Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)

http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 4 No. 2 November 2018


e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
PENGARUH TEPUNG TEMPE DAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO) TERHADAP MUTU NUTRISI
DAN SENSORIS KERIPIK JAGUNG-TEMPE

[The Effect of Ratio of Tempe Flour and Virgin Coconut Oil (VCO) on Nutritional Quality and Sensory of Corn-
Tempe Chips]

Dimas Adi Putra*, M. Abbas Zaini, Dody Handito


Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram
Email: dimasdhiar@gmail.com

Diterima 9 Juli 2018/ Disetujui 26 Oktober 2018

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect tempe flour and virgin coconut oil (VCO) on
nutritional quality (fat, protein), development volume, crispness, color and sensory corn-tempe chips. The
experimental design of this study used a Completely Randomized Design (CRD) with a single factor experiment
(tempe flour and VCO) consisting of 6 treatments i.e. PI (40% Tempe Flour: 0% VCO), P2 (Tempe Flour 39% :
1% VCO), P3 (38% Tempe Flour: 2% VCO), P4 (37% Tempe Flour: 3% VCO), P5 (36% Tempe Flour, 4% VCO),
P6 (35% Tempe Flour: VCO 5%) with three times replications. The data were analyzed by analysis of variance at
the level of 5% if there were significant differences then tested further using Orthogonal Polynominal and tested
further with the HSD. Chemical test results showed that the tempeh flour and virgin coconut oil (VCO) has a
significant effect on fat content, protein, development volume, crispness, color, texture (hedonic) and color
(scoring), but no-significant effect on hedonic (color, taste and texture) and scoring (aroma, taste and texture).
The results showed that the tempe and virgin coconut oil (VCO) to P6 was 35%: 5%, the best results were seen
from the fat content of 8.65, protein content 15.75, development volume 1.92; crispness rate 13.58; yellow red
color (L-46.63, "Hue 68.83).

Keywords : Corn chips, tempe flour, VCO.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tepung tempe dan virgin coconut oil (VCO)
terhadap mutu nutrisi (lemak, protein), volume pengembangan, tingkat kerenyahan, warna dan sensoris keripik
jagung-tempe. Rancangan percobaan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
percobaan faktor tunggal (tepung tempe dan VCO) terdiri atas 6 perlakuan yaitu P1 (Tepung Tempe 40% : VCO
0%), P2 (Tepung Tempe 39% : VCO 1%), P3 (Tepung Tempe 38% : VCO 2%), P4 (Tepung Tempe 37% : VCO
3%), P5 (Tepung Tempe 36% : VCO 4%), P6 (Tepung Tempe 35% : VCO 5%) dengan tiga kali ulangan. Data
hasil pengamatan dianalisis dengan analisis keragaman pada taraf 5% apabila terdapat beda nyata maka diuji
lanjut dengan menggunakan Polinominal Ortogonal dan diuji lanjut dengan uji Beda Nyata Jujut (BNJ) untuk
sensoris. Hasil penelitian menunjukan bahwa tepung tempe dan virgin coconut oil (VCO) memberi pengaruh
berbeda nyata (signifikan) terhadap kadar lemak, protein, volume pengembangan, tingkat kerenyahan, warna,
tekstur (hedonik) dan warna (scoring), namun memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (non signifikan)
terhadap hedonik (warna, rasa dan tekstur) dan scoring (aroma, rasa dan tekstur). Hasil penelitian menunjukan
bahwa tepung tempe dan virgin coconut oil (VCO) pada P6 35% : 5% merupakan hasil terbaik dilihat dari kadar
lemak 8,65; kadar protein 15,75; volume pengembangan 1,92; tingkat kerenyahan 13,58; warna yellow red
(L=46,63; oHue= 68,83).

Kata kunci : Keripik jagung, tepung tempe, VCO.

PENDAHULUAN (NTB). Jagung menjadi komoditi unggulan


Di Indonesia jagung merupakan salah dikarenakan pada tahun 2014 produksi
satu komoditas pertanian yang disukai oleh jagung mencapai sebesar 785.864 ton pipilan
masyarakat dan merupakan salah satu kering, jumlah produksi ini mengalami
tanaman pangan dunia yang terpenting selain peningkatan dibandingkan dengan produksi
gandum dan padi. Berdasarkan data dari pada tahun 2013 yang mencapai angka
Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara 633.733 ton. Peningkatan jumlah produksi ini
Barat (2015), jagung merupakan komoditi disebabkan karena meningkatnya luas panen
unggulan dari program PIJAR (Sapi, Jagung jagung tahun 2014 dibandingkan dengan
dan Rumput Laut) yang dilakukan oleh tahun 2013. Jagung memiliki jumlah
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

351
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 4 No. 2 November 2018
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
kandungan gizi yaitu 73,7 g karbohidrat, akan asam amino esensial dan
protein 9,2 g dan lemak 3,9 g. kemampuannya dicerna oleh organ
Salah satu usaha untuk mengatasi pencernaan (Schaffsma 2000). Disamping itu
melimpahnya hasil produksi jagung di NTB, tepung tempe merupakan bahan pangan lokal
perlu dilakukan upaya pengembangan produk dengan nilai gizi yang memadai, harga yang
pangan berbahan dasar jagung sehingga relatif murah dan merupakan bahan pangan
jagung tidak hanya dikonsumsi dalam bentuk yang mudah ditemukan khususnya di wilayah
sayuran melainkan banyak variasi yang juga Nusa Tenggara Barat. Kandungan gizi pada
mulai dikembangkan oleh masyarakat, seperti tepung tempe yaitu sebesar 46,84 g protein,
cake, cookies, susu, es krim bahkan keripik. karbohidrat 12,70 g dan 4 g lemak. Salah satu
Jagung yang diolah menjadi keripik atau biasa fleksibilitas tepung tempe yaitu dapat
disebut tortilla, dapat menjadi alternatif digunakan dalam pembuatan produk seperti
produk pangan yang dapat meningkatkan roti, kue dan keripik (Syafutri, 2014).
daya jual jagung dan sebagai variasi produk. Berdasarkan hasil penelitian tentang tortilla
Selain itu kandungan amilopektin jagung yang yang dilakukan oleh Rachmawan (2008),
lebih tinggi menurut Zulviani (1992), akan menunjukan bahwa pengaruh ratio tepung
mempengaruhi pengembangan adonan tempe 25% dan jagung 75% dari paremeter
produk, karena pada saat proses pemanasan kimia menghasilkan tortilla yang paling baik.
akan terjadi proses gelatinisasi dan akan Lende (2010), perlakuan terbaik terdapat
terbentuk struktur yang elastis dan kemudian pada rasio buah kecipir dengan taraf 10%
dapat mengembang pada tahap yang menghasilkan tortilla jagung dengan
penggorengan sehingga keripik dengan daya kadar protein 9,204%, kadar lemak 7,314%,
kembang yang tinggi akan memiliki kadar serat 8,281% dan rasa tortilla jagung
kerenyahan yang tinggi. yang disukai oleh panelis.
Keripik atau biasa dikenal snack food Akan tetapi kandungan lemak jenuh
adalah sejenis makanan ringan yang yang terdapat pada produk sangatlah rendah
umumnya dibuat dengan menggunakan sehingga perlu penambahan bahan campuran
bahan dasar hasil pertanian lokal (singkong, yang tepat sebagai alternatifnya serta yang
ubi, pisang, jagung dan lain-lain), ukuran memiliki manfaat sebagai pangan fungsional
pemotongan/di iris tipis-tipis dan memiliki untuk kesehatan tubuh, maka untuk
tekstur yang sangat renyah. Saat ini makanan mengatasi hal tersebut perlu dilakukan
ringan sudah menjadi bagian yang tidak dapat penambahan dengan Virgin Coconut Oil
ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. (VCO).
Terutama kalangan anak-anak dan remaja. Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan
Muchtadi (1989) menyatakan bahwa keripik minyak kelapa murni yang terbuat dari daging
merupakan makanan ringan yang dikonsumsi kelapa segar yang diolah dalam suhu rendah
dalam waktu antara sepertiga hari setelah atau tanpa melalui pemanasan, sehingga
makanan utama. Seiring berkembangnya kandungan yang penting dalam minyak tetap
informasi, keripik tidak hanya dibuat dapat dipertahankan. Komponen utama dalam
menggunakan jagung melainkan mulai minyak VCO sekitar 92% asam lemak jenuh di
disubtitusi dengan menggunakan tepung antaranya asam laurat (48%), asam kaprat
tempe untuk meningkatkan nilai gizinya. (7%), asam kaprilat (8%), asam kaproat
Keripik jagung dengan subtitusi (0,5%) (Anonim, 2005). VCO sangat berguna
tepung tempe merupakan bentuk diversifikasi sebagai antimikroba alami, mencegah
produk keripik yang menyehatkan dan rendah penyakit jantung (Murray, 2003). Menurut
kolesterol. Hal ini disebabkan karena keripik Winarno (2002), menyatakan bahwa
jagung dengan subtitusi tepung tempe penambahan lemak dan minyak memiliki
bertujuan untuk mensuplai kandungan protein tujuan untuk menambah kalori, memperbaiki
pada keripik, hal ini dikarenakan tepung tekstur dan cita rasa suatu bahan pangan.
tempe memiliki kandungan protein yang kaya

352
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 4 No. 2 November 2018
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
Penelitian pembuatan keripik jagung Masing-masing perlakuan diulangi 3
dengan penambahan tepung tempe dan VCO kali sehingga diperoleh 18 unit percobaan.
belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, Data hasil pengamatan dianalisis
dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh menggunakan analisis keragaman ANOVA
Tepung Tempe dan Virgin Coconut Oil (VCO) (analysis of varience) pada taraf 5%,
Terhadap Mutu Nutrisi dan Sensoris Keripik menggunakan softwere Co-Stat. Apabila hasil
Jagung-Tempe”. menunjukan pengaruh yang berbeda nyata
maka diuji lanjut dengan metode Polinominal
BAHAN DAN METODE Ortogonal menggunakan softwere Gen-Stat
dan sensoris diuji lanjut dengan
Alat dan Bahan
menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ) pada
Alat-alat yang digunakan dalam
taraf nyata yang sama (Hanafiah, 2002).
penelitian ini antara lain: sarung tangan,
Parameter yang telah diamati dalam
plastik kemasan, timbangan digital, loyang,
penelitian ini adalah parameter kimia, fisik
pisau stainless steel, Huller,
dan sensoris. Parameter mutu nutrisi meliputi
pengayak/saringan, sendok makan, piring,
kadar lemak dan protein. Parameter mutu
baskom, pemipih adonan, alat pencetak,
fisik meliputi volume pengembangan, tingkat
drying oven merk Moisture Extraction,
kerenyahan dan warna sedangkan parameter
blender, stopwatch, kompor gas, wajan,
mutu sensoris meliputi warna, aroma, rasa
kertas saring, Soxhlet, tabung ekstraksi, botol
dan tekstur.
timbang, penangas air, mortar dan alu, labu
Kjeldahl, Erlenmeyer, pipet tetes, blanko,
Proses Pembuatan Keripik
penggaris, neraca gaya tekan, balok, Hunter
Adapun proses pembuatan keripik
Lab Colorimeter (HLC) dan alat tulis.
jagung-tempe yang mengacu dari
Bahan-bahan yang digunakan dalam
Rachmawan (2008) sebagai berikut:
penelitian antara lain: jagung dari Dompu,
1. Pencampuran Bahan Adonan
tempe dari Puyung, Virgin Coconut Oil (VCO)
Bahan baku campuran tepung tempe,
dari Pemenang-Lombok Utara, Petroleum
Virgin Coconut Oil (VCO) dan tepung jagung
Ether, Na2SO4 anhidrat, H2SO4 pekat,
sebanyak 175 g dicampur dengan bahan
CuSO4, aquades, Zn, NaOH 45%, HCl 0,1 N,
tambahan lainnya (bumbu) sebanyak 25 g
phenol phthalein (pp), NaOH 0,1 N,
(karagenan, garam, air, dan merica). Semua
karagenan dari Lombok Timur, merica bubuk
bahan sebanyak 200 g per unit perlakuan
merk Ladaku, minyak goreng merk BIMOLI,
dicampur dalam satu wadah dan diaduk
garam halus merk Kapal, gula pasir dan Air
sampai rata hingga elastis.
merk AQUA.
2. Pemipihan Adonan
Pemipihan adonan dilakukan
Metode
menggunakan alat penggiling dengan
Metode yang digunakan dalam
ketebalan ± 2 mm hingga membentuk
penelitian ini adalah metode eksperimental
lembaran tipis.
dilaksanakan di laboratorium. Rancangan
3. Pencetakan Adonan
percobaan yang digunakan dalam penelitian
Lembaran-lembaran yang telah
ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dibentuk tersebut kemudian dipotong-potong
dengan faktor tunggal yaitu tepung tempe
dengan ukuran 3 x 4 cm menggunakan
dan Virgin Coconut Oil (VCO) yang terdiri dari
cetakan adonan atau pisau stainless steel
6 aras perlakuan sebagai berikut:
hingga didapatkan bentuk yang seragam.
P1 = Tepung Tempe 40% : VCO 0%
4. Pengeringan dengan Oven
P2 = Tepung Tempe 39% : VCO 1%
Keripik jagung basah yang telah
P3 = Tepung Tempe 38% : VCO 2%
dipotong dengan ukuran yang tertentu
P4 = Tepung Tempe 37% : VCO 3%
kemudian dikeringkan dengan alat pengering
P5 = Tepung Tempe 36% : VCO 4%
(oven) pada suhu 65oC selama 60 menit
P6 = Tepung Tempe 35% : VCO 5%

353
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 4 No. 2 November 2018
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
(sampai keripik dapat dipatahkan). Adapun merupakan nilai yang menentukan arah
tujuan dari pengeringan adalah untuk regresi linier yang bernilai positif. Nilai positif
mengurangi kadar air pada bahan agar keripik pada angka ini menunjukan hubungan yang
dapat mengembang dan dapat mengurangi positif antara tepung tempe dan virgin
penyerapan minyak pada saaat coconut oil (VCO) terhadap kadar lemak
penggorengan. keripik jagung-tempe. Hal ini berarti bahwa
5. Penggorengan semakin tinggi tepung tempe dan virgin
Keripik jagung-tempe yang sudah coconut oil (VCO) maka akan menyebabkan
memenuhi syarat sebagai keripik kering peningkatan pada kadar lemak keripik jagung-
setelah melalui proses pengeringan, kemudian tempe sebesar 0,4086. Nilai 6,1714 adalah
digoreng dalam minyak goreng panas dengan nilai konstanta, sehingga pada nilai x=0 nilai
suhu 1700C selama ±10-15 detik. Faktor- kadar lemak sebesar 617,14%. Sedangkan
faktor yang diperhatikan dalam proses Nilai koefisien determinasi sebesar 0,9534
menggoreng meliputi: Menjaga laju keripik yang berarti bahwa 95,34% perubahan nilai
mentah sampai penggorengan agar mutu kadar lemak dipengaruhi oleh perlakuan
produk tetap konsisten, meliputi minyak dan tepung tempe dan virgin coconut oil (VCO)
kandungan air dan pemberian produk terlalu sedangkan sisanya 4,66% dipengaruhi oleh
banyak saat penggorengan. faktor lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan penelitian yang telah 10 8,3725 8,6472
dilakukan maka diperoleh hasil pengamatan 9 7,7524
7,1111
6,7587 6,9669
Kadar Lemak (%)

8
yang terdiri dari mutu nutrisi (kadar lemak 7
dan kadar protein), mutu fisik (uji volume 6 Kadar Lemak
pengembangan, uji kerenyahan dan uji 5 (%)
4
warna) dan mutu sensoris (uji hedonik dan uji
3
scoring) keripik jagung-tempe dengan y = 0.4086x + 6.1714 Linear (Kadar
2 Lemak (%))
R² = 0.9534
konsentrasi tepung tempe dan virgin coconut 1
oil (VCO) sebagai berikut: 0
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Perlakuan
Kadar Lemak
Gambar 1. Grafik Pengaruh Tepung Tempe
Lemak adalah komponen bahan dan VCO terhadap Kadar Lemak
pangan yang menyediakan energi paling Keripik Jagung-Tempe
tinggi. Jika karbohidrat dan protein mensuplai Keterangan : P1 = Tepung tempe 40% : VCO 0%
P2 = Tepung tempe 39% : VCO 1%
4 kkal per gram maka lemak dapat mensuplai P3 = Tepung tempe 38% : VCO 2%
energi sebesar 9 kkal per gramnya. Selain P4 = Tepung tempe 37% : VCO 3%
P5 = Tepung tempe 36% : VCO 4%
berfungsi dalam segi gizi, lemak juga P6 = Tepung tempe 35% : VCO 5%
berperan dalam pembentukan tekstur dan cita
rasa produk (Winarno, 2002). Data penelitian rerata kadar lemak
Berdasarkan hasil pengamatan dan terendah pada perlakuan (P1) Tepung tempe
analisis keragaman dapat dilihat bahwa : VCO (40% : 0%) mencapai 6,76% dan
tepung tempe dan virgin coconut oil (VCO) kadar lemak tertinggi pada perlakuan (P6)
memberikan pengaruh yang berbeda nyata Tepung tempe : VCO (35% : 5%) mencapai
(Signifikan) terhadap kadar lemak keripik 8,65%. Kadar lemak keripik jagung meningkat
jagung-tempe. Hasil uji lanjut polinomial seiring dengan semakin bertambahnya virgin
ortogonal dapat dilihat pada Gambar 1. coconut oil (VCO) yang ditambahkan. Hal ini
Berdasarkan Gambar 1. Pola regresi sejalan dengan penelitian pendekatan yang
terjadi secara linier dengan persamaan y= dilakukan oleh Rindengan (2014), tentang
0,4086x + 6,1714 dan dengan koefisien biskuit bayi dengan perlakuan penambahan
determinasi (R2) = 0,9534. Nilai 0,4086 Virgin Coconut Oil (VCO) dan minyak kedelai

354
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 4 No. 2 November 2018
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
secara berturut-turut menghasilkan kadar sebesar 182,83%. Sedangkan Nilai koefisien
lemak (25,12%, 25,56%, 26,27%, 27,63%, determinasi sebesar 0,9577 yang berarti
28,54%). Menurut Winarno (2002), bahwa 95,77% perubahan nilai kadar protein
menyatakan bahwa penambahan lemak dan dipengaruhi oleh perlakuan tepung tempe dan
minyak memiliki tujuan untuk menambah virgin coconut oil (VCO) sedangkan sisanya
kalori, memperbaiki tekstur dan cita rasa 4,23% dipengaruhi oleh faktor lain.
suatu bahan pangan. Suhu penggorengan
yang tinggi pada penggorengan keripik, Kadar Protein
(%)
menyebabkan terjadinya dehidrasi yang lebih 18,5
17,8721 Linear (Kadar
banyak pada permukaan bahannya sehingga 18 17,3757 Protein (%))

Kadar Protein (%)


menyebabkan penetrasi minyak ke dalam 17,5 17,2236
bahan menjadi lebih banyak. Selama proses 17 16,8372
16,5 16,5312
penggorengan minyak masuk ke bagian kerak
16 15,7549
dan mengisi ruang yang pada mulanya diisi 15,5 y = -0.3859x + 18.283
air yang melekat pada adonan. 15 R² = 0.9577
14,5
Kadar Protein P1 P2 P3 P4 P5 P6
Perlakuan
Protein merupakan suatu zat
makanan yang sangat penting bagi tubuh, Gambar 2. Grafik Pengaruh Tepung Tempe
dan VCO terhadap Kadar Protein
karena zat ini disamping berfungsi sebagai
Keripik Jagung-Tempe
bahan bakar dalam tubuh, juga berfungsi Keterangan : P1 = Tepung tempe 40% : VCO 0%
sebagai zat pembangun dan pengatur. Dalam P2 = Tepung tempe 39% : VCO 1%
P3 = Tepung tempe 38% : VCO 2%
produk pangan protein memiliki peran penting P4 = Tepung tempe 37% : VCO 3%
dalam mengubah karakter produk pangan P5 = Tepung tempe 36% : VCO 4%
hasil olahan, hal ini dikarenakan protein dapat P6 = Tepung tempe 35% : VCO 5%

memberikan karakteristik yang disukai pada


Data penelitian rerata kadar protein
bahan pangan (Sugiyono, 2004). Berdasarkan
tertinggi pada perlakuan (P1) Tepung tempe :
hasil pengamatan dan analisis keragaman
VCO (40% : 0%) mencapai 17,87% dan
dapat dilihat bahwa tepung tempe dan virgin
kadar lemak terendah pada perlakuan (P6)
coconut oil (VCO) memberikan pengaruh yang
Tepung tempe : VCO (35% : 5%) mencapai
berbeda nyata (Signifikan) terhadap kadar
15,75%. Kadar protein keripik jagung
protein keripik jagung-tempe. Hasil uji lanjut
menurun seiring dengan semakin
polinomial ortogonal dapat dilihat pada
berkurangnya tepung tempe pada setiap
Gambar 2.
perlakuan. Interaksi antara protein dan lemak
Berdasarkan Gambar 2. Pola regresi
yang teroksidasi menyebabkan terjadinya
terjadi secara linier dengan persamaan y= -
penurunan nilai gizi protein. Selain itu
0,3859x + 18,283 dan dengan koefisien
pengolahan bahan pangan yang tidak
determinasi (R2) = 0,9577. Nilai -0,3859
terkontrol dengan baik dapat menurunkan
merupakan nilai yang menentukan arah
nilai gizi proteinnya. Berdasarkan penelitian
regresi linier yang bernilai negatif. Nilai
yang dilakukan Muchtadi (1989), semakin
negatif pada angka ini menunjukan hubungan
lama pemanasan, maka semakin rendah pula
yang negatif antara tepung tempe dan virgin
kadar protein yang tersisa pada bahan. Reaksi
coconut oil (VCO) terhadap kadar protein
maillard pada produk makanan merupakan
keripik jagung-tempe.
penyebab utama penurunan kadar protein.
Hal ini berarti bahwa semakin tinggi rasio
Pemanasan akan membuat protein bahan
tepung tempe dan virgin coconut oil (VCO)
terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat
maka akan menyebabkan penurunan pada
airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi
kadar protein keripik jagung-tempe sebesar -
panas akan mengakibatkan terputusnya
0,3859. Nilai 18,283 adalah nilai konstanta,
interaksi non-kovalen yang ada pada struktur
sehingga pada nilai x=0 nilai kadar protein

355
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 4 No. 2 November 2018
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
alami protein tapi tidak memutuskan ikatan Dari data penelitian rerata volume
kovalennya yang berupa ikatan peptida. pengembangan tertinggi terdapat pada
perlakuan (P1) Tepung tempe : VCO (40% :
0%) yaitu sebesar 6,02% dengan kriteria
Uji Volume Pengembangan sangat mengembang sedangkan volume
pengembangan terendah terdapat pada
7,00
Volume perlakuan (P6) Tepung tempe : VCO (35% :
Volume Pengembangan (%)

Pengembangan
6,02 5%) yaitu sebesar 1,92%. Volume
6,00
Linear (Volume pengembangan keripik jagung-tempe
5,00 5,26 Pengembangan)
4,23 menurun seiring dengan semakin
4,00 3.80
berkurangnya tepung tempe pada setiap
3,00 2,69 perlakuan.
2,00 1,92
y = -0.0066x2 - 0.772x + 6.789 Dari grafik dapat dilihat bahwa tepung
1,00 R² = 0.993 tempe dan virgin coconut oil (VCO) pada uji
0,00 lanjut polinomial ortogonal memberikan
P1 P2 P3 P4 P5 P6
pengaruh yang berbeda nyata (signifikan)
Perlakuan terhadap volume pengembangan keripik
Gambar 3. Grafik Pengaruh Tepung Tempe jagung-tempe. Menurut Zulviani (1992), Pati
dan VCO terhadap Volume sangat berperan dalam proses gelatinisasi
Pengembangan Keripik Jagung- sehingga berpengaruh terhadap volume
Tempe pengembangan keripik. Keripik dengan
Keterangan : P1 = Tepung tempe 40% : VCO 0%
P2 = Tepung tempe 39% : VCO 1%
kandungan amilopektin yang lebih tinggi akan
P3 = Tepung tempe 38% : VCO 2% memiliki pengembangan yang tinggi, karena
P4 = Tepung tempe 37% : VCO 3% pada saat proses pemanasan akan terjadi
P5 = Tepung tempe 36% : VCO 4%
P6 = Tepung tempe 35% : VCO 5% proses gelatinisasi dan akan terbentuk
struktur yang elastis dan kemudian dapat
Berdasarkan Gambar 3. Pola regresi mengembang pada tahap penggorengan. Hal
terjadi secara linier dengan persamaan y= - ini sejalan dengan penelitian ini bahwa
0,0066x2 – 0,772x + 6,789 dan dengan campuran tepung jagung dan tepung tempe
koefisien determinasi (R2) = 0,993. Nilai - dengan rasio yang tinggi akan menghasilkan
0,006 merupakan nilai yang menentukan arah volume pengembangan keripik yang paling
regresi linier yang bernilai negatif. Nilai tinggi.
negatif pada angka ini menunjukan hubungan
yang negatif antara tepung tempe dan virgin Uji Tingkat Kerenyahan
coconut oil (VCO) terhadap volume
Berdasarkan Gambar 4. Pola regresi
pengembangan keripik jagung-tempe. Hal ini
terjadi secara linier dengan persamaan y=
berarti bahwa semakin tinggi tepung tempe
1,5311x + 4,5693 dan dengan koefisien
dan semakin rendah virgin coconut oil (VCO)
determinasi (R2) = 0,9951. Nilai 1,5311
maka akan menyebabkan penurunan pada
merupakan nilai yang menentukan arah
volume pengembangan keripik jagung-tempe
regresi linier yang bernilai positif. Nilai positif
sebesar -0,006. Nilai 6,789 adalah nilai
pada angka ini menunjukan hubungan yang
konstanta, sehingga pada nilai x=0 nilai
positif antara tepung tempe dan virgin
volume pengembangan sebesar 182,83%.
coconut oil (VCO) terhadap tingkat
Sedangkan Nilai koefisien determinasi sebesar
kerenyahan keripik jagung-tempe.
0,993 yang berarti bahwa 99,30% perubahan
Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
nilai volume pengembangan dipengaruhi oleh
tepung tempe dan semakin rendah virgin
perlakuan tepung tempe dan virgin coconut
coconut oil (VCO) maka akan menyebabkan
oil (VCO) sedangkan sisanya 4,23%
peningkatan pada tingkat kerenyahan keripik
dipengaruhi oleh faktor lain.
jagung-tempe sebesar 1,5311. Nilai 4,5693
adalah nilai konstanta, sehingga pada nilai

356
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 4 No. 2 November 2018
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
x=0 nilai volume pengembangan sebesar tempe. Tingkat kerenyahan keripik jagung
456,93%. Sedangkan Nilai koefisien dipengaruhi oleh kadar air pada bahan. Hal ini
determinasi sebesar 0,9951 yang berarti sesuai dengan pendapat Syafutri (2014), yang
bahwa 99,51% perubahan nilai tingkat menyatakan bahwa pencampuran bahan
kerenyahan dipengaruhi oleh perlakuan antara tepung tempe dan jagung memiliki
tepung tempe dan virgin coconut oil (VCO) fungsi untuk menambah kerenyahan pada
sedangkan sisanya 4,23% dipengaruhi oleh produk keripik jagung. Hal ini dikarenakan
faktor lain. pati pada tepung tempe dan jagung memiliki
sifat yang dapat mengikat kadar air di dalam
adonan keripik. Menurut Zulviani (1992),
16,00 Keripik dengan kandungan amilopektin yang
13,58
14,00 12,49 lebih tinggi akan memiliki pengembangan
10,79
Tekanan (σ) = N/m2

12,00 yang tinggi, sehingga keripik dengan daya


10,00
9,04 kembang yang tinggi akan memiliki
7,41 kerenyahan yang tinggi.
8,00 6,26 Nilai Kerenyahan
6,00
Linear (Nilai Uji Warna (Colorimeter)
4,00
Kerenyahan)
2,00 y = 1.5311x + 4.5693
R² = 0.9951 68,83
80,00
0,00 64,50 66,75
P1 P2 P3 P4 P5 P6 70,00 62,37 63,22
61,70
Perlakuan 60,00 46,63
Nilai Warna

45,10
42,24 44,42
Gambar 4. Grafik Pengaruh Tepung Tempe 50,00 39,48
38,02
dan VCO terhadap Tingkat 40,00
Kerenyahan Keripik Jagung- Nilai ᵒHUE
Tempe 30,00 y = 1.4306x + 59.555
R² = 0.9474 Nilai L
Keterangan : P1 = Tepung tempe 40% : VCO 0% 20,00
P2 = Tepung tempe 39% : VCO 1% y = 1.774x + 36.439 Linear (Nilai
P3 = Tepung tempe 38% : VCO 2% 10,00 R² = 0.9725 ᵒHUE)
P4 = Tepung tempe 37% : VCO 3%
P5 = Tepung tempe 36% : VCO 4% 0,00
P6 = Tepung tempe 35% : VCO 5% P1 P2 P3 P4 P5 P6
Perlakuan
Dari data penelitian rerata tingkat
kerenyahan tertinggi terdapat pada perlakuan Gambar 5. Grafik Pengaruh Tepung Tempe
dan VCO terhadap Warna (L dan
(P1) Tepung tempe : VCO (40% : 0%) yaitu
°Hue) Keripik Jagung-Tempe
sebesar 6,26% dengan kriteria sangat renyah, Keterangan : P1 = Tepung tempe 40% : VCO 0%
sedangkan tingkat kerenyahan terendah P2 = Tepung tempe 39% : VCO 1%
P3 = Tepung tempe 38% : VCO 2%
terdapat pada perlakuan (P6) Tepung tempe : P4 = Tepung tempe 37% : VCO 3%
VCO (35% : 5%) yaitu sebesar 13,58%. P5 = Tepung tempe 36% : VCO 4%
P6 = Tepung tempe 35% : VCO 5%
Berdasarkan catatan hasil analisis terhadap
tingkat kerenyahan keripik jagung, bahwa Berdasarkan Gambar 5. Pola regresi
semakin kecil nilai tekanan (σ) maka keripik terjadi secara linier dengan persamaan y=
tersebut semakin renyah, sebaliknya jika nilai 1,4306x + 59,555 dan dengan koefisien
tekanan (σ) semakin tinggi maka tingkat determinasi (R2) = 0,9474. Nilai 1,4306
kerenyahan keripik tersebut cenderung merupakan nilai yang menentukan arah
semakin menurun. regresi linier yang bernilai positif. Nilai positif
Dari grafik dapat dilihat bahwa tepung pada angka ini menunjukan hubungan yang
tempe dan virgin coconut oil (VCO) pada uji positif antara tepung tempe dan virgin
lanjut polinomial ortogonal memberikan coconut oil (VCO) terhadap nilai °Hue (warna)
pengaruh yang berbeda nyata (signifikan) keripik jagung-tempe. Hal ini berarti bahwa
terhadap tingkat kerenyahan keripik jagung- semakin tinggi tepung tempe dan semakin

357
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 4 No. 2 November 2018
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
rendah virgin coconut oil (VCO) maka akan karena karotenoid tidak stabil pada suhu
menyebabkan peningkatan pada °Hue tinggi.
(warna) keripik jagung sebesar 1,4306. Nilai
59,555 adalah nilai konstanta, sehingga pada
nilai x=0 nilai °Hue (warna) sebesar
Warna
595,55%. Sedangkan nilai koefisien
determinasi sebesar 0,9474 yang berarti
bahwa 94,74% perubahan nilai °Hue (warna) 3,25 3,20
3,50 3,10
dipengaruhi oleh perlakuan tepung tempe dan 2,90 2,75
3,00 2,65
virgin coconut oil (VCO) sedangkan sisanya 2,50

Nilai Warna
2,00 1,90 1,85 1,90
4,23% dipengaruhi oleh faktor lain. 2,00 1,80
Dari grafik dapat dilihat bahwa rasio 1,35
1,50
tepung tempe dan virgin coconut oil (VCO) 1,00
Hedonik
pada uji lanjut polinomial ortogonal 0,50 Scoring
memberikan pengaruh yang berbeda nyata 0,00
(signifikan) terhadap nilai L dan °Hue. Dari P1 P2 P3 P4 P5 P6
hasil analisis purata didapatkan nilai L Perlakuan
memiliki kisaran antara 38,02 – 46,63 dari Gambar 6. Grafik Pengaruh Tepung Tempe
tingkat kecerahan. Sedangkan purata nilai dan VCO terhadap Mutu Sensoris
°Hue memiliki kisaran antara 61,70 - 68,83 Warna Keripik Jagung-Tempe
yang menunjukan intensitas warna yellow Keterangan : P1 = Tepung tempe 40% : VCO 0%
P2 = Tepung tempe 39% : VCO 1%
red. P3 = Tepung tempe 38% : VCO 2%
Dari grafik pengaruh tepung tempe dan P4 = Tepung tempe 37% : VCO 3%
P5 = Tepung tempe 36% : VCO 4%
virgin coconut oil (VCO) terhadap warna P6 = Tepung tempe 35% : VCO 5%
keripik jagung-tempe didapatkan rerata
tingkat kecerahan paling tinggi pada Berdasarkan Gambar 6 menunjukan
perlakuan (P6) Tepung tempe : VCO (35% : bahwa rata-rata panelis dalam pemberian nilai
5%) yaitu 68,83 dan terendah diperoleh pada warna keripik jagung-tempe terhadap tingkat
perlakuan (P1) Tepung tempe : VCO (40% : kesukaan (hedonik) berkisar antara 2,65 –
0%) yaitu 61,70. Hasil ini menunjukan bahwa 3,25 (tidak suka sampai netral) dengan nilai
perlakuan dengan penggunaan tepung tempe tertinggi pada (P3) dengan tepung tempe :
dan virgin coconut oil (VCO) memberi warna VCO (38% : 2%). Sedangkan berdasarkan
yellow red dengan tingkat kecerahan paling tingkat scoring rata-rata panelis memberikan
tinggi. Hal ini di duga karena suhu panas pada nilai pada rentang 1,35 – 2,00 (sangat tidak
proses pengovenan dan penggorengan yang kuning sampai tidak kuning) dengan nilai
digunakan menyebabkan terjadinya intensitas tertinggi pada (P1) dengan tepung tempe :
warna, sehingga panas meresap merata VCO (40% : 0%).
kedalam jaringan dan mengubah struktur Dari grafik pengaruh tepung tempe dan
karoten yang terdapat di dalam bahan. virgin coconut oil (VCO) terhadap warna
Menurut Winarno (2002), adanya pigmen keripik jagung-tempe didapatkan hasil bahwa
menyebabkan lemak VCO berwarna. Warna semakin rendah tepung tempe yang diberikan
lemak tergantung dari macam pigmennya. dan semakin tinggi rasio virgin coconut oil
Adanya karotenoid menyebabkan warna (VCO) yang diberikan menyebabkan warna
kuning kemerahan. Karotenoid sangat larut menjadi agak kecoklatan dan tingkat
dalam minyak dan merupakan hidrokarbon kesukaan panelis menjadi tidak konsisten.
dengan banyak ikatan tidak jenuh. Bila Warna coklat pada keripik jagung-tempe
minyak dihidrogenasi maka akan terjadi dapat disebabkan karena adanya reaksi
hidrogenasi karotenoid dan warna merah browning nonenzimatik, dimana karbohidrat
akan berkurang. Selain itu juga perlakuan akan bereaksi dengan protein bila ada panas
pemanasan akan mengurangi warna pigmen, pada saat proses pengolahan. Menurut

358
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 4 No. 2 November 2018
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
Desrosier (1997), Proses pengolahan seperti khas jagung) dengan nilai tertinggi pada (P1)
pemanasan, pengeringan dan penggorengan dengan tepung tempe : VCO (40% : 0%).
makanan mengubah kualitas fisis dan kimia Dari grafik pengaruh tepung tempe dan
pada suatu bahan pangan tersebut. Dalam virgin coconut oil (VCO) terhadap aroma
beberapa hal adanya perubahan tersebut keripik jagung didapatkan hasil bahwa
memang dikehendaki. Disamping kerusakan semakin rendah rasio tepung tempe yang
zat warna oleh proses pemanasan, terjadi diberikan dan semakin tinggi virgin coconut oil
reaksi antara asam amino dengan gula-gula (VCO) menyebabkan tingkat kesukaan dan
reduksi yang menyebabkan warna produk penerimaan panelis semakin menurun. Hal ini
menjadi coklat. Menurut Winarno (1980), diduga karena campuran tepung tempe dan
Suatu bahan yang dinilai bergizi, enak, dan virgin coconut oil (VCO) memberi aroma yang
teksturnya sangat baik tidak akan dimakan sedikit tengik. Menurut Wahyudi (2009), Pada
apabila memiliki warna yang tidak sedap kondisi tertentu virgin coconut oil (VCO) dapat
untuk dipandang atau memberi kesan yang berubah atau busuk karena udara, air dan
telah menyimpang dari warna yang panas. Selain itu virgin coconut oil (VCO)
seharusnya. memiliki sifat dalam menyerap bau sehingga
memudahkan dalam proses ketengikan.
Aroma Menurut Winarno (2002), aroma makanan
banyak menentukan kelezatan makanan
3,50 3,20 3,20 3,10 3,10 3,15 tersebut, oleh karena itu aroma merupakan
3,00 2,75 salah satu faktor dalam penentuan mutu.
2,60 2,65 2,60 2,65
2,40
2,50 2,25
Rasa
2,00
Nilai Aroma

1,50
2,70
3,00 2,70 2,80 2,70
1,00 2,65 2,60
2,50 2,45
Hedonik 2,40 2,40
0,50 2,50 2,25
Scoring
0,00 2,00 1,85
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Nilai Rasa

1,50
Perlakuan
1,00
Gambar 7. Grafik Pengaruh Tepung Tempe
dan VCO terhadap Mutu Sensoris 0,50 Hedonik
Aroma Keripik Jagung-Tempe Scoring
Keterangan : P1 = Tepung tempe 40% : VCO 0% 0,00
P2 = Tepung tempe 39% : VCO 1% P1 P2 P3 P4 P5 P6
P3 = Tepung tempe 38% : VCO 2%
P4 = Tepung tempe 37% : VCO 3% Perlakuan
P5 = Tepung tempe 36% : VCO 4%
P6 = Tepung tempe 35% : VCO 5% Gambar 8. Grafik Pengaruh Tepung Tempe
dan VCO terhadap Mutu Sensoris
Berdasarkan Gambar 7. menunjukan Rasa Keripik Jagung-Tempe
Keterangan : P1 = Tepung tempe 40% : VCO 0%
bahwa rata-rata panelis dalam pemberian nilai
P2 = Tepung tempe 39% : VCO 1%
aroma keripik jagung-tempe terhadap tingkat P3 = Tepung tempe 38% : VCO 2%
kesukaan (hedonik) berkisar antara 2,65 – P4 = Tepung tempe 37% : VCO 3%
P5 = Tepung tempe 36% : VCO 4%
3,20 (tidak suka sampai netral) dengan nilai P6 = Tepung tempe 35% : VCO 5%
tertinggi pada (P1) dan (P2) dengan tepung
tempe : VCO (40% : 0%) dan (39% : 1%). Berdasarkan Gambar 8. menunjukan
Sedangkan berdasarkan tingkat scoring rata- bahwa rata-rata panelis dalam pemberian nilai
rata panelis memberikan nilai pada rentang rasa keripik jagung-tempe terhadap tingkat
2,25 – 2,75 (tidak khas jagung sampai agak kesukaan (hedonik) berkisar antara 2,40 –
3,80 (tidak suka sampai suka) dengan nilai

359
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 4 No. 2 November 2018
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
tertinggi pada (P5) dengan tepung tempe : penerimaan panelis menjadi lebih meningkat
VCO (36% : 4%). Sedangkan berdasarkan seiring meningkatnya virgin coconut oil (VCO).
tingkat scoring rata-rata panelis memberikan
nilai pada rentang 1,85 – 2,70 (sangat tidak
4,00
asin sampai agak asin) dengan nilai tertinggi 3,35
3,50
pada (P1) dengan tepung tempe : VCO (40% 2,75 2,90 2,903,102,90 3,05
2,85
3,00 2,70 2,70
: 0%). 2,60
2,50 2,25
Dari grafik pengaruh tepung tempe dan

Nilai Tekstur
2,00
virgin coconut oil (VCO) terhadap rasa keripik
1,50
jagung didapatkan hasil bahwa semakin
1,00
rendah tepung tempe yang diberikan dan Hedonik
semakin tinggi virgin coconut oil (VCO) 0,50 Scoring

menyebabkan tingkat kesukaan dan 0,00


P1 P2 P3 P4 P5 P6
penerimaan panelis menjadi tidak konsisten.
Perlakuan
Perubahan tekstur atau viskositas suatu
bahan dapat mengubah rasa dan bau yang Gambar 9. Grafik Pengaruh Tepung Tempe
timbul, sehingga dapat mempengaruhi dan VCO terhadap Mutu Sensoris
Tekstur Keripik Jagung-Tempe
penerimaan panelis. Menurut Winarno (2002),
Keterangan : P1 = Tepung tempe 40% : VCO 0%
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi P2 = Tepung tempe 39% : VCO 1%
rasa pada suatu bahan makanan, yaitu P3 = Tepung tempe 38% : VCO 2%
P4 = Tepung tempe 37% : VCO 3%
senyawa kimia, suhu, konsentrasi, dan P5 = Tepung tempe 36% : VCO 4%
interaksi dengan komponen rasa lain. Menurut P6 = Tepung tempe 35% : VCO 5%
Afrianti (2008), tingkat perubahan
berhubungan erat dengan kepekaan terhadap Kerenyahan keripik dipengaruhi oleh
panas. Perlakuan panas yang tinggi dengan kandungan protein yang terkandung di dalam
waktu yang lama akan merusak rasa pada bahan. Hal ini dikarenakan kemampuan
makanan. Gelatin dan protein pada makanan protein dalam mengikat air yang membuat
akan pecah dan kehilangan daya ikatnya, terganggunya proses pengembangan granula
serta pada pati akan kehilangan daya pati. Selain itu proses pengovenan dan
pengentalnya. penggorengan dalam pembuatan keripik
mempengaruhi kadar air yang terikat di dalam
Tekstur produk keripik. Menurut Astaman (2004),
Berdasarkan Gambar 9 menunjukan Tingkat kerenyahan suatu produk pangan
bahwa rata-rata panelis dalam pemberian nilai sangat dipengaruhi oleh metode pengeringan,
tekstur keripik jagung-tempe terhadap tingkat pemanggangan dan penggorengan, yang
kesukaan (hedonik) berkisar antara 2,60 – merupakan suatu tujuan untuk mengurangi
3,35 (tidak suka sampai netral) dengan nilai kandungan air dari bahan pangan. Menurut
tertinggi pada (P5) dengan tepung tempe : Kusnandar (2010), kerenyahan dipengaruhi
VCO (36% : 4%). Sedangkan berdasarkan oleh kandungan protein yang terkandung di
tingkat scoring rata-rata panelis memberikan dalam bahan. Hal ini dikarenakan kemampuan
nilai pada rentang 2,25 – 3,05 (tidak renyah protein dalam mengikat air sehingga
sampai agak renyah) dengan nilai tertinggi menggangu proses pengembangan granula
pada (P5) dengan tepung tempe : VCO (36% pati. Selain kandungan protein, kandungan
: 4%). pati yang terdapat di dalam jagung sangat
Dari grafik pengaruh tepung tempe dan mempengaruhi kerenyahan suatu produk
virgin coconut oil (VCO) terhadap tekstur pangan.
keripik jagung-tempe didapatkan hasil bahwa
semakin rendah tepung tempe yang diberikan KESIMPULAN
dan semakin tinggi virgin coconut oil (VCO)
menyebabkan tingkat kesukaan dan

360
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 4 No. 2 November 2018
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
Berdasarkan hasil analisis dan BPS., 2015. Nusa Tenggara Barat Dalam
pembahasan, maka dapat ditarik beberapa Angka 2015. Badan Pusat Statistik,
kesimpulan sebagai berikut: Mataram.
1. Perlakuan tepung tempe dan virgin Desrosier, N.W., 1997. Teknologi Pengawetan
coconut oil (VCO) pada pembuatan keripik Makanan. Universitas Indonesia Press.
jagung-tempe memberikan pengaruh yang Jakarta.
berbeda nyata (signifikan) terhadap Hanafiah., 2002. Rancangan Percobaan Edisi
parameter uji mutu kimia (kadar lemak Ke Tiga. Rajawali Press. Jakarta.
dan kadar protein). Kusnandar, F., 2010. Kimia Pangan Komponen
2. Perlakuan tepung tempe dan virgin Makro. Dian Rakyat. Cetakan
coconut oil (VCO) pada pembuatan keripik Pertama. Jakarta.
jagung-tempe memberikan pengaruh yang Lende, M.B., 2010. Pengaruh Penambahan
berbeda nyata (signifikan) terhadap Kecipir Terhadap Sifat Kimia dan
parameter uji fisik (volume Organoleptik Tortilla Jagung. Skripsi
pengembangan, tingkat kerenyahan, nilai L Fakultas Teknologi Pangan dan
dan nilai oHue). Argoindustri Universitas Mataram.
3. Perlakuan tepung tempe dan virgin Mataram.
coconut oil (VCO) pada pembuatan keripik Muchtadi, T.R., dan Sugiono., 1989. Petunjuk
jagung-tempe memberikan pengaruh yang Laboratorium Ilmu Pengetahuan
berbeda nyata (signifikan) terhadap Bahan Pangan. Pusat Antar
Universitas Institut Pertanian Bogor.
parameter sensoris nilai tekstur (hedonik)
Bogor.
dan nilai warna (scoring). Namun
memberikan pengaruh yang tidak berbeda Murray. R.K., Granner D.K., Mayes P.A., dan
Rodwell V.W., 2003. Biokimia Harper.
nyata (non signifikan) pada nilai warna
Edisi 25, EGC. p 533-536. Jakarta.
(hedonik), nilai aroma (hedonik), nilai rasa
(hedonik), nilai aroma (scoring), nilai rasa Rachmawan Heru., 2008. Pengaruh Ratio
(scoring), nilai tekstur (scoring).
Tepung Tempe Terhadap Sifat Kimia
dan Organoleptik Tortilla Jagung.
4. Semakin tinggi virgin coconut oil (VCO),
Skripsi Fakultas Teknologi Pangan dan
maka semakin tinggi pula kadar lemak dan Argoindustri Universitas Mataram.
semakin rendah tepung tempe, maka Mataram.
semakin rendah pula kadar protein,
Rindengan, B., 2014. Pengaruh Penambahan
volume pengembangan, tingkat Virgin Coconut Oil (VCO) dan Minyak
o
kerenyahan, nilai L dan Hue. Kedelai Terhadap Mutu dan Nilai Gizi
Biskuit Bayi. Balai Penelitian Tanaman
Palma. Manado.
DAFTAR PUSTAKA
Schaafsma, A., et al. 2000. Mineral, Amino
Acid and Hormonal Composition of
Afrianti, L.H., 2008. Teknologi Pengawetan
Chicken Eggshell Powder and the
Pangan. Alfabeta. bandung. Afrianti,
Evaluation of its Use in Human
L.H., 2008. Teknologi Pengawetan
Nutrition. Poultry Science 79: 1833-
Pangan. Alfabeta. bandung.
1838. Sugiyono., 2004. Kimia Pangan.
Anonim., 2005. Virgin Coconut Oil: Oil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Composition And Quality Factors. Yogyakarta. Yogyakarta.
www. Kokonutpacific.Com. (Diakses
Syafutri, M.I., dan Eka L., 2014. Pengaruh
26 Februari 2018).
Konsentrasi Penambahan Tepung
Astaman, M., 2004. Makanan Ringan Berkalori Tempe Terhadap Karakteristik Tortila
Tinggi. IPB. Bogor. Labu Kuning. Jurnal Teknologi
http://64.203.71.11/kesehatan/news/ Industri dan Hasil Pertanian Volume
senior/gizi//0407/16/gizi.htm. 19 No.2. Fakultas Pertanian
(Diakses 16 Maret 2016). Universitas Sriwijaya. Sumatera
Selatan.

361
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 4 No. 2 November 2018
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
Wahyudi, Anang S., dan Wahyuni., 2009.
Pembuatan Minyak Kelapa Murni
(Virgin Coconut Oil). Tugas Akhir
Teknik Kimia. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Winarno F. G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz.,
1980. Pengantar Teknologi Pangan.
PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Winarno F. G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Zulviani. R., 1992. Pengaruh Berbagai Tingkat
Suhu Penggorengan Terhadap Pola
Pengembangan Kerupuk Sagu Goring.
Skripsi Jurusan Teknologi Pangan dan
Gizi, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

362

You might also like