Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

DINAMIKA KEHIDUPAN SOSIAL - EKONOMI EKS TAPOL DI BLITAR

1977 – 2000

Binti Masruroh 1, Kayan Swastika2, Sumarjono3


123
History Education, University of Jember.

Email: binti,maruroh.ok@gmail.com

Abstract
The problem being investigated is the supervision of the local government on the
former political prisoners in Blitar after being released from detention 1977-1998
(2) The view of the local community towards the former political prisoners in
Blitar after being released from detention. (3) The dynamics of the ex-political
prisoners' socio-economic life during the Order era. The research methods used
are (1) heuristics, (2) criticism, (3) interpretation, and (4) historiography. The
results of this study are (1) In an effort to prevent the rise of Communist ideology
in Indonesia, the government gives special treatment to people who are
considered to have been involved with the PKI or other organizations that are
communist. The central and local governments continue to supervise and provide
guidance to former political prisoners who were released in 1977. (2) After being
released from detention, political prisoners not only received punishment from the
government but some of them also received social punishment from the local
community. (3) There is no problem with the relationship between the local
community and the former political prisoners, the former political prisoners in
Blitar try to mingle with the local community, so that they can be accepted back
into the community. the economic life of ex-political prisoners, most of the former
political prisoners in Blitar work as farmers because they have no other choice.
Their background as former political prisoners makes it difficult for former
political prisoners to find jobs. Former political prisoners were only granted their
rights during the Gus Dur administration because the discriminatory regulations
against former political prisoners had been removed.
Keywords : Socio economic life, former political prisoner, Blitar
PENDAHULUAN
Kejahatan kemanusiaan di adanya G 30 S. Pada pemilu 1955, di
tahun 1965/1966 merupakan sejarah Kabupaten Blitar, PKI menguasai 25
kelam bangsa Indonesia. Dari dari 45 kursi Dewan Perwakilan
berbagai serpihan cerita yang Rakyat Gotong Royong (DPR-GR).
terserak dari para korban, saksi dan Sementara di Kotamadya Blitar, PKI
pelaku terlukis gambaran peristiwa menguasai 10 dari 15 kursi (Gde
tersebut. Konflik politik dan Putra dkk, 2012 : 119). Tragedi 65
kekuasaan melahirkan jatuhnya atau dikenal dengan Peristiwa
korban dikalangan masyarakat sipil Gestok yang terjadi pada Satu
yang dibunuh di luar proses hukum, Oktober 1965 dini hari, dimana
ditangkap dan ditahan sewenang- terjadi penculikan terhadap Menteri
wenang tanpa proses peradilan, Panglima Angkatan Darat Letjen
disiksa, diperkosa hingga kehilangan Ahmad Yani serta lima orang
harta benda. Ribuan orang jenderal yang menjadi staf umumnya
dipisahkan secara paksa dari oleh kelompok yang menamakan
keluarganya dan harus hidup dirinya sebagai Gerakan 30
membisu akibat ketakutan dan September (disingkat G 30 S) di
trauma, termasuk dalam relasi sendi Jakarta. Dimana gerakan ini
sosial kehidupannya. Hal ini menyatakan bahwa tujuan aksi
dikuatkan pula dalam peraturan- mereka adalah untuk mengamankan
peraturan diskriminatif serta Presiden Soekarno dan mencegah
kebijakan negara yang kup kontra-revolusioner yang akan
menstigmatisasi korban (Kontras, dilakukan oleh kelompok yang
2012 : 1). dinamakan Dewan Jenderal (Gede,
Blitar merupakan salah satu 2012 : 115).
wilayah yang pernah dianggap Gerakan 30 September
sebagai salah satu basis kaum tersebut tumbang secepat
komunis. Hal tersebut dibuktikan kemunculannya. Dengan tidak
oleh cukup mendominasi adanya Yani, Mayor Jenderal
perpolitikan PKI di Blitar sebelum Suharto mengambil alih komando
Angkatan Darat pada pagi hari 1 (Roosa, 2008 : 4). Setelah Angkatan
Oktober, dan pada petang hari ia Darat berhasil melacarkan serangan
melancarkan serangan balik. Semua balik dan memukul mundur pasukan
pasukan pemberontak akhirnya G 30 S, Angkatan Darat segera
ditangkap atau melarikan diri dari melakukan pembersihan terhadap
Jakarta pada pagi hari 2 Oktober Partai Komunis
Indonesia (PKI), yang tanpa Militer, Operasi Tersebut dinamakan
bukti dituduh sebagai dalang G 30 S. Operasi Trisula.
(Gede, 2012 : 115). Hal tersebut Operasi Trisula yang
berdampak terhadap anggota PKI di bertujuan untuk menupas PKI di
seluruh daerah tak terkecuali Blitar. Blitar ini bukan Hanya memerangi
Tidak lama setelah itu, golongan yang benar-benar
dimulailah periode perburuan dan merupakan anggota PKI. melainkan
pembantaian -pembantaian terhadap juga banyak orang yang dibunuh,
orang-orang yang dianggap memiliki ditangkap, ditahan, dan banyak di
hubungan dengan PKI ataupun antara mereka yang memiliki kaitan
simpatisan PKI. di Kota Blitar (Blitar amat minim atau bahkan tidak ada
wilayah utara) terjadi banyak hubungannya sama sekali dengan
penculikan dan pembunuhan kepada PKI, namun tetap ditahan dan
orang orang yang dianggap PKI mendapatkan perlakuan diskriminatif
(Kontras : 2012 : 22). Operasi besar- yang tidak manusiawi selama masa
besaran untuk menupas PKI di Blitar penahanan. (Kontras, 2012 : 8)
kemudian digelar oleh militer ketika Perlakuan diskriminatif yang
mengetahui Para anggota PKI yang dialami oleh para tahanan Politik
selamat dari reprsi di Jawa kemudian bukan saja terjadi pada saat
berkumpul di Blitar selatan pada penahanan, melainkan juga terjadi
tahun 1996-1967, hal tersebut ketika mereka telah dibebaskan dari
dikarenakan Blitar selatan tahanan dan dikembalikan kepada
merupakan daerah yang masih masyarakat, dimana mereka harus
terpencil dan sulit dijangkau oleh mengikuti beberapa peraturan yang
ditetapkan pemerinah sebagai syarat
dari pembebasan mereka. Sesuai sehingga kehidupan Eks Tapol
Instruksi Mentri No 32 tahun 1981 semakin terpojokkan.
pemerintah pusat maupun daerah
tetap melakukan pengawasan secara METODE PENELITIAN
ketat terhadap para Tapol yang telah Metode yang digunakan
dibebaskan. Selain itu, dalam dalam penelitian ini adalah metode
Intruksi Mentri No 32 tahun 1981 penelitian sejarah. Adapun langkah-
juga terdapat beberapa jenis langkah penelitian menggunakan
pekerjaan yang dilarang bagi para metode sejarah yaitu, heuristik
bekas tahanan dan bekas Narapidana (pengumpulan sumber), kritik,
G 30 S PKI, hal tersebut dilakukan interpretasi, dan historiografi
pemerintah dengan tujuan untuk (penulisan).
mencegah bangkit dan Langkah yang pertama yaitu
berkembangnya ajaran komunisme. Heuristik atau Pengumpulan sumber.
Adanya instruksi Menteri Dalam sebuah penelitian terdapat
Dalam Negeri No. 32 Tahun 1981 sumber primer dan sumber sekunder.
yang melarang Eks tapol dan Sumber primer yang diperoleh
keturununanya untuk menjadi PNS, dalam penelitian ini didapat dari
TNI, POLRI serta memiliki jenis wawancara, Arsip Suara, Peraturan-
pekerjaan tertentu, secara tidak peraturan yang diterapkan
langsung membatasi ruang gerak pemerintah observasi dan
kehidupan para Eks Tapol untuk dokumentasi. Sedangkan sumber
memperoleh pekerjaan serta sekunder didapat dari Buku dan
menghambat para Eks Tapol untuk Jurnal penelitian yang sesuai dengan
meningkatkan status sosial mereka tema peneliti.
dalam masyarakat. Selain itu, Tahap selanjutnya yang
peraturan diskrimatif yang dilakukan setelah sumber terkumpul
diterapkan oleh pemerintah orde baru adalah kritik terhadap sumber.
serta stigma bekas tahanan politik G Dalam penelitian ini penulis
30 S /PKI membuat keberadaan Eks menggunakan kritik ekstern terlebih
Tapol sulit diterima oleh masyarakat dahulu. Penerapan kritik ekstern
melalui kegiatan meneliti keaslian Eks Tapol di Blitar pada tahun
sumber untuk memutuskan sumber 1977-2000 yang didasarkan dari
tersebut merupakan sumber yang penuman fakta-fakta dan dapat
benar asli. Sedangkan kritik intern dibuktikan kebenaranya, kemudian
mulai bekerja setelah kritik ekstern penulis berusaha melakukan analisis
selesai untuk menentukan bahwa yang berkaitan dengan penyatuan
sumber yang didapat merupakan sumber yang dirangkaikan secara
sumber yang dibutuhkan kronoligis berdasarkan pada aspek
(Notosusanto,1984 : 21). Tujuan pembahasan sebagai berikut : (1)
akhir yang ingin dicapai dalam Pengawasan pemerintah daerah
melakukan kritik adalah menetapkan terhadap Eks Tapol di Blitar setelah
kebenaran dari sumber yang diuji dibebaskan dari tahanan 1977-1998
untuk menghasilkan fakta sejarah. dan penerimaan masyarakat sekitar
Langkah ketiga adalah terhadap Eks Tapol di Blitar pasca
interpretasi yaitu penafsiran atas dibebaskan dari tahanan
sumber-sumber yang terpilih dan (Pengasingan) (2) Pandangan
menyatukan fakta-fakta yang sudah masyarakat sekitar terhadap Eks
diperoleh, yang nantinya bermanfaat Tapol di Blitar pasca dibebaskan
untuk historiografi. Dalam hal ini, dari tahanan (Pengasingan). (3)
penulis setelah memperoleh fakta- Perubahan, perkembangan serta
fakta mengenai tema yang akan kesinambungan kehidupan Sosial-
dikaji dari sumber yang telah di Ekonomi Eks Tapol pada masa orde
kritik. fakta-fakta yang diperoleh baru sampai reformasi (1977-2000).
harus telah mengalami perbandingan Tahap akhir dalam penulisan
antara sumber yang tertulis dari sejarah adalah Historiografi. Tahap
buku dan juga sumber yang ini adalah proses rekonstruksi yang
diperoleh dari wawancara lapangan mengandalkan kemampuan
yaitu di Blitar, dari hasil imajinatif penulis terhadap fakta-
perbandingan tersebut menghasilkan fakta tentang masa lampau yang
interpretasi dari peneliti terkait ditempuh melalui suatu proses
bagaimana dinamika sosial-ekonomi (Gottschalk, 1989:95). Fakta-fakta
yang dihimpun melalui proses daerah tetap melakukan Pengawasan
interpretasi kemudian dirangkai agar dan pembinaan terhadap mantan
dapat membentuk suatu cerita Tahanan Politik yang telah
peristiwa sejarah. Peristiwa sejarah dibebaskan pada tahun 1977
yang disusun haruslah kronologis (Inmendagri No. 32 tahun 1981)
sehingga mampu menjadi cerita Dalam Keputusan Presiden
sejarah yang menarik dan kredibel No.28/1975 tentang Perlakuan
namun tetap tidak menghilangkan terhadap Mereka yang Terlibat
sifat ilmiah dari sebuah penulisan G.30.S/PKI Golongan C disebutkan
sejarah. Kemahiran penulis dalam bahwa tahanan Politik yang masuk
berbahasa dan berimajinasi tidak dalam kategori Golongan C yaitu
boleh merusak fakta yang ada, seseorang yang terlibat diduga
melainkan fakta tersebut dapat terlibat secara tidak langsung dalam
semakin kuat keberadaannya peristiwa pemberontakan G 30 S/PKI
(Sugiyanto, 2009: 43). apabila berstatus sebagai Pegawai
Negri maka sejak saat itu seseorang
HASIL DAN PEMBAHSAN tesebut diberhentikan sebagai
Pengawasan Pemerintah Daerah Pegawai Negri secara tidak hormat,
Terhadap Eks Tapol di Blitar dilakukan penahanan dan dikenakan
Dalam usaha mencegah tindakan administratif dengan
terjadinya bangkitya paham Komunis memperhatikan berat ringanya
di Indonesia pemerintah memberikan keterlibatan mereka.
perlakuan khusus terhadap orang- Pasca dibebaskan dari
orang yang dianggap pernah terlibat tahanan pemerintah tetap melakukan
dengan PKI atau organisasi yang pengawasan terhadap bekas tahanan
bebau komunis. Hal ini dilakukan politik, hal-hal yang diawasi meliputi
sesuai dengan adanya Keputusan : Sikap, tingkah laku, administarsi,
Presiden No.28/1975 tentang Pindah domsili, Pekerjaan, kegiatan-
Perlakuan terhadap Mereka yang kegiatan kemasyarakatan baik
Terlibat G.30.S/PKI Golongan C, dibidang sosial-politik, Sosial-
Selain itu, Pemerintah pusat maupun budaya, maupun sosial-Ekonomi.
Selain itu pemerintah juga setempat, dan diwajibkan untuk
membedakan KTP para mantan minta izin kepada aparatur desa
Tahanan Politik dengan KTP terlebih dahulu, apabila mereka
Masyarakat pada umumnya, dalam hendak bepergian ke luar kota atau
KTP mantan tahanan politik (Tapol) luar daerah (Wieringa, 2020 : 109)
tertulis Kode ET yang menunjukkan
bahwa pemegangnya adalah Pandangan Masyarakat Setempat
seseorang bekas anggota organisasi terhadap Eks Tapol di Blitar pasca
terlarang. (Inmendagri No. 32 tahun dibebaskan dari Tahanan
1981) (Pengasingan)
Beberapa Narasumber Pasca dibebaskan dari
mengatakan pasca dibebaskan tahanan para tapol bukan hanya
mereka diharuskan absen (wajib mendapatkan hukuman dari
Lapor) ke koramil setempat atas pemerintah tetapi beberapa dari
keberadaan mereka setiap seminggu mereka juga mendapatkan hukuman
sekali, salah satu narasumber yang sosial dari masyakat setempat.
bernama Kadir yang merupakan Memiliki latar belakang sebagai
salah satu tapol kategori Gol C, bekas tahanan politik dan adanya
mengatakan ia menjalani hukuman label yang diberikan pemeritah Orde
berupa absen (wajib lapor) ke Baru terhadap para PKI beserta
koramil selama kurang lebih sepuluh simpatisannya merupakan musuh
tahun lamanya (Wawancara dengan Negara membuat sebagian masyarkat
Kadir, maret 2021). Selain wajib enggan untuk memiliki hubungan
lapor atas keberadaannya para tapol dengan para mantan Tahanan Politik.
juga diwajibkan untuk lapor setiap Di Blitar sendiri beberapa
kali menerima tamu, dari mana tamu masyarakat ada yang bersikap
tersebut, apa yang dibicarakan, terbuka dan menerima keberadaan
apakah mereka menerima surat, apa Eks Tapol, tetapi ada pula
isi suratnya atau apakah mereka masyarakat yang enggan menerima
menerima telefon harus dilaporkan keberadaan Esk Tapol dan bersikap
secara detail kepada petugas desa memilih untuk menjauhi eks Tapol,
di daerah Blitar Selatan kebanyakan Berbeda dengan daerah Blitar
masyarakat disana bersikap terbuka lainnya, di daerah Blitar Utara
dan menerima keberadaan Eks Tapol masyarakat bersikap tertutup dan
setelah dibebaskan dari tahanan enggan untuk memiliki hubugan
(pengasingan), salah satu dengan para bekas tahanan Politik,
Narasumber yang bernama Talam stigma dan labelisasi pemeritah orde
yang merupakan salah satu Tapol baru terhadap eks tapol, membuat
Golongan B, mengungkapkan pasca pandagan masyarakat terhadap Eks
dibebaskan dari pengasiangan (Pulau Tapol di Blitar Utara mejadi Negatif,
Buru), masyakat bersikap seperti sehigga para Eks Tapol di Blitar
biasa dan tidak mendiskriminasikan utara harus menarik simpati
dirinya beserta keluarganya masyarakat agar bisa mendapatkan
meskipun ia merupakan bekas kepercayaan kembali dari
Narapidana G 30 S PKI (bekas masyarakat setempat, salah satuya
Tapol), hal ini dikarenakan sebelum cara yang dilakukan Sutrisno yang
ia ditahan dan diasingkan selama merupakan mantan tahanan Politik
bertahun-tahun dipulau Buru, kategori Gologan B, adalah dengan
masyarakat sudah mengenal selalu aktif mengikuti kegiatan
kepribadiannya, selain itu di Blitar kemasyarakatan yang ada di desanya
Selatan sendiri banyak orang yang dan ikut ambil peran dalam kegiatan
tersangkut dan dianggap sebagai tersebut, sehingga lambat laun
simpatisan PKI karena Blitar Selatan masyakat mulai terbuka dan mulai
merupakan tempat pelarian PKI, mempercayaiya. (Wawancara dengan
adanya kesamaan nasib pernah Sutrisno, 21 Maret 2021).
dituduh sebagai simpatisan PKI, Hal tersebut juga dilakukan
membuat kebanyakan masyarakat di Wiyono yang merupakan Tapol
Blitar Selatan memiliki sifat terbuka kategori Gologan C, ia
dan bisa menerima keberadaan Eks mengungkapkan bahwa ia pernah
Tapol. (Wawancara dengan Talam, dikucikan oleh masyarakat karena ia
20 Maret 2021) merupakan seorang tapol sehingga
untuk mendapatkan kepercayaan
masyarakat selain aktif dalam masyarakat, meskipun adanya
kegiatan kemasyarkatan, ia selalu himbauan dari pemerintah pada saat
berusaha untuk membatu masyarakat itu untuk menjauhi eks Tapol, namun
sekitar apabila ada tetangganya yang Talam tetap berusaha untuk
sedang mengalami kesulitan, dan membaur dengan masyarakat
selalu menawarkan makanan dan setempat. (Wawancara dengan
minuman terhadap tetangga yang Talam, 20 Maret 2021)
duduk di depan rumahya. Hal Kebijakan pemerintah yang
tersebut membuat masyarakat yang melarang Eks Tapol beserta
awalnya memiliki pandangan negatif keturunannya menjadi PNS, TNI,
terhadapnya berubah menjadi positif. POLRI, dan adanya larangan untuk
(Wawancara dengan Wiyono, 21 memiliki pekerjaan tertentu Seperti
Maret 2021) Guru, dosen, wartawan, dalang dan
anggota lembaga bantuan hukum dan
Kehidupan Sosial Ekonomi Eks menjadi anggota dalam lembaga
Tapol Di Blitar pada masa orde hukum, tentunya berdampak
baru sampai reformasi (1977-2000) terhadap kehidupan ekonomi eks
Hubungan masyarakat tapol, kebanyakan Eks Tapol di
setempat dengan Eks Tapol tidak ada Blitar bekerja sebagai petani karena
masalah, pasca dibebaskan dari tidak ada pilihan lainya, adanya latar
tahanan para Eks Tapol di Blitar belakang sebagai bekas tahanan
berusaha membaur dengan politik membuat mantan Tapol
masyarakat setempat, dan beberapa kesulitan mendapatkan pekerjaan.
dari mereka ikut aktif dalam kegiatan Salah satu tahanan politik
kemasyarakatan agar bisa diterima yang bernama Suparman yang
kembali dalam masyarakat. Salah merupakan tahanan Politik kategori
satu eks tapol di Blitar yang bernama Gol B mengatakan bahwa pasca
Talam pernah dilibatkan organisasi dibebaskan dari tahanan
kemasyarakatan hal tersebut (pengasingan) sempat kesulitan
dimanfaatkan oleh Talam untuk mencari pekerjaan, sehingga ia hanya
mengembalikan citranya dalam bisa menjadi petani dengan
memanfaat sepetak lahan yang daftar anggota kartu keluarganya,
dimilikinya, selain itu untuk alhasil anak-anaknya bisa
menambah penghasilannya karena melanjutkan pendidikannya dan ada
menjadi petani dirasa belum cukup yang menjadi PNS. (Wawancara
untuk memenuhi kebutuhan sehari- dengan Wiyono, 21 Maret 2021),
harinya, Suparman berusaha mencari berbeda dengan Kadir pasca
pekerjaan sampingan yaitu bekerja mengetahui bahwa Eks Tapol dan
sebagai buruh di pabrik swasta milik keturunan nya dilarang menjadi
orang Tionghoa di Surabaya. Adanya Pegawai Negri, anak kadir yang
kebijakan pemeritah yang melarang mengetahui bahwa ayahnya
Eks Tapol dan keturunannya menjadi merupakan tahanan politik kategori
PNS, TNI POLRI dan bekerja di Gol C memilih untuk tidak
lembaga Instansi pemerintah melanjutkan pendidikanya dan lebih
Suparman terpaksa harus menghapus memilih untuk membantu ayahnya
daftar nama anaknya dalam kartu bekerja sebagai petani dan peternak
Keluarganya dan meminta kerabat ikan lele di desa. (wawancara dengan
nya yang tidak pernah tersangkut Kadir 19 Maret 2021)
peristiwa 65 untuk memasukkan Iwan yang merupakan carik
nama anaknya dalam daftar kartu di desa Bendowulung salah satu
Keluarga kerabatnya hal ini daerah yang berada di Blitar
dilakukan agar anaknya dapat mengatakan bahwa ada penduduk
melanjutkan pendidikan dan tidak yang menjadi gila akibat karena telah
kesulitan untuk mencari pekerjaan. mendaftar PNS namun tidak diterima
(wawancara dengan Suparman, 25 pada saat seleksi pemberkasan
Maret 2021) dikanenakan orang tuanya
Hal serupa juga dilakukan merupakan bekas tahanan Politik,
oleh Wiyono, agar anaknya dapat sehingga pemerintah membatalkan
melanjutkan pendidikannya dan tidak penduduk tersebut menjadi anggota
kesulitan mencari pekerjaan, ia PNS. (wawancara dengan Iwan
meminta bantuan temannya untuk Maret 2021)
memasukkan nama anaknya kedalam
Kebijakan terkait larangan dibebaskan pada tahun 1977
Eks Tapol beserta keturunannya (Inmendagri No. 32 tahun 1981).
menjadi PNS, baru dihapus ketika Pasca dibebaskan dari
pada masa pemrintahan Gus Dus, tahanan para tapol bukan hanya
pada masa tersebut eks tapol baru mendapatkan hukuman dari
merasakan angin segar karena pemerintah tetapi beberapa dari
peraturan-peraturan diskrimanatif mereka juga mendapatkan hukuman
yang ditujukan kepada eks tapol dan sosial dari masyakat setempat.
keturunanya dihapus oleh Gus Dur, Memiliki latar belakang sebagai
Eks tapol baru mendapatkatkan bekas tahanan politik dan adanya
haknya pada masa pemerintahan Gus label yang diberikan pemeritah Orde
Dur. (Wawancara dengan Talam, 20 Baru terhadap para PKI beserta
Maret 2021) simpatisannya merupakan musuh
Negara membuat sebagian masyarkat
SIMPULAN DAN SARAN enggan untuk memiliki hubungan
Dalam usaha mencegah dengan para mantan Tahanan Politik.
terjadinya bangkitya paham Komunis Hubungan masyarakat
di Indonesia pemerintah memberikan setempat dengan Eks Tapol tidak ada
perlakuan khusus terhadap orang- masalah, pasca dibebaskan dari
orang yang dianggap pernah terlibat tahanan para Eks Tapol di Blitar
dengan PKI atau organisasi yang berusaha membaur dengan
bebau komunis. Hal ini dilakukan masyarakat setempat, dan beberapa
sesuai dengan adanya Keputusan dari mereka ikut aktif dalam kegiatan
Presiden No.28/1975 tentang kemasyarakatan agar bisa diterima
Perlakuan terhadap Mereka yang kembali dalam masyarakat.
Terlibat G.30.S/PKI Golongan C, Kebijakan pemerintah yang melarang
Selain itu, Pemerintah pusat maupun Eks Tapol beserta keturunannya
daerah tetap melakukan Pengawasan menjadi PNS, TNI, POLRI, dan
dan pembinaan terhadap mantan adanya larangan untuk memiliki
Tahanan Politik yang telah pekerjaan tertentu Seperti Guru,
dosen, wartawan, dalang dan anggota
lembaga bantuan hukum dan menjadi Method. Jakarta :
anggota dalam lembaga hukum, Universitas Indonesia Press.
tentunya berdampak terhadap
kehidupan ekonomi eks tapol, John Roosa, Ayu Ratih dan Hilmar
kebanyakan Eks Tapol di Blitar Farid (eds.). Tahun yang
bekerja sebagai petani karena tidak Tak Pernah Berakhir:
ada pilihan lainya, adanya latar Memahami Pengalaman
belakang sebagai bekas tahanan Korban 65: Esai-Esai
politik membuat mantan Tapol Sejarah Lisan. Jakarta:
kesulitan mendapatkan pekerjaan. Elsam, Tim Relawan untuk
Kebijakan terkait larangan Eks Tapol Kemanusiaan, dan ISSI.
beserta keturunannya menjadi PNS,
baru dihapus ketika pada masa Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu
pemrintahan Gus Dus, pada masa Sejarah. Yogyakarta : Tiara
tersebut eks tapol baru merasakan Wacana
angin segar karena peraturan-
peraturan diskrimanatif yang Kartodirdjo, Sartono. 1992.
ditujukan kepada eks tapol dan Pendekatan Ilmu Sosial
keturunanya dihapus oleh Gus Dur, dalam Metodologi Sejarah.
Eks tapol baru mendapatkatkan Jakarta. Gramedia Pustaka
haknya pada masa pemerintahan Gus Utama.
Dur. (Wawancara dengan Talam, 20
Maret 2021)
Menyusun Puzzle Pelanggaran HAM
1965: Sebuah Upaya
DAFTAR PUSTAKA
Pendokumentasian. 2012.
Kontras (Komisi orang
Gottschalk, L. 1989. Mengerti
Hilang dan korban
Sejarah. Terjemahan
kekerasan)
Nugroho Notosusanto dari
Understanding History: A
Primer of Historical
Putra, Gde dkk. 2012. Pulangkan Sekretariat Negara Republik
Mereka!, Merangkai Indonesia. 1994. Gerakan
Ingatan Penghilangan 30 September,
Paksa di Indonesia. Jakarta. Pemberontakan Partai
Lembaga Studi dan Komunis Indonesia, Latar
Advokasi Masyarakat belakang, Aksi,
(ELSAM) Penupasannya. Jakarta. PT
Ghalia Indonesia.

You might also like