Professional Documents
Culture Documents
Makalah Kel.5 Akl
Makalah Kel.5 Akl
Makalah Kel.5 Akl
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami kelompok I dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“KOMPLEKSITAS STRUKTUR HUBUNGAN INDUK ANAK “. Penyusunan makalah ini
merupakan tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan. Dalam penyusunan makalah ini,
kami merasa memiliki beberapa hambatan. Namun, berkat bimbingan dan dukungan dari para
teman dan Bapak/Ibu dosen, kami dapat mengatasi hambatan tersebut dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami
meminta maaf apabila ada kesalahan-kesalahan dalam penulisan makalah ini. Kami
mengharapkan sarandan kritik yang dapat meyempurnakan makalah ini untuk selanjutnya
menjadi lebih baik kedepannya. Dengan ini, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para penulis dan semua pihak yang membaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................4
1.3 Tujuan Perumusan..................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................................6
2.1 Definisi Komplesitas Perusahaan...........................................................................................6
2. 2 Hubungan Anak Perusahaan dengan Induk Perusahaan........................................................6
2.3 Tingkatan Anak Perusahaan...................................................................................................7
2.4 Prosedur Pembentukan Anak Perusahaan...............................................................................7
2. 5 Contoh Kasus Kompleksitas Hubungan Induk Anak............................................................8
BAB III...........................................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................16
3.2 Saran.....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
Pada masa ini akuisisi telah menjadi salah satu alternative keputusan strategis
pengembangan usaha. Kepemilikan hak suara suatu entitas selain dimaksudkan untuk
mengendalikan entitas tersebut, dalam kasus tertentu dapat juga dilakukan untuk mengendalikan
suatu entitas yang kebetulan memiliki atau mengendalikan entitas lain. Misalkan PT A memiliki
90% saham PT B dan PT B menguasai 80% saham PT C. Kepemilikan PT B atas saham PT C
sebesar 80% menyebabkan PT A juga memiliki pengaruh atas PT C secara tidak langsung,
karena PT B yang merupakan induk PT C adalah perusahaan anak PT A. Hak PT A atas PT C
adalah 90% x 80% = 72%, sehingga PT A tetap mengendalikan PT C. PT B disebut entitas anak
dan PT C disebut entitas cucu dari PT A. Hubungan induk-anak dapat terjadi dari penyertaan
langsung, yakni dengan kepemilikan hak suara atas entitas anak.
Bab ini memperkenalkan istilah penyertaan tidak langsung, yakni pengendalian atas
entitas tertentu dengan cara melakukan penyertaan langsung atas entitas lain yang memiliki hak
suara atau mengendalikan entitas tersebut. Dalam kasus di atas, PT A melakukan penyertaan
tidak langsung dalam PT C. Jadi, penyertaan tidak langsung atas suatu entitas hanya dapat terjadi
dengan adanya penyertaan langsung pada entitas lainnya. PT A, PT B, dan PT C dalam kasus ini
adalah satu kelompok usaha (grup) karena berada dalam suatu pengendalian, dengan PT A
sebagai pengendali tertinggi. Istilah afiliasi juga sering dipakai untuk menggambarkan hubungan
grup. Laporan konsolidasi wajib disusun oleh pengendali tertinggi. Hubungan antara PT A, PT
B, dan PT C merupakan bentuk hubungan induk-anak-cucu. Dalam banyak kasus, bias juga
perusahaan anak mengakuisisi saham perusahaan induk. Dalam bahasa akuntansi, hal ini disebut
kepemilikan mutual (mutual holding), yang dapat menimbulkan permasalahan perlakuan
investasi anak dalam saham induk. Perhitungan pendapatan investasi dan nilai investasi
menimbulkan permasalahan tersendiri apabila perusahaan anak memiliki saham preferen.
PEMBAHASAN
Kompleksitas perusahaan adalah hal – hal yang berkaitan dengan kerumitan transaksi
yang ada diperusahaan tersebut. Anak perusahaan dapat mewakili kompleksitas jasa audit yang
diberikan berdasarkan rumit atau tidaknya transaksi yang dimiliki oleh klien kantor akuntan
publik untuk diaudit.
perusahaan induk dapat diartikan sebagai pemimpin dari suatu grup perusahaan.
Pemimpin yang bertanggung jawab dalam perencanaan, koordinasi, dan pengendalian anak
perusahaan agar seluruh tujuan awal terbentuknya holding company dapat tercapai oleh semua
perusahaan.
Perusahaan induk umumnya adalah perusahaan rintisan yang berkembang pesat sejak
pertama kali didirikan. Adanya pertumbuhan ekonomi pada bisnis menjadikan perusahaan
rintisan awal sebagai perusahaan induk. Perusahaan ini juga umumnya merupakan jenis badan
usaha perseroan terbatas.
subsidiary corporation merupakan suatu perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki
atau dikuasai oleh induk perusahaan. Secara umum, induk perusahaan memiliki saham dari anak
perusahaan sebesar lebih dari 50 persen.
Sebuah anak perusahaan juga akan dikontrol oleh induk perusahaan melalui sebuah
kewenangan dari pusat agar dapat mengusulkan sebuah susunan kepengurusan perseroan kepada
Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS.
Hubungan antara induk perusahaan dan anak perusahaan dikenal dengan nama hubungan
afiliasi. Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui di dalam hubungan antara anak perusahaan
dan induk perusahaan, yaitu sebagai berikut:
a. Kemandirian resiko
Anak perusahaan dengan induk perusahaan memiliki entitas yang berbeda. Ini berarti
keduanya memiliki kewajiban, hukum dan pajak yang berbeda.
Dengan kata lain, anak perusahaan tidak akan dilibatkan jika induk perusahaan dituntut,
bangkrut atau mengalami masalah hukum (jika memang tidak ada kaitannya).
Dalam hal ini, anak perusahaan bukan berarti harus lebih kecil daripada induk perusahaan.
Anak perusahaan juga dapat memiliki anak perusahaan mereka sendiri. Di sini, seluruh
gabungan anak-anak perusahaan dengan induk perusahaan, dinamakan grup perusahaan.
Induk perusahaan bisa saja lebih besar, tetapi bukanlah hal yang wajib. Seperti yang telah
disebutkan di atas, hubungan antara induk perusahaan dengan anak perusahaan adalah
melalui kepemilikan saham bukan jumlah karyawan.
Anak perusahaan dapat dibagi menjadi beberapa tingkat. Tingkatan menunjukkan siapa
yang menjadi induk perusahaan dan siapa yang menjadi anak perusahaan. Anak perusahaan
tingkatan pertama adalah induk perusahaan dari anak perusahaan tingkatan kedua.Kembali
kepada contoh Telkom Indonesia seperti berikut ini:
a) Prosedur residu
Sesuai dengan namanya, dalam prosedur ini, perusahaan asal dipecah sesuai dengan
masing-masing sektor usaha. Perusahaan yang dipecah akan menjadi perusahaan mandiri.
Sisanya (residu) berubah menjadi induk perusahaan yang memegang saham pada
perusahaan pecahan dan perusahaan lainnya (jika ada).
b) Prodesur penuh
Prosedur ini cocok bagi perusahaan yang sebelumnya tidak atau belum terjadi
pemecahan/pemandirian perusahaan.
Jika perusahaan yang saling berhubungan atau memiliki kepemilikan yang sama saling
terpencar dan tidak terkonsentrasi dalam sebuah perusahaan, maka prosedur ini akan
sesuai.
c) Prosedur terprogram
Prosedur ini merupakan sebuah strategi bisnis dimana perusahaan yang pertama kali
didirikan adalah holding company. Kemudian perusahaan lain akan dibentuk atau
diakuisisi untuk setiap bisnis yang dilakukan.
Laba cucu 80% x ((90% x Rp100 juta) – Rp27 juta) 50.400.000 Rp190.400.000
Dalam kasus tersebut, PT Orangtua merupakan pengendali tertinggi yang diwajibkan menyusun
laporan konsolidasi. Kertas kerja konsolidasi yang disusun PT Orangtua memuat kolom PT Cucu
karena PT Orangtua juga mengendalikan PT Cucu (kepemilikan tidak langsung 72%). Nilai
investasi PT Orangtua atas saham PT Anak per 31/12/2011 adalah :
Nilai investasi atas saham PT Cucu yang tersaji dalam pembukuan PT Anak per 31/12/2011
adalah sebagai berikut :
Kekayaan PT Cucu per 31/12/2011 dimiliki (90% x Rp2 miliar) Rp1.800.000.000
Kertas kerja konsolidasi ketiga perusahaan dalam hubungan induk-anakcucu tersebut disajikan
dalam peraga 9-3 Jurnal eliminasi akan dijelaskan sebagai berikut :
Akun Antarperusahaan PT Anak dan PT Cucu
a. Pendapatan investasi PT Anak dan laba dibagi PT Cucu sebesar Rp63 juta dapat dilihat
dari Peraga 9-2. Laba PT Cucu yang menjadi bagian dari pendapatan investasi PT Anak
adalah Rp90 juta. Penurunan nilai goodwill sebesar Rp27 juta (90% x Rp30 juta)
menyebabkan nilai pendapatan investasi PT Anak menjadi Rp63 juta.
Pendapatan investasi Rp63.000.000
Dividen Rp36.000.000
b. Alokasi laba kepentingan nonpengendali dalam PT Cucu sebesar Rp7 juta, yakni 10%
atas laba PT Cucu dikurangi penurunan nilai goodwill yang dialokasikan ke kepentingan
nonpengendali Rp3 juta (10% x Rp30 juta).
Laba kepentingan nonpengendali Rp 7.000.000
Dividen Rp4.000.000
c. Saldo awal investasi PT Anak dalam PT Cucu dan kekayaan pemegang saham PT Cucu.
Kekayaan pemegang saham PT Cucu per 1 Januari 2011 adalah Rp1.940.000.000,
sehingga kepentingan nonpengendali adalah 10% dari jumlah tersebut ditambah 10% dari
goodwill per 1 Januari, yakni Rp70 juta :
Modal saham Rp1.500.000.000
Goodwill 70.000.000
Goodwill Rp 30.000.000
Pendapatan Rp 190.400.000
Dividen Rp 64.000.000
Dividen Rp 16.000.000
Goodwill 250.000.000
Goodwill Rp 25.000.000
e. Utang-piutang dividen sebesar Rp64 juta (80% x Rp80 juta)
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kompleksitas sebaiknya tidak terjadi dalam suatu perusahaan karena kompleksitas ini
berkaitan dengan kerumitan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.idntimes.com/business/finance/rinda-faradilla/apa-itu-anak-perusahaan
https://www.online-pajak.com/tentang-efiling/holding-company-dan-contohnya