Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

JURNAL SAINS DAN PENDIDIKAN FISIKA (JSPF)

Jilid 11 Nomor 1, April 2015


ISSN 1858-330X

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PEMAHAMAN PROSEDURAL FISIKA


PESERTA DIDIK SMAN 21 MAKASSAR

1)
Nur Rahmah S., Bunga Dara Amin, Ahmad Yani
Jurusan Fisika FMIPA UNM
1)
e-mail: nur_rahmah_s@yahoo.com

Abstract: The Effect of Experiment Method toward Physics Procedural Understanding of


Students of SMAN 21 Makassar. This study aimed to: (1) describe the physics procedural
understanding of the students at SMAN 21 Makassar Academic Year 2013/2014 who taught by
conventional teaching (2) describe the procedural understanding of the students at SMAN 21
Makassar Academic Year 2013/2014 who taught by experiment method (3) reveal a significant
difference between student’s procedural understanding taught by experiment methods and taught by
conventional method in SMAN 21Makassar Academic Year 2013/2014. The type of research is a quasi
experiment using a Static Group Comparison Design. The population in this research were students
class X SMAN 21 Makassar and the sample taked directly. Data processing results of this study using
descriptive statistical analysis technique to describe student’s procedural understanding class X
SMAN 21 Makassar and inferential statistical analysis technique to test the research hypothesis.
Descriptive analysis showed that the average score of student’s procedural understanding in physics
taught by conventional learning was 7.77 from 18 ,standard deviation was 2.78 and varians of 7.74.
While the average score of student’s procedural understanding in physics taught by experiment’s
method was 10.40 from 18, standard deviation was 2.97 and varians of 8.82 . Standard deviation and
the varians of class experiment bigger than class control shown that conventional learning more
effective than experiment method. Inferential statistical analysis technique consists of three tests , the
normality test, homogeneity and hypothesis testing . Based on the test results of normality and
homogeneity is obtained that the two samples are normally distributed and homogeneous, so to test
the hypothesis using two tail t- test shown H0 is rejected and H1 is accepted . This indicates a
significant difference of student’s procedural understanding as taught by experiment’s method and
taught through conventional learning.

Abstrak: Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Pemahaman Prosedural Fisika Peserta Didik
SMAN 21 Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan seberapa besar pemahaman
prosedural fisika peserta didik yang diajar secara konvensional di SMAN 21 Makassar Tahun Ajaran
2013/2014. (2) mendeskripsikan seberapa besar pemahaman prosedural fisika peserta didik yang
diajar melalui metode eksperimen di SMAN 21 Makassar Tahun Ajaran 2013/2014. (3)
mengungkapkan ada tidaknya perbedaan yang signifikan pemahaman prosedural fisika antara peserta
didik yang diajar melalui metode eksperimen dan yang diajar secara konvensional di SMAN 21
Makassar Tahun Ajaran 2013/2014. Jenis penelitian adalah Quasi Eksperiment menggunakan Static
Group Comparison Design. Populasi penelitian merupakan peserta didik kelas X SMAN 21 Makassar
dimana sampel diambil secara langsung. Pengolahan data hasil penelitian menggunakan teknik
analisis deskriptif dan teknik analisis inferensial untuk menggambarkan pemahaman prosedural
fisika peserta didik kelas X SMAN 21Makassar. Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa skor
rata-rata pemahaman prosedural fisika peserta didik yang diajar secara konvensional sebesar 7.77
dengan skor ideal 18, standar deviasinya sebesar 2.78 dan variansi 7.74. Sedangkan skor rata-rata
pemahaman prosedural fisika peserta didik yang diajar dengan metode eksperimen sebesar 10.40
dengan skor ideal 18, standar deviasi sebesar 2.97 dan variansi 8.82. Standar deviasi serta variansi
kelas eksperimen yang lebih besar dibanding kelas kontrol menunjukkan bahwa pembelajaran secara
konvensional lebih efektif daripada pembelajaran dengan metode eksperimen. Teknik analisis statistik
inferensial terdiri dari tiga pengujian, yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis.
Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa kedua sampel berdistribusi normal
dan homogen, sehingga untuk pengujian hipotesis digunakan uji-t dua pihak dan diperoleh hasil: H0
ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap
pemahaman prosedural fisika peserta didik setelah diajar melalui metode eksperimen dan diajar
secara konvensional.

Kata Kunci: metode pembelajaran eksperimen, pemahaman prosedural, quasi-eksperimen

72
73 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 11, Nomor 1, April 2015, hal. 73 - 81

Taksonomi Bloom memperkenalkan adanya tidak mengerti konsep, melainkan karena peserta
enam proses kognitif yang dijadikan acuan oleh didik belum mengetahui bagaimana cara
guru-guru sekaligus peneliti pendidikan dalam menggunakan pengetahuan konsep tersebut dan
mengembangkan proses belajar mengajar. kapan pengetahuan akan konsep itu
Keenam proses kognitif yang dimaksud adalah dimanfaatkan. Dalam kata lain, peserta didik
mengingat, memahami, mengaplikasikan, belum tersentuh pengetahuan proseduralnya.
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Pengetahuan prosedural mencakup
Masing-masing proses kognitif mempunyai pengetahuan tentang keterampilan, algoritma,
tujuan pembelajaran tertentu. Kategori proses teknik, dan metode (Anderson, 2010: 77).
kognitif yang paling sederhana diwakili oleh Pengetahuan prosedural wajib dimiliki oleh
kognitif mengingat, berturut-turut kemudian setiap siswa fisika karena dalam menyelesaikan
kognitif memahami sampai mencipta. soal-soal fisika dibutuhkan untuk memberikan
Dari proses kognitif memahami sampai prosedural didalamnya. Contohnya dalam
mencipta, proses kognitif yang harusnya dimiliki prosedural algoritma meliputi menganalisis soal,
oleh peserta didik di sekolah-sekolah, khususnya memberikan persamaan, kemudian diartikan
untuk usia sekolah menengah ke atas ialah proses secara fisis, lalu diartikan secara matematis.
kognitif memahami. Siswa dikatakan memahami Untuk memberi batasan yang lebih jelas,
bila mereka dapat mengkontruksikan makna dari Hiebert & Lefevre (dalam Utomo, 2010:3)
pesan-pesan pembelajaran yang mereka mengemukakan bahwa pengetahuan prosedural
dapatkan. Sudjana (2011:51) menjelaskan ada adalah pengetahuan tentang simbol untuk
tiga macam pemahaman yang berlaku umum; merepresentasikan ide pelajaran serta aturan dan
pertama pemahaman terjemahan, yakni prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan
kesanggupan memahami makna yang terkandung tugas. Sedang oleh Wolfer (dalam Mokhtar,
di dalamnya. Kedua pemahaman penafsiran, 2012: 418) pengetahuan prosedural adalah
misalnya memahami grafik, menghubungkan dua pemahaman tentang bagaimana mengaplikasikan
konsep yang berbeda, membedakan yang pokok konsep yang dipelajari di dalam situasi
dan yang bukan pokok. Ketiga pemahaman pemecahan masalah.
ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik Untuk memberikan pemahaman prosedural
yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan kepada peserta didik tidaklah mudah. Guru
sesuatu, atau memperluas wawasan. Sehingga menjadi penentu apa yang terjadi di ruang kelas.
siswa disebut memahami ketika mereka Guru bertanggung jawab pada mata pelajaran
menghubungkan pengetahuan baru dengan yang diajarkan kepada siswa dan dengan metode
pengetahuan lama yang telah mereka dapatkan pengajaran mereka.
sebelumnya. Tahun 2014 ini, model pembelajaran yang
Pengetahuan konseptual menjadi dasar sedang dipakai di SMAN 21 Makassar Tahun
untuk memahami. Namun paham akan Ajaran 2013/2014 ialah model pembelajaran
pengetahuan konseptual saja tidak cukup. Setelah langsung. Perlu diketahui dalam prakteknya di
hasil observasi di SMAN 21 Makassar Tahun dalam kelas, model pembelajaran langsung
Ajaran 2013/2014 ditemukan bahwa ini sangat erat berkaitan dengan metode ceramah,
ketidakberhasilan peserta didik dalam metode kuliah, dan resitasi. Sehingga kemudian
menyelesaikan permasalahan fisika yang dapat dilihat bahwa dengan pelaksanaan metode
diberikan oleh guru bukan karena peserta didik ceramah ini, ternyata hasil KKM yang diperoleh
74 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 11, Nomor 1, April 2015, hal. 73 - 81

peserta didik di SMAN 21 Makassar Tahun keterampilan dengan cara mengulangi lagi di
Ajaran 2013/2014 baru mencapai 60%. rumah. Namun, hal yang harus diperhatikan pula
Berdasarkan data ini diketahui bahwa guru perlu bahwa, pelaksanaan metode eksperimen tidak
mencari metode belajar mengajar yang tepat agar selalu harus berada di dalam laboratorium
pemahaman prosedural fisika yang harusnya maupun di dalam kelas tetapi bisa juga dilakukan
dimiliki oleh peseta didik bisa tercapai. di luar kelas.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya, salah Metode ini sangat sesuai untuk pengajaran
satunya oleh Yulianto (2012), dari hasil sains, khususnya pelajaran fisika. Dengan
penelitian tersebut diketahui bahwa metode penggunaan metode eksperimen, peserta didik
eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar melakukan percobaannya dengan alat yang
peserta didik. Dengan penggunaan metode mendukung untuk memecahkan masalah yang
eksperimen nilai rata-rata hasil belajar meningkat dihadapi. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara
menjadi 94%. kelompok-kelompok.
Metode eksperimen menurut Roestiyah Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin
(dalam Putra 2013) ialah suatu cara mengajar meneliti bagaimana metode eksperimen dapat
saat siswa melakukan suatu percobaan tentang mengatasi masalah-masalah yang telah
sesuatu, mengamati prosesnya, serta menuliskan dikemukakan diatas. Atas dasar tersebut maka
hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan penulis merumuskan judul penelitian, “Pengaruh
itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh Metode Eksperimen terhadap Pemahaman
guru. Prosedural Peserta Didik Kelas X SMAN 21
Menurut Rahardja (dalam Saul 2013 : 5) Makassar”. Adapun rumusan masalah untuk
menyatakan bahwa metode eksperimen adalah penelitian ini yaitu:
suatu cara menyajikan bahan pelajaran dimana 1. Seberapa besar pemahaman prosedural fisika
guru atau bersama siswa-siswanya untuk kelompok yang diajar dengan metode
mencoba melakukan percobaan tersebut dan eksperimen pada peserta didik kelas X
mengamati secara seksama terhadap proses dari SMAN 21 Makassar Tahun Ajaran
suatu percobaan, serta hasil dari proses percobaan 2013/2014?
tersebut. 2. Seberapa besar pemahaman prosedural fisika
Lain halnya oleh Dario (2013:120) yang kelompok yang diajar secara konvensional
berpendapat bahwa metode eksperimen pada peserta didik kelas X SMAN 21
seharusnya mendorong siswa untuk melakukan Makassar Tahun Ajaran 2013/2014?
percobaan sendiri dan diharapkan dapat memiliki 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan
pengalaman langsung selama bereksperimen. pemahaman prosedural fisika antara
Tentu saja seorang guru perlu menyampaikan kelompok peserta didik yang diajar dengan
instruksi yang jelas dan mudah dipahami oleh metode eksperimen dan yang diajar secara
siswa. Untuk mencapai efektifitas eksperimen, konvensional pada peserta didik kelas X
maka guru sudah menyediakan modul materi SMAN 21 Makassar Tahun Ajaran
yang tersusun sistematis dan mudah untuk 2013/2014?
dilakukan oleh siswa. Metode eksperimen dapat Berikut tujuan penelitian yang telah dibuat
dilakukan di dalam laboratorium. Setelah mereka berdasarkan rumusan masalah di atas.
memiliki pengalaman langsung dalam 1. Mendeskripsikan pemahaman prosedural
bereksperimen maka mereka dapat meningkatkan fisika kelompok yang diajar menggunakan
Nur Rahmah S., dkk., Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Pemahaman Prosedural …, 75

metode eksperimen pada peserta didik kelas 2. Pemahaman prosedural sebagai variabel tidak
X SMAN 21 Makassar Tahun Ajaran bebas.
2013/2014. Pemahaman prosedural yang dimaksud
2. Mendeskripsikan pemahaman prosedural dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh
fisika kelompok yang diajar secara peserta didik setelah diajar dengan menggunakan
konvensional pada peserta didik kelas X metode eksperimen berdasarkan indikator
SMAN 21 Makassar Tahun Ajaran pemahaman prosedural yang mencakup
2013/2014. keterampilan, teknik, metode dan algoritma.
3. Mengungkapkan perbedaan pemahaman Desain penelitian yang digunakan adalah
prosedural fisika kelompok yang diajar Static Group Comparison Design dengan pola :
dengan menggunakan metode eksperimen
X O1
serta yang diajar secara konvensional pada
peserta didik kelas X SMAN 21 Makassar - O2

Tahun Ajaran 2013/2014.


Hipotesis penelitian ini yaitu terdapat Keterangan :
perbedaan yang signifikan terhadap pemahaman X : Pembelajaran dengan menggunakan
prosedural fisika peserta didik di SMAN 21 metode eksperimen
Makassar Tahun Ajaran 2013/2014 setelah diajar - : Pembelajaran secara konvensional
melalui metode pembelajaran eksperimen. O1 : Pengukuran variabel terikat setelah fase
perlakuan berakhir (Pembelajaran
METODE dengan menggunakan metode
A. Jenis penelitian dan Lokasi Penelitian pembelajaran eksperimen)
Jenis Penelitian yang digunakan adalah O2 : Pengukuran variabel terikat setelah fase
penelitian Quasi Eksperiment Design. Dalam perlakuan berakhir (Pembelajaran
penelitian ini terdapat 2 kelompok yang diberi dengan pembelajaran konvensional)
perlakuan, kelompok pertama (kelompok : kelas kontrol dan kelas eksperimen
eksperimen) yang diajar menggunakan metode tidak dirandom
pembelajaran eksperimen dan kelompok kedua C. Populasi dan Sampel Penelitian
(kelompok kontrol) yang diajar secara
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh
konvensional. Sekolah yang dijadikan lokasi
peserta didik kelas X SMAN 21 Makassar Tahun
penelitian adalah SMAN 21 Makassar.
Ajaran 2013/2014, yang terdiri dari 10 kelas
B. Variabel dan Desain Penelitian dengan jumlah 440 orang peserta didik. Sampel
Dalam penelitian eksperimen ini terdapat yang terpilih sebagai kelas eksperimen adalah
dua variabel, yakni: kelas X8 terdiri dari 42 peserta didik sedangkan
1. Metode eksperimen sebagai variabel bebas. sampel yang terpilih sebagai kelas kontrol adalah
Dalam penelitian ini, metode eksperimen kelas X4 yang terdiri dari 44 peserta didik.
merupakan kegiatan pembelajaran dimana D. Teknik Pengumpulan Data
peserta didik di dalam suatu kelas dibagi menjadi
Pengumpulan data pada penelitian berupa
beberapa kelompok kemudian dituntut untuk
tes pemahaman prosedural dalam bentuk tes
melakukan percobaan sesuai dengan lembar kerja
pilihan ganda. Selama penelitian berlangsung,
yang telah diberikan.
instrumen yang telah dibuat dan diterima oleh
76 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 11, Nomor 1, April 2015, hal. 73 - 81

pembimbing, divalidasi oleh validator yang telah Dengan kriteria Tolak H0 jika 𝐹≥
ditentukan, kemudian direvisi dan divalidasi ahli. 𝐹1/2𝛼(𝑣1 ,𝑣2 ) dengan 𝐹1/2𝛼(𝑣1 ,𝑣2 ) didapat dari
Setelah itu, diberikan post test lalu diperoleh data daftar distribusi F dengan peluang 1/2𝛼,
dari hasil pekerjaan peserta didik yang kemudian sedangkan derajat kebebasan 𝑣1 dan 𝑣2 masing-
diolah dengan beberapa teknik analisis data. masing sesuai dengan dk pembilang dan
E. Teknik Analisis Data penyebut dalam rumus uji F diatas dan pada taraf
signikfikansi α = 0,05. Dengan kata lain apabila
1. Analisis statistik deskriptif
Fhitung > Ftabel maka data tidak homogen,
Analisis statistik deskriptif dalam analisis
sebaliknya jika Fhitung < Ftabel data homogen.
ini digunakan untuk mendeskripsikan skor
Uji hipotesis dilakukan dengan
pemahaman prosedural yang diperoleh dari
menggunakan dengan menggunakan uji-t dua
masing-masing kelompok penelititan baik
pihak dengan persamaan
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Untuk keperluan analisis digunakan skor rata- 𝑥1 − 𝑥2
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
rata, standar deviasi, skor ideal, skor tertinggi dan 1 1
𝑠√ +
𝑛1 𝑛2
skor terendah dari kedua kelompok penelitian.
Dimana:
Setelah itu dibuat tabel distribusi frekuensi
x1 = rerata skor tes pemahaman prosedural fisika
berdasarkan rentang banyak kelas serta panjang
kelompok eksperimen
kelasnya.
x2 = rerata skor tes pemahaman prosedural fisika
2. Analisis statistik inferensial
kelompok kontrol
Analisis inferensial menyangkut uji
S = Standar Deviasi yang diperoleh dari
formalitas data dengan menggunakan persamaan
variansi gabungan kelompok kontrol
chi-kuadrat:
dengan kelompok eksperimen
𝑘 n1 = jumlah sampel pada kelompok eksperimen
𝑂𝑖 − 𝐸𝑖 2
𝜒ℎ2 = ∑( ) n2 = jumlah sampel pada kelompok kontrol
𝐸𝑖
𝑖=1
Sedangkan varians gabungan diperoleh dengan
Dimana: rumus:
Χh2 = Chi-kuadrat hitung
k = banyaknya kelas interval (𝑛1 − 1)𝑆12 + (𝑛2 − 1)𝑆22
𝑆2 =
Oi = frekuensi pengamatan 𝑛1 + 𝑛2 − 2
Ei = frekuensi yang diharapkan
Dimana:
Kriteria pengujian:
S2 = varians gabungan kelompok eksperimen
Apabila χ2hitung ≤ χ2tabel dengan dk = (k – 1)
dengan kelompok kontrol
pada taraf signifikan α = 0,05, maka data tersebut
n1 = jumlah sampel pada kelompok eksperimen
berasal dari populasi yang berdistribusi normal,
n2 = jumlah sampel pada kelompok kontrol
demikian pula sebaliknya atau H1 ditolak.
S1 = standar deviasi pada kelompok eksperimen
Homogenitas data dilakukan dengan
S2 = standar deviasi pada kelompok kontrol
menggunakan uji F
Hipotesis penelitian ini dituliskan sebagai
Varians Terbesar berikut
F=
Varians Terkecil 𝐻0 : 𝜇1 = 𝜇2
𝐻1 : 𝜇1 ≠ 𝜇2
Nur Rahmah S., dkk., Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Pemahaman Prosedural …, 77

Dimana: yang diajar dengan menggunakan metode


µ 1 = rerata skor kelompok peserta didik eksperimen memperoleh skor maksimum 16 dari
pada kelas kontrol skor ideal 18 sedangkan pada kelas kontrol skor
µ 2 = rerata skor kelompok peserta didik maksimum peserta didik adalah 14 dari skor ideal
pada kelas eksperimen 18. Perbedaan hasil tes pemahaman prosedural
Kriteria pengujian adalah terima H0 jika juga terlihat pada skor minimum, skor rata-rata,
−𝑡(1−1𝛼) < 𝑡 < 𝑡(1−1𝛼) dimana 𝑡(1−1𝛼) didapat variansi serta standar deviasi.
2 2 2
Standar Deviasi kelas kontrol (Tabel 4.1)
dari distribusi t dengan dk = n1 + n2 – 2 dan
1
adalah 2.78 sedangkan untuk kelas eksperimen
peluang (1 − 2) 𝛼. Untuk harga-harga t lainnya
2.97. Standar deviasi merupakan ukuran variasi
H0 ditolak, berarti terdapat perbedaan rata-rata yang paling banyak digunakan. Semakin kecil
hasil belajar fisika antara kelas eksperimen dan standar deviasi suatu kelas berarti semakin besar
kelas kontrol. data berkelompok disekitar nilai rata-ratanya
sehingga nilai rata-rata merupakan nilai yang
HASIL DAN DISKUSI
representatif mewakili data dalam kelas tersebut
A. Hasil Penelitian
Standar deviasi baik kelas kontrol maupun
1. Analisis Statistik Deskriptif Skor Pemahaman kelas eksperimen berada pada nilai rendah (2,78
Prosedural
dan 2.97). Ini berarti nilai rata-rata kedua kelas
Gambaran skor pemahaman prosedural merupakan data yang representatif. Namun dapat
fisika peserta didik antara dua kelas yaitu kelas dilihat standar deviasi kelas eksperimen lebih
eksperimen yang diajar dengan metode besar dibanding standar deviasi kelas kontrol. Hal
eksperimen dan kelas kontrol yang diajar secara ini menunjukkan bahwa pembelajaran secara
konvensional adalah sebagai berikut: konvensional efeknya lebih merata dibanding
pembelajaran dengan memakai metode
Tabel 1. Analisis deskriptif skor pemahaman eksperimen.
prosedural fisika peserta didik kelas
Adapun tabel distribusi frekuensi relatif
eksperimen dan kelas kontrol pada
kelas X SMAN 21 Makassar untuk skor pemahaman prosedural fisika peserta
didik kelas kontrol adalah seperti pada tabel 2
Statistik Kelas Kontrol Kelas berikut.
Eksperimen
Ukuran sampel 44 42 Tabel 2. Distribusi frekuensi relative untuk skor
Skor ideal 18 18 pemahaman prosedural fisika peserta
Skor tertinggi 14 16 didik kelas kontrol
Skor terendah 3 5
Interval Skor F f(%)
Rentang Skor 11 11
3-4 4 9.09
Skor rata-rata 7,77 10,50
5-6 13 29.54
Standar Deviasi 2,78 2,97
7-8 11 25.00
9-10 8 27.27
Berdasarkan Tabel 1 terlihat ada perbedaan
11-12 5 11.39
pemahaman prosedural antara kelas eksperimen
13-14 3 6.81
dan kelas kontrol. Berdasarkan sampel yang telah
Jumlah 44 100
diteliti, didapatkan bahwa skor pemahaman
prosedural peserta didik pada kelas eksperimen
78 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 11, Nomor 1, April 2015, hal. 73 - 81

Tabel 2 memperlihatkan bahwa frekuensi Tabel 4 memperlihatkan bahwa terdapat 17


terbesar skor hasil tes pemahaman prosedural orang peserta didik yang memiliki skor hasil tes
kelas kontrol berada pada rentang kelas 5-6 pemahaman prosedural fisika dari interval skor 3-
memiliki frekuensi terbesar 13 dari 44 peserta 6. Ini menunjukkan bahwa hasil tes pemahaman
didik memiliki hasil tes pemahaman prosedural prosedural fisika kelas kontrol berada pada
pada rentang nilai 5-6. kategori rendah.
Tabel 3 berikut menunjukkan distribusi
frekuensi relatif untuk skor pemahaman Tabel 5. Taksiran rata-rata skor hasil tes
pemahaman prosedural dalam
prosedural fisika peserta didik kelas eksperimen. pembelajaran fisika pada kelas
eksperimen
Tabel 3. Distribusi frekuensi relatif untuk skor
pemahaman prosedural fisika peserta
Interval Skor Frekuensi Kategori
didik kelas eksperimen
5-9 13 rendah
Kelas Interval F f(%) 10-11 16 sedang
5-6 5 11.90 12-16 13 tinggi
7-8 7 16.66
9-10 8 19.04 Sedangkan untuk taksiran rata-rata kelas
11-12 12 28.57 eksperimen seperti yang ditunjukkan pada Tabel
13-14 6 14.28 5 di atas tampak bahwa terdapat 16 orang peserta
15-16 4 9.52 didik yang memiliki skor hasil tes pemahaman
Jumlah 42 100 prosedural fisika kelas eksperimen berada pada
kategori sedang.
Tabel 3 di atas memperlihatkan distribusi
2. Analisis Statistik Inferensial
frekuensi terbesar skor hasil tes pemahaman
prosedural pada kelas eksperimen berada pada Uji normalitas
rentang kelas 10-12 sebanyak 12 orang. Hal ini Dari perhitungan untuk kelas eksperimen
berarti skor hasil tes pemahaman prosedural yang diajar dengan menggunakan metode
terbanyak pada rentang kelas 11-12 yang dimiliki pembelajaran eksperimen diperoleh χ2hitung =
oleh 12 dari 42 peserta didik. 10,32 sedangkan harga χ2tabel dengan derajat
Adapun tabel taksiran rata-rata skor hasil tes kebebasan dk = k-1 dan α = 0,05 diperoleh
pemahaman prosedural fisika peserta didik pada χ2(0,95)(5) = 11,11. Dengan demikian harga χ2hitung =
kelas kontrol diperlihatkan dalam tabel 4 berikut 10,32 < χ2(0,95)(5) = 11,1 sehingga disimpulkan
bahwa kelas eksperimen yang diajar melalui
Tabel 4. Taksiran rata-rata skor hasil tes metode pembelajaran eksperimen berasal dari
pemahaman prosedural dalam
pembelajaran fisika pada kelas kontrol populasi yang berdistribusi normal. Untuk kelas
kontrol yang diajar dengan pembelajaran
Interval Skor Frekuensi Kategori konvensional diperoleh χ2hitung = 9,88 sedangkan
3-6 17 rendah harga χ2tabel dengan derajat kebebasan dk = k-1
7-8 11 sedang dan α = 0,05 diperoleh χ2(0,95)(5) = 11,11. Dengan
9-14 16 tinggi demikian harga χ2hitung = 9,88 < χ2(0,95)(5) = 11,1
sehingga disimpulkan bahwa kelas kontrol yang
Nur Rahmah S., dkk., Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Pemahaman Prosedural …, 79

diajar dengan pembelajaran konvensional berasal mempengaruhi skor rata-rata dari masing-masing
dari populasi yang berdistribusi normal. kelas disebabkan perbedaan ferkuensi untuk
masing-masing skor yang ada.
Uji Homogenitas Fakta tersebut menunjukkan bahwa peserta
Untuk pengujian homogenitas varians didik dapat memahami dan menganalisis materi
digunakan uji F dengan membandingkan skor pembelajaran setelah peserta didik diajar dengan
variansi terbesar dan skor variansi terkecil. Dari menggunakan metode pembelajaran eksperimen.
data perhitungan diperoleh harga Fhitung untuk Metode eksperimen merupakan pembelajaran
pemahaman prosedural = 14 sedangkan skor yang memberikan kesempatan kepada peserta
Ftabel= 1,66 sehingga Fhitung<Ftabel=1,14<1,66. didik untuk melakukan suatu percobaan,
Maka dapat diketahui bahwa skor yang diperoleh mengamati prosesnya, menuliskan hasil
kedua kelas sampel tersebut berasal dari populasi percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu
yang homogen. disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru
(Roestiyah, 2013).
Uji Hipotesis
Setelah analisis statistik deskriptif,
Uji hipotesis dalam penelitian ini
dilanjutkan dengan analisis statistik inferensial.
menggunakan uji-t dua pihak yakni −𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 <
Terdiri dari tiga bagian yaitu yang pertama uji
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 < 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 . Diperoleh thitung untuk
normalitas diguna-kan uji Chi-Kuadrat yang
pemahaman prosedural fisika sebesar 4,24 menunjukkan χ2hitung < χ2tabel untuk kelas kontrol
sedangkan ttabel adalah sebesar 1,992. Oleh karena dan kelas eksperimen, yang berarti skor
skor thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima pemahaman prosedural fisika peserta didik
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
perbedaan yang signifikan terhadap pemahaman Kedua uji homogenitas digunakan uji F yang
prosedural fisika peserta didik yang diajar menunjukkan χ2hitung < χ2tabel maka dapat
dengan menggunakan metode eksperimen dikatakan bahwa data pemahaman prosedural
dengan peserta didik yang diajar secara fisika pada peserta didik yang diajar dengan
konvensional. menggunakan metode pembelajan eksperimen
B. DISKUSI dalam model Kooperatif dengan peserta didik
dengan pembelajaran konvensional memiliki
Berdasarkan analisis statistik deskriptif
varians yang homogen. Ketiga uji hipotesis
mengungkapkan bahwa skor pemahaman
digunakan uji t-dua pihak yang menunjukkan
prosedural kelas X SMAN 21 Makassar yang
thitung > ttabel yang menyatakan bahwa H0 ditolak.
diajar dengan pembelajaran konvensional (kelas
Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
kontrol) memiliki perbedaan dengan kelas yang
perbedaan signifikan terhadap pemahaman
diajar metode pembelajaran eksperimen (kelas
prosedural fisika peserta didik yang diajar
eksperimen). Hal ini dapat dilihat dari tabel
menggunakan metode pembelajaran eksperimen
distribusi relatif yang telah dibuat menunjukkan
dibandingkan pemahaman prosedural fisika
skor pemahaman prosedural fisika pada kelas
peserta didik yang diajar dengan pembelajaran
eksperimen berada pada rentang yang lebih besar
konvensional.
dibandingkan skor pemahaman prosedural fisika
Dengan demikian salah satu upaya yang
pada kelas kontrol. Meskipun dari kedua kelas
dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
tersebut memiliki skor maksimun dan skor
pemahaman prosedural fisika peserta didik untuk
minimum yang hampir sama, hal tersebut tidak
80 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 11, Nomor 1, April 2015, hal. 73 - 81

materi listrik dinamis adalah dengan DAFTAR RUJUKAN


menggunakan metode pembelajaran eksperimen Ali, Sidin dkk. 2012. Evaluasi Pembelajaran.
khususnya pada peserta didik kelas X SMAN 21 Badan Penerbit UNM: Makassar
Makassar. Anderson. Lorin W. 2010.Kerangka Landasan
Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan
SIMPULAN Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembaha- Azzahrah, S.F. 2010. Pengaruh Metode
san dapat disimpulkan sebagai berikut. Eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa
pada Konsep Laju Reaksi. Skripsi pada
a. Pemahaman prosedural fisika peserta didik
FITK UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta:
kelas X SMAN 21 Makassar Tahun Ajaran tidak diterbitkan.
2013/2014 yang diajar menggunakan metode Borg, W.R dan Gall, M.D. 2003. Educatinal
eksperimen berada pada skor rata-rata 10,40. Research an Introduction Seventh
b. Pemahaman prosedural fisika peserta didik Edition. Longman: New York and
London.
kelas X SMAN 21 Makassar Tahun Ajaran
2013/2014 yang diajar secara konvensional Datio, A.G. 2013. Dasar-Dasar Pedagogi
Modern. PT Indeks: Jakarta.
berada pada skor rata-rata 7,77.
Jumadi. 2003. Wawasan Keilmuan IPA/Fisika.
c. Terdapat perbedaan yang signifikan antara
Makalah Seminar PKG-C tanggal 28
pemahaman prosedural fisika peserta didik Juni-3 Juli 2013.
yang diajar dengan metode eksperimen Koes, S.H. 2012. Membangun (sebagian)
dengan peserta didik yang diajar secara Karakter Pelajar melalui Pendidikan
konvensional kelas X SMAN 21 Makassar Fisika. Prosiding Pertemuan Ilmiah
XXVI HFI tanggal 14 April 2012
Tahun Ajaran 2013/2014.
Mccormik, Robert. 1997. Conceptual and
SARAN Procedural Knowledge . International
Journal of Technology and Design
a. Guru diharapkan dapat menjadikan metode Education 7. Hal 141-159
eksperimen sebagai suatu alternatif dalam
Mokhtar, dkk. 2012. Conceptual and Procedural
mata pelajaran fisika untuk meningkatkan Knowledge in Problem Solving. Procedia-
kemampuan pemahaman prosedural peserta Social and Behavioral Science 56. 416-
didik dalam proses pembelajaran. 425.
b. Pelaksanaan metode eksperimen di kelas Mulyono, Herry. 2009. Interpolasi dalam
dengan jumlah peserta didik lebih dari 40 Perhitungan Statistik. Diakses pada
tanggal 9 Juli 2014 pukul 01.58.
orang tidak optimal. Untuk itu disarankan
Murtiani, dkk. 2012. Penerapan Pendekatan
kepada peneliti berikutnya agar sebaiknya
Contextual Teaching and Learning (CTL)
mencari kelas dengan jumlah peserta didik Berbasis Lesson Study dalam
yang cenderung sedikit. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Fisika di SMP Negeri Kota Padang.
c. Kepada peneliti berikutnya yang akan
Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1-
menerapkan metode eksperimen agar 21.
membentuk kelompok-kelompok tutor Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
sebaya yang akan membantu guru Indonesia No 22 Tahun 2006 tentang
mengawasi pelaksanaan eksperimen di dalam Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
kelas.
Putra, S.R. 2013. Desain Belajar Mengajar
Kreatif Berbasis Sains. PT Diva Press:
Yogyakarta.
Nur Rahmah S., dkk., Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Pemahaman Prosedural …, 81

Ramlah, dkk. 2013. Penerapan Strategi Yilmaz, Ismali & Yalcin, Necati. 2012. The
Pembelajaran Induktif untuk Relationship of Procedural and
Meningkatkan Pemahaman Konseptual Declarative Knowledge of Science
dan Procedural Matematika Siswa Teacher Candidate in Newton’s Laws of
Madrasah Aliyah. Jurnal Peluang 1(2). Motion to Understanding. American
hal 33-42 International Journal of Contemporary
Research 2(3) Hal 50-56.
Saul, Sumbang. 2013. Penerapan Metode
Eksperimen untuk Meningkatkan Yulianto, dkk. 2009. Pengajaran Pokok Bahasan
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Ilmu Pesawat Sederhana dengan Metode
Pengetahuan Alam Kelas IV SDN 20 Eksperimen Sederhana pada Siswa
Sungai Keli Kab Landak. Jurnal Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Fisika
Pendidikan dan Pembelajaran 2(8) hal 1- Indonesia 5. hal 8-13
13.
Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan dan Pengembangan.
Kencana: Jakarta
Severinus, Domi. 2013. Pembelajaran Fisika
Seturut Hakikatnya serta Sumbangannya
dalam Pendidikan Karakter Siswa.
Makalah Seminar Nasional Lontar
Physics Forum (LPF)
Sudjana, 1992. Metode Statistik Edisi ke 5.
Penerbit Tarsito: Bandung.
Sudjana, Nana. 2013. Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Sudjana, Nana. 2005. Metode Statistika Edisi Ke
Enam. Bandung: Penerbit Tarsito
Bandung.
Suparni. 2007. Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Siswa dalam Mata
Pelajaran Fisika melalui Metode
Eksperimen pada Siswa Kelas 9C
Semester 2 SMP Negeri 1 Sragen Tahun
Pelajaran 2006/2007. Jurnal Widyatama
4(3) hal 88-100
Suratman, Dede. 2011. Pemahaman Konseptual
Dan Pengetahuan Prosedural Materi
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
Siswa Kelas Vii SMP. Vol. 9 No. 2.
Diakses pada tanggal 7 Januari 2014.
Utomo, D. P. 2010. Pengetahuan Konseptual dan
Procedural dalam Pembelajaran
Matematika. Makalah Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika
UMM anggal 30 Januari 2010.

You might also like