Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Umum Di Indonesia

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 30

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Online Universitas Jambi

Julita Widya Dwintari, Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Umum di Indonesia

AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS DALAM PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA

Julita Widya Dwintari


julita18@gmail.com

Abstract

The purpose of this article is to describe: 1) the guarantee of accessibility of persons with
disabilities in legislation related to elections in Indonesia; 2) Implementation of guarantee of
accessibility of persons with disabilities in elections in Indonesia; and 3) Factors inhibiting the
implementation of guarantee of accessibility of Persons with Disabilities in Elections in
Indonesia. The method used is literature review with inductive model analysis. The accessibility
guarantee of Persons with Disabilities in Elections in Indonesia is included in Article 28H
paragraph (2) and Article 28I paragraph (2) of the 1945 Constitution, Law Number 8 of 2016
concerning Persons with Disabilities, Law Number 10 of 2008 concerning General Elections of
Members of DPR, DPD, and DPRD, Law Number 42 of 2008 concerning General Elections of
the President and Vice President, and other implementing regulations. These laws and
regulations regulate that persons with disabilities be included and facilitated access to facilities
both in the data collection stage, the campaign to the stage of the election implementation. In
reality, the implementation of elections in Indonesia has not been fully accessed by persons with
disabilities. This is caused by several factors such as: 1) The role of the family that has not been
maximized; 2) apathy of persons with disabilities; 3) Unresponsiveness of election
administrators; 4) Indonesia's territory is so vast that it is difficult to accommodate properly,
especially remote areas; 5) regulations that often change which often confuse the people; 6)
Indonesia's population which is too much makes the socialization process not optimal; 7)
Unaccessed media for people with disabilities. Seeing that maximum synergy between
expectations, rules and reality has not yet been created, the Indonesian government needs to
immediately improve the election implementation system which is easier, cheaper, affordable
and of course accessible to Persons with Disabilities.
.

Keyword:Accessibility, Election, people with disabilities.

PENDAHULUAN pemilu adalah pelaksanaan dari gagasan


Berpartisipasi dalam Pemilu, baik demokrasi pemerintah oleh rakyat. Suatu
sebagai pemilih ataupun dipilih adalah hak pemerintahan dianggap demokratis apabila
dan kewajiban setiap warga negara. Pemilu rakyat berpartisipasi didalamnya, baik
diyakini mempunyai arti penting dalam secara langsung maupun tidak langsung.
setiap penyelenggaraan pemerintahan karena Akan tetapi, banyak anggota masyarakat

24
JISIP-UNJA,Vol.1, No 2, Januari-Juli 2018

yang tidak dapat berpartisipasi dalam penyandang disabilitas sehingga perlu


Pemilu, terutama para Penyandang diganti dengan undang-undang yang baru.
Disabilitas. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Penyandang Disabilitas memiliki hak 2016 tentang Penyandang Disabilitas pada
dan kesempatan yang sama dengan warga Pasal 13 disebutkan adanya hak politik yang
negara normal lainnya untuk berpartisipasi meliputi hak: 1) Memilih dan dipilih dalam
dalam sebuah penyelenggaraan Pemilu yang jabatan publik; 2) Menyalurkan aspirasi
bertujuan untuk memilih wakil-wakil politik baik tertulis maupun lisan: 3)
mereka serta memilih pemimpin-pemimpin Memilih parta politik dan/atau individu yang
yang mereka kehendaki baik ditingkat pusat menjadi peserta dalam pemilihan umum; 4)
melalui Pemilu, maupun ditingkat daerah Membentuk, menjadi anggota, dan/atau
melalui Pemilukada. Sebagaimana hak-hak pengurus organisasi masyarakat dan/atau
tersebut yang diatur dalam Pasal 28H ayat partai politik; 5) Membentuk dam
(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik bergabung dalam organisasi Penyandang
Indonesia yang berbunyi “Setiap orang Disabilitas dan untuk mewakili Penyandang
berhak mendapat kemudahan dan perlakuan Disabilitas pada tingkat lokal, nasional, dan
khusus untuk memperoleh kesempatan dan internasional; 6) Berperan serta secara aktif
manfaat yang sama guna mencapai dalam system pemilihan umum pada semua
persamaan dan keadilan” dan Pasal 28I ayat tahap dan/atau bagian penyelenggaraannya;
(2) yang berbunyi “Setiap orang berhak 7) Memperoleh aksesibilitas pada sarana dan
bebas dari perlakuan yang bersifat prasarana penyelenggaraan pemilihan
diskriminatif atas dasar apapun dan berhak umum, pemilihan gubernur, bupati/walikota,
mendapatkan perlindungan terhadap dan pemilihan kepala desa atau nama lain;
perlakuan yang bersifat diskriminatif”. 8) Memperoleh pendidikan politik.
Undang-Undang Nomor 8 tahun Jumlah Penyandang Disabilitas di
2016 tentang Penyandang Disabilitas Indonesia berdasarkan laporan AGENDA
disahkan pada tanggal 15 April 2016 sebagai diperkirakan 15% dari jumlah penduduk
pengganti dari Undang-Undang Nomor 4 Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia
Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang disajikan oleh Badan Pusat Statistik
mengingat undang-undang tersebut sudah pada tahun 2014 diperkirakan mencapai
tidak sesuai dengan paradigma kebutuhan 252.20 juta jiwa.Sedangkan jumlah

25
Julita Widya Dwintari, Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Umum di Indonesia

penyandang cacat di seluruh Indonesia tahun dalam Pemilu karena sesungguhnya


2010 sekitar 35.7 juta jiwa untuk semua aksesibilitas bagi Penyandang Disabilitas
jenis kecacatan. “Tidak ada perkiraan yang adalah hak dasar yang harus diberikan
tepat akan jumlah pemilih pendaftar dengan negara kepada mereka. Aksesibilitas
disabilitas dan suara yang masuk dari orang- merupakan hal penting dalam mewujudkan
orang dengan disabilitas” (AGENDA, 2015: kesamaan kesempatan dalam segala aspek
5). Bila dihitung, 15% dari 252.200.000 kehidupan dan penghidupan. Aksesibilitas
jiwa, maka penyandang disabilitas ada adalah kemudahan yang disediakan bagi
sekitar 37.830.000 jiwa. Namun penyandang cacat guna mewujudkan
disayangkan jumlah yang besar ini belum kesamaan kesempatan dalam aspek
banyak yang menggunakan hak-hak kehidupan dan penghidupan. Jaminan atas
politiknya dalam Pemilu. AGENDA aksesibilitas bagi penyandang cacat
menemukan 1.387 pemilih Penyandang tercantum dalam UU Nomor 39 Tahun 1999
Disabilitas di 470 Tempat Pemungutan tentang Hak Asasi Manusia, antara lain ada
Suara (TPS). Walaupun AGENDA hanya dalam Pasal 41 yang berisi setiap warga
mencatat rata-rata Penyandang Disabilitas negara berhak atas jaminan sosial yang
per-TPS dan jumlah TPS yang digunakan dibutuhkan untuk hidup layak serta untuk
secara nasional untuk Pilpres 2014, perkembangan pribadinya secara utuh.
perkiraan kasar jumlah Penyandang Setiap penyandang cacat, orang yang berusia
Disabilitas yang menggunakan hak pilihnya lanjut, wanita hamil, dan anak-anak, berhak
adalah 1.292.449. Jika dibandingkan dengan memperoleh kemudahan dan perlakukan
perkiraan total jumlah pemilih disabilitas khusus.
yaitu 37.830.000 jiwa, terdapat implikasi Undang-Undang yang sama diatur
kuat bahwa tingkat partisipasi penyandang pula Pasal 42 yang berbunyi “Setiap warga
disabilitas rendah yaitu hanya 3.4%. Salah negara yang berusia lanjut, cacat fisik dan
satu faktor yang mempengaruhi tingkat atau cacat mental berhak memperoleh
partisipasi penyandang disabilitas dalam perawatan, pendidikan, pelatihan, dan
menggunakan hak pilihnya adalah bantuan khusus atau biaya negara, untuk
aksesibilitas. menjamin kehidupan yang layak sesuai
Aksesibilitas sangat diperlukaan dengan martabat kemanusiaannya,
untuk memudahkan Penyandang Disabilitas meningkatkan rasa percaya diri, dan

26
JISIP-UNJA,Vol.1, No 2, Januari-Juli 2018

kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan Pemilih Tetap (DPT) dari penyandang


bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”. disabilitas, pada kenyataannya hanya
Jaminan aksesibilitas secara lebih khusus beberapa TPS saja di wilayah Yogyakarta
ada pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun ini yang memiliki template untuk kaum
2016 tentang Penyandang Disabilitas Pasal tunanetra sebagaimana seharusnya template
18 yang berbunyi: “hak aksesibilitas untuk tersebut diperuntukkan (KPU Kulonprogo,
Penyandang Disabilitas meliputi hak 2015).
mendapatkan aksesibilitas untuk Aksesibilitas dan partisipasi
memanfaatkan fasilitas publik, dan Penyandang Disabilitas dalam berbagai
mendapatkan akomodasi yang layak sebagai Pemilu di beberapa daerah terus diupayakan
bentuk aksesibilitas bagi individu”. oleh Komisi Penyelenggaraan Pemilu,
Permasalahan aksesibilitas maupun Jaringan Pendidikan Pemilik untuk
merupakan salah satu faktor yang Rakyat (JPPR), International Foundation
menyebabkan penyandang disabilitas belum for Electoral Systems (IFES), dan Persatuan
memberikan suara secara maksimal, seperti Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI)
yang terjadi di Yogyakarta yang mana kaum yang tergabung dalam program General
penyandang disabilitas yang terkumpul Elections Network for Disability Access
dalam sebuah wadah bernama Center for (AGENDA). Salah satunya di Gorontalo
Improving Qualified Activity in Live People seperti yang dimuat dalam website
with Disability (Ciqal), terus menerus resmiKomisi Pemilihan Umum (KPU)
melakukan koordinasi dengan Komisi www.kpu.go.id bahwa, “Komisi Pemilihan
Pemilihan Umum DIY untuk memastikan Umum (KPU) Provinsi Gorontalo bersama
bahwa para penyandang disabilitas ini tetap KPU Kabupaten Boalemo, sebagai
bisa menggunakan haknya pada saat penyelenggara Pemilihan Serentak Gubernur
pemungutan suara. Namun koordinasi yang dan Bupati 2017, memprioritaskan hak pilih
telah dilakukan dengan penyelenggara bagi penyandang disabilitas atau yang
Pemilu dinilai masih belum maksimal. berkebutuhan khusus” (Rifat, 2016).
Sebagai contoh, meskipun telah dilakukan Provinsi Banten juga terus-menerus
koordinasi tentang kebutuhan template di menggerakkan partisipasi penyandang
TPS, dan telah ditindaklanjuti dengan disabilitas dalam Pemilu sebagaimana
sampling di TPS-TPS yang memiliki Daftar kutipan berikut “Komisi Pemilihan Umum

27
Julita Widya Dwintari, Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Umum di Indonesia

Provinsi Banten menggelar Pelatihan Hak belum maksimal. Kecacatan yang dimiliki
Penyandang Disabilitas dan Pemilu dengan Penyandang Disabilitas hanya mendapat
penyelenggara Pemilu baik dari KPU perhatian dari partai politik untuk menarik
Provinsi serta KPU kabupaten/kota. Dalam empati dan simpati dari masyarakat.
menyelenggarakan pelatihan, KPU Banten Aksesibilitas itu masih belum dapat
bekerja sama dengan Jaringan Pendidikan dirasakan, mengingat lokasi TPS yang masih
Pemilih untuk Rakyat (JPPR) serta General sulit dijangkau kursi roda, alat bantu khusus
Election Network for Disability Access seperti braile template yang belum
(AGENDA)” (KPU Banten, 2016). ditemukan di beberapa tempat dan panitia
Pada sisi lain, jumlah Penyandang yang tidak responsif dan ramah Penyandang
Disabilitas yang besar ternyata cuma Disabilitas. Oleh karena itu, diperlukan
dimanfaatkan oleh partai-partai politik yang suatu perbaikan sistem Pemilu yang segera
ada untuk mendapatkan suara darinya, dapat meningkatkan partisipasi Penyandang
misalnya, menjelang Pemilu, partai-partai Disabilitas dalam Pemilu. Barangkali
politik berlomba-lomba memberikan Penyandang Disabilitas sendiri perlu
santunan atau sumbangan untuk menarik meningkatan kesadarannya dalam berpolitik,
masyarakat. Padahal, Penyandang termasuk untuk menghimbau pihak-pihak
Disabilitas sudah memiliki jaminan dari yang berwewenang dalam proses Pemilu
negara untuk mendapatkan pelayanan dasar untuk memperbaiki sistem Pemilu yang ada.
sebagai mana warga negara lainnya dan Berkaitan dengan tersedianya
pelayanan yang bersifat khusus berkenaan jaminan hukum namum belum terlaksana
dengan kecacatannya. Sebut saja Undang- secara maksimal jaminan aksesibilitas bagi
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak para Penyandang Disabilitas dalam Pemilu
Asasi Manusia, Undang-Undang Nomor 8 menyebabkan penulis tertarik untuk
tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, mengangkatnya dalam makalah ini yang
Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2012 berjudul Jaminan Aksesibilitas Penyandang
Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, Disabilitas dalam Pemilu Indonesia sebagai
DPD, dan DPRD, dan Undang–Undang Upaya Perwujudan Negara Demokrasi yang
Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Berkeadilan.
Umum Presiden dan Wakil Presiden. Berdasarkan hal tersebut,, artikel ini
Sayangnya, jaminan tersebut realitanya akan mendeskripsikan: 1) jaminan

28
JISIP-UNJA,Vol.1, No 2, Januari-Juli 2018

aksesibilitas Penyandang Disabilitas dalam kesamaan kesempatan dalam segala


peraturan perundang-undangan terkait aspek kehidupan dan penghidupan”
Pemilu di Indonesia; 2) pelaksanaan jaminan (Kentingan, 2011: 11). Penyediaan
aksesibilitas Penyandang Disabilitas dalam aksesibilitas dimaksudkan untuk
Pemilu di Indonesia; dan 3) faktor memudahkan Penyandang Disabilitas
penghambat pelaksanaan jaminan mewujudkan kesamaan kesempatan
aksesibilitas Penyandang Disabilitas dalam dalam segala aspek kehidupan serta
Pemilu di Indonesia. menciptakan lingkungan yang lebih
menunjang mereka untuk dapat hidup
METODE PENELITIAN bermasyarakat.
Metode penelitian ini adalah kajian Penyediaan aksesibilitas
pustaka dengan mengkaji berbagai tulisan diselenggarakan oleh pemerintah dan
baik buku, media, jurnal maupun peraturan masyarakat yang dilakukan secara
perundang-undangan yang terkait menyeluruh, terpadu dan
aksesibilitas, penyandang disabilitas, berkesinambungan. Undang-Undang No
pemilihan umum, hak penyandnag 8 Tahun 2016 Pasal 1 ayat (8) secara
disabilitas dalam Pemilu, jaminan tegas memuat “aksesibilitas adalah
aksesibilitas penyandang disabilitas dalam kemudahan yang disediakan untuk
Pemilu, dan pelaksanaan Pemilu di Penyandang Disabilitas guna
Indonesia yang dianalisis dengan model mewujudkan kesamaaan kesempatan”.
analisisinduktif. Kesamaan Kesempatan yang dimaksud
adalah “keadaan yang memberikan
HASIL DAN PEMBAHASAN peluang dan/atau menyediakan akses
A. Pengertian Aksesibilitas kepada Penyandang Disabilitas untuk
Kesamaan kesempatan bagi menyalurkan potensi dalam segala aspek
Penyandang Disabilitas dalam segala penyelenggaraan negara dan
aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat” (Pasal 1 ayat (2) Undang-
dilaksanakan melalui penyediaan Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
aksesibilitas. “Aksesibilitas adalah Penyandang Disabilitas).
kemudahan yang disediakan bagi
penyandang cacat guna mewujudkan

29
Julita Widya Dwintari, Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Umum di Indonesia

B. Pengertian Penyandang Disabilitas


Penyandang Disabilitas merupakan C. Pengertian Pemilihan Umum
istilah yang diIndonesiakan dari diffable Pemilihan Umum (Pemilu)
(people with different ability). merupakan salah satu media demokrasi
Masyarakat barat memberikan nama yang digunakan untuk mewujudkan
kepada kaum Penyandang Disabilitas partisipasi rakyat. Pemilu dianggap
dengan istilah dissabale (tidak mampu). penting dalam proses dinamiika
Istilah Penyandang Disabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara,
memberikan perspektif berbeda Pemilihan Umum sudah menjadi bagian
dibandingkan dengan istilah penyandang yang tidak terpisahkan dari suatu negara
cacat yang seolah mempersepsikan suatu demokrasi, hampir seluruh negara
produk yang gagal atau abnormal. demokrasi melaksanakan pemilihan
Negara sebagaimana Pasal 1 Ayat 1 umum termasuk Indonesia. Pengertian
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Pemilihan Umum atau yang selanjutnya
tentang Penyandang Disabilitas disebut Pemilu menurut UU Nomor7
mengartikan “Penyandang Disabilitas Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
adalah setiap orang yang mengalami Psal 1 ayat 91) adalah Pemilihan Umum
keterbatasan fisik, intelektual, mental, yang selanjutnya disebut Pemilu adalah
dan/atau sensorik dalam jangka waktu sarana kedaulatan rakyat untuk memilih
lama yang dalam berinteraksi dengan anggoota Dewan Perwakilan rakyat,
lingkungan dapat mengalami hambatan anggota Dewan Perwakilan daerah,
dan kesulitan untuk berpartisipasi secara Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk
penuh dan efektif dengan warga negara memilih anggota Dean Perwakilan
lainnya berdasarkan kesamaan hak”. Rakyat daerah, yang dilaksanakan secara
Ragam Penyandang Disabilitas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
disebutkan dalam Pasal 4 ayat (1) dan adil dalam Negara Kesatuan
Undang-Undang yang sama yaitu republik Indonesia berdasarkan
Penyandang Disabilitas fisik, Pancasila dan Undang-Undang dasar
Penyandang Disabilitas intelektual, Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penyandang Disabilitas mental, dan/atau
Penyandang Disabilitas sensorik.

30
JISIP-UNJA,Vol.1, No 2, Januari-Juli 2018

D. Payung Hukum Jaminan Hak Undang Nomor 12 Tahun


Memilih bagi Penyandang Disabilitas 2005Pasal 25 disebutkan bahwa
Payung hukum yang menjamin hak Setiap warga negara harus
memilih bagi Penyandang Disabilitas mempunyai hak dan kesempatan,
adalah sebagai berikut: tanpa pembedaan apapun
1. Deklarasi Universal tentang Hak sebagaimana yang dimaksud dalam
Asasi Manusia Pasal 2 dan tanpa pembatasan yang
Pasal 21 tidak layak, untuk:
a. Setiap orang berhak turut serta a. Ikut serta dalam pelaksanaan
dalam pemerintahan negaranya, urusan pemerintahan, baik
secara langsung atau melalui secara langsung ataupun
wakil-wakil yang dipilih dengan melalui wakil-wakil yang
bebas.. dipilih secara bebas;
b. Setiap orang berhak atas b. Memilih dan dipilih pada
kesempatan yang sama untuk pemilihan umum berkala yang
diangkat dalam jabatan murni, dan dengan hak pilih
pemerintahan negaranya. yang universal dan sama, serta
c. Kehendak rakyat harus menjadi dilakukan melalui pemungutan
dasar kekuasaan pemerintah; suara secara rahasia untuk
kehendak ini harus dinyatakan menjamin kebebasan
dalam pemilihan umum yang menyatakan keinginan dari
dilaksanakan secara berkala dan para pemilih;
murni, dengan hak pilih yang c. Memperoleh akses pada
bersifat umum dan sederajat, pelayanan umum di negaranya
pemungutan suara secara rahasia atas dasar persamaan dalam arti
ataupun dengan prosedur lain umum.
yang menjamin kebebasan 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun
memberikan suara. 2016 tentang Penyandang
2. Kovenan Internasional Tentang Disabilitas
Hak-Hak Sipil Dan Politik (ICCPR) Pasal 13 poin c dan poin f Undang-
yang disahkan dalam Undang- Nomor 8 Tahun 2016 tentang

31
Julita Widya Dwintari, Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Umum di Indonesia

Penyandang Disabilitas langsung melalui perwakilan-


menyebutkan hak Penyandang perwakilan yang dipilih dengan
Disabilitas memiliki hak atas: bebas, termasuk hak dan
a. memilih partai politik dan/atau kesempatan bagi penyandang
individu yang menjadi peserta disabilitas untuk memilih dan
dalam pemilihan umum dipilih, antara lain, dengan cara:
b. berperan serta secara aktif 1) Memastikan bahwa prosedur,
dalam sistem pemilihan umum fasilitas dan materi pemilihan
pada semua tahap dan/atau sudah tepat, dapat diakses dan
bagian penyelenggaraannya mudah dimengerti serta
digunakan;
Jaminan Aksesibilitas untuk Penyandang a. Melindungi hak penyandang
Disabilitas dalam Pemilu disabilitas dalam memberikan
1. Konvensi PBB Tentang Hak-Hak suara melalui kertas suara yang
Penyandang Disabilitas yang diratifikasi terjaga kerahasiaannya baik
ke dalam Undang-Undang Nomor 19 dalam Pemilu maupun
Tahun 2011 Pasal 29 terkait partisipasi referendum publik, tanpa
dalam politik dan kehidupan adanya intimidasi, dan hak
bermasyarakat maka negara-negara untuk ikut serta dalam Pemilu
anggota menjamin hak-hak politik serta duduk di kursi
penyandang disabilitas dan pemerintahan dan
memberikan kesempatan bagi mereka melaksanakan fungsi-fungsi
untuk menggunakan hak tersebut setara publik secara efektif di
dengan anggota masyarakat lainnya, seluruh tingkat pemerintahan,
dan melaksanakan hal-hal berikut: memfasilitasi penggunaan
a. Memastikan bahwa penyandang teknologi baru yang dapat
disabilitas dapat berpartisipasi membantu bilamana
secara efektif dan sepenuhnya diperlukan;
dalam politik dan kehidupan b. Menjamin kebebasan untuk
bermasyarakat setara dengan menyatakan kehendak sebagai
warga negara lain, secara pemilih dan oleh karena itu,

32
JISIP-UNJA,Vol.1, No 2, Januari-Juli 2018

jika perlu, berdasarkan penyandang disabilitas


permintaan mereka, diberi izin untuk mewakili kaum
untuk dibantu dalam memilih penyandang disabilitas
oleh orang yang mereka di tingkat internasional,
tunjuk; nasional, regional dan
2) Secara aktif mengembangkan daerah.
lingkungan dimana 2. Undang-Undang Dasar Negara
penyandang disabilitas secara Republik Indoensia Tahun 1945
efektif dapat berpartisipasi Pasal 28H ayat (2) yang
penuh dalam kehidupan menyebutkan bahwa “setiap orang
bermasyarakat, tanpa adanya berhak mendapat kemudahan dan
diskriminasi dan berdasarkan perlakuan khusus untuk memperoleh
atas azas kesetaraan dengan kesempatan dan manfaat yang sama
warga negara lain, serta guna mencapai persamaan dan
mendorong partisipasi mereka keadilan”, dan Pasal 28I ayat (2)
dalam kehidupan yang menyebutkan bahwa “setiap
bermasyarakat, termasuk orang berhak bebas dari perlakuan
diantaranya: yang bersifat diskriminatif atas
a) Partisipasi dalam dasar apapun dan berhak
kegiatan organisasi- mendapatkan perlindungan
organisasi dan asosiasi- terhadap perlakuan yang bersifat
asosiasi non pemerintah diskriminatif”.
yang bergerak di bidang 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun
kehidupan bermasyarakat 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
dan berpolitik negara Pasal 41 yang berisi “setiap
serta dalam berbagai warga negara berhak atas jaminan
kegiatan dan administrasi sosial yang dibutuhkan untuk hidup
partai-partai politik; layak serta untuk perkembangan
b) Membentuk dan pribadinya secara utuh. Setiap
bergabung dengan penyandang cacat, orang yang
organisasi-organisasi berusia lanjut, wanita hamil, dan

33
Julita Widya Dwintari, Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Umum di Indonesia

anak-anak, berhak memperoleh (2). Yang dimaksud dengan


kemudahan dan perlakukan khusus”. ”dukungan perlengkapan
4. Undang-Undang Nomor 8 tahun pemungutan suara lainnya”
2016 Tentang Penyandang meliputi sampul kertas tanda
Disabilitas pengenal KPPS/KPPSLN, tanda
Pasal 1 (4) menyebutkan pengenal TPS/TPSLN, tanda
“aksesibilitas adalah kemudahan pengenal saksi, karet pengikat
yang disediakan untuk Penyandang surat suara, lem, kantong
Disabilitas guna mewujudkan plastik, ballpoint, gembok,
kesamaaan kesempatan”. Pasal 13 spidol, formulir untuk berita
poin g menyebutkan penyandang acara dan sertiikat, sticker
disabilitas berhak “memperoleh nomor kotak suara, tali pengikat
aksesibilitas pada sarana dan alat pemberi tanda pilihan dan
prasarana penyelenggaraan alat bantu tunanetra.
pemilihan umum, pemilihan b. Pasal 157 yang terdiri atas:
gubernur, bupati/walikota, dan 1) ayat (1) yang menjamin
pemilihan kepala desa atau nama bahwa pemilih tuna netra,
lain”. tuna daksa dan yang
5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun mempunyai halangan fisik
2012 Tentang Pemilihan Umum ain saat memberikan
Anggota DPR, DPD, dan DPRD suaranya di TPS dapat
a. Pasal 142 Ayat (2) menyebutkan dibantu oleh orang lain
bahwa selain perlengkapan atas permintaan pemilih.
pemungutan suara sebagaimana 2) ayat (2) yang menjelaskan
dimaksud pada ayat (1), untuk bahwa orang lain yang
menjaga keamanan, membantu pemilih dalam
kerahasiaan, dan kelancaran memberikan suaranya
pelaksanaan pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada
dan penghitungan suara, ayat (1) wajib merahasiakan
diperlukan dukungan pilihan pemilih.
perlengkapan lainnya. Penjelasan

34
JISIP-UNJA,Vol.1, No 2, Januari-Juli 2018

3) Ayat (3) yang berisi dimaksud dalam pasal 157


ketentuan lebih lanjut ayat (2), dipidana dengan
mengenai pemberian pidana kurungan paling lama1
bantuan kepada pemilih (satu) tahun dan denda paling
ditetapkan dengan peraturan banyak Rp.12.000.000.-
KPU. 6. Undang–Undang Nomor 42 Tahun
c. Pasal 165: 2008 Tentang Pemilihan Umum
1) Ayat (1). Pemilih tuna netra, Presiden dan Wakil Presiden
tuna daksa dan yang a. Pasal 105 ayat (2) dijelaskan
mempunyai halangan isik bahwa selain perlengkapan
lain saat memberikan pemungutan suara sebagaimana
suaranya di TPSLN dapat dimaksud pada ayat (1), untuk
dibantu oleh orang lain atas menjaga keamanan, kerahasian
permintaan pemilih. dan kelancaran pelaksanan
2) Ayat (2) yng mengatur orang pemungutan suara dan
lain yang membantu pemilih penghitungan suara, diperlukan
dalam memberikan suaranya dukungan perlengkapan lainnya
sebagaimana dimaksud pada yang didalam bagian
ayat (1) wajib merahasiakan penjelasannya dikatakan antara
pilihan pemilih lain alat bantu tunanetra.
3) Ayat (3) yang menjelskan b. Pasal 119 menyebutkan aturan
ketentuan lebih lanjut sebagai berikut.
mengenai pemberian 1) Pada saat memberikan
bantuan kepada pemilih suaranya di TPS, pemilih
ditetapkan dengan peraturan tunanetra, tunadaksa dan atau
KPU. yang mempunyai halangan
d. Pasal 283 menyebutkan bahwa isik lain dapat dibantu oleh
setiap orang yang membantu orang lain atas permintaan
pemilih yang dengan sengaja pemilih
memberitahukan pililhan pemilih 2) Orang lain yang membantu
kepada orang lain sebagiamana pemilih dalam memberikan

35
Julita Widya Dwintari, Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Umum di Indonesia

suara sebagaimana dimaksud Pemungutan Suara (KPPS)


pada ayat (1), wajib dibantu oleh anggota KPPS
merahasiakan pilihan pemilih menyiapakan lokaso dan
3) Ketentuan lebih lanjut pembuatan TPS”. Pada ayat (2)
mengenai pemberianbantuan diperjelas bahwa “TPS
kepada pemilih diatur dengan sebagaimana dimaksud pada ayat
peraturan KPU (1) dibuat di tempat yang mudah
c. Pasal 241 menjelaskan bahwa dijangkau, termasuk oleh
setiap orang yang bertugas penyandang cacat, dan menjamin
membantu pemilih yang dengan setiap Pemilih dapat memberikan
sengaja memberitahukan pilihan suaranya secara langsung, umum,
pemilih kepada orang lain bebas dan rahasia”. Pada
sebagaimana dimaksud dalam peraturan ini istilah Penyandang
pasal 119 ayat (2), dipidana Disabilas masih menggunakan
dengan penjara paling singkat 3 istilah penyandang accat karena
(tiga) bulan dan paling lama 12 peraturan ini dibuat sebelum
(dua belas) bulan dan denda adanya Undang-Undang Nomor
paling sedikit Rp.3.000.000 8 Tahun 2016.
(tiga juta rupiah) dan paling b. Peraturan KPU No. 3 Tahun
banyak Rp.12.000.000.- (dua 2009 Tentang Pedoman Teknis
belas juta rupiah). Pelaksanaan Pemungutan dan
7. Peraturan Pelaksana Penghitungan Suara di Tempat
a. Peraturan Komisi Pemilihan Pemungutan Suara Dalam
Umum Nomor 19 Tahun 2014 Pemilihan Umum Anggota DPR,
tentang Pemungutan dan DPD, DPR Provinsi dan
Perhitungan Suara di Tempat Kabupaten/Kota
Pemungutan Suara dalam c. Peraturan KPU No. 29 Tahun
Pemilihan Umum Presiden dan 2009 tentang Pedoman Teknis
Wakil Presiden 2014 pada Bab Pelaksanaan Pemungutan dan
Penyiapan TPS Pasal 17 ayat (1) Penghitungan Suara Pemilu
“ketua Kelompok Penyelenggara Presiden dan Wakil Presiden.

36
JISIP-UNJA,Vol.1, No 2, Januari-Juli 2018

d. Peraturan KPU No. 23 Tahun DPR,DPD,DPR Propinsi dan


2008 Tentang Pedoman Kabupaten/Kota
Pelaksanaan Sosialisasi dan 1) Pasal 8 (3) dijelaskan bahwa
Penyampaian Informasi Pemilu selain perlengkapan
Anggota DPR, DPD Dan DPR pemungutan dan
Provinsi dan Kabupaten/Kota penghitungan suara di TPS
yang mana peraturan ini juga sebagaimana dimaksud pada
memuat pentingnya ayat(2),KPU Kabupaten/Kota
pelaksanaan sosialisasi dan juga menyerahkan kepada
penyampaian informasi kepada KPPS melalui PPK/PPS
kelompok pemilih berkebutuhan dukungan perlengkapan
khusus termasuk penyandang pemungutan suara lainnya,
disabilitas hal ini termuat yaitu sampul kertas, tanda
didalam peraturan ini pada pengenal KPPS dan saksi,
bagian Bab V. Tentang karet pengikat surat suara,
Kelompok Sasaran pada angka lem/perekat, kantong plastik,
(1). Kelompok Sasaran dalam gembok, spidol, formulir
pelaksanaan sosialisasi dan untuk berita acara dan
Penyampaian informasi Pemilu sertiikat, stiker nomor kotak
meliputi: huruf (k). Pemilih suara, tali pengikat alat
dengan berkebutuhan khusus pemberi tanda pilihan, dan
(dalam bagian penjelasannya alat bantu tuna netra.
disebutkan yang berkebutuhan 2) Pasal 15 (1) menjelaskan
khusus termasuk pemilih bahwa dalam surat
penyandang disabilitas.) pemberitahuan untuk
e. Peraturan KPU No. 35 Tahun memberikan suara di TPS
2008 Tentang Pedoman Teknis sebagaimana dimaksud pada
Pelaksanaan Pemungutan Dan ayat (1), harus disebutkan
Penghitungan Suara Di Tempat adanya kemudahan bagi
Pemungutan Suara Dalam penyandang cacat dalam
Pemilihan Umum Anggota memberikan suara di TPS.

37
Julita Widya Dwintari, Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Umum di Indonesia

Kemudian Pasal 19 3) Pasal 21 mengatur bahwa


menjelaskan: pintu masuk dan keluar TPS
a) Meja dengan ukuran sebagaimana dimaksud pada
setinggi 35 cm untuk ayat (1) Berukuran sekurang–
tempat kotak suara kurangnya 90cm agar dapat
ditempatkan di dekat menjamin akses gerak bagi
pintu keluar TPS, penyandang cacat yang
jaraknya kurang lebih 3 menggunakan kursi roda.
(tiga) meter dari tempat 4) Pasal 22 menyebutkan
duduk Ketua KPPS bahwa:
berhadapan dengan a) lokasi TPS harus mudah
tempat duduk pemilih; dijangkau, di tempat
b) Bilik pemberian suara yang rata tidak berbatu–
ditempatkan berhadapan batu, tidak berbukit–
dengan tempat duduk bukit, tidak berumput
Ketua KPPS dan saksi, tebal, tidak melompati
dengan ketentuan jarak parit dan tidak
antara bilik pemberian bertangga–tangga.
suara dengan batas lebar b) Lokasi TPS
TPS sekurang-kurangnya sebagaimana dimaksud
1 (satu) meter; pada ayat (1) tidak
c) Meja/papan untuk dibenarkan menggunakan
menempatkan bilik suara tempat-tempat ibadah,
dan untuk pemberian termasuk halamannya.
tanda pada surat suara, c) Lokasi TPS sebagaimana
dan meja berongga dimaksud dalam pasal 21
(ruang kosong ayat (1) yang
dibawahnya) khusus menggunakan tempat di
untuk Penyandang gedung–gedung sekolah,
Disabilitas yang balai pertemuan
menggunakan kursi roda; masyarakat, tempat

38
JISIP-UNJA,Vol.1, No 2, Januari-Juli 2018

pendidikan lainnya, lain sebagaimana dimaksud


gedung/kantor milik dalam pasal 30, ketua
pemerintah dan non KPPS menugaskan Anggota
pemerintah termasuk KPPS kelima dan keenam
halamannya terlebih atau orang yang ditunjuk
dahulu harus mendapat oleh pemilih yang
ijin dari pengurus gedung bersangkutan untuk
sekolah atau tempat memberikan bantuan menurut
pendidikan lainnya, cara berikut:
gedung/kantor milik a) Bagi pemilih yang tidak
pemerintah dan non dapat berjalan, Anggota
pemerintah tersebut. KPPS kelima dan keenam
5) Pasal 28 menjelaskan ketua membantu pemilih
KPPS dapat mempersilakan menuju bilik pemberian
pemilih Penyandang suara, dan pemberian
Disabilitas, ibu hamil atau tanda dilakukan oleh
orang tua untuk memberikan pemilih sendiri;
suara terlebih dahulu atas b) Bagi pemilih yang tidak
persetujuan pemilih yang mempunyai kedua belah
bersangkutan. tangan dan tuna netra,
6) Pasal 30 (1) mengatur dalam anggota KPPS kelima
memberikan suara membantu melakukan
sebagaimana dimaksud dalam pemberian tanda sesuai
Pasal 29 berlaku bagi pemilih kehendak pemilih
tunanetra, tunadaksa, atau dengan disaksikan oleh
yang mempunyai halangan anggota KPPS keenam
isik lain. c) Anggota KPPS dan orang
7) Pasal 31 menjelaskan atas lain yang membantu
permintaan pemilih tuna pemilih tunanetra,
netra, tuna daksa atau yang tunadaksa, atau yang
mempunyai halangan fisik mempunyai halangan isik

39
Julita Widya Dwintari, Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Umum di Indonesia

lain sebagaimana pernyataan dengan


dimaksud pada ayat (1) menggunakan formulir
dan ayat (2), wajib Model C5.
merahasiakan pilihan
pemilih yang
bersangkutan, dan wajib
menandatangani surat

Berikut adalah gambar ilustrasi denah TPS yang aksesibel bagi Penyandang Disabilitas:

Gambar 1. Denah TPS Aksesibel bagi Penyandang Disabilitas (Sumber : PPUA PENCA,
2016: 25)

2. Pelaksanaan Aturan Jaminan ini rupanya tidak berbanding lurus


Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dengan aspek teknis pelaksanaannya
dalam Pemilu Indonesia (Merly, 2015: 62). Dalam Pemilu
Pemilih penyandang Indonesia, kaum Penyandang Disabilitas
disabilitas menjadi bagian penting dalam masih saja da kasus tidak diberikan
mengukur sukses tidaknya pelaksanaan perlakuan khusus sehingga mereka harus
Pemilu. Namun, pijakan regulasi selama memilih untuk memposisikan diri

40
JISIP-UNJA,Vol.1, No 2, Januari-Juli 2018

selayaknya orang normal dengan aspek kehidupan dan penghidupan


berbagai kesusahan yang dihadapi atau dilaksanakan melalui penyediaan
tidak menggunakan hak suaranya. aksesibilitas.
Padahal, telah disebutkan bahwa 2. Penyediaan aksesibilitas
penyediaan aksesibilitas bagi dimaksudkan untuk menciptakan
Penyandang Disabilitas adalah sebagai keadaan dan lingkungan yang lebih
berikut: menunjang Penyandang Disabilitas
1. Kesamaan kesempatan bagi dapat sepenuhnya hidup
Penyandang Disabilitas dalam segala bermasyarakat.
Pada kenyataannya, penyediaan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016
aksesibilitas dalam Pemilu sampai saat yang memberikan istilah penyandang
ini belumlah bisa terpenuhi secara disabilitas, maka istilah dalam kutipan
maksimal. Lokasi-lokasi yang ini masih menggunakan penyandang
menyulitkan pemilih apalagi pemilih cacat. Berikut adalah tabel yang
Penyandang Disabilitas akan dapat menjelaskan permasalahan yang
menyurutkan minat masyarakat untuk dihadapi dan kemudahan (aksesibilitas)
turut serta memberikan suara dalam yang dibutuhkan Penyandang Disabilitas
Pemilu. Dan ini menurunkan tingkat dalam segala tahapan Pemilu dengan
partisipasi masyarakat. Padahal, kenyataan yang ada di Indonesia :
legitimasi sebuah Pemilu dan
Pemilukada juga diukur dari tingginya
tingkat partisipasi masyarakat.
Tahun 2011 PPUA PENCA
menerbitkan Buku Panduan Akses
Pemilu Jaminan Partisipasi Politik bagi
Penyandang Disabilitas yang
menggambarkan tabel terkait
aksesibilitas penyandang disabilitas
dalam Pemilu. Karena buku panduan ini
ditulis pada tahun 2011 sebelum adanya

41
Julita Widya Dwintari, Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Umum di Indonesia
Tabel 1. Permasalahan yang Masih Dihadapi dan Kemudahan yang Dibutuhkan Penyandang
Disabilitas dalam Pemilu Indonesia
KEMUDAHAN YANG
MASALAH YANG INSTITUSI/
NAMA DIPERLUKAN
DIRASAKAN PENYANDANG LEMBAGA
NO TAHAPAN PENYANDANG CACAT
CACAT DALAM TAHAPAN PENANGGUNG
PEMILU DALAM TAHAPAN
PEMILU JAWAB
PEMILU
1 Pemutakhira a. Para pemilih yang Pendampingan dari Badan Pusat
nData mengalami kesulitan Keluarga merupakan Statistik,
Pemilih dan pendengaran tidak solusi yang tepat bagi KPU
penyusunan didaftarkan secara terpenuhinya hak Pusat/Daerah.
Daftar semestinya; dan mereka memilih bagi Kementrian
Pemilih tidak menerima Penyandang Cacat tuna Dalam
perlakuan yang sama grahita. Negeri.
dengan para pemilih
lainnya.
b. Pada saat pendaftaran
pemilih, masih ada
pihak keluarga yang
menyembunyikan
anggota keluarganya
yang menyandang cacat
untuk didaftar sebagai
pemilih.
c. Banyak orang yang
diklasifikasikan sebagai
memiliki keterbatasan
kecerdasan
“menengah” atau
“buruk” tidak
didaftarkan Tidak ada
iklan layanan

42
JISIP-UNJA,Vol.1, No 2, Januari-Juli 2018

KEMUDAHAN YANG
MASALAH YANG INSTITUSI/
NAMA DIPERLUKAN
DIRASAKAN PENYANDANG LEMBAGA
NO TAHAPAN PENYANDANG CACAT
CACAT DALAM TAHAPAN PENANGGUNG
PEMILU DALAM TAHAPAN
PEMILU JAWAB
PEMILU
masyarakat yang
menggambarkan
pendataan pemilih
Penyandang Cacat.

2 Pendaftaran Sosialisasi/Pengumuman Bagi Tunarungu: Adanya KPU


Peserta Penyelenggara Pemilu interpreter tunarungu Pusat/Daerah,
Pemilu dalam menginformasikan dilayar bagian bawah Kementerian
tahapan pendaftaran peserta sebelah kiri atau kanan Komunikasi
Pemilu dilakukan dengan layar TV dan atau dan Informasi,
membuat pengumuman tersedianya teks berjalan Kementrian
/informasi secara tertulis di TV Bagi Tunanetra : Dalam
dikantor KPU dan melalui a. Membuat media Negeri.
pengumuman media cetak informasi/ Pengelola
dan eletronik, namun pengumuman dalam Media
kurang mempertimbangkan bentuk Braille elektronik
kebutuhan akses informasi b. Informasi melalui
bagi tunarungu dan Radio,Website yang
tunanetra. dilengkapi dengan
teknologi screen
reading yang
memudahkan
tunanetra
3 Penetapan Sosialisasi/Pengumuman Bagi tunarungu adanya KPU
Peserta Tahapan Penetapan Hasil interpreter tunarungu Pusat/Daerah,
Pemilu Pemilu Dilakukan melalui dilayar bagian bawah Kementerian
media cetak, elektronik sebelah kiri atau kanan Komunikasi

43
Julita Widya Dwintari, Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Umum di Indonesia

KEMUDAHAN YANG
MASALAH YANG INSTITUSI/
NAMA DIPERLUKAN
DIRASAKAN PENYANDANG LEMBAGA
NO TAHAPAN PENYANDANG CACAT
CACAT DALAM TAHAPAN PENANGGUNG
PEMILU DALAM TAHAPAN
PEMILU JAWAB
PEMILU
berupa TV dan Radio layar TV dan atau dan Informasi,
namun kurang tersedianya teks berjalan Kementrian
mempertimbangkan di TV Bagi Tunanetra : Dalam
hambatan bagi tunarungu a. Membuat media Negeri.
dan tunanetra informasi/ Pengelola
pengumuman dalam Media
bentuk braille elektronik
b. Informasi melalui
Radio,Website yang
dilengkapi dengan
teknologi screen
reading yang
memudahkan
tunanetra
4 Penetapan Sosialisasi/Pengumuman Bagi tunarungu adanya KPU
Jumlah Tahapan Penetapan Hasil interpreter tunarungu Pusat/Daerah,
Kursi Dan Pemilu Dilakukan melalui dilayar bagian bawah Kementerian
Daerah media cetak, elektronik sebelah kiri atau kanan Komunikasi
Pemilihan berupa TV dan Radio layar TV dan atau dan Informasi,
namun kurang tersedianya teks berjalan Kementrian
mempertimbangkan di TV Bagi Tunanetra : Dalam
hambatan bagi tunarungu a. Membuat media Negeri.
dan tunanetra informasi/ Pengelola
pengumuman dalam Media
bentuk braille elektronik
b. Informasi melalui
Radio,Website yang

44
JISIP-UNJA,Vol.1, No 2, Januari-Juli 2018

KEMUDAHAN YANG
MASALAH YANG INSTITUSI/
NAMA DIPERLUKAN
DIRASAKAN PENYANDANG LEMBAGA
NO TAHAPAN PENYANDANG CACAT
CACAT DALAM TAHAPAN PENANGGUNG
PEMILU DALAM TAHAPAN
PEMILU JAWAB
PEMILU
dilengkapi dengan
teknologi screen
reading yang
memudahkan
tunanetra
5 Pencalonan Sosialisasi/Pengumuman Bagi tunarungu adanya KPU
Anggota Pencalonan Anggota DPR, interpreter tunarungu Pusat/Daerah,
DPR, DPD, DPRD Propinsi, dan dilayar bagian bawah Kementerian
DPD, DPRD Dilakukan melalui sebelah kiri atau kanan Komunikasi
DPRD media cetak, elektronik layar TV dan atau dan Informasi,
Propinsi, berupa TV dan Radio tersedianya teks berjalan Kementrian
dan namun kurang di TV Bagi Tunanetra : Dalam
DPRD mempertimbangkan a. Membuat media Negeri.
hambatan bagi tunarungu informasi/ Pengelola
dan tunanetra Kandidat pengumuman dalam Media
Tunarungu tidak dapat bentuk braille elektronik
mengakses informasi b. Informasi melalui
tahapan penetapan peserta Radio,Website yang
Pemilu bila dilakukan di dilengkapi dengan
radio dan TV seperti iklan teknologi screen
layanan masyarakat tentang reading yang
Pemilu. Kandidat tunanetra memudahkan
tidak dapat akses atas tunanetra
informasi yang dibuat dalam
bentuk Cetakan kertas
seperti koran, reflet, poster
6 Masa Sosialisasi/Pengumuman Bagi tunarungu adanya KPU

45
Julita Widya Dwintari, Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Umum di Indonesia

KEMUDAHAN YANG
MASALAH YANG INSTITUSI/
NAMA DIPERLUKAN
DIRASAKAN PENYANDANG LEMBAGA
NO TAHAPAN PENYANDANG CACAT
CACAT DALAM TAHAPAN PENANGGUNG
PEMILU DALAM TAHAPAN
PEMILU JAWAB
PEMILU
Kampanye Tahapanmasa Kampanye interpreter tunarungu Pusat/Daerah,
Materi kampanye dilayar bagian bawah Kementerian
dari peserta Pemilu di sebelah kiri atau kanan Komunikasi
sampaikan layar TV dan atau dan Informasi,
melalui media cetak. tersedianya teks berjalan Kementrian
Elektronik di TV Bagi Tunanetra : Dalam
tv dan radio, namun tidak a. Membuat media Negeri.
mempertimbangkan informasi/ Pengelola
hambatan pengumuman dalam Media
bagi tunarungu dan bentuk braille elektronik
tunanetra b. Informasi melalui
Radio,Website yang
dilengkapi dengan
teknologi screen
reading
b. yang memudahkan
tunanetra
7 Masa Sosialisasi/Pengumuman Bagi tunarungu adanya KPU
Tenang Tahapan Masa Tenang Iklan interpreter tunarungu Pusat/Daerah,
Pemilu dibuat sebagai dilayar bagian bawah Kementerian
sosialisasi tentang berbagai sebelah kiri atau kanan Komunikasi
informasi tentang layar TV dan atau dan Informasi,
penyelenggaraan pemiliu tersedianya teks berjalan Kementrian
baik berkaitan dengan di TV Bagi Tunanetra : Dalam
waktu penyelenggaraan, a. Membuat media Negeri.
proses Pemilu yang akan informasi/ Pengelola
dilakukan, nama-nama pengumuman dalam Media

46
JISIP-UNJA,Vol.1, No 2, Januari-Juli 2018

KEMUDAHAN YANG
MASALAH YANG INSTITUSI/
NAMA DIPERLUKAN
DIRASAKAN PENYANDANG LEMBAGA
NO TAHAPAN PENYANDANG CACAT
CACAT DALAM TAHAPAN PENANGGUNG
PEMILU DALAM TAHAPAN
PEMILU JAWAB
PEMILU
calon dst. Dilakukan bentuk Braille elektronik
melalui media cetak, b. Informasi melalui
elektronik berupa TV dan Radio,Website yang
Radio namun tidak dilengkapi dengan
mempertimbangkan teknologi screen
hambatan bagi tunarungu reading yang
dan tunanetra memudahkan
tunanetra
8 Pemungutan Penyandang tuna grahita Akses Lokasi TPS Bagi KPU
dan sedang Pengguna Kursi Roda: Pusat/Daerah,
Perhitungan dan berat banyak yang tidak Sebaiknya memilih Kementerian
Suara ikut pemungutan suara. Ada lokasi TPS yang tidak Komunikasi
TPS yang tidak akses bagi bertangga- tangga, tidak dan Informasi,
pengguna kursi roda berumput tebal dan tidak Kementrian
sehingga pemungutan suara melalui got pemisah Dalam
bagi pengguna kursi roda (ditempat yang rata. Alat Negeri.
petugas yang mendatangi. Bantu Contreng Pengelola
Tuna rungu pada saat (Template) Tuna Netra Media
dipanggil namanya untuk Bagi pemilih tuna netra elektronik
giliran mencoblos mereka sebaiknya disediakan alat
tidak mendengar sehingga Bantu contreng untuk
tidak mencoblos karena memudahkan
dianggap tidak ada. Sistem melaksanakan hak
contreng/coblos yang tidak pilihnya saat melakukan
konsisten pada Pemilu 2009 pemungutan suara/
pencontrengan di bilik
suara Petugas KPPS yang

47
JISIP-UNJA,Vol.1, No 2, Januari-Juli 2018

KEMUDAHAN YANG
MASALAH YANG INSTITUSI/
NAMA DIPERLUKAN
DIRASAKAN PENYANDANG LEMBAGA
NO TAHAPAN PENYANDANG CACAT
CACAT DALAM TAHAPAN PENANGGUNG
PEMILU DALAM TAHAPAN
PEMILU JAWAB
PEMILU
memahami kebutuhan
Penyandang Cacat.
Sistem coblos merupakan
pilihan yang paling tepat
untuk tuna netra, karena
bisa dilaksanakan oleh
semua lapisan
masyarakat.

Sumber: PPUA PENCA (2011: 16)

Melihat antara kemudahan yang 3. Faktor Penghambat Aksesibilitas


dibutuhkan oleh kaum Penyandang Penyandang Disabilitas dalam Pemilu
Disabilitas dalam Pemilu di Indonesia di Indonesia
dengan jaminan hukum dan pelaksaaan Adanya payung hukum yang jelas
yang ada membuktikan bahwa ada seperti Undang-Undang Dasar 1945
ketidaksinergian antara das sollen dan Pasal 28H ayat 2 dan Pasal 28I ayat 2,
das sein nya. Jaminan hukum yang Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1997
sangat baik dengan aksesibilitas yang Tentang Penyandang Disabilitas,
dibutuhkan kaum Penyandang Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun
Disabilitas, ternyata masih memiliki 2008 Tentang Pemilihan Umum
beberapa hambatan sehingga belum Anggota DPR, DPD, dan DPRD,
dapat terealisasi dengan baik. Undang–Undang Nomor 42 Tahun
2008 Tentang Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden, Peraturan
KPU No. 35 Tahun 2008, Peraturan
KPU No. 3 Tahun 2009, Peraturan KPU

48
Julita Widya Dwintari, Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Umum di Indonesia

No.29 Tahun 2009 dan Peraturan KPU dalam revisi daftar pemilih yang
No. 23 Tahun 2008 menjadi faktor digunakan untuk mengumpulkan
pendukung bagi penyediaan data pemilih untuk DPT.
aksesibilitas. Penyandang Disabilitas 2) TPS yang tidak terakses
dalam Pemilu Indonesia. Walaupun Beberapa lokasi TPS tidak terakses
jaminan hukumnya telah ada dan tertulis bagi penyandang disabilitas,
dengan baik, namun masih terkendala misalnya jalan yang sempit atau
dengan pelaksanaan yang kurang terhalang, jalan masuk atau keluar
memperhatikan jaminan tersebut. yang tidak terakses, dan peralatan
AGENDA mencatat dalam TPS misalnya meja bilik suara atau
pelaksaan Pemilu Presiden 2014 kotas suara yang terlalu tinggi.Selain
memiliki beberapa masalah terkait itu, walaupun peralatan bantuan
aksesibilitas yaitu: seperti template Braille diwajibkan
1) Tidak adanya Data Khusus terkait tersedia di tiap TPS, peralatan
Disabilitas tersebut tidak dapat ditemukan di
Walaupun sudah adat aturan dan tiap TPS. Memastikan bahwa setiap
instruksi dari KPU untuk mendata TPS memiliki semua peralatan dan
informasi tentang jenis disabilitas atribut yang seharusnya sangatlah
pemilih saat mendaftarkan Pemilu, dibutuhkan untuk menjamin Pemilu
data pemilih penyandnag disabilitas akses bagi penyandang disabilitas.
di Pilpres 2014 belum ada. 3) Pelaporan media yang tidak terakses
Tampaknya aturan dan instruksi Temuan AGENDA menunjukkan
tersebut tidak diimplementasikan bahwa kebanyakan penyandang
secara efektif oleh eptugas di disabilitas tidak menerima informasi
lapangan. Temuan AGENDA apapun terkait Pemilu. Media yang
mengindikasikan bahwa terdapat aksesibel bagi penyandang
kesenjangan antara proses disabilitas jumlahnya sangat terbatas
pengumpulan data awal dan proses dan terjadi kurangnya informasi.
pemutakhiran data dan ini sangat Padahal pendidikan pemilih bagi
tergantung apakah petugas penyandang disabilitas
mengikutsertakan jenis disabilitas di mengharuskan tersedianya cara

49
JISIP-UNJA,Vol.1, No 2, Januari-Juli 2018

penyampaian khusus misalnya media bisa membaca di dalam Pemilu adalah


visual, penerjemah bahasa isyarat kasus surat suara sudah ditandai lebih
bagi yang tuan rungu, peralatan dulu sebelum kerta ssuara diberikan
audio bagi yang tuna netra. kepada mereka. Seharusnya, pemilih
4) Petugas penyelenggara yang kurang Penyandnag Disabilitas harus bisa secara
siap fisik masuk ke dalam tempat
AGENDA menemukan TPS pemungutan suara sehingga mereka bisa
biasanya tidak siap untuk melayani memilih attau minimal berikan surat
penyanndang disabilitas. walaupun suara kepada mereka. Mereka juga harus
petugas memiliki sejumlah tanggung benar-benar bisa memberikan suara pada
jawab yang mempengaruhi akses Pemilu, bukan menerima bentuk
bagi penyandang disbailitas,misalnya kecurangan dengan adanya kertas suara
menentukan lokasi TPS dan yang sudah ditandai sebelumnya
menyediakan peralatan pemungutan (Bundy, 2003: 217).
suara, banyak yang mesih belum Faktor penghambat aksesibilitas
sepenuhnya sadar atas pengaruh Pemilu bagi penyandang disabilitas
pilihannya terhadap kesempatan dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama
penyandang disabilitas dalam peran keluarga yang belum maksimal
menggunakan haknya. dalam memberikan informasi kepada
5) Rendahnya partisipasi pemilih petugas pendata pemilih dan kurangnya
AGENDA (2015: 85) peran keluarga dalam memberikan
mengindikasikan rendahnya pendidikan politik bagi anggota keluarga
partisipasi pemilih penyandang penyandang disabilitas. Kedua kaum
disabilitas, diduga disebabkan oleh Penyandang Disabilitas yang masih tak
berbagai tantangan yang dihadapi acuh akan pentingnya suara mereka
Penyandang Disabilitas saat untuk Pemilu. Hal ini terjadi karena
menggunakan hak pilihnya. kurangnya rasa percaya diri dari kaum
Apelbaum (2000: 850) Penyandang Disabilitas, sehingga
menyebutkan bahwa kendala yang mereka merasa tidak berkepentingan dan
diahadapi penyandnag disabilitas akhirnya memilih untuk tidak
terutama mental disability yang tidak menggunakan hak pilihnya. Bagi yang

50
Julita Widya Dwintari, Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Umum di Indonesia

memilih, kaum Penyandang Disabilitas terlantar, namun mereka yang normal


juga kurang antusias dan cenderung pun masih banyak yang tidak mendapat
tidak melaporkan apa kesusahan yang perhatian. Ketujuh adalah media yang
dialami ketika mengikuti proses Pemilu. kurang terakses bagi Penyandang
Ketiga adanya ketidaktanggapan petugas Disabilitas, yang mana media yang
penyelenggara Pemilu. hal ini terkait terakses bagi penyandang disabilitas
dengan peran panitia Pemilu yang jumlahnya sangat terbatas dan terjadi
kurang cakap dalam menjalankan kurangnya informasi, padahal media
tugasnya untuk melancarkan proses memiliki peran besar dalam proses
Pemilu. Masih banyak diantara mereka pendidikan politik maupun sosialisasi
yang belum mengerti Peraturan KPU politik bagi warga negara, namun peran
mengenai lokasi dan alat-alat yang media masih kurang ramah bagi
dibutuhkan dalam Pemilu, serta bahasa Penyandang Disabilitas.
verbal yang diperlukan untuk Berkaitan dengan berbagai
menjelaskan kepada mereka yang permasalahan yang dihadapi Indonesia
tunarungu dan tuna wicara. Keempat dalam mewujudkan suatu Pemilu yang
adanya regulasi yang sering berubah- aksesibel, membuat pemerintah perlu
ubah dan begitu banyak menjadikan lebih serius dalam menetapkan tata
adanya kebingunan massal terutama kelola pelaksaaan Pemilu berikutnya.
petugas dan Penyandang Disabilitas Mungkin Indonesia bisa mencontoh
peserta Pemilu. beberapa Negara lain yang telah sukses
Kelima wilayah indonesia yang dengan e-voting seperti Amerika Serikat,
sangat besar sehingga tidak semua Australia, Belgia, Brazil, Kanada,
wilayah dapat secara optimal mendapat Estonia, Prancis, Jerman, India, Irlandia,
pengawasan, terutama di pedesaan Italia, Belanda, Norwagia, Peru,
maupun di daerah yang tertinggal dan Romania, Switzerland, Venezuela, dan
terbelakang. Keenam selain masalah Filipina (Ismail, 2015). Selain itu, ada
wilyah, penduduk Indonesia yang terlalu pula Negara Srilanka dan Malawi, yang
banyak menjadikan proses sosialisasi mana pemerintahnya menyediakan
tidak optimal. Bukan hanya kaum transportasi bagi pemilih disabilitas
Penyandang Disabilitas yang seolah

51
JISIP-UNJA,Vol.1, No 2, Januari-Juli 2018

untuk menuju dan kembali dari TPS orang-orang dengan gangguan mobilitas,
(Komnas HAM, 2013: 224). dan membuat surat suara lebih mudah
Schur, Adya, & Ameri, (2015: 63) dibaca dan dimengerti penyandang
menjelaskan bahwa sejumlah negara disabilitas kognitif dan visual. Melihat
telah bekerja untuk memantau dan adanya jaminan aksesibilitas bagi
meningkatkan aksesibilitas fisik tempat penyandang disabilitas, akan tetapi
pemungutan suara. Ini termasuk pelaksanaannya belum maksimal, maka
berbagai upaya untuk menghilangkan perlu ada perbaikan pada Pemilu di masa
berbagai jenis hambatan, termasuk depan agar lebih memperhatikan
pemindahan hambatan untuk masuk ke aksesibilitas bagi penyandang disbailitas
dalam tempat pemungutan suara untuk di Indonesia.
.
KESIMPULAN aksesibilitas dalam Pemilu Indonesia. Pada
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal kenyatannya, pelaksanaan Pemilu di
28H ayat (2) dan Pasal 28I ayat (2), Indonesia masih belum sepenuhnya terakses
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 oleh Penyandang Disabilitas. Permasalahan
tentang Pengesahan Konvensi Mengenai yang terjadi antara lain TPS yang sempit dan
Hak-Hak Penyandang Disabilitas, Undang- sulit dijangkau karena terletak di taman
Undang Nomor 8 tahun 2016 tentang berumput tebal, bahkan masih tidak
Penyandang Disabilitas, Undang-Undang ditemukannya alat bantu seperti braile
Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan template bagi yang tuna netra di beberapa
Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD, TPS di indonesia. Hal ini disebabkan oleh
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 beberapa faktor seperti: 1) Peran keluarga
tentang Pemilihan Umum Presiden dan yang belum maksimal; 2) sikap apatis dari
Wakil Presiden, Peraturan KPU Nomor 35 PenyandangDisabilitas; 3)
Tahun 2008, Peraturan KPU Nomor 3 Ketidaktanggapan petugas penyelenggara
Tahun 2009, Peraturan KPU Nomor 29 Pemilu.; 4) wilayah Indonesia yang begitu
Tahun 2009 dan Peraturan KPU Nomor 23 luas sehingga sulit terakomodir dengan baik
Tahun 2008 merupakan beberapa payung terutama daerah terpencil; 5) Regulasi yang
hukum yang memberikan jaminan bagi sering berubah yang sering membingungkan
Penyandang Disabilitas untuk mendapatkan rakyat; 6) Penduduk Indonesia yang terlalu

52
Julita Widya Dwintari, Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Dalam Pemilihan Umum di Indonesia

banyak menjadikan proses sosialisasi tidak Pemerintahperlu mengoptimalkan


optimal; 7) Media yang tidak terakses alokasi anggaran Pemilu bagi Penyandang
Penyandang Disabilitas. Disabilitas dan memberikan pelatihan bagi
Melihat belum sinergi antara harapan, petugas pemungutan suara (KPPS).
aturan dan kenyataan menjadikan Walaupun peraturan yang ada di KPU saat
pemerintah Indonesia perlu segera ini sebenarnya sudah cukup baik dengan
memperbaiki sistem pelaksanaan Pemilu mengadopsi hak-hak politik penyandang
yang lebih mudah, murah, terjangkau dan disabilitas, namun implementasinya masih
tentu saja aksesibel bagi Penyandang lemah dan masih penuh dengan
Disabilitas. Dengan demikian diharapkan diskriminasi. Petugas DPT seharusnya lebih
kedepannya akan tercipta suatu demokrasi teliti dalam mendata warga yang masuk
dalam negara Indonesia yang penuh dengan dalam daftar pemilih tetap.Khususnya jika di
persamaan dan keadilan, baik bagi mereka wilayah mereka terdapat Penyandang
yang normal maupun bagi mereka yang Disabilitas. Bagi KPPS dalam menentukan
disabilitas. Pemerintah sebaiknya lokasi TPS dan menyediakan fasilitas
menerapkan fasilitas teknologi dalam pemungutan suara harus mempertimbangkan
Pemilu atau Pemilukada menjadi salah satu aksesibilitas bagi semua warga yang
pilihan untuk terwujudnya Pemilu yang bisa menjadi pemilih. Yang meliputi aspek
diakses bagi setiap pemilihnya. bentuk bangunan TPS, ketinggian meja
Penyampaian Informasi atau sosialisasi pemungutan suara, ukuran bilik pemungutan
Pemilu melalui media elektronik televisi, suara. Bagi KPPS harus memberikan
radio dan media cetak akan sangat pelayanan khusus bagi pemilih Penyandang
membantu pemilih terutama yang tinggal di Disabilitas. Dalam memberikan perlakuan
daerah dan di tempat terpencil. Informasi bagi Penyandang Disabilitas hendaknya
Pemilu melalui media elektronik ini juga disesuaikan dengan tingkat kecacatannya.
sangat dibutuhkan bagi pemilih dari Sehingga mereka mendapatkan pelayanan
penyandang disabilitas. yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

53

You might also like