrasah menjadi pilihan fasiltas serta prasarana yang bermutu.
utama bagi masyarakat, dan masih banyak Proses pendidikan yang bermutu adalah
anggota masyarakat yang sama sekali belum proses pembelajaran PBM yang bermutu.
mengenal madrasah. Output pendidikan yang bermutu adalah
Sistem pendidikan madrasah lulusan yang memiliki kompetensi yang
memiliki peranan yang sangat mendasar dipersyaratkan. Sedangkan outcome yang
dalam menanamkan berbagai nilai bermutu adalah lulusan yang mampu
kehidupan dalam masyarakat yang terus melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih
berubah dan berkembang. Sistem tinggi atau terserap oleh dunia kerja (usaha
pendidikan harus bersifat fungsional dan industry) (Dadan Suhardan, et.al, 2009:
terhadap perkembangan masyarakat muslim 285). Tita Lestari meninjau pendidikan yang
di Indonesia. Demikian juga dengan sistem berkualitas dari aspek keluaran, yaitu
pendidikan madrasah. Pengembangan umat pendidikan yang memperhatikan dimensi
Islam dalam arti luas pada hakikatnya adalah kognitif, dimensi keterampilan, dimensi
pengembangan peserta didik yang didasari pemecahan masalah, berpikir kreatif, dan
nilai-nilai Islam. Inilah criteria dasar dalam dimensi nilai. Dapat diartikan bahwa
mewujudkan suatu system pendidikan keluaran yang berkualitas adalah jika
madrasah, dengan tidak mengabaikan keluaran sebuah lembaga pendidikan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menguasai pengetahuan dibidangnya,
sesuai bidang ilmu. memiliki keterampilan untuk melakukan
Berdasarkan uraian di atas, jika pekerjaan, mampu berpikir kreatif untuk
dicermati terdapat tigal hal mendasar pemecahan masalah, memiliki sikap
problematika pendidikan Islam (madrasah), terhadap diri sendiri, terhadap orang lain,
mulai dengan orientasi yang tidak jelas, terhadap lingkungan, dan terhadap Tuhan
dikotomi pendidikan umum dan agama yang Yang Maha Esa, serta memiliki hubungan
berdampak pada rendahnya mutu yang dibangun oleh pendidikan terutama
pendidikan Islam dan manajemen dengan dunia kerja dan masyarakat, serta
kelembagaan yang kurang profeisonal. mampu menjadi warga dunia yang
Pentingnya pendidikan bermutu, karena menyamaikan perdamaian.
pendidikan nasional termasuk pendidikan Kebiasaan nilai-nilai yang dibentuk
Islam saat ini sedang menghadapi tantangan dalam proses atau dalam perjalanan disebut
yang sangat besar baik secara nasional budaya sekolah. Sebagai sebuah organisasi
maupun global. Tantangan secara nasional sekolah memiliki budaya yang berisikan
muncul dari pesatnya perkembangan dunia nilai-nilai, norma-norma, sikap, persepsi,
usaha dan industri, sosial, budaya, politik, pikiran-pikiran, idea tau gagasan, dan
dan perkembangan lain yang sangat cepat. perilaku, yang dibentuk dalam perjalanan
Sedangkan tantangan global adalah ketatnya panjang sekolah dan diyakini oleh warga
kompetisi di era global yang menuntut sekolah dapat berfungsi sebagai suatu
madrasah untuk mampu berkompetisi pedoman dalam memecahkan masalah-
dengan lembaga-lembaga pendidikan dari masalah sekolah (Zamroni, 2001: 149).
luar negeri baik dari segi aspek mutu Selain itu, bahwa budaya sekolah
keluaran maupun mutu manajerial. merupakan sistem nilai sekolah dan akan
mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan

882
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 10/NO: 02 Agustus 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/ei.v10i02.1500 E-ISSN: 2614-8846

serta cara warga sekolah berperilaku. mengungkapkan bahwa tipe transformative,


Budaya sekolah dibangun dari kepercayaan karena berkaitan dengan banyak hal yang
yang dipegang teguh bersama oleh kepala harus ditransformasikan, secara
sekolah, guru, staf, dan siswa secara komprehensif dan intensif pada anggota.
mendalam sebagai dasar dalam memahami Perkembangan penelitian terhadap
dan memecahkan masalah dan menjadi ciri organisasi sekolah/madrasah telah banyak
khas, karakter, watak, dan citra sekolah dilakukan dan cukup menarik, terutama
tersebut di masyarakat. Penerapan kultur penelitian yang berkaitan dengan peran
sekolah yang tepat akan berpengaruh secara kepemimpinan kepala sekolah dilihat dari
signifikan bagi aktivitas belajar siswa berbagai dimensi social-budaya sekolah,
maupun terhadap guru untuk bekerja secara namun kepemimpinan kepala sekolah yang
efektif dan efisien. Dengan demikian dapat mendorong pengembangan budaya mutu
dipahami bahwa budaya sekolah adalah sekolah belum banyak menarik perhatian
perilaku, nilai-nilai, dan cara hidup warga dari para peneliti manajemen pendidikan.
sekolah. Padahal budaya mutu sekolah saat ini di
Membangun budaya mutu yang kuat dunia Barat sekalipun sedang menjadi
memerlukan pemimpin yang memiliki perhatian. Berdasarkan asumsi
komitmen kuat pada mutu, dan kepribadian kepemimpinan yang efektif, yang
yang kuat, yang didukung oleh kemampuan kontekstual dengan tuntutan dan tantangan
memimpin dan kemampuan intelektual yang era otonomi daerah, yang dapat mendorong
tidak diragukan, sehingga didalam penguatan dan pengembangan budaya mutu
memutuskan kebijakan dapat diterima oleh sekolah/madrasah adalah kepemimpinan
sekolah dan masyarakat luas. transformasional. Sejatinya menurut Bass
Kepemimpinan yang visioner akan mampu ada esensi model Burn menjadi empat
membangun budaya dan proses organisasi dimensi transformativ (charisma,
yang efektif, dan iklim pembelajaran yang inspirational motivation, intellectual
kondusif. Kepemimpinan transformasional stimulation, and individual consideration)
melibatkan anggota yang terinspirasi untuk (Bass, B.M, 1985).
berkomitmen terhadap visi bersama,
sehingga memberikan makna atas C. METODE
pekerjaannya, dan menjadi contoh bagi Penelitian dilakukan di MTs/MA di
anggotanya untuk mengembangkan potensi Pondok pesantren Rafah yang beralamat di
dan melihat masalah mereka sendiri dari Kp. Sukajadi Desa. Mekarsari Kecamatan
perspektif yang baru. Pemimpin Rancabungur Kabupaten Bogor Jawa Barat
transformasional memotivasi bawahan 16310. Penelitian ini dilaksanakan pada
untuk melakukan hal-hal yang melebihi bulan Januari sampai dengan bulan Mei
standar, bahkan yang dipikir tidak mungkin, 2021. Penelitian ini menggunakan
dengan cara membuat harapan yang pendekatan kualitatif dengan jenis
menantang agar dapat mencapai hasil kerja fenomenologis. Grounded Theory
terbaik. Aljufri, mengemukakan bahwa merupakan penelitian kualitatif yang
istilah transformasional adalah how the meneliti dari dasar permukaan (Suharsimi
resources are transformed into one another. Arikunto, 2010). Sedangkan Pendekatan
Transformasional mengandung makna fenomenologis berfokus pada pengalaman
menjadikan orang yang dipimpin sebagai hidup subyek penelitian untuk memahami
seorang pemimpin. Jadi suatu proses fenomena-fenomena yang terjadi pada
menularkan kemampuan kepemimpinan subyek penelitian tersebut dalam
kepada orang-orang di lingkungannya lingkungan yang wajar/alamiah
(Hamid al Jufri dan Suprapto, 2014: 171). Di (Hasbiansyah, O, 2008:163-180).
era globalisasi ini banyak pakar dan peneliti Fenomena-fenomena tersebut berupa
dibidang kepemimpinan yang perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,

883
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 10/NO: 02 Agustus 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/ei.v10i02.1500 E-ISSN: 2614-8846

pimpinan atau kepala sekolah, guru, peserta yang dapat dilakukan dalam analisis data,
didik dalam proses pembelajaran dan lain sebagai berikut, tahapan orientasi, tahapan
sebagainya dalam latar alamiah. Data yang eksplorasi, tahapan pemeriksaan data,
dihasilkan adalah data deskriptif yang tahapan triangulasi data, dan tahapan
berbentuk kata-kata, table, grafik, dari pemantapan hasil penelitian
perilaku persepsi, motivasi, dan tindakan (Koentjaraningrat, 1981:10-14).
subyek yang diamati tersebut. Desain atau
metode penelitian menggunakan studi kasus D. HASIL PEMBAHASAN
(Rahardjo Mudjia, 2017). Studi kasus Pondok Pesantren Rafah bernaung
biasanya digunakan untuk menguraikan, dan dibawah Yayasan ar-Rahmah, didirikan
menjelaskan secara komprehensif, dan pada Tahun 1997 dipimpin oleh KH. Moh.
mendalam mengenai berbagai aspek Nazir Zein, MA. Awalnya program
individu, kelompok, organisasi, program, Pendidikan formal yang dibuka adalah
dan situasi social di pondok pesantren, Pendidikan Dasar dan Menengah dalam
dengan menelaah sebanyak mungkin data bentuk SMPIT dan SMAIT yang
mengenai upaya kepemimpinan pembinaannya dibawah Kementerian
transformasional dalam pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan. Namun dalam
budaya mutu. perjalanan tepatnya pada tahun 2009,
Sumber data primer dalam penelitian berganti naungan dibawah Kementerian
ini adalah kepala sekolah, dewan guru, staf, Agama, sehingga nama SMPIT dan SMAIT
pengasuh atau pendamping santri, santri berubah menjadi MTs dan MA.
atau siswa, orang tua wali santri, yang Pertumbuhan kelembagaannya sangat cepat,
dipilih dan dianggap memiliki kemampuan yang semula lembaga berupa masjid dengan
berkontribusi dalam penggalian jawaban- kegiatan TPA bagi masyarakat sekitar
jawaban terkait masalah penelitian. Mereka kemudian berkembang menjadi pondok
adalah subyek yang telah atau sedang pesantren. Pondok pesantren Rafah berdiri
mengalami secara langsung fenomena yang sejak tanggal 27 Desember 1997 dimulai
sedang diteliti. Sumber data sekunder adalah dengan pembangunan masjid yang
pimpinan yayasan dan pimpinan pondok diresmikan pada tanggal 27 Desember 1997.
pesantren yang menempati posisi puncak Setelah itu, menerima santri TPA untuk
dalam struktur organisasi kelembagaan, masyarakat sekitar. Kemudian dibuka
dokumen-dokumen tertulis berupa dokumen program SMPIT pada tanggal 16 Juli 1999
laporan-laporan, dokumen resmi dan SMAIT pada tanggal 14 April 2003.
manajemen administrasi pondok pesantren Sejak 2009/2010 seiring dengan berganti
dan madrasah, serta dokumen penunjang naungan kementerian, dibuka kurikulum
dari berbagai sumber tertulis. pendidikan Tarbiyatul Mua’allimin Al
Metode pengumpulan data Islamiyah TMI merupakan program regular
menggunakan observasi partisipan, untuk lulusan SD/MI dengan masa
interview mendalam (indepth interview) dan pendidikan 6 tahun. Mulai 2011/2012
pemeriksaan dokumen. Teknik analisis data dibuka program intensif untuk lulusan
yaitu kegiatan menyempurnakan dan MTs/SMP dengan lama pendidikan 4 tahun,
menyusun cara menyajikannya (Masrukhin, didukung dengan program hafalan al-
2015). Analisis data dimulai dengan Qur’an kemampuan percakapan harian
menyusun fakta-fakta hasil temuan dalam bahasa arab dan inggris serta praktik
lapangan. Kemudian membuat diagram- pengembangan skill lainnya. Sejak itu pula
diagram, tabel, gambar-gambar, dan bentuk- lembaga pendidikan ini memperoleh
bentuk pemaduan fakta lainnya, yang persamaan/mu’adalah dari Jami’ah
akhirnya akan diinterpretasikan, Islamiyyah Al-Madinah Al-Munawwaroh.
dikembangkan menjadi proposisi dan Dan ini juga didasari dengan adanya model
prinsip-prinsip. Tahapan-tahapan penelitian kepemimpinan transformasional pondok

884
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 10/NO: 02 Agustus 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/ei.v10i02.1500 E-ISSN: 2614-8846

pesantren dan Madrasah Tsanawiyah dan berperilaku sesuai dengan norma. Keenam
Madrasah Aliyah Rafah sebagai pondok Budaya organisasi masing-masing unik
pesantren unggulan. (MN Nasution, 2001:179).
Diketahui, berdasarkan studi Budaya organisasi menurut
pendahuluan diperoleh informasi bahwa Wirawan adalah norma, nilai-nilai, asumsi,
sebagai lembaga pendidikan unggulan, kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi
pondok pesantren ini mampu melakukan dan sebagainya (isi budaya organisasi) yang
pembentukan karakter muslim nusantara dikembangkan dalam waktu yang lama oleh
yang sesuai dengan ajaran Islam berpadu pendiri, pemimpin dan anggota organisasi
dengan nilai-nilai tradisi, budaya dan yang disosialisasikan dan diajarkan kepada
kearifan lokal pada semua sisi kehidupan, anggota baru seta diterapkan dalam aktivitas
sehingga melahirkan pribadi muslim organisasi sehingga mempengaruhi pola
nusantara yang mencintai Islam, pikir, sikap dan perilaku anggota organisasi
berkomitmen pada Negara Kesatuan dalam memproduksi produk, melayani para
Republik Indonesia NKRI, bertoleransi konsumen dan mencapai tujuan-tujuan
dalam keberagaman, menghargai organisasi (Wirawan, 2008:10). Dengan
kemajemukan, dan selalu menebarkan kata lain budaya organisasi adalah
perdamaian. Disamping itu, keluaran MA perwujudan sehari-hari dari nilai-nilai dan
rafah yang melanjutkan studi, telah banyak tradisi yang mendasari organisasi tersebut.
diterima di Perguruan Tinggi Negeri Seperti Isi budaya organisasi meliputi: artefat,
UI, IPB, UGM, Unpad, UNJ, UPI, Unes, simbol-simbol, lambang bendera, bahasa
Andalas, UIN/IAIN dan Perguruan Tinggi dan jargon, seni atau arsitektur bangunan,
Luar seperti Perguruan Tinggi di Mesir, kepercayaan, filsafat organisasi, norma,
Pakistan, dan Libia. Hal ini menggambarkan nilai-nilai, pola perilaku, cara melakukan
keluarannya mampu bersaing dengan sesuatu, adat istiadat, kebiasaan, harapan,
keluaran sekolah unggulan lainnya. visi & misi, etos kerja, kode etik atau kredo,
Pengembangan budaya mutu sangat dress code, pahlawan, sejarah,
penting dalam upaya perbaikan mutu secara ritual/upacara/seremoni, sumpah/janji/balat,
berkelanjutan. Untuk memahami budaya cara berkomunikasi, cara menghormati,
mutu, perlu dipahami terlebih dahulu teknologi, produk organisasi, struktur dan
tentang konsep budaya dan konsep mutu, birokrasi organisasi, pola hubungan atasan
serta konsep budaya organisasi. Mengenai dan bawahan dan teman sekerja (Soekarman
konsep budaya, Brounds (1994) dalam Kartosedono, 2010:56).
Nasution NM mengemukakan berbagai Mutu dapat dilihat sebagai konsep
aspek pokok yang terkandung dalam budaya yang absolut dan konsep relatif (Edward
yaitu: Pertama, Budaya merupakan Sallis, 2008:51-55). Sebagai suatu konsep
kontruksi sosial unsur-unsur budaya, seperti yang absolut mutu sama halnya dengan sifat
nilai-nilai, keyakinan dan pemahaman yang baik, cantik dan benar merupakan suatu
dianut oleh semua anggota kelompok. idealisme yang tidak dapat dikompromikan.
Kedua, Budaya memberikan tuntunan bagi Goetsch dan Davis mengemukakan budaya
para anggotanya dalam memahami suatu mutu bahwa “A quality culture is an
kejadian. Ketiga, Budaya berisi kebiasaan organizational value system that result in an
atau tradisi. Keempat, Dalam suatu budaya vironment that is conducive to the
maka nilai-nilai, keyakinan, harapan, establishment dan continual improvement of
pemahaman dan perilaku timbul dan quality. It concists of values, traditional,
berkembang sepanjang waktu. Kelima, procedres and expectation that promote
Budaya mengarahkan perilaku: kebiasaan quality”. ( David L. Goetsch & Stanley
atau tradisi merupakan perekat yang Davis, 2013:83). Budaya mutu adalah suatu
mempersatukan suatu organisasi dan sistem nilai organisasi yang menghasilkan
menjamin bahwa para anggotanya suatu lingkungan yang kondusif untuk

885
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 10/NO: 02 Agustus 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/ei.v10i02.1500 E-ISSN: 2614-8846

pembangunan dan peningkatan tertarik pada fenomena atau praktik


berkelanjutan dari mutu. Budaya mutu kepemimpinan dengan cara mempelajari
terdiri atas nilai, tradisi, prosedur dan karakteristik dan perilaku pemimpinnya
harapan yang meningkatkan mutu. pada situasi dimana kepemimpinan itu
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipraktekan, ada pula yang tertarik pada
disimpulkan bahwa budaya mutu dapat persepsi pengikutnya terhadap perilaku,
diartikan sebagai aktivitas dalam memenuhi pribadi dan karakteristik pemimpinnya.
harapan pelanggan secara terus-menerus, Terlepas dari cara pandang tersebut,
sehingga menjadi sistem nilai organisasi pemimpin memiliki peran yang sangat besar
yang menghasilkan suatu lingkungan yang bagi keberlangsungan dan perkembangan
kondusif untuk pengembangan dan organisasi. Para pemimpin dapat
peningkatan berkelamjutan dari mutu. mempengaruhi tingkah laku pengikutnya
Pengembangan budaya mutu melalui berbagai macam cara. Karena itu,
merupakan proses internalisasi elemen- sangatlah wajar jika anggota organisasi
elemen budaya positif dan mengurangi mengharapkan pemimpinnya dapat
sejauh mungkin elemen-elemen budaya melaksanakan fungsi kepemimpinannya
negatif. Untuk mengembangkan atau dengan baik. Sedangkan fungsi
mengubah budaya mutu dari yang biasa saja kepemimpinan dikemukakan Kartono
atau tradisional menjadi budaya mutu, adalah memandu, menuntun, membimbing,
diperlukan langkah-langkah yang membangun, memberi atau membangunkan
sistematis. Nasution mengemukakan bahwa motivasi-motivasi kerja, mengemudikan
untuk mewujudkan budaya mutu dilakukan organisasi, menjalin jaringan-jaringan
dengan depalan langkah, yaitu; Pertama komunikasi yang baik, memberikan
identifikasi perubahan, Kedua menuliskan supervisi atau pengawasan efisien dan
perubahan yang direncanakan, Ketiga membawa para pengikutnya pada sasaran
mengembangkan rencana, Keempat yang ingin dituju sesuai dengan waktu dan
memahami proses transisi emosional, perencanaan (Kartini Kartono, 2011:156).
Kelima mengidentifikasi pendukung kunci Seorang pemimpin dalam
perubahan, Keenam menerapkan melaksanakan kepemimpinannya harus
pendekatan emosional dan intelektual, memiliki sifat-sifat tertentu dapat
Ketujuh menerapkan strategi kemesraan, menunjang tindakan dan pemikirannya.
dan Kedelapan memberi dukungan dalam Sebagaimana yang diungkapakan Terry,
melakukan perubahan (MN Nasution, bahwa terdapat sepuluh sifat pemimpin yang
2001:184-185). unggul yaitu: Pertama Kekuatan, Kedua
Pengertian kepemimpinan Stabilitas emosi, Ketiga Pengetahuan
diungkapkan Bass & Stogdill (1990) dalam tentang relasi insan, Keempat Kejujuran,
Sopiah, bahwa terdapat 3000 lebih Kelima Objektif, Keenam Dorongan pribadi,
penelitian dan definisi kepemimpinan yang Ketujuh Keterampilan berkomunikasi,
telah diciptakan manusia. “Jumlah batasan Kedelapan Kemampuan mengajar,
atau definisi yang berbeda-beda mengenai Kesembilan Keterampilan sosial, dan
kepemimpinan hampir sama banyaknya Kesepuluh Kecakapan teknis atau
dengan jumlah orang yang mencoba kecakapan manajerial (Kartini Kartono,
memberikan batasan mengenai konsep 2011:47). Dengan demikian istilah
tersebut”. (Sopiah, 2008:108). Meskipun kepemimpinan diartikan bermacam-macam
sudah banyak usaha dilakukan untuk bergantung kepada sudut pandang dan
mengartikulasikan konsep kepemimpinan, konteks penelitian dan variabel yang
namun hingga saat ini konsep menjadi obyek penelitian.
kepemimpinan belum dapat dijelaskan Sehubungan dengan itu, abad 21 ini
secara tuntas. Artinya pemahaman membutuhkan kepemimpinan yang
kepemimpinan sangat bervariasi. Ada yang memiliki 5 (lima) ciri yaitu; Pertama aspek

886
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 10/NO: 02 Agustus 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/ei.v10i02.1500 E-ISSN: 2614-8846

riwayat pribadi: bakat, pengalaman masa pemimpin mentransformasi pengikut dan


kecil, pengalaman pendidikan dan pengikut mentransformasi pemimpin.
pekerjaan; Kedua aspek dorongan bersaing: Istilah kepemimpinan
level standar, keinginan untuk berprestasi, transformasional Bass, menjelaskan
percaya diri dalam situasi persaingan; kepemimpinan yang artinya proses
Ketiga aspek belajar seumur hidup: mempengaruhi secara transformasional.
memiliki kemampuan mencari tantangan Dalam penelitian ini digunakan teori
baru, mau mengakuai kegagalan dan kepemimpinan tarnsformasional dari Bass.
keberhasilan; Keempat aspek keahlian dan Menurut Bass “transformational leadres, on
kemapuan: pengetahuan, keahlian the other hand, are those who stimulate and
kepemimpinan, keahlian lain-lain; dan inspire followers to both achieve
Kelima aspek kapasitas bersaing: extraordinary outcomes and the process
kemampuan dealing dengan lingkungan develop their own leaderships capacity”.
ekonomi yang semakin bersaing dan (Bernard M. Bass & Ronald E. Riggio,
bergerak cepat (Frans Mardi Hartanto, 2006:3). Kepemimpinan transformasional
2009:179). menginpirasi para pengikutnya untuk
Berdasarkan beberapa definisi mencapai hasil luar biasa dan dalam
kepemimpinan tersebut, dapat disimpulkan prosesnya mengembangkan kapasitas
bahwa kepemimpinan adalah rangkaian kepemimpinannya mereka sendiri.
kegiatan penataan dengan kemampuan Aljufri, mengemukakan bahwa
mempengaruhi perilaku orang lain dalam istilah transformasi adalah how the
situasi tertentu agar bersedia bekerjasama resources are transformed into one another.
untuk merealisasikan visi, misi dan Transformasi mengandung makna
mencapai tujuan organisasi yang telah menjadikan orang yang dipimpin sebagai
ditetapkan. seorang pemimpin. Jadi suatu proses
Ide kepemimpinan tranformasional menularkan kemampuan kepemimpinan
(transformasional leadership) diawali oleh kepada orang-orang di lingkungannya.
seorang sejarawan Amerika Serikat yang Selanjutnya dikemukakan bahwa di era
bernama James McGregor Burns (1979) globalisasi ini banyak pakar dan peneliti di
yang menulis buku tentang Leadership. bidang kepemimpinan yang
Dalam buku tersebut Burns menggunakan mengungkapkan bahwa tipe kepemimpinan
istilah kepemimpinan mentransformasi yang sesuai untuk mengurai banyak
(transforming leadership). Sedangkan kebijakan baru adalah tipe transformasi,
istilah kepemimpinan transformasional karena berkaitan dengan banyak hal yang
(transformasional leadership) dikemukakan harus ditransformasikan, secara
oleh Bass (1985) dalam bukunya Leadership komprehensif dan intensif pada bawahan
and Performence Beyond Expectations (Hamid al Jufri dan Suprapto, 2014:171).
(Wirawan, 2008:138). Bass Dengan mengutip pendapat Luthans (2002),
memformulasikan pengertian konsep Aljufri mengemukakan kerakteristik
kepemimpinan transformasional berbeda pemimpin di abad 21 yaitu: innovates, an
dengan konsep kepemimpinan original, develops, focuses on people,
mentransformasinya Burn. Istilah inspires trust, long range persfective, asks
kepemimpinan transformasional yang what and why, eye on the horizon,
dikembangkan oleh Bass lebih banyak origeninates, challenge the status quo, own
dipakai dalam literatur dan praktik secara person, does the right thing. (Hamid al Jufri
umum. Kepemimpinan mentransformasi dan Suprapto, 2014:169-170).
Burn, yang ditransformasikan adalah Hartanto mengemukakan bahwa
kepemimpinan dari pemimpin kepada para kepemimpinan transformasional secara
pengikut, merupakan proses dua arah yaitu ringkas dapat didefinisikan sebagai “suatu
cara untuk mempengaruhi orang

887
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 10/NO: 02 Agustus 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/ei.v10i02.1500 E-ISSN: 2614-8846

sedemikian, sehingga orang tersebut mau sebagai mitra, sehigga pendidikan yang
dan rela memunculkan kebajikan dan maju, unggul dan kompetitif dapat terwujud
kapabilitas terbaiknya didalam proses dan dirasakan oleh Peserta Didik dan
penciptaan nilai”. (Frans Mardi Hartanto, Masyarakat.
2009:512). Sebagai konsekuensinya, para Dan ini juga bagian dari
anggota dapat bekerja dengan gairah dan implementasi kepemimpinan yang
semangat kerja tinggi secara diterapkan, mengingat Seiring dengan
berkesinambungan, anggota juga berkembangnya penerapan demokratisasi
berkembang menjadi pemimpin yang dipelbagai lini kehidupan masyarakat,
menumbuhkan pemimpin yang lain. termasuk juga dalam dunia korporasi, dan
Bersumber pada wawancara dengan penerapan prinsip demokrasi tersebut
Kepala Madrasah MTs/ MA Rafah periset ternyata berhasil, maka pendidikan juga
mengambil sebagian kesimpulan terpaut hendaknya dikelola sesuai dengan prinsip-
riset ini Hasil dari riset ini kalau prinsip demokrasi, dimana setiap elemen
kepemimpinan kepala madrasah di situ yang terdapat dalam organisasi pendidikan
sangatlah sentral ataupun berarti. terlibat secara langsung dalam proses
Pemimpinan memegang peranan sangat penyelenggaraan pendidikan. Karena
penting dalam dipunyai oleh anggota pendidikan dapat merubah tatanan
organisasi yang dipimpinnya untuk meraih kehidupan masyarakat akan lebih baik lagi
cita- cita ataupun tujuan yang telah dan pendidikan yang berkualitas itu,
dirumuskan bersama, akan tetapi lebih dari sejatinya relevan dengan berbagai
itu, kepemimpinan juga memegang peranan kebutuhannya (Nana Meily Nurdiansyah &
kunci dalam mengatur ritme gerak Hudriyah, 2021:14-27).
organisasi. Urgensi kepemimpinan juga
berlaku dalam dunia pesantren. Layaknya E. KESIMPULAN
sebuah organisasi, tingkat keberhasilan Karakteristik Kepemimpinan
pendidikan di pesantren sangat dipengaruhi Transformasional Kepala Madrasah
oleh jenis, tipe, dan style kepemimpinannya. MTs/MA Rafah secara umum telah
Dengan pelaksanaan style menunjukan kepemimpinan yang baik
kepemimpinan transformasional ini, dia pimpinan di MTs/MA Rafah sudah mampu
membagikan sebagian akibat positif, kepala untuk mempengaruhi orang, sehingga orang
sekolah jadi panutan, mendesak kinerja tersebut mau dan rela memunculkan
bawahan, menyelaraskan area kerja, kebajikan dan kapabilitas terbaiknya
memberdayakan karyawan, berperan pada didalam proses penciptaan nilai. Sebagai
sistem nilai, terus tingkatkan keahlian konsekuensinya, para anggota dapat bekerja
mereka, serta mempunyai keahlian buat dengan gairah dan semangat kerja tinggi
menanggulangi suasana yang rumit. secara berkesinambungan, anggota juga
Dari kepemimpinan kepala berkembang menjadi pemimpin yang
MTs/MA Rafah dapat menghasilkan adanya menumbuhkan pemimpin yang lain.
perubahan status pengakuan lembaga Budaya Mutu Madrasah MTs/MA
pendidikan yang awal mulanya berada pada Rafah secara umum sudah baik, dilihat dari
Kementerian Pendidikan dan sekarang gaya kepemimpinan yang dapat
berpindah haluan kepada Kementerian mengantarkan lembaga pada revolusi mutu.
Agama yang didasari atas berbagai factor Gaya kepemimpinan tersebut adalah
diantaranya; Faktor Kepemimpinan, management by walking about atau MBWA
Kebutuhan Masyarakat, dan Manajemen yang menekankan pentingnya kehadiran
Mutu untuk meningkatkan lembaga pemimpin dan pemahaman atau pandangan
pendidikan tersebut melalui berbagai cara mereka terhadap karyawan dan proses
salah satu diantaranya menjalin kerjasama institusi. Kepemimpinan ini menekankan
dengan lembaga pendidikan yang lainnya komunikasi visi dan nilai-nilai institusi

888
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 10/NO: 02 Agustus 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/ei.v10i02.1500 E-ISSN: 2614-8846

kepada pihak-pihak yang lain serta berbaur New York; Free Press.
dengan para staf dan pelanggan. Pemimpin Bernard M. Bass & Ronald E. Riggio.
pendidikan unggul membutuhkan persfektif (2006). Transformational Leadership,
untuk kebaruan. Seperti Pertama Kekuatan, New Jersey: Mahwah.
Kedua Stabilitas emosi, Ketiga Pengetahuan Dadang Suhardan, et. all. (2009).
tentang relasi insan, Keempat Kejujuran, Manajemen Pendidikan, Bandung;
Kelima Objektif, Keenam Dorongan pribadi, Alfabeta.
Ketujuh Keterampilan berkomunikasi, David L. Goetsch & Stanley Davis. (2013).
Kedelapan Kemampuan mengajar, Quality Manajemen for
Kesembilan Keterampilan sosial, dan Organizational Excellence
Kesepuluh Kecakapan teknis atau Introduction to Total Quality, 7th
kecakapan manajerial Edition, USA: Pearson Education Inc.
Dari gaya kepemimpinan dan budaya mutu Edward Sallis. (2008). Total Quality
yang ada di MTs/MA Rafah dapat Manajement in Education, Cet. VIII,
menghasilkan adanya perubahan status Yogyakarta: IRCisod.
pengakuan lembaga pendidikan yang awal Frans Mardi Hartanto. (2009) Paradigma
mulanya berada pada Kementerian Baru Manajemen Indonesia, Jakarta:
Pendidikan dan sekarang berpindah haluan Diterbitkan atas kerjasama Mizan dan
kepada Kementerian Agama yang didasari Integre Quadro.
atas berbagai factor diantaranya; Faktor Ganjar Winata. (2016). Pengaruh
Kepemimpinan, Kebutuhan Masyarakat, Keterampilan Manajerial,
dan Manajemen Mutu untuk meningkatkan Komunikasi Interpersonal, dan
lembaga pendidikan tersebut melalui Budaya Mutu terhadap
berbagai cara salah satu diantaranya Organizational Citizenship Behavior,
menjalin kerjasama dengan lembaga Jakarta; Program Pascasarjana UNJ.
pendidikan yang lainnya sebagai mitra, Hamid AlJufri dan Suprapto, CH. (2014).
sehigga pendidikan yang maju, unggul dan Manajemen Sumber Daya Manusia
kompetitif dapat terwujud dan dirasakan Pendidikan, Jakarta: Smart Grafika.
oleh Peserta Didik dan Masyarakat. Hasbiansyah, O. (2008). Pendekatan
fenomenologi: Pengantar praktik
penelitian dalam Ilmu Sosial dan
DAFTAR PUSTAKA Komunikasi. Mediator: Jurnal
Komunikasi, 9.1, h. 163-180.
Ace Suryadi. (2014). Pendidikan Indonesia Jejen Musfah. (2015). Manajemen
Menuju 2025, Bandung; Remaja Pendidikan: Teori, Kebijakan, dan
Rosda Karya. Praktik, Jakarta; Kencana.
Ahmad Watik Pratiknya. (1991). Kartini Kartono. (2011). Pemimpin dan
Identifikasi Masalah Pendidikan Kepemimpinan: Apakah
Agama Islam di Indonesia, dalam A. Kepemimpinan Abnormal itu?
Syafii Maarif, Abdullah Fajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Amrullah Achmad dkk, Pendidikan Koentjaraningrat. (1981). Metode-metode
Islam di Indonesia, Antara Cita dan penelitian masyarakat, Jakarta:
Fakta, Yogyakarta; Tiara Wacana. Gramedia.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Penelitian Lickona, Thomas. (2013). Pendidikan
Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara. Karakter Panduan Lengkap Mendidik
Azyumardi Azra. (1990). Pendidikan Islam Siswa menjadi Pintar dan Baik.
Tradisi dan Modernisasi Menuju Bandung: Nusa Media.
Millenium Baru, Jakarta; Logos. Malik Fajar. (1998). Visi Pembaruan
Bass, B.M. (1985). Leadership and Pendidikan Islam, Jakarta; LP3NI.
Performance Beyond Expectation, Marus Suti. (2011). Strategi Peningkatan

889
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 10/NO: 02 Agustus 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/ei.v10i02.1500 E-ISSN: 2614-8846

Mutu di Era Otonomi Pendidikan, dan prosedurnya.


Jurnal Medtex, Volume 3, Nomor 2. Soekarman Kartosedono. (2010).
Masrukhin. (2015). Metode Penelitian Kepemimpinan Pendidikan
Kualitatif. Kudus: Media Ilmu Press. (Educational Leadership), Modul
Mujahid Damopoli. (2015). Problematika Kuliah, Program Studi Administrasi
Pendidikan Islam dan Upaya-Upaya Pendidikan Program Pascasarjana
Pemecahannya, TADBIR Jurnal Uhamka Jakarta.
Manajemen Pendidikan Islam, Sopiah. (2008). Perilaku Organisasi,
Volume 3 Nomor 1 h. 78. Yogyakarta: Penerbit Andi
MN, Nasution. (2001). Manajemen Mutu Yogyakarta.
Terpadu, Jakarta: Ghalia Indonesia. Tita Lestari, Pengelolaan Kurikulum
Nurdiansyah, N. M., & Hudriyah, H. (2021). Tingkat Satuan Pendidikan,
POLICY AND IMPLEMENTATION Slideplayer.info/slide/328242.
OF EDUCATION MANAGEMENT Wirawan. (2008). Budaya dan Iklim
BASED ON MADRASAH. AL- Organisasi: Teori Aplikasi dan
TANZIM: Jurnal Manajemen Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.
Pendidikan Islam, 5(1), 14-27. Zamroni. (2001). Paradigma Pendidikan
Rahardjo, Mudjia. (2017). Studi kasus Masa Depan, Jakarta; Bigraf
dalam penelitian kualitatif: konsep Publishing.

890

You might also like