Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

APLIKASI PERAWATAN LUKA DENGAN MENGGUNAKAN ENZYMATIK

THERAPY: ALOE VERA DALAM MANAJEMEN LUKA DIABETES

Ferawati

Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan


STIKes Insan Cendikia Husada Bojonegoro

Abstract: Introduction:Diabetes mellitus is a metabolic disease group will facilitate the


occurrence of diabetic foot wounds. To prevent the complications of diabetic wound
that lasts longer and prevents the worse then takes care of wounds in diabetics. Latest
wound care techniques are already using a bandage. The principle of modern wound
treatment products is to maintain and keep the environment humid permanent cuts to
facilitate the process of wound healing, maintaining the loss of fluid networks and cell
death.
Objective: this study aimed to find out how the application methods of wound care using
the enzymatik therapy: aloe vera in diabetic wound management.
Methods: the study was qualitative research with approach case studies, a number of
participants 1 person: patients with diabetic wounds, treated for 9 days using the method
of modern wound care therapy: enzymatic reactions with the use of aloe vera.
Participants selected by the method of purposive sampling. Data collection using
observation and interviews, data analysis using the method of explanation building.
Results: the results of the research there are 4 themes, namely the study of the wound,
the kind of wrap used, how to wound care, influence on the wound. The study of the
wound using Bates-Jensen Wound Assessment Tool, a type of bandage used are
enzymatic reactions therapy: aloe vera and ointments wound, how to wound care using
approaches TIME management, and reduced effect on wound care the size of the cuts,
epitelisasi, granulation wounds and the amount of fluid that appears.
Conclusion: the method of Application wound care therapy: enzymatic reactions using
aloe vera on wounds of diabetes affect the dwindling size of cuts, epitelisasi and
granulation wound. Health care personnel are advised to use enzymatik therapy: aloe
vera in the treatment of diabetic wounds as diabetic wound management integrated with
attention to the principles of wound care using the latest evidence based nursing.
Keywords: wound care, aloe vera, diabetic wounds

Abstrak: Pendahuluan: Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit


metabolik yang akanmemudahkan terjadinya luka kaki diabetik. Untuk mencegah
komplikasi luka diabetik yang berlangsung lama dan mencegah ke arah yang lebih
buruk maka diperlukan perawatan luka pada penderita diabetes. Teknik perawatan luka
terkini sudah menggunakan balutan modern. Prinsip dari produk perawatan luka modern
adalah mempertahankan dan menjaga lingkungan luka tetap lembap untuk memfasilitasi
proses penyembuhan luka, mempertahankan kehilangan cairan jaringan dan kematian
sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aplikasi metode perawatan
luka menggunakan enzymatik therapy: aloe vera dalam manajemen luka diabetes.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus,
partisipansejumlah 1 orang pasien dengan luka diabetes, yang dirawat selama 9 hari
menggunakan metode perawatan luka modern dengan menggunakan enzymatic therapy:
aloe vera. Partisipan dipilih dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data
menggunakan observasi dan wawancara, data di analisa menggunakan metode
explanation building.
Ferawati; Aplikasi Perawatan Luka Dengan Menggunakan Enzymatik Therapy: Aloe Vera
122 Dalam Manajemen Luka Diabetes

121
Hasil: Hasil penelitian ini terdapat 4 tema yaitu pengkajian luka, jenis balutan yang
digunakan, caraperawatan luka, pengaruh pada luka. Pengkajian luka menggunakan
BatesJensen WoundAssessment Tool, jenis balutan yang digunakan adalah enzymatic
therapy:aloe vera dan salep luka, caraperawatan luka menggunakan pendekatan TIME
management, dan perawatan luka berpengaruh pada berkurangnya ukuran luka,
epitelisasi, granulasi luka dan jumlah cairan yang muncul.
Kesimpulan: Aplikasi metode perawatan luka menggunakan enzymatic therapy: aloe
vera pada luka diabetes berpengaruh pada berkurangnyaukuran luka, epitelisasi dan
granulasi luka. Tenaga kesehatan disarankan menggunakan enzymatik therapy: aloe
vera dalam perawatan luka diabetes sebagai manajemen luka diabetes terpadu dengan
memperhatikan prinsip perawatan luka terkini menggunakan evidence based nursing.
Kata Kunci: perawatan luka, aloe vera, diabetes
2013. Data International Diabetes
Federation tahun 2015 menyatakan
PENDAHULUAN jumlah estimasi penyandang Diabetes
Diabetes mellitus (DM) di Indonesia diperkirakan sebesar 10
merupakan sekumpulan gangguan juta.
metabolik yang ditandai dengan Berdasarkan data World Health
peningkatan kadar glukosa darah Organization (WHO), diperkirakan
(hiperglikemia) akibat kerusakan pada jumlah dari penderita diabetes akan
sekresi insulin, kerja insulin, atau meningkat dari 171 juta orang pada
keduanya. 60% penderita diabetes tahun 2000 sampai 366 juta di tahun
mengalami gangguan syaraf (neuropati), 2030 dan kebanyakan di negaranegara
60 % pula penderita DM memiliki resiko berkembang. Pada tahun 2007, sekitar
luka. Luka diabetic adalah jenis luka yang 6% dari warga Indonesia yang tinggal
ditemukan pada penderita DM. luka mula- di perkotaan menderita penyakit
mula tergolong biasa dan seperti pada diabetes dan dua dari ketiganya tidak
umumnya tetapi luka yang ada pada mengetahui bahwa mereka terkena
penderita DM ini jika salah penanganan diabetes. Oleh karena itu, Indonesia
dan perawatan akan menjadi terinfeksi. menjadi negara ke-7 dengan penderita
Luka kronis dapat menjadi luka gangren diabetes terbesar di seluruh dunia.
dan berakibat fatal serta berujung pada WHO memperkirakan jumlah
amputasi (Tholib, 2016). Bekas luka penderita diabetes Indonesia akan terus
adalah tanda yang sedikit menonjol di atas melonjak, dari semula 4,8 juta di tahun
permukaan kulit, yang menetap di kulit 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada
setelah proses penyembuhan jaringan ahun 2030.
yang rusak. Biasanya berwarna dan agak Penderita Diabetes Melitus (DM)
rapat (kurang elastis). Ketika luka telah sebagian besar mengalami komplikasi
sembuh, tubuh meningkatkan produksi dan salah satu yang terburuk dari 15%
protein berserat yang disebut kolagen di penderita DM adalah infeksi pada kaki.
bagian tubuh yang terluka. Kolagen Diabetic Foot Ulcer (DFU) merupakan
membantu pembentukan jaringan baru luka kompleks dan kronis yang dalam
yang menutupi luka. Pada saat yang sama, waktu panjang berdampak pada
tumbuh kerak luka dan terbentuklah bekas kesehatan, kematian dan kualitas
luka di tengahtengah antara dua sisi luka hidup pasien (cacat karena
yang telah membaik. Jika dua sisi tersebut amputasi).
belum merapat dengan baik, potensi bekas Sekarang ini di negara UK, sekitar 57%
luka makin membesar (Basith, 2013). orang dengan penyakit diabetes telah
Indonesia, data Riskesdas menunjukkan menderita Diabetic Foot Ulcer (DFU)
bahwa terjadi peningkatan prevalensi dan sekitar 25% penderita diabetes
Diabetes di Indonesia dari 5,7% tahun akan mengalami DFU selama sisa
2007 menjadi hidupnya (Singh S, et al. 2013). Lidah
6,9% atau sekitar 9,1 juta pada tahun buaya (aloe vera) merupakan
tumbuhan dengan kedudukan
123 Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018, 121-129

taksonomi kerajaan plantae. Tumbuhan ini dari budaya masyarakat timur yang
bisa tumbuh liar di tempat berudara panas, memanfaatkan herbal sebagai terapi
tetapi juga sering di tanam di pot dan untuk meningkatkan kualitas hidup.
pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Penggunaan bahan alam sebagai obat
Daun lidah buaya mudah patah (getas), tradisional di Indonesia telah dilakukan
tepi daun bergerigi, dan helaian daun oleh nenek moyang kita sejak
berbentuk taji dan memanjang. Panjang berabadabad lalu. Sebagaimana yang
daun dapat mencapai 30 cm. Daun telah disinggung sebelumnya, awal
berdaging tebal sekitar 1 cm, tidak kebangkitan praktik komplementer
bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, (herbal) di Indonesia adalah dengan
bagian dalam bening, bersifat sekulen dikeluarkannya permenkes RI NO
(banyak mengandung air), dan banyak HK.02.02/MENKES/148/2010. Dalam
mengandung getah atau lendir (gel). Akar pasal 8 ayat 3, disebutkan bahwa
serabut, pendek, dan berada di permukaan praktik keperawatan dilaksanakan
tanah. Bagian lidah buaya biasa digunakan melalui kegiatan sebagai berikut:
adalah getah, daun, dan akarnya (Latief, pelaksanaan asuhan keperawatan;
A. 2014). Lidah buaya mempunyai banyak pelaksanaan upaya promotif, preventif,
kandungan senyawa aktif, seperti saponin, pemulihan, dan pemberdayaan
anthraquinon, (alonin, barbalion, masyarakat; serta pelaksanaan tindakan
antrhanol, asam aloetat, aloe emodin, yak keperawatan komplementer.
ether), vitamin B1,B6, B12,vitamin C, Dalam pelaksanaan praktik
kalium, natrium, seng, mangan, keperawatan dengan herbal, perawat
polisakarida, karbohidrat, asam amino, bisa senantiasa menggunakan bahan
enzimnoksidase, katalase, lipase, aminase, yang bersumber dari tanaman
lemak, mineral, enzim, dan hormone berkhasiat untuk perawatan klien. Pada
(Purwanto, B. 2014). Getah lidah buaya implementasi nyata di lapangan,
mengandung aloin, aloe emodin, dan seorang perawat yang memiliki surat
barbaloin, yang berkasiat sebagai laksatif. izin perawat dan surat izin peraktik
Kandungan polisakarida daun lidah buaya keperawatan dengan keilmuan dan
dapat mempercepat penyembuhan luka keterampilannya dapat menerapkan
dan mengurangi reaksi peradangan. Selain praktik perawatan berbasis herbal
itu, lidah buaya mengandung saponin (Purwanto, B. 2014).
yang dapat berkhasiat membunuh kuman. ICsada Woundcare merupakan pusat
Gel lidah buaya mengandung lignin yang perawatan luka modern yang berada di
mampu menembus dan meresap dalam bawah naungan institusi pendidikan
kulit. Gel ini akan menahan hilangnya STIKes ICsada Bojonegoro tertarik
cairan dari permukaan kulit sehingga kulit melakukan penelitian keperawatan
tidak kering. Tumbuhan ini juga luka dengan enzymatik therapy: aloe
mengandung senyawa yang dapat vera dalam manajemen luka diabetes.
merangsang pertumbuhan sel kulit baru
(Latief, A. 2014). Sedangkan menurut METODE
Basith (2014), menyatakan bahwa minyak Jenis penelitian ini adalah
lidah buaya membantu mencegah penelitian kualitatif dengan pendekatan
pembentukan bekas pada luka dan studi kasus dengan melakukan
mengurangi infeksi pada luka. Minyak observasi dan studi dokumen pada
tersebut juga mengatasi jaringan parut kasus yang diteliti. Menurut Creswell
(keloid) dan luka bakar, yang tentunya (2013) bahwa kekhususan pada studi
akan menjadi scar (bekas luka) jika tidak kasus adalah peneliti mempelajari
ditangani dengan baik. kasus yang terkini, kasus-kasus pada
Badan kesehatan dunia WHO kehidupan nyata yang sedang
menyebutkan bahwa 65% dari penduduk berlangsung.
negara-negara maju telah menggunakan Rancangan penelitian
pengobatan tradisional (Depkes RI, yang digunakan adalah studi
2008). Dalam penerapannya, asuhan kasus tunggal instrumental, dimana
keperawatan etnokultural ini tidak terlepas pemilihan partisipan dengan
Ferawati; Aplikasi Perawatan Luka Dengan Menggunakan Enzymatik Therapy: Aloe Vera
124 Dalam Manajemen Luka Diabetes

cara purposive sampling 1. Analisis data dengan cara


(Afiyati, A. 2014). memasangkan kasus yang diteliti
Partisipan yang dipilih adalah berdasarkan pola yang sudah
Pasien Icsada Woundcare yang ditentukan oleh peneliti
mempunyai luka diabetic 2. Pola tersebut kemudian diteliti
Adapun kriteria partisipan yang hubungannya berdasarkan
telah peneliti tetapkan pengelompokan kategorisasinya.
dalam penelitian ini adalah 3. Analisis data dengan cara
sebagai berikut: memberikan berbagai penjelasan
1. Pasien diabetes mellitus dengan luka terhadap kasus-kasus yang
diabetes yang belum diberikan dipelajari. Penjelasan yang
perawatan luka modern diberikan dalam analisis jenis ini
2. Pasien diabetes meliitus yang dapat berdasarkan kronologi
memiliki kasus dengan luka kronis dan peristiwa yang terjadi pada kasus
grade luka berada pada grade 2-4 yang dipelajari.
dengan dasar luka bervariasi pada 4. Analisis data dengan melakukan
merah, kuning dan hitam interpretasi langsung
3. Pasien Diabetus Melitus dengan Fase 5. Analisis dengan menggunakan
penyembuhan Inflamasi-proliferasi model yang logis yang dapat
4. Bersedia dilakukan terapi. memberi interpretasi hubungan
Instrumen adalah alat bantu yang yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan data agar HASIL DAN PEMBAHASAN
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan Kasus yang diambil adalah
lebih mudah (Nursalam, 2016). Dalam kasus luka dekubitus pasien dengan
penelitian kualitatif yang menjadi riwayat DM sejak 10 tahun yang lalu,
instrumen atau alat penelitian adalah dimana luka tersebut merupakan luka
peneliti itu sendiri. Namun, selanjutnya baru yang belum pernah mendapatkan
setelah fokus penelitian menjadi jelas, perawatan apapun, baik dengan metode
maka kemungkinan akan dikembangkan konvensional maupun dengan metode
instrumen penelitian sederhana, yang yang modern.
diharapkan dapat melengkapi data dan Studi Kasus
membandingkan dengan data yang telah Ny. K berumur 54 tahun
ditemukan selama observasi dan mempunyai riwayat DM sejak 10 tahun
wawancara (Sugiyono, 2015). yang lalu. Penyakit tersebut merupakan
Menurut Sugiono (2015) Beberapa penyakit keturunan karena ibunya juga
alat yang digunakan selama observasi terkena Diabetes Melitus. Terdapat
diantaranya: luka pada punggung klien.
1. Betes Jensen Wound Assesment Tool Luka muncul karena klien menggaruk
2. SOP Perawatan Luka dengan punggunya sampai perdarah dan lecet 2
menggunakan enzymatic Therapi: Lidah minggu yang lalu. Semula luka tampak
Buaya kecil sehingga klien mengabaikan luka
3. Foto/dokumentasi Luka: berfungsi tersebut dan tidak menutupnya.
untuk mendokumentasikan hasil Kemudian tanpa disadari luka menjadi
perubahan yang terjadi selama luas dan nyeri. Terdapat luka pada
penelitian. punggung klien, panjang luka 6 x 2 cm.
Analisa yang akan digunakan dalam Luka stage 2 dan terdapatslough.
penelitian studi kasus ini adalah Warna Dasar Luka 60% hitam, 40%
menggunakan lima teknik yaitu pattern kuning kondisi lingkungan sekitar
matching, linking data to proposition, kering dan kurang terawat. Anak Klien
explanation building, time-series mengatakan klien tidak mau makan.
analysus, logic models (Yin, 2009). Cara GDA : 231 mg/dl, TTV : TD: 90/70
yang akan dilakukan sebagai berikut: mmHg , N: 88 x/menit, S: 36 C , RR:
125 Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018, 121-129

22 x/menit . pengkajian Luka Bates


Jensen: ukuran luka:2, kedalaman luka: 2,
tepi luka: 4, Goa: 1, , tipe eksudat 1,
jumlah eksudat 1, warna kulit sekitar luka:
4, jaringan yang edema: 1, jaringan
granulasi: 5, epitelisasi: 5. Total skore: 27.

Pembahasan
Perawatan luka yang
dilakukan dengan modern dressing
mengunakan prinsip lembab
menunjukkan hasil yaitu terdapatnya
perubahan jaringan yang terjadi pada
beberapa komponen pengkajian luka
menurut Betes Jensen antara lain
Perawatan luka yang dilakukan
berkurangnya ukuran luka,
pada pasien ini adalah melakukan
kedalaman luka, prosentase
pencucian luka dengan menggunakan
granulasi, epitelisasi, berkurangnya
sabun luka dan NaCl, kemudian luka di
jumlah jaringan nekrosis serta
beri antiseptic, dan dilakukan
jumlah cairan yang muncul. Hal ini
debridement (mechanical debridement)
sesuai dengan hasil penelitian Frank
untuk menghilangkan slough dan
(2006) yang mengatakan bahwa dari
jaringan nekrotik dan dikeringkan
beberapa penelitian membuktikan
dengan kassa kering steril, dressing
kalau balutan modern lebih efekif
yang digunakan adalah topical therapy
dibandingkan balutan kassa, hasil
berupa lidah buaya yang sudah
dari penelitian tersebut juga
dihaluskan sesua takaran yang ada di
prosedur untuk melunakkan jaringan dipengaruhi oleh kondisi luka (luas,
kedalaman luka, dan lama perawatan
nekrosis dan slough. salep yang
luka). Tahapan tindakan yang
digunakan adalah salep yang
dilakukan yaitu mencuci luka,
mengandung zink, serta diberikan
melakukan debridement, pemilihan
antibiotik dan terapi ozone. Penutup
dressing yang tepat yaitu salep luka
luka digunakan absorbent serta ditutup
di campur dengan hydrogel lidah
lukanya secara oklusif. Perawatan luka
buaya dan cadexomer iodine
dilakukan Selama 9 hari (3 kali
kemudian menutup secara oklusif
perawatan) dimana perawatan
dengan menggunakan absorbent
dilakukan setiap 3 hari sekali dan
yang dilakukan dalam waktu 3 hari.
hasilnya menunjukkan perubahan sesuai
Hal ini sesuai dengan Penelitian
pengkajian luka sbb: : Warna Dasar
Siswantoro (2015) yang mengatakan
Luka 40 % hitam, 30 % kuning , 30 %
bahwa perawatan luka dengan
merah, ukuran luka:2, kedalaman luka:
metode modern dressing lebih efektif
2, tepi luka: 4, Goa: 1, , tipe eksudat 1,
pada pasien Diabetus Melitus.
jumlah eksudat 1, warna kulit sekitar
Tujuan dari mencuci daerah
luka: 3, jaringan yang edema: 1,
luka adalah menurunkan jumlah bakteri
jaringan granulasi: 4, epitelisasi: 5.
dalam luka dan ketidakseimbangan
Total skore: 24. Deskripsi diatas
citokin pro inflamasi dalam luka.
menunjukkan bahwa luka mengalami
Cairan yang digunakan pada perawatan
perubahan pada berkurangnya jaringan
luka ini adalah air layak minum, karena
nekrosis dan slough, warna kulit sekitar
luka berubah serta jaringan granulasi menurut Fernandez dan Griffith (2012)
bertambah luas, namun epitelisasi tidak tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara penggunaan air layak
bertambah.
minum dengan normal saline terhadap
kejadian infeksi pada luka kronis,
dimana penggunaan air layak minum
Ferawati; Aplikasi Perawatan Luka Dengan Menggunakan Enzymatik Therapy: Aloe Vera
126 Dalam Manajemen Luka Diabetes

lebih mudah didapat dan lebih murah. lidah buaya terdapat zat lignin yang
Debridement adalah suatu proses usaha mampu menembus dan meresap ke
menghilangkan jaringan nekrotik atau dalam kulit. Getah lidah buaya
jaringan nonvital dan jaringan yang sangat mengandung aloin, aloe-emodin, dan
terkontaminasi dari daerah luka dengan barbaloin, yang berkhasiat sebagai
mempertahankan secara maksimal laktatif. Kandungan polisakarida daun
struktur anatomi yang penting seperti lidah buaya dapat mempercepat
syaraf, pembuluh darah, tendo dan tulang. penyembuhan luka dan mengurangi
Debridement dilakukan pada luka akut reaksi peradangan. Selain itu lidah
maupun pada luka kronis. Setelah luka buaya juga mengandung saponin yang
dibersihkan dari jaringan nekrotik dapat berkhasiat membunuh kuman.
diharapkan akan memperbaiki serta Gel lidah buaya mengandung lignin
mempermudah proses penyembuhan luka. yang mampu menembus dan meresap
Tindakan debridement dilakukan untuk kedalam kulit. Gel ini akan menahan
membuang jaringan yang mati serta hilangnya cairan tubuh dari permukaan
membantu penyembuhan luka. kulit sehingga kulit tidak kering,
Debridement dapat dilakukan secara tumbuhan ini juga mengandung
surgical, kima, mekanik, biologis, atau senyawa yang dapat merangsang
autolysis. Tindakan ini dilakukan melalui pertumbuhan sel kulit baru (Latief. A,
pembuangan dasar luka abnormal dan 2014). Prinsip balutan adalah
jaringan tepi luka seperti epidermis menggantikan sementara fungsi kulit,
hiperkarotosis (kalus) dan jaringan dermal harus mampu menjaga kelembaban,
nekrotik, debris, dan elemen bakteri yang menghindarkan kontaminan. Yang
dapat menghambat penyembuhan luka. dilakukan adalah dengan menggunakan
Dari beberapa penelitian ujin klinis kassa beberapa lapis sesuai dengan
didapatkan bahwa debridement berperan kondisi luka dan tutup dengan dressing
dalam membantu penyembuhan luka sesuai kebutuhan pasien dimana pada
melalui produksi jaringan granulasi. Dari responden ini menggunakan absorbent
hasil studi yang pernah dilakukan dan di tutup dengan kassa steril.
didapatkan bahwa ada peningkatan Tujuannya pembalutan adalah untuk
penyembuhan luka setelah debridement menciptakan balutan semi oclusive
dibandingkan tanpa debridement pada sehingga pertumbuhan jaringan
kasus luka kronis (Perdanakusuma, 2007) optimal. Harman (2007), penggunaan
Pemantauan pada luka post balutan kassa merupakan standart
debridemen dan dressing luka harus dalam perawatan luka dan masih
dilakukan dengan teratur. Untuk luka banyak digunakan secara luas dalam
terinfeksi atau banyak eksudat, proses perawatan luka. Produk
pemantauan luka dan pergantian dressing perawatan luka dengan balutan kassa
harus dilakukan tiap 2-3 hari hingga banyak keuntungan yang didapat
infeksi stabil. Pergantian jenis dressing seperti lebih murah, mudah digunakan
luka perlu dilakukan sesuai dengan dan dapat dipakai pada area yang sulit
perubahan jenis luka. dijangkau. Balutan kassa termasuk
Pada teknik perawatan luka material pasif dengan fungsi utamanya
modern, luka dipertahankan dalam kondisi sebagai pelindung, menjaga
lembab/ moise (Miguel et. al, 2007). kehangatan dan menutupi penampilan
Topical Therapy yang digunakan pada luka yang tidak menyenangkan.
kasus ini adalah lidah buaya yang di Disamping itu balutan kasa juga
jadikan hydrogel di campur dengan salep dipakai untuk melindungi luka dari
luka yang mengandung zink dan trauma, mempertahankan area luka,
Cadexomer Iodine dan ditutup dan untuk mencegah kontaminasi
menggunakan absorbent. Lidah buaya bakteri.
termasuk dalam Enzymatic Therapy.
Lidah buaya bersifat merangsang
pertumbuhan sel baru pada kulit. Dalam
127 Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018, 121-129

KESIMPULAN
Perawatan luka yang dilakukan Broussard, K. C., dan Powers, J. G.
dengan modern dressing mengunakan 2013. Wound Dressings:
hidrogel lidah buaya (Aloevera) serta Selecting the Most
denganprinsip lembab menunjukkan hasil Appropriate Type. Vanderbilt
yaitu terdapatnya perubahan jaringan yang Division of Dermatology, 451-
terjadi pada beberapa komponen 456.
pengkajian luka menurut Betes Jensen
antara lain berkurangnya ukuran luka, Byrd, CA., Bornmann W., Erdjument
kedalaman luka, prosentase granulasi, BH., Tempst, P., Pavletich N.,
epitelisasi, berkurangnya jumlah jaringan Nathan, CF., Ding A. 1999.
nekrosis serta jumlah slough. Tahapan Heat shock Protein 90
tindakan yang dilakukan yaitu mencuci Mediates
luka, melakukan debridement, penentuan Macrophage Activation by taxol
balutan/dressing yang tepat yaitu dengan and bacterial lipopolysacharide.
hidrogel lidah buaya, salep luka Prot Natl Acad Sci.
(metcovazin) sebagai topical terapi, 11;96(10):5645
dressing menggunakan cadexomer iodine
dan absorbent di tutup dengan kassa sretil Carville K. Wound care: manual. 5th ed.
secara oklusif. Osborne Park:Silver Chain
Penggunaan enzymatik therapy: Foundation;
aloe vera dalam perawatan luka diabetes 2007.p. 20-9
dapat digunakan sebagai manajemen luka
diabetes terpadu dengan memperhatikan Casey. G.Modern wound
prinsip perawatan luka
dressings.
terkini menggunakan evidence
NursStand.2000;15(5):47-51.
based nursing.
Clayton W, Elasy TA. A Review of the
DAFTAR PUSTAKA
Pathophysiology, Classification,
Afiyati, A. 2014 Metodologi
and Treatment of Foot Ulcers in
Penelitian Kualitatif dalam Riset Diabetic Patients. Clinical
keperawatan. Rajawali Pers.
Daibetes.
Jakarta
2009;27:2:52-8
Agoes, A. 2014. Tanaman Obat
Indonesia. Salemba Medika: Jakarta.
Cresswell, J.W. 2013. Qualitative
Agustina, H. 2009. Perawatan
enquiry and research design:
LukaModern. Jurnal
choosing among five approaches.
Keperawatan Unpad, 2-3.
Thousand Oaks: sage Publicatuon
Ltd.
Basith, A 2013. The Managemenent
Of Deabetes Melitus.
Creswell. W. 2014. Penelitian Kualitatif
Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.
& Desain Riset.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Black, J.M., Hawks, J.H. 2009.
Medical Surgical and clinical
Damayanti. 2015. Diabetes Mellitus &
Management for positive
Penatalaksanaan Keperawatan.
outcome. Eight edition.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Singapore: Saunders Elsevier.
Depkes RI. 2008. Tahun 2030
Brand, P.W., dan Coleman, W.C. 1990.
Prevalensi penderita diabetes
The
mellitus di Indonesia:
Diabetic Foot In Diabetes
http://www.depkes.go.id/index.ph
MellitusTherapyand Practice. 4th p/berit a/press-release/414-
edition, D. Elsevier Science tahun2030penderitaidiabetesmelli
Publishing Co. 1990 P. 792.
Ferawati; Aplikasi Perawatan Luka Dengan Menggunakan Enzymatik Therapy: Aloe Vera
128 Dalam Manajemen Luka Diabetes

tusidiindonesia.html. Diakses tanggal


21 Januari 2017 Miguel, S.L., Bou, Torra i., Soriano,
jam 14.00 WIB Verdu J. 2007. Economics of
pressure-ulcer care: review of
Fernandez, R,Griffiths R. 2004. Ussia C. the literature on modern versus
The effectiveness of solutions, traditional dressings,
techniques and pressure in Journal of wound care, vol 16
woundcleansing. JBI Reports
;2(7):231-70. Muhammad, A. 2014. Kamus Pintar
Obat Herbal. Nuha Medika:
Gitaraja, S., W. 2008. Seri Perawatan Yogyakarta.
Luka Terpadu –Perawatan Diabetic
foot ulcer, Bogor : Naude, S.L. 2005. Diabetes
WOCARE Publishing. Diagnosis and Management of
Diabetic Foot Ulcer.
Grace. P., A. Neil, R.B. 2006. Surgery at a Professsional Nursing
Glance, Erlangga, Today. Vol.9.No.6
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian
Haimowitz, J.E., Margolis, D.M. 1997. Ilmu Keperawatan:
Moist wound healing, In: Krasner D, Pendekatan Praktis. Edisi 4.
Kane, D. chronic wound care, second Jakarta: Salemba Medika.
edition. Wayne, PA: Health Ovington, L.G. 2002. Hanging
Management Publications, Inc Wet-toDry Dressings Out to Dry,
Hartmann (1999), Compedium Journal
Wounds and Wound Advances Skin and Wound Care,
Management, First Hartmann January/February 2002; 15 : 79-84
Medical
Hutchinson J. Phase of wound healings. Perdanakusuma, D.S. 2007. The Role
[Online]. 1992 [Cited 2010 april 20]. of
Availabel from; URL Surgery in Debridement,
http://www.clinimed.co.uk/woundcar Departemen/SMF Bedah Plastik,
e/education/woundessentials/phasesof FK Universitas Airlangga/RSUD
-woundhealing.aspx Dr
Kartika, R.W. 2015. Perwatan Luka Soetomo, Surabaya
Kronis dengan Modern Dressing.
CDK- Price. 2005. Patofisiologi, Konsep
230/vol.42.No.7 Penyakit-penyakit. Jakarta: EGC
Latief. A. 2014. Obat Tradisional.
Jakarta: EGC.
. (2014). Ramuan Herbal Untuk Purwanto. B. 2014. Buku ajar ilmu
Diabetes Meellitus, Jakarta. EGC keperawatan berbasis herbal.
Levin MEC. 1993. Pathogenesis and DMEDIA: Jogjakarta.
Management of Diabetic Foot Lesions.
In the Diabetic Foot. Eds : Levin Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
ME, O’Neal MW. And Bow 2007. Badan Penelitian dan
Book. Pengembangan Kesehatan.
Departemen Kesehatan.
Maghfuri. A. 2016. Buku Pintar Perawatan Republik Indonesia. Jakarta
Luka Diabetes Meitus.
Jakarta: Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Salemba Medika 2013. Jakarta. Badan Penelitian
Marison. J. 2013. Seri Pedoman Praktis dan Pengembangan Kesehatan
Manajemen Luka. Jakarta: EGC Kementerian Kesehatan RI.
129 Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018, 121-129

Ropper R. 2006. Principles of wound


assessment and management.
Practice Nurse;31:4

Rudy, B., dan Richard, D. 2014. Buku


Pegangan Diabetes. (edisi 4).
Jakarta:
Bumi Medika.

Semer, N.B. 2013. Panduan HELP Untuk


Dasar-Dasar Perawatan Luka. Global
HELP Organization. UCLA
Sheehan, Peter. 2003. Percent Change in
Wound Area of Diabetic Foot Ulcer
Over a 4-week

Singh S, et al. 2013. Diabetic Foot


UlcerDiagnosis and Management.
Clinical Research on Foot and
Ankle. 1:120. Smeltzer, et al. 2013.
Keperawatan Medikal Bedah. (edisi 12).
Jakarta:
EGC.
Sugiono. 2015. Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D)
Bandung: CV Alfa
Beta
Tandra. 2014. Strategi Mengalahkan
Komplikasi Diabetes. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Theoret, CL. 2004. Clinical technique
sinequine practice. 3rded.
2004.Chapter2 ,Update on wound
repair;p.110-22.

Tholib, A. 2016. Pelaksanaan Diabetes


Mellitus. Jakara: Salemba Medika.

Walton, Robert L. 1990. Perawatan Luka


dan Penderita Perlukaan Ganda, Alih
bahasa : Sonny Samsudin,
Cetakan I.
Jakarta : EGC.

Wayne, P.A., Flanagan. 2006. Managing


chronic wound pain in primary care.
Practice Nursing; 2006;31:12.

Yin, R.K. 2009. Case Study Research:


Design and Mothods, 3rd edn.
Thousand Oaks: Sage.

You might also like