Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Psikologia 2015, Vol. 10, No. 3, hal.

87-92 87

PENGARUH IKLIM SEKOLAH TERHADAP SCHOOL


CONNECTEDNESS SISWA SMA HARAPAN I MEDAN
Atika Mentari Nahaya Nasution, dan Dian Ulfasari
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh iklim sekolah terhadap school connectedness
siswa di SMA Harapan I Medan. Data penelitian dianalisis dengan regresi linear sederhana.
Iklim sekolah mengacu pada suasana yang merupakan hasil dari interaksi timbal balik antara
seluruh orang-orang yang ada di sekolah serta meliputi suasana lingkungan fisik sekolah.
Selanjutnya, school connectedness mengacu pada kepercayaan siswa akan semua orang di
sekolah mempedulikan mereka baik secara akademis maupun mereka sebagai individu.
Populasi penelitian ini adalah semua siswa SMA Harapan I Medan. Sampel penelitian ini
adalah 152 siswa SMA Harapan I Medan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala iklim kelas dan skala school connectedness. Skala iklim sekolah disusun
berdasarkan 4 aspek yakni: keamanan, hubungan interpersonal, proses belajar mengajar, dan
lingkungan institusional. Skala school connectedness disusun berdasarkan 3 aspek yakni:
dukungan sosial, rasa memiliki, dan keterlibatan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat
pengaruh iklim sekolah terhadap school connectedness siswa SMA Harapan I Medan sebesar
34,8%.

Kata Kunci: Iklim sekolah, school connectedness, siswa SMA.


THE IMPACT OF SCHOOL CLIMATE TO SCHOOL CONNECTEDNESS ON
HARAPAN I HIGH SCHOOL STUDENT

ABSTRACTS
The research aim is to know the impact of school climate to school connectedness on
Harapan I high school students in Medan. Data were analyzed by using simple linear
regression. School climate refers to the situation which result from all people interaction in
school and including physical situation of that school. Then, school connectedness refers to
the belief by students that all people in the school care about their learning as well as about
them as individuals. The population of this research are Harapan I high school students in
Medan. The sample are 152 Harapan I high school students. A measurement of this research
use school climate scale and school connectedness scale that both scale are made by
researcher. School climate scale is made based on 4 aspects: safety, relationship, teaching
and learning, and institutional environment. School connectedness scale is made based on 3
aspects: social support, belonging, and engagement. The research result shows that the
impact of school climate to school connectedness on Harapan I high school students in
Medan is 34.8%.

Keyword: School climate, school connectedness, high school student.

*Korespondensi mengenai penelitian ini dapat Rekomendasi mensitasi:


dilayangkan kepada: 11086amnn@gmail.com Nasution, A, M, N & Ulfasari, D. (2015).
Pengaruh Iklim Sekolah terhadap School
Connectedness Siswa SMA Harapan I Medan.
Psikologia, 10(3), 86-91.
88

Blum (2002) menjelaskan bahwa kecil untuk terlibat perilaku nakal dan
sekolah selain merupakan tempat untuk kekerasan, minum alkohol, menggunakan
mendapatkan pendidikan tetapi juga tempat obat-obatan, serta melakukan seks bebas
yang membangun kehidupan para generasi (Monahan, 2010). Penelitian lain juga
muda lebih baik serta mencapai menghubungkan variabel ini dengan
kesuksesan. Selain itu dijelaskan bahwa kehadiran di sekolah. Ditemukan bahwa
siswa akan lebih mungkin untuk mencapai ada hubungan positif antara school
kesuksesan ketika siswa merasakan bahwa connectedness dengan kehadiran siswa di
mereka merupakan “milik” sekolah dan sekolah (Rosenfeld, LB et al 2000).
memiliki rasa “keterhubungan” pada Ditambahkan lagi penelitian yang
sekolah atau disebut juga memiliki school dilakukan oleh Stracuzzi dan Meghan
connectedness. (2010) membuktikan bahwa school
School connectedness diartikan connectedness memiliki hubungan positif
sebagai keyakinan yang dimiliki siswa yang kuat dengan prestasi akademik dan
bahwa orang-orang dewasa di sekolahnya non akademik.
peduli dengan pendidikan dan mereka Berdasarkan beberapa penelitian
sebagai seorang individu (Blum, 2002). yang telah dipaparkan dapat dilihat bahwa
Keyakinan atau belief merupakan school connectedness memiliki peran
kepercayaan dasar individu tentang suatu penting dalam menentukan perilaku siswa.
hal yang terbentuk tanpa disadari sebagai Hal ini didukung dengan hasil penelitian
akibat dari interaksi berulang dengan suatu Resnick dan Harris (1993) yang telah
pengalaman tertentu (Matsumoto, 2004). didapat bahwa variabel ini merupakan
Menurut Blum (2002), hubungan elemen kedua yang terpenting setelah
yang terbentuk antara siswa dengan orang family connected sebagai faktor protektif
dewasa di sekolah merupakan jantung dari untuk mencegah terjadinya perilaku
school connectedness. Orang-orang dewasa maladaptif siswa seperti bunuh diri.
di sekolah tidak terbatas hanya dengan guru Menurut Blum (2002) seluruh
tetapi juga para staf administrasi yang sekolah memiliki potensi untuk
termasuk di dalamnya para penjaga membentuk school connectedness yang
gedung, penjaga kantin, dan seluruh orang tinggi pada setiap siswa. Berdasarkan
dewasa yang terlibat dalam dinamika penelitian Witt (2013) ukuran sekolah dan
proses pendidikan di sekolah. Ketika para tingkat birokrasi mempengaruhi tinggi
siswa mempersepsikan bahwa guru mereka rendahnya school connestedness. Di Kota
dan para staf sekolah peduli, membangun Medan, salah satu sekolah yang memiliki
lingkungan belajar yang terstruktur, serta ukuran sekolah yang besar dan memiliki
adil maka akan memiliki kemungkinan tingkat birokrasi yang tinggi adalah SMA
yang lebih besar untuk merasa lebih Harapan I Medan. SMA Harapan I Medan
terhubung kepada sekolah. merupakan salah satu lembaga pendidikan
School connectedness berhubungan yang didirikan pada tahun 1969 di bawah
dengan hasil perilaku, emosional, dan naungan Yayasan Pendidikan Harapan
akademik. Hal ini dapat dijadikan prediktor Medan atau Yaspendhar.
hasil yang baik dan buruk. Misalnya dalam Siswa SMA Harapan I Medan
hal perilaku, siswa yang lebih merasa tercatatat memiliki prestasi akademik dan
terhubung kepada sekolah kemungkinan non akademik yang baik. Beberapa kali
89

siswa SMA Harapan I mendapatkan sekolah lebih efektif. Hasil penelitian


peringkat 3 besar dalam ajang Olimpiade Kozina dkk (2008) menunjukkan bahwa
Sains Nasional (OSN) dan pada tahun 2014 ketika siswa merasa senang berada di
seluruh kelas 12 siswa SMA Harapan I sekolah, maka besar kemungkinannya
Medan 100 persen lulus. Selain itu dalam untuk siswa tersebut mengikuti kegiatan-
hal non akademik, SMA Harapan I juga kegiatan di sekolah dengan baik. Penelitian
suskes mencetak prestasi. Mereka berhasil lain yang dilakukan Zullig dan Huebner
mengadakan acara pentas seni selama (2011) menemukan bahwa terdapat
empat tahun terakhir sejak tahun 2011, hubungan positif antara iklim sekolah
yang disebut dengan United For One dengan kepuasan siswa di sekolah.
(UFO). Tahun 2013 lalu, UFO ke 3 sukses Iklim sekolah ini juga dapat
menyita perhatian para remaja yang diartikan persepsi orang-orang yang ada di
diadakan di sebuah hotel berbintang di sekolah mengenai kehidupan sekolah
Medan dan mengundang musisi terkenal di (Freiberg, 2005). Mengukur persepsi
Indonesia sebagai pengisi acara (Diputri, orang-orang di sekolah akan mendapatkan
2013). gambaran iklim sekolah yang tentu saja
Mewujudkan school connectedness mempengaruhi keberlangsungan
tidak terlepas dari peran berbagai faktor kehidupan sekolah yakni salah satunya
yang mempengaruhi proses terbentuknya adalah dengan mengukur persepsi siswa
variabel ini. Menurut Blum (2002) ada terhadap iklim sekolah (Thapa, 2012).
beberapa faktor yang mempengaruhi Penelitian yang dilakukan oleh
school connectedness antara lain, Osher (2009) bahwa iklim sekolah
dukungan orang dewasa, kelompok teman berhubungan dengan school
sebaya, komitmen terhadap pendidikan, connectedness. Tanpa adanya iklim
serta lingkungan sekolah. Salah satu faktor sekolah yang positif, maka siswa tidak
lingkungan sekolah yang menjadi sorotan mungkin mengalami rasa keterhubungan
utama adalah iklim sekolah. Thapa (2012) pada sekolah. Berdasarkan Hasil penelitian
menyatakan iklim sekolah adalah suasana McNeely, Nonemaker, dan Blum (2002)
yang dialami orang-orang yang ada di bahwa tingkat school connectedness yang
sekolah mengenai norma, tujuan, nilai- rendah ditemukan pada iklim sekolah
nilai, hubungan interpersonal, serta struktur negatif seperti manajemen kelas yang
organisasional. Preble dan Gordon (2011) buruk, tingkat disiplin rendah, serta ukuran
mengungkapkan bahwa iklim sekolah sekolah yang besar.
merupakan “jiwa” sekolah. Tidak hanya Dalam penelitian ini, peneliti
untuk siswa tetapi juga untuk guru serta meneliti apakah ada pengaruh iklim
administrator yang ada di sekolah untuk sekolah terhadap school connectedness
bekerja secara efektif dan siap untuk siswa SMA Harapan I Medan serta
memberi kontribusi untuk sekolah. seberapa besar pengaruh tersebut.
Berdasarkan pengakuan siswa Berdasarkan penelitian-penelitian
SMA Harapan I Medan bahwa mereka sebelumnya, yang secara konsisten
mengaku merasa nyaman dan senang menunjukkan adanya pengaruh iklim
berada di sekolah. Selain itu, fasilitas yang sekolah terhadap school connectedness
diberikan di sekolah masih layak maka peneliti berhipotesis bahwa ada
digunakan sehingga membantu aktivitas penagruh iklim sekolah terhadap school
90

connectedness siswa SMA Harapan I HASIL


Medan.
Dari hasil penelitian didapatkan
METODE bahwa ada pengaruh iklim sekolah
terhadap school connectedness siswa SMA
Partisipan Harapan I Medan. Iklim sekolah
Partisipan dalam penelitian ini mempengaruhi school connectedness
sebanyak 152 siswa SMA Harapan I Medan secara signifikan sebesar 34.8%.
yang terdiri dari kelas X sampai kelas XII Selanjutnya persamaan regresi yang
serta berusia 14 – 18 tahun. Akan tetapi didapat yakni Y = 17.086 + 0.620X. Hasil
terdapat 6 siswa yang tidak diikutsertakan mengindikasikan bahwa hipotesis
dalam pengolahan data, karena partisipan penelitian ini diterima yakni ada pengaruh
tidak mengisi skala sesuai dengan petunjuk. iklim sekolah terhadap school
Partisipan dipilih menggunakan teknik non connectedness siswa SMA Harapan I
random stratified. Medan.

Alat ukur DISKUSI


Kedua skala tersebut dirancang oleh
peneliti. Skala dalam penelitian ini Selanjutnya hasil analisa data yang
menggunakan model Likert. Skala iklim telah dipaparkan adalah iklim sekolah
sekolah terdiri dari 34 aitem dan skala mempengaruhi secara signifikan terhadap
school connectedness terdiri dari 29 aitem, school connectedness. Iklim sekolah
dengan 4 alternatif jawaban yang tersedia mempengaruhi school connectedness
(1 = sangat tidak sesuai, 2 = tidak sesuai, 3 sebesar 34.8%. Artinya bahwa iklim
= sesuai, 4 = sangat sesuai; sebagian aitem sekolah memberikan sumbangan efektif
peneliti konstruksi secara terbalik). Skala sebesar 34.8% dalam meningkatkan school
iklim sekolah mencakup empat aspek yang connectedness pada siswa SMA Harapan I
dikemukakan oleh Thapa (2012) yakni Medan, sedangkan sisanya dipengaruhi
keamanan, hubungan interpersonal, proses oleh faktor lain. Berdasarkan persamaan
belajar dan mengajar, dan lingkungan regresi didapat bahwa setiap penambahan
institusional. Skala school connectedness skor iklim sekolah maka school
mencakup aspek yang dikemukakan oleh connectedness mengalami penambahan
Connell dan Wellborn (dalam Stracuzzi & sebesar adalah 17.086 + 0.620X dengan
Mills, 2010) yakni dukungan sosial, rasa kata lain semakin baik iklim sekolah maka
memiliki, dan keterlibatan. semakin tinggi school connectedness.
Hal ini berarti bahwa semakin
Prosedur sekolah memberikan suasana yang
Pengumpulan data dalam penelitian menyenangkan dan aman bagi siswa maka
ini menggunakan skala iklim sekolah dan keyakinan siswa akan kepedulian orang-
skala school connectedness. Peneliti orang dewasa di sekolah juga ikut
menyebarkan skala kepada partisipan untuk meningkat. Hasil penelitian ini sesuai
diisi. Kemudian skala dikumpulkan dengan pendapat Blum (2002) bahwa
kembali setelah partisipan menyelesaikan timbulnya school connectedness
pengisian. dipengaruhi oleh faktor eksternal yakni
91

iklim sekolah. Hasil penelitian ini juga dalam menyelesaikan tugas sekolah serta
mendukung pendapat dari Marshall (2004) menunjukan kesenangan dan terlibat aktif
bahwa iklim sekolah yang positif akan dalam kegiatan sekolah. Siswa juga mau
membentuk perilaku dan psikologis siswa menghargai setiap hubungan, dan mau
yang lebih baik salah satunya adalah school mencari dukungan dari orang-orang
connectedness. dewasa di sekolahnya.
Iklim sekolah berarti interaksi dari Selanjutnya, peneliti menyadari
antara orang dewasa dengan para siswa di bahwa penelitian ini memiliki kekurangan.
sekolah, serta terlibat di dalamnya faktor Misalnya saja, akan lebih komprehensif
lingkungan seperti sarana dan prasarana dan menarik apabila hipotesis yang
gedung, serta adanya rasa aman dan diajukan tidak hanya mengetahui ada atau
percaya (Gruenert, 2008). Iklim sekolah tidak pengaruh. Diharapkan peneliti
positif ditandai dengan adanya komitmen selanjutnya mengembangkan penelitian ini
untuk saling menghormati satu sama lain dengan menambahkan hipotesis mengenai
sesama siswa, guru, dan staf sekolah baik di kategori pada masing-masing variabel
dalam maupun di luar kelas, menghormati maupun hasil tambahan berdasarkan
setiap perbedaan individu, dan proses rentang usia maupun kelas sehingga
belajar mengajar yang efektif (Preble & membuat penelitian ini semakin komplit.
Gordon, 2011). Kemudian, dalam pengambilan data
Selanjutnya, ketika sekolah kepada siswa sekolah sebaiknya peneliti
memberikan iklim sekolah yang positif mempertimbangkan jadwal siswa sehingga
bagi para siswa, maka mereka cenderung tidak ada kesalahan dalam pencocokan
tidak akan menghindari sekolah. Siswa jadwal antara peneliti dan subjek agar
akan memandang bahwa sekolah peneliti dapat melakukan randomisasi pada
merupakan tempat yang memberikan ilmu sampel.
dengan cara menyenangkan dan tidak Sebagai implikasi praktis, peneliti
memberikan tekanan bagi dirinya. Oleh berharap pihak sekolah terus melakukan
karena itu, secara langsung iklim sekolah upaya mempertahankan dan
yang positif akan memberikan pengaruh meningkatkan iklim sekolah dan school
yang baik terhadap kesejahteraan sosial dan connectedness yang lebih baik dengan
emosional setiap siswa. Berdasarkan cara yaitu:
penelitian Osher (2009) secara emosional, 1. Iklim sekolah positif dapat
iklim sekolah yang positif akan membentuk dikembangkan misalnya dengan meminta
rasa keterhubungan siswa terhadap feedback dari siswa, orang tua siswa,
sekolahnya. Siswa membentuk keyakinan maupun seluruh personel yang ada di
di dalam dirinya bahwa di sekolah ia sekolah, memperbaiki fasilitas gedung
didukung, diterima, serta dihargai sebagai sekolah yang sudah rusak, serta
siswa maupun individu. mempererat hubungan antar guru dan
Kemudian, ketika siswa meyakini siswa. Hal ini berguna bagi siswa baik
bahwa guru dan staf sekolah peduli dengan secara akademis maupun emosional.
pencapaian akademik serta ia sebagai 2. School connectedness dapat
individu maka siswa akan menunjukkan dikembangakan lebih baik dengan lebih
keterlibatan aktif. Siswa akan lebih sering melibatkan keluarga dalam
mungkin menunjukkan upaya yang besar berkomunikasi secara regular mengenai
92

perkembangan siswa di sekolah. Hal lain Development. Division of General


yang bisa dilakukan adalah dengan lebih Pediatrics and Adolescent
sering melibatkan siswa dalam mengambil HealthUniversity of Minnesota.
keputusan di sekolah. Monahan, K. (2010). Predictors and
Consequences of School Connectedness.
REFERENSI Journal of the Prevention Researcher.
Volume 17.
Blum, R. (2002). School Osher, D. (2009). Improving
Connectedness : Improving Student’s Academic Achievement Through Improving
Lives. USA :Center for Adolescent Helath School Climate and School Connectedness.
and Development. USA.
Diputri, C I. (2013). Pentas Seni Preble W, Gordon R. (2011).
UFO-3 SMA Harapan I Medan Heboh. Transforming School Climate and
Tersedia: Learning. USA: Corwin.
http://www.waspada.co.id/index.php?optio Resnick MD, Harris LJ. (1993). The
n=com_content&view=article&id=30489 Impact of caring and connectedness on
1:pentas-seni-ufo-3-sma-harapan-1- adolescent health and well-being. Journal
medan-heboh&catid=230:sma-harapan-1- of Paediatrics & Child Health.
medan&Itemid=108. (diakses pada tanggal Rosenfeld LB, Richman JM,
8 Oktober 2015). Bowen GL. (2000). Low social support
Freiberg, H.J. (2005). School among at-risk adolescents. Journal of
Climate Measuring, Improving and Social Work in Education 2000;20:245-
Sustaining Healty Learning Environment 260.
(e-library edition). Philadelphia: Falmer Stracuzzi N, Meghan L. (2010).
Press. Teachers Matter: Feelings of School
Gruenert, S. (2008). School Climate Connectedness and Positive Youth
and School Culture : They are Not the Same Development among Coos Country Youth.
Thing. issue of principal, is availabele on Article of University of New Hampshire.
the NAESP website: www.naesp.org.
Thapa A, Cohen J. (2012). School
Kozina, A. et al. (2008). The School Climate Research Summary. New York:
Climate as Predictor of the Achievement. National School Climate Centre.
Journal of School Health. Volume 18. Witt, C. (2013). An Investigation of
Marshall, M.L. (2004). Examining School Connectedness Among Agricultural
School Climate: Defining Factors and Education Students. Journal of
Educational Influences. Publication of Agricultural Education, Vol 54 No 2.
Georgia State University Center for School Zullig K, Huebner E. (2011).
Safety, School Climate and Classroom Relationships Among School Climate
Management. Domains and School Satisfaction. Journal
Matsumoto, D. (2004). Culture and of Psychology in School, Vol. 48(2)
psychology 3rd Edition. USA : Wadsworth
Thomson.
McNeely, C. (2003). Connection to
School as an Indicator of Positive

You might also like