Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

DISFEMISME PADA WACANA LINGKUNGAN: SEBUAH KAJIAN

EKOLINGUISTIK KRITIS DALAM MEDIA MASSA DI INDONESIA

(DYSPHEMISM USED IN ENVIRONMENTAL DISCOURSE: AN ECO-


CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS ON INDONESIAN MASS MEDIA)

Elisa Nurul Laili

Jalan RayaGenengan RT.01 RW.01 Genengan


Doko, Blitar, Jawa Timur, Indonesia 66186
Pos-el: elisa_nurullaili@yahoo.co.id

Diterima: 31 Agustus 2013; Direvisi: 5 Desember 2013; Disetujui: 6 Desember 2013

Abstract

Mass media uses various language devices to wrap constructive and destructive ideology concerning
the ecology, such as euphemism and dysphemism. This research identifies language problems of
environmental discourses in Indonesian mass media concerning to dysphemism. This is qualitative
descriptive research. The data were collected from some magazines: Gatra, Tempo, Trust, harian
Kompas, Kabar Indonesia, Media Indonesia, Suara Merdeka, and Surabaya Pagi, portal Antara,
Vivanews, Detiknews, Metronews, and Okezone by applying obervation method continued with
recording method. The data taken were limitted to polution, and environment reservation. The data
were analyzed by using distributional and identical technique continued with subtitution and
pharafrasing technique. There are four dysphemism units of expression used by Indonesian mass
media on environmental discourse, namely are words, phrases, clauses, and sentences. The unit of
expression in form of words is root words, derivational words, and plural words.The dysphemism unit
of expression in form of derivational words is nouns, verbs, and adjectives. The unit of expression in
form of phrase is noun phrase, adjective phrase, and phrasal verbs. The dysphemism found are
referring to human, plants, animals, soil, nuclear, poisinous materials, trash and waste, polution,
habitat destruction, species extinction, and taboo. There are tweleve fucntions of dysphemism unit of
expression, namely are (1) expressing hatred or abomination, (2) criticizing, (3) allusion, (4) blaming
or accusing, (5) whinning, (6) informing, (7) humiliating, mocking or deepening humiliation, (8)
warning, (9) disagreement, (10) dislikeness, (11) exagerrating, and (12) proofing.

Keywords: dysphemism, environmental discourse, eco-critical discourse analysis

Abstrak

Media massa menggunakan berbagai piranti bahasa untuk mengemas ideologi konstruktif dan
destruktif terkait dengan lingkungan, misalnya eufemisme dan disfemisme. Penelitian ini berusaha
mengkaji permasalahan kebahasaan yang terdapat dalam wacana lingkungan dalam media massa di
Indonesia, yakni mengenai disfemisme. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data
dikumpulkan dari majalah Gatra, Tempo, Trust, harian Kompas, Kabar Indonesia, Media Indonesia,
Suara Merdeka, dan Surabaya Pagi, portal Antara, Vivanews, Detiknews, Metronews, dan Okezone
menggunakan metode simak, dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. Namun, data tersebut
dibatasi hanya seputar permasalahan tentang polusi, pencemaran, dan reservasi lingkungan. Analisis
data dilakukan menggunakan metode agih dan metode padan dengan teknik lanjutan berupa teknik
substitusi dan parafrase. Bentuk satuan ekspresi disfemisme yang digunakan oleh media massa di
Indonesia pada wacana lingkungan ada empat macam, yaitu kata, frase, klausa, dan kalimat. Satuan
ekspresi yang berbentuk kata, yaitu berupa kata dasar, kata turunan dan kata majemuk.Satuan ekspresi
disfemisme berbentuk kata turunan, yaitu kata turunan berkategori nomina, verba, dan ajektiva.

47
48|Mabasan, Vol. 7 No. 2, JulivDesember 2013:47v58
Satuan ekspresi disfemisme yang berbentuk frase, yaitu frase nomina, frase ajektiva, dan frase verba.
Referensi disfemisme yang ditemukan berkaitan dengan manusia, tumbuhan, binatang, tanah, nuklir
dan material beracun, sampah dan limbah, polusi, perusakan habitat alami, kepunahan spesies, dan
tabu. Fungsi-fungsi satuan ekspresi disfemisme ada dua belas macam, yaitu (1) mengungkapkan
kemarahan atau kejengkelan, (2) mengkritik, (3) menyindir, (4) menuduh atau menyalahkan, (5)
mengeluh, (6) menyampaikan informasi, (7) menghina, mengejek atau mempertajam penghinaan, (8)
memperingatkan, (9) menunjukkan ketidaksetujuan, (10) menunjukkan rasa tidak suka, (11) melebih-
lebihkan, dan (12) menunjukkan bukti.

Kata kunci: disfemisme,wacana lingkungan, ekolinguistik kritis

1. Pendahuluan tersebut ada kalanya berperan dalam


Isu tentang lingkungan merupakan melestarikan lingkungan, dan sebaliknya,
permasalahan yang aktual dan menarik ada pula yang berperan dalam merusak
untuk diperbincangkan. Ilmu linguistik lingkungan. Media massa menggiring
dewasa ini juga mengkaji permasalahan pembaca untuk ikut mengetahui realitas
kebahasaan yang mulai berubah seiring tersebut. Media massa menggunakan
dengan perubahan lingkungan. berbagai piranti bahasa untuk mengemas
Permasalahan kebahasaan yang berkaitan ideologi konstruktif dan destruktif terkait
dengan perubahan lingkungan ini dikaji dengan lingkungan, misalnya eufemisme
dalam ilmu ekolinguistik dan ekolinguistik dan disfemisme.
kritis. Penelitian ini berusaha mengkaji Disfemismedalam wacana lingkungan
permasalahan kebahasaan yang terdapat lebih bervariasi dibandingkan dalam ranah
pada wacana lingkungan dalam media massa sosiolinguistik yang berkaitan erat dengan
di Indonesia, yakni mengenai disfemisme. konsep tabu. Disfemisme dalam wacana
Karena itulah, penelitian ini termasuk ke lingkungan juga memiliki tujuan politis
dalam ranah ekolinguistik kritis. Penelitian ideologis. Dalam media massa luar negeri,
ini bertujuan untuk mengetahui bentuk- penggunaan disfemisme pada wacana
bentuk, referensi, tipe-tipe, dan fungsi- lingkungan jarang dilakukan. Jurnalis lebih
fungsi satuan ekspresi disfemisme pada memilih menggunakan eufemisme
wacana lingkungan dalam media massa di dibandingkan disfemisme. Namun, lain
Indonesia. halnya dengan media massa di Indonesia,
Ekolinguistik kritis mempersoalkan peneliti menemukan beberapa disfemisme
teks-teks yang berkenaan dengan yang digunakan dalam media massa dalam
lingkungan. Teks-teks tersebut diciptakan wacana lingkungan. Sejalan dengan hal ini,
oleh media massa sehingga terciptalah Ali Masri dalam Kasmansyah (via Khairah,
realitas yang mengkonstruksi masyarakat 2013:1) menyebutkan bahwa bahasa
tentang lingkungan. Media massa Indonesia yang digunakan dalam media
mempengaruhi kognisi pembaca atau massa cenderung lebih banyak
masyarakat untuk berpartisipasi menggunakan kata atau bentuk bahasa
melestarikan lingkungan. Namun ada pula pengasaran (disfemisme) yang merupakan
wacana yang diciptakan oleh media sarat kebalikan dari bentuk eufemisme
akan muatan politis yang konstruktif dan (penghalusan).
destruktif. Penggunaan disfemisme ini tentunya
Wacana yang bermuatan politis ini memiliki beberapa maksud dan tujuan
tidak terlepas dari peran beberapa tokoh tertentu. Selain itu, penggunaan disfemisme
bangsa Indonesia yang memiliki andil dalam wacana lingkungan juga berpengaruh
terhadap lingkungan. Beberapa figur publik terhadap kognisi penuturnya, yang dalam hal
Disfemisme pada Wacana Lingkungan Y~Elisa Nurul Laili)| 49
ini adalah para pembaca serta pemerhati saling bergantung dan berhubungan satu
masalah lingkungan. Berawal dari hal sama lain (Stibbe, 2010:1).
tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji Analisis Wacana Kritis menurut
disfemisme yang berkaitan dengan wacana Fairclough dan Wodak dalam van Dijk
lingkungan, terutama yang terdapat dalam (1997:55) memandang wacana (penggunaan
media massa di Indonesia. bahasa dalam tuturan dan tulisan) sebagai
sebuah bentuk praktik sosial dan
2. Kerangka Teori menjelaskan wacana sebagai praktik sosial
Ekologi bahasa menurut Haugen menyiratkan suatu hubungan dialektik antara
(Haugen dalam Fill dan Muhlhausler, peristiwa diskursif tertentu dengan situasi-
2001:57) adalah studi tentang interaksi situasinya, institusi-institusi, dan struktur
antarbahasa yang ada dengan sosial yang mewadahinya. Suatu hubungan
lingkungannya. Fill (dalam Fill dan dialektik merupakan sebuah hubungan dua
Muhlhausler, 2001:51) mendefinisikan jalur: peristiwa diskursif dibentuk oleh
ekolinguistik sebagai studi yang lebih luas situasi, institusi dan struktur sosial, tapi juga
lingkupnya dalam mempelajari sintaksis, membentuk ketiganya.
semantik, dan pragmatik. Karena itulah, AWK dikembangkan Fairclough
dibutuhkan beberapa teori baru yang inovatif berdasarkan asumsi linguistik fungsional-
untuk menginvestigasi ide-ide tersebut sistemik yang dikembangkan oleh Halliday,
secara empiris. bahwa bahasa dalam teks (wacana) selalu
Crystal (2008:161²162) mendefinisi- mengemban tiga fungsi sekaligus: secara
kan ekolinguistik adalah sebuah studi yang ideasional merepresentasikan pengalaman
merefleksikan sifat ekologi dalam studi dan dunia, secara interpersonal membentuk
biologis, yang mana interaksi antara bahasa interaksi sosial antara partisipan dan
dan lingkungan kultural dilihat sebagai inti: wacana, serta secara tekstual mengaitkan
disebut pula dengan ekologi bahasa, ekologi teks dengan konteks situasional (periksa
linguistik dan kadang-kadang linguistik Fairclough, 1995:6). AWK juga
hijau. dikembangkan Wodak dan van Dijk yang
Alexander dan Stibbe (2011) dipengaruhi model perencanaan teks
mendefinisikan ekolinguistik sebagai studi kognitif (Subagyo, 2009:143).
tentang dampak penggunaan bahasa dalam Kajian ekolinguistik baru-baru ini
keberlangsungan hidup yang menjembatani juga dipengaruhi oleh AWK. Ekolinguistik
hubungan antara manusia, organisme lain, mengkaji wacana tentang lingkungan, dan
dan lingkungan fisik yang secara normatif bermacam bentuk wacana yang ideologinya
berorientasi pada pelestarian hubungan- menyangkut manusia dan lingkungan.
hubungan yang berkelanjutan dalam Wacana lingkungan dengan semua
kehidupan. Dengan kata lain, ekolinguistik perwujudannya (teks lisan, teks tertulis,
berkaitan erat dengan bagaimana bahasa gambar dan internet) ini disebut greenspeak
berperan untuk membentuk, memelihara, atau wacana hijau (Harre dalam Fill,
mempengaruhi, atau merusak hubungan 2011:8). Analisis wacana eko-kritis tidak
antara manusia, kondisi kehidupan dan sebatas menganalisis bahasa secara
lingkungannya. Ekolinguistik berkembang mikrostruktur saja, tetapi juga membahas
sebagai akibat dari perkembangan ekologi permasalahan makrostruktur bahasa seperti
manusia yang berkaitan dengan berbagai gaya bahasa, eufemisme, disfemisme dan
sistem (sistem ekonomi, sosial, agama, lain-lain.
budaya. linguistik dan ekosistem) yang
50|Mabasan, Vol. 7 No. 2, JulivDesember 2013:47v58
Wacana lingkungan dikonstruksi perusakan, pembasmian atau pemusnahan,
untuk beberapa tujuan dan maksud tertentu. dan racun; (3) Menyatakan kebencian atau
Adakalanya wacana tersebut digunakan perlawanan terhadap pihak-pihak yang
untuk kampanye atau sosialisasi pelestarian merusak lahan tradisional atau lahan adat;
lingkungan hidup, serta kritik terhadap (4) Menciptakan slogan dan elemen yang
oknum-oknum yang berperan dalam menyampaikan ide dan gagasan yang
kerusakan lingkungan.Wacana ini lebih digunakan untuk membuat proses perusakan
banyak dikemas dengan istilah-istilah yang lingkungan dan kebudayaan yang dilakukan
eufemistis. Selain eufemisme, dalam media oleh sekelompok orang tampak seolah sesuai
massa Indonesia juga ditemukan dan sejalan dengan hukum alam.
penggunaan ekspresi disfemistis. Hal ini Schultz (Fill dan Muhlhausler,
sangat berbeda dengan media massa yang 2001:109²110) menyatakan bahwa
terdapat di luar negeri, yang lebih memilih terdapat tiga piranti linguistik atau
untuk menggunakan ekspresi eufemistis saja kebahasaan yang sering digunakan dalam
dengan beberapa pertimbangan politis. teks yang berkaitan dengan komersialisasi
Ekolinguistik kritis dibagi menjadi lingkungan. Pertama, penggunaan kata-kata
dua bagian, yaitu bagian yang mengkritisi netral yang mempunyai konotasi pujian atau
sistem (tata bahasa/grammar) dan bagian cenderung memihak terhadap eksploitasi,
yang mengkritisi teks. Beberapa peneliti tapi realitas yang diwakili kata tersebut
sistem atau tata bahasa di antaranya adalah sangat berbeda. Misalnya, penggunaan kata
M.A.K. Halliday, Andrew Goatly dan Mary atau istilah ecologically sustainable
Schleppergrell. Sedangkan beberapa peneliti development, fertilizer dan human
teks atau artikel eko-kritis di antaranya resources. Kedua, piranti yang sering
adalah Harre, Brockmeier dan Muhlhausler. digunakan, yaitu penggunaan eufemisme
Teks yang diteliti tersebut antara lain adalah (penyebutan benda atau sesuatu hal yang
pidato politik, iklan lingkungan (green ads), tidak menyenangkan menjadi lebih sopan).
artikel-artikel tentang lingkungan, dan Misalnya, penggunaan istilah clearing,
sebagainya (Fill dan Muhlhausler, 2001:6² harvest, greenhouse effect dan global
7). Analisis eko-kritis sendiri meliputi warming. Ketiga, piranti yang jarang
penggunaan kosakata, diksi, eufemisme, digunakan tapi sangat kuat efeknya bila
disfemisme, dan lain-lain. digunakan, yaitu penggunaan istilah-istilah
Trampe dalam Fill dan Muhlhausler peyoratif atau disfemisme (penyebutan
(2001:238²239) menyatakan bahwa benda atau sesuatu hal dengan konotasi yang
wacana lingkungan dalam media massa lebih negatif). Misalnya, penggunaan kata
biasanya mengandung hal-hal sebagai atau istilah earthworm food dan DQLPDOV¶
berikut: (1) Reifikasi, yaitu memperlakukan homes untuk menyebut humus.
makhluk hidup sebagai objek yang bernilai Garner (2000) menyatakan bahwa
ekonomis, berkaitan dengan teknologi dan disfemisme adalah mengganti kata-kata atau
ideologis. Misalnya makhluk hidup atau frase yang bermakna netral atau positif
sumber daya dapat diproduksi, dengan kata-kata yang tidak menyenangkan.
dioptimalkan, dikelola, dan digunakan Disfemisme merupakan kebalikan dari
(dimanfaatkan); (2) Menyembunyikan fakta, eufemisme. Disfemisme digunakan untuk
yaitu penggunaan eufemisme untuk menyerang petutur atau pendengarnya.
menggantikan beberapa kata atau istilah Allan dan Burridge (1991:26)
yang dihindari. Misalnya, yang berkaitan mendefinisikan disfemisme adalah ekspresi-
dengan kematian, penghancuran atau ekspresi dengan konotasi yang menyakitkan
Disfemisme pada Wacana Lingkungan Y~Elisa Nurul Laili)| 51
bagi yang diajak bicara maupun yang majalah Trust, harian Kompas, harian Kabar
mendengarkan, sehingga ungkapan tersebut Indonesia, harian Media Indonesia, harian
biasanya diganti dengan ekspresi-ekspresi Suara Merdeka, dan harian Surabaya Pagi.
yang lebih netral atau lebih eufemistis. Sedangkan data dari media massa internet
Disfemisme digunakan untuk membicarakan diperoleh dari beberapa portal, yakni Antara,
lawan, sesuatu yang diharapkan dapat Vivanews, Detiknews, Metronews, dan
menunjukkan ketidaksukaan, serta sesuatu Okezone, tapi data tersebut dibatasi hanya
yang diharapkan lebih menghina, seputar permasalahan tentang polusi,
meremehkan atau merendahkan lawan. pencemaran, dan reservasi lingkungan.
Allan dan Burridge (2006:31) juga Kemudian, data dianalisis dengan metode
menambahkan bahwa disfemisme adalah agih dan metode padan dengan teknik
kata atau frase yang berkonotasi lanjutan berupa teknik substitusi dan
menyakitkan atau mengganggu baik orang parafrase. Lalu, hasil analisis data disajikan
yang diajak bicara dan/atau orang yang secara informal. Penelitian ini menggunakan
dibicarakan serta orang yang mendengarkan kerangka teori Allan dan Burridge dan
ungkapan tersebut. Trampe sebagai pisau analisis data. Namun,
Referensi disfemisme yang digunakan juga digunakan beberapa teori yang relevan
dalam wacana lingkungan agak berbeda agar hasil analisis lebih mendalam dan
dengan referensi disfemisme yang biasa komprehensif.
digunakan dalam ranah sosiolinguistik
sebagaimana yang telah diajukan oleh Allan 4. Pembahasan
dan Burridge. Trampe (dalam Fill dan 4.1 Bentuk-bentuk Satuan Ekspresi
Muhlhausler, 2001:233²239) menyebutkan Disfemisme
beberapa referensi eufemisme dalam wacana Bentuk satuan ekspresi disfemisme
lingkungan yang terdapat dalam media yang digunakan oleh media massa di
massa di Jerman, antara lain berkaitan Indonesia pada wacana lingkungan ada
dengan hal-hal sebagai berikut: (1) empat macam. Satuan ekspresi tersebut
permasalahan mengenai sampah, limbah, berbentuk kata, frase, klausa, dan kalimat.
material beracun, dan polusi, (2) perusakan Adapun satuan ekspresi yang berbentuk
habitat alami dan kepunahan beberapa kata, terbagi menjadi tiga macam, yaitu kata
spesies, (3) energi nuklir, (4) tumbuhan atau dasar, kata turunan dan kata majemuk.
tanaman, (5) hewan, dan (6) bentang daratan Satuan ekspresi disfemisme berupa kata
dan tanah. turunan terbagi menjadi tiga, yakni kata
turunan berkategori nomina, verba dan
3. Metode Penelitian ajektiva. Satuan ekspresi disfemisme yang
Penelitian ini merupakan penelitian berupa frase terbagi menjadi tiga, yaitu frase
deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan nomina, frase ajektiva, dan frase verba.
dengan metode simak, dengan teknik
lanjutan berupa teknik catat. Data 4.1.1 Satuan Ekspresi Disfemisme Berupa
dikumpulkan dari beberapa media massa Kata
berbahasa Indonesia, baik cetak (majalah Satuan ekspresi disfemisme yang
dan surat kabar) maupun elektronik (portal berupa kata dibagi menjadi tiga macam,
berita dari media internet), yang berisi yaitu kata dasar, kata turunan dan kata
tentang wacana lingkungan. Data dari media majemuk. Pembahasannya adalah sebagai
cetak diperoleh dari majalah dan surat kabar, berikut.
yaitu majalah Gatra, majalah Tempo,
52|Mabasan, Vol. 7 No. 2, JulivDesember 2013:47v58
4.1.1.1 Satuan Ekspresi Disfemisme 4.1.1.2 Satuan Ekspresi Disfemisme
Berupa Kata Dasar Berupa Kata Turunan
Satuan ekspresi disfemisme yang Selain bentuk ekspresi yang berupa
digunakan oleh media massa Indonesia kata dasar, terdapat pula satuan ekspresi
dalam wacana lingkungan cukup bervariasi. disfemisme yang berupa bentuk turunan.
Adapun kategori satuan ekspresi disfemisme Bentuk turunan merupakan kata yang
yang berupa kata dasar meliputi kategori mengalami proses afiksasi, reduplikasi dan
nomina, verba, dan ajektiva. pemajemukan. Satuan ekspresi yang
mengalami proses pembubuhan afiks antara
4.1.1.1.1 Kategori Nomina lain sebagai berikut.
Disfemisme berupa kata dasar
berkategori nomina yang terdapat dalam 4.1.1.2.1 Bentuk Turunan Kategori
media massa Indonesia cukup bervariasi. Nomina
Masing-masing berasal dari bahasa Satuan ekspresi disfemisme berupa
Indonesia asli, bahasa daerah, nama tempat, kata berafiks kategori nomina yang terdapat
dan bahasa asing yang diadaptasi atau dalam media massa Indonesia berasal dari
diadopsi ke dalam bahasa Indonesia. bahasa Indonesia asli, bahasa daerah, dan
Misalnya kata momok untuk menggantikan bahasa asing yang diadaptasi atau diadopsi
kata gangguan, kata sindikat untuk ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya, kata
menggantikan kata perkumpulan dan kata penggurunan untuk menggantikan istilah
Bhopal untuk menggantikan istilah tragedi kekeringan, kata penyerobotan untuk
kematian karena polusi. menggantikan kata pengambilalihan dan
perselingkuhan untuk menggantikan istilah
4.1.1.1.2 Kategori Verba kerjasama.
Disfemisme berupa kata dasar
berkategori verba yang terdapat dalam 4.1.1.2.2 Bentuk Turunan Kategori Verba
media massa Indonesia berasal dari bahasa Satuan ekspresi disfemisme berupa
Indonesia asli dan bahasa daerah. Misalnya, kata berafiks kategori verba yang terdapat
kata tewas untuk menggantikan istilah dalam media massa Indonesia berasal dari
meninggal dunia dan kata ngendon untuk bahasa Indonesia asli, bahasa daerah, dan
menggantikan istilah dibiarkan saja. bahasa asing yang diadaptasi atau diadopsi
ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya, kata
4.1.1.1.3 Kategori Ajektiva memangsa untuk menggantikan istilah
Disfemisme berupa kata dasar mengambil alih, kata dilahap untuk
berkategori ajektiva yang terdapat dalam mengggantikan istilah dimanfaatkan dan
media massa Indonesia cukup bervariasi. kata di-Gayus-kan untuk menggantikan
Ajektiva dasar tersebut berasal dari bahasa istilah dikorupsi.
Indonesia asli, bahasa daerah dan bahasa
asing yang diadaptasi ke dalam bahasa 4.1.1.2.3 Bentuk Turunan Kategori
Indonesia. Misalnya, kata nakal untuk Ajektiva
menggantikan istilah susahdiperingatkan, Satuan ekspresi disfemisme berupa
kata tekor untuk menggantikan kata kata berafiks kategori ajektiva yang terdapat
kekurangan dan kata bubrah untuk dalam media massa Indonesia berasal dari
menggantikan kata rusak atau hancur. bahasa Indonesia asli, bahasa daerah, dan
bahasa asing yang diadaptasi atau diadopsi
ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya, istilah
Disfemisme pada Wacana Lingkungan Y~Elisa Nurul Laili)| 53
menggunung untuk menggantikan istilah energy untuk menggantikan istilah selalu
menumpuk dan terpinggirkan untuk berusaha menguasai sumber energi dan
mengantikan istilah belum mendapatkan hak sumber daya alam.
dan kewajiban.
4.1.2.3 Satuan Ekspresi Disfemisme
4.1.1.3 Satuan Ekspresi Disfemisme Berupa Frase Verba
Berupa Kata Majemuk Satuan ekspresi eufemisme berupa
Satuan ekspresi disfemisme berupa frase idiomatis yang terdapat pada wacana
kata majemuk yang terdapat pada wacana lingkungan dalam media massa di Indonesia
lingkungan dalam media massa di Indonesia cukup bervariasi. Misalnya, memotong
ada yang berasal dari bahasa Indonesia asli kepala untuk menggantikan frase
dan bahasa asing. Kata majemuk tersebut membunuh, frase tutup mulut untuk
juga ada yang mengalami afiksasi. Misalnya, menggantikan istilah berdiam diri tanpa
koboi karbon untuk menggantikan istilah melakukan tindakan apapun.
pedagang karbon, dan istilah melek karbon
untuk menggantikan istilah sadar 4.1.3 Satuan Ekspresi Disfemisme Berupa
lingkungan. Klausa
Selain kata dan frase, satuan ekspresi
4.1.2 Satuan Ekspresi Disfemisme Berupa disfemisme yang digunakan pada wacana
Frase lingkungan dalam media massa Indonesia
Satuan ekspresi disfemisme berupa yaitu klausa. Satuan ekspresi disfemisme
frase yang terdapat pada wacana lingkungan berupa klausa yang ditemukan dalam data
dalam media massa di Indonesia berupa dapat menempati posisi sebagai klausa inti
frase nomina, frase ajektiva, dan frase maupun klausa bawahan. Misalnya, dalam
idiomatis. NDOLPDW ³Tapi kalau kelakuan orang
Indonesia seringkali mengail ikan di air
4.1.2.1 Satuan Ekspresi Disfemisme keruh, maka hak publik akan terus
Berupa Frase Nomina dikorupsi, termasuk dana yang telah
Satuan ekspresi disfemisme berupa dikeluarkan oleh Lapindo´ kalimat
frase nomina yang terdapat pada wacana ³Mengajak negara-negara berseteru duduk
lingkungan dalam media massa di Indonesia bersama seperti merukunkan macan dan
memiliki konstruksi yang bervariasi. gajah´ GDQ NDOLPDW ³Airnya cokelat pekat
Misalnya, frase kota hantu untuk WHUEDOXW ROHK OXPSXU GDQ OLPEDK LQGXVWUL ´
menggantikan istilah kota yang tak terlihat
aktivitasnya, lumpur Lapindo untuk 4.1.4 Satuan Ekspresi Disfemisme Berupa
menggantikan istilah lumpur Sidoarjo dan Kalimat
istilah zero sum game untuk menggantikan Selain kata, frase, dan klausa, satuan
istilah satu untung satu rugi. ekspresi disfemisme yang digunakan pada
wacana lingkungan dalam media massa
4.1.2.2 Satuan Ekspresi Disfemisme Indonesia yaitu kalimat. Ekspresi
Berupa Frase Ajektiva disfemisme berupa kalimat yang ditemukan
Satuan ekspresi disfemisme berupa dalam data cukup banyak dan bervariasi.
frase ajektiva yang terdapat pada wacana Kalimat-kalimat tersebut ada yang secara
lingkungan dalam media massa di Indonesia langsung menunjukkan disfemisme, dan ada
tidak banyak memiliki konstruksi yang pula yang bersifat perbandingan serta
bervariasi. Misalnya, frase lapar akan mengandung makna kiasan. Misalnya,
54|Mabasan, Vol. 7 No. 2, JulivDesember 2013:47v58
NDOLPDW ³Bukan untung, malah buntung´ 4.2.3 Referen Disfemisme yang
NDOLPDW ³Lapindo yang berbuat, mari kita Berhubungan dengan Binatang
ikut kualat´, GDQ NDOLPDW ³Setelah lima Satuan ekspresi yang berhubungan
tahun lalu menerima predikat sebagai dengan binatang meliputi aktivitas, benda,
perusahaan pencemar dan perusak serta membandingkan manusia dengan
lingkungan hidup, PT Lapindo Brantas binatang yang memiliki persamaan sifat.
Incorporated, kali ini kembali akan Misalnya, macan kertas untuk menggantikan
PHQHULPD ³3DJHEOXN $ZDUG´ ´ seribu janji namun nihil aksi, bulan-bulanan
untuk menggantikan korban perburuan, dan
4.2 Referensi Satuan Ekspresi Disfemisme mencekoki untuk menggantikan kata
Referensi disfemisme pada wacana mengobati.
lingkungan digunakan untuk menyampaikan
hal-hal yang berkaitan dengan manusia, 4.2.4 Referen Disfemisme yang
tumbuhan, binatang, tanah, nuklir dan Berhubungan dengan Tanah
material beracun, sampah dan limbah, Satuan ekspresi yang berhubungan
polusi, perusakan habitat alami, kepunahan dengan tanah meliputi keadaan, sifat dan
spesies dan tabu. Masing-masing merujuk aktivitas. Misalnya, kata lahan mati untuk
kepada segala hal yang berkenaan dengan menggantikan lahan tidak subur atau
sifat, keadaan, aktivitas, profesi, benda, produktif, dan penggurunan untuk
tempat, peristiwa, dan ±ist difemisme. menggantikan kekeringan.
Sedangkan yang merujuk pada hal-hal tabu,
antara lain tentang aktivitas SDM, makhluk 4.2.5 Referen Disfemisme yang
halus, kematian, dan kriminalitas. Berikut Berhubungan dengan Nuklir dan
adalah referen disfemisme yang ditemukan Material Beracun
dalam data. Satuan ekspresi yang berhubungan
dengan nuklir dan material beracun meliputi
4.2.1 Referen Disfemisme yang peristiwa, aktivitas, keadaan dan benda.
Berhubungan dengan Manusia Misalnya, bencana radiasi nuklir untuk
Satuan ekspresi yang berhubungan menggantikan bencana Chernobyl,
dengan manusia meliputi sifat, keadaan, menyurukkan untuk menggantikan kata
aktivitas, profesi, dan ±ist disfemisme. menyusupkan, ketergantungan terhadap
Misalnya, laparakan energi untuk energi nuklir untuk menggantikan
menggantikan mengeksplorasi energi, pemanfaatan energi nuklir, dan gas beracun
petualang untuk menggantikan pemerintah, amonia untuk menggantikan senyawa
mencuri untuk menggantikan mengkorupsi amonia.
dan gerakan anti-Kyoto untuk menggantikan
negara industri maju. 4.2.6 Referen Disfemisme yang
Berhubungan dengan Sampah dan
4.2.2 Referen Disfemisme yang Limbah
Berhubungan dengan Tumbuhan Satuan ekspresi yang berhubungan
Satuan ekspresi yang berhubungan dengan sampah dan limbah meliputi
dengan tumbuhan meliputi profesi dan aktivitas, keadaan, tempat, dan benda.
aktivitas yang berkaitan dengan tumbuhan. Misalnya, menggelontorkan untuk
Misalnya, kata dilahap untuk menggantikan menggantikan kata membuang, menggunung
dimanfaatkan, dan cukong kayu untuk untuk menggantikan kata menumpuk,
pengusaha karbon. lumbung sampah untuk menggantikan kata
Disfemisme pada Wacana Lingkungan Y~Elisa Nurul Laili)| 55
tempat sampah, dan ranjau sampah untuk 4.3 Tipe-tipe Satuan Ekspresi Disfemisme
menggantikan tumpukan sampah. Tipe-tipe satuan ekspresi disfemisme
yang terdapat pada wacana lingkungan
4.2.7 Referen Disfemisme yang dalam media massa di Indonesia ada sebelas
Berhubungan dengan Polusi macam, yaitu penggunaan ekspresi figuratif
Satuan ekspresi yang berhubungan (misalnya penggundulan hutan untuk
dengan polusi meliputi keadaan dan menggantikan illegal logging), pemodelan
peristiwa. Misalnya, istilah terbalut oleh kembali (hopelesshagen untuk
lumpur dan limbah industri untuk menggantikan kekecewaan pada putusan
menggantikan kata tercemar dan kata konferensi Copenhagen), sirkumlokusi
Bhopal untuk menggantikan tragedi (misalnya terperosok dalam alam pikiran
kematian akibat pencemaran. yang sudah didesain untuk menggantikan
istilah tertipu), metonimia (misalnya Bhopal
4.2.8 Referen Disfemisme yang untuk tragedi kematian akibat pencemaran
Berhubungan dengan Perusakan Habitat dan di-Gayuskan untuk menggantikan kata
Alami dikorupsi), sinestesia (pengalaman pahit
Satuan ekspresi yang berhubungan untuk menggantikan kejadian bencana
dengan perusakan habitat alami meliputi akibat penambangan dan dimakan untuk
aktivitas dan sifat. Misalnya, penggundulan menggantikan dialih manfaatkan), satu kata
hutan, penjarahan hutan, dan paling rakus untuk menggantikan kata yang lain (tewas
memangsa hutan untuk menggantikan untuk menggantikan kata meninggal dan
illegal logging. tekor untuk menggantikan kata kekurangan),
synecdoche totem pro parte (misalnya
4.2.9 Referen Disfemisme yang kutukan Copenhagen untuk menggantikan
Berhubungan dengan Kepunahan Spesies hasil putusan konferensi Copenhagen),
Satuan ekspresi yang berhubungan hiperbola (misalnya ranjau sampah untuk
dengan kepunahan spesies meliputi tempat menggantikan tumpukan sampah),
dan aktivitas. Misalnya, kota hantu untuk penggunaan istilah teknis (misalnya kata
kota tak berpenduduk, pembasmian hama sindikat untuk perkumpulan), penggunaan
untuk menggantikan perburuan orangutan, istilah kolokial (misalnya istilah molor untuk
dan dicincang untuk dibunuh. menggantikan tidak tepat waktu), dan
pinjaman dari bahasa lain (climate mafia
4.2.10 Referen Disfemisme yang untuk menggantikan badan pengawas iklim
Berhubungan dengan Tabu dunia atau IPCC dan kata bubrah untuk
Satuan ekspresi yang berhubungan menggantikan kata rusak).
dengan tabu meliputi makhluk halus,
binatang dan kriminalitas. Misalnya, kentut 4.4 Fungsi-fungsi Satuan Ekspresi
untuk menggantikan kata kebocoran, momok Disfemisme
untuk menggantikan istilah pengganggu, Fungsi-fungsi satuan ekspresi
membunuh untuk menggantikan istilah disfemisme yang terdapat pada wacana
menyebabkan penyakit yang memicu lingkungan dalam media massa di Indonesia
kematian, di-Gayus-kan untuk ada dua belas macam, yaitu: (1)
menggantikan kata dikorupsi atau mengungkapkan kemarahan atau
digelapkan dan sindikat untuk menggantikan kejengkelan, (2) mengkritik, (3) menyindir,
kata perkumpulan. (4) menuduh atau menyalahkan, (5)
mengeluh, (6) menyampaikan informasi, (7)
56|Mabasan, Vol. 7 No. 2, JulivDesember 2013:47v58
menghina, mengejek atau mempertajam Crystal, David. (2008). A Dictionary of
penghinaan, (8) memperingatkan, (9) Linguistics and Phonetics. 6th
menunjukkan ketidaksetujuan, (10) Edition. United Kingdom: Blackwell
menunjukkan rasa tidak suka, (11) melebih- Publishing.
lebihkan, dan (12) menunjukkan bukti.
Fairclough, Norman. (1995). ³Critical
5. Penutup Discourse Analysis: The Critical
Disfemisme cukup banyak digunakan Study of Language´. London:
dalam wacana lingkungan media massa Longman
Indonesia. Disfemisme merupakan piranti
kebahasaan yang banyak digunakan oleh Fairclough, Norman & Ruth Wodak. (1997).
jurnalis di Indonesia, seperti halnya Critical Discourse Analysis: An
penggunaan eufemisme. Disfemisme, Overview. Dalam Teun A. van Dijk
sebagaimana eufemisme, juga merupakan (Ed.), Discourse and Interaction
bentuk praktik wacana yang membentuk (pp.67²97). London: SAGE
realitas ciptaan jurnalis.Realitas tersebut Publication.
dapat mempengaruhi kognisi pembacanya.
Mengingat pembaca wacana tersebut Fill, Alwin. (1998). Ecolinguistics: State of
beragam, baik dari segi usia, jenis kelamin, The Art 1998. Dalam Alwin Fill &
tingkat pendidikan, dan sebagainya, para Peter Muhlhausler (Eds.), The
jurnalis diharapkan agar objektif dan Ecolinguistics Reader: Language,
konstruktif dalam penciptaan realitas Ecology and Environment. London:
tersebut agar pembaca dapat terpengaruh ke Continuum.
arah yang konstruktif pula, yakni pelestarian
lingkungan hidup dan keluasan pengetahuan Fill, Alwin & Peter Muhlhausler. (2001).
mengenai lingkungan hidup. ³The Ecolinguistic Reader: Language,
Ecology and Environment´. London:
Daftar Pustaka Continuum.

Alexander, Richard & Arran Stibbe. (2011). Garner, Bryan A. (2000). The Oxford
From The Analysis of Ecological Dictionary of American Usage and
Discourse to The Ecological Analysis Style. New York: Oxford University
of Discourse. Dalam Language Press.
Sciences. Amsterdam: Elsevier.
Haugen, Einar. (1972). The ecology of
Allan, Keith & Kate Burridge. (1991). language. Dalam Alwin Fill dan Peter
Euphemism and Dysphemism: Muhlhausler (Eds.), The
Language Used as Shield and Ecolinguistics Reader: Language,
Weapon. Oxford: Oxford University Ecology and Environment. London:
Press. Continuum.

_______. (2006). Forbidden Words: Taboo Khairah, Miftakhul. (2013). Optimalisasi


and The Censoring of Language. Rekayasa Bahasa: Menuju Media
Cambridge: Cambridge University Massa Yang Logis dan Santun. Dalam
Press. Risalah Kongres Bahasa Indonesia X.
Jakarta: Pengembangan dan
Disfemisme pada Wacana Lingkungan Y~Elisa Nurul Laili)| 57
Pembinaan Bahasa Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Subagyo, P. Ari. (2009). Tiga Pendekatan
dalam Analisis Wacana. Widyaparwa,
Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus 37 (2), 133²152.
Linguistik Edisi Ke-4. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Wardhaugh, Ronald. (2002). An
Introduction to Sociolinguistics.
Leech, Geoffrey. (1981). Semantics. Great Massachusetts: Blackwell Publishers
Britain: Pinguin Books. Inc.

Stibbe, Arran. (2010). Ecolinguistics And Webster, Merriam. (1997). The Merriam
Globalisation. In Nikolas Coupland Webster Dictionary. USA: Merriam
(ed.), The Blackwell Handbook of Webster Inc.
Language And Globalisation.
London: Blackwell.
58|Mabasan, Vol. 7 No. 2, JulivDesember 2013:47v58

You might also like