Professional Documents
Culture Documents
School Connectedness
School Connectedness
87-92 87
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh iklim sekolah terhadap school connectedness
siswa di SMA Harapan I Medan. Data penelitian dianalisis dengan regresi linear sederhana.
Iklim sekolah mengacu pada suasana yang merupakan hasil dari interaksi timbal balik antara
seluruh orang-orang yang ada di sekolah serta meliputi suasana lingkungan fisik sekolah.
Selanjutnya, school connectedness mengacu pada kepercayaan siswa akan semua orang di
sekolah mempedulikan mereka baik secara akademis maupun mereka sebagai individu.
Populasi penelitian ini adalah semua siswa SMA Harapan I Medan. Sampel penelitian ini
adalah 152 siswa SMA Harapan I Medan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala iklim kelas dan skala school connectedness. Skala iklim sekolah disusun
berdasarkan 4 aspek yakni: keamanan, hubungan interpersonal, proses belajar mengajar, dan
lingkungan institusional. Skala school connectedness disusun berdasarkan 3 aspek yakni:
dukungan sosial, rasa memiliki, dan keterlibatan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat
pengaruh iklim sekolah terhadap school connectedness siswa SMA Harapan I Medan sebesar
34,8%.
ABSTRACTS
The research aim is to know the impact of school climate to school connectedness on
Harapan I high school students in Medan. Data were analyzed by using simple linear
regression. School climate refers to the situation which result from all people interaction in
school and including physical situation of that school. Then, school connectedness refers to
the belief by students that all people in the school care about their learning as well as about
them as individuals. The population of this research are Harapan I high school students in
Medan. The sample are 152 Harapan I high school students. A measurement of this research
use school climate scale and school connectedness scale that both scale are made by
researcher. School climate scale is made based on 4 aspects: safety, relationship, teaching
and learning, and institutional environment. School connectedness scale is made based on 3
aspects: social support, belonging, and engagement. The research result shows that the
impact of school climate to school connectedness on Harapan I high school students in
Medan is 34.8%.
Blum (2002) menjelaskan bahwa kecil untuk terlibat perilaku nakal dan
sekolah selain merupakan tempat untuk kekerasan, minum alkohol, menggunakan
mendapatkan pendidikan tetapi juga tempat obat-obatan, serta melakukan seks bebas
yang membangun kehidupan para generasi (Monahan, 2010). Penelitian lain juga
muda lebih baik serta mencapai menghubungkan variabel ini dengan
kesuksesan. Selain itu dijelaskan bahwa kehadiran di sekolah. Ditemukan bahwa
siswa akan lebih mungkin untuk mencapai ada hubungan positif antara school
kesuksesan ketika siswa merasakan bahwa connectedness dengan kehadiran siswa di
mereka merupakan “milik” sekolah dan sekolah (Rosenfeld, LB et al 2000).
memiliki rasa “keterhubungan” pada Ditambahkan lagi penelitian yang
sekolah atau disebut juga memiliki school dilakukan oleh Stracuzzi dan Meghan
connectedness. (2010) membuktikan bahwa school
School connectedness diartikan connectedness memiliki hubungan positif
sebagai keyakinan yang dimiliki siswa yang kuat dengan prestasi akademik dan
bahwa orang-orang dewasa di sekolahnya non akademik.
peduli dengan pendidikan dan mereka Berdasarkan beberapa penelitian
sebagai seorang individu (Blum, 2002). yang telah dipaparkan dapat dilihat bahwa
Keyakinan atau belief merupakan school connectedness memiliki peran
kepercayaan dasar individu tentang suatu penting dalam menentukan perilaku siswa.
hal yang terbentuk tanpa disadari sebagai Hal ini didukung dengan hasil penelitian
akibat dari interaksi berulang dengan suatu Resnick dan Harris (1993) yang telah
pengalaman tertentu (Matsumoto, 2004). didapat bahwa variabel ini merupakan
Menurut Blum (2002), hubungan elemen kedua yang terpenting setelah
yang terbentuk antara siswa dengan orang family connected sebagai faktor protektif
dewasa di sekolah merupakan jantung dari untuk mencegah terjadinya perilaku
school connectedness. Orang-orang dewasa maladaptif siswa seperti bunuh diri.
di sekolah tidak terbatas hanya dengan guru Menurut Blum (2002) seluruh
tetapi juga para staf administrasi yang sekolah memiliki potensi untuk
termasuk di dalamnya para penjaga membentuk school connectedness yang
gedung, penjaga kantin, dan seluruh orang tinggi pada setiap siswa. Berdasarkan
dewasa yang terlibat dalam dinamika penelitian Witt (2013) ukuran sekolah dan
proses pendidikan di sekolah. Ketika para tingkat birokrasi mempengaruhi tinggi
siswa mempersepsikan bahwa guru mereka rendahnya school connestedness. Di Kota
dan para staf sekolah peduli, membangun Medan, salah satu sekolah yang memiliki
lingkungan belajar yang terstruktur, serta ukuran sekolah yang besar dan memiliki
adil maka akan memiliki kemungkinan tingkat birokrasi yang tinggi adalah SMA
yang lebih besar untuk merasa lebih Harapan I Medan. SMA Harapan I Medan
terhubung kepada sekolah. merupakan salah satu lembaga pendidikan
School connectedness berhubungan yang didirikan pada tahun 1969 di bawah
dengan hasil perilaku, emosional, dan naungan Yayasan Pendidikan Harapan
akademik. Hal ini dapat dijadikan prediktor Medan atau Yaspendhar.
hasil yang baik dan buruk. Misalnya dalam Siswa SMA Harapan I Medan
hal perilaku, siswa yang lebih merasa tercatatat memiliki prestasi akademik dan
terhubung kepada sekolah kemungkinan non akademik yang baik. Beberapa kali
89
iklim sekolah. Hasil penelitian ini juga dalam menyelesaikan tugas sekolah serta
mendukung pendapat dari Marshall (2004) menunjukan kesenangan dan terlibat aktif
bahwa iklim sekolah yang positif akan dalam kegiatan sekolah. Siswa juga mau
membentuk perilaku dan psikologis siswa menghargai setiap hubungan, dan mau
yang lebih baik salah satunya adalah school mencari dukungan dari orang-orang
connectedness. dewasa di sekolahnya.
Iklim sekolah berarti interaksi dari Selanjutnya, peneliti menyadari
antara orang dewasa dengan para siswa di bahwa penelitian ini memiliki kekurangan.
sekolah, serta terlibat di dalamnya faktor Misalnya saja, akan lebih komprehensif
lingkungan seperti sarana dan prasarana dan menarik apabila hipotesis yang
gedung, serta adanya rasa aman dan diajukan tidak hanya mengetahui ada atau
percaya (Gruenert, 2008). Iklim sekolah tidak pengaruh. Diharapkan peneliti
positif ditandai dengan adanya komitmen selanjutnya mengembangkan penelitian ini
untuk saling menghormati satu sama lain dengan menambahkan hipotesis mengenai
sesama siswa, guru, dan staf sekolah baik di kategori pada masing-masing variabel
dalam maupun di luar kelas, menghormati maupun hasil tambahan berdasarkan
setiap perbedaan individu, dan proses rentang usia maupun kelas sehingga
belajar mengajar yang efektif (Preble & membuat penelitian ini semakin komplit.
Gordon, 2011). Kemudian, dalam pengambilan data
Selanjutnya, ketika sekolah kepada siswa sekolah sebaiknya peneliti
memberikan iklim sekolah yang positif mempertimbangkan jadwal siswa sehingga
bagi para siswa, maka mereka cenderung tidak ada kesalahan dalam pencocokan
tidak akan menghindari sekolah. Siswa jadwal antara peneliti dan subjek agar
akan memandang bahwa sekolah peneliti dapat melakukan randomisasi pada
merupakan tempat yang memberikan ilmu sampel.
dengan cara menyenangkan dan tidak Sebagai implikasi praktis, peneliti
memberikan tekanan bagi dirinya. Oleh berharap pihak sekolah terus melakukan
karena itu, secara langsung iklim sekolah upaya mempertahankan dan
yang positif akan memberikan pengaruh meningkatkan iklim sekolah dan school
yang baik terhadap kesejahteraan sosial dan connectedness yang lebih baik dengan
emosional setiap siswa. Berdasarkan cara yaitu:
penelitian Osher (2009) secara emosional, 1. Iklim sekolah positif dapat
iklim sekolah yang positif akan membentuk dikembangkan misalnya dengan meminta
rasa keterhubungan siswa terhadap feedback dari siswa, orang tua siswa,
sekolahnya. Siswa membentuk keyakinan maupun seluruh personel yang ada di
di dalam dirinya bahwa di sekolah ia sekolah, memperbaiki fasilitas gedung
didukung, diterima, serta dihargai sebagai sekolah yang sudah rusak, serta
siswa maupun individu. mempererat hubungan antar guru dan
Kemudian, ketika siswa meyakini siswa. Hal ini berguna bagi siswa baik
bahwa guru dan staf sekolah peduli dengan secara akademis maupun emosional.
pencapaian akademik serta ia sebagai 2. School connectedness dapat
individu maka siswa akan menunjukkan dikembangakan lebih baik dengan lebih
keterlibatan aktif. Siswa akan lebih sering melibatkan keluarga dalam
mungkin menunjukkan upaya yang besar berkomunikasi secara regular mengenai
92