Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 20

PENGARUH STEREOTIP GENDER DAN KONFLIK PERAN GENDER LAKI-LAKI TERHADAP

MOTIVASI KERJA PEMUDA DESA PUTUS SEKOLAH DI DESA SUKAWENING,


KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

The Influence of Gender Stereotypes and Men’s Gender Role Conflict toward The Work Motivation of
Youth Drop Out in Sukawening Village, Dramaga District, Bogor Regency, West Java

Ghania Ahsani Rahmadhani*) Dr Ratri Virianita, S.Sos,M.Si

Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

*)E-mail: ginaghania@gmail.com

ABSTRACT

Problem with dropping out are still common in Indonesia, especially in rural areas. Village youth prefer to
work and not continue school. The decision was made because of the notion that men are the main
breadwinners of the family. This assumption affects the psychological state of men called male gender role
conflict. With the existence of gender stereotypes and conflicting male gender roles can trigger the
motivation to work. The purpose of this study was to determine the direct influence of male gender
stereotypes on the work motivation of youth dropping out of school and the indirect influence between them
through men’s gender role conflict. This research uses a quantitative approach with a questionnaire and is
supported by a qualitative approach through interviews. The results showed that there were direct and
indirect influence between male gender stereotypes to work motivation of youth drop out. Indirect effects
are mediated by men’s gender role conflict with partial mediation.

Key words: drop out, gender role conflict, gender stereotypes, men, village youth, work motivation

ABSTRAK

Permasalahan putus sekolah masih sering terjadi di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Pemuda desa
lebih memilih bekerja dan tidak melajutkan sekolah. Keputusan tersebut dilakukan karena anggapan bahwa
laki-laki sebagai pencari nafkah utama keluarga. Anggapan tersebut memengaruhi keadaan psikologis laki-
laki yang disebut konflik peran gender laki-laki. Dengan adanya stereotip gender dan konflik peran gender
laki-laki dapat memicu adanya motivasi bekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh langsung stereotip gender laki-laki terhadap motivasi kerja pemuda desa putus sekolah serta
pengaruh tidak langsung di antara keduanya melalui konflik peran gender laki-laki. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan kuesioner dan didukung pendekatan kualitatif melalui
wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh langsung dan tidak langsung antara
stereotip gender laki-laki terhadap motivasi kerja pemuda desa putus sekolah. Pengaruh tidak langsung
dimediasi oleh konflik peran gender laki-laki dengan mediasi bersifat parsial.

Kata kunci: konflik peran gender, laki-laki, motivasi kerja, pemuda desa, putus sekolah, stereotip gender
2

PENDAHULUAN antara lain gaji, pengawasan, pujian dan


pekerjaan itu sendiri. Motivasi kerja dapat
Latar Belakang
timbul dari setiap orang, laki-laki,
perempuan, tua maupun muda, termasuk
Putus sekolah merupakan suatu
pemuda.
permasalahan klasik di Indonesia. Rifai
Survei Sosial Ekonomi Nasional
(2015) menjelaskan putus sekolah adalah
Tahun 2017 melalui BPS menyebutkan
proses berhentinya siswa secara terpaksa
bahwa sebanyak 24.27% dari sekitar 63.36
dari suatu lembaga pendidikan. Kamsihyati
juta jiwa merupakan penduduk dalam
et al. (2016) berpendapat bahwa putus
kelompok umur pemuda. Jumlah ini telah
sekolah merupakan predikat yang diberikan
mencapai seperempat dari penduduk
kepada mantan peserta didik yang tidak
Indonesia. Kementerian Pemuda dan
mampu menyelesaikan suatu jenjang
Olahraga Rebuplik Indonesia dalam
pendidikan, sehingga tidak dapat
Undang-Undang No. 40 Tahun 2009 Pasal
melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan
1 Ayat 1 menyebutkan bahwa pemuda
berikutnya. Menurut Data United National
adalah Warga Negara Indonesia yang
Children’s Fund tahun 2016, masih
memasuki periode penting pertumbuhan
terdapat sebanyak 2.5 juta anak Indonesia
dan perkembangan berusia 16 sampai 30
tidak dapat menikmati pendidikan lanjutan,
tahun.
yakni 600 ribu anak usia Sekolah Dasar dan
Ketua Yayasan Gerakan
1.9 juta anak usia Sekolah Menengah
Pemberdayaan Swara Perempuan
Pertama (CNN, 2017). Permasalahan ini
mengungkapkan bahwa pada Februari 2018
sering terjadi pada pemuda desa di
jumlah perempuan di SMA dan PTN lebih
Indonesia, salah satunya di Desa
banyak dari laki-laki (Gardine DMO,
Sukawening. Berdasarkan data sekunder
2018). Selain itu, World Economic Forum’s
dari Kantor Desa Sukawening tahun 2017,
Gender Gap Report 2015 mencatat bahwa
masih terdapat 79% penduduk yang tidak
jumlah mahasiswi terhadap jumlah
tamat SMA. Kondisi tesebut membuktikan
mahasiswa lebih tinggi sebanyak 1,03 juta.
bahwa banyak anak yang putus sekolah,
Pemuda merupakan garda terdepan
baik pada jenjang SD maupun SMP.
dalam proses perjuangan dan pembangunan
Banyak faktor yang menyebabkan
bangsa. Segala potensi yang ada pada
siswa putus sekolah. Kondisi ekonomi
pemuda menjadi penentu kualitas bangsa di
keluarga menjadi salah satu penyebabnya.
masa depan. Naafs dan White (2012)
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar (Dirjen
menyebutkan bahwa pemuda adalah
Dikdas) Kemendikbud mengatakan bahwa
generasi penerus bangsa. Sosok pemuda
masalah ekonomi menjadi faktor utama
diharapkan dapat melanjutkan perjuangan
anak sekolah tidak bisa melanjutkan
dari generasi sebelumnya agar dapat
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
menjadikan bangsa Indonesia lebih maju.
Tahun 2015 sebanyak 75.7% siswa putus
Pemuda diharapkan dapat menimba ilmu
sekolah disebabkan oleh persoalan ekonomi
untuk bekal membangun negaranya.
(Muhammad H, 2015). Kondisi tersebut
Namun, kondisi tersebut sulit dicapai oleh
mendorong seseorang bekerja untuk dapat
pemuda desa, terutama mengenyam
memenuhi kebutuhan ekonomi. Dorongan
pendidikan tinggi. Penyebabnya bukan
kerja tersebut dapat disebut dengan
hanya keterbatasan ekonomi, tapi adanya
motivasi kerja. Valentina (2017)
anggapan masyarakat bahwa laki-laki
menjelaskan bahwa motivasi merupakan
adalah pencari nafkah utama. Dengan
serangkaian sikap dan nilai-nilai yang
demikian, pemuda desa memilih bekerja
memengaruhi individu untuk mencapai hal
dan tidak melanjutkan sekolahnya.
yang spesifik sesuai dengan tujuan
Kebutuhan bekerja bagi kaum pemuda
individu. Menurut Teori Gomes yang
disebabkan oleh adanya anggapan yang
dikutip oleh Kartika (2016) menyebutkan
kuat di desa bahwa laki-laki adalah tulang
bahwa faktor motivasi kerja yang bersifat
punggung keluarga (Setiansyah 2008).
individual atau intrinsik adalah faktor
Arbain et al. (2015) menyatakan bahwa
kebutuhan, tujuan, sikap dan kemampuan.
adanya keyakinan masyarakat di mana laki-
Faktor yang berasal dari luar atau eksternal
laki adalah pencari nafkah utama.
Anggapan-anggapan tersebut merupakan 1. Bagaimana stereotip gender dan
stereotip gender karena terdapat penandaan konflik peran gender laki-laki serta
terhadap suatu kelompok tertentu motivasi kerja pemuda desa putus
(Adiwijaya 2005). Menurut Murniati (2004) sekolah di Desa Sukawening?
stereotip gender timbul dari adanya 2. Bagaimana pengaruh langsung stereotip
pandangan secara psikologis akibat gender laki-laki terhadap motivasi kerja
perbedaan seks dari perempuan dan laki- pemuda desa putus sekolah di Desa
laki. Stereotip gender laki-laki diwujudkan Sukawening?
dalam maskulinitas, sedangkan pada 3. bagaimana pengaruh tidak langsung
perempuan diwujudkan dalam feminitas. stereotip gender laki-laki terhadap
Maskulinitas pada laki-laki contohnya motivasi kerja pemuda desa putus
adalah laki-laki adalah pencari nafkah sekolah dengan konflik peran gender
utama, laki-laki harus kuat, mampu laki-laki sebagai variabel perantara?
bersikap rasional, lebih agresif dari
perempuan dan lain-lain.
Tujuan Penelitian
Peran pemuda yang seharusnya
Berdasarkan pemaparan rumusan
mengenyam pendidikan minimal 12 tahun,
masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
akhirnya memutuskan untuk berperan
sebagai berikut :
sebagai pekerja untuk membantu
Tujuan Umum:
keluarganya. Anggapan bahwa laki-laki
Menganalisis pengaruh stereotip gender dan
harus menjadi tulang punggung keluarga
konflik peran gender laki-laki terhadap
dapat menyebabkan konflik peran gender
motivasi kerja pemuda desa putus sekolah
dalam diri pemuda. Nauly (2002) mengutip
Tujuan Khusus:
teori O'Neal menyatakan bahwa konflik
1. Menganalisis stereotip gender dan
peran gender merupakan suatu keadaan
konflik peran gender laki-laki serta
psikologis saat peran gender memiliki
motivasi kerja pemuda desa putus
konsekuensi negatif terhadap orang tersebut
sekolah;
atau orang lain. Konflik peran gender laki-
2. Menganalisis pengaruh langsung
laki muncul bila sosialisasi peran-peran
stereotip gender laki-laki terhadap
gender yang kaku, maskulin dan terbatas,
motivasi kerja pemuda desa putus
menimbulkan devaluasi, keterbatasan diri,
sekolah;
dan gangguan pada laki-laki. Kondisi
3. Menganalisis pengaruh tidak
tersebut dapat terjadi pada pemuda desa
langsung stereotip gender laki-laki
apabila dengan adanya stereotip gender
terhadap motivasi kerja pemuda
laki-laki, menyebabkan pemuda desa
desa putus sekolah dengan konflik
merasa terbatas dalam berperilaku,
peran gender laki-laki sebagai
keinginannya terpendam bahkan merugikan
variabel perantara.
dirinya sendiri. Hal tersebut dapat dilihat
ketika pemuda desa memendam keinginan
Manfaat Penelitian
untuk melanjutkan sekolah demi bekerja.
Penelitian ini diharapkan dapat
Konflik peran gender pemuda desa
memberikan kegunaan bagi berbagai pihak,
putus sekolah tak lepas dari adanya
yaitu:
stereotip gender di pedesaan mengenai laki-
1. Pihak Akademisi
laki. Berdasarkan identifikasi mengenai
Penelitian ini diharapkan mampu
perilaku dan permasalahan di atas, maka
menambah khasanah dalam
penulis tertarik untuk menganalisis
pengembangan ilmu pengetahuan dan
pengaruh stereotip gender dan konflik
dapat menjadi bahan referensi untuk
peran gender laki-laki terhadap motivasi
keperluan studi-studi terkait. Penelitian
kerja pemuda desa putus sekolah.
ini juga diharapkan dapat membantu
penyusunan kerangka pemikiran dan
Rumusan Masalah juga pertanyaan penelitian ketika
Berdasarkan latar belakang di atas digunakan sebagai panduan untuk
rumusan masalah dalam penelitian ini penelitian berikutnya.
adalah sebagai berikut:
2. Pihak Pemerintah mudah bergaul dengan orang-orang
Penelitian ini diharapkan mampu disekitarnya. Djamal dan Yulianti (2013)
menjadi data tambahan sebagai mengungkapkan bahwa menurut Dr
referensi untuk membuat kebijakan, Mikihiro Moriyama, seorang guru besar
mengintervensi dan mengevaluasi tentang Indonesia Studies dari Nanzan
program pengurangan, pencegahan University di Jepang, orang Sunda memiliki
permasalahan putus sekolah serta beberapa sifat yang dirasakan sangat
peningkatan lapangan kerja bagi menarik bagi banyak orang Eropa yang
pemuda. pernah tinggal di Indonesia. Sifat-sifat
3. Pihak Masyarakat tersebut antara lain sopan, suka menolong,
Penelitian ini diharapkan mampu ramah, sederhana, tidak berlebihan, tenang,
menambah wawasan serta menambah pendiam, pemalu, sopan dalam pergaulan,
kesadaran masyarakat akan pentingnya jarang merantau dan lain-lain. Orang Sunda
pendidikan. terkenal memegang prinsip bengkung
ngariung bongkok ngaronyok artinya selalu
PENDEKATAN TEORITIS berkumpul bersama-sama dalam suka dan
duka. Karakteristik tersebut dapat terlihat
Pemuda Desa dari pemuda desa di Sukawening yang aktif
Desa yang memiliki sejumlah kearifan berkumpul pada karang taruna serta turut
lokal (local wisdom) turut memengaruhi andil dalam kegiatan-kegiatan di desa.
tumbuh kembang pemuda desa. Menurut Utaridah (2015) menjelaskan
Meitasari (2017) nilai yang terkandung bahwa ada lima etos dan watak Sunda yang
dalam kearifan lokal menjadi kekuatan sudah lahir sejak zaman Salakanagara dan
pemuda untuk beradaptasi dengan Tarumanagara, antara lain: (1) Cageur,
masyarakat dan lingkungan tempat yakni harus sehat jasmani dan rohani, sehat
tinggalnya. Kearifan tersebut dapat berpikir, sehat berpendapat, sehat lahir dan
dicermati dari aturan, norma, tata krama batin, sehat moral, sehat berbuat dan
atau tata susila, bahasa, kelembagaan, bertindak, sehat berprasangka. (2) Bageur
nama, gelaran, teknologi yang digunakan yaitu baik hati, sayang kepada sesama,
(konstruksi rumah, tata letak rumah, teknik banyak memberi pendapat dan memiliki
irigasi, teknik pengolahan tanah dan moral terpuji, tidak pelit, tidak emosional,
peralatannya, teknik membuat jalan atau baik hati, penolong dan ikhlas. 3) Bener
jembatan dan sebagainya). Oleh karena itu, yaitu tidak bohong, mengerjakan tugas
pemuda desa merupakan pemuda yang pekerjaan dengan jujur, amanah, lurus
hidup di desa dan mengikuti sistem sosial menjalankan agama, benar dalam
desa. Begitu pula dengan pemuda Desa memimpin, berdagang, dan tidak merusak
Sukawening yang hidup dan berkembang alam. 4) Singer, yaitu penuh mawas diri
dengan kearifan dan sistem sosial Desa bukan was-was, mengerti pada setiap tugas,
Sukawening. mendahulukan orang lain sebelum pribadi,
Merujuk pada dokumen tertulis Desa pandai menghargai pendapat yang lain,
Sukawening tahun 2017, Sukawening penuh kasih sayang, tidak cepat marah jika
berasal dari kata suka yang berarti cinta, dikritik 5) Pinter, yaitu pandai ilmu dunia
dan wening yang berarti bersih. Makna dan akhirat, mengerti ilmu agama sampai
wening tersebut bersifat umum, artinya ke dasarnya, luas jangkauan ilmu dunia dan
Masyarakat Desa Sukawening adalah akhirat, pandai menyesuaikan diri dengan
masyarakat yang mencintai kebersihan sesama, pandai mengemukakan dan
dalam segala bidang. Masyarakat Desa membereskan masalah pelik dengan
Sukawening bersifat tradisonal serta bijaksana, dan tidak merasa pintar sendiri
memegang nilai dan norma Budaya Sunda. sambil menyudutkan orang lain. Kelima
Begitu pula dengan pemuda desa di etos tersebut juga dipegang oleh pemuda
Sukawening yang memiliki karakteristik desa di Sukawening sebagai pedoman
orang Sunda. budaya nyunda.
Pemuda desa di Sukawening Orang Sunda juga terkenal jarang
memegang nilai dan norma budaya orang merantau atau berpindah dari tempat
Sunda yang terkenal dengan keramahan dan tinggalnya. Mereka lebih memilih hidup
bersama dengan kerabatnya. Hal ini juga tak kunjung usai, terutama di wilayah
dialami oleh pemuda desa di Sukawening. pedesaan.
Berdasarkan observasi lapang di Desa Dokumen Desa Sukawening 2017
Sukawening, banyak pemuda yang masih menginformasikan tentang tingkat
hidup bersama orang tuanya. Mereka pendidikan penduduk desa bahwa terdapat
memilih bekerja untuk membantu orang 79% penduduk yang belum menuntaskan
tuanya daripada sekolah dan merantau, pendidikan hingga 12 tahun. Pilihan
bahkan sebagian besar dari mereka telah pemuda untuk bekerja terjadi atas beberapa
putus sekolah. faktor, salah satunya adalah pendapat
Arbain et al. (2015) bahwa adanya
Putus Sekolah keyakinan masyarakat mengenai laki-laki
Dewi et al. (2014) berpendapat bahwa sebagai pencari nafkah utama. Anggapan
putus sekolah merupakan predikat yang tersebut menumbuhkan motivasi pemuda
diberikan kepada mantan peserta didik yang desa untuk bekerja agar mendapatkan
tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang penghasilan sebagai sumber nafkah bagi
pendidikan, sehingga tidak dapat keluarga.
melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan Berdasarkan pengantar di atas, yang
berikutnya. Darmaningtyas (2003) juga dimaksud dengan pemuda desa putus
menjelaskan mengenai putus sekolah sekolah adalah sekelompok laki-laki berusia
adalah keadaan terhentinya aktivitas antara 16-30 tahun yang mempunyai
pendidikan pada anak-anak usia sekolah, karakter khas, hidup di desa, mengikuti
baik itu pendidikan formal maupun sistem sosial desa dan sedang berhenti atau
pendidikan informal sebelum mendapatkan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang
pengetahuan yang cukup untuk bertahan berikutnya.
hidup dalam masyarakat.
Bagoe (2017) menjelaskan jenis putus Motivasi Kerja
sekolah berdasarkan teori Djumhur dan Motivasi kerja adalah dorongan, upaya
Surya yang dikelompokkan atas tiga jenis dan keinginan yang terdapat dalam diri
antara lain: manusia untuk bekerja. Motivasi kerja
1. Putus sekolah atau berhenti dalam seseorang tidak timbul begitu saja, namun
jenjang yaitu terjadi saat seorang murid terdapat faktor-faktor yang mendorong
atau siswa berhenti sekolah namun munculnya motivasi tersebut. Teori Lussier
masih dalam jenjang tertentu. dan Poulos 1998 yang dikutip Mugniesyah
2. Putus sekolah di ujung jenjang terjadi (2006) membedakan faktor motivasi kerja
ketika siswa berhenti pada tingkatan menjadi faktor eksternal dan internal.
akhir dalam tingkatan sekolah tertentu. Faktor eksternal adalah faktor lingkungan
3. Putus sekolah atau berhenti antara meliputi upah, status, keselamatan kerja,
jenjang terjadi ketika siswa melanjutkan kondisi bekerja, tunjangan (kesehatan dan
pelajaran ketingkat yang lebih tinggi. pensiun), kebijakan, dan hubungan
Pemerintah membuat kebijakan dalam personal. Faktor internal adalah faktor yang
upaya mengatasi permasalahn putus berasal dari pekerjaannya meliputi
sekolah. Peraturan Menteri Pendidikan dan pengakuan, tanggung jawab, pekerjaan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 19 yang menantang, dorongan untuk
Tahun 2016 Tentang Program Indonesia berpartisipasi, kesempatan untuk tumbuh
Pintar mendukung pelaksanaan pendidikan dan kesempatan untuk maju.
menengah universal atau rintisan wajib Motivasi kerja pemuda desa dapat
belajar selama 12 (dua belas) tahun. Dewi berasal dari faktor eksternal dan internal.
et al. (2014) menyatakan bahwa terdapat Faktor eksternal dapat dilihat dari faktor
enam faktor penyebab terjadinya putus lingkungan pedesaan dan budaya Sunda
sekolah khususnya pada jenjang pendidikan yang dapat mendorongnya untuk bekerja.
dasar yaitu faktor ekonomi, minat untuk Sedangkan faktor internal adalah dorongan
bersekolah rendah, perhatian orang tua dirinya karena rasa memiliki tanggung
yang kurang, fasilitas belajar yang kurang jawab besar untuk menafkahi keluarga.
mendukung, faktor budaya dan lokasi atau Pemuda desa yang bekerja memiliki tujuan
letak sekolah.. Namun, permasalah tersebut untuk mendapatkan penghasilan.
Penghasilannya akan digunakan untuk keselamatan setelah kebutuhan
memenuhi kebutuhan hidup keluarga fisiologisnya terpenuhi.
Kebutuhan hidup manusia dapat c. Social needs: Individu mencari kasih
ditinjau dari teori hierarki kebutuhan sayang, persahabatan, penerimaan dan
manusia menurut Masslow. Kapuladze perhatian setelah kebutuhan keamanan
(2010) menyatakan bahwa pendekatan terpenuhi.
kontemporer untuk studi motivasi dapat d. Ego and esteem needs: Kebutuhan ini
didasarkan pada teori Abraham Maslow menyangkut ego, status, harga diri,
1943. Teori tersebut membedakan motivasi kepercayaan diri dan prestise.
berdasarkan dua hierarki kebutuhan e. Self actualization needs: Hierarki
meliputi kebutuhan primer dan sekunder. tertinggi yang mengacu pada kebutuhan
Kebutuhan primer adalah kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan
terpenting yang berada pada tingkat lebih potensi diri sepenuhnya. Seseorang akan
rendah yaitu kebutuhan fisiologis dan mengembangkan diri dan berprestasi
keamanan. Kebutuhan sekunder merupakan sebaik mungkin sesuai dengan potensi
tiga kebutuhan lainnya yaitu sosial, diri sepenuhnya.
penghargaan dan aktualisasi diri. Berikut Pada pemuda Desa Sukawening hanya
piramida yang menggambarkan piramida akan diteliti pada hierarki tingkat pertama
tersebut. yaitu pemenuhan kebutuhan fisiologis. Hal
tersebut disebabkan oleh kondisi Desa
Sukawening yang masih tradisional dan
ekonominya yang menengah ke bawah.
Kebutuhan akan bekerja pemuda desa putus
sekolah masih pada tahap memenuhi
kebutuhan fisiologis. Menurut Iskandar
(2016) kebutuhan fisiologis adalah
kebutuhan manusia yang paling kuat dan
Gambar 1 Piramida hierarki kebutuhan Maslow mendesak serta harus diutamakan untuk
dipenuhi dalam menjalankan kehidupan
Teori hierarki kebutuhan Maslow 1943 kesehariannya.
yang dikutip oleh Mugnesyiah (2006) Penelitian Pakpahan et al. (2006) juga
memiliki tiga asumsi, yaitu: (a) Kebutuhan- menunjukkan bahwa sebagian besar
kebutuhan manusia tersusun atas jenjang responden yang diteliti merasa cukup
kepentingan (hierarki) dari kebutuhan dasar termotivasi oleh kebutuhan dasar, seperti
(fisiologis) sampai pada kebutuhan yang makan, minum, pakaian, perumahan dan
lebih kompleks yakni aktualisasi diri. (b) kesehatan. Pemuda desa bahkan memilih
Seseorang tidak akan termotivasi untuk putus sekolah untuk bekerja agar dapat
memenuhi kebutuhan yang di atasnya, memenuhi kebutuhan fisiologisnya dan
kecuali kebutuhan pada jenjang yang di keluarganya. Kebutuhan tersebut berupa
bawahnya sudah terpenuhi atau terpuaskan. kebutuhan akan pangan, sandang, papan,
(c) Manusia mempunyai lima kategori dan upaya pencegahan penderitaan. Selain
kebutuhan yang diurutkan sesuai itu, masa muda juga merupakan periode
tingkatannya. perkembangan aktif seksualitas dan
Teori Maslow yang dikutip oleh maskulinitas (Naafs dan White 2012).
Mugnesyiah (2006) juga menjabarkan Perkembangan seksualitas tersebut dapat
kelima kebutuhan sebagai berikut: dilihat dari pola pacaran dan
a. Physiological needs: Mencakup semua perkawinannya. Dengan demikian,
kebutuhan dasar atau primer manusia, penelitian ini akan berfokus pada motivasi
seperti udara, sandang, pangan, papan, kerja pada hierarki pertama dan utama,
seks dan upaya mencegah terjadinya yaitu pemenuhan kebutuhan fisologis.
penderitaan. Berdasarkan pengantar di atas, yang
b. Safety needs: Individu berhasrat untuk dimaksud dengan motivasi kerja pemuda
memenuhi semua kebutuhannya yang desa putus sekolah adalah dorongan, upaya
berkenaan dengan keamanan dan dan keinginan yang terdapat dalam diri
pemuda desa putus sekolah untuk bekerja
dengan tujuan memenuhi kebutuhan pertimbangan, lebih sensitif dan lebih
fisiolgis, antara lain kebutuhan pangan, rendah posisinya pada pertanggung
sandang, papan, seks dan pencegahan jawaban dalam organisasi. Managerial
penderitaan. stereotypes memberikan pengertian manajer
yang sukses sebagai seseorang yang
Stereotip Gender Laki-laki memiliki sikap, perilaku dan temperamen
Stereotip gender adalah keyakinan dari yang umumnya lebih dimiliki laki-laki
seseorang berkaitan dengan perilaku yang dibandingkan wanita.
tepat untuk laki-laki dan perempuan. Penelitian deskriptif yang pernah
Keyakinan tersebut berupa pelabelan dan dilakukan oleh Setiansah (2008)
nilai-nilai yang telah lama terbentuk di menjelaskan bahwa stereotip gender laki-
masyarakat berdasarkan maskulin dan laki digambarkan pada lima hal, yaitu laki-
feminis. Stereotip gender laki-laki laki merupakan pencari nafkah utama dan
diwujudkan dalam maskulinitas, sedangkan bertanggung jawab terhadap keuangan
pada perempuan diwujudkan dalam keluarga, tidak memperhatikan penampilan,
feminitas. memiliki fisik yang lebih kuat serta sebagai
Adiwijaya (2005) memberikan pihak yang rasional.
gambaran stereotip pada laki-laki dan Berdasarkan pengantar di atas, yang
perempuan sebagai bentukan sosial melalui dimaksud dengan stereotip gender laki-laki
perbedaan emosional dan intelektual. adalah keyakinan dari seseorang terhadap
Pelabelan bahwa laki-laki adalah manusia pelabelan mengenai laki-laki. Pelabelan
yang kuat, rasional, jantan dan perkasa juga terhadap laki-laki biasa disebut
dikenal oleh masyarakat. Pelabelan maskulinitas yang telah lama terbentuk di
perempuan adalah lebih sensitif, lemah masyarakat. Beberapa konsep mengenai
lembut, kurang mandiri, serta menyukai stereotip gender laki-laki kemudian
kegiatan sosial atau kemasyarakatan. disimpulkan ke dalam lima stereotip yang
Berikut tabel yang menunjukkan perbedaan berkaitan dengan maskulinitas, antara lain
laki-laki dan perempuan. laki-laki adalah pencari nafkah utama, harus
Kapuladze (2010) menyebutkan bahwa mandiri, kuat, bersifat agresif, serta berpikir
tipikal khas pria adalah kekuatan, rasional.
kepercayaan diri, agresif, otonom dan
ketetapan. Selain itu, pria berpikir logis, Konflik Peran Gender Laki-laki
inisiatif, rasional, dominan memerintah, Peran gender laki-laki berasal dari
fokus pada pencapaian tujuan dan sosialisasi peran gender yang telah
kompetensi. Dalam hal pekerjaan, orientasi terbentuk lama dalam masyarakat hingga
laki-laki adalah kemandirian, kekuatan dan membentuk nilai-nilai maskulinitas bagi
otoritas serta keberhasilan. Sedangkan laki-laki. Maskulinitas sendiri adalah sifat-
perempuan identik dengan kepatuhan, sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh
responsif, berjiwa sosial dan dalam hal budaya sebagai ciri-ciri yang ideal bagi
pekerjaan lebih berorientasi pada gaya pria. Maskulinitas ini sebagai wujud dari
hidup dan pengakuan di lingkungannya. adanya stereotip gender laki-laki.
Teori Gill Palmer dan Tamilselvi Octavianus (2008) mengutip teori Pleck
Kandasaami 1997 yang dikutip oleh menjelaskan bahwa konflik peran gender
Salsabila dan Prayudiawan (2011) laki-laki berkaitan dengan maskulinitas.
menjelaskan bahwa pandangan gender Hal tersebut merupakan suatu keyakinan
dapat dibedakan ke dalam dua stereotip bahwa sifat laki-laki yang melekat dengan
yaitu sex role stereotypes dan managerial budaya menentukan standar perilaku laki-
stereotype. Sex role stereotypes laki yang tergambar dari maskulinitas.
dihubungkan dengan pandangan umum Kondisi ini memengaruhi keadaan
bahwa laki-laki lebih berorientasi pada psikologis laki-laki dalam menghadapi
pekerjaan, obyektif, independen, agresif, peran-peran yang harus dilakukan. Keadaan
dan pada umumnya mempunyai ini disebut dengan konflik peran gender
kemampuan lebih dibandingkan wanita laki-laki.Nauly (2002) mengutip teori
dalam manajerial. Wanita dianggap lebih O'Neal menyatakan bahwa konflik peran
pasif, lembut, berorientasi pada gender merupakan suatu keadaan psikologis
saat peran gender memiliki konsekuensi emosional yang mendalam tentang
negatif terhadap orang tersebut atau orang peran-peran maskulin dan feminin.
lain. Konflik peran gender laki-laki muncul 3) Konflik peran gender yang dialami pada
bila sosialisasi peran-peran gender yang tingkatan perilaku berasal dari
kaku, maskulin, dan terbatas, menimbulkan pengalaman konflik yang nyata dengan
devaluasi, keterbatasan diri, dan gangguan maskulinitas dan femininitas sebagai
pada laki-laki. Hal ini merupakan mana berperilaku, bereaksi dan
pengalaman pribadi dari konflik peran berinteraksi dengan diri sendiri dan
gender laki-laki. Berikut penjelasan dari orang lain.
setiap pengalaman pribadi tersebut: 4) Konflik peran gender sebagai fenomena
a. Devaluasi peran gender laki-laki ketidaksadaran merepresentasikan
merupakan kritik negatif dari diri sendiri konflik.
dan orang lain ketika menyesuaikan diri Berdasarkan teori konflik peran gender
dan menyimpang dari hal yang laki-laki oleh O’Neil, seorang laki-laki
seharusnya terjadi. mengalami konflik peran gender langsung
b. Keterbatasan peran gender laki-laki maupun tidak langsung melalui enam hal,
terjadi ketika membatasi orang lain atau yakni bila mereka: (1) Berbeda dari atau
diri sendiri pada norma dan melanggar norma-norma peran gender (2)
maskulinitas. Keterbatasan ini berakibat Mencoba menemukan atau gagal
pada kontrol perilaku individu, menemukan norma-norma peran maskulin
membatasi potensi yang dimiliki (3) Mengalami adanya jarak antara konsep
individu, dan menurunkan kebebasan dirinya yang nyata dan yang ideal yang
individu. didasarkan atas stereotip peran gender (4)
c. Pelanggaran peran gender laki-laki Secara personal merendahkan, membatasi
berarti kondisi yang merugikan diri dan merusak diri sendiri (5) Mengalami
sendiri, orang lain atau dirugikan oleh perendahan nilai, keterbatasan atau
orang lain karena menyimpang dari gangguan dari orang-orang lain (6) Secara
norma peran gender dan maskulinitas. pribadi merendahkan, membatasi atau
d. Pengalaman pribadi dari konflik tersebut mengganggu orang lain karena stereotip
juga terjadi dari pemuda desa putus peran gender.
sekolah. Hal itu dapat dilihat dari Octavianus (2008) yang mengutip teori
pemuda desa yang membatasi O’Neil et al. juga menjelaskan lebih dalam
potensinya untuk bisa berkembang di mengenai empat pola konflik gender
sekolah dan memilih untuk bekerja. tersebut, antara lain:
Stereotip gender yang menyebutkan a. Sukses merupakan perasaan khawatir
bahwa laki-laki tulang punggung akan prestasi pribadi, kesehatan,
keluarga memicu terjadinya kondisi kecakapan, kegagalan dan keberhasilan
tersebut. Selain itu, norma Budaya karir. Kekuatan merupakan keadaan
Sunda yang jarang merantau dapat mengorientasikan diri pada sesuatu,
membatasi kebebasan pemuda untuk memiliki kekuasaan, menjadi yang
bekerja jauh diluar desanya. dominan dan berpengaruh pada orang
Nauly (2002) mengutip teori O'Neal lain. Kompetisi merupakan persaingan
bahwa konflik peran gender dapat dilihat dengan orang lain untuk mencapai
dari empat tingkatan yang kompleks, yakni sesuatu atau membandingkan diri
kognisi, afektif, perilaku dan pengalaman dengan orang lain untuk mencapai
ketidaksadaran. Berikut penjelasan dari tujuan tertentu.
empat tingkat tersebut: b. Sisi emosional yang terbatas adalah
1) Konflik peran gender yang dialami pada kondisi saat memiliki kesulitan atau
tingkatan kognitif adalah pemikiran ketakutan dalam mengekspresikan
individu mengenai peran gender yang perasaan dan kesukaran mencari kata-
disebabkan oleh sikap-sikap stereotip kata untuk mengekspresikan emosi yang
dan pandangan dunia tentang laki-laki sederhana.
dan perempuan. c. Penunjukan rasa kasih sayang yang
2) Konflik peran gender yang dialami pada terbatas merupakan cara yang terbatas
tingkatan afektif berasal dari gangguan
dalam mengekspresikan emosi dan PENDEKATAN LAPANG
perasaan.
d. Konflik antara pekerjaan dan hubungan Metode Penelitian
keluarga yaitu suatu kondisi saat Penelitian ini menggunakan pendekatan
mengalami kesulitan dalam kuantitatif yang didukung dengan data
menyeimbangkan hubungan kerja, kualitatif dalam pengumpulan datanya.
pendidikan, keluarga, dan memiliki Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui
waktu luang yang kurang. penelitian survei yakni pengambilan sampel
Berdasarkan uraian di atas, maka konflik dari sejumlah populasi dengan
peran gender laki-laki adalah suatu menggunakan kuesioner sebagai instrumen
keadaan terbatasnya laki-laki dalam utama. Kuesioner yang telah disiapkan
berperilaku akibat sosialisasi peran gender dijadikan acuan pokok dalam pengumpulan
yang kaku serta bersifat maskulin. data kuantitatif. Berdasarkan jawaban
kuesioner akan dianalisis lebih lanjut
Kerangka Pemikiran mengenai pengaruh antar variabel dalam
Penelitian ini menganalisis pengaruh penelitian.
langsung antara stereotip gender laki-laki Penelitian ini didukung data kualitatif
terhadap motivasi kerja pemuda desa putus yang diperoleh melalui observasi lapang
sekolah, serta menganalisis pengaruh tidak dan wawancara mendalam kepada
langsung antara keduanya dengan konflik informan. Wawancara dilakukan dengan
peran gender laki-laki sebagai perantaranya. menggunakan panduan pertanyaan. Data
Berikut kerangka berpikir pada kualitatif digunakan untuk menjelaskan
penelitian ini. lebih mendalam mengenai pengaruh antar
Stereotip Motivasi Kerja Pemuda Desa variabel. Data kualitatif disajikan secara
Gender
Laki-laki
Putus Sekolah
Physiological Needs
deskriptif untuk memperkuat data
1. Pencari 1. Pemenuhan kebutuhan kuantitatif.
nafkah pangan
utama 2. Pemenuhan kebutuhan
keluarga sandang Lokasi dan Waktu Penelitian
2. Mandiri 3. Pemenuhan kebutuhan
3. Kuat papan Penelitian ini dilakukan di Desa
4. Agresif 4. Pemenuhan kebutuhan seks Sukawening, Kecamatan Dramaga,
5. Rasional 5. Pencegahan dari penderitaan
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan
lokasi dilakukan secara purposive atau
sengaja karena kesesuaian permasalahan
Konflik Peran Gender Laki-laki penelitian yaitu banyaknya pemuda yang
1. Sukses, kekuatan, dan kompetisi
2. Sisi emosional yang terbatas
bekerja sebelum menyelesaikan program
3. Penunjukan rasa kasih sayang yang Indonesia Pintar wajib belajar selama 12
terbatas.
4. Konflik antara pekerjaan dan hubungan tahun. Hal ini dibuktikan dengan Data
keluarga. Kantor Desa Sukawening 2017 bahwa
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian terdapat 79% penduduk yang tidak tamat
SMA dan sebagian besar memilih bekerja.
Keterangan: Berdasarkan observasi lapang, cukup
Pengaruh banyak pemuda yang bekerja di beberapa
sektor, seperti usaha sepatu, bengkel,
Hipotesis Penelitian pedagang, dll. Ketua Karang Taruna Desa
Berdasarkan kerangka pemikiran di Sukawening juga menjelaskan bahwa
atas, maka dapat ditarik hipotesis penelitian sebagian besar anak-anak di desa
yaitu sebagai berikut: bersekolah hingga pada jenjang SMP dan
1. Diduga stereotip gender laki-laki melanjutkan untuk bekerja.
berpengaruh langsung terhadap motivasi Kegiatan penelitian ini dilaksanakan
kerja pemuda desa dalam jangka waktu tujuh bulan, terhitung
2. Diduga stereotip gender laki-laki mulai bulan Januari hingga Agustus 2019
berpengaruh tidak langsung terhadap (Lampiran 2). Penelitian ini dimulai dengan
motivasi kerja pemuda desa dengan penyusunan proposal, survei lokasi,
konflik peran gender laki-laki sebagai kolokium, perbaikan proposal, uji validitas,
variabel mediator. uji reabilitas, pengambilan data lapang,
pengolahan dan analisis data, penulisan Pemilihan informan dilakukan secara
laporan penelitian, uji petik, sidang skripsi sengaja dan jumlahnya tidak dibatasi untuk
dan perbaikan laporan skripsi. memperkaya informasi. Informan dari
penelitian ini meliputi guru, orang tua
Teknik Penentuan Responden dan pemuda dan tokoh masyarakat yang dapat
Informan memberikan infomasi tambahan untuk
Data dan informasi diperoleh dari memperkuat data kuantitatif.
responden dan informan. Responden
merupakan individu yang dapat Teknik Pegumpulan Data
memberikan keterangan dan informasi Pada penelitian ini dibutuhkan sumber
mengenai dirinya sendiri. Teknik penentuan data dan informasi yang mendukung
responden dilakukan secara purposive yaitu penelitian, meliputi data primer dan
penentuan responden secara sengaja dengan sekunder. Data primer diperoleh dengan
pertimbangan yang berfokus pada tujuan observasi lapang serta pengumpulan data
penelitian. Responden penelitian ini adalah melalui kuesioner dan wawancara
pemuda desa putus sekolah yang berusia 16 mendalam. Kuesioner berisi daftar
hingga 30 tahun dan sedang bekerja. pertanyaan yang relevan dengan variabel
Kriteria usia pemuda mengacu pada UU No yang akan diteliti, yaitu stereotip gender
40 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 1 perihal laki-laki, konflik peran gender laki-laki dan
pemuda. Populasi penelitian ini adalah motivasi kerja pemuda desa putus sekolah.
semua pemuda Desa Sukawening yang Kuesioner mengenai stereotip gender
putus sekolah dan sedang bekerja, yaitu laki-laki disimpulkan dari beberapa teori
berjumlah sekitar 150 orang. Adapun unit dan konsep dari beberapa ahli dan
analisis penelitian ini adalah individu. penelitian sebelumnya serta menyesuaikan
Sampel penelitian ditentukan dengan kondisi masyarakat desa. Kuesioner
menggunakan rumus slovin dengan margin mengenai konflik peran gender laki-laki
error sebesar 10%, sehingga diperoleh telah diadaptasi dari pengukuran Gender
angka sebanyak 60 orang. Role Conflict Scale-I (GRCS-I) yang dibuat
Pengambilan sampel penelitian oleh O’Neil et al. 1991. Kuesioner
dilakukan secara purposive pada kelima mengenai motivasi kerja pemuda desa
dusun di Desa Sukawening, antara lain disesuaikan dengan hierarki kebutuhan
Dusun Cimoboran, Sukabakti, Cibereum Maslow pada tahap pemenuhan fisiologis.
Impres, Cibereum Kalong dan Kelapa Kuesioner yang telah disusun, kemudian
Tujuh. Responden ditentukan dengan cara dilakukan dua pengujian, yaitu uji validitas
menggali informasi dari ketua pemuda di dan reabilitas. Pengujian tersebut dilakukan
setiap dusun terlebih dahulu mengenai kepada sepuluh responden di Desa
kriteria yang dicari, yaitu pemuda laki-laki Sukadamai, Kecamatan Dramaga,
putus sekolah dan sedang bekerja. Kabupaten Bogor yang memiliki karakter
Perbedaan karakteristik pemuda di setiap desa hampir sama dengan desa penelitian.
dusunnya menyebabkan jumlah responden Uji validitas dilakukan dengan rumus
yang ditentukan juga berbeda. Pada korelasi bivariate menggunakan program
penelitian ini terdapat 11 responden di SPSS versi 16.0. Uji validitas dilakukan
Cimoboran, 24 responden di Sukabakti, 5 pada ketiga variabel yaitu stereotip gender
responden di Cibereum Impres, 10 laki-laki, konflik peran gender laki-laki dan
responden di Cibereum Kalong dan 10 motivasi kerja pemuda desa putus sekolah.
responden di Kelapa Tujuh. Jumlah Dasar pengambilan keputusan valid
responden yang diambil pada setiap tidaknya menggunakan pernyataan
dusunnya sudah cukup mewakili karena Sugiyono (2013) bahwa jika rhitung lebih
disesuaikan dengan informasi ketua dari 0.30 pernyataan tersebut valid.
pemuda mengenai jumlah pemuda yang Adapun uji reabilitas terhadap kuesioner
sesuai dengan kriteria penelitian. dilakukan dengan menggunakan rumus
Informan adalah individu yang dapat alpha. Pada taraf α = 0.05, pernyataan
memberikan keterangan tentang dirinya, kuesioner dikatakan realibel jika nilai alpha
orang lain dan berbagai informasi serta lebih besar dari r tabel (0.632). Berikut
peristiwa yang terkait dengan penelitian.
ringkasan uji reabilitas sebagaimana pada jawaban kuesioner akan dianalisis lebih
tabel di bawah ini. lanjut sehingga memperoleh kesimpulan
mengenai pengaruh langsung dan tidak
Tabel 1 Hasil Uji reabilitas langsung stereotip gender laki-laki terhadap
motivasi kerja pemuda desa dengan konflik
Variabel
Stereotip Gender Laki-Laki
Cronbach’s Alpha
0,895
peran gender laki-laki sebagai perantara.
Konflik Peran Gender Laki-laki 0,804 Informasi-informasi pendukung dari
Motivasi Kerja Pemuda Desa Putus 0,916
Sekolah
observasi lapang dan wawancara mendalam
digunakan sebagai pendukung data
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa kuantitatif yang disajikan secara deskriptif
47 pernyataan sudah valid, ditandai dengan
nilai r hitung > 0,300, sedangkan tiga Teknik Analisis Data
pernyataan yang tidak valid kemudian Data yang telah dikumpulkan dianalisis
dihapus. Hasil uji reabilitas menunjukkan dengan pengujian regresi. Uji regresi
bahwa pada ketiga variabel nilai digunakan untuk mengukur besarnya
Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,632, pengaruh variabel bebas terhadap variabel
sehingga ketiga variabel dinyatakan terikat (Kurniawan, 2016). Kedua variabel
realibel. dalam regresi biasanya bersifat kausal atau
Wawancara mendalam dilakukan sebab akibat sehingga saling berpengaruh.
menggunakan panduan pertanyaan sebagai Pengujian regresi memiliki prasyarat yang
sumber informasi yang dapat memperkuat harus dipenuhi yaitu data yang diolah
data kuantitatif. Data sekunder diperoleh merupakan data interval atau rasio.
dari dokumen-dokumen tertulis Desa Pengujian regresi termasuk dalam stastistik
Sukawening dan studi literatur. Dokumen parametrik karena menggunakan data
tertulis Desa Sukawening dibutuhkan untuk interval atau rasio (Nisfiannoor, 2009).
mengetahui gambaran umum desa, Penelitian ini menggunakan data yang
karakteristik masyarakat, kondisi memiliki ciri kategorik dan disajikan dalam
pendidikan serta pekerjaan di desa tersebut. skala likert. Seiring perkembangan zaman,
Studi literatur digunakan sebagai sumber skala ini dapat dikategorikan sebagai data
informasi pendukung terkait teori-teori ordinal atau interval. Menurut Suliyanto
yang relevan serta hasil penelitian (2011) skala likert termasuk kategori data
sebelumnya yang dapat membantu ordinal karena memiliki tingkatan jawaban
penelitian. serta jarak antar tingkatannya belum pasti.
Data kuantitatif diperoleh dari jawaban Likert (1932) pernah melakukan
kuesioner. Pilihan jawaban disajikan penelitian yang menyimpulkan bahwa data
dengan menggunakan Skala Likert. Likert dari skala likert dapat dikategorikan ke data
(1932) menyatakan bahwa skala ini dibuat interval. Penelitian sebelumnya yang
untuk mengukur sikap atau pendapat pernah dilakukan oleh Likert dengan cara
seseorang, persepsi dan berbagai mengubah kuesionernya ke dalam bentuk
karakteristik psikis seseorang. Respons skala Thurstone dan Guttmanscale yang
subjek diberikan dalam taraf kesetujuan dan sifatnya interval (skala yang sering
berkembang menjadi taraf kesesuaian, digunakan pada bidang psikologi).
keyakinan, frekuensi, ketertarikan dan taraf Penelitian tersebut memiliki responden
lainnya yang menggambarkan aktivitas, yang sama dengan skala Thurstone dan
perasaan atau situasi tertentu. Pada Guttmanscale, kemudian dibandingkan
penelitian ini digunakan dua taraf yaitu hasil antara ketiga skala tersebut.
kesetujuan dan kesesuaian. Variabel Hasil penelitian menunjukkan bahwa
stereotip gender laki-laki menggunakan nilai korelasi antara Skala Likert dengan
taraf kesesuaian antara lain sangat sesuai, skala Thurstone dan Guttmanscale bernilai
sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai. 0.92 yang berarti mendekati 100%. Dengan
Pada variabel konflik peran gender laki-laki demikian, pada penelitian ini skala likert
dan motivasi kerja pemuda desa putus dikategorikan sebagai data interval serta
sekolah menggunakan taraf kesetujuan termasuk dalam bidang psikologi, sehingga
antara lain sangat setuju, setuju, tidak setuju dapat dianalisis menggunakan uji regresi.
dan sangat tidak setuju. Berdasarkan
Pengujian regresi dilakukan variabel mediasi sempurna (perfect
menggunakan program Microsoft Excel mediation) jika setelah memasukkan
2010 dan Statistical for Social Sciencer variabel M pada tahap ketiga, pengaruh
(SPSS). Uji regresi yang dilakukan ada dua antara variabel X terhadap variabel Y yang
macam, yaitu regresi linier dan regresi tadinya signifikan, menjadi tidak signifikan.
mediator dengan metode causal step. Variabel M dinyatakan sebagai variabel
Regresi linier dilakukan untuk menguji mediasi parsial (partial mediation) apabila
sejauh mana pengaruh langsung antara setelah memasukkan variabel M pada tahap
variabel independent (stereotip gender laki- ketiga, pengaruh antara variabel X terhadap
laki) terhadap variabel dependent (motivasi variabel Y tetap signifikan.
kerja pemuda desa putus sekolah). Regresi Data kualitatif digunakan sebagai data
mediator juga dilakukan untuk mengukur pendukung dan pengolahan data kualitatif
pengaruh tidak langsung dari stereotip dianalisis melalui tiga tahap, yaitu reduksi
gender laki-laki terhadap motivasi kerja data, penyajian data, dan verifikasi data.
pemuda desa putus sekolah dengan konflik Proses reduksi data dimulai dari tahap
peran gender laki-laki sebagai perantara pemilihan, penyederhanaan, abstraksi,
atau variabel mediatornya. hingga transformasi data hasil wawancara
Pengujian selanjutnya adalah pengujian mendalam dan observasi. Tujuan dari
pengaruh tidak langsung stereotip gender reduksi data adalah untuk mempertajam,
laki-laki terhadap motivasi kerja pemuda menggolongkan, mengarahkan, dan
desa putus sekolah dengan konflik peran membuang data yang tidak perlu. Tahap
gender laki-laki sebagai variabel kedua adalah penyajian data, yaitu
mediatornya. Pengujian regresi mediator menyusun segala informasi dan data yang
berfungsi untuk menguji sejauh mana diperoleh menjadi serangkaian kata-kata
pengaruh tidak langsung antara variabel yang mudah dibaca ke dalam sebuah
stereotip gender laki-laki (X) terhadap laporan. Penyajian data berupa narasi,
variabel motivasi kerja pemuda desa putus diagram, dan matriks. Tahap terakhir, yaitu
sekolah (Y) dengan variabel konflik peran verifikasi, berupa penarikan kesimpulan
gender laki-laki (M) sebagai perantaranya. dari hasil yang telah diolah pada tahap
Metode dalam mengetahui ada tidaknya reduksi.
hubungan tidak langsung dilakukan dengan
metode causal step. Metode ini melihat GAMBARAN UMUM LOKASI
apakah mediator tersebut berpengaruh PENELITIAN
signifikan atau hanya sebagai partial
Desa Sukawening berasal dari gabungan
mediator. Berikut pola hubungan regresi
kata suka yang berarti cinta dan wening
mediator menggunakan metode causal step.
yang berarti bersih. Nama desa tersebut
Metode causal step yang dikembangkan
menggambarkan harapan bersama untuk
Barron dan Kenny 1986 memiliki tiga tahap
dapat mencintai kebersihan dalam segala
pengujian:
bidang. Pada tahun 1975, Desa Sukawening
1. Membuat persamaan regresi variabel
pertama kali terbentuk akibat pemekaran
stereotip gender laki-laki (X) terhadap
dari Kecamatan Ciomas. Berdasarkan
variabel motivasi kerja pemuda desa
Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 1993
putus sekolah (Y)
tanggal 26 Mei, Desa Sukawening resmi
2. Membuat persamaan regresi variabel
menjadi bagian dari Kecamatan Dramaga.
stereotip gender laki-laki (X) terhadap
Desa ini terletak pada ketinggian 550
variabel konflik peran gender laki-laki
meter dari permukaan laut, dengan curah
(M)
hujan 33 mm per tahun. Lokasi desa sekitar
3. Membuat persamaan regresi variabel
3 km dari pusat pemerintah kecamatan,
stereotip gender laki-laki (X) terhadap
sedangkan jarak dari pusat pemerintah
motivasi kerja pemuda desa putus
kabupaten sekitar 33 km.
sekolah (Y) dengan memasukkan
Secara geografis, desa ini memiliki luas
variabel konflik peran gender laki-laki
wilayah sebesar 243.160 ha yang terdiri
(M)
dari tanah sawah sebanyak 179.940 ha dan
Menurut Suliyanto dalam Munawaroh
tanah darat sebanyak 63.220 ha.
(2015), variabel M dinyatakan sebagai
Secara administratif, Desa Sukawening honorer, karyawan swasta, buruh, tukang,
terdiri dari tujuh RW, 29 RT dan lima wiraswasta, pedagang, ojeg dan lain lain.
dusun. Lima dusun tersebut antara lain
Cimoboran (RW 1), Sukabakti (RW 2 dan KARAKTERISTIK PEMUDA DESA
6), Kelapa tujuh (RW 4 dan 7), Ciberem PUTUS SEKOLAH
Impress (RW 3) dan Ciberem Kalong (RW Responden yang dipilih adalah 60
5). Jumlah penduduk Desa Sukawening pemuda desa dengan kriteria pemuda laki-
berdasarkan profil desa tahun 2015 laki berusia di antara 16-30 tahun, putus
sebanyak 7904 dan tahun 2017 sebanyak sekolah dan sedang bekerja. Pemuda
8063 jiwa yang tercakup dalam 2436 kepala tersebut memiliki karakteristik berbeda satu
keluarga. sama lain seperti usia, tingkat pendidikan,
Berdasarkan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan serta pekerjaan.
mayoritas penduduk mengalami putus Berdasarkan observasi dan wawancara
sekolah, baik di dalam atau luar jenjang. mendalam selama penelitian, ditemukan
Sebanyak 79% penduduk berada pada perbedaan karakteristik pemuda
pendidikan terakhir di jenjang SMP. berdasarkan wilayah tempat tinggalnya. Di
Kondisi tersebut disebut putus sekolah Desa Sukawening terdapat lima dusun,
karena kurang dari jangka waktu antara lain Cimoboran, Sukabakti,
pendidikan yang diwajibkan di Indonesia Cibereum Impress, Cibereum Kalong dan
yaitu 12 tahun sesuai Peraturan Menteri Kelapa Tujuh. Di desa ini, tidak semua
Pendidikan dan Kebudayaan Republik pemuda bekerja, ada juga yang
Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang pengangguran. Pemuda desa yang telah
Program Indonesia Pintar yang mendukung tamat SMA/SMK, biasanya bekerja diluar
pelaksanaan pendidikan menengah desa atau merantau ke Jakarta. Ada juga
universal atau rintisan wajib belajar selama sedikit yang melanjutkan ke Perguruan
12 (dua belas) tahun. Mengatasi tingginya Tinggi maupun Universitas Terbuka.
angka putus sekolah di Desa Sukawening, Sedangkan pemuda yang belum tamat
pemerintah desa menyediakan berbagai SMA/SMK, mayoritas bekerja di dalam
fasilitas pendidikan, termasuk program desa dengan beragam macam pekerjaan.
kejar paket. Penduduk desa biasanya Pemuda yang tidak tamat SD, biasanya
melanjutkan pendidikan keluar desa atau bekerja menjadi buruh usaha sepatu yang
melanjutkan ke pondok pesantren di pusatnya di Dusun Sukabakti.
wilayah desa. Mayoritas responden berada pada usia
Berdasarkan kondisi sosial, banyak kuliah antara 19-24 tahun yakni sebesar
kegiatan yang dilakukan masyarakat Desa 53,3 % atau sebanyak 32 orang. Kemudian
Sukawening, terutama pada bidang yang terendah yaitu responden dengan usia
keagamaan. Setiap pekan ada pengajian dewasa antara 25-30 tahun sebanyak 12
rutin untuk ibu-ibu, bapak-bapak dan orang atau 20%. Responden dengan usia
remaja. Anak-anak yang ingin belajar sekolah antara 16-18 tahun sebanyak 16
mengaji, biasanya sore hari dibuka TPA. orang atau 26,7 %. Mayoritas pemuda desa
Kegiatan gotong royong juga kerap putus sekolah pada saat penelitian berada
dilakukan di setiap RW. pada jenjang usia kuliah. Hal tersebut
Berdasarkan kondisi ekonomi, menunjukkan bahwa pemuda jarang yang
masyarakat Desa Sukawening sebagian melanjutkan pendidikan ke perguran tinggi
besar berprofesi sebagai buruh di berbagai dan lebih memilih bekerja.
bidang seperti di pabrik, bengkel sepatu, Mayoritas responden berpendidikan
buruh harian lepas, dan lain-lain. Lahan terakhir pada jenjang SMP dengan
pertanian di wilayah desa cukup luas dan persentase 68.4% atau sebanyak 41 orang.
berpotensi menjadi sumber penghasilan Pemuda mayoritas hanya tamat pada
bagi sebagian besar masyarakat desa. jenjang SMP karena berbagai faktor, ada
Pertanian masih didominasi oleh pekerja yang disebabkan karena kondisi ekonomi,
dengan usia tua. Sedangkan mata adanya lapangan pekerjaan untuk pemuda
pencaharian lain yang dilakukan oleh putus sekolah atau akibat kurangnya
masyarakat desa antara lain data PNS, guru kesadaran akan pendidikan.
Pemerintah desa sebenarnya telah sesuai hingga sangat sesuai pada keempat
menyediakan program kejar paket bagi dimensi stereotip gender laki-laki yang
yang ingin mendapatkan pendidikan lebih dilihat dari skor rata-rata pada tiap dimensi.
tinggi. Program kejar paket yang Stereotip gender laki-laki sebagai
ditawarkan untuk pemuda desa berada di pencari nafkah utama tergolong sedang
dua tempat yaitu di SMA Kornita dan SMA dengan persentase sebesar 50%. Rata-rata
1 Dramaga setiap hari Sabtu. Namun, tidak skor pada dimensi tersebut sebesar 3.58
banyak pemuda yang berminat untuk yang berada pada rentang nilai antara sesuai
mengikuti program tersebut. hingga sangat sesuai. Stereotip gender
Pekerjaan yang paling banyak diminati bahwa laki-laki harus mandiri juga
pemuda desa putus sekolah adalah tergolong sedang sebesar 61.7%. Rata-rata
pekerjaan di bidang jasa, seperti sopir, kuli skor pada dimensi tersebut sebesar 3.27
bangunan, pekerja serabutan, membuka jasa yang berada pada rentang nilai antara sesuai
steam motor, jual pulsa, ojek, menjaga toko hingga sangat sesuai. Stereotip gender laki-
dan lain-lain. Ada sebanyak 35% atau 21 laki harus kuat tergolong sedang dengan
orang yang bekerja pada pekerjaan- persentase sebesar 53.3%. Rata-rata skor
pekerjaan tersebut. Persentase terbanyak pada dimensi tersebut sebesar 3.27 yang
kedua adalah sebagai buruh. Terdapat 25% berada pada rentang nilai antara sesuai
atau 15 orang pemuda desa putus sekolah hingga sangat sesuai. Stereotip gender laki-
yang memilih menjadi buruh, terutama laki bersifat agresif tergolong sedang
buruh sepatu. Pekerjaan paling sedikit sebesar 41.7%. Rata-rata skor pada dimensi
adalah menjadi karyawan swasta yaitu tersebut sebesar 2.69 yang berada pada
hanya 7 orang atau 11,7%. rentang nilai antara tidak sesuai hingga
Sebagian besar responden belum lama sesuai Stereotip gender laki-laki berpikir
bekerja, ada sebanyak 40% atau 24 orang rasional berada pada rentang sedang sebesar
yang masih bekerja kurang dari setahun. 65%. Rata-rata skor pada dimensi tersebut
Berdasarkan wawancara dengan responden, sebesar 3.11 yang berada pada rentang nilai
mereka yang belum lama bekerja masih antara sesuai hingga sangat sesuai.
dalam masa pencarian pekerjaan yang Pada kelima dimensi, mayoritas
cocok. Mayoritas responden yang memiliki stereotip gender laki-laki berada pada
pendapatan kurang dari 500.000 per tingkat sedang. Hal tersebut menunjukkan
minggu sebesar 58,3% atau sebanyak 35 bahwa stereotip gender laki-laki pada
orang. Responden dengan pendapatan kelima dimensi yang diteliti masih cukup
antara 500.000 - 1.500.000 per minggu juga relevan dengan keyakinan masyarakat
cukup banyak yaitu sebesar 40% atau mengenai stereotip gender laki-laki.
sebanyak 24 orang. Sedangkan responden
dengan pendapatan lebih dari 1.500.000 per KONFLIK PERAN GENDER LAKI-
minggu hanya satu orang atau 1,7%. LAKI DI DESA SUKAWENING
Mayoritas pendapatan responden cukup Konflik peran gender laki-laki
rendah karena pekerjaan yang dilakukan merupakan suatu keadaan psikologis laki-
masih dalam sektor informal. laki akibat sosialisasi peran gender yang
kaku serta bersifat maskulin. Konflik peran
HASIL DAN PEMBAHASAN gender laki-laki sebagian besar berada pada
taraf sedang di keempat dimensi antara lain:
STEREOTIP GENDER LAKI-LAKI DI Sukses, kekuatan, dan kompetisi; Sisi
DESA SUKAWENING emosional yang terbatas; Penunjukan rasa
Stereotip gender laki-laki merupakan kasih sayang yang terbatas; Konflik antara
keyakinan dari seseorang terhadap pekerjaan dan hubungan. Mayoritas
pelabelan mengenai laki-laki dan telah lama responden menyatakan tidak setuju hingga
diyakini masyarakat. Stereotip gender laki- sangat setuju pada keempat dimensi konflik
laki sebagian besar berada pada tingkat peran gender laki-laki yang dilihat dari skor
sedang di kelima dimensi antara lain laki- rata-rata pada tiap dimensi.
laki adalah pencari nafkah utama, harus Konflik peran gender laki-laki
mandiri, kuat, bersifat agresif dan berpikir berdasarkan kesuksesan, kekuatan dan
rasional. Mayoritas responden menyatakan kompetensi tergolong sedang dengan
persentase sebesar 70%. Rata-rata skor responden untuk memenuhi kebutuhan seks
pada dimensi tersebut sebesar 2.96 yang tergolong sedang dengan persentase sebesar
berada pada rentang nilai antara tidak setuju 63% dan skor rata-ratanya sebesar 3.08.
hingga setuju. Konflik peran gender laki- Motivasi kerja responden dalam upaya
laki dilihat dari sisi emosional yang terbatas pencegahan penderitaan tergolong sedang
juga tergolong sedang sebesar 70%. Rata- dengan persentase sebesar 73% dan skor
rata skor pada dimensi tersebut sebesar 2.95 rata-ratanya sebesar 3.31. Konflik peran
yang berada pada rentang nilai antara tidak gender laki-laki tergolong sedang pada
setuju hingga setuju. Konflik peran gender keempat dimensi. Hal tersebut
laki-laki dilihat dari penunjukan rasa kasih menunjukkan bahwa konflik peran gender
sayang yang terbatas tergolong sedang laki-laki pada keempat dimensi yang diteliti
dengan persentase sebesar 36.7%. Rata-rata cukup dirasakan oleh pemuda desa putus
skor pada dimensi tersebut sebesar 3.23 sekolah.
yang berada pada rentang nilai antara setuju Motivasi kerja pemuda desa putus
hingga sangat setuju. Konflik peran gender sekolah tergolong sedang pada kelima
laki-laki dilihat dari konflik antara aspek Hal tersebut menunjukkan bahwa
pekerjaan dan hubungan keluarga tergolong pemuda desa putus sekolah cukup
sedang sebesar 50%. Rata-rata skor pada termotivasi bekerja untuk memenuhi
dimensi tersebut sebesar 2.88 yang berada kebutuhan fisiologis, antara lain pangan,
pada rentang nilai antara tidak setuju sandang, papan, seks dan upaya pencegahan
hingga setuju. penderitaan.
Konflik peran gender laki-laki tergolong
sedang pada keempat dimensi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa konflik peran gender PENGARUH LANGSUNG STEREOTIP
laki-laki pada keempat dimensi yang diteliti GENDER LAKI-LAKI TERHAPAD
cukup dirasakan oleh pemuda desa putus MOTIVASI KERJA PEMUDA DESA
sekolah. PUTUS SEKOLAH
MOTIVASI KERJA PEMUDA DESA Berdasarkan penelitian melalui uji
PUTUS SEKOLAH regresi linier, menghasilkan nilai
Pengukuran motivasi kerja pemuda desa signifikansi sebesar 0.005 dan nilai t hitung
putus sekolah dalam pemenuhan kebuhan sebesar 3.064 > t tabel 2.002 yang berarti
fisiologis dilakukan dengan pemberian terdapat pengaruh langsung antara stereotip
sejumlah pernyataan yang mencakup gender laki-laki terhadap motivasi kerja
pemenuhan kebutuhan pangan,sandang, pemuda desa putus sekolah. Pengujian R
papan, seks dan pencegahan penderitaan. square menghasilkan nilai sebesar 12.6%
Berdasarkan kelima dimensi tersebut, yang menunjukkan hanya sedikit bagian
motivasi kerja pemuda desa paling banyak dari variabel stereotip gender laki-laki yang
berada di tingkat sedang dengan skor rata- dapat menjelaskan motivasi kerja pemuda
rata pada jawaban setuju hingga sangat desa putus sekolah. Pengujian koefisien
setuju. menghasilkan persamaan: Y= 28.866 +
Mayoritas responden berada pada 0.446 X. Arah koefisien positif dengan
tingkat sedang dalam pemenuhan didukung hasil tabulasi silang, namun tidak
kebutuhan di lima aspek. Motivasi kerja semuanya berbanding lurus. Hal tersebut
responden untuk memenuhi kebutuhan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
pangan tergolong sedang dengan persentase langsung antara stereotip gender laki-laki
sebesar 41.7% dan skor rata-ratanya sebesar terhadap motivasi kerja pemuda desa putus
2.97. Motivasi kerja responden untuk sekolah yaitu semakin kuat stereotip gender
memenuhi kebutuhan sandang tergolong laki-laki dapat meningkatkan motivasi kerja
sedang dengan persentase sebesar 75% dan pemuda desa putus sekolah. Pengaruh
skor rata-ratanya sebesar 3.05. Motivasi tersebut tidak terlalu tinggi karena terdapat
kerja responden untuk memenuhi faktor-faktor selain stereotip gender laki-
kebutuhan papan tergolong sedang dengan laki yang juga memengaruhi motivasi kerja
persentase sebesar 45% dan skor rata- pemuda desa putus sekolah, seperti faktor
ratanya sebesar 3.18. Motivasi kerja internal dan eksternal motivasi.
sangat kecil menyebabkan hanya sebagian
PENGARUH TIDAK LANGSUNG kecil yang merasakan konflik peran gender
STEREOTIP GENDER LAKI-LAKI karena adanya stereotip gender.
TERHAPAD MOTIVASI KERJA
PEMUDA DESA PUTUS SEKOLAH Pengujian Regresi antara Variabel
DENGAN KONFLIK PERAN GENDER Stereotip Gender Laki-laki terhadap
LAKI-LAKI SEBAGAI VARIABEL Variabel Motivasi Kerja Pemuda Desa
PERANTARA Putus Sekolah dengan Konflik Peran
Analisis variabel mediasi dilakukan Gender Laki-laki sebagai Mediator
dengan metode causal yang dikembangkan Hasil penelitian menggunakan metode
oleh Baron dan Kenny 1986. Setiap tahap causal step menunjukkan bahwa terdapat
dalam metode causal step harus terpenuhi. pengaruh tidak langsung antara stereotip
1. Variabel x yaitu stereotip gender laki- gender laki-laki terhadap motivasi kerja
laki harus berpengaruh terhadap pemuda desa putus sekolah dengan konflik
variabel y yaitu motivasi kerja pemuda peran gender laki-laki sebagai mediator.
desa putus sekolah. Hasil penelitian Ketiga tahap pengujian telah terpenuhi.
sebelumnya telah menunjukkan adanya Pada tahap pertama, variabel stereotip
pengaruh langsung di antara keduanya. gender laki-laki berpengaruh terhadap
2. Variabel x yaitu stereotip gender laki- variabel motivasi kerja pemuda desa putus
laki harus berpengaruh terhadap sekolah dengan nilai signifikansi sebesar
variabel m yaitu konflik peran gender 0.005. Pada tahap kedua, variabel stereotip
laki-laki. gender laki-laki berpengaruh terhadap
3. Kemudian pada tahap ketiga, dianalisis variabel konflik peran gender laki-laki
mengenai perubahan sebelum dan dengan nilai signifikansi sebesar 0.037.
sesudah menggunakan uji causal step. Pada tahap ketiga, variabel konflik peran
Jika variabel independen (x) tetap gender laki-laki berpengaruh sebagai
berpengaruh terhadap variabel dependen variabel mediator dengan nilai signifikansi
(y), maka variabel mediator (m) bersifat sebesar 0.048.
parsial, sebaliknya jika variabel Pada tahap ketiga variabel stereotip
independen (x) menjadi tidak gender laki-laki tetap berpengaruh terhadap
berpengaruh terhadap variabel dependen variabel motivasi kerja pemuda desa putus
(y), maka mediator (m) memediasi sekolah dengan nilai signifikansi sebesar
secara penuh. 0.025, maka variabel mediator bersifat
parsial. Dengan demikian sebagian
Pengujian Regresi Linier antara responden merasakan konflik peran gender
Variabel Stereotip Gender Laki-laki laki-laki akibat adanya stereotip gender
terhadap Variabel Konflik Peran Gender laki-laki sehingga memengaruhi motivasi
Laki-laki kerja padanya. Responden lainnya yang
Berdasarkan penelitian melalui uji tidak merasakan adanya konflik peran
regresi linier, menghasilkan nilai gender laki-laki disebabkan faktor lain
signifikansi sebesar 0.037 dan nilai t hitung seperti faktor ekonomi, lingkungan sebaya,
sebesar 2.134 > t tabel 2.002 yang berarti gaji, dll.
terdapat pengaruh langsung antara stereotip
gender laki-laki terhadap konflik peran
gender laki-laki. Pengujian R square PENUTUP
menghasilkan nilai sebesar 7.3% yang
menunjukkan hanya sediit bagian dari Simpulan
variabel stereotip gender laki-laki yang Berdasarkan hasil penelitian, dapat
mampu memengaruhi konflik peran gender ditarik kesimpulan sebagai berikut:
laki-laki. Pengujian koefisien menghasilkan 1. Usia pemuda putus sekolah mayoritas
persamaan: Y= 19.364 + 0.179 X. Arah berada pada rentang usia antara 19-24
koefisien positif yang berarti semakin kuat tahun. Pendidikan terakhir responden
stereotip gender laki-laki dapat mayoritas berada pada jenjang SMP.
meningkatkan konflik peran gender laki- Sebagian besar pemuda bekerja di
laki. Namun demikian pengaruh yang bidang jasa, seperti menjadi sopir, kuli
bangunan, pekerja serabutan, membuka Saran
jasa steam motor, jual pulsa, ojek dan Berdasarkan hasil penelitian, terdapat
menjaga toko. Banyaknya responden saran-saran antara lain:
yang belum lama bekerja hampir sama 1. Perlu adanya pemahaman mengenai
dengan banyaknya responden yang stereotip gender laki-laki, baik kepada
bekerja lebih dari tiga tahun. Mayoritas orang tua maupun masyarakat agar tidak
responden memiliki pendapatan rendah menimbulkan konflik peran gender bagi
yaitu kurang dari 500.000 per minggu. laki-laki.
2. Stereotip gender laki-laki tergolong 2. Perlu adanya sosialisasi mengenai
sedang pada kelima dimensi, antara lain pentingnya pendidikan baik kepada
laki-laki adalah pencari nafkah utama, anak-anak, remaja maupun orang tua.
harus mandiri, kuat, bersifat agresif dan Hal ini dilakukan sebagai upaya
berpikir rasional. Konflik peran gender meminimalisir angka putus sekolah.
laki-laki juga tergolong sedang pada 3. Perlu adanya pelatihan soft skill dan
keempat dimensi yang diteliti, antara wirausaha bagi pemuda, terutama untuk
lain kesuksesan, kekuatan, dan pemuda yang sudah putus sekolah agar
kompetensi; sisi emosional yang dapat menambah keahlian dan wawasan
terbatas; ungkapan sayang yang terbatas; yang diperlukan untuk dunia bekerja.
konflik antara pekerjaan dan hubungan
keluarga. Dengan demikian, stereotip DAFTAR PUSTAKA
gender dan konflik peran gender laki- Adiwijaya. 2005. Pengaruh stereotip gender
laki masih cukup relevan dengan kondisi dan kebutuhan pada perempuan
masyarakat sekarang. Motivasi kerja terhadap kebutuhan berkarir
pemuda desa putus sekolah juga karyawan. [tesis]. Surabaya (ID):
tergolong sedang pada kelima dimensi Program Studi Ilmu Pengembangan
yang diteliti, antara lain pemenuhan Sumber Daya Manusia, Program
kebutuhan pangan, sandang, papan, seks Pascasarjana Universitas Airlangga
dan pencegahan penderitaan. Surabaya. [internet]. [diunduh
3. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat tanggal 25 September 2018].
pengaruh langsung antara stereotip Tersedia pada:
gender laki-laki terhadap motivasi kerja http://repository.unair.ac.id/35990/
pemuda desa putus sekolah. Pengaruh Arbain J, Azizah N, Sari IN. 2015.
tersebut bersifat positif yang berarti Pemikiran Gender Menurut Para
bahwa meningkatnya stereotip gender Ahli. Jurnal SAWWA. Vol 11 (1).
laki-laki dapat meningkatkan pula [internet]. [diunduh tanggal 25
motivasi kerja pemuda desa putus September 2018]. Tersedia pada:
sekolah. http://journal.walisongo.ac.id/index.p
4. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hp/sawwa/article/
pengaruh tidak langsung antara stereotip download/1447/1070
gender laki-laki terhadap motivasi kerja Bagoe R. 2017. Faktor-faktor penyebab
pemuda desa putus sekolah dengan anak putus sekolah di desa suka
konflik peran gender laki-laki sebagai damai kecamatan bulango utara
variabel mediasinya. Variabel mediasi kabupaten bone bolango. [skripsi].
tersebut bersifat parsial yaitu sebagian Gorontalo (ID): Program Sarjana
responden merasakan konflik peran Fakults Ilmu Sosial Universitas
gender laki-laki akibat adanya stereotip Negeri Gorontalo . [internet].
gender laki-laki sehingga memengaruhi [diunduh tanggal 10 Oktober 2018].
motivasi kerja padanya. Responden Tersedia pada:
lainnya tidak merasakan adanya konflik http://eprints.ung.ac.id/3369/
peran gender laki-laki disebabkan faktor [BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Data
lain seperti faktor ekonomi, lingkungan Demografi Penduduk Indonesia.
sebaya, gaji, dll. [internet]. [diunduh tanggal 25 Mei
2018]. Tersedia pada:
http://st2013.bps.go.id/dev2/index.p
hp.
[CNN] Cable News Network. 2017. Pusat alauddin.ac.id/index.php/khizanah-
Studi Kependudukan dan Kebijakan alhikmah/article/view /1067
UGM. [internet]. [diakses tanggal Kamsihyati, Sutomo, Sakinah. 2016. Kajian
12 Januari 2019]. Tersedia pada: Faktor-Faktor Penyebab Anak
https://cpps.ugm.ac.id/tingginya- Putus Sekolah di Desa Jangrana
angka-putus-sekolah-di-indonesia- Kecamatan Kesugihan Kabupaten
cnn-indonesia/ Cilacap. Jurnal Nasional Geo
Darmaningtyas. 2003.Pendidikan yang Edukasi. 5(1):16-21. [Internet].
Memiskinkan.Yogyakarta (ID): [diunduh tanggal 2 Januari 2019].
Galang Press Tersedia pada:
Dewi NAK, Zukhri A, Dunia IK. 2014. https://media.neliti.com/media/publ
Analisis Faktor-Faktor Penyebab ications/ 178137-ID-kajian-faktor-
Anak Putus Sekolah Usia faktor-penyebab-anak-putus.pdf
Pendidikan Dasar Di Kecamatan Kapuladze TA. 2010. Gender Stereotypes
Gerokgak. Jurnal Pendidikan and Gender Feature of Job
Ekonomi. Vol 4 (1): 1-12. Motivation: Differences or
[internet]. [diunduh tanggal 13 Similarity?. Problems and
September 2018]. Tersedia pada: Perspective in Management
https://ejournal.undiksha.ac.id/inde Journal. Vol 8 (2):84-93. [Internet].
x.php/ JJPE/article/view/1898/1650 [diunduh tanggal 18 Juli 2019].
[Dirjen Diknas] Direktur Jenderal Tersedia pada:
Pendidikan Dasar. 2015. 75 Persen https://businessperspectives.org/im
Anak Sekolah Akibat Faktor ages/pdf/applications/
Ekonomi. [internet]. [diunduh publishing/templates/article/assets/
tanggal 29 Juni 2018]. Tersedia 3227/PPM_EN_2010_02_Kepuladz
pada: e.pdf
https://news.okezone.com/read/201 Kartika EW, Kaihatu TS. 2010. Analisis
5/08/17/ 65/1197508/75-persen- Pengaruh Motivasi Kerja terhadap
anak-putus-sekolah-akibat-faktor- Kepuasan Kerja. Jurnal
ekonomi Manajemen dan Kewirausahaan.
Djamal NN, Yulianti. 2013. Gambaran Vol 12 (1): 100-112. [internet].
Minat dan Pilihan Karir Orang [diunduh tanggal 20 Juni 2019].
Sunda. Jurnal Ilmiah Psikologi. Tersedia pada:
Vol 5 (1): 907-920. [internet]. http://eprints.perbanas.ac.id/3267/
[diunduh tanggal 1 Juli 2018]. [Kementerian] Kementerian Pemuda dan
Tersedia pada: Olahraga. 2009. Undang-undang
http://journal.uinsgd.ac.id/index.ph Republik Indonesia Nomor 40
p/psy/ article/view/2208 Tahun 2009 tentang Kepemudaan.
Gardine DMO. 2018. Pendidikan Zaman [Internet]. [dikutip tanggal 22
Now Didominasi Perempuan. September 2018]. Tersedia pada
Jurnas.com. [internet]. [diakses http://www.dpr.go.id/dokjdih/
tanggal 12 Agustus 2018]. Tersedia document/uu/UU200940.pdf
pada: [Kementerian] Kementerian Pendidikan dan
https://www.google.com/amp/www Kebudayaan. 2016. Peraturan
.jurnas.com/amp/artikel/29486/Pen Menteri Pendidikan dan
didikan-Zaman-Now-Didominasi- Kebudayaan Republik Indonesia
Kaum-Perempuan/ Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Iskandar. 2016. Implementasi Teori Hirarki Program Indonesia Pintar.
Kebutuhan Abraham Maslow [Internet]. [dikutip tanggal 1
terhadap Peningkatan Kinerja Oktober 2018]. Tersedia pada:
Perpustakaan. Jurnal Khizanah Al https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/P
Hikmah. Vol 4 (24-34). [Internet]. ermen
[diunduh tanggal 15 Juli 2018]. dikbudTahun2016_Nomor019.pdf
Tersedia pada http://journal.uin- Kurniawan R, Yuniarto B. 2016. Analisis
Regresi: Dasar dan Penerapannya
dengan R. Jakarta (ID): Kencana https://fmipa.unmul.ac.id/files/docs/
Prenadamedia Group. [Internet]. [24]%20Jurna l%20Munawaroh
[diunduh tanggal 10 Juni 2019]. %20Edit.pdf
Tersedia pada: Murniati ANP. 2004. Getar Gender :
https://books.google.co.id/ books? Perempuan Indonesia dalam
hl=id&lr=&id=KcDwAAQBAJ&oi Perspektif Agama, Budaya dan
=fnd&pg=PA43&dq=Analisis+Re Keluarga. Magelang (ID):
gresi: Indonesiatera. [Internet]. [diunduh
+Dasar+dan+Penerapannya+deng tanggal 17 Agustus 2018]. Tersedia
an+R. pada: https://books.google.
+&ots=cqivxA2sVY&sig=wstKeDa co.id/books?
xLPSpnNNWVAaiuM1VK8&redir_ hl=id&lr=&id=9pweRyuenoC&oi=
esc=y#v=onepage&q=Analisis fnd&pg=PA245&dq=Getar+Gende
%20Regresi%3A%20Dasar r+:
%20dan%20Penerapannya +Perempuan+Indonesia+dalam+Per
%20dengan%20R.&f=false spektif+Agama,
Likert R. 1932. A Technique For The +Budaya+dan+Keluarga.&ots=DD
Measurement Of Attitudes. LiUQGUOE&sig=oElfOmjljeE364
Archives of Psychology. Vol 22 Gx9tTvtoVvH_Q&redir_esc=y#v=
(140) : 1-54. [Internet]. [diunduh onepage&q=Getar%20Gender
tanggal 10 Agustus 2019]. Tersedia %20%3A%20Perempuan
pada: %20Indonesia%20dalam
https://legacy.voteview.com/pdf/Li %20Perspektif%20Agama%2C
kert_1932.pdf %20Budaya%20dan
Meitasari. 2017. Perilaku Seksual Remaja %20Keluarga.&f=false
Pengguna Smarphone. Jurnal Naafs S, White B. 2012. Generasi Antara:
Bimbingan dan Konseling Ar- Refleksi Tentang Studi Pemuda
Rahman. Vol 3 (1): 1-5. [Internet]. Indonesia. Jurnal Studi Pemuda.
[diunduh tanggal 21 Januari 2019]. Vol 1 (2): 89-106. [Internet].
Tersedia pada: [diunduh tanggal 2 Januari 2019].
https://media.neliti.com/media/ Tersedia pada:
publications/269562-perilaku- https://repub.eur.nl/pub/39148/
seksualremaja-pengguna- Metis184783.pdf
smartph63d113da. pdf Nauly M. 2002. Konflik Peran Gender
Mugniesyah SS. 2006. Ilmu Penyuluhan. pada Pria: Teori dan Pendekatan
Bogor (ID): Departemen Sains Empirik. Medan (ID): Digital
Komunikasi dan Pengembangan Library Universitas Sumatra Utara.
Masyarakat Institut Pertanian [Internet]. [diunduh tanggal 12
Bogor Januari 2019]. Tersedia pada:
Muhammad H. 2015. Faktor putus sekolah. http://library.usu.ac.id
Berita okezone.com. [Internet]. /download/fk/psikologi-Meutia.pdf
[diakses tanggal 18 Agustus 2018]. Nisfiannoor M. 2009. Pendekatan Statistika
Tersedia pada: Modern untuk Ilmu Sosial. Jakarta
https://www.google.com/amp/s/ne (ID): Salemba Humanika.
ws. [Internet]. [diunduh tanggal 10
okezone.com/amp/2015/12/23/65/1 Agustus 2019]. Tersedia pada:
273530/ini-faktor- https://www.google.com/books?
utamaanakindonesia banyakputu s- hl=id&lr=&id=1j_O7aHT
sekolah ZD8C&oi=fnd&pg=PA20&dq=.
Munawaroh. 2015. Analisis Regresi +Pendekatan+Statistika+Modern+u
Variabel Mediasi dengan Metode ntuk+Ilmu+Sosial.
Kausal Step. Jurnal Eksponensial. +&ots=zZd2pB0jfV&sig=ZMe0bI6
Vol 6 (2). [internet]. [diunduh oC8T_HW0OhKwM1uwlfcI
tanggal 1 Juni 2019]. Tersedia Octavianus. 2008. Hubungan konflik peran
pada: gender laki-laki dengan mekanisme
pertahanan psikologis. [skripsi]. Vol 17 (2). [Internet]. [diunduh
Yogyakarta (ID): Program Studi tanggal 19 Juni 2018]. Tersedia
Psikologi Fakultas Psikologi pada:
Universitas Sanata Dharma. http://jurnal.fisip.unila.ac.id/index.p
[Internet]. [diunduh tanggal 2 hp/ sosiologi/article/view/510
Oktober 2018]. Tersedia Valentina R, Maisyaroh, Kusumaningrum
pada:https://repository.usd.ac.id/ DE. 2018. Hubungan Kompetensi
27880/ dan Motivasi Kerja dengan Kinerja
Pakpahan HT, Lumintang RWE, Susanto Tenaga Administrasi Sekolah.
D. 2006. Hubungan Motivasi Kerja Jurnal Administrasi dan
dengan Perilaku Nelayan pada Manajemen Pendidikan. Vol 1(1):
Usaha Perikanan Tangkap. Jurnal 79-86. [Internet]. [diunduh tanggal
Penyuluhan. Vol 1 (1): 26-34. 10 Desember 2018]. Tersedia pada:
[Internet]. [diunduh tanggal 12 http://journal2
Agustus 2019]. Tersedia pada: .um.ac.id/index.php/jamp/article/vi
http://journal.ipb.ac.id/index.php/ju ew/2679
pe/article/view/ 2138 [WEF] World Economic Forum. 2018. The
Profil Desa Sukawening. 2017. Profil Desa Global Gender Gap Report.
dan Gambaran Umum Singkat [Internet]. [diakses tanggal 12
Desa Sukawening Tahun 2017.1-6 Agustus 2019]. Tersedia pada:
Rifai A. 2015. Pemberdayaan Masyarakat https://www.google.com/url?
Putus Sekolah Studi di Desa sa=t&source=web&rct=j&url=http:
Palangiseng Kabupaten Soppeng. //unpar.ac.id/wp-content/uploads/
Jurnal Sosialisasi Pendidikan 2016/12/Majalah-Parahyangan-
Sosiologi. Vol 1(1): 1-5. [Internet]. Edisi2016040304.
[diunduh tanggal 2 September pdf&ved=2ahUKEwjzgtW58YrkA
2018]. Tersedia pada: hXYTX0KHXieBYAQFjASegQIB
http://ojs.unm.ac.id/sosialisasi/articl xAB&usg=AOvVaw17RLOOftYa5
e/view/2363 BS59mocP8ax
Salsabila A, Prayudiawan H. 2011.
Pengaruh Akuntabilitas
Pengetahuan Audit Gender terhadap
Kualitas Hasil Kerja Auditor
Internal. Jurnal Telaah Riset
Akuntasi. Vol 4 (2): 155-175.
[Internet]. [diunduh tanggal 2
Desember 2018]. Tersedia pada:
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/TR
A/ article/view/590
Setiansah. 2008. Laki-laki dan Stereotype
Gender. Jurnal Acta Diurna. Vol 5
(1): 1-9
Sugiyono. 2013. Statisika untuk Penelitian.
Bandung (ID): Alfabeta
Suliyanto. 2011. Perbedaan Pandangan
Skala Likert sebagai Skala Ordinal
atau Skala Interval. Purwokerto
(ID): Sewindu Statistika. [Internet].
[diunduh tanggal 19 Maret 2019].
Tersedia pada:
http://eprints.undip.ac.id/
33805/1/makalah5.pdf
Utaridah N. 2015. Representasi Citra Laki-
laki Budaya Sunda. Jurnal Ilmiah
Kajian Ilmu Sosial dan Budaya.

You might also like