Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

JPASDEV

Journal of Public Administration


and Sociology of Development
Vol. 1, No.1, Juli 2020

Implementasi Program Pemberantasan Peredaran Gelap


Narkotika Melalui Jalur Perbatasan
Negara Republik Indonesia
di Kalimantan Barat

Bhayu Kuncoro1
1. Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Barat

Korespondesi Penulis Utama: bhayukuncoro23@gmail.com

Abstract
This research entitled The Implentation of the Narcotics Dark Circulation Eradication
Program Through the Republic of Indonesia’s Border Line in West Kalimantan analyzed
based on the theory put forward by Merilee S. Grindle. This research is a type of
descriptive research with a qualitative approach. The type of data in this study is primary
data obtained from interviews with informants and secondary data obtained from various
official documents related to research.
The implementation of the Narcotics Dark Circulatioan Eradication Prgoram through the
Republic of Indonesia’s Border Line in West Kalimantan has not been able to run
optimally due to several factors, namely: 1. The esistence of interests that influence the
parties affected by the program, 2. The strategy of the disadvantaged actors especially
those involved in narcotics illicit traffincking, 3. Limited resources, 4. Top-down decision
making locations.
Based on these problems, the author can make suggestions, namely: 1. There needs to be
a support program in the form of a border surveillance program, 2. Increasing the
capacity of program implementors both in quality and quantity, 3. Focusing on
eradication programs and other support programs in border areas.

Key words : The Implementation Policy, Narcotics Eradication.

33
JPASDEV
Journal of Public Administration
and Sociology of Development
Vol. xx.No.x, bulan, tahun

1. PENDAHULUAN banyaknya pelabuhan-pelabuhan tikus


Permasalahan peredaran gelap yang dijadikan pintu masuk narkotika.
narkotika di Indonesia saat ini bagaikan Terakhir, penegakan hukum terhadap
jamur di musim penghujan. Hal tersebut bandar dan jaringan narkoba kurang
ditandai dengan beberapa kejadian konsisten. Ketiga hal tersebutlah yang
pengungkapan penyelundupan narkotika menjadikan Indonesia sebagai negara
melalui jalur laut di bulan Februari 2018. yang sangat menarik untuk
Terhitung ada 2 (dua) kapal laut penenyelundupan dan peredaran gelap
berbendera asing yang telah resmi narkotika.
dinyatakan berusaha menyelundupkan Guna menangani permasalahan
lebih dari 2,6 ton narkotika jenis sabu tersebut, Badan Narkotika Nasional
(Ninis Chairunnisa, 2018). Provinsi Kalimantan Barat menetapkan
Pengungkapan penyelundupan ini langkah-langkah strategis yang bertujuan
dilaksanakan atas kerjasama antara menekan laju angka prevalensi
Badan Narkotika Nasional, Kepolisian penyalahguna narkotika. Langkah-
Republik Indonesia, Tentara Republik langkah strategis tersebut tertuang dalam
Indonesia, Kementerian Kelautan dan Program Pencegahan dan Pemberantasan
Perikanan serta Direktorat Jenderal Bea Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
dan Cukai Kementerian Keuangan Narkotika (P4GN). Program ini memiliki
Republik Indonesia. Dari pengungkapan 2 (dua) pendekatan, yakni dengan
penyelundupan tersebut didapatkan menekan kebutuhan penyalahgunaan
informasi, saat ini Indonesia menjadi narkotika (demand reduction) dan
negara sasaran yang menggiurkan dalam menekan peredaran gelap narkotika
penyelundupan dan peredaran narkotika. (supply reduction)(Jurnal Data BNN,
Menurut Kepala Bagian Hubungan 2018).
Masyarakat Badan Narkotika Nasional, Pendekatan demand reduction,
Komisaris Besar Polisi langkah-langkah preventif ditempuh
Sulistiandriatmoko, sebagaimana sebagai upaya untuk membentuk
diberitakan dalam MetroTVnews.com masyarakat yang mempunyai ketahanan
(Anonim, 2017), Indonesia dipilih dan kekebalan terhadap Narkotika.
menjadi sasaran penyelundupan karena 3 Kegiatan yang dilakukan dalam hal
(tiga) faktor. Faktor-faktor tersebut antara menekan angka prevalensi
lain : pertama, permintaan terhadap penyalahgunaan Narkoba menyasar kaum
narkotika illegal yang sangat besar, muda (anak-anak, remaja, pelajar, dan
kedua, kondisi geografis Indonesia mahasiswa) yang merupakan target pasar
sebagaian besar perairan yang sangat jaringan sindikat Narkoba. Pendekatan
memungkinkan dijadikan jalur supply reduction BNNP melakukan
penyelundupan narkotika dari luar negeri, penindakan terhadap segala bentuk
pengawasan yang kurang ketat dari kejahatan Narkotika..
penegak hukum diwilayah perbatasan,

34
JPASDEV
Journal of Public Administration
and Sociology of Development
Vol. xx.No.x, bulan, tahun

Gambar 1.1. Kerangka emikiran sampel atau sumber data pada penelitian
FENOMENA-FENOMENA :
- Tingginya pengungkapan tindak pidana narkotika, secara nasional maupun ini dilakukan secara puposive dan untuk
regional kalimantan barat
- Tingginya angka penyalahgunaan narkotika, secara nasional maupun regional
kalimantan barat
ukuran sampel tersebut ditentukan secara
- Kekawatiran terjadinya hilang/kegagalan generasi (loss generation) akibat
maraknya penyalahgunaan narkotika snowball, taknik pengumpulan dengan
- Kekawatiran terhadap kerugian negara, baik individual maupun sosial
triangulasi (gabungan), analisa data
PERMASALAHAN :
Peredaran Gelap Narkotika Melalui Jalur Perbatasan Negara Republik Indonesia Di
bersifat kualitatif dan hasil penelitian
Kalimantan Barat
menekankan makna generalisasi.
KEBIJAKAN/PROGRAM : Lokasi yang diambil dalam
Program Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika Melalui Jalur Perbatasan Negara
Republik Indonesia Di Kalimantan Barat berdasarkan para :
Undang-Undang 35 tahun 2009 tentang Narkotika
penelitian ini ditentukan dengan sengaja
(purposive), yang dilakukan di Kantor
ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN :
Pelaksanaan kebijakan ditinjau menggunakan teori/model implementasi kebijakan
“Model implementation as a political an administrative process” oleh Merilee S.
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Grindle, yang terdiri dari varibel-variabel:
Cukai Tipe Madya Pabean C Entikong
Content of Policy


Interest Affected
Type of Benefits
dan di kantor BNN Provinsi Kalimantan
 Extent of Change Envision


Site of Decision Making
Program Implementer
Barat. Dengan
 Resources Committed
Pelaksanaan penelitian tentang
Context of Implementation Policy


Power, Interest, and Strategy of Actor Involved
Institution and Regime Characteristic implementasi pemberantasan peredaran
 Compliance and Responsiveness
gelap narkotika melalui perbatasan
HASIL/KELUARAN :
Saran/masukan perbaikan terhadap implementasi “Program Pemberantasan Peredaran
negara Republik Indonesia di Kalimantan
Gelap Narkotika Melalui Jalur Perbatasan Negara Republik Indonesia di Kalimantan
Barat” Barat ini direncanakan pada bulan
Januari sampai dengan Juli 2018.
Obyek dari penelitian ini adalah
2. METODE PENELITIAN implementasi pemberantasan peredaran
Penelitian ini merupakan sebuah gelap narkotika melalui perbatasan
penelitian deskriptif dengan pendekatan negara Republik Indonesia di Kalimantan
kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Barat yang dilaksanakan oleh
Moloeng (Moloeng, 2007:4) implementor dalam hal ini BNNP
mendefinisikan penelitian kualitatif Kalimantan Barat dan instansi yang
sebagai prosedur penelitian yang terkait dalam pemberantasan peredaran
menghasilkan data deskriptif berupa kata- gelap narkotika melalui jalur perbatasan
kata tertulis atau lisan dari orang-orang negara.
dan perilaku yang diamati dari fenomena 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang terjadi. Lebih lanjut Moleong Untuk melihat keberhasilan
(Moloeng, 2007:11) mengemukakan implementasi kebijakan publik tidak
bahwa penelitian deskriptif menekankan hanya dengan melihat keberhasilan dari
pada data berupa kata-kata, gambar, dan kebijakan itu saja, namun juga melihat
bukan angka-angka yang disebabkan oleh pada proses pelaksanaan kebijakan
adanya penerapan metode kualitatif. tersebut. Kemampuan suatu kebijakan
Selain itu, semua yang dikumpulkan ditentukan oleh implementabilitas
berkemungkinan menjadi kunci terhadap kebijakan itu sendiri. Secara garis besar
apa yang sudah diteliti. Pengambilan Marilee S. Grindle mengungkapkan

35
JPASDEV
Journal of Public Administration
and Sociology of Development
Vol. xx.No.x, bulan, tahun

implementabilitas suatu kebijakan terdiri dipengaruhi oleh program ini adalah


dari 2 (dua) variabel besar, yakni variabel kepentingan oknum masyarakat ataupun
isi kebijakan (content of policy) dan bahkan aparat yang terlibat dalam tindak
variabel lingkungan implementasi pidana narkotika.
kebijakan (context of implementation). b. Derajat perubahan
Dengan kata lain dari sisi proses
implementasi kebijakan dipengaruhi Untuk mendalami faktor derajat
kedua variable besar tersebut. Kedua perubahan yang diharapkan, peneliti
varibel besar tersebut dibagi menjadi 9 melakukan wawancara kepada
(sembilan) variabel yang terdiri dari : masyarakat. Dalam hal ini peneliti
3.1. Isi Kebijakan (Content Of Policy) mengambil narasumber dari masyarakat
yang peduli terhadap permasalahan
a. Kepentingan yang narkotika. Peneliti melakukan wawancara
mempengaruhi terhadap 2 (dua) orang duta anti
“Dimana ada kebijakan, maka narkotika Kalimantan Barat. Dari
disitu terdapat kekuatan politik, wawancara tersebut didapatkan fakta
kepentingan, dan aktor politik yang bahwa perubahan yang diharapkan dari
“bekerja” dan membentuk interseksi, atau pelaksanaan program pemberantasan
bahkan terkadang persinggungan yang peredaran gelap narkoba adalah
berujung pada konflik.” (Jurnal Politik Kalimantan Barat lebih maju, sehat dan
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017). bebas dari penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika. Kondisi saat ini,
Program pemberantasan berdasarkan pada pemaparan narasumber
peredaran gelap narkotika sebagaimana hal tersebut belum tercapai karena
tertuang dalam Undang-Undang Nomor program pemberantasan dirasakan belum
35 Tahun 2009 tentang Narkotika, tidak optimal. Pemberantasan peredaran gelap
luput dari kepentingan yang narkotika dirasa belum memberikan efek
mempengaruhi ataupun dipengaruhi. jera kepada para tersangka, sehingga
Secara garis besar kepentingan yang peredaran gelap narkotika masih belum
mempengaruhi program tersebut berasal bisa ditekan dengan maksimal.
dari masyarakat secara umum, pelaksana c. Tipe manfaat
program (dalam hal ini Badan Narkotika
Tipe manfaat suatu kebijakan
Nasional dan Kepolisian Republik
dapat dibagi menjadi 2 (dua) kategori
Indonesia) serta Lembaga Swadaya
yakni manfaat kolektif dan manfaat yang
Masyarakat yang peduli terhadap
dapat dibagikan (divisible). Menurut
permasalahan narkotika.
Grindle kebijakan yang memiliki tipe
Disamping adanya kepentingan manfaat kolektif akan lebih mudah
yang mempengaruhi, adapula diimplementasikan daripada kebijakan
kepentingan yang dipengaruhi dari yang memiliki tipe manfaat diviside. Hal
lahirnya program ini. Kepentingan yang ini disebabkan kebijakan dengan tipe

36
JPASDEV
Journal of Public Administration
and Sociology of Development
Vol. xx.No.x, bulan, tahun

manfaat kolektif mendatangkan lebih terhadap 2 (dua) orang duta anti


sedikit konflik atau perbedaan pendapat. narkotika Kalimantan Barat. Dari
Thus, programs delivering wawancara tersebut didapatkan fakta
collective goods such as the provision of bahwa tipe manfaat yang diterima
light and water in urban slum merupakan manfaat secara kolektif.
neighborhoods may be readily Manfaat pelaksanaan program
implemented in the Third World because pemberantasan peredaran gelap narkotika
the compliance of groups or localities yang langsung dirasakan oleh masyarakat
affected will tend to be forthcoming with adalah terciptanya rasa aman dan
a minimal amount of conflict or dissent. berkurangnya keresahan terhadap tindak
Programs with divisible benefits such as pidana narkotika.
housing, in contrast, may exacerbate d. Letak pengambilan keputusan
conflict and competition among those Berdasarkan hasil studi dokumen,
seeking to benefit from them and may be wawancara dan observasi pada penelitian
more difiicult to execute as intended. ini, peneliti menemukan beberapa temuan
(Grindle, 1980 : 8 – 9) antara lain mengenai lokasi pengambilan
Menilik tipe manfaat yang keputusan. Program pemberantasan
terkandung dalam undang-undang peredaran gelap narkotika adalah
narkotika sangat jelas terlihat bahwa merupakan kebijakan nasional yang
kebijakan ini memiliki tipe manfaat diampu oleh Badan Narkotika Nasional.
kolektif. Tercermin dari tujuan kebijakan Badan Narkotika Nasional bertanggung
yang menyebutkan penerima manfaat jawab langsung kepada Presiden
kebijakan ini adalah rakyat/masyarakat Republik Indonesia. Dengan kata lain,
Indonesia secara keseluruhan. Manfaat pengambil keputusan utama dalam
yang diterima oleh penerima manfaat kebijakan ini adalah Badan Narkotika
adalah peningkatan derajat kesehatan dan Nasional.
kesejahteraan. Berdasarkan petikan dari Badan Narkotika Nasional selaku
buku Grindle diatas, seharusnya program pengambil keputusan utama berperan
pemberantasan akan mudah sentral terhadap pelaksanaan program
diimplementasikan karena tipe manfaat pemberantasan peredaran gelap
yang bersifat kolektif dan penerima narkotika. Peran sentral Badan Narkotika
manfaat telah termuat dengan jelas dalam Nasional dapat diartikan sebagai
isi kebijakan. kewenangan untuk menentukan arah
Untuk mendalami faktor tipe sasaran strategis dari program. Seluruh
manfaat yang diterima masyarakat, pelaksanaan kebijakan ditingkat
peneliti melakukan wawancara kepada kewilayahan harus mengacu kepada
masyarakat. Dalam hal ini peneliti kebijakan utama tersebut.
mengambil narasumber dari masyarakat Menurut penulis, seharusnya
yang peduli terhadap permasalahan sebuah kebijakan selain mengacu kepada
narkotika. Peneliti melakukan wawancara standar/aturan nasional juga harus bisa

37
JPASDEV
Journal of Public Administration
and Sociology of Development
Vol. xx.No.x, bulan, tahun

menjawab kebutuhan wilayahnya. berasal, maka hal tersebut juga bisa


Maksudnya disini adalah kebijakan pusat menjadi dasar acuan dalam pengambilan
menjadi dasar kebijakan utama serta kebijakan dimana harus menerapkan
patokan (role model) dalam hal kebijakan pengawasan terhadap jalur-jalur masuk
teknis, namun daerah juga diberikan narkotika tersebut. Jika dilihat dari
ruang untuk menentukan program apa beberapa kasus ungkapan BNN Provinsi
saja yang akan dilaksanakan dengan Kalimantan Barat yang barang buktinya
mengacu kepada data dan fakta yang ada hampir semua berasal luar negeri,
didaerahnya. seharusnya BNN Provinsi Kalimantan
Lebih lanjut daerah akan Barat diberikan program pengawasan
memformulasikan sebuah langkah perbatasan tersebut.
kebijakan apa yang akan diambil dan e. Pelaksana program/kebijakan
pastinya tiap daerah akan berbeda-beda. Dalam Undang-undang 35 Tahun
Seperti jika dibandingkan Provinsi yang 2009 tentang Narkotika, disebutkan
memiliki tingkat penyalahgunaan yang beberapa instansi pemerintah selaku
tinggi tapi minim akses terhadap jalur pelaksana (implementor). Beberapa
masuk narkotika dari luar negeri dengan instansi ditunjuk dengan peran dan
Provinsi yang tingkat penyalahgunaan kewenangannya sesuai dengan tugas dan
narkotikanya rendah namun memiliki fungsinya masing-masing.
akses (entry point) serta jalur masuk Secara umum Undang-undang
narkotika yang banyak. tersebut telah membagi tugas kepada
Provinsi yang rawan terhadap setiap instansi. Disini Kementerian
penyalahgunaan narkotika seharusnya Kesehatan menjadi satu-satunya regulator
mendapatkan porsi yang lebih besar pada yang menentukan narkotika menjadi legal
program rehabilitasi narkotika dan atau illegal. Jika narkotika diproduksi,
pencegahan terhadap penyalahgunaan didistribusikan dan digunakan tanpa
narkotika, seddangkan provinsi yang mengikuti ketentuan Kementerian
memiliki jalur masuk narkotika dari luar Kesehatan maka hal itu menjadi illegal
negeri seharusnya lebih difokuskan atau disebut juga penyalahgunaan dan
kepada pengawasan perbatasan, peredaran gelap narkotika. Sedangkan
khususnya pada barang masuk. Saat BNN dan Kepolisian berperan sebagai
membahas mengenai penyalahgunaan pengawas serta penindakan terhadap
narkotika dengan mengacu kepada angka penyalahgunaan dan peredaran gelap
prevalensi akan didapatkan jumlah narkotika.
penyalahguna yang menjadi dasar Kembali jika berbicara mengenai
pengambilan keputusan memberikan pemberantasan peredaran gelap
porsi lebih pada program tertentu. Seperti narkotika, maka disini perlu berbicara
halnya jika mengacu kepada peran yang dimiliki oleh BNN dan
pengungkapan tindak pidana narkotika, Kepolisian. Tugas pokok BNN dan
khususnya darimana narkotika itu

38
JPASDEV
Journal of Public Administration
and Sociology of Development
Vol. xx.No.x, bulan, tahun

Kepolisian yaitu fungsi keamanan dan a. Derajat perubahan yang diinginkan


ketertiban melekat kepada peran tersebut. termuat dalam Undang-Undang 35
3.2. Sumber daya yang mendukung Tahun 2009 tersebut. Derajat
Lingkungan Implementasi perubahan yang diharapkan dalam
Kebijakan (Context of kebijakan tersebut adalah
Implementation)
meningkatnya kesejahteraan dan
a. Kekuasaan, Kepentingan dan kesehatan masyarakat Indonesia
Strategi Aktor yang Terlibat melalui pemberantasan dan
b. Karakteristik Lembaga dan Rezim penyalahgunaan penyalahgunaan dan
yang Berkuasa peredaran gelap narkotika. Selain itu
c. Tingkat Kepatuhan dan Respon derajat perubahan juga dapat dilihat
Pelaksana Program/Kebijakan dalam ukuran-ukuran keberhasilan
yang termuat dalam Rencana Strategis
4. SIMPULAN DAN REKOMENDASI BNN sebagai terjemahan dari Undang-
Dari hasil penelitian ini Undang 35 Tahun 2009.
ditemukan beberapa hal terkait b. Tipe manfaat yang terkandung dalam
implementasi program pemberantasan Undang-Undang 35 Tahun 2009
peredaran gelap narkotika melalui jalur sangat jelas terlihat bahwa kebijakan
perbatasan Negara Republik Indonesia, ini memiliki tipe manfaat kolektif.
hal-hal tersebut adalah sebagai berikut : Tercermin dari tujuan kebijakan yang
Dilihat dari kelompok variabel isi menyebutkan penerima manfaat
kebijakan (Content of Policy) beberapa kebijakan ini adalah
temuan dijabarkan sebagai berikut : rakyat/masyarakat Indonesia secara
keseluruhan. Manfaat yang diterima
4.1. Simpulan oleh penerima manfaat adalah
Dalam isi kebijakan Undang- peningkatan derajat kesehatan dan
Undang 35 Tahun 2009 telah disebut kesejahteraan. Oleh karena itu
secara terang mengenai kepentingan yang seharusnya program pemberantasan
dipengaruhi atau mempengaruhi. akan lebih mudah diimplementasikan
Kepentingan tersebut dimuat dalam karena tipe manfaat yang bersifat
tujuan Undang-Undang yakni seluruhnya kolektif dan penerima manfaat telah
demi kesejahteraan dan kesehatan termuat dengan jelas dalam isi
masyarakat Indonesia. Kedua yakni kebijakan.
kepentingan BNN secara institusional, c. Letak pengambilan keputusan
BNN dalam Undang-Undang ini disebut kebijakan ini berada di level
secara terang sebagai instansi/Lembaga pemerintah pusat. Setiap program
Pemerintah Non Kementerian (LPNK) dirancang oleh BNN RI dalam
yang bertugas menangani permasalahan mendukung kebijakan tersebut.
narkotika. Instansi vertikal ditingkat wilayah,
seperti BNN Provinsi Kalimantan

39
JPASDEV
Journal of Public Administration
and Sociology of Development
Vol. xx.No.x, bulan, tahun

Barat berperan sebagai pengambil e. Sumberdaya yang mendukung


kebijakan teknis dengan mengacu disebutkan dalam beberapa pasal pada
kepada kebijakan yang ditentukan oleh Undang-Undang 35 Tahun 2009.
BNN RI. Pada variabel ini muncul Beberapa hal terkait sumberdaya yang
sebuah temuan yang menarik, yakni disebutkan dalam kebijakan tersebut
ada program dari kebijakan ini yang antara lain aset, kewenangan, dan
menurut peneliti lebih tepat diberikan fasilitas (sarana dan prasarana). Untuk
kepada BNN Provinsi Kalimantan lebih jelas mengenai hal terkait
Barat sebagai program andalan, sumberdaya diterbitkan Perpres 23
namun tidak didelegasikan oleh BNN Tahun 2010 tentang Badan Narkotika
RI. Program tersebut adalah Interdiksi Nasional. Dalam Perpres ini
/ pengawasan perbatasan negara. dituangkan lebih rinci mengenai
Dilihat dari kondisi geografis sumberdaya yang mendukung
Kalimantan Barat yang memiliki kebijakan program pemberatansan
perbatasan dengan luar negeri peredaran gelap narkotika.
sepanjang lebih kurang 944 kilometer Dilihat dari kelompok variabel
yang menurut data ungkapan kasus lingkungan implementasi kebijakan
narkotika merupakan kawasan rawan (Context of Implementation) beberapa
masuk narkotika dari luar negeri, temuan dijabarkan sebagai berikut :
maka sangat tepat program tersebut
a. Pelaksanaan program pemberantasan
didelegasikan ke BNN Provinsi
peredaran gelap narkotika melalui
Kalimantan Barat.
jalur perbatasan Negara Republik
d. Pelaksana kebijakan disebut dengan
Indonesia tidak luput dari kepentingan
jelas dalam Undang-Undang 35 Tahun
aktor dan strateginya. Beberapa aktor
2009. Beberapa peran dibagikan
yang mempengaruhi pelaksanaan
kepada beberapa Instansi Pemerintah
kebijakan ini adalah para pelaku
setingkat Kementerian. Salah satu
peredaran gelap narkotika, khususnya
peran sentral dalam kebijakan ini
para bandar besar. Bandar besar tidak
adalah BNN. BNN merupakan instansi
segan-segan merekrut orang-orang
yang diberikan kewenangan
baru untuk masuk kedalam
melaksanakan program Pencegahan
sindikatnya, bahkan menggunakan
dan Pemberantasan Penyalahgunaan
oknum aparat. Beberapa kasus
dan Peredaran Gelap Narkotika
membuktikan keterlibatan aparat
(P4GN). Bersama dengan Kepolisian
penegak hukum. Tindakan tegas
Republik Indonesia, BNN diberikan
sampai dengan pemecatan tidak
peran yang cukup besar dalam
menjadi efek jera bagi oknum-oknum
penanganan permasalahan narkotika.
tersebut. Iming-iming materi lebih
Dalam kebijakan ini juga disebutkan
menggiurkan bagi mereka. Strategi
organisasi BNN hingga tingkat
yang digunakan oleh bandar besar
Provinsi dan Kabupaten/Kota.
antara lain dengan menggunakan

40
JPASDEV
Journal of Public Administration
and Sociology of Development
Vol. xx.No.x, bulan, tahun

strategi “sel terputus”. Masing-masing narkotika melalui jalur perbatasan


orang dalam jaringan tidak mengenal negara Republik Indonesia, BNN
satu sama lain. Kalaupun kenal Provinsi Kalimantan Barat selaku
biasanya hanya 1 (satu) level dibawah pelaksana teknis tunduk dan patuh
atau diatasnya saja. Hal ini yang kepada aturan perundangan yang ada,
menyulitkan petugas dalam dalam hal ini Undang-Undang Nomor
pengungkapan jaringan sindikat 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
narkotika. Disamping itu jaringan Kepatuhan dilaksanakan untuk
biasanya menggunakan warga lokal menghindari kemungkinan di-
perbatasan untuk menyelundupkan praperadilan-kan oleh tersangka.
narkotika melalui jalur-jalur tikus / Seorang penyidik tidak hanya harus
hutan didaerah perbatasan. patuh pada peraturan perundangan,
Pertimbangannya adalah warga namun juga tunduk.
perbatasan sangat mengenal area dan 4.2. Rekomendasi.
kondisi geografis perbatasan. Berdasarkan hal tersebut diatas,
b. Karakteristik pelaksana dalam hal ini maka dapat disimpulkan keberhasilan
BNN Provinsi Kalimantan Barat telah pelaksanaan program pemberantasan
sesuai dengan tugas pemberantasan peredaran gelap narkotika melalui jalur
peredaran gelap narkotika. Hal ini perbatasan Negara Republik Indonesia
tercermin dari struktur organisasi dan didukung oleh kebijakan yang memiliki
anggota organisasi sudah dibekali implementabilitas yang tinggi. Pada
dengan kemampuan penyelidikan, variabel isi kebijakan hampir tidak
penyidikan, dan penindakan peredaran menjadi kendala walaupun ada beberapa
gerap narkotika. Rezim pemerintahan catatan mengenai kewenagan
memberikan dukungan dalam bentuk menentukan program oleh BNN Provinsi
kebijakan teknis berupa Instruksi Kalimantan Barat.
Presiden. Pemerintah serius dalam
penanganan permasalahan narkotika. Referensi
Bahkan pada tahun 2015 Presiden Buku-buku:
menyebutkan “Indonesia Darurat Arikunto, S. (1993). Prosedur
Narkoba” dan pada tahun 2018 Penelitian—Suatu Pendekatan
Presiden menetapkan Instruksi Praktek. Jakarta: PT. Aneka Cipta.
Presiden tentang rencana aksi nasional Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif.
P4GN yang memerintahkan seluruh Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.
komponen masyarakat tanpa
Edisi 1, Cetakan ke-1 bulan April.
terkecuali melaksanakan aksi melawan Jakarta: Prenada Media Group.
narkotika sesuai dengan tugas dan Cangara, H. (2002). Pengantar Ilmu
fungsinya. Komunikasi. Jakarta: PT. Raja
c. Dalam pelaksanaan program Grafindo Persada.
pemberantasan peredaran gelap Damsar. (2010). Pengantar Sosiologi

41
JPASDEV
Journal of Public Administration
and Sociology of Development
Vol. xx.No.x, bulan, tahun

Politik. Jakarta: Kencana. Publishing.


Effendi, O.,U. (1999). Ilmu Komunikasi Tabroni, R. (2014). Marketing Politik
Teori dan Praktek. Bandung: Media dan Pencitraan di Era
Remaja Rosdakarya. Multipartai. Yogyakarta: Graha
Hadi, S. (2004). Metodologi Research. Ilmu.
Yogyakarta: Andi. Wahab, S.,A. (2000). Analisis
Kurniawati, H. D. (2018). Gagasan Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke
Pemilihan Umum Kepala Daerah Implementasi Kebijaksanaan
Asimetris Menuju Tata Kelola Negara. Jakarta. Bumi Aksara.
Pemerintahan Daerah Demokratis, Wardhani, A. M dan Haryadi, Em.
Akuntabel dan Berkelanjutan. (2004). Pemberdayaan Masyarakat
Yogyakarta: LIPI. dalam Penanggulangan
Miles, M.B dan A. Michael H. (1992). Kemiskinan. Oleh: Gugus Tugas II
Analisis Data Kualitatif: Buku Pemberdayaan Masyarakat.
Sumber tentang Metode-metode Jakarta: TKP3 KPK, Kementerian
Baru. Alih Bahasa Tjetjep Rohendi Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rohidi. Jakarta: UI-Press. Rakyat.
Moleong J. L. (2012). Metodologi Wijaya, E. J. (2004). Memahami
Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Sosisologi. Bandung: Armico.
Cetakan ke Dua Puluh Delapan.
Bandung: Remaja Rosdakarya. Publikasi dan Internet:
Mukoram, Z. (2016). Komunikasi Politik. Gileko, Petrus., Agung Suprojo dan Asih
Bandung: Pustaka Setia. Widi Lestari. ( 2017). Strategi
Nawawi, I. (2009). Public Policy: Komisi Pemilihan Umum dalam
Analisis, Srategi Advokasi Teori Upaya Meningkatkan Partisipasi
dan Praktek. Surabaya: Penerbit Politik Masyarakat Pada Pemilihan
PMN. Umum Kepala Daerah. Program
Nawawi, H. (1991). Metode Penelitian Studi Ilmu Administrasi Negara.
Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Fisip, Universitas Tribhuana
Mada University Press. Tunggadewi, Malang.
Nazir, M. (2011). Metode Penelitian. https://144163-ID-strategi-komisi-
Jakarta: Ghalia Indonesia. pemilihan-umum-upaya. pdf-adobe
Subejo dan Supriyanto. (2004). acrobat reader DC. Diakses di
Harmonisasi Pemberdayaan Pontianak, Tanggal 28 Agustus
Masyarakat Pedesaan dengan 2019.
Pembangunan Berkelanjutan. Kuncoro, Wahyu Muhammad. (2018).
Buletin Ekstensia, Pusat Media Sosial, Trust dan Partisipasi
Penyuluhan. Pertanian Deptan RI Politik Pada Pemula. Program
Vol 19 Tahun XI/2004. Doktor, Fakultas Psikologi,
Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Universitas Gadjah Mada,
Penelitian Pendidikan. Bandung: Yogyakarta. Jurnal Visi
Remaja Rosdakarya. Komunikasi Volume 13, No. 01,
Rudy. (2009). Hukum Pemerintahan Mei 2014: 50-68. https://142747-
Daerah Perspektif ID-media-sosial-trust-partisipasi-
Konstitusionalisme Indonesia. politik-di-k. pdf-adobe acrobat
Bandar Lampung: Indepth reader DC. Diakses di Pontianak,

42
JPASDEV
Journal of Public Administration
and Sociology of Development
Vol. xx.No.x, bulan, tahun

Tanggal 15 Juli 2019. Masyarakat dalam


Morisson. (2014). Media Sosial dan Penyelenggaraan Pemilihan Umum.
Partisipasi Sosial di Kalangan
Generasi Muda. Program Doktoral,
Universitas Sains, Malaysia.
https://193759-ID-media-sosial-
dan-partisipasi-sosial. pdf-adobe
acrobat reader DC. Diakses di
Pontianak, Tanggal 10 Agustus
2019.
Sugino., A.B Tangdililing., Gusti S. (
2015). Faktor Internal Pelaksanaan
Partisipasi Politik Masyarakat
Perbatasan dalam Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden Pada Tahun
2014 di Kecamatan Entikong
Kabupaten Sanggau. Program Studi
Ilmu Politik, Magister Ilmu Sosial,
Universitas Tanjungpura,
Pontianak. Jurnal Tesis PMIS-
Untan-Fisip-2015. http:// 190706-
ID-faktor-internal-pelaksanaan-
partisipasi. pdf-adobe acrobat
reader DC. Diakses di Pontianak,
Tanggal 27 Juni 2019.

Dokumentasi dan Peraturan


Perundang-undangan:
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum.
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Pemilu.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2017 tentang Sosialisasi,
Pendidikan Pemilih dan Partisipasi
Masyarakat dalam Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau
Walikota dan Wakil Walikota.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 2018 tentang Sosialisasi,
Pendidikan Pemilih dan Partisipasi

43

You might also like