Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Mel Tabel Hasil Ss (1 Column)
Jurnal Mel Tabel Hasil Ss (1 Column)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemupukan pupuk kandang
ayam dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan bibit kakao. Penelitian
dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juli 2022 di Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini
berbentuk percobaan 2 faktor menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Faktor pertama yaitu pupuk kandang ayam terdiri dari tiga taraf: 0 kg, 2,5 kg dan
5 kg. Faktor kedua yaitu pupuk hayati terdiri dari empat taraf: 0 mL, 5 mL, 10 mL
dan 15 mL. Hasil penelitian menujukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara
perlakuan pupuk kandang ayam dengan pupuk hayati. Perlakuan pupuk kandang
ayam 5 kg memberikan pengaruh terbaik terhadap jumlah kandungan klorofil a
(166,84 µmol.m-2), klorofil b (72,59 µmol.m-2) dan klorofil total (244,33 µmol.m-
2
), tinggi tanaman (12,75 cm) dan jumlah daun (29,22 helai). Perlakuan pupuk
hayati pada tanaman kakao tidak mempengaruhi semua parameter pengamatan.
1
PENDAHULUAN
Di Provinsi Sulawesi Selatan, kakao menjadi salah satu komoditas
unggulan hasil pertanian yang cukup besar. Namun produksi kakao di Sulawesi
Selatan terus mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir, menurut data
Direktorat Jenderal Perkebunan (2020). Di tahun 2018 produksi mencapai
124.952 ton/tahun, turun menjadi 113.366 ton/tahun pada 2019 dan menurun lagi
pada tahun 2020 dengan produksi 103.470 ton/tahun. Sedangkan bila ditinjau dari
luas areal perkebunan kakao, di tahun 2019 Sulawesi Selatan memiliki luas areal
perkebunan yang tergolong besar yaitu kurang lebih 218.169 ha.
Aspek lahan berperan dalam menentukan tingkat produktivitas kakao.
Kondisi lahan yang baik untuk pertanaman ialah yang dapat memenuhi kebutuhan
hara tanaman ataupun mempunyai kesuburan tanah yang baik. Kesuburan tanah
mengacu pada kemampuan tanah dalam menyediakan hara-hara esensial yang
cukup untuk perkembangan dan produksi tanaman. Untuk itu diperlukan
pengelolaan tanah yang tepat untuk menghasilkan produksi yang lebih baik
(Arsana et al., 2019).
Rendahnya produktivitas tanaman kakao disebabkan oleh degradasi lahan
atau penurunan kualitas lahan akibat pemakaian pupuk kimia dalam jangka
panjang. Pemanfaatan pupuk anorganik yang berlebihan tanpa diimbangi dengan
pupuk alami dapat mengurangi tingkat kesuburan tanah. Misalnya merusak sifat
kimia, fisik dan biologi tanah, punahnya mikroorganisme dalam tanah sehingga
mempercepat terjadinya degrdasi tanah yang berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Kualitas lahan yang kurang baik pada pertanaman kakao
dapat mengakibatkan rendahnya produktivitas tanaman kakao (Azri, 2015). Untuk
mengatasi kasus tersebut, dibutuhkan pemanfaatan pupuk organik dan
mikroorganisme guna memperbaiki kualitas ekosistem lahan.
Unsur hara N dan P pupuk kandang ayam relatif lebih banyak dari pupuk
kandang sapi dan kambing. Selain itu, tidak seperti pupuk kandang lain, pupuk
kandang ayam terurai relatif cepat (Prasetyo, 2014). Penelitian oleh Asmawati et
al., (2015) memperoleh hasil dimana bibit kakao memberikan pengaruh yang
lebih baik terhadap jumlah dan tinggi tunas serta jumlah daun pada media pupuk
kandang ayam.
2
Pupuk hayati dapat meningkatkan efisiensi pemupukan dengan cara
menambat N2, melarutkan hara P dan K sehingga meningkatkan ketersediaan hara
yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Mulyati et al., 2019). Temuan penelitian
yang dilakukan oleh Sagala et al., (2011) menemukan bahwa 12 minggu setelah
tanam, pertumbuhan tanaman kakao meningkat ketika pupuk hayati air Bio-
Extrim 10 cc/L diaplikasikan.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh pemupukan pupuk kandang ayam dengan pupuk hayati terhadap
pertumbuhan bibit kakao.
METODOLOGI
Alat yang digunakan yaitu cangkul, parang, ember, gembor, meteran,
penggaris, timbangan, tiang penanda, bambu, jangka sorong, pipet tetes, gelas
ukur, sprayer, kamera, oven, Content Chlorofil Meter (CCM 200⁺), C1-710/720
Miniature Leaf Spectrometer, gunting, kaca preparat serta alat tulis.
Bahan yang digunakan yaitu bibit kakao sambung pucuk MCC 02 umur 3
bulan dengan tinggi batang atas 20-40 cm, tanah, pupuk kandang ayam, pupuk
hayati Bio-Extrim dengan kandungan mikroba Rhizobium sp. (7,2 x 105 Cfu/mL),
Azospirilium sp. (2,4 x 108 Cfu/mL), Azotobacter sp. (3,2 x 108 Cfu/mL),
Pseudomonas sp. (5,0 x 106 Cfu/mL) dan Bacillus sp. (2.7 x 105 Cfu/mL), pupuk
NPK 16:16:16, pagar jaring, air, amplop coklat, lakban bening, kuteks bening dan
label.
Penelitian ini berbentuk percobaan 2 faktor menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK). Faktor pertama adalah pupuk kandang terdiri dari 3 taraf
yaitu : P0 (kontrol), P1 (pupuk kandang ayam 2,5 kg/tanaman) dan P2 (pupuk
kandang ayam 5 kg/tanaman). Faktor kedua adalah pupuk hayati terdiri dari 3
taraf yaitu: B0 (kontrol), B1 (5 mL/L air), B2 (10 mL/L air) dan B3 (15 mL/L air).
Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali sehingga diperoleh 36
satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 3 bibit kakao,
sehingga diperoleh 108 bibit kakao.
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Jumlah Klorofil a
Perlakuan pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata menurut
analisis ragam, namun pupuk hayati maupun interaksinya tidak. Perlakuan 5 kg
pupuk kandang ayam (P2) memperoleh hasil yang lebih unggul terhadap jumlah
klorofil a, dengan rata-rata 166,84 µmol.m-2, berbeda nyata dengan dua perlakuan
lainnya yaitu 2,5 kg (P1) dan 0 kg (P0) seperti terlihat pada tabel 1 dengan uji
lanjut BNJ 0,05.
Jumlah Klorofil b
Perlakuan pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata menurut
analisis ragam, namun pupuk hayati maupun interaksinya tidak. Perlakuan 5 kg
pupuk kandang ayam (P2) memperoleh hasil yang lebih unggul terhadap jumlah
klorofil b, dengan rata-rata 75,59 µmol.m-2, berbeda nyata dengan dua perlakuan
lainnya yaitu 2,5 kg (P1) dan 0 kg (P0) seperti terlihat pada tabel 2 dengan uji
lanjut BNJ 0,05.
4
Jumlah Klorofil Total
Perlakuan pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata menurut
analisis ragam, namun pupuk hayati maupun interaksinya tidak. Perlakuan 5 kg
pupuk kandang ayam (P2) memperoleh hasil yang lebih unggul terhadap jumlah
klorofil total, dengan rata-rata 244,33 µmol.m-2, berbeda nyata dengan dua
perlakuan lainnya yaitu 2,5 kg (P1) dan 0 kg (P0) seperti terlihat pada tabel 3
dengan uji lanjut BNJ 0,05.
5
Kerapatan Stomata
Dari hasil analisis ragam, tidak terdapat pengaruh dari perlakuan pupuk
kandang ayam, pupuk hayati maupun interaksinya. Berdasarkan gambar 2,
perlakuan 0 kg pupuk kandang ayam dengan 10 mL pupuk hayati (P0B2)
menghasilkan kerapatan stomata terbesar yaitu 747,35 mm2, sedangkan perlakuan
0 kg pupuk kandang ayam dengan 0 mL pupuk hayati (P0B0) menghasilkan
kerapatan stomata terkecil yaitu 482,38 mm2.
Tinggi Tanaman
Perlakuan pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata menurut
analisis ragam, namun pupuk hayati maupun interaksinya tidak. Perlakuan 5 kg
pupuk kandang ayam (P2) memperoleh hasil yang lebih unggul terhadap
pertambahan tinggi tanaman, dengan rata-rata 12,75 cm, berbeda nyata dengan
dua perlakuan lainnya yaitu 2,5 kg (P1) dan 0 kg (P0) seperti terlihat pada tabel 4
dengan uji lanjut BNJ 0,05.
Diameter Batang
Dari hasil analisis ragam, tidak terdapat pengaruh dari perlakuan pupuk
kandang ayam, pupuk hayati maupun interaksinya. Berdasarkan gambar 3,
6
perlakuan 5 kg pupuk kandang ayam dengan 10 mL pupuk hayati (P2B2)
menghasilkan pertambahan diameter batang terbesar yaitu 80,34 mm, sedangkan
perlakuan 2,5 kg pupuk kandang ayam dengan 0 mL pupuk hayati (P1B0)
menghasilkan pertambahan diameter batang terkecil yaitu 0,21 mm.
Jumlah Daun
Perlakuan pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata menurut
analisis ragam, namun pupuk hayati maupun interaksinya tidak. Perlakuan 5 kg
pupuk kandang ayam (P2) memperoleh hasil yang lebih unggul terhadap
pertambahan jumlah daun, dengan rata-rata 29,22 helai, berbeda nyata dengan dua
perlakuan lainnya yaitu 2,5 kg (P1) dan 0 kg (P0) seperti terlihat pada tabel 5
dengan uji lanjut BNJ 0,05.
Luas Daun
Dari hasil analisis ragam, tidak terdapat pengaruh dari perlakuan pupuk
kandang ayam, pupuk hayati maupun interaksinya. Berdasarkan gambar 4,
7
perlakuan 0 kg pupuk kandang ayam dengan 0 mL pupuk hayati (P0B0)
menghasilkan pertambahan luas daun terbesar yaitu 36,72 cm2, sedangkan
perlakuan 2,5 kg pupuk kandang ayam dengan 5 mL pupuk hayati (P1B1)
menghasilkan pertambahan luas daun terkecil yaitu 9,74 cm2.
8
0 kg pupuk kandang ayam dengan 15 mL pupuk hayati (P0B3) menghasilkan
energi cahaya absorpsi terkecil yaitu 9,37%.
9
Pembahasan
Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Ayam
Perlakuan pupuk kandang ayam pada parameter jumlah kandungan klorofil
a, b dan klorofil total menujukkan pengaruh sangat nyata. Banyaknya klorofil
yang dihasilkan pada daun merupakan salah satu faktor yang dipengaruhi oleh
kandungan nitrogen selama proses fotosintesis. Sejalan dengan Sidabutar et al.,
(2013) bahwa nitrogen diperlukan tanaman untuk menghasilkan protein serta
beberapa komponen lainnya untuk pembentukan sel, termasuk klorofil.
Parameter luas bukaan stomata dan kerapatan stomata tidak berpengaruh
nyata. Tanaman kakao merupakan tanaman C3 yang membutuhkan naungan
karena tidak dapat tumbuh dengan sinar matahari penuh. Tidak adanya naungan
pada penelitian ini dapat memperlambat pertumbuhan tanaman, salah satunya
dapat menyebabkan daun menjadi lebih kecil dan tebal. Menurut Sari (2012),
tanaman beradaptasi dengan ukuran daun yang lebih kecil karena suhu yang tinggi
menyebabkan kehilangan banyak air. Selain itu, Nasaruddin, et al., (2006)
menyatakan bahwa tanaman kakao muda yang diberi naungan pertumbuhannya
akan lebih unggul dibandingkan yang tidak mendapat naungan.
Tinggi tanaman pada tanaman kakao menunjukkan pengaruh yang sangat
nyata. Pemberian bahan organik yang mampu mempertahankan sifat-sifat tanah
serta berkontribusi dalam menyuplai hara dalam tanah seperti nitrogen, sehingga
dapat digunakan oleh tanaman untuk merangsang pertumbuhannya terutama pada
masa vegetatif. Hal ini didukung oleh Amir et al., (2017) bahwa penambahan
bahan organik ke dalam tanah memiliki dampak yang lebih besar dalam
meningkatkan sifat-sifat tanah, namun tetap memberikan kontribusi jangka
10
panjang terhadap penyediaan hara tanah.
Terdapat pengaruh yang sangat nyata oleh parameter jumlah daun. Hal ini
disebabkan bertambahnya buku dan ruas pada tanaman kakao yang juga akan
menambah jumlah daun pada batangnya seiring dengan pertumbuhan tanaman
yang semakin tinggi. Nasaruddin (2010) menambahkan bahwa karena semakin
banyak ruas dan buku, tanaman tumbuh lebih tinggi dan menghasilkan lebih
banyak daun.
Pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis yang lebih tinggi (hingga
batas optimum) dinilai paling efektif untuk pertumbuhan tanaman kakao,
dibuktikan pada parameter klorofil a, b dan kandungan klorofil total, tinggi
tanaman serta jumlah daun pada tanaman kakao (tabel 1-5). Selain mampu
memperbaiki sifat-sifat tanah, penambahan bahan organik yang lebih banyak, juga
dapat menambah suplai unsur hara bagi tanaman. Sesuai pendapat Ahmad et al.,
(2016) menyatakan bahwa karena kandungan hara yang diperlukan tanaman
dalam jumlah yang banyak, maka pertumbuhan tanaman akan lebih baik jika
pupuk yang diberikan pada tanaman lebih banyak.
Parameter diameter batang tidak berpengaruh nyata. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena adanya penyakit kanker batang yang disebabkan oleh infeksi
cendawan Phythotora palmivora. Faktor lingkungan mempengaruhi keberadaan
P. palmivora di lapangan seperti kelembaban dan suhu yang tinggi dapat
menyebabkan terhambatnya transportasi hara dan fotosintesis pada tanaman. Hal
ini didukung oleh Widyanta dan Puspita (2015), bahwa kanker batang adalah
penyakit kakao yang cukup serius karena menyebabkan penurunan tajam hasil dan
kualitas produksi serta merusak perekonomian. Serangan P. palmivora dapat
mengakibatkan penurunan 50% produksi kakao global.
Pada parameter jumlah radiasi absorpsi, refleksi dan transmisi tidak
berpengaruh nyata. Tanaman memanfaatkan radiasi yang diterimanya untuk
pertumbuhan, perkembangan dan produksi, sementara sebagian dari radiasi
tersebut dipantulkan kembali ke atmosfer dan hanya sebagian kecil lagi yang akan
ditransmisikan ke jaringan tanaman. Didukung oleh Nasaruddin dan Yunus (2012)
bahwa sinar matahari yang diterima oleh daun tanaman hanya sekitar 80-85% dan
sisanya 10-15% dipantulkan kembali ke atmosfer. Selain itu, radiasi matahari
11
yang dipancarkan dapat menyebabkan kejenuhan energi matahari. Tanaman C3
yang sangat membutuhkan naungan diawal pertumbuhannya, jika diberi
penyinaran melewati batas optimumnya akan menurunkan laju fotosintesis. Sesuai
pendapat Lukitasari (2010) bahwa tingginya intensitas cahaya matahari akan
meningkatkan laju fotosintesis sampai pada batas tertentu, yang dimana setelah itu
intensitas cahaya tidak akan diikuti lagi oleh meningkatnya laju fotosintesis
karena telah terjadi kejenuhan energi matahari.
Pengaruh Konsentrasi Pupuk Hayati
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada parameter yang dipengaruhi oleh
perlakuan pupuk hayati. Namun terlihat peningkatan yang lebih baik pada
perlakuan B2 (10 mL) yaitu pada parameter diameter batang, klorofil, kerapatan
stomata dan energi cahaya transmisi. Peningkatan lain terlihat pada perlakuan B3
(15 mL) yaitu pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, tingkat energi cahaya
absorpsi dan refleksi. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan yang kurang
mendukung, utamanya faktor intensitas cahaya yang dapat menyebabkan
penguapan pada pupuk hayati, sehingga tanaman tidak dapat memanfaatkan
pupuk secara maksimal. Sesuai pendapat Hasanah et al., (2013) bahwa pupuk
dapat hanyut, terbawa air, atau menguap dari tanah akibat dari air hujan, limpasan
permukaan dan sinar matahari.
Dugaan lain yang menyebabkan pupuk hayati tidak memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan tanaman kakao karena
mikroorganisme membutuhkan waktu lama untuk menambat unsur N 2 dan
melarutkan P dan K sehingga memperlambat pertumbuhan tanaman. Karena
pupuk hayati berperan dalam memperbaiki sifat tanah dalam waktu yang cukup
lama, penelitian Novizan (2005) mengungkapkan bahwa perkembangan tanaman
secara substansial kurang rentan terhadap penerapan pupuk ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
12
hayati pada tanaman kakao tidak mempengaruhi semua parameter pengamatan.
Perlakuan pupuk kandang ayam 5 kg disarankan untuk diaplikasikan pada
tanaman kakao untuk perbaikan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman
kakao. Pemberian naungan juga sangat disarankan untuk mendukung
pertumbuhan tanaman yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, N. Heniyati H dan Ismail A.N. 2017. Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap
Pertumbuhan Beberapa Varietas Bibit Tanaman Tebu (Saccharum officinarum
L.) di Polybag. KLOROFIL 12 (2) : 68 – 72.
Asmawati. Erna H dan Fatimah. 2015. Pengaruh Pupuk Kandang (Kotoran Ayam)
Terhadap Pertumbuhan Sambung Pucuk Tanaman Kakao (Theobroma cacao
L.). Jurnal Agroplantae 4 (1) : 6-12.
Mulyati. Silawibawa I.P. Ningsih L.S dan Aini K. 2019. Pengaruh Takaran dan
Frekuensi Pemberian Pupuk Bioekstrim Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah,
Pertumbuhan dan Hasil Kol Bunga (Brassica oleracea Var Botrytis L.). Jurnal
AGROTEK 6 (1) : 1-6.
13
Nasaruddin. 2010. Budidaya dan Aspek Fisiologi Kakao (Theobrema cacao L.).
Jakarta : Yayasan Forest Indonesia.
Sagala, A.D., Sri U dan Abdul S.D. 2011. Respon Pertumbuhan Bibit Kakao
(Theobroma cacao L.) Dengan Pemberian Pupuk Hayati Bio-Extrim Pada
Berbagai Media Tanaman. Agrium 17 (1) : 7-11.
Sidabutar, S.V. B. Siagian dan Meiriani. 2013. Respon pertumbuhan bibit kakao
terhadap pemberian abu janjang kelapa sawit dan pupuk urea pada media
pembibitan. Jurnal Online Agroteknologi 1 (4): 1343- 1351.
Widyanta, S dan Puspita, N. (2015). Aplikasi kapur dan urea serta pengaruhnya
terhadap perkembangan Phythophthora palmivora. Menara Perkebunan 31(1),
41–48.
14