Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

MAKALAH SEMINAR PROPOSAL

DIVISI REKREASI ALAM DAN EKOWISATA


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

NAMA : Nala Diana


NIM : E34180097
JUDUL PENELITIAN : Modal Sosial Masyarakat Kasepuhan dalam Pengembangan Wisata
Gunung Luhur di Desa Citorek Kidul
DOSEN PEMBIMBING : Dr. Eva Rachmawati, S.Hut., M.Si.
Dr. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc
MODERATOR : Dr. Syafitri Hidayati, S.Hut., M.Si.
HARI/TANGGAL : Rabu/11 Mei 2022
WAKTU : 10.00 – 11.00 WIB
TEMPAT : Zoom Meeting
MODAL SOSIAL MASYARAKAT KASEPUHAN DALAM PENGEMBANGAN WISATA GUNUNG
LUHUR DI DESA CITOREK KIDUL 1

Kasepuhan Community Social Capital in the Development of Gunung Luhur Tourism in Citorek Kidul Village

Nala Diana2 Eva Rachmawati3 Arzyana Sunkar4

ABSTRACT
Citorek Kidul Village is one of the villages included in Kasepuhan Citorek. Most of the people of Citorek
Kidul Village make a living as farmers and gold miners. The presence of Gunung Luhur Tourism can be an
alternative job for the surrounding community, which makes Gunung Luhur Tourism need to be developed.
Therefore, the development of this tourism requires the support of social capital owned by the community in
overcoming the challenges of tourism in an area as well as a driver of ecotourism development. The elements of
social capital that will be observed in this study consist of social networks, levels of trust, and norms. This study
aims to identify the elements of community social capital in the development of Gunung Luhur tourism, as well as
determine the factors that influence people's perceptions of social capital. The methods used in this research is
household questionnaire survey, interview, observation, and literature study. Quantitative data analysis used
descriptive statistics and chi-square test, and for the qualitative data is using descriptive analysis.

Keywords: community, social capital, tourism development

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Desa Citorek Kidul merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kasepuhan Citorek yang sebagian
besar wilayahnya berada dalam kawasan TNGHS (Emilia dan Suwito 2006). Masyarakat Desa Citorek Kidul
sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini sesuai dengan literatur BAPPEDA (2006) yang
menyebutkan bahwa sumber penghasilan utama masyarakat di Kasepuhan Citorek adalah pertanian. Namun masih
ada masyarakat yang bekerja sebagai penambang emas (gurandil) meskipun mereka telah mengetahui bahwa
mereka tinggal di dalam kawasan Taman Nasional. Wengkang et al. (2019) menyatakan bahwa pemasalahan
dalam hutan lindung atau Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) dapat menimbulkan kerusakan hutan akibat
adanya aktivitas penambang yang memotong pepohonan serta melubangi tanah hutan yang ada dalam kawasan
hutan lindung, sehingga mengakibatkan terjadinya banjir dan longsor di dataran atau area pemukiman warga
setempat.
Desa Citorek Kidul memiliki nilai keindahan alam berupa hamparan pesawahan yang luas, serta hamparan
awan yang dapat dinikmati saat berkunjung ke wisata gunung luhur. Wisata gunung luhur menjual daya tarik
berupa spot-spot foto yang mendukung keindahan alam. Adanya wisata gunung luhur ini dapat menjadi alternatif
pekerjaan yang tidak merusak lingkungan. Masyarakat berpeluang mendapat pekerjaan di industri wisata baik
sebagai pengelola, penjaga parkir, pedagang ataupun menciptakan usahanya sendiri sebagai pemilik homestay
(penginapan). Saat ini, wisata gunung luhur dikelola oleh sekelompok masyarakat yang tergabung sebagai
pengelola wisata serta dibantu oleh pihak TNGHS. Kawasan wisata gunung luhur sudah memiliki sertifikat izin
usaha atas kerjasama yang terjalin dengan pihak ketiga yaitu dengan badan usaha yang dimiliki oleh Kepala Desa
(Pak Jaro Atok). Hadirnya wisata gunung luhur yang dapat menjadi alternatif pekerjaan bagi masyarakat sekitar

1) Makalah merupakan bagian dari proposal penelitian Program Sarjana Departemen KSHE Fakultas Kehutanan dan
Lingkungan yang disampaikan dalam forum seminar proposal penelitian.
2) Mahasiswa Departemen KSHE Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
3) Pembimbing I, dosen pada Departemen KSHE Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
4) Pembimbing II, dosen pada Departemen KSHE Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
membuat wisata gunung luhur perlu dilakukan pengembangan. Hal ini didukung dengan kondisi spot-spot foto
yang perlu dilakukan perbaikan agar dapat menarik perhatian pengunjung. Oleh karenanya dalam pengembangan
wisata ini memerlukan dukungan modal sosial yang dimiliki masyarakat dalam mengatasi tantangan pariwisata di
suatu daerah serta sebagai penggerak pengembangan ekowisata (Hwang dan William 2017; Oktadiyani 2010).
Pentingnya mengetahui modal sosial dalam pengembangan ekowisata telah dibuktikan oleh beberapa
penelitian. Rahmayulis (2008) menyatakan bahwa dalam rangka pengembangan wisata adanya kegiatan
identifikasi terkait unsur modal sosial perlu dilakukan karena modal sosial masyarakat mempunyai potensi dalam
mendukung pengembangan wisata. Dalam penelitiannya, Rahmayulis (2008) menemukan bahwa unsur
kepercayaan masyarakat adat terhadap pimpinan adatnya, terhadap sesama anggota komunitasnya, serta terhadap
norma adat yang dijadikan landasan dalam kehidupan sosial sebagai unsur utama dalam pengembangan ekowisata
di Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK). Penelitian lain yang dilakukan oleh Oktadiyani (2010) menemukan
bahwa kepercayaan dan norma merupakan elemen utama dari modal sosial masyarakat kawasan penyangga Taman
Nasional Kutai selain partisipasi, jaringan, dan kepedulian terhadap orang lain dan lingkungan.
Modal sosial merupakan suatu kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam suatu kelompok yang
menimbulkan adanya keinginan bekerjasama yang saling menguntungkan serta membangun suatu jaringan untuk
mencapai tujuan bersama (Putnam et al. 1993; Febriani dan Saputra 2018). Unsur modal sosial yang akan diamati
dalam penelitian ini terdiri atas jaringan sosial, tingkat kepercayaan, dan norma. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Putnam et al. (1993) bahwa terdapat tiga karakteristik dalam modal sosial yaitu kepercayaan, norma -norma, dan
jaringan. Jaringan sosial merupakan ikatan yang menghubungkan satu aktor dengan aktor lainnya dalam
menyalurkan informasi, barang maupun jasa (Aninditya 2017). Keberadaan jaringan sosial dalam pengembangan
pariwisata penting karena dalam pengembangannya terdapat banyak aktor yang mewakili peran dan
kepentingannya masing-masing namun harus tetap memiliki kesepahaman satu sama lain (Aninditya 2017).
Kepercayaan (trust) merupakan sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut
saling bersatu memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial (Fukuyama 2002). Dengan adanya
kepercayaan ini diharapkan dapat meminimalisir konflik atau permasalahan yang mungkin terjadi dalam proses
pengembangan wisata. Norma sosial dalam pariwisata sangat penting diperhatikan guna menjadi acuan dalam
bertindak serta menjaga hubungan sosial masyarakat agar dapat terlaksana sesuai tujuan (Soekanto 1982; Arisya
2018). Menurut Inayah (2012), norma sosial merupakan sekumpulan aturan yang diharapkan dapat dipatuhi dan
diikuti oleh masyarakat dalam suatu entitas sosial tertentu.
Penelitian mengenai modal sosial masyarakat Kasepuhan Citorek dalam pengembangan wisata belum
ditemukan. Oleh karena itu, pada tahap awal perlu dilakukan identifikasi unsur modal sosial pada masyarakat Desa
Citorek Kidul terlebih dahulu.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi unsur modal sosial (jaringan sosial (bridging social
network), tingkat kepercayaan (trust), dan norma (norms)) masyarakat dalam pengembangan wisata Gunung
Luhur, serta menentukan faktor-faktor yang memengaruhi persepsi masyarakat terkait modal sosial masyarakat
dalam pengembangan wisata Gunung Luhur di Desa Citorek Kidul.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait jaringan sosial, tingkat kepercayaan, dan
norma pada masyarakat kasepuhan di Desa Citorek Kidul dalam pengembangan wisata gunung luhur, dapat
digunakan sebagai referensi bagi pengelola wisata gunung luhur “Negeri Di Atas Awan” dalam menyusun strate gi
pemberdayaan masyarakat, serta dapat menambah referensi hasil penelitian dan dapat digunakan sebagai bahan
rujukan penelitian khususnya terkait modal sosial dalam pengembangan wisata.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan data dilaksanakan di Desa Citorek Kidul, yang terletak dalam kawasan Taman Nasional
Gunung Halimun Salak (TNGHS) Kabupaten Lebak, Banten (Gambar 1). Waktu penelitian dilaksanakan pada dua
waktu yang berbeda, yaitu pada bulan Juni 2021 (survei pendahuluan) dan bulan Mei 2022.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Alat dan Instrumen


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, alat perekam suara, kamera digital, software
Microsoft Office dan Statistics Program for Social Science (SPSS) versi 22, serta menggunakan instrumen
penelitian berupa kuesioner dengan skala Likert dan panduan wawancara.
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data merupakan sekumpulan informasi terkait sesuatu hal yang disusun sistematis sesuai dengan tujuan
tertentu. Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan


Metode Pengumpulan
Variabel Data yang dikumpulkan
Data
Karakteristik Responden
Nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan (utama dan sampingan), pendidikan, lokasi  Penyebaran
tinggal, pendapatan, lama tinggal, keterlibatan responden dalam industri wisata dan kuesioner
pengambilan keputusan dalam wisata

Kondisi Umum Lokasi

Kondisi umum Peta lokasi, letak kawasan, dan aksesibilitas  Studi literatur
 Observasi
Kondisi Fisik Topografi, luas wilayah, tanah dan iklim
Sosio-demografi Jumlah dan kondisi penduduk
Modal Sosial Masyarakat
Jaringan sosial (Social network )  Hubungan masyarakat (responden) dengan  Penyebaran
anggota masyarakat lain kuesioner
 Stakeholder yang sudah terlibat atau bekerja
sama dengan Wisata Gunung Luhur
 Hubungan masyarakat Desa Citorek Kidul
dengan pihak stakeholder
 Bentuk hubungan/komunikasi yang dilakukan
oleh masyarakat dengan pihak stakeholder
Tingkat Kepercayaan (Trust)  Kepercayaan masyarakat (responden) terhadap  Penyebaran
anggota masyarakat lain kuesioner
 Kepercayaan masyarakat pada pihak Taman
Nasional, kepala desa, tokoh adat serta pihak
luar / stakeholder lainnya
Norma (Norms)  Aturan yang berlaku dalam keterlibatan wisata  Penyebaran
 Aturan yang berlaku dalam berinteraksi sesama kuesioner
masyarakat  Wawancara
 Aturan yang berlaku dalam berinteraksi dengan
stakeholder
 Norma dan sanksi yang berlaku di masyarakat
kasepuhan

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dengan teknik Household survey atau survey
dengan unit sampel merupakan rumah tangga (Sugiyono 2001). Pengambilan sampel dilakukan dengan stratified
random sampling pada populasi sejumlah 668 KK tersebar di 5 dusun dengan jumlah sampel sebanyak 84
responden yang ditentukan berdasarkan bantuan tabel Research Advisor (2006) pada selang kepercayaan 95%.
Data juga dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi lapang, serta studi pustaka sebagai penunjang
keseluruhan data. Teknik pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan purposive sampling yaitu
menentukan informan dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono 2013). Adapun kriteria informan yang
dipilih yaitu informan yang mempunyai peran dan kewenangan dalam pengembangan pariwisata yaitu pengelola
wisata, Kepala Resort Cibedug (BTNGHS), dan Kepala Desa Citorek Kidul. Wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu wawancara semi terstruktur. Menurut Rachmawati (2007), teknik wawancara semi terstruktur
umum digunakan pada penelitian kualitatif agar dapat memperkaya data yang diperoleh. Sedangkan jenis
observasi yang digunakan yaitu observasi partisipatif dengan melibatkan diri peneliti dalam kegiatan sehari-hari
masyarakat.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil wawancara serta
observasi, seperti unsur modal sosial dan kondisi umum, dianalisis secara deskriptif kualitatif. Untuk data terkait
karakteristik masyarakat, persepsi masyarakat terkait modal sosial (jaringan sosial, tingkat kepercayaan, dan
norma) dianalisis secara kuantitatif menggunakan statistik deskriptif yang disajikan dalam bentuk frekuensi dan
persentase. Penilaian mengenai jaringan, tingkat kepercayaan dan norma dinilai menggunakan skala likert yang
dikelompokkan berdasarkan skor yang dikategorikan menjadi 5 kategori, yaitu nilai 1 untuk tanggapan “sangat
tidak setuju”, nilai 2 untuk tanggapan “tidak setuju”, nilai 3 untuk tanggapan “netral”, nilai 4 untuk tanggapan
“setuju”, dan nilai 5 “sangat setuju”. Untuk memudahkan proses analisis data, skor sebanyak 5 kategori akan
disederhanakan terlebih dahulu kedalam 3 kategori, yaitu setuju, netral, dan tidak setuju.
Hubungan karakteristik masyarakat dengan persepsi dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil uji
tersebut akan menunjukkan korelasi antara karakteristik dengan persepsi. Taraf kepercayaan dalam penelitian ini
adalah 95% dengan hipotesis sebagai berikut:
1. Jika probabilitas > 0.05, maka H0 diterima
2. Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak atau terima H1
Hipotesis :
H0 = Tidak ada hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi
H1 = Ada hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi
DAFTAR PUSTAKA

Aninditya DN. 2017. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata Berbasis Jaringan Sosial di Kampung Pesisir
Bulak Surabaya. [Skripsi]. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Arisya M. 2018. Modal Sosial Dalam Pembangunan Pariwisata (Studi Deskriptif pada Daerah Wisata Pemandian
Air Panas Lau Debuk-Debuk di Desa Semangat Gunung Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo). [Skripsi].
Medan: Universitas Sumatera Utara.
[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lebak. 2006. Buku Data Pokok Pembangunan
Kecamatan Tahun 2005/2006. Lebak: BAPPEDA Kabupaten Lebak.
Emilia, Suwito. 2006. TN Gunung Halimun dan Masyarakat Adat Kasepuhan. Warta Tenure. No. 2:17-18.
Febriani L, Saputra PP. 2018. Modal sosial dalam pengembangan madu kelulut sebagai komoditas ekonomi dan
pariwisata di Kecamatan Lubuk Kabupaten Bangka Tengah. Society. 6 (2).
Fukuyama. 2002. Trust, Kebijakan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta: Penerbit Qalam.
Hwang D, William P. 2017. Social caoital and collective action in rural tourism. Journal of Travel Research. 56(1).
Inayah. 2012. Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan. Ragam: Jurnal Pengembangan Humaniora Politeknik
Negeri Semarang. 12(1).
Oktadiyani P. 2010. Modal Sosial Masyarakat Kawasan Penyangga Taman Nasional Kutai (TNK) dalam
Pengembangan Ekowisata.[Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Putnam RD, Leonardi R, Nanetti R. 1993. Making Democracy Work: Civic Traditions in Modern Italy. New
Jersey (US) : Princeton University Press.
Rachmawati IN. 2007. Pengumpulan data dengan penelitian kualitatif: wawancara. Jurnal Keperawatan Indonesia.
11(1): 35-40.
Rahmayulis R. 2008. Modal Sosial dalam Pengembangan Ekowisata pada Masyarakat Adat di Taman Nasional
Betung Kerihun (TNBK), Kalimantan Barat.[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Research Advisors. 2006. Sample-size Table. [diakses 2022 Feb 25]. https://www.research-
advisors.com/tools.php.
Soekanto S. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali.
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian. Bandung : CV Alfa Beta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Wengkang S, Najoan H, Kumayas N. 2019. Pengawasan Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dala
mengatasi PETI (Penambang Emas Tanpa Izin) di Lembah Dumoga Kabupaten Bolaang Mongondow.
Jurnal Eksekutif. 3(3): 1-14.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner penelitian

Nomor Kuesioner
Hari/Tanggal
Pengambilan data
Dusun
Karakteristik Responden
1. Nama responden :
2. Usia :
3. Jenis kelamin : (1) Laki-laki
(2) Perempuan
4. Pendidikan terakhir : (1) Tidak tamat SD
(2) SD/Sederajat
(3) SMP/Sederajat
(4) SMA/Sederajat
(5) Diploma
(6) Sarjana
5. Pekerjaan utama : (1) Bekerja di wisata gunung luhur
a. Pengelola administrasi wisata
b. Petugas parkir
c. Penjaga karcis
d. Pemandu wisata
e. Pedagang
f. Lainnya.......
(2) Tidak bekerja di wisata gunung luhur
a. PNS
b. Honorer
c. Petani
d. Peternak
e. Pedagang
f. Buruh
g. Lainnya........
6. Pekerjaan sampingan : (3) Bekerja di wisata gunung luhur
a. Pengelola administrasi wisata
b. Petugas parkir
c. Penjaga karcis
d. Pemandu wisata
e. Pedagang
f. Lainnya.......
(4) Tidak bekerja di wisata gunung luhur
a. PNS
b. Honorer
c. Petani
d. Peternak
e. PedagangBuruh
f. Lainnya........
7. Pendapatan : (1) < 1 500 0000
(2) 1 500 000 – 2 500 000
(3) 2 500 000 – 3 500 000
(4) ≥ 3 500 000
8. Lama tinggal di Desa : (1) 0 – 10 tahun
Citorek Kidul (2) 11 – 20 tahun
(3) 21 – 30 tahun
(4) 31 – 40 tahun
(5) 41 – 50 tahun
(6) ≥ 51 tahun
Dibawah ini terdapat sejumlah pernyataan yang bertuliskan angka (1 -5)
Angka 1 menunjukkan “Sangat tidak setuju”, angka 2 menunjukkan “Tidak Setuju”, angka 3 menunjukkan
“Netral”, angka 4 menunjukkan “Setuju”, dan angka 5 menunjukkan “Sangat Setuju”.

Jaringan Sosial
9. Saya mengetahui stakeholder yang terlibat di wisata Desa
1 2 3 4 5
Citorek. (Jika “Ya/mengetahui”, lanjutkan ke pertanyaan 18)
10. Saya pernah berinteraksi dengan pihak pengelola wisata. (Jika
1 2 3 4 5
“pernah”, lanjutkan ke pertanyaan 19)
11. Saya pernah berinteraksi dengan pihak Taman Nasional. (Jika
1 2 3 4 5
“pernah”, lanjutkan ke pertanyaan 19)
12. Saya pernah berinteraksi dengan Ketua adat Kasepuhan. (Jika
1 2 3 4 5
“pernah”, lanjutkan ke pertanyaan 19)
13. Saya pernah berinteraksi dengan pemerintahan desa. (Jika
1 2 3 4 5
“pernah”, lanjutkan ke pertanyaan 19)
14. Saya pernah berinteraksi dengan pihak lain selain pemerintahan
1 2 3 4 5
desa. (Jika “pernah”, lanjutkan ke pertanyaan 19)
15. Saya pernah ikut terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5
TN. (Jika “pernah”, lanjutkan ke pertanyaan 20)
16. Saya pernah ikut terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5
pihak Desa. (Jika “pernah”, lanjutkan ke pertanyaan 20)
17. Saya pernah ikut terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh
pihak luar selain pemerintahan desa. (Jika “pernah”, lanjutkan ke 1 2 3 4 5
pertanyaan 20)
18. Stakeholder mana saja yang terlibat di wisata Desa Citorek?
19. Dengan siapa anda berinteraksi? Bentuk interaksi seperti apa yang dilakukan?
20. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan seperti apa?

Kepercayaan
21. Saya percaya dengan pengelolaan wisata Gunung Luhur yang
1 2 3 4 5
dilakukan oleh pengelola wisata (POKDARWIS).
22. Saya percaya dengan pengelolaan wisata Gunung Luhur yang
1 2 3 4 5
dilakukan oleh TNGHS.
23. Saya percaya dengan pengelolaan wisata Gunung Luhur yang
1 2 3 4 5
dilakukan oleh Ketua Adat.
24. Saya percaya dengan pengelolaan wisata Gunung Luhur yang
1 2 3 4 5
dilakukan oleh pemerintahan desa.
25. Saya percaya dengan pengelolaan wisata Gunung Luhur yang
1 2 3 4 5
dilakukan oleh pihak lain.
26. Saya percaya terhadap keputusan yang diambil oleh kepala desa
1 2 3 4 5
akan memberi manfaat baik bagi desa khususnya wisata.
27. Saya percaya terhadap keputusan yang diambil oleh pihak TN
1 2 3 4 5
akan memberi manfaat baik bagi desa khususnya wisata.
28. Saya percaya terhadap keputusan yang diambil oleh tokoh/ketua
1 2 3 4 5
adat akan memberi manfaat baik bagi desa khususnya wisata.

Norma
29. Saya bebas berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat. (Jika
1 2 3 4 5
“Tidak”, lanjutkan ke pertanyaan 36)
30. Saya bebas berinteraksi dengan masyarakat luar Desa Citorek
1 2 3 4 5
Kidul. (Jika “Tidak”, lanjutkan ke pertanyaan 37)
31. Saya bebas berinteraksi dengan pihak pemerintahan desa. (Jika
1 2 3 4 5
“Tidak”, lanjutkan ke pertanyaan 37
32. Saya bebas berinteraksi dengan pihak lain selain pemerintahan
1 2 3 4 5
desa. (Jika “Tidak”, lanjutkan ke pertanyaan 37)
33. Saya bebas berinteraksi dengan tokoh adat. (Jika “Tidak”,
1 2 3 4 5
lanjutkan ke pertanyaan 37)
34. Saya bebas berinteraksi dengan pihak Taman Nasional. (Jika
1 2 3 4 5
“Tidak”, lanjutkan ke pertanyaan 37)
35. Saya bebas berinteraksi dengan pengunjung. (Jika “Tidak”,
1 2 3 4 5
lanjutkan ke pertanyaan 31)
36. Apakah ada aturan yang membatasi interaksi antar masyarakat? Jika Ya, aturan apa saja yang berlaku ?
37. Apakah ada aturan yang membatasi interaksi masyarakat dengan pihak luar (masyarakat luar Desa
Citorek Kidul, stakeholder, tokoh adat, pengunjung)? Jika Ya, aturan apa saja yang berlaku ?
38. Sanksi apa yang diberikan jika ada masyarakat yang melanggar peraturan yang telah dibuat?

Lampiran 2 Panduan wawancara


PANDUAN WAWANCARA

MODAL SOSIAL MASYARAKAT KASEPUHAN DALAM PENGEMBANGAN WISATA GUNUNG


LUHUR DI DESA CITOREK KIDUL

Karakteristik responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pekerjaan :

Norma
1. Siapa saja yang terlibat dalam pengembangan wisata gunung luhur?
2. Apakah ada aturan (syarat) untuk dapat terlibat dalam pengembangan wisata?
3. Apakah ada aturan yang membatasi interaksi antar masyarakat? Jika Ya, aturan apa saja yang berlaku?
4. Apakah ada aturan yang membatasi interaksi masyarakat dengan pihak luar (masyarakat luar Desa
Citorek Kidul, stakeholder, tokoh adat)? Jika Ya, aturan apa saja yang berlaku?
5. Sanksi apa yang diberikan jika ada masyarakat yang melanggar peraturan yang telah dibuat?

You might also like