Professional Documents
Culture Documents
Propisal Evi Bigbos
Propisal Evi Bigbos
Evi Kariani
(NIM)
oleh remaja saat ini. Makanan ini dianggap mudah diperoleh dan tidak
memerlukan waktu yang lama untuk diolah. Namun, ada beberapa risiko yang
terkait dengan konsumsi makanan cepat saji terutama dalam hal kesehatan.
Salah satu risiko yang paling sering dikaitkan dengan konsumsi makanan
Anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang
membawa oksigen. Anemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya
adalah kekurangan zat besi. Zat besi adalah salah satu mineral yang sangat
penting bagi tubuh, karena diperlukan untuk memproduksi sel darah merah.
gejala seperti lelah, lemah, sakit kepala, dan berkurangnya daya tahan tubuh.
Makanan cepat saji sering dikritik karena kandungan gizi yang rendah.
Makanan cepat saji umumnya tinggi kalori, lemak, natrium, dan karbohidrat,
tetapi rendah serat, vitamin, dan mineral. Beberapa jenis makanan cepat saji
juga rendah zat besi, sehingga dapat meningkatkan risiko anemia pada remaja
yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 15-18 tahun (Kemenkes RI.
2014). Anemia pada remaja yaitu 22,7% pada tahun 2013 menjadi 25% pada
hanya konsumsi makanan cepat saji. Masalah lain yang terjadi pada remaja
dengan makan banyak asal kenyang dengan tinggi lemak dan karbohidrat
dapat berdampak pada kesehatan remaja dengan timbulnya kasus gizi seperti
dapat meningkatkan risiko anemia pada remaja. Oleh karena itu peneliti
konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian anemia pada masa remaja
B. Rumusan Masalah
Faktor apa saja yang berhubungan dengan konsumsi makanan cepat saji
C. Tujuan Penelitian
saji dengan kejadian anemia pada masa remaja pertengahan 15-18 tahun.
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Remaja
para remaja tentang pengaruh makanan cepat saji terhadap anemia pada
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan juga sumber informasi
1. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah tidak
merokok dan tahap kehamilan. Dalam arti lain anemia didefinisikan sebagai suatu
keadaan kadar hemoglobin di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal
kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yang terutama disebabkan oleh kekurangan
zat gizi (khususnya zat besi) yang diperlukan untuk membentuk Hb.
darah merah besar yang abnormal dengan nuklei imatur (blastik). Anemia
karateristik pembesaran sel darah merah yang memiliki nuklei atau inti sel
akibat defisiensi besi dalam diet, atau kehilangan darah secara lambat atau
kronis.
Menurut Maryanti (2015) bahwa anemia defisiensi besi merupakan bentuk
penduduk dunia menderita anemia, dan lebih dari setengahnya merupakan anemia
defisiensi besi.
masalah gizi utama. Anemia defisiensi besi ini juga banyak ditemukan pada
terbatas, sehingga asupan protein hewaninya rendah dan infeksi parasit yang
a. Asupan zat gizi yang kurang seperti KEP, defisiensi diet relativ yang disertai
b. Absorpsi zat besi kurang seperti pada KEP, enteritis yang berulang, sindroma
malabsorbsi.
c. Kebutuhan zat gizi yang bertambah seperti pada infeksi, pertumbuhan yang
cepat.
hemosideremia.
Anemia pada remaja adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin dalam tubuh kurang dari normal. Anemia pada remaja dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya asupan nutrisi yang penting,
asupan nutrisi yang penting. Nutrisi yang penting untuk mencegah anemia
adalah zat besi, vitamin B12, dan folat. Remaja yang mengalami anemia
defisiensi besi biasanya mengalami kurangnya asupan zat besi dalam diet
mereka. Hal ini dapat terjadi karena remaja cenderung memiliki pola makan
yang tidak sehat, seperti mengonsumsi makanan cepat saji atau makanan yang
kurang bergizi.
b. Pendarahan
anemia akut.
Penyakit ini dapat menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi sel darah
merah yang cukup atau menyebabkan kerusakan pada sel darah merah.
dalam tubuh kurang dari normal. Untuk mencegah anemia, ada beberapa hal yang
dapat dilakukan:
a. Makan kaya zat besi dan asam folat, seperti daging, sereal, kacang-kacangan,
b. Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, sertam
a. Mengetahui penyebabnya.
mengalami gejala atau terkena anemia dikarenakan asupan gizi dalam tubuh
tinggi lemak yang instan, gampang dikemas serta disajikan. Keberadaan restoran
makanan fast food yang banyak bermunculan di kota- kota besar Indonesia bisa
bermacam fast food, yang bisa ditawarkan dalam wujud western fast food.
cepat, umumnya beraroma, namun tinggi energi total, lemak, gula, natrium, serta
rendah serat serta nutrisi. Contoh produk santapan western fast food termasuk
hamburger, kentang goreng, ayam goreng, pizza, sandwich, serta soda. Makanan
cepat saji seringkali mengandung tinggi kalori, lemak, garam, dan gula yang
tinggi akan tetapi rendah akan kandungan serat, nutrisi, asam akorbat, kalsium dan
folat.
Hubungan antara makanan cepat saji dan anemia dapat dilihat dari aspek
nutrisi yang dikandung oleh makanan cepat saji. Makanan cepat saji seringkali
kurang memenuhi kebutuhan nutrisi penting seperti zat besi, vitamin B12, dan
folat yang dibutuhkan tubuh untuk memproduksi sel darah merah yang sehat. Zat
besi, vitamin B12, dan folat merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh
anemia, terutama pada orang yang sudah cenderung kurang asupan nutrisi.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa konsumsi makanan cepat saji yang
tinggi dikaitkan dengan risiko anemia defisiensi besi pada anak-anak, remaja, dan
orang dewasa.
a. Obesitas
Fash food sarat dengan kalori dari gula dan lemak rafinasi (terutama
lemak jenuh dan terhidrogenasi yang menyumbat arteri, yang berasal dari minyak
yang berulang kali dipanaskan kembali ke suhu tinggi untuk menggoreng). Sering
b. Diabetes
Fast food memiliki indeks glikemik yang tinggi, yang artinya makanan
gula darah dan penambahan berat badan. Berat badan yang berlebih dan lemak
tubuh juga menjadi faktor risiko utama untuk mengembangkan diabetes tipe 2.
Fast food biasanya juga mengandung sodium atau garam yang tinggi, yang
berkontribusi pada terjadinya tekanan darah tinggi. Asupan garam yang tinggi
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
dalam rentang usia 10 – 18 tahun dan menurut badan kependudukan dan keluarga
berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
biologis yaitu tinggi badan, perubahan hormonal, dan kematangan seksual. Oleh
karena itu, masa remaja adalah masa yang banyak membutuhkan zat giizi. Puncak
pertumbuhan remaja putri terjadi pada usia 12 tahun, sedangkan remaja putra
yaitu:
Usia 11-13 tahun merupakan tahap remaja awal. Pada masa ini mulai
terjadi banyak perubahan, baik fisik atau jasmani maupun rohani yang tidak
Usia 14-18 tahun merupakan tahap lanjut dari remaja awal dan mulai
memasuki tahap aktif seksual. Pada tahap ini seharusnya remaja telah
reproduksi yang diperoleh dari sumber yang benar, supaya mereka dapat
akibatnya.
Usia 19-21 tahun merupakan tahap akhir remaja. Kebutuhan pada usia
ini adalah persiapan untuk menikah dan menjadi orang tua. Jika kebutuhan ini
tidak terpenuhi maka masalah yang timbul adalah kehamilan yang tidak
yang kurang baik, terkena penyakit menular seksual dan perawatan yang
kurang baik jika menjadi orang tua. Pada usia ini remaja harus mengetahui
seksual.
2. Gizi Remaja
gizi remaja. Dalam beberapa hal maslah gizi remaja serupa atau merupakan
kelanjutan dari masalah gizi usia anak, yaitu anemia defisiensi zat besi serta
kelebihan dan kekurangan berat badan. Sangat sedikit sekali yang diketahui
remaja tentang asupan pangan remaja. Meski asupan kalori suda tercukupi,
elemen lain seperti besi, kalsium, dan beberapa vitamin masih kurang. Survei
miskin Di Kairo menunjukkan asupan zat besi remaja putri tidak mencukupi tidak