Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

PENGARUH PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK HAYATI

TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)


DALAM KEBUN ENTRES

The Effect Of Chicken Manure And Biofertilizers On The Growth Of Cocoa


Seedlings (Theobroma cacao L.) In The Entres Garden

Melisa Natalia Sari1, Nasaruddin2, Hari Iswoyo3

Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Hasanuddin University,


Perintis Kemerdekaan Street Km 10, Makassar, South Sulawesi, 90245,
Indonesia
Correspondence: melisanataliasari@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemupukan pupuk kandang
ayam dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan bibit kakao. Penelitian
dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juli 2022 di Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini
berbentuk percobaan 2 faktor menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Faktor pertama yaitu pupuk kandang ayam terdiri dari tiga taraf: 0 kg, 2,5 kg dan
5 kg. Faktor kedua yaitu pupuk hayati terdiri dari empat taraf: 0 mL, 5 mL, 10 mL
dan 15 mL. Hasil penelitian menujukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara
perlakuan pupuk kandang ayam dengan pupuk hayati. Perlakuan pupuk kandang
ayam 5 kg memberikan pengaruh terbaik terhadap jumlah kandungan klorofil a
(166,84 µmol.m-2), klorofil b (72,59 µmol.m-2) dan klorofil total (244,33 µmol.m-
2
), tinggi tanaman (12,75 cm) dan jumlah daun (29,22 helai). Perlakuan pupuk
hayati pada tanaman kakao tidak mempengaruhi semua parameter pengamatan.

Kata Kunci: Kakao, pupuk hayati, pupuk kandang ayam.


ABSTRACT
This study aims to determine the effect of fertilizing chicken manure and
biological fertilizers on the growth of cocoa seedlings. The research was
conducted from March to July 2022 at the Experimental Garden of the Faculty of
Agriculture, Hasanuddin University, Makassar, South Sulawesi. This research
was in the form of a 2 factor experiment using a Randomized Block Design
(RBD). The first factor was chicken manure consisting of three levels: 0 kg, 2.5 kg
and 5 kg. The second factor is biological fertilizers consisting of four levels: 0 mL,
10 mL, 20 mL and 30 mL. The results showed that there was no interaction
between the treatment of chicken manure and biological fertilizers. Treatment of 5
kg of chicken manure had the best effect on the amount of chlorophyll a (166.84
µmol.m-2), chlorophyll b (72.59 µmol.m-2) and total chlorophyll (244.33 µmol.m-
2) , plant height (12.75 cm) and number of leaves (29.22). Biofertilizer treatment
did not affect all observation parameters.

Keywords: Biofertilizers, chicken manure, cocoa.

1
PENDAHULUAN
Di Provinsi Sulawesi Selatan, kakao menjadi salah satu komoditas
unggulan hasil pertanian yang cukup besar. Namun produksi kakao di Sulawesi
Selatan terus mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir, menurut data
Direktorat Jenderal Perkebunan (2020). Di tahun 2018 produksi mencapai
124.952 ton/tahun, turun menjadi 113.366 ton/tahun pada 2019 dan menurun lagi
pada tahun 2020 dengan produksi 103.470 ton/tahun. Sedangkan bila ditinjau dari
luas areal perkebunan kakao, di tahun 2019 Sulawesi Selatan memiliki luas areal
perkebunan yang tergolong besar yaitu kurang lebih 218.169 ha.
Aspek lahan berperan dalam menentukan tingkat produktivitas kakao.
Kondisi lahan yang baik untuk pertanaman ialah yang dapat memenuhi kebutuhan
hara tanaman ataupun mempunyai kesuburan tanah yang baik. Kesuburan tanah
mengacu pada kemampuan tanah dalam menyediakan hara-hara esensial yang
cukup untuk perkembangan dan produksi tanaman. Untuk itu diperlukan
pengelolaan tanah yang tepat untuk menghasilkan produksi yang lebih baik
(Arsana et al., 2019).
Rendahnya produktivitas tanaman kakao disebabkan oleh degradasi lahan
atau penurunan kualitas lahan akibat pemakaian pupuk kimia dalam jangka
panjang. Pemanfaatan pupuk anorganik yang berlebihan tanpa diimbangi dengan
pupuk alami dapat mengurangi tingkat kesuburan tanah. Misalnya merusak sifat
kimia, fisik dan biologi tanah, punahnya mikroorganisme dalam tanah sehingga
mempercepat terjadinya degrdasi tanah yang berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Kualitas lahan yang kurang baik pada pertanaman kakao
dapat mengakibatkan rendahnya produktivitas tanaman kakao (Azri, 2015). Untuk
mengatasi kasus tersebut, dibutuhkan pemanfaatan pupuk organik dan
mikroorganisme guna memperbaiki kualitas ekosistem lahan.
Unsur hara N dan P pupuk kandang ayam relatif lebih banyak dari pupuk
kandang sapi dan kambing. Selain itu, tidak seperti pupuk kandang lain, pupuk
kandang ayam terurai relatif cepat (Prasetyo, 2014). Penelitian oleh Asmawati et
al., (2015) memperoleh hasil dimana bibit kakao memberikan pengaruh yang
lebih baik terhadap jumlah dan tinggi tunas serta jumlah daun pada media pupuk
kandang ayam.

2
Pupuk hayati dapat meningkatkan efisiensi pemupukan dengan cara
menambat N2, melarutkan hara P dan K sehingga meningkatkan ketersediaan hara
yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Mulyati et al., 2019). Temuan penelitian
yang dilakukan oleh Sagala et al., (2011) menemukan bahwa 12 minggu setelah
tanam, pertumbuhan tanaman kakao meningkat ketika pupuk hayati air Bio-
Extrim 10 cc/L diaplikasikan.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh pemupukan pupuk kandang ayam dengan pupuk hayati terhadap
pertumbuhan bibit kakao.
METODOLOGI
Alat yang digunakan yaitu cangkul, parang, ember, gembor, meteran,
penggaris, timbangan, tiang penanda, bambu, jangka sorong, pipet tetes, gelas
ukur, sprayer, kamera, oven, Content Chlorofil Meter (CCM 200⁺), C1-710/720
Miniature Leaf Spectrometer, gunting, kaca preparat serta alat tulis.
Bahan yang digunakan yaitu bibit kakao sambung pucuk MCC 02 umur 3
bulan dengan tinggi batang atas 20-40 cm, tanah, pupuk kandang ayam, pupuk
hayati Bio-Extrim dengan kandungan mikroba Rhizobium sp. (7,2 x 105 Cfu/mL),
Azospirilium sp. (2,4 x 108 Cfu/mL), Azotobacter sp. (3,2 x 108 Cfu/mL),
Pseudomonas sp. (5,0 x 106 Cfu/mL) dan Bacillus sp. (2.7 x 105 Cfu/mL), pupuk
NPK 16:16:16, pagar jaring, air, amplop coklat, lakban bening, kuteks bening dan
label.
Penelitian ini berbentuk percobaan 2 faktor menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK). Faktor pertama adalah pupuk kandang terdiri dari 3 taraf
yaitu : P0 (kontrol), P1 (pupuk kandang ayam 2,5 kg/tanaman) dan P2 (pupuk
kandang ayam 5 kg/tanaman). Faktor kedua adalah pupuk hayati terdiri dari 3
taraf yaitu: B0 (kontrol), B1 (5 mL/L air), B2 (10 mL/L air) dan B3 (15 mL/L air).
Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali sehingga diperoleh 36
satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 3 bibit kakao,
sehingga diperoleh 108 bibit kakao.

3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Jumlah Klorofil a
Perlakuan pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata menurut
analisis ragam, namun pupuk hayati maupun interaksinya tidak. Perlakuan 5 kg
pupuk kandang ayam (P2) memperoleh hasil yang lebih unggul terhadap jumlah
klorofil a, dengan rata-rata 166,84 µmol.m-2, berbeda nyata dengan dua perlakuan
lainnya yaitu 2,5 kg (P1) dan 0 kg (P0) seperti terlihat pada tabel 1 dengan uji
lanjut BNJ 0,05.

Jumlah Klorofil b
Perlakuan pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata menurut
analisis ragam, namun pupuk hayati maupun interaksinya tidak. Perlakuan 5 kg
pupuk kandang ayam (P2) memperoleh hasil yang lebih unggul terhadap jumlah
klorofil b, dengan rata-rata 75,59 µmol.m-2, berbeda nyata dengan dua perlakuan
lainnya yaitu 2,5 kg (P1) dan 0 kg (P0) seperti terlihat pada tabel 2 dengan uji
lanjut BNJ 0,05.

4
Jumlah Klorofil Total
Perlakuan pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata menurut
analisis ragam, namun pupuk hayati maupun interaksinya tidak. Perlakuan 5 kg
pupuk kandang ayam (P2) memperoleh hasil yang lebih unggul terhadap jumlah
klorofil total, dengan rata-rata 244,33 µmol.m-2, berbeda nyata dengan dua
perlakuan lainnya yaitu 2,5 kg (P1) dan 0 kg (P0) seperti terlihat pada tabel 3
dengan uji lanjut BNJ 0,05.

Luas Bukaan Stomata


Dari hasil analisis ragam, tidak terdapat pengaruh dari perlakuan pupuk
kandang ayam, pupuk hayati maupun interaksinya. Berdasarkan gambar 1,
perlakuan 0 kg pupuk kandang ayam dengan 5 mL pupuk hayati (P0B1)
menghasilkan luas bukaan stomata terbesar yaitu 81,52 mm2, sedangkan
perlakuan 5 kg pupuk kandang ayam dengan 5 mL pupuk hayati (P2B1)
menghasilkan luas bukaan stomata terkecil yaitu 65,13 mm2.

5
Kerapatan Stomata
Dari hasil analisis ragam, tidak terdapat pengaruh dari perlakuan pupuk
kandang ayam, pupuk hayati maupun interaksinya. Berdasarkan gambar 2,
perlakuan 0 kg pupuk kandang ayam dengan 10 mL pupuk hayati (P0B2)
menghasilkan kerapatan stomata terbesar yaitu 747,35 mm2, sedangkan perlakuan
0 kg pupuk kandang ayam dengan 0 mL pupuk hayati (P0B0) menghasilkan
kerapatan stomata terkecil yaitu 482,38 mm2.

Tinggi Tanaman
Perlakuan pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata menurut
analisis ragam, namun pupuk hayati maupun interaksinya tidak. Perlakuan 5 kg
pupuk kandang ayam (P2) memperoleh hasil yang lebih unggul terhadap
pertambahan tinggi tanaman, dengan rata-rata 12,75 cm, berbeda nyata dengan
dua perlakuan lainnya yaitu 2,5 kg (P1) dan 0 kg (P0) seperti terlihat pada tabel 4
dengan uji lanjut BNJ 0,05.

Diameter Batang
Dari hasil analisis ragam, tidak terdapat pengaruh dari perlakuan pupuk
kandang ayam, pupuk hayati maupun interaksinya. Berdasarkan gambar 3,

6
perlakuan 5 kg pupuk kandang ayam dengan 10 mL pupuk hayati (P2B2)
menghasilkan pertambahan diameter batang terbesar yaitu 80,34 mm, sedangkan
perlakuan 2,5 kg pupuk kandang ayam dengan 0 mL pupuk hayati (P1B0)
menghasilkan pertambahan diameter batang terkecil yaitu 0,21 mm.

Jumlah Daun
Perlakuan pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata menurut
analisis ragam, namun pupuk hayati maupun interaksinya tidak. Perlakuan 5 kg
pupuk kandang ayam (P2) memperoleh hasil yang lebih unggul terhadap
pertambahan jumlah daun, dengan rata-rata 29,22 helai, berbeda nyata dengan dua
perlakuan lainnya yaitu 2,5 kg (P1) dan 0 kg (P0) seperti terlihat pada tabel 5
dengan uji lanjut BNJ 0,05.

Luas Daun
Dari hasil analisis ragam, tidak terdapat pengaruh dari perlakuan pupuk
kandang ayam, pupuk hayati maupun interaksinya. Berdasarkan gambar 4,

7
perlakuan 0 kg pupuk kandang ayam dengan 0 mL pupuk hayati (P0B0)
menghasilkan pertambahan luas daun terbesar yaitu 36,72 cm2, sedangkan
perlakuan 2,5 kg pupuk kandang ayam dengan 5 mL pupuk hayati (P1B1)
menghasilkan pertambahan luas daun terkecil yaitu 9,74 cm2.

LMA (Leaf Mass Area)


Dari hasil analisis ragam, tidak terdapat pengaruh dari perlakuan pupuk
kandang ayam, pupuk hayati maupun interaksinya. Berdasarkan gambar 5,
perlakuan 5 kg pupuk kandang ayam dengan 5 mL pupuk hayati (P2B1)
menghasilkan LMA terbesar yaitu 138,95 g.cm-2, sedangkan perlakuan 5 kg pupuk
kandang ayam dengan 10 mL pupuk hayati (P2B2) menghasilkan LMA terkecil
yaitu 102,23 g.cm-2.

Energi Cahaya Absorpsi


Dari hasil analisis ragam, tidak terdapat pengaruh dari perlakuan pupuk
kandang ayam, pupuk hayati maupun interaksinya. Berdasarkan gambar 6,
perlakuan 5 kg pupuk kandang ayam dengan 15 mL pupuk hayati (P2B3)
menghasilkan energi cahaya absorpsi terbesar yaitu 13,15%, sedangkan perlakuan

8
0 kg pupuk kandang ayam dengan 15 mL pupuk hayati (P0B3) menghasilkan
energi cahaya absorpsi terkecil yaitu 9,37%.

Energi Cahaya Refleksi


Dari hasil analisis ragam, tidak terdapat pengaruh dari perlakuan pupuk
kandang ayam, pupuk hayati maupun interaksinya. Berdasarkan gambar 7,
perlakuan 5 kg pupuk kandang ayam dengan 15 mL pupuk hayati (P2B3)
menghasilkan energi cahaya refleksi terbesar yaitu 28,38%, sedangkan perlakuan
0 kg pupuk kandang ayam dengan 10 mL pupuk hayati (P0B2) menghasilkan
energi cahaya refleksi terkecil yaitu 9,37%.

Energi Cahaya Transmisi


Dari hasil analisis ragam, tidak terdapat pengaruh dari perlakuan pupuk
kandang ayam, pupuk hayati maupun interaksinya. Berdasarkan gambar 8,
perlakuan 2,5 kg pupuk kandang ayam dengan 10 mL pupuk hayati (P1B2)
menghasilkan energi cahaya transmisi terbesar yaitu 27,26%, sedangkan
perlakuan 0 kg pupuk kandang ayam dengan 15 mL pupuk hayati (P0B3)
menghasilkan energi cahaya transmisi terkecil yaitu 16,19%.

9
Pembahasan
Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Ayam
Perlakuan pupuk kandang ayam pada parameter jumlah kandungan klorofil
a, b dan klorofil total menujukkan pengaruh sangat nyata. Banyaknya klorofil
yang dihasilkan pada daun merupakan salah satu faktor yang dipengaruhi oleh
kandungan nitrogen selama proses fotosintesis. Sejalan dengan Sidabutar et al.,
(2013) bahwa nitrogen diperlukan tanaman untuk menghasilkan protein serta
beberapa komponen lainnya untuk pembentukan sel, termasuk klorofil.
Parameter luas bukaan stomata dan kerapatan stomata tidak berpengaruh
nyata. Tanaman kakao merupakan tanaman C3 yang membutuhkan naungan
karena tidak dapat tumbuh dengan sinar matahari penuh. Tidak adanya naungan
pada penelitian ini dapat memperlambat pertumbuhan tanaman, salah satunya
dapat menyebabkan daun menjadi lebih kecil dan tebal. Menurut Sari (2012),
tanaman beradaptasi dengan ukuran daun yang lebih kecil karena suhu yang tinggi
menyebabkan kehilangan banyak air. Selain itu, Nasaruddin, et al., (2006)
menyatakan bahwa tanaman kakao muda yang diberi naungan pertumbuhannya
akan lebih unggul dibandingkan yang tidak mendapat naungan.
Tinggi tanaman pada tanaman kakao menunjukkan pengaruh yang sangat
nyata. Pemberian bahan organik yang mampu mempertahankan sifat-sifat tanah
serta berkontribusi dalam menyuplai hara dalam tanah seperti nitrogen, sehingga
dapat digunakan oleh tanaman untuk merangsang pertumbuhannya terutama pada
masa vegetatif. Hal ini didukung oleh Amir et al., (2017) bahwa penambahan
bahan organik ke dalam tanah memiliki dampak yang lebih besar dalam
meningkatkan sifat-sifat tanah, namun tetap memberikan kontribusi jangka

10
panjang terhadap penyediaan hara tanah.
Terdapat pengaruh yang sangat nyata oleh parameter jumlah daun. Hal ini
disebabkan bertambahnya buku dan ruas pada tanaman kakao yang juga akan
menambah jumlah daun pada batangnya seiring dengan pertumbuhan tanaman
yang semakin tinggi. Nasaruddin (2010) menambahkan bahwa karena semakin
banyak ruas dan buku, tanaman tumbuh lebih tinggi dan menghasilkan lebih
banyak daun.
Pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis yang lebih tinggi (hingga
batas optimum) dinilai paling efektif untuk pertumbuhan tanaman kakao,
dibuktikan pada parameter klorofil a, b dan kandungan klorofil total, tinggi
tanaman serta jumlah daun pada tanaman kakao (tabel 1-5). Selain mampu
memperbaiki sifat-sifat tanah, penambahan bahan organik yang lebih banyak, juga
dapat menambah suplai unsur hara bagi tanaman. Sesuai pendapat Ahmad et al.,
(2016) menyatakan bahwa karena kandungan hara yang diperlukan tanaman
dalam jumlah yang banyak, maka pertumbuhan tanaman akan lebih baik jika
pupuk yang diberikan pada tanaman lebih banyak.
Parameter diameter batang tidak berpengaruh nyata. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena adanya penyakit kanker batang yang disebabkan oleh infeksi
cendawan Phythotora palmivora. Faktor lingkungan mempengaruhi keberadaan
P. palmivora di lapangan seperti kelembaban dan suhu yang tinggi dapat
menyebabkan terhambatnya transportasi hara dan fotosintesis pada tanaman. Hal
ini didukung oleh Widyanta dan Puspita (2015), bahwa kanker batang adalah
penyakit kakao yang cukup serius karena menyebabkan penurunan tajam hasil dan
kualitas produksi serta merusak perekonomian. Serangan P. palmivora dapat
mengakibatkan penurunan 50% produksi kakao global.
Pada parameter jumlah radiasi absorpsi, refleksi dan transmisi tidak
berpengaruh nyata. Tanaman memanfaatkan radiasi yang diterimanya untuk
pertumbuhan, perkembangan dan produksi, sementara sebagian dari radiasi
tersebut dipantulkan kembali ke atmosfer dan hanya sebagian kecil lagi yang akan
ditransmisikan ke jaringan tanaman. Didukung oleh Nasaruddin dan Yunus (2012)
bahwa sinar matahari yang diterima oleh daun tanaman hanya sekitar 80-85% dan
sisanya 10-15% dipantulkan kembali ke atmosfer. Selain itu, radiasi matahari

11
yang dipancarkan dapat menyebabkan kejenuhan energi matahari. Tanaman C3
yang sangat membutuhkan naungan diawal pertumbuhannya, jika diberi
penyinaran melewati batas optimumnya akan menurunkan laju fotosintesis. Sesuai
pendapat Lukitasari (2010) bahwa tingginya intensitas cahaya matahari akan
meningkatkan laju fotosintesis sampai pada batas tertentu, yang dimana setelah itu
intensitas cahaya tidak akan diikuti lagi oleh meningkatnya laju fotosintesis
karena telah terjadi kejenuhan energi matahari.
Pengaruh Konsentrasi Pupuk Hayati
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada parameter yang dipengaruhi oleh
perlakuan pupuk hayati. Namun terlihat peningkatan yang lebih baik pada
perlakuan B2 (10 mL) yaitu pada parameter diameter batang, klorofil, kerapatan
stomata dan energi cahaya transmisi. Peningkatan lain terlihat pada perlakuan B3
(15 mL) yaitu pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, tingkat energi cahaya
absorpsi dan refleksi. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan yang kurang
mendukung, utamanya faktor intensitas cahaya yang dapat menyebabkan
penguapan pada pupuk hayati, sehingga tanaman tidak dapat memanfaatkan
pupuk secara maksimal. Sesuai pendapat Hasanah et al., (2013) bahwa pupuk
dapat hanyut, terbawa air, atau menguap dari tanah akibat dari air hujan, limpasan
permukaan dan sinar matahari.
Dugaan lain yang menyebabkan pupuk hayati tidak memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan tanaman kakao karena
mikroorganisme membutuhkan waktu lama untuk menambat unsur N 2 dan
melarutkan P dan K sehingga memperlambat pertumbuhan tanaman. Karena
pupuk hayati berperan dalam memperbaiki sifat tanah dalam waktu yang cukup
lama, penelitian Novizan (2005) mengungkapkan bahwa perkembangan tanaman
secara substansial kurang rentan terhadap penerapan pupuk ini.
KESIMPULAN DAN SARAN

Tidak terdapat interaksi antara perlakuan pupuk kandang ayam dengan


pupuk hayati. Perlakuan pupuk kandang ayam 5 kg (P2) pada tanaman kakao
memberikan pengaruh terbaik terhadap parameter jumlah kandungan klorofil a
(166,84 µmol.m-2) klorofil b (72,59 µmol.m-2) dan klorofil total (244,33 µmol.m-
2
), tinggi tanaman (12,75 cm) dan jumlah daun (29,22 helai). Perlakuan pupuk

12
hayati pada tanaman kakao tidak mempengaruhi semua parameter pengamatan.
Perlakuan pupuk kandang ayam 5 kg disarankan untuk diaplikasikan pada
tanaman kakao untuk perbaikan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman
kakao. Pemberian naungan juga sangat disarankan untuk mendukung
pertumbuhan tanaman yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, F. Fathurrahman dan Bahrudin. 2016. Pengaruh Media dan Interval


Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Vigor Cengkeh (Syzgum aromaticum L.).
Jurnal Mitra Sains 4 (4) : 36-47.

Amir, N. Heniyati H dan Ismail A.N. 2017. Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap
Pertumbuhan Beberapa Varietas Bibit Tanaman Tebu (Saccharum officinarum
L.) di Polybag. KLOROFIL 12 (2) : 68 – 72.

Arsana, M,W. M, Tufaila. H, Syaf. Tresjia C. Rakian. 2019. Hubungan Kesuburan


Tanah dengan Hasil Biji Kakao (Theobroma cacao L.) di Sulawesi Tenggara.
J. Berkala Penelitian Agronomi 7 (2) : 103 –109.

Asmawati. Erna H dan Fatimah. 2015. Pengaruh Pupuk Kandang (Kotoran Ayam)
Terhadap Pertumbuhan Sambung Pucuk Tanaman Kakao (Theobroma cacao
L.). Jurnal Agroplantae 4 (1) : 6-12.

Azri. 2015. Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Buah Tanaman


Kakao. Agros 17 (2) : 222-227.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2020. https://www.pertanian.go.id/home/?


show=page&act=view&id=61 Diakses pada 16 Desember 2021 pukul 20.00.

Hasanah, N. Mahdiannoor dan Nurul I. 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik


Guano terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun pada Lahan Rawa
Lebak. Rawa Sains: Jurnal Sains STIPER Amuntai 3(2) : 67-76.

Lukitasari, M. 2010. Ekologi Tumbuhan. Diktat Kuliah. Madiun: IKIP PGRI.

Mulyati. Silawibawa I.P. Ningsih L.S dan Aini K. 2019. Pengaruh Takaran dan
Frekuensi Pemberian Pupuk Bioekstrim Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah,
Pertumbuhan dan Hasil Kol Bunga (Brassica oleracea Var Botrytis L.). Jurnal
AGROTEK 6 (1) : 1-6.

Nasaruddin dan Yunus M. 2012. Nutrisi Tanaman. Makassar : Budidaya


Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.

Nasaruddin, Y. Musa dan M. A. Kuruseng. 2006. Aktivitas Beberapa Proses


Fisiologis Tanaman Kakao Muda di Lapang pada Berbagai Naungan Buatan.
Agrisistem 2 (1) : 26 – 33.

13
Nasaruddin. 2010. Budidaya dan Aspek Fisiologi Kakao (Theobrema cacao L.).
Jakarta : Yayasan Forest Indonesia.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Prasetyo, R. 2014. Pemanfaatan Berbagai Sumber Pupuk Kandang sebagai


Sumber N dalam Budidaya Cabai Merah (Capsicum annum L.) di Tanah
Berpasir. Planta Tropika Journal of Agro Science 2 (2) : 125-132.

Sagala, A.D., Sri U dan Abdul S.D. 2011. Respon Pertumbuhan Bibit Kakao
(Theobroma cacao L.) Dengan Pemberian Pupuk Hayati Bio-Extrim Pada
Berbagai Media Tanaman. Agrium 17 (1) : 7-11.

Sari, V.R. 2012. Variasi Morfologi Tanaman Kepel (Stelechocarpus Burahol


Hook. F dan Thomson) yang Tumbuh Pada Ketinggian Berbeda. Doctoral
dissertation. Universitas Airlangga.

Sidabutar, S.V. B. Siagian dan Meiriani. 2013. Respon pertumbuhan bibit kakao
terhadap pemberian abu janjang kelapa sawit dan pupuk urea pada media
pembibitan. Jurnal Online Agroteknologi 1 (4): 1343- 1351.

Widyanta, S dan Puspita, N. (2015). Aplikasi kapur dan urea serta pengaruhnya
terhadap perkembangan Phythophthora palmivora. Menara Perkebunan 31(1),
41–48.

14

You might also like