Implementasi Kebijakan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTAHANAN

DI KAWASAN PERBATASAN INDONESIA – TIMOR LESTE


(Studi Kasus di Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur)

“THE IMPLEMENTATION OF DEFENSE DEVELOPMEN TPOLICY


IN INDONESIA – TIMOR LESTE TERRITORIAL BORDER
(A Case Study at Belu Regency Nusa Tenggara Timur Province)”

1)
Sekolah Tinggi Ilmu Soial dan Ilmu Politik Fajar Timur
2
Mata kuliah Implementasi Kebijakan Publik 3)Dosen Pembimbing :Elias Frederkus Kelen, S.Fil.,MH
4)
Mahasiswa : Gasper Oktovianus Prasso 5)Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Abstract

This study discuss the Implementation of Defence Sector Development Policy


at the Indonesia’s Border Region – Timor Leste (Case Studies in Belu Regency of
East Nusa Tenggara Province). The study was conducted due to curent development in
the field of defence affairs as the authority of the central government but in its
implementation still has weakness in maintaining national sovereignty and stability.
The study used the case study method, which is part of qualitative research.
Data collection techniques were done by exploring the data derived from primary
and secondary sources. Primary data in the form of words, speech and action or
behavior gathered from 15 informants, as well as secondary data obtained from
various documents, journals, scientific papers, and others.
The results suggested that the policy implementation model proposed by
Cheema and Rondinelli has been implemented by the Belu District. However, the model
was not appropriate to be applied in the border region because the model does not
prioritize coordination aspect. Researcher argues that the implementation of Cheema
and Rondinelli’s could have been more successful if it was equipped with the
coordination aspect. This coordination aspect becomes important because there are
many institution in Belu District that are competent in the sucessful execution of
defence development policy.

Key words : policy, defence, government

1|I M P L E M E N T A S I K E B I J A K A N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
Abtrak

Kajian ini membahas Implementasi Kebijakan Pembangunan Sektor Pertahanan di


Kawasan Perbatasan Indonesia – Timor Leste (Studi Kasus di Kabupaten Belu Provinsi Nusa
Tenggara Timur). Kajian ini dilakukan karena perkembangan di bidang pertahanan saat ini
sebagai kewenangan pemerintah pusat namun dalam pelaksanaannya masih memiliki
kelemahan dalam menjaga kedaulatan dan stabilitas negara.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang merupakan bagian dari penelitian
kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggali data yang berasal dari
sumber primer dan sekunder. Data primer berupa ucapan, ucapan dan tindakan atau perilaku
dikumpulkan dari 15 informan, serta data sekunder diperoleh dari berbagai dokumen, jurnal,
karya ilmiah, dan lain-lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model implementasi kebijakan yang dikemukakan
oleh Cheema dan Rondinelli telah diterapkan oleh Kabupaten Belu. Namun, model tersebut
kurang tepat diterapkan di wilayah perbatasan karena model tersebut tidak mengutamakan
aspek koordinasi. Peneliti berpendapat bahwa penerapan Cheema dan Rondinelli's akan lebih
berhasil jika dilengkapi dengan aspek koordinasi. Aspek koordinasi ini menjadi penting karena
banyak instansi di Kabupaten Belu yang berkompeten dalam mensukseskan pelaksanaan
kebijakan pembangunan pertahanan.

Kata kunci : kebijakan, pertahanan, pemerintah

2|I M P L E M E N T A SI KE B I J A KA N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
1.1 Prolog terkait erat dengan kegiatan
Latar belakaang pembangunan kawasan, dan juga terkait
Masalah/Ringkasan Kebijakan) dengan keberadaan sumber daya alam,
sumber daya sosial- ekonomi, dan sumber
Kabupaten Belu merupakan daya manusia. Sumber daya alam dan
kawasan perbatasan antara sumber daya manusia di kabupaten Belu
Republik Indonesia dengan umumnya tampak belum dapat
Republik Demokratik Timor-Leste diunggulkan, sehingga keadaan ekonomi
(RDTL). Kabupaten ini memiliki 2 masyarakat umumnya berada pada
(dua) macam perbatasan utama kondisi yang belum memadai.
yaitu perbatasan antar negara dan Sejak diumumkannya hasil jajak
perbatasan antar kabupaten. pendapat masyarakat Timor Timur pada
Perbatasan antar negara memiliki tanggal 4 September 1999 disusul dengan
nilai strategis terkait dengan kemerdekaan RDTL tahun 2000, maka
kedaulatan negara Indonesia. posisi Kabupaten Belu menjadi sangat
Sebagai kawasan perbatasan, penting dan strategis karena menjadi
Kabupaten Belu secara geopolitik kawasan atau kawasan perbatasan negara.
menyandang predikat sebagai Kabupaten Belu saat ini telah mengalami
beranda depan negara di mata dua fase implementasi politis yang
internasional. Hal ini menyebabkan disebut sebagai fase tindakan darurat dan
pelaksanaan kegiatan percepatan fase tindakan peralihan. Sampai dengan
pembangunan semakin penting dan saat ini fase tersebut berlanjut dan
strategis. Komitmen Pemerintahan memasuki fase tindakan pengembangan.
Kabinet Indonesia Bersatu melalui Fase tindakan pengembangan menandai
Rencana Pembangunan Jangka upaya percepatan pembangunan melalui
Menengah Nasional (2009-2014) perencanaan penataan ruang kawasan
menjadikan kawasan perbatasan perbatasan pada tahun 2012. Hal ini
sebagai salah satu prioritas dimaksudkan agar upaya rehabilitasi
pembangunan. kawasan melalui pembangunan fisik
Perkembangan kawasan perbatasan dapat dilakukan pada ruang yang tepat

3|I M P L E M E N T A SI KE B I J A KA N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
sesuai dengan potensi, kemampuan lahan, b. Satpur/Banpur yang terdiri dari 4
Yonif, 1 Tonkav dan 1 Denzipur
dan kebutuhannya, sehingga mampu
memberikan manfaat yang optimal bagi c. Satuan dari luar wilayah Kodam
kawasan tersebut. IX Udayana (misalnya satuan
Kostrad) yang tergabung dalam
2.1 Intisari Satgas

Kebijakan Pembangunan d. Selain kekuatan satuan


Bidang Pertahanan di Kawasan pengamanan pada point “a” s/d
Perbatasan Indonesia – Timor Leste “c”, terdapat pula kekuatan
selain berlandaskan kepada UU pendukung lainnya berupa
tentang Pertahanan Negara, juga Lanudal kelas A (berdasarkan
dilaksanakan berdasarkan Rencana Jakstra Kasal : Kep/2/II/2006
Operasi “Sasando-02” Kodam IX tentang Postur TNI AL sampai
Udayana pada tahun 2006 yang lalu dengan tahun 2024) dan Lanud
dengan mengerahkan tipe C El Tari (berdasarkan
Satpur/Banpur TNI AD dalam Probangkuat TNI AU 2010-
bentuk Satgas yang didatangkan 2014) yang ada di Kota Kupang.
dari luar wilayah Kodam IX
Udayana maupun satuan Kodam IX
Udayana dan satuan kewilayahan
Kodam IX Udayana yang sudah
tergelar khususnya yang berbatasan
langsung dengan perbatasan Timor
Leste. Kekuatan yang dapat
dikerahkan untuk pelaksanaan
pengamanan perbatasan tersebut
meliputi :

a. Satuan Kewilayahan yang terdiri


atas 1 Korem dan 4 Kodim (yang
ada di Kota Kupang, Naibobat,
Kefamenanu dan Atambua)

4|I M P L E M E N T A S I K E B I J A K A N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
Kabupaten Belu merupakan salah satu kawasan-kawasan ini umumnya

kabupaten yang memiliki sifat dan memiliki sarana dan prasarana yang

karakteristik yang berbeda dengan sangat terbatas.

kabupaten lainnya di Propinsi Nusa Berkaitan dengan hal

Tenggara Timur. Sifat dan karakteristik tersebut di atas, dapat dikatakan

yang berbeda ini lebih banyak disebabkan bahwa Kabupaten Belu

oleh potensi ancaman dan gangguan yang memerlukan kegiatan

ditimbulkan sebagai konsekuensi menjadi pembangunan dalam berbagai

kawasan yang berbatasan langsung aspek kehidupan dimana seluruh

dengan negara lain, dalam hal ini aspek tersebut harus lebih

berbatasan dengan negara Timor Leste. memfokuskan kepada peningkatan

Hal lain yang membedakan dengan kualitas kesejahteraan dan

kawasan lainnya adalah masih keamanan bagi masyarakat umum.

tertinggalnya pembangunan fisik maupun Untuk itulah kajian terhadap

nonfisik di Kabupaten Belu. berbagai pembangunan di

Permasalahan ini dimungkinkan akan Kabupaten Belu harus terus

melahirkan bahaya laten yang lambat dilakukan secara mendalam agar

laun akan mengganggu stabilitas dan diketahui akar permasalahan

keamanan kawasan. maupun pemecahan masalahnya.

Berbagai kendala tersebut di Namun di dalam penulisan

atas bersama permasalahan lainnya Disertasi ini, penulis akan lebih

membuat kondisi kawasan memfokuskan kepada

perbatasan Kabupaten Belu menjadi pembangunan bidang pertahanan

kawasan yang relatif tertinggal dan non militer yang dilakukan oleh

membutuhkan upaya Pemerintah Kabupaten Belu.

pengembangan dan pembangunan Alasan utama penulis lebih

yang tidak saja memiliki percepatan memfokuskan penelitian kepada

untuk mengejar ketertinggalan, pembangunan bidang pertahanan adalah

namun juga harus menyeluruh untuk mengubah persepsi bahwa

(komprehensif) pada seluruh aspek pembangunan bidang pertahanan

pengembangannya, karena (khususnya di kawasan perbatasan antar

5|I M P L E M E N T A SI KE B I J A KA N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
negara) hanya menjadi domain dan 2.1.1 Prefektif
kewenangan mutlak pemerintah (Pusat)
saja. Saat ini pandangan tersebut sudah “ Land development is the process

saatnya dirubah. Perubahan persepsi of changing a landscape so that it is more

tersebut sesuai dengan Penjelasan UU suitable for residential, commercial,

No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan industrial, or recreational areas,

Negara yang mengemukakan bahwa development, and is also related to the

permasalahan pertahanan menjadi sangat presence of natural resources, socio-

kompleks sehingga penyelesaiannya economic resources, and human

tidak hanya bertumpu pada departemen resources. our world. This is a detail

(kementerian) yang menangani oriented process that requires a lot of

pertahanan saja, melainkan juga menjadi planning ”

tanggung jawab seluruh instansi terkait, Untuk meneliti tata kelola

baik instansi pemerintah maupun pembangunan pertahanan di kawasan

nonpemerintah. Penulis berpendapat perbatasan, banyak metode dan

bahwa salah satu instansi terkait yang pendekatan yang dapat dipergunakan,

dimaksud dalam uraian di atas adalah tergantung bentuk masalah dan tujuan

Pemerintah Daerah. yang ingin dicapai dari suatu penelitian.

Salah satu upaya penulis untuk Namun demikian, peneliti dalam meneliti

mengkaji lebih jauh, mendalam dan kritis tata kelola dalam otonomi daerah ini

terhadap masalah kewenangan dan menggunakan pendekatan kualitatif

tupoksi pemerintah daerah dalam konteks karena melihat masalah yang cukup

otonomi daerah di kawasan perbatasan kompleks dan tujuan yang ingin dicapai

seperti yang telah dipaparkan di atas, adalah pemahaman mendalam dan

maka penulis tertarik untuk menulis komprehensif tentang implementasi

penelitian yang berkaitan dengan kebijakan dari pembangunan bidang

pembangunan bidang pertahanan di pertahanan itu sendiri.


Dengan demikian, pelaksanaan penelitian
kawasan perbatasan Indonesia – Timor
ini menggunakan desain kualitatif dengan
Leste.
metode deskriptif untuk menjelaskan sifat dan
kondisi suatu subyek dalam keadaan apa
adanya. Pemilihan dan penggunaan desain ini

6|I M P L E M E N T A SI KE B I J A KA N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
terkait dengan tujuan penelitian yaitu untuk dikumpulkan lebih banyak berupa kata
menganalisis dan mendeskripsikan bagaimana atau gambar daripada dalam wujud
tata kelola pembangunan kawasan perbatasan angka-angka.
antar negara Indonesia – Timor Leste. Selain
itu juga untuk menemukan konsep baru serta Pendekatan kualitatif yang
dimensi penting lainnya yang berperan dalam berakar dari data dan teori, berkaitan
tata kelola pembangunan kawasan perbatasan dengan pendekatan tersebut sehingga
antar negara Indonesia – Timor Leste. diartikan sebagai aturan dan kaidah untuk
menjelaskan proposisi atau perangkat
Melalui desain penelitian ini,
proposisi yang dapat diformulasikan
mengharuskan penulis melihat dan
secara deskriptif.
mendengar informan dan para nara
Penggunaan desain kualitatif
sumber berbicara yang sebenarnya
dilaksanakan sesuai dengan karakteristik
tentang keadaan dan dirinya sesuai
yang ada, yaitu peneliti yang terlibat
dengan perspektif masing-masing serta
secara langsung di lokasi penelitian,
mengamati perilaku nara sumber
mengamati dan berperan serta. Untuk
seadanya terhadap lingkungan sesuai
memperoleh informasi yang benar dan
dengan posisi dan peran masing- masing.
akurat terhadap masalah yang menjadi
Sedangkan dengan metode kualitatif
fokus penelitian, maka penulis/peneliti
diupayakan untuk memperoleh
menggunakan hipotesa kerja sebagai
kesimpulan yang mendalam tentang para
pedoman dan memberikan arah bagi
pelaku (subyek) baik kata-katanya,
kegiatan penelitian ini.Informan pada
tindakannya maupun suasananya.
penelitian ini yang berasal dari unsur
Berdasarkan desain penelitian tersebut
pemerintah ditentukan berdasarkan
kemudian dilakukan analisis dan
kriteria : kedudukan, tugas pokok, fungsi
pembahasan terhadap masalah penelitian.
dan kewenangannya. Sedangkan
Pemilihan desain kualitatif merupakan
informan dari masyarakat ditentukan
prosedur penelitian yang menghasilkan
berdasarkan kriteria : peranan,
data deskriptif berupa kata-kata tertulis
kedudukan dan ketokohannya dalam
atau lisan dan perilaku dari orang-orang
masyarakat. Selain itu penulis meluaskan
yang diamati. Penelitian kualitatif
pola informan berdasarkan teknik
bersifat deskriptif sehubungan data yang
snowball sampling. Secara rinci,

7|I M P L E M E N T A S I K E B I J A K A N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
informan kegiatan penelitian ini terdiri penelitian dalam kegiatan
atas : penulisan disertasi ini adalah
1) Bupati Kabupaten Belu peneliti
2) Anggota DPRD Kabupaten Belu dari sendiri. Peneliti memiliki multi fungsi sebagai
Fraksi Demokrat alat, langsung melakukan pengamatan,
wawancara di lapangan dengan menggunakan
3) Kepala Badan Kesbangpol
Kabupaten Belu pedoman wawancara, melibatkan diri dalam
4) Kepala Bidang Sosial Budaya aktivitas bersama masyarakat setempat dengan
Bappeda Kabupaten Belu tujuan ikut melihat dan merasakan langsung
5) Sekretaris Badan Kesbangpol keadaannya sehingga data yang diperoleh
Kabupaten Belu
menjadi obyektif dan valid. Selanjutnya
6) Kepala Bidang Keamanan, peneliti melakukan pengelompokan atau
Ekonomi dan Sosial Budaya kategorisasi, menganalisis, menafsirkan dan
Badan Kesbangpol Kabupaten menginterpretasikan data serta melaporkan
Belu hasil penelitian. Dengan demikian semua
7) Kepala Bidang Penelitian Bapeda informasi dan data yang diperoleh dari hasil
Kabupaten Belu wawancara, pengamatan di lapangan serta
8) Kasubid Evaluasi dan Pelaporan dokumen-dokumen penting lainnya,
Bapeda Kabupaten Belu
seluruhnya hanya bersumber dari skenario
9) Sekretaris Dinas Kelautan dan yang disusun oleh peneliti sendiri.
Perikanan Kabupaten Belu
10) Kepala Bidang Bina Marga Dinas
Di masa yang akan datang
Pekerjaan Umum dan Perumahan
direncanakan akan dibentuk 1 Mabrigif
KabupatenBelu
dan 1 Brigade Infanteri sebagai bentukan
11) Kasdim 1605 / Belu
baru satuan pengamanan wilayah
12) Wakapolres Belu
perbatasan di NTT. Sedangkan
13) Ketua Organisasi Himpunan
berdasarkan Renstra TNI AD, ditegaskan
Keluarga Besar Asabe Eks Timor
Timur bahwa implementasi tugas TNI dalam
14) Sekretaris Organisasi Himpunan mengamankan perbatasan di Provinsi
Keluarga Besar Asabe Eks Timor
NTT yang berbatasan langsung dengan
Timur
RDTL pada dasarnya dengan
15) Sekretaris Forum Komunikasi
mengerahkan satuan-satuan yang ada di
Pemuda Ex Timor-Timur Kec.
Kodam IX Udayana. Berdasarkan
Kota Atambua Instrumen

8|I M P L E M E N T A S I K E B I J A K A N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
kenyataan ini, Renstra tersebut di atas Pengolahan Bahan Keterangan. Mampu
telah mengamanatkan bahwa di masa mengolah intelijen dasar dihadapkan
yang akan datang sudah saatnya dibentuk dengan intelijen faktual/aktual menjadi
satuan khusus pengamanan perbatasan ramalan guna kepentingan intelijen taktis
yang memiliki kemampuan dan dan strategis, (2) Kemampuan Tempur,
pengetahuan khusus untuk yang meliputi : (a) Kemampuan
menanggulangi persoalan-persoalan yang melaksanakan pertahanan wilayah darat
ada di perbatasan, selain kemampuan untuk mencegah infiltrasi, menahan,
militer yang harus dikuasai oleh prajurit, melokalisir dan menggagalkan serbuan
juga harus memiliki pengetahuan tentang lawan, (b) Kemampuan
keimigrasian, penanganan pengungsi, menyelenggarakan pertahanan udara
penangkapan pelaku illegal logging, dalam rangka melindungi wilayah
perompakan dan penegakkan hukum di perbatasan dari kemungkinan ancaman
udara yurisdiksi nasional. serangan udara lawan secara terbatas, (c)
Lebih lanjut di dalam Renstra TNI AD Tahun Kemampuan melumpuhkan kekuatan
2005-2009, dikemukakan berbagai kelompok pencurian kekayaan alam di
kemampuan Satuan Pengamanan Wilayah daerah perbatasan, dan (3) Kemampuan
Perbatasan yang harus dilakukan. Berbagai
Pembinaan Wilayah, yang meliputi : (a)
kemampuan yang harus dilaksanakan tersebut
Terwujudnya kemampuan satuan
adalah sebagai berikut : (1) Kemampuan
pengamanan wilayah perbatasan,
Intelijen, yang meliputi : (a) Kegiatan
melaksanakan temu cepat dan lapor cepat
Penyelidikan. Satuan pengamanan wilayah
dalam rangka menghadapi perkembangan
perbatasan harus mampu
situasi di wilayah, (b) Terwujudnya
melaksanakan penyelidikan kemampuan komunikasi sosial dalam
dalam rangka deteksi dini di semua rangka meningkatkan kesadaran
tingkat Komando Pengamanan Wilayah masyarakat di wilayah perbatasan untuk
Perbatasan, (b) Kegiatan Pengamanan. berpartisipasi dalam penyelenggaraan
Satuan pengamanan wilayah harus pengamanan perbatasan, (c)
mampu melaksanakan pengamanan Terwujudnya kemampuan penguasaan
personel, materiil, berita, dokumen, wilayah dalam rangka perencanaan
kegiatan militer dan operasi baik bersifat penyelenggaraan pengamanan
taktis maupun strategis, (c) Kegiatan
9|I M P L E M E N T A SI KE B I J A KA N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
perbatasan, (d) Terwujudnya kemampuan Kabupaten Rote seluas 3 hektar selama 20
penyelenggaraan bhakti TNI guna tahun, (c) Menyusul pemekaran sejumlah

memantapkan kemanunggalan TNI dan wilayah di NTT yakni Kabupaten Manggarai


menjadi 3 Kabupaten yakni Manggarai,
rakyat serta meningkatkan kesadaran bela
Manggarai Barat dan Manggarai Timur,
negara masyarakat.
Kabupaten Flores Timur menjadi dua
Berkaitan dengan masalah pertahanan di
kabupaten yakni Kabupaten Larantuka dan
kawasan perbatasan, Danrem 161 Wirasakti
Kabupaten Lembata serta pemekaran
melaporkan kepada anggota DPR yang
Kabupaten Ngada menjadi Kabupaten Bajawa
melakukan kunjungan lapangan ke Kabupaten
dan Kabupaten Nagekeo, membutuhkan
Belu pada tahun 2010 yang lalu dimana
pembangunan Kodim dan Ramil.
Danrem menyampaikan laporan sebagai
Sedangkan Danlanal VII/Kupang
berikut : Tugas pokok Korem 161/Wirasakti
pada kesempatan yang sama melaporkan
adalah melaksanakan pembinaan kesiapan
operasional atas segenap jajaran komandonya tentang kondisi keamanan di kawasan
dan pembinaan teritorial serta perbatasan sebagai berikut : Lantamal VII
menyelenggarakan operasi pertahanan merupakan Komanda Pelaksana
sepanjang tahun di daerahnya sesuai rencana dukungan Koarmatim yang
pertahanan Kodam IX/Udayana. Korem berkedudukan di bawah Pangamatim.
161/Wirasakti mengemban dua fungsi yakni Pengembangan Lantamal VII yang
fungsi pelayanan bantuan administrasi
berkedudukan di Kupang dan diresmikan
terhadap satuan/badan/komando yang berada
pada tanggal 25 Novermber 2005 serta
di daerah serta fungsi kegarnizunan TNI di
berlanjut hingga kini masih dalam
daerahnya sesuai dengan kebijaksanaan.
Permasalahan yang dihadapi Korem 161/WS proses pengembangan dan pembangunan
adalah : (a) Asrama Yonif 743/PSY Naibonat menuju pangkalan utama TNI Angkatan
masih menampung asrama sementara militer Laut yang ideal. Tugas Lantamal
non organik sebanyak 116KK. Sementara itu, VII/Kupang melakukan dukungan
anggota Yonif 743/PSY yang belum pangkalan secara efektif dan efisien,
mendapatkan tempat tinggal mencapai 80 KK melakukan pertahanan pangkalan,
dan mereka tinggal di luar asrama, (b) Hingga
pemberdayaan Wilhanla dalam wilayah
kini masih ada pulau dan tanah yang disewakan
tanggung jawab Lantamal VII, menjalin
sebanyak 5 hektar selama 25 tahun kepada
koordinasi dengan komando lain, pemda
orang asing di Pulau Bidadari Kabupaten
dan instansi/badan pemerintah,
Manggarai dan di wilayah Rote Ndao

10 | I M P L E M E N T A S I K E B I J A K A N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
pembinaan pangkalan utama berikut penunjang di wilayah perbatasan seperti
pangkalanjajarannya, serta melaksanakan speedboat dan perahu karet.
dukungan dankoordinasikan guna Sedangkan Danlanud Eltari Kupang
menyelesaikan. Upaya pengamanan laut mengemukakan mengenai tupoksinya yang

dilakukan Lantamal VII secara internal strategis yaitu bahwa tugas lanud Eltari
Kupang adalah menyiapkan dan melaksanakan
dan eksternal. Secara internal
pembinaan dan pengoperasian seluruh satuan
diwujudkan dalam bentuk upaya
dalam jajarannya, pembinaan potensi
pengawasan dan pengamanan wilayah
dirgantara serta menyelenggarakan dukungan
perairan, perbatasan dan pulau terluar
operasi bagi satuan lain. Adapun fungsi Lanud
Indonesia yang diimplementasikan dalam
El Tari adalah menyelenggarakan pembinaan
bentuk gelar operasi, sementara eksternal dan penyiapan satuan dalam jajaran,
dalam bentuk kerjasama dengan negara mengumpulkan dan merekam data guna
tetangga guna mengatasi permasalahan dukungan operasi dan latihan, melaksanakan
yang menonjol pada kedua negara. Selain bekal dan pengadaan materiil bagi satuan kerja,
itu, Lantamal VII melakukan peningkatan menyelenggarakan pengadaan alutsista

kemampuan dengan menyiapkan unsur tingkat sedang, pembinaan potensi

laut guna mendukung operasi, dirgantara, pengadaan sarana prasarana dan


melaksanakan bin terhadap potensi fasilitas pendukung, serta melakukan
maritim, melatih personil satlak ops koordinasi dengan badan/instansi terkait.
Lantamal VII serta melaksanakan latihan Permasalahan dalam tubuh Angkatan
sesuai jadwal latihan dan rencana latihan. Udara Eltari Kupang antara lain Coverage
Selanjutnya Danlantamal Radar belum mencapai secara keseluruhan
mengemukakan bahwa permasalahan wilayah tanggungjawab Lanud El Tari, belum
utama di wilayah perbatasan RI-RDTL tergelar Skadron Udara di El Tari, belum
adalah pelintas batas illegal mengingat tergelar site Rudal G/A dan PSU di El Tari,
mahalnya biaya fiskal serta belum terpenuhinya sarana dan prasaran
penyelundupan barang dari RI ke RDTL pendukung Operasi Udara (Kendaraan Crash
dan sebaliknya. Guna melaksanakan Team belum ada, Kendaraan PK yang
tugas di wilayah perbatasan, Lantamal menggunakan Foam belum ada, Kendaraan
VII/Kupang mengalami kendala berupa Refueller belum ada, Kondisi Rumah Sakit
minimnya sarana dan prasarana masih minim, Mess kurang, Kendaraan

101 | I M P L E M E N T A S I K E B I J A K A N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
Angkut Personil masih terbatas, Ambulance, berawak
Sarana Ground Handling belum memadai,
belum terpenuhinya personil yang sesuai maupun tidak, untuk melakukan

dengan SOP. pengintaian udara, keberadaan pangkalan

Guna mendukung kinerja, Lanud Udara Butterworth-Port Moresby dan

Kupang mengharapkan penggelaran Pulau Christmast, pemanfaatan Blind Spot

skadron udara, terpenuhinya sarana dan oleh kekuatan Negara Asing akibat

prasarana pendukung Operasi keterbatasan Coverage Radar TNI & Sipil,

Penerbangan (POP) secara memadai, penyalahgunaan Flight Approval (FA) &

peningkatan Operasi Udara lebih Intensif Flight Security Clearence (FSC) oleh pswt

di wilayah udara Provinsi Nusa Tenggara militer/ sipil asing akibat keterbatasan

Timur, peningkatan kemampuan kemampuan pengawasan wilayah udara,

coverage radar mencapai keseluruhan pelanggaran Wilayah Udara di

wilayah tanggungjawab Lanud El Tari,


penggelaran Rudal G/A dan PSU,
perbatasan, ALKI (ancaman
terpenuhinya jumlah kekuatan personil
keamanan laut & udara), eksploitasi
yang sesuai dengan POP, adanya
kekayaan alam, Spionase, Agresi,
penambahan perumahan dan mess,
Bencana Alam.
peningkatan kesejahteraan prajurit.
Sedangkan Kapolda Nusa
Belum adanya kesepakatan antara RI dan
Tenggara Timur mengemukakan
RDTL tentang distrik Oecussi, berpotensi
kondisi keamanan yang terjadi di
menimbulkan terjadinya pelanggaran
kawasan perbatasan sebagai berikut
wilayah udara NTT oleh kekuatan udara
: Wilayah Polda NTT terdiri dari
negara asing sehingga perlu peningkatan
15 Polres, 1 Resta, 151 Polsek serta 154
pengawasan.
Adanya beberapa potensi ancaman di NTT
Pospol. Hingga kini masih ada lima

antara lain : masuknya unsur- unsur kuat kabupaten pemekaran yang belum
Angkatan Udara Asing sewaktu-waktu di didukung oleh keberadaan Polres serta 39
wilayah NTT jika terjadi bencana alam kecamatan belum terdapat Polsek.
dengan alasan bantuan kemanusiaan tidak Adapun dukungan personil di Polda NTT
memperdulikan masalah perijinan, masuknya sebanyak 10.071 personil.
Pesawat intai bertehnologi tinggi baik

112 | I M P L E M E N T A S I K E B I J A K A N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
2.1.2 Analisis/Pendapat Pribadi dan pelimpahan wewenang.
Melalui berbagai upaya dalam Struktur organisasi dengan fungsi dan tugas
melakukan pengamatan, pengkajian dan pokoknya lebih banyak berjalan secara otomatis

penelitiandi lapangan, peneliti merasakan seolah tetap akan dapat berjalan

bahwa penyelenggaraan model walaupun tidak ada pimpinannya.

implementasi kebijakan yang Ketiadaan pimpinan akan lebih banyak

dikemukakan oleh Cheema dan menghasilkan masalah secara

Rondinely (1983) telah dapat administrasi dan bukan kepada kinerja

dilaksanakan walaupun belum mencapai secara keseluruhan.

output yang diharapkan secara maksimal


Berdasarkan uraian yang telah
seperti yang dikemukakan oleh Cheema
penulis kemukakan di atas, pada dasarnya
dan Rondinely. Hal tersebut
lembaga-lembaga yang ada di Kabupaten
menunjukkan bahwa aspek- aspek
Belu masih memerlukan adanya model
pendukung implementasi kebijakan
panduan untuk dapat melaksanakan
bersifat elastis, karena sangat tergantung
pembangunan bidang pertahanan dalam
kepada situasi dan kondisi yang ada di
konteks pemerintahan daerah. Untuk
lapangan. Agar tujuan pembangunan di
itulah, berkaitan dengan hal tersebut
Kabupaten Belu dapat lebih optimal
penulis di bawah iniakan memaparkan 4
dicapai/diwujudkan, penulis berpendapat
(empat) buah model yang berkaitan
bahwa teori dari Cheema dan Rondinely
dengan pembangunan bidang pertahanan
akan jauh lebih baik apabila dilengkapi
di kawasan perbatasan antar negara
dengan aspek koordinasi. Aspek
Indonesia-Timor Leste.
koordinasi ini menjadi penting mengingat
Model yang pertama, merupakan
penyelenggaraan pemerintahan dapat
persepsi penulis terhadap aktor-aktor
berjalan secara baik dan optimal di
pelaksana kebijakan dalam pembangunan
Kabupaten Belu dikarenakan selain lebih
bidang pertahanan pada tataran
banyak disebabkan oleh adanya
pemerintahan daerah di Kabupaten Belu.
kesamaan etnisitas dan budaya. Kinerja
Model ini dibangun oleh penulis
pemerintahan dapat dikatakan masih jauh
berlandaskan pada pembagian tugas
dari pola manajerial pemerintahan yang
pokok dan fungsi dari lembaga-lembaga
sangat mengedepankan aspek koordinasi
yang ada dalam sistem pemerintahan pusat
12 3 | I M P L E M E N T A S I K E B I J A K A N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
dan daerah. Lembaga-lembaga tersebut bersumber dari konflik kawasan dan
terdiri atas aparat pertahanan (TNI), aparat kawasan perbatasan merupakan salah satu
keamanan (kepolisian) dan aparat ancaman aktual untuk ditangani secara
pemerintahan daerah. lebih serius, oleh sebab itu prioritas
Sedangkan model kedua yang di kebijakan pertahanan negara diarahkan
bangun oleh penulis berkaitan dengan pada pengintegrasian peran dan fungsi
tiga pilar pembangunan bidang seluruh pemangku kepentingan
pertahanan dalam konteks otonomi (stakeholder) yang terkait pengembangan
daerah yang terdiri atas state, private and kawasan perbatasan. Dalam uraian
public. tersebut tersirat bahwa Pemerintah
Model selanjutnya atau model Daerah merupakan salah satu pemangku
ketiga yang dibangun oleh penulis adalah kepentingan yang harus diperhatikan
model yang berkaitan dengan perlu sebagai pihak yang dapat memperlancar
dilakukannya transisi mengenai tugas dan mendukung pelaksanaan Kebijakan
pokok, fungsi dan wewenang bidang Umum Pertahanan Negara. Begitupula
pertahanan yang saat ini begitu kuat pada pasal 14 PP No.
dikuasai oleh pemerintah pusat untuk 41 tahun 2007 tentang organisasi
dapat dilimpahkan ke daerah perbatasan. perangkat daerah yang mengemukakan
Secara tidak langsung model ini dibangun bahwa Dinas Daerah dalam
sebagai upaya untuk terselenggaranya melaksanakan urusan pemerintahan
fleksibilitas kewenangan dalam daerah berdasarkan asas otonomi dan
pembangunan bidang pertahanan yang tugas pembantuan, salah satu fungsinya
sampai saat ini masih di sentralisasi dapat melaksanakan pelaksanaan tugas
melalui kewenangan milik pemerintah lain yang diberikan oleh bupati/walikota
pusat. sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Peraturan Presiden No. 41 tahun Pada model keempat yang
2010 tentang Kebijakan Umum diajukan oleh penulis, model ini lebih
Pertahanan Negara Tahun 2010 – 2014 memfokuskan kepada penyelenggaraan
yang berlandaskan pada UU No. 3 tahun pembangunan bidang pertahanan dalam
2002 tentang Pertahanan Negara tataran pemerintahan daerah. Model ini
mengemukakan bahwa ancaman yang dibangun dengan berlandaskan kepada

134 | I M P L E M E N T A S I K E B I J A K A N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
Permendagri No 11 Tahun 2006 tentang Pemda tidak memiliki kewenangan dalam
Komunitas Intel Daerah pada klausul pengerahan pasukan atau penggunaan
“menimbang”, yang menjelaskan : (a) senjata.
bahwa dalam rangka penyelenggaraan
otonomi, daerah mempunyai kewajiban 4.1 Epilog
melindungi masyarakat, menjaga Implementasi kebijakan
persatuan, kesatuan dan kerukunan pembangunan bidang pertahanan dalam
nasional serta keutuhan Negara Kesatuan aspek lingkungan, menunjukkan masih
Republik Indonesia; (b) bahwa kepala lemahnya kondisi stabilitas kawasan
daerah dan wakil kepala daerah perbatasan yang disebabkan tidak
mempunyai kewajiban memelihara diserahkannya kewenangan bidang
ketenteraman dan ketertiban masyarakat; pertahanan dari pemerintah pusatkepada
(c) bahwa dalam rangka mengantisipasi pemerintah Kabupaten Belu yang
ancaman terhadap integritas nasional dan memiliki karakter khusus sebagai wilayah
tegaknya kedaulatan Negara Kesatuan yang terletak di kawasan perbatasan
Republik Indonesia, perlu dilaksanakan antar negara yang penuh dengan aneka
deteksi dini dan peringatan dini di daerah. permasalahan serta mengganggu
Berdasarkan uraian tersebut, dapat stabilitas wilayah. Penyelesaian
diketahui bahwa intelejen sebagai salah masalah di kawasan perbatasan
satu fungsi dari pembangunan bidang memerlukan penanganan sesegera
pertahanan dapat dilakukan oleh mungkin yang hanya dapat dituntaskan
Pemerintah Daerah. Hal ini menunjukkan apabila kewenangan bidang pertahanan
makna bahwa Daerah diindikasikan diserahkan kepada pemerintah daerah.
mampu memiliki kewenangan dalam Dalam implementasi kebijakan
pembangunan bidang pertahanan. pembangunan bidang pertahanan pada
Pembangunan bidang Pertahanan yang aspek hubungan antar organisasi,
dilakukan oleh Pemerintah Daerah ini menunjukkan adanya kerjasama yang
tidak sama dengan jenis pembangunan baik antara institusi TNI dengan
bidang pertahanan yang dilakukan oleh organisasi perangkat daerah dalam
Kementerian Pertahanan dan Tentara mendukung upaya pencapaian visi dan
Nasional Indonesia (TNI) mengingat misi pembangunan bidang pertahanan.

14 5 | I M P L E M E N T A S I K E B I J A K A N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
Hal ini dapat diketahui dari banyaknya atas, dapat dikatakan bahwa model
organisasi perangkat daerah yang implementasi kebijakan yang
memiliki tugas untuk turut dikemukakan oleh Cheema dan
mengamankan kawasan perbatasan yang Rondinelli telah dilaksanakan oleh
sesungguhnya kewenangan tersebut pemerintah Kabupaten Belu. Namun
merupakan milik institusi TNI. model implementasi tersebut kurang
Lain halnya dengan tepat apabila diterapkan di kawasan
implementasi kebijakan pembangunan perbatasan sehubungan model
bidang pertahanan pada aspek sumber tersebut kurang memprioritaskan
daya (keuangan), menunjukkan kondisi aspek koordinasi. Peneliti
yang sangat memprihatinkan mengingat berpendapat bahwa model
pemerintah Kabupaten Belu tidak implementasi dari Cheema dan
memiliki kemampuan untuk membiayai Rondinelli dapat lebih optimal
kegiatan-kegiatan yang bernuansa diwujudkan apabila dilengkapi
pembangunan bidang pertahanan. dengan aspek koordinasi. Aspek
Hal yang perlu mendapatkan koordinasi ini menjadi penting
perhatian terdapat pada mengingat penyelenggaraan
implementasi kebijakan pemerintahan dapat berjalan secara
pembangunan bidang pertahanan baik dan optimal di Kabupaten Belu
dalam aspek karakteristik agen dikarenakan banyaknya lembaga
pelaksana yang menunjukkan masih atau institusi yang berkompeten
rendahnya kualitas sumber daya dalam mensukseskan pelaksanaan
aparat keamanan dan aparatur kebijakan pembangunan bidang
pemerintah baik dari sisi pertahanan. Selain itu, kinerja
pengetahuan, keterampilan maupun pemerintahan dapat dikatakan masih
tingkat strata pendidikan. Hal ini jauh dari pola manajerial
telah mengakibatkan lemahnya pemerintahan yang sangat
pertahanan Indonesia di Kabupaten mengedepankan aspek koordinasi
Belu sebagai kawasan perbatasan dan pelimpahan wewenang.
antar negara. 1. Saran Akademik
Berdasarkan penjelasan di Berdasarkan simpulan yang

15 6 | I M P L E M E N T A S I K E B I J A K A N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
peneliti sampaikan, maka peneliti ekstensifikasi dan intensifikasi
menyampaikan saran akademik agar mampu membiayai
sebagai berikut : penyelenggaraan pemerintahan
a. Dalam aspek lingkungan, dengan optimal dalam rangka
pemerintah Kabupaten Belu melakukan pelayanan dan
hendaknya perlu mengkaji mensejahterakan masyarakat.
secara komprehensif aspek- d. Dalam aspek karakteristik agen
aspek sosial, ekonomi, politik, pelaksana, pemerintah Kabupaten
hukum, kelembagaan, budaya Belu hendaknya secara
maupun lingkungan yang dapat berkesinambungan melakukan
menguatkan pembangunan evaluasi kinerja terhadap aparat
bidang pertahanan dalam pemerintah agar mereka dapat
penyelenggaraan pemerintahan meningkatkan kualitas kemampuan
dan pelayanan publik. administratif, organisasional,
b. Dalam aspek hubungan antar teknologi, dan sumber daya
organisasi, pemerintah sehingga semakin baik dalam
Kabupaten Belu hendaknya menerapkan progran guna
mengembangkan kajian menghadapi berbagai tantangan
tentang fungsi koordinasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
sehingga implementasi dan pelayanan kepada masyarakat.
kebijakan pembangunan e. Dari disertasi ini, peneliti
bidang pertahanan dapat lebih berpendapat bahwa faktor-faktor
optimal dalam mendukung yang dapat mendukung
penyelenggaraan proses implementasi kebijakan
pemerintahan serta pelayanan pembangunan bidang
kepada masyarakat umum. pertahanan di kawasan
c. Dalam aspek sumber daya, perbatasan meliputi 5 (lima)
pemerintah Kabupaten Belu faktor, yaitu : Kondisi
hendaknya aktif mengkaji Pertahanan, Koordinasi,
potensi sumber-sumber Kondisi
pembiayaan melalui Kewilayahan/Kawasan, Sumber

167 | I M P L E M E N T A S I K E B I J A K A N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
Daya dan Hubungan Antar menyelesaikan masalah di
Lembaga. kawasan perbatasan guna
2. Saran Praktis terciptanya pembangunan bidang
a. Perlu adanya ranah pertahanan yang berkelanjutan.
implementasi kebijakan d. Pemerintah Kabupaten Belu
pembangunan bidang perlu melakukan upaya strategis
pertahanan yang mengarah guna menggali sumber
kepada pembaharuan pembiayaan secara intensifikasi
pemberian kewenangan yang dan ekstensifikasi dari dunia
ada di pemerintah pusat kepada usaha maupun masyarakat guna
pemerintah daerah melalui asas meningkatkan kualitas
desentralisasi dengan tujuan pembangunan bidang
untuk memudahkan pertahanan.
penyelesaian masalah yang
timbul apabila terjadi di
kawasan perbatasan.
b. Komitmen bersatunya
perkataan dan perbuatan serta
kemauan politik para elite
penentu kebijakan
pembangunan bidang
pertahanan perlu ditingkatkan
antara pemerintah pusat,
provinsi dan kabupaten untuk
mewujudkan stabilitas
pertahanan keamanan dalam
rangka melayani serta
melindungi masyarakat.
c. Satuan Organisasi Perangkat
Daerah hendaknya menjadi media
solusi dan integrasi dalam

178 | I M P L E M E N T A S I K E B I J A K A N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
DAFTAR PUSTAKA
Garna, Yudhistira, 1999. Metode
Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian: Pendekatan
Nasional, 2000. Rencana Kualitatif. Bandung:
Pembangunan Jangka Primaco Akademika.
Menengah Nasional.
Grindle, Merilee S., 1980. Politic
and Policy Implementation in The
Trhird World,
, 2008. Buku Utama New Jersey : Princeton
Rencana Induk University Press.
Pengelolaan Kawasan
Perbatasan Negara 2009 Hogwood, Brian W & Lewis
– 2014. A.Gun. 1986. Policy Analisist for
The Real World.
Oxford: University Press.

, 2008. Buku Rinci Islamy, Irfan. 1991. Prinsip-prinsip


Rencana Induk Perumusan
Pengelolaan Kawasan Kebijaksanaan Negara,
Perbatasan di Provinsi Jakarta : Bina Aksara.
Nusa Tenggara Timur
2009 – 2014. Jones, Charles O. 1994. Pengantar
Kebijakan Publik (Public
Cheema, G.Shabbir and Dennis Policy). Terjemahan :
A.Rondinelli. 1983.
Decentralization and
Development: Policy
Implementation in
Developing Countries.
Baverly Hills-London-
New Dehli : Sage
Publication.

Dwijowijoto, Nugroho R, 2003.


Kebijakan Publik,
Formulasi, Implementasi
dan Evaluasi cetakan I,
Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.

Dwiyanto, Agus, 2002. Reformasi


Birokrasi Publik di
Indonesia, Jogjakarta:
Pusat Studi
Kependudukan dan
Kebijakan Universitas
Gajah Mada.
189 | I M P L E M E N T A S I K E B I J A K A N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
Pembangunan, Jakarta:
Rajawali Press.

Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Muhadjir, Noeng, 2000. Metodologi


Pembangunan
Untuk Penelitian Kualitatif, Yogyakarta:
Rakyat
Memadukan Rake Sarasin. Ndraha, Taliziduhu,
Pertumbuhan dan
Pemerataan. Jakarta: PT. 2003. a. Kybernology ( Ilmu
Pustaka CIDESINDO.
Pemerintahan) 1, Jakarta: Rineka
Kementerian Pertahanan, 2009. Cipta.
Buku Putih Pertahanan Indonesia.
, 2003. b.
Koswara, E, 2001. Otonomi Kybernology ( Ilmu
Daerah untuk Demokrasi Pemerintahan) 2, Jakarta: Rineka
dan Kemandirian Rakyat, Cipta.
Jakarta : PT Sembrani
Aksara Nusantara Mazmanian. Daniel A. and Paul
A. Sabatier. 1983.
Mallarangeng, Andi, dkk, 2000. Implementation and
Otonomi Daerah, Demokrasi dan PublicPolicy, SCott,
Civil Society. Foresman and Company,
Jakarta : Media Grafika Glenview, Illinois.
Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Parson, Wayne. 2005. Public
Manajemen Keuangan Policy : Pengantar Teori
Daerah, Penerbit Andi dan Praktik Analisis
Yogyakarta. Kebijakan. (terjemahan Tri
Wibowo Budi Santoso).
Miles, Mathew B & Michael
Jakarta : Prenada Media.
Huberman, 1992,
Rasyid, Muhammad Ryaas, 1997,
Analisis Data Kualitatif :
Makna Pemerintahan di
Buku Sumber tentang
Tinjau dari Segi Etika
Metode-metode Baru,
danKepemimpinan,
alih bahasa Tjetjep
Jakarta : Yasir
Rohendi Effendi,Jakarta :
Watampone.
UI Press.
, 1997.
Morfit, Michael, 2000,
Kajian Awal Birokrasi
Meningkatkan
Pemerintahan Politik
Kemampuan Pemerintah
OrdeBaru, Yarsif
Daerah; Pelaksanaan
Watampone, Jakarta.
dan Hambatan dalam
Colin Mac Adrews dan , 2000. Perspektif
Ichlasul Amal, Hubungan Otonomi Luas, Jakarta : Pustaka Sinar
Pusat-Daerah dalam Harapan. Ripley, Rendal B. and Grace

20 | I M P L E M E N T A S I K E B I J A K A N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR
A. Franklin. 1986. Policy Governance Dalam
Implementation andBureaucracy, Rangka Otonomi
second edition, the Dorsey Press, Daerah, MandarMaju,
Chicago-Illionis. Bandung.

Saefullah, A Djaja, 1997, Tinjauan Singarimbun, Masri dan Sofian


Pustaka dan Pengguna Effendi (ed), 1989, Metode
Informasi Kepustakaan Penelitian Survai, Jakarta
Dalam Penulisan Tesis : LP3ES.
dan Disertasi, Bandung :
PPs UNPAD.
Syaukani, Affan Gaffar, Ryaas
, 2010, Raasyid. 2003. Otonomi
Pemikiran Kontemporer Daerah Dalam Negara
Administrasi Publik : Kesatuan. Yogyakarta :
Perspektif Manajemen Pustaka Pelajar.
Sumber Daya Manusia
dalam Era Tentara Nasional Indonesia
Desentralisasi, Bandung Angkatan Darat, 2004.
: LP3AN FISIP UNPAD Rencana Strategi TNI AD
2005 –2009.
Sedermayanti, 2003, Good
Van Meter, Donald and Carl E. Van Horn. 1974. The
Policy Implementation Process:A Conceptual

21 | I M P L E M E N T A S I K E B I J A K A N P U B L I K
SEKOLAH TINMGGI ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK FAJAR TIMUR

You might also like