Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 56

Upaya

Kesehatan masyarakat
essensial pencegahan,
pengendalian dan pemberantasan
penyakit
Dr. Susilowati Andajani,dr, MS
Pengertian Penyakit
• penyakit adalah suatu kondisi patologis
berupa kelainan fungsi dan atau morfologi
suatu organ dan atau jaringan tubuh manusia,
termasuk di dalamnya kelainan biokimia
seperti kelainan enzym. Tumor atau kanker
merupakan kelainan manifestasi kelainan
morfologi dan fungsi pada tingkat selluler
bagian tubuh tertentu (Achmadi,2011).
Penyakit menular

• Penyakit yang disebabkan oleh agen biologi


seperti metazoa, protozoa, cacing, virus,
ricketsia, bakteri , jamur, yang dapat menular
dari manusia atau hewan yang terinfeksi ke
penjamu yang rentan, baik secara langsung
atau tidak langsung.
Figure 1. Natural History of Communicable Disease
4
Source : Leavell and Clark,1979
Figure 2. Five levels of prevention in Communicable Disease
Source : Leavell and Clark,1979 5
Figure 3. Natural History of Tuberculosis
Source : Leavell and Clark, 1979
PERIOD OF PREPATHOGENESIS PERIOD OF PATHOGENESIS

HEALTH PROMOTION SPECIFIC PROTECTION REHABILITATION


Health education Active immunisation with EARLY DIAGNOSIS and PROMPT Occupational
Personal hygiene BCG or other TREATMENT therapy
Improvement in acceptable vaccine of Case finding programs, e.g., x-ray DISABILITY LIMITATION Vocatioonal
general high risk groups surveys, tuberculin surveys, in high rehabilitation
sosioeconomic Chemoprophylaxis with Search for advaned cases Re-employment
incidence groups and general Provide thearpy and drugs
conditions appropiate drugs of services
population
Adequate nutrition tuberculin-converters Limitation of exertion Sheltered
Reporting of cases
recreation and and contacts under Avoidance of ratigue workshops
Isolation and treatment in appropriate
avoidance of fatigue high risk including Limitation of pregnancy and Psycological and
facility; clinic, hospital, sanitorium,
Technical assistance those with lactation psychiatric
physician’s office, home Health education
and economic aid to predisposing disease counseling
Surgical intervention
less deveoped areas Control of disease in cattl Hospitalization when needed Half-way houses
Search for cases among contacts treat
Advice and guidance through test and Nursing when needed Health education
when found; administer BCG
during early slaughter programs Surgical intervention of patient,
Health education to prevent sequellae,
urbanisation and Pasteurization of diary Laboratory follow-up family and
progression and transmission Geriatric care
industrialization foods community
Profision of nursing, financial and social
Continued vigilance in Improvement in working Occupational counseling Financial aid when
services when required
areas with low conditions in dusty Cae of coexisting conditions such required
Changeoccupational environment if
incidence industries as alcoholism, degenerative Continued medical
hazardous
Mas multiple screening Avoidance of crowding in disease, mental illness, and laboratory
Laboratory diagnosis and search for diabetes, malnutrition, etc.
programs. closed quarters supavision to
drugs-resistant strains
Etc. Isolation and control of Provision for psychological prevent relaps.
Determine drug sensitivity of
active cases in a counseling. Etc.
responsible organism.
comunity. Etc.
Etc.
Etc.
PRIMARY PREVENTION SECONDARY PREVENTION TERTIARY
PREVENTION

Figure 4. Levels of Prevention in Tuberculosis


Source : Leavell and Clark,1979
N A T U R A L H I S T O R Y of
C A N C ER
Factors contributing to the occurrance and
distribution of cancer : Natural course of cancer death
Terminal stage
AGENT Factors :
Chemical carcinogen (organic and inorganic) Remote metastasis
Physical carcinogens (ultraviolet, corpuscular, Chronic
and electronic rays) state
Regional
Nutritional apread
Biological (schistosoma) Organ
ENVIRONMENTAL Factors : CLINICAL HORIZON Localization
Climate (intensity of ultraviolet) with signs and symptoms
Sanitation (water supply and Schistosoma
hematobium) Cancer inn
Socioeconomic situ :
asymptomatic cancer ; tissue change
HOST Factors : potentially identifiable
Age, face, sex, heredity and familial Latent
Constitutional Period
Habits and customs Precancerous lesions Local cancerous growth

Interactions Response may depend on individual


Produce the inciting factors, fmily or ethnic heritage
the STIMULI
INTERACTION of STIMULUS
and HOST REACTION of HOST
P R E P A T H O G E N E S I S P E R I O D P E R I O D O F P A T H
O G E N E S I S

Figure 5. Natural History of Cancer


Source : Leavell and Clark,1979
4 macam rehabilitasi :
- Fisik
- Mental
- Estetika
- Sosial Vokasional

HEALTH PROMOTION SPECIFIC REHABILITATION


PROTECTION
Education of EARLY DIAGNOSIS and PROMPT Physicl and
community to TREATMENT psychologic
change atitude Self examination of breast DISABILITY LIMITATION rehabilitation in
toard cancer cases of
Treatment clinics amputation
Cancer detection centers
Increased “index of Radium laryngectomy,
suspicion” Radioactive isotopes facial deformities,
Selective examination
Elimination or colostomy
Recruitment and protection Attention to convalescent
Diagnosis clinic care
training of againt known Organization of
specialists and suspected Treatment clini rehabilitation
carcinogens centers
Improvement
ofgeneral hygienic Detection and
practices elimination of
precancerous
Environmental lesions
sanitation
PRIMARY PREVENTION SECONDARY PREVENTION TERTIARY
PREVENTION
L E V E L S O F A P P L I C A T I O N O F P R E V E N T I V E M E A S U R E S A G A I N S T C A N C E R

Figure 6. Levels of prevention in Cancer


Source : Leavell and Clark,1979
Ilmu Kedokteran Pencegahan

• Ilmu kedokteran pencegahan menurut


Winslow (1920), adalah suatu ilmu dan
keterampilan untuk mencegah penyakit,
memperpanjang usia hidup, memelihara
kesehatan jasmani dan rohani serta
meningkatkan efisiensi.
Pencegahan penyakit
1. Primary prevention
1) Health promotion
2) Specific protection

2. Secondary prevention
1) Early diagnosis and prompt treatment
2) Disability limitation

3. Tertiary prevention
Rehabilitation
Ilmu kesehatan Masyarakat
• Winslow (1920) adalah suatu ilmu dan ketrampilan untuk
mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup,
memelihara kesehatan jasmani dan rohani serta
meningkatkan effisiensi, dengan jalan usaha masyarakat
yang teroganisir untuk penyehatan lingkungan,
pemberantasan penyakit menular, pendidikan setiap orang
dalam prinsip kesehatan perorangan, mengatur usaha
pengobatan dan perawatan guna diagnosis dini dan
pengobatan pencegahan dari penyakit-penyakit, dan
mengembangkan badan-badan kemasyarakatan yang akan
memberi jaminan bagi setiap orang di dalam masyarakat
suatu derajat hidup yang cukup guna mempertahankan
kesehatannya.
Dasar Hukum Penanggulangan
Penyakit Menular
• Undang -Undang No 1 Tahun 1962 tentang
Karantina Laut
• Undang-Undang No 2 Tahun 1962 tentang
Karantina Udara
• Undang –Undang No 4 Tahun 1984 tentang
Wabah Penyakit Menular
• Undang-Undang No 12 Tahun 2008 tentang
Pemerintahan Daerah
• Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
• Peraturan Pemerintah No 40 Tahun1991 tentang
Penanggulangan Wabah penyakit Menular
• Keputusan MenKes No.1479/Menkes/SK/X/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi penyakit Menular dan
Tidak Menular Terpadu
• Peraturan MenKes No 949/Menkes/per/VIII/2004
tentang Pedoman penyelenggaraan Sistem
Kewaspadaan Dini KLB
• Peraturan MenKes No 1144/Menkes/Per/VIII/2010
tentang Organisasi dan Tata kerja Kemenkes
• Peraturan MenKes RI No 1501/Menkes/Per/X/2010
tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang dapat
menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan
• Peraturan Menteri Kesehatan RI No 45 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 82 Tahun 2014 Tentang penangulangan penyakit
menular
• Peraturan Menteri Kesehatan RI No 71 Tahun 2015
Tentang Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
PerMenKes RI No 82 Tahun 2014
* Tentang penanggulangan Penyakit menular di Indonesia
* Penyakit Menular adalah penyakit yang dapat menular
dari satu orang ke orang lain, yg disebabkan oleh agen
biologis, a.l metazoa, protozoa, virus, bakteri, jamur
• Penanggulangan penyakit menular: upaya kes yg
mengutamakan aspek promotif dan preventif yang
ditujukan untuk menurunkan dan menghilangkan angka
kesakitan, kecacatan, kematian, membatasi penularan,
serta penyebaran penyakit, agar tdk meluas antar
daerah maupun antar negara, serta berpotensi
menimbulkan kejadian KLB/Wabah
• Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya
/meningkatnya kejadian kesakitan dan atau
kematian yang bermakna scr epidemiologi pd st
daerah dalam kurun waktu ttt, dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus terjadinya wabah
• Wabah adalah kejadian berjangkitnya st penyakit
menular dlm masy yg jumlah penderitanya
meningkat scr nyata yg melebihi dari keadaan yg
lazim pada waktu dan daerah ttt serta dapat
menimbulkan malapetaka
Tujuan penanggulangan penyakit
Menular
• Melindungi masyarakat dari penularan
penyakit
• Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan
kematian akb penyakit menular
• Mengurangi dampak sosial, budaya dan
ekonomi akb penyakit menular pd individu,
keluarga, dan masyarakat
Penanggulangan penyakit ini bersifat efektif,
efisien, dan berkesinambungan
Berdasarkan cara penularannya
1. Penyakit menular langsung
- Difteri -Yellow fever - Ebola
- Pertusis - Influensa - MERS Co V
- Tetanus - Meningitis - inf salcerna
- Polio - Tuberkulosis - IMS
- Campak - Hepatitis - HIV
- Typhoid - Pneumococcus - ISPA
- kholera - Rotavirus - kusta
- Rubella - Human papilo - Frambusia
ma virus
2. Penyakit tular vektor & binatang pembawa
penyakit
- Malaria - Antraks
- Demam berdarah - Pes
- Chikungunya - Toxoplasmosis
- Filariasis n kecacingan - Leptospirosis
- Schistosomiasis - Avian influensa
- Javanese Enchepalitis - West Nile
- Rabies - Yellow fever
Target Program
Berdasarkan pertimbangan Komite ahli penyakit Menular
• Reduksi
• Eliminasi ,dan atau
• Eradikasi

• Reduksi
Upaya pengurangan angka kesakitan dan atau kematian
thd peny menular ttt agar secara bertahap penyakit tsb
menurun sesuai dg sasaran atau target operasinalnya
• Eliminasi
Upaya pengurangan thd penyakit scr
berkesinambungan di wilayah ttt shg angka
kesakitan penyakit tsb dapat ditekan serendah
mkn agar tdk menjadi masalah kes di wilayah ybs

• Eradikasi
Upaya pembasmian yang dilakukan scr
berkelanjutan melalui pemberantasan dan
eliminasi untuk menghilangkan jenis penyakit ttt
scr permanen shg tdk menjadi masalah kes
masyarakat scr nasional
Komite ahli penyakit menular
Terdiri atas unsur-unsur
• Organisasi profesi
• Akademisi
• Kementerian kesehatan
• Lintas sektor terkait
Upaya penanggulangan penyakit
menular

Terdiri atas upaya


• Pencegahan
• Pengendalian
• Pemberantasan
• Upaya pencegahan, dilakukan untuk memutus
mata rantai penularan, perlindungan spesifik,
pengendalian faktor risiko, perbaikan gizi
masyarakat dan upaya lain sesuai dgn
ancaman penyakit menular *agar masyarakat tidak tertular

• Upaya pengendalian, dilakukan untuk


mengurangi atau menghilangkan faktor risiko
penyakit dan atau gangguan kesehatan
• Upaya pemberantasan, dilakukan untuk
meniadakan sumber atau agen penularan,
baik secara fisik, kimiawi dan biologi
Kegiatan upaya penanggulangan
• Promosi kesehatan
• Surveilans kesehatan
• Pengendalian faktor risiko
• Penemuan kasus
• Penanganan kasus
• Imunisasi
• Terapi pencegahan secara massal
• Kegiatan lain yang ditentukan oleh Menkes
Kegiatan untuk menghadapi potensi
Wabah

• Penemuan penderita di fasilitas pelayanan kes


• Penyelidikan Epidemiologi
• Pengobatan massal
• Imunisasi massal
• Itensifikasi pengendalian faktor risiko
Promosi kehatan
Dilakukan
• Dengan metode komunikasi, informasi dan edukasi
scr sistematis dan teorganisasi
• Untuk tercapainya perubahan perilaku pada
masyarakat umum yang dilakukan oleh masyarakat di
bawah koordinasi pejabat kesehatan masyarakat di
wilayahnya
• Oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi di
bidang pengendalian penyakit menular
• Tenaga kesehatan, dapat melibatkan kader melalui
pendekatan upaya kes berbasis masyarakat dan atau
tokoh masyarakat melalui pendekatan kemitraaan
sesuai dg ketentuan peraturan perundang-undangan
Kegiatan Promosi kegiatan

• Penyuluhan
• Konsultasi, bimbingan, dan konseling
• Intervensi perubahan perilaku
• Pemberdayaan masyarakat
• Pelatihan
• Pemanfaatkan media komunikasi
Tujuan promosi kesehatan
Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat guna
memelihara kesehatan dan pencegahan penularan
penyakit
Perilaku hidup sehat:
• Cuci tangan dgn sabun sebelum makan n setelah BAB
• Pemberantasan jentik nyamuk
• Air bersih untuk keperluan rumah tangga
• Mengkonsumsi makanan gizi seimbang
• Melakukan aktivitas fisik setiap hari
• Menggunakan jamban sehat
• Menjaga n memperhatikan kesehatan reproduksi
• Mengupayakan kondisi lingkungan yang sehat
Promosi kesehatan
• Secara terintegrasi dilakukan baik di Fasyankes maupun
di luar Fasyankes
• Tenaga promosi kesehatan, dapat oleh masyarakat baik
di RT atau fasilitas umum, Institusi swasta, LSM, dan
organisasi masyarakat guna menggerakkan potensi
masyarakat dlm cegah penyebaran penyakit
• Penyelenggarakan promkes dapat scr massal oleh
media cetak, media elektronik dan jejaring sosial, serta
melalui penggunaan teknologi informasi lain dgn
maksud mengajak peran aktif masyarakat dlm cegah
penyebaran penyakit menular
Tujuan Surveilans Kesehatan
• Tersedianya informasi tentang situasi,
kecenderungan penyakit, dan faktor risiko
masalah kesmasy, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya sbg bahan pengambilan
keputusan dlm rangka pelaksanaanprogram
penanggulangan scr efektif n efisien
• Kewaspadaan dini thd kemungkinan terjadi
KLB/wabahserta dampaknya
• Investigasi dan penanggulangan KLB/wabah
• Dasar penyampaian informasi kes kepada pihak
yang berkepentingan
Pengendalian faktor risiko bertujuan untuk
memutus rantai penularan, dengan cara:
• Perbaikan kualitas media lingkungan
• Pengendalian vektor n binatang pembawa
penyakit
• Rekayasa lingkungan
• Peningkatan daya tahan tubuh
• Perbaikan kualitas media lingkungan, meliputi
perbaikan kualitas air, udara, tanah, sarana dan
bangunan, serta pangan agar tidak menjadi
tempat berkembangnya agen penyakit. Melalui
upaya penyehatan dan pengamanan terhadap
media lingkungan
• Rekayasa lingkungan, minimal dgn kegiatan
rehabilitasi lingkungan scr fisik, biologi, dan
kimiawi
• Peningkatan daya tahan tubuh, melalui imunisasi,
perbaikan gizi masyarakat
Penemuan kasus
• Secara pasif dan aktif
• Secara Aktif : petugas kes datang langsung ke
masyarakat untuk mencari n identifikasi kasus
• Secara pasif: petugas kes memeriksa penderita
penyakit menular yang datang ke faskes
• Harus diperkuat dgn uji laboratorium
Terjadi KLB

Dibentuk Tim Gerak Cepat (TGC)


Tim Gerak Cepat mempunyai tugas dan fungsi:
• Melakukan deteksi dini KLB atau wabah
• Melakukan respon KLB atau wabah
• Melaporkan dan membuat rekomendasi
penanggulangan
Strategi P2M
• Mengutamakan pemberdayaan masyarakat
• Mengembangkan jejaring kerja, koordinasi, dan
kemitraan serta kerja sama lintas program,
lintas sektor dan internasional
• Meningkatkan penyediaan sumber daya dan
pemanfaatan tehnologi
• Mengembangkan sistem informasi
• Meningkatkan dukungan penelitian dan
pengembangan
Pendanaan P2M bersumber dari APBN, APBD,
swasta dan atau lembaga donor
Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dilakukan terhadap upaya:


• Pencegahan : tidak ditemukan kasus baru pada wilayah tertentu
• Pengendalian: tidak ada penambahan kasus baru
• Pemberantasan : mengurangi atau menghilangkan penyakit

Evaluasi dilakukan terhadap upaya:


• Pencegahan dan pengendalian : penyakit menular tidak menjadi
masalah kesehatan di masyarakat
• Pemberantasan : tidak ditemukan lagi penyakit atau tidak menjadi
masalah kesehatan
• Penanggulangan KLB : dapat ditanggulangi dalam waktu paling lama
dua kali masa inkubasi terpanjang.
Pencatatan dan Pelaporan

• Fasilitas pelayanan kesehatan


• Dinas Kesehatan Kab/Kota
• Dinas Kesehatan Propinsi
• Direktur Jenderal P2P & PLP
• Menteri Kesehatan
Pembinaan dan pengawasan P2M

Tujuan
• Mencegah risiko lebih buruk bagi kesehatan
• Peningkatan kemampuan pemantauan
wilayah setempat
• Peningkatan kemampuan penanggulangan
KLB / Wabah
Pembinaan P2M
• Pemberdayaan masyarakat
• Pendayagunaan tenaga kesehatan
• Pembiayaan program

Pemberdayaan masyarakat
* Advokasi dan sosialisasi
• Membangun dan meningkatkan jejaring kerja atau kemitraan
• Pemberian penghargaan

Pendayagunaan tenaga kesehatan


• Pendidikan dan pelatihan teknis
• Pemberian penghargaan
• Promosi jabatan
Pencegahan dan pengendalian PTM

Penyakit tidak menular (PTM):


• Penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang ke orang,
perkembangannya perlahan , waktu yang panjang (kronis).
• Masalah yang tengah berkembang menjadi masalah
kesehatan masyarakat (the growing problem of public
health) di Indonesia,
• Menimbulkan kesakitan, kematian, dan kecacatan yang
tinggi, serta menimbulkan beban pembiayaan kesehatan,

Penanggulangan PTM (PerMenKes No 71 Tahun 2015)


• upaya pencegahan, pengendalian dan penanganan yang
komprehensif, efisien, efektif dan berkelanjutan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 71 Tahun 2015,
Tujuan pengaturan Penanggulangan PTM (P2TM)
• Melindungi masyarakat dari risiko PTM
• Meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi
dampak sosial, budaya, serta ekonomi akibat
PTM pada individu, keluarga, dan masyarakat
• Memberikan kepastian hukum dalam
penyelenggaraan penanggulangan PTM yang
komprehensif, efisien, efektif, dan berkelanjutan.
Kelompok PTM
(WHO,1983; ATSDR,2009)
• Kanker berbagai jenis n penyebabnya
• Kardiovaskuler dan sistem pernafasan
• Kelainan endokrin dan gangguan metabolism
• Sistem syaraf dan pancaindera
• Hemopoetik
• Muskuloskeletaldan pertumbuhan
• Berbagai gangguan penyakit kulit
• Gangguan reproduksi
• Organ penting seperti ginjal, GIT, liver,dll
• Rudapaksa dan kecelakaan
• Gangguan psikiatrik
International Statistical Classification of
Diseases and Related Health Problems,
Pencegahan dan Pengendalian PTM
Upaya pencegahan dititikberatkan pada pengendalian faktor risiko
PTM yang dapat diubah, yang meliputi :
• Merokok
• Kurang aktivitas fisik
• Diet yang tidak sehat
• Konsumsi minuman beralkohol
• Lingkungan yang tidak sehat
Upaya pencegahan PTM (UKM):
promosi kesehatan, deteksi dini faktor risiko, dan perlindungan khusus.

Pengendalian PTM (UKM):


penemuan dini kasus dan tatalaksana dini.

Penanggulangan PTM (UKP):


penanganan kasus.
Surveilans P2TM
• Surveilans PTM: dasar penetapan kegiatan penanggulangan PTM
• Tujuan surveilans PTM :
memperoleh informasi tentang situasi, kecenderungan penyakit, dan
faktor risikonya sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka
pelaksanaan program penanggulangan secara efektif dan efisien.

• Langkah-langkah surveilans PTM:


pengumpulan, pengolahan, analisis data, dan interpretasi, serta
diseminasi informasi terhadap faktor risiko, penyakit dan penyebab
kematian

Kegiatan Surveilans PTM:


• Surveilans faktor risiko
• Register penyakit
• Surveilans kematian,
Deteksi dini PTM
• Menemukan faktor risiko PTM sedini mungkin
• Sasaran: individu dan atau kelompok yang berisiko atau tidak
berisiko secara rutin

• Kegiatan deteksi dini:


* Wawancara
* Pengukuran, dan
* Pemeriksaan
• Deteksi dini: di fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas/tempat
dilaksanakan UKBM
• Berdasarkan hasil deteksi dini, bila positif berisiko PTM, harus
ditindak lanjuti dengan pengendalian faktor risiko penyakit
Perlindungan khusus
• Pencegahan penyakit dengan pemberian
kekebalan/imunisasi
• Pemberian kekebalan/imunisasi hanya dapat
diberikan terhadap jenis PTM yang
memungkinkan secara keilmuan di bidang
kesehatan dan harus berdasarkan bukti ilmiah
• Pemberian kekebalan/imunisasi terhadap jenis
PTM dilakukan setelah mendapatkan
rekomendasi komite ahli imunisasi dan atau
komite ahli penanggulangan PTM
Penanganan kasus
• Melalui pelayanan pengobatan dan perawatan, rehabilitasi dan palliatif
• Pelayanan pengobatan dan perawatan diberikan kepada individu yang menderita
sakit dengan tujuan untuk mengurangi faktor risiko, mengobati penyakit,
mencegah/ mengurangi penyulit, memberikan prognosis serta meningkatkan
kualitas hidup
• Tenaga kesehatan dalam penanganan kasus harus menciptakan dan mentradisikan
perilaku PATUH, yaitu Periksa kesehatan secara rutin, Atasi penyakit dengan
pengobatan yang tepat, Tetap aktivitas fisik dengan aman, Upayakan diet dengan
gizi seimbang, dan Hindari asap rokok, minuman beralkohol dan zat karsinogenik
• Penanganan kasus dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar
pelayanan atau Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) dan ketentuan
peraturan perundang-undangan
• Pelayanan rehabilitasi ditujukan untuk mengembalikan penderita ke tengah
keluarga dan masyarakat sehingga dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat
yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya
• Pelayanan paliatif ditujukan untuk mencapai kualitas hidup pasien dan kematian
yang bermartabat

Peran serta masyarakat
• Masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok
berperan aktif dalam penanggulangan PTM
• PSM dilaksanakan melalui kegiatan UKBM dengan
membentuk dan mengembangkan Pos Pembinaan
Terpadu PTM (Posbindu PTM)
• Pada Posbindu dapat dilaksanakan kegiatan deteksi
dini, monitoring dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM
secara mandiri dan berkesinambungan di bawah
pembinaan Puskesmas
Pemantauan dan Evaluasi P2TM
• Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan pemantauan dan evaluasi
penyelenggaraan P2TM
• Dilaksanakan berdasarkan hasil Surveilans PTM sesuai arah dan tujuan kebijakan
penanggulangan PTM

• Pemantauan , dilakukan terhadap upaya :


* Pencegahan : indikator menemukan faktor risiko PTM
*Pengendalian: indikator tidak ada penambahan kasus baru, dan atau
*Penanganan : indikator mengurangi angka kecacatan / kematian akibat penyakit

• Evaluasi dilakukan terhadap upaya :


*Pencegahan dan pengendalian: indikator PTM tidak menjadi masalah
kesehatan di masyarakat
*Penanganan: indikator menurunnya angka kecacatan kejadian penyakit atau
tidak menjadi masalah kesehatan
Pencatatan dan pelaporan
• Setiap penyelenggaraan kegiatan UKM dalam rangka P2TM harus
dicatat dan dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota oleh petugas penanggung jawab.
• Setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
kegiatan penanganan kasus PTM harus mencatat dan melaporkan
sesuai dengan sistem pelaporan yang terintegrasi dalam SIK
• Catatan dan laporan tersebut di atas menjadi sumber data utama
dalam penyelenggaraan Surveilans PTM
• Surveilans PTM harus dilaporkan kepada Menteri secara berjenjang
baik manual maupun dengan tehnologi informasi.
Pembinaan dan Pengawasan
• Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
P2TM.
• Pembinaan dalam penyelenggaraan P2TM dilakukan
melalui peningkatan kapasitas teknis dan manajemen SDM,
pemberdayaan masyarakat, dan penyediaan pembiayaan
operasional dan sarana pendukung.
• Pengawasan penyelenggaraan P2TM dapat dilakukan
melalui pemantauan dan evaluasi, verifikasi dan validasi
data, serta audit laporan.
Referensi
• Achmadi, U. F, 2014. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Edisi Revisi. Jakarta:
Rajawali Pers
• Azwar,A., 1984. Pengantar Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Bagian IKM-KP FKUI
• Departemen Kesehatan RI,1984. Undang-Undang No 4 Tahun 1984 Tentang
Wabah penyakit menular. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
• Gde Muninjaya, AA.,2011. Manajemen kesehatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
• Leavell, Hugh Rodman and Clark, E. Gurney ,1979. Preventive Medicine for The
Doctor in His Community. An Epidemiologic Approach. New york: Robert E. Krieger
Publising Company
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,2003. Keputusan Menteri Kesehatan
No 1116/Menkes/SK/Vlll/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Kesehatan. Jakarta: Kementerian Republik Indonesia
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,2003. Keputusan Menteri Kesehatan
No 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans
Epidemiologi Penyakit Menular dan PTM terpadu
• Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia,2014. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014
tentang penanggulangan penyakit menular .
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
• Kementerian Kesehatan Republik Indonnesia,
2015.Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 71 Tahun 2015 tentang
penanggulangan penyakit tidak menular. Jakarta:
Berita Negara Republik Indonesia
• Magnus M, 2008. Essentials of Infectious Disease
Epidemiology. Sudbury, Jones and Bartlett Publishers
Inc.
• Mausner & Bahn, 1974. Epidemiology An introductory
Text.W.B Saunders Co.,Philadelphia
• Maxcy-Rosenau-Last, 2008. Public Health & Preventive
Medicine. Fifteenth. New Jersey: Prentice Hall
International Inc.

You might also like