Upaya Pembentukan Karakter Santri Melalui Ekstrakurikuler Perspektif Ilmu Manajemen Pendidikan

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Al-Wildan: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam

Vol. 01 No. 01 (2022) : 00-00


Available online at https://journal.an-nur.ac.id/index.php/alwildan

UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI MELALUI


EKSTRAKURIKULER
PERSPEKTIF ILMU MANAJEMEN PENDIDIKAN

Siti Mar’atus Solehah1, Arrohmatan2, Nurul Hidayati Murtafi’ah2


1
Institut Agama Islam An Nur Lampung, Indonesia
2
Institut Agama Islam An Nur Lampung, Indonesia
3
Institut Agama Islam An Nur Lampung, Indonesia
Email : sitimaratussolehah552@gmail.com1, arrohmatan@an-nur.ac.id 2, nurulhm@an-nur.ac.id

DOI:
Received: October 2022 Accepted: October 2022 Published: October 2022

Abstract :
This research aimed to describe efforts to build the character of students through
extracurricular activities in the perspective of educational management science at the
Hidayatul Mubtadiien Islamic boarding school, Bauh Gunung Sari Sekampung Udik
Village, East Lampung city, Indonesia with a descriptive qualitative approach. The
focus of the study in this study is how efforts to build the character of students
through extracurricular activities in the perspective of educational management
science, and analyze the supporting and inhibiting factors of the organization's
activities. This research is based on the results of observations, interviews, and
documentation at the research site. The results of the study found that character
building was planned in a work program and work system that was neatly structured,
then arranged in a complete and measurable division of tasks based on careful
consideration and meeting results, then the work program was carried out in earnest
to achieve the target. achievement and superior character of the students, this activity
is also controlled through work evaluations in meetings and direct assessments
during extracurricular activities. The supporting factors for the success of forming the
character of students through extracurricular activities are the activeness of the
student administrators and member students in implementing the program, the
provision of prizes for those who are disciplined and achievers, the existence of
punishments for those who violate the rules, and the paradigm of students who learn
to prepare themselves to take part in society. The inhibiting factors for the success of
forming the character of students through extracurricular activities are the lack of
facilities and infrastructure, unequal distribution of groups, busyness of students
outside of extracurricular activities and the lack of preparation of students in
extracurricular activities.
Keywords : character building, extracurricular, education Management

Abstrak :
Penelitian ini berusaha menguraikan upaya pembentukan karakter santri melalui
kegiatan ekstrakurikuler dalam perpektif ilmu manajemen pendidikan di pondok
pesantren Hidayatul Mubtadiien Bauh Gunung Sari Sekampung Udik Lampung
Timur Indonesia dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Fokus kajian dalam
penelitian ini adalah bagaimana upaya pembentukan karakter santri melalui kegiatan
ekstrakurikuler dalam perpektif ilmu manajemen pendidikan, dan menganalisis
faktor pendukung dan penghambat kegiatan organisasi tersebut. Penelitian ini
didasarkan pada hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi di lokasi penelitian.
Hasil penelitian ditemukan bahwa pembentukan karakter direncanakan dalam suatu

Al-Wildan: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam


Vol. 01 No. 01 (2022) : 1-12
program kerja dan sistem tata kerja yang terstruktur rapih, kemudian diatur dalam
suatu pengaturan pembagian tugas secara lengkap dan terukur berdasarkan
pertimbangan yang matang dan hasil rapat, kemudian program kerja tersebut
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh untuk mencapai target prestasi dan karakter
santri yang unggul, kegiatan ini juga dikontrol melalui evaluasi kerja dalam rapat dan
penilaian secara langsung saat kegiatan ekstrakurikuler berlangsung. Pembentukan
karakter santri secara makro merupakan wadah terbentuknya karakter santri yang
berwenang sebagai pengurus kegiatan ekstrakurikuler dalam membentuk karakter
santri dengan berbagai macam kegiatan. Pembentukan karakter santri secara mikro
merupakan wadah terbentuknya karakter santri yang berperan sebagai anggota, para
santri belajar bertanggung jawab melaksanakan tugas semaksimal mungkin agar
mendapatkan hasil yang terbaik. Faktor pendukung keberhasilan pembentukan
karakter santri melalui kegiatan ekstrakurikuler adalah keaktifan santri pengurus dan
santri anggota dalam melaksanakan program, adanya pemberian hadiah bagi yang
disiplin dan berprestasi, adanya hukuman bagi yang melanggar peraturan, dan
paradigma santri yang belajar mempersiapkan diri untuk berkiprah di masyarakat.
Adapun faktor penghambat keberhasilan pembentukan karakter santri melalui
kegiatan ekstrakurikuler adalah minimnya sarana dan prasarana, pembagian
kelompok yang tidak merata, kesibukan santri di luar kegiatan ekstrakurikuler dan
kurangnya persiapan para santri dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Kata Kunci: pembentukan karakter,ekstrakurikuler,manajemen pendidikan

PENDAHULUAN
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Saptono, Secara konseptual, istilah
karakter dipahami dalam dua kubu pengertian, yang pertama karakter
dipahami sebagai sekumpulan kondisi rohani pada diri kita yang sudah
dianugrahkan, dengan demikian ia merupakan kondisi yang kita terima begitu
saja tidak bisa kita ubah. Pengertian yang kedua bersifat dinamis, merupakan
proses yang dikehendaki oleh seseorang untuk menyempurnakan
kemanusiaanya. (Saptono, 2002) Terlepas dari perbedaan tersebut, secara nyata
kita sering menyaksikan di beberapa lembaga pendidikan yang kini tengah
melakukan upaya untuk membentuk karakter sisiwa didiknya. Bahkan kini
Kementerian Pendidikan Nasional bertanggung jawab penuh pada pelaksanaan
program ”Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa”, terbukti dengan
munculnya beberapa desain kurikulum yang memperhatikan pada
pembentukan karakter siswa. Kini pendidikan karakter disusun dengan desain
yang sedemikian rupa, sebagaimana dijelaskan oleh mulyasa bahwasanya
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik daerah, sosial
budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. (Mulyasa,
2007) Selanjutnya muncul kurikulum baru yang dikenal dengan kurikulum
2013 yang juga mengagung-agungkan pendidikan karakter, Proses
pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat
yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten kompetensi
dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas. Keterampilan
kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan penguasaan konten yang
dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan penguasaan konten
yang lebih sulit dikembangkan dan memerlukan proses pendidikan yang
tidak langsung. (Kebudayaan, 2015) Konsep-konsep kurikulum di atas baik
KTSP maupun K13 realisasinya selalu didasarkan pada aturan-aturan yang
mengikat, seperti disyaratkan adanya Standar Isi dan Standar Kompetensi

Al-Wildan: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 01 No. 01 (2022) : 0-00 2


Available online at http://journal.jcopublishing.com/index.php/alwildan
Lulusan, Kompetensi Inti Kompetensi Dasar, dan lain-lain. Secara teoritis
konsep-konsep tersebut selaras dengan teori Desain Induk Pendidikan
Karakter. Desain ini meyakini bahwa implementasi pembangunan karakter
bangsa, dapat terwujud melalui sistem pendidikan. (Soedarsono, 2009) Aturan-
aturan tersebut jelas telah membatasi bahwa seolah-olah pendidikan karakter
yang tersutruktur hanya bisa dilakukan oleh lembaga sekolah atau madrasah
yang berada di bawah naungan pemerintah lembaga formal. Sedangkan di
lembaga non formal dan informal pendidikan karakter hanya dilakukan ala
kadarnya, tanpa ada konsep dan anggaran yang jelas. Kendati demikian
ternyata tidak semua pendidikan karakter yang ada di lembaga non formal
berjalan tanpa ada konsep yang jelas. Contohnya di Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadiien Sekampung Udik Lampung Timur telah menjalankan
pendidikan karakter secara terstruktur.
Lebih dari itu bahkan pondok pesantren ini, dengan kegiatan
ekstrakulikulernya dapat menyatukan perbedaan-perbedaan latar belakang
dari para santrinya. Karena di lembaga tersebut para santri terbagi menjadi
beberapa macam, ada yang menjadi santri dan bersekolah diluar pesantren, ada
yang menjadi santri dan bekerja di luar pondok pesantren untuk memenuhi
kebutuhan mereka secara mandiri, ada pula yang menjadi santri dan mengabdi
kepada Kyai dan ada juga santri yang hanya sekolah diniyah di Madrasah
Diniyah Hidayatul Mubtadiien, dengan karakter yang berbeda-beda
berkumpul menjadi satu. Dari beragam aktivitas tersebut justru akan menjadi
menariknya kegiatan Ekstrakurikuler. Kasus yang ada di pondok tersebut
sangatlah unik dan menarik, karena tengah membentuk karakter para santrinya
tanpa sedikitpun mereka tahu ataupun peduli dengan konsep-konsep
kurikulum yang kini diagung-agungkan pemerintah. untuk itu peneliti
memandang penting sekali untuk mengadakan penelitian tentang upaya
pembentukan karakter santri melalui ekstrakurikuler Perspektif ilmu
manajemen pendidikan dengan fokus kajian bagaimanakah upaya
pembentukan karakter santri melalui ekstrakurikuler perspektif ilmu
manajemen pendidikan, Proses pembentukan karakter santri melalui
ekstrakurikuler dan apa saja faktor pendukung dan penghambat upaya
pembentukan karakter santri melalui ekstrakurikuler.

Al-Wildan: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 01 No. 01 (2022) : 0-00 3


Available online at http://journal.jcopublishing.com/index.php/alwildan
Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif


kualitatif, karena untuk memahami fenomena secara menyeluruh yang
kemudian penjabaranya dideskripsikan. Penelitian-penelitian Kualitatif dapat
diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-
kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari
orang-orang yang diteliti. (Suyanto, 2005) Lokasi penelitian dilakukan di
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien Desa Bauh Gunung Sari, Kecamatan
Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, Negara
Indonesia, sumber data penelitian ini adalah pihak-pihak yang perlukan, yaitu
terdiri dari Pimpinan Pondok, Ustadz, dan Santri dan sumber-sumber lain yang
dapat memberikan informasi. Pengumpulan data menggunakan metode
observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan tahap mencari masalah-
masalah melalui Kajian Pustaka, menentukan fokus penelitian, menghubungi
lokasi penelitian, menyusun susunan Penelitian dan Seminar, pengumpulan
data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian dan pencatatan data,
analisis data, penafsiran data, pengecekan keabsahan data, dan meyusun hasil
penelitian dan perbaikan hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Konsep Karakter, Ekstrakurikuler, dan Manajemen
Secara harfiah karakter artinya kualitas mental atau moral, reputasi,
sedangkan secara istilah dalam sudut pandang psikologi karakter dapat
diartikan sebagai kepribadian yang ditinjau dari sudut pandang etis atau
moral, contoh kejujuran seseorang yang biasanya mempunyai kaitan dengan
sifat-sifat yang relatif tetap. (Barnawi, 2012) Selain penjelasan tersebut Muchlas
samani sebagai ahli pendidikan juga menyebutkan bahwa karakter merupakan
nilai-nilai yang unik dan baik yang melekat pada perilaku. (Harianto, 2012)
Dalam sudut pandang Micel Novak seorang filsuf kontemporer sebagaimana
dikutip oleh Thomas Lickona karakter merupakan campuran kompatibel dari
seluruh kebaikan yang di identifikasikan oleh tradisi religius, cerita sastra,
kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang berada dalam sejarah.
(Lickona, 2012) Pembentukan karakter sesuai dengan paradigma pendidikan
fundamental yaitu menitik beratkan pada proses kegiatan sebagai unsur
pendidikan bukan semata-mata mengejar nilai prestasi. (Arrohmatan, 2022)
Dari beberapa pendapat terebut dapat pahami bahwa karakter merupakan
karakter adalah sebuah pola, baik itu fikiran, sikap, maupun tindakan, yang
melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit untuk dihilangkan.
Oleh sebab itu pendidikan karakter dapat juga disebut pembentukan karakter,
karena hakikatnya setiap individu memiliki potensi masing-masing yang dapat
dibentuk. Teori tentang pembentukan karakter pada penelitian ini yaitu teori
Desain Induk Pendidikan Karakter. Teori ini menjelaskan bahwa implementasi
pembentukan karakter bangsa dapat terwujud melalui sistem pendidikan.
Sistem pendidikan tersebut terbagi menjadi dua latar yaitu Latar Makro dan
Latar Mikro. Latar makro bersifat nasional yang mencakup keseluruhan
konteks perencanaan dan implementasi pengembangan nilai karakter yang
melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan nasional, Secara makro

Al-Wildan: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 01 No. 01 (2022) : 0-00 4


Available online at http://journal.jcopublishing.com/index.php/alwildan
pengembangan pendidikan karakter dapat dibagi dalam tiga tahap, yakni
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil. Pada konteks mikro pendidikan
karakter berpusat pada satuan pendidikan formal dan nonformal secara
holistik, secara mikro pengembangan karakter dibagi dalam empat pilar,
yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk
pengembangan budaya satuan pendidikan formal dan nonformal, kegiatan
ekstrakurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat.
(Nasional, 2015) Adapun nilai-nilai karakter yang akan dituju dalam kegiatan
Ekstrakurikuler adalah yaitu pertama Jujur: mental untuk menyatakan apa
adanya, terbuka, konsisten antara apa yang dikatakan dengan yang dilakukan,
berani karena benar, dapat dipercaya, dan tidak curang. Kedua Tangung Jawab:
Melakukan tugas sepenuh hati, bekerja dengan etos kerja yang tinggi, berusaha
keras untuk mencapai prestasi terbaik, mampu mengontrol diri dan mengatasi
stres, berdisiplin diri, akuntabel terhadap pilihan dan keputusan yang di ambil.
Ketiga berani: teguh terhadap kebenaran walaupun hanya sendirian, tidak
peduli kepada tekanan negatif dari sebayanya, takut gagal tidak mencegahya
untuk berbuat sesuatu, tidak takut meyatakan suara hatiya walaupun ada yang
tidak sependapat. Keempat rajin: selalu melakukan hal yang terbaik, suka
keunggulan, berani mengambil resiko kegagalan untuk tujuan yang mulia,
disiplin teguh, dapat belajar dari kesalahan dan kegagalan, mencoba mencapai
cita-cita mulia dan memikirkan strategi jangka panjang untuk mencapainya.
(Adisusilo, 2012) Danil Goleman sebagaimana yang dikutip oleh Sutarjo
Adisusilo menyebutkan bahwa pendidikan karakter mencakup nilai-nilai
dasar, di antaranya Responsibility (Tanggung Jawab), Respect (Rasa Hormat),
Fairness (Keadilan), Courage (Keberanian), Honesty (kejujuran), Citizenship
(Rasa Kebangsaan), Self-Discipline (Disiplin Diri), Caring (Peduli), dan
Perseverance (Ketekunan). (Adisusilo, 2012) Selain itu Melalui kegiatan
ekstrakurikuler santri akan belajar kritis dan tanggap terhadap materi-materi
yang disampaikan oleh pemateri yang notabene menyampaikan kajian-kajian
tentang nilai-nilai agama Islam. (Arrohmatan, 2019)
Ekstrakurikuler pada dasarnya berasal dari rangkaian dua kata yaitu
ekstra dan kurikuler. Menurut bahasa, kata ekstra mempunyai arti tambahan di
luar yang resmi, sedangkan kata kurikuler, mempunyai arti bersangkutan
dengan kurikulum. Sehingga kegiatan ekstra kurikuler dapat diartikan sebagai
kegiatan tambahan di luar yang berkaitan dengan kurikulum. (Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan, 1989) Zainal Aqib menjelaskan definisi secara
istilah tentang ekstrakurikuler sebagai kegiatan yang dilakukan di luar jam
pelajaran tatap muka, kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam dan di luar
lingkungan sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, dan menginternalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta
norma-norma sosial, baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk
insan yang paripurna. (Aqib, 2011) Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan
dalam beragam cara diantaranya program Keagamaan, pelatihan Profesional,
organisasi siswa, rekreasi dan waktu luang, kegiatan kultural, program
Perkemahan, Program kemasyarakatan. (Mulyanto, 2004) Kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler ini mengandung nilai kegunaan tertentu, di antaranya
penyaluran minat dan bakat, motivasi belajar, loyalitas terhadap sekolah,
mengembangan sikap sosial, dan mengembangkan citra masyrakat terhadap

Al-Wildan: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 01 No. 01 (2022) : 0-00 5


Available online at http://journal.jcopublishing.com/index.php/alwildan
sekolah. (Sutrisna, 1991)
Adapun manajemen menurut George Terry dalam bukunya Principles of
Management yaitu suatu proses yang membedakan atas perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan dengan memanfaatkan baik
ilmu maupun seni demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya,
fungsi manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, kepempipinan,
dan pengendalian. Menurut Schermerhorn ada empat fungsi manajemen yaitu;
planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuanting
(Pelaksanaan), dan controlling (pengawasan). (Terry, 2016)
Perencanaan Pembentukan Karakter Santri Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler
Perencanaan pembentukan karakter santri melalui kegiatan
ekstrakurikuler terbagi menjadi dua macam yaitu penyusunan program kerja
dan sistem tata kerja kepengurusan. Program kerja ektrakurikuler Pondok
Pesantren Hidyatul Mubtadiien sepenuhnya oleh ketua, dengan dibantu oleh
dewan harian lainnya dan juga dewan pleno melalui sistem tata kerja
kepengurusan yang telah tersusun rapi. Berikut adalah program kerja
ektrakurikuler Pondok Pesantren Hidyatul Mubtadiien yang peneliti peroleh
dari hasil wawancara dengan pimpinan pondok pesantren yaitu ikut
mensukseskan dan membantu program Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadiien, Menjaga dan melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga organisasi, Membuat dan melaksanakan kalender kerja,
Membuat buku absensi dan kartu izin, Menyusun tata tertib, Menyusun tata
kerja, Mengaktifkan dan memaksimalkan anggota dalam kegiatan
ekstrakurikuler, Menindak warga yang tidak aktif dalam kegiatan, Membuat
dan mengaktifkan sirkulasi delegasi antar kelompok, Melengkapi inventaris
dan administrasi, Membuat mading dan menerbitkannya, Mengontrol secara
langsung kegiatan yang berjalan, Mengembangkan kreatifitas santri dalam
bidang kesenian, pendidikan dan keagamaan. (Huda, 2022)
Berikut adalah sistem tata kerja kepengurusan ektrakurikuler Pondok
Pesantren Hidyatul Mubtadiien, Ketua bertugas Memimpin serta
bertanggungjawab atas maju mundurnya organisasi, Menentukan sidang atau
rapat atas persetujuan Dewan Harian. Menandatangani surat keluar bersama
Sekretaris, Memimpin sidang atau rapat, Merancang kalender kerja,
Mengkoordinir Seksi Shalawat. Sekertaris bertugas untuk Mengatur
administrasi secara keseluruhan , Sebagai notulen dalam sidang, Sebagai
arsiparis dan agendaris, Membuat surat dan menandatangani surat bersama
Ketua, mencatat kehadirab dalam setiap sidang dan Mengkoordinir Seksi
Pendidikan dan Majalah dinding. Bendahara bertugas Mengatur keluar
masuknya keuangan atas persetujuan Ketua, Mencatat keuangan dan
melaporkan kepada Ketua, Mengkoordinir Seksi Perlengkapan, Mengatur
keuangan dan Mengkoordinir Seksi Konsumsi dan Penerima Tamu. Seksi
Pendidikan bertugas Mendata peserta festival, Mengatur dan memimpin
jalannya acara, Menyiapkan piala dan hadiah festival. Seksi dekorasi dan
dokumentasi Membuat dan mengatur dekorasi pada waktu acara,
Mendokumentasikan acara yang di anggap perlu dan menyerahkannya kepada
Sekretaris, Menyimpan dan merawat alat-alat dekorasi. Seksi Konsumsi
bertugas Mengusahakan dan menyajikan konsumsi pada setiap acara dan

Al-Wildan: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 01 No. 01 (2022) : 0-00 6


Available online at http://journal.jcopublishing.com/index.php/alwildan
Mengusahakan dan merawat alat-alat konsumsi. Seksi Akomodasi bertugas
Mengusahakan dan bertanggung jawab atas perlengkapan dan Merapikan
perlengkapan. Seksi Hubungan masyarakat bertugas Menyampaikan undangan
atau surat dari Ketua, Sebagai Informan setiap acara. Seksi Penerima Tamu
bertugas Sebagai penerima tamu dalam setiap acara, mengamankan setiap
yang berhubungan dengan penerimaan tamu. Seksi Majalah dinding bertugas
Bertanggung jawab pada penerbitan majalah dinding setiap tiga minggu sekali,
Mengusahakan dan memaksimalkan isi madding. Seksi Sholawat bertugas
Mengkoordinir kegiatan seni sholawat, dan Merawat alat-alat Rebana. Seksi
Keamanan bertugas Mengamankan acara dan Ikut serta mensukseskan acara.
Seksi Pembantu Umum bertugas Membantu secara keseluruhan atas
berlangsungnya kegiatan. (Yukla, 2022)
Pengaturan Pembentukan Karakter Santri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
Pengaturan Pembentukan Karakter Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
terbagi menjadi tiga bagian yaitu dewan penyantun, dewan harian, dan dewan
pleno. Dewan Penyantun kegiatan ekstrakurikuler di Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadiien yaitu Pelindung oleh Segenap Pengasuh yang terdiri
dari empat orang Qiroatul Mahfudzah, Zainul Huda, Badrul Yukla dan Ali
Ikhrom, dan dibantu oleh ketua pondok yang bernama Dwiki Septia Irawan
didampingi oleh dua orang penasehat yaitu Arrohmatan dan Siti Mar’atus
Solehah. Dewan harian terdiri dari Ketua yang bernama Agus Taufikul Fajar,
Sekretaris oleh Muhammad Broeri Aldian, dan bendahara oleh Heni Zumrotul
Aliyah, dan Lailatul Azizah. Dewan Pleno terdiri dari Seksi Pendidikan yang
bernama Muhammad Ubaidillah, Siti Ainun Mardiyah dan Via Husnatun
Ummah, Seksi Dekorasi dan Dokumentasi oleh Fachrul Khusyairi dan Nela
Arista, Seksi Konsumsi oleh Putru Arofatul Isti’anah dan Lailatul Qodriyah,
Seksi Perlengkapan Achmad Rizki Zaki, Putri Aulia Salsabila, Roudhotul
Jannah, dan Dewi Murti Ningsih, Seksi Hubungan masyarakat oleh Dwi
Meliana, dan Melly Safitri, Seksi Majalah dinding oleh Jeni Fatika dan Anisah
Lailatul Qoyyimah, Seksi Penerima Tamu oleh Imam Taufiq dan Syamsul
Huda, Seksi kebersihan oleh Abie Mawahdi, seksi Sholawat oleh Majui dan
Seksi Keamanan oleh Agus Subagio. (Ikhrom, 2022)
Pelaksanaan Pembentukan Karakter Santri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
Pelaksanaan Pembentukan Karakter Santri Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien terbagi menjadi
empat macam kegiatan yaitu kegiatan rutin mingguan, kegiatan persemester,
kegiatan tahunan dan kegiatan alternatif. Kegiatan rutin mingguan merupakan
program inti atau utama utama dari seluruh kegiatan-kegiatan lainnya, karena
kegiatan-kegiatan lain baik persemester, pertahun, maupun alternatif sangat
dipengaruhi oleh kegiatan mingguan ini. Kegiatan ini dilakukan setiap malam
jum’at, seluruh santri diwajibkan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang
dimulai pukul 19.30 dan di laksanakan di aula. Tertib kegiatan ini dimulai
dengan penyusunan jadwal petugas yang akan bertugas, ketika kegiatan
ekstrakurikuler di mulai santri diharuskan memakai sarung, baju putih
berlengan panjang dan berkopiyah bagi laki-laki dan berjilbab putih bagi
peempuan. Dalam kegiatan ekstrakurikuler mempunyai susunan acara
membaca tahlil kemudian pembacaan Maulid Diba’iyyah atau Barzanji,
dilanjutkan pembawa acara maju ke depan dan membacakan susunan acara

Al-Wildan: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 01 No. 01 (2022) : 0-00 7


Available online at http://journal.jcopublishing.com/index.php/alwildan
yang berupa pembukaan, pembacaan ayat suci Al-Qur’an, latihan pidato,
penampilan bakat minat, Sambutan-sambutan, Mauidzah khasanah, doa dan
penutup. Kegiatan Persemester dilakukan persemester, kegiatan ini disebut
dengan Temu Warga. Temu warga merupakan kegiatan yang berisi festival dan
pengajian agama, adapun jenis festival yang dilombakan setiap semesternya
selalu berbeda-beda tergantung hasil dari rapat pengurus. Kegiatan tahunan
berupa reformasi pergantian dan pelantikan pengurus baru dan seminar.
Untuk seminar dilakukan pada pertengahan semester ganjil sedangkan
pelantikan pengurus baru dilaksanakan pada semester genap. Kegiatan
Alternatif atau kegiatan darurat dilakukan jika memang dianggap perlu, contoh
mengikuti pelatihan, lomba di luar pondok pesantren, menghadiri pelatihan
dan lain sebagainya. (Fajar, 2022)
Evaluasi Pembentukan Karakter Santri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
Evaluasi Pembentukan Karakter Santri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
dilaksanakan pada setiap kegiatan yaitu evaluasi kegiatan rutin mingguan,
evaluasi kegiatan persemester, evaluasi kegiatan tahunan dan evaluasi kegiatan
alternatif. Evaluasi kegiatan mingguan merupakan kontrol langsung yang
dilakukan oleh pengurus terhadap anggota yang bertugas, pengurus
memastikan bahwa acara harus dimulai Pada pukul 19.00 waktu Indonesia
barat sampai dengan selesai dengan ditandai adanya bunyi bel penanda untuk
menuju tempat pelaksanaan kegiatan. Setiap santri wajib langsung bergegas
untuk berpakaian putih lengan panjang dan berkopyah hitam bagi laki-laki dan
berjilbab putih bagi perempuan. Setelah semua santri berkumpul mereka
memulai melaksanakan kegiatan dengan penuh semangat. Evaluasi kegiatan
persemester atau disebut juga temu warga berupa festival, seperti lomba
pidato, orasi ilmiah, hafalan surat-surat dalam Al Qur’an, melantunkan lagu
religi dan lain-lain. Setiap penampilan diawasi dan dinilai oleh dewan juri
untuk menentukan skor, kemudian dipilih pemenang berdasarkan terbanyak,
pemenang festival diberi hadiah sebagai motivasi bagi pemenang dan santri
lain yang menyaksikan. Kegiatan pertahun yaitu seminar dan Refomasi
kepengurusan, evaluasi seminar dilakukan melalui pretest sebelum kegiatan
dan post tes seusai kegiatan untu mengetahui efektifitas penyerapan santri
terhadap materi yang disampaikan, evaluasi reformasi kepengurusan dibahas
dalam rapat sebelum dan sesudah acara reformasi guna mengetahui
kekurangan program yang ada untuk diperbaiki pada kegiatan selanjutnya.
Adapun evaluasi untuk kegiatan alternatif juga dibahas dalam rapat sebelum
dan sesudah acara reformasi guna mengetahui kekurangan program yang ada
untuk diperbaiki pada kegiatan selanjutnya. (Fajar, 2022)
Proses Pembentukan Karakter Santri Melalui Ekstrakurikuler
Pembentukan Karakter Santri Secara Makro merupakan wadah
terbentuknya karakter santri yang berwenang sebagai pengurus kegiatan
ekstrakurikuler dalam membentuk karakter santri dengan berbagai macam
kegiatan seperti belajar berorganisasi untuk menumbuhkan jiwa bertanggung
jawab baik dari ketua, sekertaris, bendahara dan seksi-seksi lainya sebagai
mana tertera dalam program kerja dan sistem tata kerja organisasi.
Pembentukan karakter santri secara mikro merupakan wadah terbentuknya
karakter santri yang berperan sebagai anggota, Para santri ketika melakukan
kegiatan akan mendapatkan giliran untuk mendapatkan tugas, seperti menjadi

Al-Wildan: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 01 No. 01 (2022) : 0-00 8


Available online at http://journal.jcopublishing.com/index.php/alwildan
pembawa acara, pidato, tahlil dan lain-lain, dan pada saat itu seorang santri
tidak bisa menolak, untuk itu sebagai tanggung jawab seorang santri yang
mendapatkan tugas haruslah berusaha semaksimal mungkin agar
mendapatkan hasil yang terbaik. Pembentukan karakter pada kegiatan inti
menekankan pada sikap kedisiplinan, tanggung jawab, dan mental dengan
didorong adanya penugasan yang dikordinir oleh pengurus ekstrakurikuler.
Pembentukan karakter pada kegiatan keseharian dalam lingkup satuan
pendidikan bersifat praktis dalam lingkup yang lebih besar dengan sistem
festival atau perlombaan, kegiatan ini tidak memikirkan menang atau kalah,
yang penting santri berani maju ke depan dan menampilkan yang terbaik.
Pembentukan karakter pada kegiatan seminar dapat memberikan pengetahuan,
keterampilan, dan latihan bagi para santri. Pembentukan karakter pada
kegiatan keseharian berbasis masyarakat adalah bekal ilmu dan keterampilan
bagi para santri saat bergaul di tengah masyarakat seperti menjadi pembawa
acara, pembaca Al qur’an, pelantun sholawat dan lain sebagainya. (Habibah,
2022)
Faktor Pendukung dan Penghambat Pembentukan Karakter Santri Melalui
Kegiatan Ekstrakurikuler
Faktor pendukung pembentukan karakter santri melalui kegiatan
ekstrakurikuler terbagi dalam faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis yang
mendukung pembentukan karaktrer santri melalui ekstrakurikuler yang
pertama adalah adanya pengawasan dan bimbingan dari senior, ketika
kegiatan berlangsung santri menjadi semangat jika senior hadir membimbing,
kedua adalah adanya hukuman bagi santri yang melanggar peraturan, ketiga
adalah pemberian hadiah bagi santri yang berprestasi. Faktor non teknis yang
mendukung pembentukan karaktrer santri melalui ekstrakurikuler yang
pertama adalah ideologi santri dalam rangka persiapan para santri untuk
berkiprah di masyarakat kelak, kedua yaitu respon para santri yang antusias
baik dalam agenda mingguan maupun ketika acara festival berlangsung,
antusias para santri diwujudkan dengan berusaha bersaing dengan dengan
para peserta lomba sehingga dapat memberi tambahan semangat dan
tantangan bagi para warga yang bertugas. (Huda, 2022)
Faktor penghambat pembentukan karakter santri melalui kegiatan
ekstrakurikuler terbagi dalam faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis yang
menghambat pembentukan karaktrer santri melalui ekstrakurikuler yang
pertama adalah minimnya sarana dan prasarana seperti spesifikasi komputer
yang masih rendah, kantor yang kurang nyaman, pengeras suara yang kurang
jernih, lampu yang kurang terang, dan lain-lain, kedua yaitu kurangnya
pemerataan personil santri senior di setiap kelompok, masalah tersebut
menyebabkan para santri junior kebingungan dalam konsultasi, mencari
bimbingan dan belajar menjalankan tugasnya. Faktor non teknis yang
menghambat pembentukan karaktrer santri melalui ekstrakurikuler adalah
kesibukan individu para santri, hal tersebut menyebabkan para santri terlalu
lelah dan kurang bersemangat dalam kegiatan, kedua kurannya persiapan para
santri dalam kegiatan ekstrakurikuler sehingga terkadang kegiatan yang
berlangsung kurang maksimal. (Yukla, 2022)

KESIMPULAN

Al-Wildan: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 01 No. 01 (2022) : 0-00 9


Available online at http://journal.jcopublishing.com/index.php/alwildan
Pembentukan karakter santri melalui kegiatan ekstrakurikuler di
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien direncanakan dalam suatu program
kerja dan sistem tata kerja yang terstruktur rapih, kemudian diatur dalam suatu
pengaturan pembagian tugas secara lengkap dan terukur berdasarkan
pertimbangan yang matang dan hasil rapat, kemudian program kerja tersebut
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh untuk mencapai target prestasi dan
karakter santri yang unggul, kegiatan ini juga dikontrol melalui evaluasi kerja
dalam rapat dan penilaian secara langsung saat kegiatan ekstrakurikuler
berlangsung. Pembentukan karakter santri secara makro merupakan wadah
terbentuknya karakter santri yang berwenang sebagai pengurus kegiatan
ekstrakurikuler dalam membentuk karakter santri dengan berbagai macam
kegiatan seperti belajar berorganisasi untuk menumbuhkan jiwa bertanggung
jawab baik dari ketua, sekertaris, bendahara dan seksi-seksi lainya sebagai
mana tertera dalam program kerja dan sistem tata kerja organisasi.
Pembentukan karakter santri secara mikro merupakan wadah terbentuknya
karakter santri yang berperan sebagai anggota, Para santri ketika melakukan
kegiatan akan mendapatkan giliran untuk mendapatkan tugas, seperti menjadi
pembawa acara, pidato, tahlil dan lain-lain, dan pada saat itu seorang santri
tidak bisa menolak, untuk itu sebagai tanggung jawab seorang santri yang
mendapatkan tugas haruslah berusaha semaksimal mungkin agar
mendapatkan hasil yang terbaik. Pembentukan karakter pada kegiatan inti
menekankan pada sikap kedisiplinan, tanggung jawab, dan mental dengan
didorong adanya penugasan yang dikordinir oleh pengurus ekstrakurikuler.
Pembentukan karakter pada kegiatan keseharian dalam lingkup satuan
pendidikan bersifat praktis dalam lingkup yang lebih besar dengan sistem
festival atau perlombaan, kegiatan ini tidak memikirkan menang atau kalah,
yang penting santri berani maju ke depan dan menampilkan yang terbaik.
Pembentukan karakter pada kegiatan seminar dapat memberikan pengetahuan,
keterampilan, dan latihan bagi para santri. Pembentukan karakter pada
kegiatan keseharian berbasis masyarakat adalah bekal ilmu dan keterampilan
bagi para santri saat bergaul di tengah masyarakat seperti menjadi pembawa
acara, pembaca Al qur’an, pelantun sholawat dan lain sebagainya. Faktor
pendukung keberhasilan pembentukan karakter santri melalui kegiatan
ekstrakurikuler adalah keaktifan santri pengurus dan santri anggota dalam
melaksanakan program, adanya pemberian hadiah bagi yang disiplin dan
berprestasi, adanya hukuman bagi yang melanggar peraturan, dan paradigma
santri yang belajar mempersiapkan diri untuk berkiprah di masyarakat.
Adapun faktor penghambat keberhasilan pembentukan karakter santri melalui
kegiatan ekstrakurikuler adalah minimnya sarana dan prasarana, pembagian
kelompok yang tidak merata, kesibukan santri di luar kegiatan ekstrakurikuler
dan kurangnya persiapan para santri dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Al-Wildan: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 01 No. 01 (2022) : 0-00 10


Available online at http://journal.jcopublishing.com/index.php/alwildan
DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, S. (2012). Pembelajaran Nilai- Karakter. Jakarta: PT Rajagrafindo


Persada.

Aqib, Z. (2011). Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama


Widya.
Arrohmatan. (2019). Religion Materials Deconstruction on Student Books of
Senior High School in Indonesia. Journal of Research in Islamic Education,
51-60.
Arrohmatan, L. M. (2022). THE EFFECT OF STUDYING THE YELLOW BOOK
TOWARDS PAI LESSONS IN A CURRICULUM MANAGEMENT
PERSPECTIVE. Al-Wildan: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 01-12.
Barnawi, M. A. (2012). Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter.
Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Fajar, A. T. (2022, 10 3). Pelaksanaan Ekstrakurikuler. (Arrohmatan,
Interviewer)
Habibah, U. (2022, October 3). Pembentukan Karakter santri. (S. M. Solehah,
Interviewer)
Harianto, M. S. (2012). Pendidikan karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Huda, Z. (2022, October 1). Program Kerja Ektrakurikuler. (Arrohmatan,
Interviewer)
Ikhrom, A. (2022, October 3). Struktur Pengurus Ekstrakurikuler. (Arrohmatan,
Interviewer)
Kebudayaan, K. P. (2015, January 2). Dokumen Kurikulum 2013. Retrieved
October 1, 2022, from Guru Berbagi: //http: kangmartho.com
Lickona, T. (2012). Educating For Character. Jakarta: Bumi Askara.
Mulyanto, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.
Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nasional, K. P. (2015, January 20). Kementerian Pendidikan Nasional. Retrieved
October 20, 2022, from Desain Induk Pendidikan Karakter:
http:kemendiknas.org
Saptono. (2002). Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter. Surabaya: Erlangga.
Soedarsono, S. (2009). Karakter Mengantarkan Bangsa dari Gelab Menuju Terang.
Jakarta: Kompas Gramedia.
Sutrisna, O. (1991). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Suyanto, B. (2005). Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta:

Al-Wildan: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 01 No. 01 (2022) : 0-00 11


Available online at http://journal.jcopublishing.com/index.php/alwildan
Rineka Kencana.
Terry, G. R. (2016). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara Jawa.
Yukla, B. (2022, October 2). Sistem Tata Kerja Ekstrakurikuler. (S. M. Solehah,
Interviewer)

Al-Wildan: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 01 No. 01 (2022) : 0-00 12


Available online at http://journal.jcopublishing.com/index.php/alwildan

You might also like