Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

Analisis Harga Pokok Produksi (HPP) dan Break Event Point (BEP) Produksi

Crude Palm Oil (CPO) pada PT. Sandabi Indah Lestari

Cost Of Production Analysis and Break Event Point of Crude Palm Oil Production
On PT. Sandabi Indah Lestari

Ika Ariyanti, Bambang Sumantri, Sriyoto dan Eko Sumartono

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu


Email : eko_sumartono@unib.ac.id

ABSTRACT

To determine the exact cost of production, the compony must take into account precisely the
elements of the production cost. Elements of the production cost on the research is raw material cost,
direct labor cost, and manufacture overhead cost. Break event point analysis relate to sale, fixed cost,
and variable cost. All of these cost are costs associated with the production process of Crude Palm Oil.
Make, this research count the cost of production and break event point Crude Palm Oil PT. Sandabi
Indah Lestari (PT. SIL) from 2009-2014.This research uses design research of descriptive analysis and
quantitaive analysis. Cost of production CPO to use method of full costing because used data
represent and have passed accounting period. Cost of production and break event point of the research
analysed in 2 form that is on the basis of rupiah and on the basis unit. Result of research indicate that
sales revenue of CPO more than cost of production and break event point in rupiah and also in unit.
Matter this means that company have obtained profit of production.

Keyword: Cost of Production, Break Event Point, and Crude Palm Oil

ABSTRAK

Untuk menentukan biaya pasti produksi, komposisinya harus memperhitungkan


secara tepat unsur-unsur biaya produksi. Unsur biaya produksi pada penelitian adalah
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pembuatan. Break event
point analysis berhubungan dengan penjualan, biaya tetap, dan biaya variabel. Semua biaya
ini adalah biaya yang terkait dengan proses produksi Crude Palm Oil. Maka, penelitian ini
menghitung biaya produksi dan break event point Crude Palm Oil PT. Sandabi Indah
Lestari (PT. SIL) dari 2009-2014. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analisis
deskriptif dan analisis kuantitatif. Biaya produksi Crude Palm Oil (CPO) menggunakan
metode full costing karena data yang digunakan mewakili dan telah melewati periode
akuntansi. Biaya produksi dan titik impas penelitian dianalisis dalam 2 bentuk yaitu atas
dasar rupiah dan atas dasar unit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan
penjualan Crude Palm Oil (CPO) lebih besar dari biaya produksi dan break event point dalam
rupiah dan juga dalam satuan. Hal ini berarti perusahaan telah memperoleh laba produksi.

Kata Kunci: Biaya Produksi, Break Event Point (BEP), dan Crude Palm Oil (CPO)
PENDAHULUAN Lubuk Banyau, Seluma dan Ketahun.
Latar Belakang Perusahaan ini memasok bahan baku yang
berasal dari kebun sendiri dan masyarakat
Sub-sektor perkebunan merupakan luar. Kegiatan yang dilakukan untuk
sumber pendapatan bagi jutaan petani di menghimpun dan mengolah TBS menjadi
Indonesia. Selain sebagai sumber CPO mengandung berbagai komponen
pendapatan bagi masyarakat, sub-sektor biaya yang harus diperhitungkan. Agar
perkebunan juga berperan sebagai HPP mencerminkan biaya yang
penyumbang devisa negara, penyedia sesungguhnya maka harus dilakukan
lapangan kerja, dan alat pemicu bagi pengelompokan biaya secara tepat.
pertumbuhan sentra ekonomi (GAPKI, Fluktuasi produksi terus terjadi karena
2014). Perkebunan kelapa sawit yang adanya keterbatasan TBS sehingga
diusahakan di Indonesia ada tiga bentuk penjualan pun menjadi tidak pasti. Agar
perkebunan yaitu perkebunan rakyat, perusahaan tetap memperoleh keuntungan
perkebunan swasta, dan perkebunan maka perusahaaan harus memproduksi
negara. Perkebunan Kelapa sawit CPO dalam jumlah tertentu. Dengan
merupakan primadona perdagangan demikian hasil penjualan CPO dapat
ekspor Indonesia pada sub-sektor menutupi sejumlah biaya produksi yang
perkebunan. Kelapa sawit adalah salah telah dikeluarkan oleh perusahaan dengan
satu komoditas agribisnis Indonesia yang keuntungan sama dengan nol (0). Kondisi
memiliki daya saing di pasar yang demikian dikenal dengan istilah
Internasional. Tandan buah segar Break Event Point (BEP)/titik impas.
(TBS) merupakan bahan baku dalam Perhitungan HPP dan BEP sangat
industri pembuatan Crude Palm Oil (CPO). penting bagi setiap perusahaan, khususnya
Sukiyono et al., (2017) mengatakan bahwa perusahaan manufaktur. Nilai HPP
minyak sawit telah menjadi tulang digunakan sebagai dasar dalam
punggung ekonomi bagi sebagian besar menentukan harga jual produk guna
rumah tangga di Provinsi Bengkulu. memperoleh laba yang diinginkan. Selain
Industri pengolahan TBS selain itu, perhitungan nilai HPP dapat dijadikan
menghasilkan CPO juga menghasilkan sebagai acuan untuk memantau realisasi
PKO (Palm Kernel Oil) dan shell biaya produksi bagi pihak manajemen.
(cangkang). CPO diolah lebih lanjut HPP mengandung berbagai unsur biaya
menjadi produk turunan seperti yang harus diklasifikasikan secara tepat
oleopangan (minyak goreng, margarin, untuk menghasilkan nilai HPP yang
dan shortening) dan oleokimia (fatty acid, akurat. Apabila perusahaan mengetahui
fatty alkohol, dan glycerine) (Machfud, jumlah produksi yang dapat memberikan
2008). Pada umumnya setiap perusahaan kondisi BEP maka perusahaan bisa
berorientasi pada profit/laba. Pencapaian melakukan perencanaan laba yang
laba yang maksimal diperoleh apabila diinginkan dengan memperkirakan
perusahaan dapat meminimumkan Harga penjualan. Hal ini dapat meminimumkan
Pokok Produksi (HPP). PT. Sandabi resiko kerugian bagi perusahaan.
Indah Lestari (SIL) merupakan salah satu Pentingnya kedua hal tersebut bagi
perusahaan swasta yang bergerak manajemen perusahaan menjadi alasan
dibidang perkebunan kelapa sawit. bahwa fenomena ini menarik untuk
Perusahaan ini terletak di Desa Lubuk diteliti. Banyak penelitian yang sama dan
Banyau Kecamatan Padang Jaya sejenis mengenai Analisis Harga Pokok
Kabupaten Bengkulu Utara. PT. Sandabi Produksi (HPP) dan Break Event Point
Indah Lestari (SIL) memiliki pabrik (BEP), namun berbeda lokasi menurut
pengolahan CPO dengan kapasitas 45 ton Arifin, (2013) dan Handoko, (2011) untuk
TBS/jam. PT. Sandabi Indah Lestari (SIL) tanaman sawit, Arianti et al, (2007) untuk
memiliki areal perkebunan seluas 14.700 Produk Makanan Olahan (Brem);
ha yang tersebar di tiga wilayah yaitu
Chairunissa et al, (2017) untuk produk ikan periode akuntansi. Metode pengumpulan
tenggiri. harga pokok yang digunakan adalah
Berdasarkan uraian di atas, metode harga pokok proses karena
penelitian ini bertujuan untuk menghitung perusahaan mengolah barang tidak
harga pokok produksi CPO PT. SIL dan berdasarkan pesanan. Penelitian ini
menghitung tingkat produksi dan harga memperhitungkan HPP dari seluruh
CPO yang memberikan Break Event Point aktivitas produksi pada tahun 2009-2014
bagi PT. SIL. berdasarkan biaya produksi yang telah
dikeluarkan. Setelah diperoleh nilai HPP
Waktu dan Lokasi Penelitian tahun 2009-2014, selanjutnya dilihat pola
Penelitian ini dilaksanakan di PT. perkembangan/trend HPP tersebut. b.
Sandabi Indah Lestari (SIL) yang terletak Analisis Break Event Point (BEP)
di Desa Lubuk Banyau Kecamatan Padang BEP dapat juga diartikan sebagai
Jaya Kabupaten Bengkulu Utara. kondisi titik impas dimana perusahaan
Pemilihan lokasi penelitian ditentukan tidak mendapatkan keuntungan dan tidak
secara sengaja (purposive sampling) dengan menderita kerugian karena total biaya
pertimbangan bahwa PT. SIL merupakan yang dikeluarkan sama dengan total
salah satu perusahan perkebunan kelapa penerimaan (Hansen dan Mowen, 2000).
sawit yang memasok TBS dari perkebunan BEP dapat dinyatakan dalam Rupiah (Rp)
rakyat dan dapat memberikan data-data ataupun satuan tertentu (Kg/Unit).
yang terkait dengan penelitian. Penelitian Besarnya nilai BEP dianalisis secara
ini dilakukan pada tahun 2016-2017. kuantitaif dengan menghitung nilai BEP
berdasarkan hubungan biaya, laba, dan
Jenis dan Sumber Data volume (Supriyono, 2011). Formulasi yang
sama juga digunakan oleh beberpa peneliti
Penelitian ini menggunakan data untuk mengitung berbagai produk,
sekunder perusahaan. Data sekunder misalnya Dianti, T et al (2014), Junianto, R
merupakan data yang diperoleh oleh (2015), Suhardi, (2016 ) dan Wibowo, S
peneliti dari sumber lain atau data yang et al (2015). Sama halnya dengan HPP,
telah diarsipkan oleh suatu besarnya BEP juga akan dihitung per
lembaga/perusahaan. Data-data yang tahun yakni tahun 2009-2014 sehingga
digunakan adalah data biaya produksi dan dapat dilihat pola perkembangn BEP setiap
hasil penjualan tahun 2009-2014. tahunnya.
Metode Analisis Data Konsep dan Pengukuran Variabel
a. Analisis Harga Pokok Produksi (HPP) a. Kelapa sawit merupakan salah satu
jenis tanaman palem yang berbatang
tinggi dan memiliki bunga berupa
Analisis HPP yang dilakukan dalam tandan bercabang dengan buah kecil-
penelitian ini menggunakan metode full kecil dan banyak serta berwarna
costing menurut Firdaus et al, (2012), merah kehitaman.
Rochmayanto, Yanto dan Limbong, A., b. Tandan buah segar (TBS) merupakan
(2013), Mardi Hendrich (2013), Dewi suatu tandan atau kumpulan yang
Listyati et al (2011), Yhonita, E et al berisi buah kelapa sawit yang telah
(2015 ) dan Mandei, et al (2011), Reinaldo, matang dan siap untuk diolah
G., et al. (2011), Mustafa, (2011), Slat, menjadi CPO. Satuan yang
Andre Henri (2013), Gunawan et al digunakan yaitu Kg.
(2016), Suryanto (2016) dan Suryandari, et c. Crude palm oil (CPO) merupakan
al (2015), karena data yang digunakan hasil dari pengolahan TBS yang
merupakan data sekunder. Dengan berupa cairan minyak mentah.
demikian, biaya produksi yang digunakan Satuan yang digunakan yaitu (Kg).
merupakan biaya riil dan telah melewati
d. Harga beli TBS merupakan harga menjadi CPO. Satuan yang
TBS rata-rata/tahun pada saat digunakan adalah (Rp/tahun).
terjadinya proses pembelian TBS dari i. Biaya bahan baku pembuatan CPO
petani. Satuan yang digunakan merupakan sejumlah biaya yang
adalah (Rp/Kg). dikorbankan oleh perusahaan atas
e. Harga jual CPO merupakan harga penggunaan faktor produksi berupa
rata-rata yang diterima oleh TBS yang digunakan dalam proses
perusahaan dalam satu tahun pada produksi CPO yang dilakukan
saat terjadinya proses penjualan perusahaan. Cara mengukurnya
CPO. Satuan yang digunakan adalah adalah dengan menjumlahkan TBS
(Rp/Kg). yang digunakan dalam satu
f. Rugi yang dialami perusahaan tahun dan dikalikan dengan harga
pembuat CPO merupakan kondisi rata-rata TBS di tingkat pabrik dalam
dimana hasil penjualan CPO/tahun satu tahun. Satuan yang digunakan
yang diterima oleh perusahaan lebih adalah (Rp/tahun).
kecil daripada harga pokok produksi j. Biaya tenaga kerja pembuatan CPO
CPO/tahun. Cara mengukurnya merupakan sejumlah biaya yang
yaitu dengan mengurangkan hasil dikorbankan oleh perusahaan untuk
penjualan CPO dengan harga pokok membayar balas jasa karyawan yang
produksi CPO, apabila nilainya berperan dalam kegiatan produksi
negatif berarti perusahaan menderita CPO baik secara langsung maupun
rugi. Satuan yang digunakan adalah tidak langsung. Cara mengukurnya
(Rp/tahun). adalah dengan mengalikan jumlah
g. Laba yang dialami perusahaan karyawan dengan jumlah hari kerja
pembuat CPO merupakan kondisi dalam satu tahun dan upah kerja
perusahaan pada saat hasil penjualan perhari. Satuan yang digunakan
CPO/tahun lebih besar daripada adalah (Rp/tahun).
harga pokok produksi CPO/tahun k. Biaya tetap pembuatan CPO
yang dikorbankan oleh perusahaan. merupakan sejumlah biaya yang
Cara mengukurnya yaitu dengan dikorbankan oleh perusahaan atas
mengurangkan hasil penjualan CPO penggunaan faktor produksi tetap
dengan harga pokok produksi CPO, berupa penggunaan peralatan
apabila nilainya positif berarti pabrik, bangunan pabrik,
perusahaan memeproleh laba. pemeliharaan hingga operasional
Satuan yang digunakan adalah kendaraan. Biaya tetap berupa
(Rp/tahun). peralatan dan bangunan dihitung
h. Total biaya produksi pembuatan berdasarkan nilai penyusutan
CPO merupakan seluruh biaya yang peralatan dan bangunan tersebut.
dikorbankan oleh perusahaan atas Cara mengukurnya yaitu dengan
penggunaan seluruh faktor mengalikan alat dan bangunan yang
produksi baik yang bersifat digunakan dengan harga beli
variabel maupun tetap yang masing-masing faktor produksi
digunakan untuk memproduksi tersebut, kemudian membagi nilai
CPO. Cara mengukurnya adalah tersebut dengan umur ekonomis
dengan mengalikan masing-masing masing-masing peralatan dan
faktor produksi dengan harga faktor bangunan. Satuan yang digunakan
produksi tersebut, dengan asumsi adalah (Rp/tahun).
bahwa faktor produksi yang l. Biaya variabel pembuatan CPO
digunakan merupakan seluruh merupakan sejumlah biaya yang
sumberdaya yang digunakan dari dikorbankan oleh perusahaan atas
proses penerimaan TBS hingga penggunaan faktor produksi variabel
berupa TBS, bahan kimia, reparasi,
listrik, dan air. Cara mengukurnya dengan harga rata- rata CPO dalam
yaitu dengan mengalikan jumlah satu tahun. Satuan yang digunakan
faktor produksi dengan harga adalah (Rp/tahun).
masing-masing faktor produksi. r. Break Event Point (BEP) CPO
Satuan yang digunakan adalah merupakan titik yang
(Rp/tahun). menunjukkan dimana hasil
m. Biaya overhead pembuatan CPO penjualan sama dengan biaya
merupakan sejumlah biaya yang produksi. Cara mengukurnya yaitu
dikorbankan oleh perusahaan atas dengan menarik hubungan antara
atas penggunaan faktor produksi di hasil penjualan CPO, biaya variabel,
luar biaya bahan baku dan biaya dan biaya tetap produksi CPO.
tenaga kerja langsung. Cara Satuan yang digunakan adalah
mengukurnya yaitu dengan (Rp/Tahun dan Kg/Tahun).
mengalikan jumlah faktor produksi
dengan masing-masing harga faktor
HASIL DAN PEMBAHASAN
produksi. Satuan yang digunakan
adalah (Rp/tahun). Biaya Produksi Crude Palm Oil (CPO) PT.
n. Margin kontribusi (Contribution Sandabi Indah Lestari(SIL)
Margin/CM) CPO merupakan selisih
antara hasil penjualan CPO dengan Analisis biaya produksi yang
biaya variabel produksi CPO. dilakukan dalam penelitian ini merupakan
Satuan yang digunakan adalah analisis keseluruhan biaya yang
(Rp). dikeluarkan oleh perusahaan dalam
o. Rasio margin kontribusi memproduksi CPO. Biaya produksi
(Contribution Margin Ratio/CM tersebut akan dipisahkan menjadi biaya
Ratio) CPO merupakan tetap dan biaya variabel. Pemisahan biaya
perbandingan antara margin dilakukan dengan menganalisis masing-
kontribusi CPO dengan total masing biaya terhadap produksi CPO.
penjualan CPO dikalikan Apabila jumlah total biaya tersebut
100%. Satuan yang digunakan adalah berubah seiring dengan perubahan volume
(Persen/%). produksi maka digolongkan sebagai
p. Harga Pokok Produksi (HPP) CPO biaya variabel. Apabila jumlah total
merupakan sejumlah biaya yang biaya tidak berubah seiring dengan
dikorbankan oleh perusahaan untuk perubahan volume produksi maka biaya
memproduksi CPO. Cara tersebut digolongkan sebagai biaya tetap.
mengukurnya yaitu dengan Carter, William   ( 2009) menyatakan
menjumlah biaya bahan baku, biaya bahwa biaya variabel merupakan biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya yang berubah secara proporsional dengan
overhead pabrik. Satuan yang perubahan volume produksi. Biaya tetap
digunakan adalah (Rp/tahun). merupakan biaya produksi yang tidak
q. Hasil penjualan CPO merupakan tergantung pada tinggi rendahnya volume
hasil yang diperoleh oleh produksi. Biaya tetap merupakan biaya
perusahaan berupa uang dari produksi yang tidak tergantung pada
transaksi penyerahan CPO kepada tinggi rendahnya volume produksi. Pada
pihak buyer. Cara mengukurnya Tabel 1 disajikan biaya produksi PT.
yaitu dengan mengalikan jumlah Sandabi Indah Lestari (SIL) dari tahun
CPO yang terjual dalam satu tahun 2009-2014.
Biaya tenaga kerja langsung dalam Harga Pokok Produksi Crude Palm Oil PT.
penelitian ini dikelompokkan dalam biaya Sandabi Indah Lestari (SIL)
tetap karena jumlahnya tidak tergantung
Harga pokok produksi merupakan
pada volume produksi. Hal ini terjadi
akumulasi dari biaya yang dibebankan
karena upah tenaga kerja langsung
pada produk yang dihasilkan oleh
tersebut menggunakan sitem upah tetap
perusahaan (Mardiasmo (2004) disitir dari
per bulan. Menurut Supriyono (1999),
Afriyanto, 2014). Harga pokok produksi
perusahaan yang menggunakan sistem
diperoleh dari penjumlahan biaya bahan
upah tetap per bulan, maka biaya tenaga
baku, biaya tenaga kerjalangsung dan
kerja langsung digolongkan dalam biaya
biaya overhead pabrik. Jumlah total biaya
tetap. Biaya penyusutan bangunan terdiri
adalah seluruh biaya yang dibebankan
dari penyusutan bangunan kantor pabrik
dalam melaksanakan kegiatan produksi
dan penyusutan bangunan pabrik. Biaya
(Supriyono, 1999). Perusahaan tidak
penyusutan kantor pabrik dihitung dalam
mengenal adanya persediaan barang
penentuan harga pokok produksi CPO
dalam proses awal dan persediaan dalam
dalam penelitian ini. Bangunan kantor
proses akhir sehingga besarnya HPP
secara tidak langsung berperan dalam
sama dengan total biaya produksi. TBS
proses produksi CPO, bangunan tersebut
yang diolah langsung menjadi CPO dan
bersifat sebagai fasilitas pendukung. Oleh
disimpan dalam storage tank sehingga tidak
sebab itu, penyusutan bangunan tersebut
ada persediaan barang dalam proses.
harus diperhitungkan dalam menentukan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
harga pokok produksi CPO.
komponen HPP tertinggi adalah biaya
bahan baku yakni biaya pembelian TBS.
Hal ini terjadi karena biaya pembelian TBS
merupakan biaya utama yang digunakan
dalam proses produksi CPO. Tanpa
adanya bahan baku maka tidak akan kerja dan biaya overhead pabrik termasuk
terjadi proses produksi. Proses produksi dalam biaya konversi. Biaya konversi
PT. SIL menggunakan mesin produksi, merupakan biaya yang digunakan untuk
sehingga biaya tenaga kerja bukan mengolah atau mengubah bahan baku
merupakan biaya utama. Biaya tenaga menjadi produk selesai (Supriyono, 1999).

Tabel 2. Harga Pokok Produksi (HPP) Atas Dasar Rupiah, Penjualan, dan Laba PT.
Sandabi Indah Lestari (SIL) Tahun 2009-2014
Tahun HPP Penjualan Laba HPP Harga Laba
(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Kg) Jual (Rp/Kg)
(Rp/Kg)

2009 207.753.146.215 241.808.864.950 34.055.718.735 5.389 6.778 1.391


2010 314.664.119.782 415.923.798.208 101.259.678.426 7.128 9.004 1.885
2011 406.240.399.936 552.986.582.500 146.746.182.564 7.421 10.403 2.994
2012 321.824.744.141 405.093.039.633 83.268.295.492 7.079 8.857 1.780
2013 283.344.155.996 364.614.631.225 81.270.475.229 7.014 8.786 1.773
2014 285.554.200.191 343.205.000.000 57.650.799.809 6.948 8.300 1.353
(Sumber: Data Sekunder 2015, diolah)

Pada Tabel 2 terlihat bahwa harga Pada Tabel 2 terlihat bahwa besarnya
pokok produksi CPO mengalami fluktuasi penjualan CPO lebih tinggi dibandingkan
dari tahun 2009-2014. Pada tahun 2009- besarnya harga pokok produksi CPO.
2011, harga pokok produksi CPO Hal ini menunjukkan bahwa meskipun
mengalami peningkatan yang cukup tajam. harga pokok produksi CPO berfluktuasi
Tahun 2009 HPP CPO sebesar namun perusahaan tetap memperoleh
Rp207.753.146.215 dan pada tahun 2011 keuntungan. Penjualan tertinggi yang
HPP CPO mencapai angka Rp diterima oleh perusahaan terjadi pada
406.240.399.936. Hal ini menunjukkan tahun 2011 yakni mencapai Rp
adanya peningkatan HPP CPO sebesar 552.986.582.500. Penjualan terendah terjadi
49%. Kenaikan HPP CPO ini disebabkan pada tahun 2009 yakni hanya sebesar Rp
karena adanya kenaikan biaya produksi 241.808.864.950. Hal ini sesuai dengan
baik biaya pembelian TBS, biaya tenaga harga CPO yang berlaku. Harga CPO yang
kerja langsung maupun biaya overhead tertinggi terjadi pada tahun 2011, dan
pabrik. Biaya produksi yang secara harga terendah terjadi pada tahun 2009.
nyata selalu mengalami kenaikan adalah Penjelasan mengenai harga CPO akan
biaya tenaga kerja langsung dan biaya diuraikan pada bagian harga pokok
overhead pabirk. Hal ini terjadi karena produksi/Kg. Laba tertinggi yang
upah tenaga kerja langsung tergantung diperoleh perusahaan tercapai pada tahun
pada UMR sehingga setiap tahunnya 2011 yakni sebesar Rp 147.389.024.937.
mengalami kenaikan. Selain itu, jumlah Laba terendah yang diperoleh perusahaan
tenaga kerja juga mempengaruhi besarnya adalah pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp
biaya yang dikeluarkan. Seiring dengan 34.055.718.735. Laba merupakan selisih
perkembangan dan peningkatan kapasitas antara harga pokok produksi dan
perusahaan maka jumlah tenaga kerja penjualan CPO. Oleh sebab itu, besar
yang direkrut juga semakin banyak. kecilnya laba yang diperoleh
Dengan demikian besarnya biaya tenaga perusahaan tergantung pada kedua
kerja langsung juga semakin tinggi. Biaya komponen tersebut. Laba dalam penelitian
overhead pabrik juga selalu mengalami ini merupakan laba operasi, karena masih
kenaikan, meskipun biaya komponen mengandung unsur biaya komersil dan
pembentuk overhead juga berfluktuasi. pajak.
Pada Tabel 2 terlihat bahwa harga (Arifin, 2013). Rata-rata selisih harga CPO
pokok produksi CPO tertinggi pada tahun yang diterima oleh PT. Sandabi Indah
2011 yaitu sebesar Rp7.421/Kg. Pada Lestari (SIL) dan PTPN IV Simalungun
tahun 2011-2014 terjadi penurunan harga mencapai 20%. Selisih tersebut cukup
pokok produksi sebesar 6% yakni menjadi tinggi, mengingat harga merupakan faktor
Rp6.948/Kg. Perusahaan harus yang mempengaruhi penerimaan
menetapkan harga jual CPO/Kg lebih dari perusahaan. Berdasarkan informasi
harga pokok produksi tersebut. Apabila tersebut dapat dikatakan bahwa kualiats
perusahaan menjual CPO dibawah CPO PT. Sandabi Indah Lestari (SIL) jauh
HPP/Kg maka perusahaan akan rugi, lebih baik dibandingkan dengan kualitas
apabila perusahaan menjual CPO sama CPO PTPN IV Simalungun.
dengan HPP/Kg maka keuntungan Pada Tabel terlihat bahwa harga
perusahaan sama dengan nol yang pokok produksi CPO tertinggi pada tahun
berarti perusahaan berada pada kondisi 2011 yaitu sebesar Rp7.421/Kg. Pada tahun
impas. Pada Tabel 2 terlihat bahwa harga 2011-2014 terjadi penurunan harga pokok
jual CPO lebih tinggi dibandingkan produksi sebesar 6% yakni menjadi
dengan harga pokok produksi. Hal ini Rp6.948/Kg. Perusahaan harus
menunjukkan bahwa meskipun HPP menetapkan harga jual CPO/Kg lebih dari
CPO/Kg berfluktuasi namun perusahaan harga pokok produksi tersebut. Apabila
tetap memperoleh keuntungan. Dengan perusahaan menjual CPO dibawah
demikian usaha yang dilakukan oleh HPP/Kg maka perusahaan akan rugi,
perusahaan sudah efisien sehingga apabila perusahaan menjual CPO sama
perusahaan tidak menderita kerugian. Dari dengan HPP/Kg maka keuntungan
Tabel 2 menunjukkan bahwa harga pokok perusahaan sama dengan nol yang berarti
produksi yang lebih tinggi perusahaan berada pada kondisi impas.
memberikan harga jual yang lebih Pada Tabel 2 terlihat bahwa harga jual
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa CPO lebih tinggi dibandingkan dengan
harga pokok produksi berpengaruh harga pokok produksi. Hal ini
positif terhadap harga jual. Meskipun menunjukkan bahwa meskipun HPP
kondisi demikian telah memberikan CPO/Kg berfluktuasi namun perusahaan
keuntungan bagi perusahaan, namun para tetap memperoleh keuntungan. Dengan
pemilik usaha tentu menginginkan demikian usaha yang dilakukan oleh
harga yang stabil baik harga jual perusahaan sudah efisien sehingga
maupun harga bahan baku. Kestabilan perusahaan tidak menderita kerugian.
harga akan memberikan jaminan pasar Tabel 2 menunjukkan bahwa harga
bagi perusahaan sehingga resiko kerugian pokok produksi yang lebih tinggi
dapat diminimalisir. Informasi harga jual memberikan harga jual yang lebih
CPO diperoleh dari data sekunder tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan. harga pokok produksi berpengaruh positif
Tinggi rendahnya harga jual CPO terhadap harga jual. Meskipun kondisi
yang diterima oleh perusahaan didasarkan demikian telah memberikan keuntungan
pada kualitas CPO yang dihasilkan. bagi perusahaan, namun para pemilik
Semakin tinggi kualitas CPO yang usaha tentu menginginkan harga yang
dihasilkan maka semakin tinggi pula stabil baik harga jual maupun harga bahan
harga jual yang diterima perusahaan. baku. Kestabilan harga akan memberikan
Harga jual CPO PT. Sandabi Indah Lestari jaminan pasar bagi perusahaan sehingga
(SIL) tahun 2009-2012 lebih tinggi resiko kerugian dapat diminimalisir.
dibandingkan dengan harga jual CPO Informasi harga jual CPO diperoleh dari
PTPN IV Simalungun. Harga jual PTPN IV data sekunder perusahaan.
Simalungun tahun 2009-2012 secara Tinggi rendahnya harga jual CPO
berturut-turut yaitu Rp5.798/Kg, yang diterima oleh perusahaan didasarkan
Rp7.095/Kg, Rp7.595/Kg, dan Rp7.267/Kg pada kualitas CPO yang dihasilkan.
Semakin tinggi kualitas CPO yang CPO PT. Sandabi Indah Lestari (SIL) jauh
dihasilkan maka semakin tinggi pula lebih baik dibandingkan dengan kualitas
harga jual yang diterima perusahaan. CPO PTPN IV Simalungun.
Harga jual CPO PT. Sandabi Indah Lestari
(SIL) tahun 2009-2012 lebih tinggi
dibandingkan dengan harga jual CPO Break Event Point Crude Palm Oil PT. SIL
PTPN IV Simalungun. Harga jual PTPN IV
Simalungun tahun 2009-2012 secara Break Event Point (BEP)/titik impas
berturut-turut yaitu Rp 5.798/Kg, Rp merupakan suatu analisis yang digunakan
7.095/Kg, Rp 7.595/Kg, dan Rp 7.267/Kg untuk mengetahui kondisi impas dari
(Arifin, 2013). Rata-rata selisih harga CPO suatu usaha yang dilakukan oleh
yang diterima oleh PT. Sandabi Indah perusahaan (Oktavianingsih, 2010). Titik
Lestari (SIL) dan PTPN IV Simalungun impas merupakan titik yang
mencapai 20%. Selisih tersebut cukup menunjukkan dimana hasil penjualan
tinggi, mengingat harga merupakan faktor yang diterima perusahaan sama dengan
yang mempengaruhi penerimaan total biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Berdasarkan informasi perusahaan (Hansen dan Mowen, 2000).
tersebut dapat dikatakan bahwa kualiats

Tabel 3. Analisis Break Event Point Produksi CPO


Tahun Margin Margin CM Ratio BEP Unit BEP Rp
Contributions Contributions (Kg/Tahun) (Rp/Tahun)
(CM) (CM)/unit

2009 4.349.215.159 996 0,1588 4.365.558 27.383.949.778


2010 5.244.431.899 2.413 0,2561 2.173.666 20.480.749.789
2011 6.230.078.233 2.794 0,2766 2.229.457 22.520.812.397
2012 6.820.100.325 1.955 0,2194 3.488.005 31.080.645.693
2013 8.431.354.224 2.221 0,2460 3.797.050 34.271.264.365
2014 9.734.730.926 1.640 0,1963 5.936.939 49.580.500.310
Keterangan : CM = Margin Contributions
BEP = Break Event Points
(Sumber: Data Sekunder 2015, diolah)

Pada Tabel 3 terlihat bahwa besarnya terjadi saat penerimaan sebesar Rp


nilai BEP dari tahun 2009-2014 mengalami 27.383.949.778. Pada tahun 2010 terjadi
fluktuasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa penurunan BEP sebesar 25% sehingga
faktor yaitu harga dan biaya produksi. BEP perusahaan akan berada pada kondisi
atas dasar unit menyatakan besarnya impas saat penerimaan sebesar Rp
produksi minimal yang harus dicapai 20.480.749.789. Kondisi BEP ini terus
perusahaan agar perusahaan berada pada mengalami peningkatan dari tahun 2010-
kondisi impas. Hal ini berarti bahwa pada 2014. Peningkatan BEP dari tahun 2011-
produksi BEP, besarnya penjualan yang 2014 secara bertutur-turut yaitu sebesar
diterima perusahaan sama dengan 10%, 38%, 10%, dan 45%. Peningkatan
besarnya biaya yang dikorbankan. BEP yang tertinggi yaitu sebesar 45%,
Informasi tentang BEP atas dasar unit dari sebelumnya Rp 34.271.264.365
dapat dijadikan pertimbangan bagi pihak menjadi Rp 49.580.500.310 pada tahun
manajemen untuk menghimpun TBS 2014. BEP tertinggi terjadi pada tahun 2014
sebanyak mungkin. Dengan demikian yaitu sebesar Rp 49.580.500.310. Hal ini
perusahaan dapat memenuhi produksi berarti bahwa untuk memperoleh laba
BEP tersebut. Tabel 3 menunjukkan bahwa maka perusahaan harus memperoleh hasil
BEP atas dasar rupiah dari tahun 2009-2014 penjualan CPO lebih dari Rp49.580.500.310.
terjadi fluktuasi. BEP dari tahun 2009 Tingginya kondisi BEP pada tahun 2014,
menunjukkan bahwa pada tahun tersebut cenderung turun, sehingga produksi
perusahaan berada pada posisi kritis. Hal minimal yang harus dicapai perusahaan
ini terjadi karena volume CPO yang semakin tinggi. Hal ini berarti bahwa
dihasilkan terus mengalami penurunan tahun 2014 perusahaan harus
dari tahun 2011-2014, sedangkan biaya memproduksi CPO lebih dari
produksi cenderung meningkat. 5.936.939 Kg agar memperoleh laba.
PT. Asam Jawa Medan merupakan Apabila perusahaan memproduksi CPO
salah satu perusahaan perkebunan dan kurang dari 5.936.939 Kg maka
pabrik kelapa sawit. Berdasarkan hasil perusahaan akan mengalami kerugian
penelitian, perusahaan tersebut akan karena biaya produksi akan lebih besar
berada pada kondisi impas saat daripada hasil penjualan yang diterima
penerimaan sebesar Rp63.885.072.056. oleh perusahaan.
Penelitian dilakukan pada tahun 2011, Laba merupakan selisih antara total
namun analisis data yang digunakan biaya produksi dengan hasil penjualan
adalah data tahun 2005-2006 (Handoko, yang diterima oleh perusahaan. Melalui
2011). Pencapaian BEP perusahaan tersebut analisis BEP yang telah dilakukan
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan diketahui bahwa kondisi impas
BEP PT. Sandabi Indah Lestari (SIL). Hal perusahaan tercapai dengan adanya
ini terjadi karena, tahun analisis yang produksi minimal. Batas produksi minimal
digunakan berbeda sehingga harga-harga tersebut selalu berubah setiap tahunnya.
faktor produksi yang digunakan berbeda. Hal ini terjadi karena setiap tahunnya
Harga berbagai faktor produksi tersebut harga CPO berfluktuasi sehingga
pada umumnya mengalami fluktuasi. penerimaan perusahaan juga berubah
Asumsi yang digunakan dalam analisis meskipun produksinya sama. Unsur-unsur
BEP adalah harga input dan output bersifat biaya produksi juga mengalami kenaikan
konstan (Supriyono, 2001). Produksi CPO sehingga biaya produksi CPO juga
yang dihasilkan oleh perusahaan pada semakin tinggi. Hasil analisis
kenyataannya tidak terjual semua dalam menunjukkan bahwa produksi CPO tahun
periode produksi satu tahun. Oleh sebab 2009-2014 telah melebihi produksi BEP.
itu terdapat persediaan akhir CPO yang Hal ini berarti bahwa perusahaan telah
akan berubah menjadi persediaan awal memperoleh laba dari aktivitas produksi
pada periode selanjutnya. Penerimaan yang dilakukan.
yang diperhitungkan dalam penelitian ini
merupakan penerimaan aktual yang
KESIMPULAN DAN SARAN
diterima oleh perusahaan. Artinya,
penerimaan tersebut bersumber dari CPO Kesimpulan
yang terjual pada periode yang
bersangkutan. Hasil analisis menunjukkan
bahwa penerimaan yang diperoleh Berdasarkan hasil penelitian dan
perusahaan pada tahun 2009-2014 telah pembahasan yang telah diuraikan maka
melebihi penerimaan BEP. Oleh sebab itu dapat diambil beberapa kesimpulan
dapat disimpulkan bahwa perusahaan berikut ini:
telah memperoleh laba dari aktivitas a. Harga pokok produksi CPO dari
produksinya. tahun 2009-2014 mengalami fluktuasi
Produksi BEP tertinggi terjadi pada namun hasil penjualan CPO lebih
tahun 2014 yaitu mencapai 5.936.939 Kg. tinggi dibandingkan dengan harga
Hal ini tejadi karena pada tahun 2014 ada pokok produksi. Hal ini berarti
peningkatan kapasitas pabrik yang bahwa perusahaan telah memperoleh
menyebabkan penambahan biaya laba dari aktivitas produksinya.
produksi. Peningkatan kapasitas produksi Harga pokok produksi CPO
tersebut tidak diiringi dengan peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2011
volume produksi. Volume produksi yaitu sebesar Rp406.240.399.936
dan harga pokok produksi Menentukan Harga Pokok
terendah terjadi pada tahun 2009 Produksi Crude Palm Oil (Studi
yaitu sebesar Rp207.753.146.215. Kasus pada Pabrik PT. Sawit
Harga Pokok Produksi CPO/Kg Asahan Indah Surau Gading.
tertinggi adalah pada tahun 2011 Jurnal Ilmian Cano Ekonomos 3
yaitu Rp7.421/Kg dan harga pokok (2): 79-84. Universitas Pasir
produksi/Kg terendah adalah pada Pengaraian.
tahun 2009 yaitu 5.389/Kg. Arianti, Nyayu Neti; Sujalmo, Sigit; Ririn,
b. Jumlah produksi dan hasil penjualan Retnoningrum P. (2007).
CPO PT. Sandabi Indah Lestari Penentuan Harga Pokok Produksi,
selama tahun 2009-2014 telah Kontribusi Pendapatan Usaha Dan
melampaui break event point/titik Pemasaran Brem Di Desa Gebang
impas baik dalam unit ataupun Kecamatan Nguntoronadi
rupiah, sehingga perusahaan Kabupaten Wonogiri Propinsi
memperoleh laba dari aktivitas Jawa Tengah. Jurnal AGRISEP
produksi CPO. Jumlah produksi Vol. 06 No. 1 Tahun 2007, 68-86.
pada kondisi impas yang tertinggi https://doi.org/10.31186/jagrisep
terjadi pada tahun 2014 yaitu .16.1.68-86
sebanyak 5.936.939 Kg dan produksi Arifin, M.Z. (2013). Analisis Harga Pokok
terendah pada tahun 2010 yaitu Tandan Buah Segar (TBS), CPO,
sebanyak 2.173.666 Kg. Jumlah dan Inti Sawit di kebun Gunung
penerimaan pada kondisi impas yang Bayu PT. Perkebunan Nusantara
tertinggi terjadi pada tahun 2014 IV Kabupaten Simalungun.
yaitu Rp49.580.500.310 dan Skripsi. Medan: Universitas
penerimaan terendah pada tahun Sumatera Utara.
2010 sebesar RP20.480.749.789. Chairunissa, Nurul., Reswita, reswita.,
Irnad, Irnad., (2017). Analisis
Saran Biaya, Volume, Dan Laba Pada
1. Perusahaan hendaknya mampu Usaha Penggilingan Ikan Tenggiri
meminimalkan biaya produksi, Di Kota Bengkulu (Studi Kasus
sehingga harga pokok produksi CPO Home Industry Bintang Laut).
dapat ditekan. Dengan demikian Jurnal AGRISEP Vol. 16 No. 1
harga CPO yang dihasilkan dapat Tahun 2017, 33-40.
bersaing dengan produk sejenis. https://doi.org/10.31186/jagrisep
2. Perusahaan hendaknya melakukan .16.1.33-40
kegiatan produksi secara optimal Dianti, Tiwi; Arifudin Lamusa dan
sehingga kapasitas pabrik dapat Abdul Muis, (2014). Analisis Titik
dipenuhi. Dengan demikian Pulang Pokok Usaha Keripik
perusahaan mampu memperoleh Pisang Pada Industri Citra Lestari
penerimaan yang lebih besar. Production Di Kota Palu.
3. Kualitas CPO yang dihasilkan perlu Agrotekbis 2 (1) : 101 -106.
diberi perhatian khusus, sehingga Februari 2014
upaya peningkatan kualitas CPO Firdaus, D.W, dkk. (2012). Akuntansi
dapat tercapai. Semakin tinggi Biaya. Edisi 1. Yogyakarta: Graha
kualitas CPO yang dihasilkan maka Ilmu. GAPKI, 2014. Industri
produk tersebut dapat meraih harga Minyak Sawit Indonesia Menuju
tinggi dibanding produk sejenis 100 Tahun NKRI: Membangun
dengan kualitas lebih rendah. Kemandirian Ekonomi, Energi,
dan Pangan Secara Berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA Bogor.
Afriyanto. (2014). Unsur-Unsur yang Gunawan, Selamat Kurnia dan
Diperhitungkan dalam Muhammad Siddik Hasibuan

1
(2016). Analisis Perhitungan Hpp Ngobo Semarang 2004-2008.
Menentukan Harga Penjualan Skripsi. Surakarta: Universitas
Yang Terbaik Untuk Ukm. Jurnal Sebelas Maret.
Teknovasi Reinaldo, G., C. Edgard. and K. Roberto.
Volume 03, Nomor 2, 2016, 10-16 2012. Determining the 'Plus' in
Handoko, B. (2011). Analisa Perhitungan Cost-Plus Pricing: A Time-Based
Break Event Point pada PT. Asam Management Approach. Journal of
Jawa Medan.Jurnal Manajemen Applied Management Accounting
dan Bisnis 11 (2): 11-125. Medan: Research, 10(1) : 1-15.
STIE Harapan Medan. Hansen, R, Rochmayanto, Yanto dan Alfrida
dan Mowen, M. 2000. Akuntansi Limbong (2013). Penentuan Harga
Manajemen. Jilid 2. Jakarta: Pokok Produksi Hutan Rakyat Kayu
Erlangga. Pulp Di Kabupaten Kuantan
Hansen, R, dan Mowen, M. 2000. Singingi, Riau. Jurnal Penelitian
Akuntansi Manajemen. Jilid 2. Hutan Tanaman Vol. 10 No. 2,
Jakarta: Erlangga. Juni 2013. 73 - 83
Junianto, Riky; Syaiful Hadi, Didi Slat, Andre Henri .2013. Analisis Harga
Muwardi (2015). Analisis Usaha Pokok Produk Dengan Metode Full
Kecil Menengah Pengolahan Costing Dan Penentuan Harga
Minyak Kelapa Rakyat Di Jual.Jurnal Emba Vol.1 No.3:110-
Kecamatan Enok. Jom Faperta Vol 117 ISSN 2303-1174.
2 No 1 Februari 2015. Suhardi, Muhammad (2016). Analisis
Listyati, Dewi; Apri Laila Sayekti dan Break Even Point (Bep) Usaha Ikan
Abdul Muis Hasibuan (2011) Asin Di Desa Tanjung Aru
Analisis Harga Pokok Produksi Kecamatan Tanjung Harapan
Benih Grafting, Biji Dan Biodiesel Kabupaten Paser. eJournal
Kemiri Minyak. Sirinov, volume 7 Administrasi Bisnis, 2016, 4 (1):
No 2, Mei 2011, 15- 21 142-156
Machfud, dan Rika, A.H. (2008). Model Suryandari, Ni Komang; I Ketut
Perencanaan Produksi pada Satriawan, dan Amna Hartiati
Rantai Pasok Crude Palm Oil (2015) Perhitungan Harga Pokok
dengan Mempertimbangkan Produksi Keripik Salak Dan Keripik
Preferensi Pengambil Keputusan”. Nangkaro industri Kelompok Tani
Jurnal Teknik Industri 10 (1): 38- Adi Guna Harapan Karangasem Bali,
49. Sumatera Barat: Universitas Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Andalas. Mahdi Hendrich Agroindustri.Vol3 Nomor 3
(2013)Analisis Perhitungan Harga September 2015, 113 - 122
Pokok Produksi Pada Usaha Sukiyono, Ketut; Indra Cahyadinata,
Peternakan Lele Pak Jay Di Agus Purwoko; Septri Widiono;
Sukabangun Ii Palembang. Eko Sumartono; Nyayu Neti
ILMIAH Volume V No.I1I, 2013. 40 Asriani and Gita Mulyasari.
– 49 (2017). Assessing Smallholder
Mandei, Julian R dan Theodora Household Vulnerability to Price
katiandagho. 2011. Penentuan Volatility of Palm Fresh Fruit Bunch
Harga Pokok Beras Di Kecamatan in Bengkulu Province. International
Kotamobagu timur Kota Journal of Applied Business and
Kotamobagu.Jurnal ASE Volume 7 Economic Research. 15(3), 1 – 15.
Nomor 2: 15-21
Oktavianingsih, E. (2010). Analisis Break
Event Point (BEP) Komoditas
Minyak Pala di PT. Perkebunan
Nusantara IX (Persero) Kebun
Supriyono, R.A. (1999). Akuntansi S. Wibowo , A. Arysad, A. Yusdiarti (2015).
Manajemen 1: Konsep Dasar Analisis Nilai Tambah Dan
Akuntansi Manajemen dan Proses Pendapatan Usaha Produk Olahan
Perencanaan. Edisi 1. Yogyakarta: Kerupuk Wortel Dan Sirup Wortel
BPFE. (Daucus Carota L) (Kasus Di Kwt
Supriyono, R.A. (2001). Akuntansi Citeko Asri Desa Citeko Kecamatan
Manajemen 3: Proses Pengendalian Cisarua Kabupaten Bogor Provinsi
Manajemen. Edisi 1. Yogyakarta: Jawa Barat). Jurnal AgribiSains
BPFE. ISSN 2442-5982 Volume 1 Nomor
Suryanto, Dony dan Eko Sumartono. 2, Desember 2015| , 33-38
(2016). Analisis Finansial Usaha Usman, Mustafa. 2011. Analisis Sturktur
Keramba Jaring Apung Di Biaya Dan Harga Pokok Produksi
Perusahaan Perseorangan Dobro. Pada Usaha Jagung Di Kecamatan
Jurnal AGRISEP Vol. 15 No. 1 Lembah Seulawah Kabupaten Aceh
Tahun 2016, 1-14., Besar.Jurnal Sains Riset Volume 1-
https://doi.org/10.31186/jagrisep No.2.
.15.1.1-14. Yhonita, Entri; Triana Dewi Hapsari Anik
Suwandari (2015). Analisis Nilai
Tambah Dan Harga Pokok Pada
AgroindustriTapioka Di Desa
Pogalan Kabupaten Trenggalek.
AGRISEP Volume XV No. 1 Bulan
Januari. 33 – 43

You might also like