Praktikum 1 Minggu 8

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

Praktikum I

Laporan Mingguan

Ke-8

Nama : Fenesia Mayangsari

NPM : 1506685624

Nama Lembaga : Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 1

Alamat Lembaga : Jl. Tebet Barat Raya No.100 RT. 13/ RW. 07, Kota Jakarta Selatan

Telp; 021-8291582

Supervisor lembaga : Drs. Saebun, M. Si

Supervisor Sekolah : Sofyan Cholid, S.Sos., M. Kesos

Program Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia

2019
PENDAHULUAN

Minggu ini saya berencana untuk menanyakan lebih lanjut mengenai peran fungsional panti
yang ternyata dilaksanakan secara teamwork. Belum tersedianya pekerja sosial dan supervisor
menjadi hal yang lumrah karena para staf di PSRB merasa bahwa latar belakang mereka memang
dari STKS yang artinya sudah memiliki ilmu praktik pekerja sosial. Sehubungan dengan hal tersebut
saya mewawancarai beberapa staff tentang pandangan mereka mengenai fenomena ini. Adapun
saya harus menggali tentang masalah yang sudah saya tentukan untuk saya intervensi yaitu
calistung dan prosesnya serta fasilitasnya.

POKOK BAHASAN

Jumat, 12 April 2019

07.30 – 13.30 WIB

Seperti biasa sesuai jadwal, pada hari ini semua warga panti mengikuti senam pagi.
Senam berlangsung cukup lama karena senam tersebut terdiri atas beberapa tahap. Saat para WBS
sedang dijadwalkan kerja bakti, saya berinisiatif untuk mewawancarai Pak Sugeng yang merupakan
salah satu staff di Ruang Pembinaan divisi pengembangan. Di awal sesi perbincangan beliau
menanyakan apa tujuan saya mewawancarai beliau lalu untuk apa dicatat. Kemudian saya
menjelaskan bahwa ini untuk keperluan laporan mingguan ke supervisor sekolah, barulah beliau mau
melanjutkan perbincangan. Pak Sugeng menjelaskan bahwa pejabat fungsional pekerja sosial di
PSBR sebenarnya tidak ada karena sistem cara kerja mereka adalah teamwork. Namun meksi
begitu menurut beliau mereka semua sama dan memang pekerja sosial. Pekerja sosial di sini
diartikan sebagai pekerja yang bergerak di bidang sosial, jadi yang kenyataannya tidak ada profesi
yang menempati job sebagai pekerja sosial di PSBR (jabatan) namun peran pekerja sosial tetap
berjalan yaitu mulai dari melakukan assessment dan proses-proses lainnya. Satuan pelaksana
seperti pembimbing, staff, pekerja dapur, hingga OB memiliki pemahaman yang sejalan untuk
bekerja sama di PSBR. Maka dari itu di PSBR pekerjaaan-pekerjaan tidak pernah tersendat atau
benar-benar lumpuh akibat satu atau dua orang saja. Setiap yang mengalami hambatan atau
berhalangan maka pekerjaan tersebut bisa langsung diambil alih oleh yang lainnya tanpa
memandang dari divisi apa dan ruangan apa. Menurut Pak Sugeng, siklus pekerjaan di PSBR sudah
sangat baik. Gambaran lainnya yang diberikan yaitu, Bu Saadah yang juga berada dalam ruangan
yang sama, secara jabatan memiliki job desk mengolah data. Selain itu beliau juga turun lapangan
berperan sebagai pembimbing di lapangan seperti membimbing remaja PSBR untuk sholat tepat
waktu, tertib dalam jam makan bersama, baris berbaris, membina asrama, dan juga bisa
menggantikan pekerjaan rekan yang membutuhkan untuk diambil alih. Hal tersebut sudah dianggap
sebagai hal yang seharusnya dijalankan oleh setiap pekerja karena multitasking merupakan cara
kerja yang efisien menurut beliau. Tidak ada kekhususan melainkan yang ada adalah bekerjasama.
Pak Sugeng membagi ceritanya bahwa beliau juga pernah mengambil peran membantu masak di
dapur karena kala itu di dapur sedang kekurangan tenaga, tanpa canggung Pak Sugeng pun
menjalankan pekerjaan di dapur dengan asisten dapur.

Di dalam Ruang Pembinaan juga ada Pak Anton, beliau tepatnya bagian administrasi jadi
meja Pak Anton letaknya bersebelahan dengan Bu Saadah di bagian perencanaan keuangan unit
pembianaan. Ada juga Mas Sendy dan Pak Agung yang duduknya diseberang depan meja Bu
Saadah dan Pak Anton. Mas Sendy mendapatkan tugas sebagai penyambut WBS baru dan
memberikan penjelasan serta pembinaan ketertiban terhadap mereka selama menjalani proses
adaptasi di ruang penyesuaian (isolasi). Baerkaitan dengan pembinaan, Pak Sugeng memiliki posisi
meja kerja yang besebelahan dengan Mas Sendy dan beliau memiliki tugas pembinaan di bidang
keagamaan.

Berkaitan dengan bagaimana prosedur rekruitment pekerja di PSBR, Panti menunggu


perintah dari dinas untuk seseorang ditugaskan ke panti ketika dirasa panti kekurangan sumber
tenaga. Jika ada pekerja yang pamit mengundurkan diri, kebanyakan pekerja yang menggantikan
atau mengisi posisi tersebut merupakan seseorang yang memiliki link dengan warga panti (orang
dalam). Berikutnya membahas mengenai lembaga yang bekerja sama dengan panti yaitu ADRF,
yang mana itu merupakan pihak pelaksana lembaga bantuan Korea. Pelopor utamanya bernama
Koika, Koika lembaga Korea yang memberikan bantuan ke Indonesia sedangkan ADRF ia bekerja
berdasarkan kontrak yang telah disepakati.

Sebelum kegiatan shalat jumat, saya menyempatkan diri untuk datang ke ruangan unit
pelayanan untuk menemui Bu Indah. Setelah berbincang singkat karena beliau akan segera
menghadiri rapat, maka beliau meminta kepada saya dan juga enzel untuk untuk melaporkan apa
saja informasi – informasi penting yang kami peroleh selama berinteraksi dengan WBS, lalu untuk
lebih detailnya Bu Indah meminta kami mengirimkan list atau point ke email beliau . Dalam sesi yang
terbolang singkat tersebut, Bu Indah menjelaskan sedikit bahwa WBS tidak selalu terbuka kepada
pembimbing saat sesi assessment, dan cenderung untuk lebih percaya kepada mahasiswa –
mahasiswa yang sedang praktikum untuk mau berbagi cerita.jadi dari para mahasiswa biasanya
pekerja mendapatkan gambaran dan informasi lebih untuk bagaimana pengambilan tindakan yang
tepat bagi WBS tersebut.

Kemudian setelah selesai dari Ruangan Pelayanan, saya mengobrol – ngobrol santai
dengan Selly, Amanda dan Nia. Mereka kebetulan sedang ditugaskan untuk kerja bakti di ruangan
yang sama. Saya dan Enzel ingin melakukan assessment dan menggali ketiganya. Awalnya cukup
sulit untuk mereka bisa jujur sehingga harus dipancing terlebih dahulu dengan seolah-olah kami
memiliki pangalaman kelam di masa lalu. Setelah itu barulah mereka mau terbuka dan jujur. Dari situ
banyak sekali kabar informasi yang mengejutkan. Kenyataannya belia-belia berumur 14 tahun ini
sudah pernah melakukan hubungan diluar nikah dengan beberapa mantan pacarnya sejak usia 12
tahun. Selain itu mereka juga telah melakukan berbagai kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh
orang dewasa. Selain itu ketiganya juga mengaku bahwa mereka merokok dan mabuk (minum
minuma beralkohol), namun kecuali Amanda ia tidak menggunakan obat-obatan terlarang atau
narkoba. Selly mengaku kecanduan bahkan ia juga memiliki tanaman kecubung di halaman
rumahnya untuk dihisap sewaktu-waktu dengan cara menggerusnya kemudian dilinting dan dibakar.
Selly mengaku sejauh ini ia sudah tidak ketagihan narkoba lagi hanya saja ia ketagihan merokok dan
ingin nanti saat libur lebaran ia berencana ingin merokok sepuasnya sebagai obat kecanduannya. Ia
merasa tersiksa di PSBR tidak memiliki kesempatan untuk merokok. Berbeda dengan Nia, Nia
mengenal narkoba dari tawaran teman sebayanya. Meski ayahnya juga berperan sebagai pengedar
narkoba namun Nia mendapatkan obat-obatan terlarang tersebut dari teman mainnya. Nia dan Selly
kerap juga menyalahgunakan obat yang dibeli diapotek seperti misalnya obat komix, mereka
mengonsumsi langsung 8 bungkus untuk mendapatkan sensasi memabukkan, dan banyak lagi jenis
oba lainnya yang digunakan secara overdosis. Berbeda lagi dengan masalah minum minuman
beralkohol, mereka bertiga sama-sama mengenal jenis-jenis efek minuman keras berdasarkan
takaran alkoholnya. Di akhir sesi, sempat saya bertanya untuk tujuan apa mereka melakukan hal-hal
beresiko tersebut. Mereka menjawab dengan polosnya bahwa semua hal itu dilakukan demi untuk
mencari kebahagiaan hidup ditengah susahnya merasakan hidup.

Sabtu, 13 April 2019

07.30 – 15.00 WIB

Hari ini situasi PSBR terbilang sepi karena saya masuk di hari Sabtu untuk menggantikan
ketidakhadiran saya di hari sebelumnya. Jadi hari ini hanya ada remaja PSBR dan beberapa staff
yang berjaga piket. Mereka adalah Mas Sendy, Pak Sugeng, dan Mas Ambar. Terkejutnya adalah
hari ini saya mendapat kabar bahwa Naomi memilih kabur pada saat outbond hari Selasa di Gunung
Mas Bogor. Kondisinya saat itu sedang malam hari dan diluar daerah yang dikenal oleh N aomi.
Sebenarnya kejadian tersebut tidak dapat menyalahkan siapapun. Namun seorang WBS laki – laki
hampir “digampar” oleh mas Sendy berdasarkan keterangan dari WBS lain karena remaja laki-laki
tersebut yang bertugas menjaga Naomi.

Pada kesempatan kali ini, yang ingin saya tulis disini adalah hal yang relevan dengan
rencana intervensi yang akan saya buat. Saat berdiskusi dengan Bu Saadah kemarin, Beliau
meminta saran atau masukan dari saya untuk bagaimana kegiatan belajar mengajar calistung dapat
disponsori., mungkin bekerjasama dengan CSR. Namun menurut saya CSR tidak akan mampu
memenuhi seperti apa yang diharapkan oleh PSBR karena CSR bersifat tidak dalam jangka waktu
yang panjang. Seperti misalnya yang pernah saya baca yaitu CSR dari Indosat ooredo yang
mengadakan kegiatan calistung dan kegiatan belajar bersama lainnya yang mana dalam satu hari
penuh perusahaan memerintahkan para pegawainya untuk menjadi sukarelawan sebagai pengajar
dan fasilitator serta rela meninggalkan satu hari pekerjaannya di kantor untuk melaksanakan program
CSR mereka. Dari situ saya mengambil inti sari bahwa mungkinyang bisa melakukan kerjasama
dengan PSBR adalah lembaga yang sifatnya kontrak seperi ADRF atau mungkin komunitas yang
bisa menjalankan peran sebagai fasilitator dan pengajar calistung di PSBR agar kegiatan tersebut di
panti tidak menimbulkan peran ganda terhadap pekerja dan mengalami kekurangan tenaga. Untuk
lebih lanjut, akan saya perdalam lagi mengenai hambatan dan sumber yang dibutuhkan oleh panti
agar saya mendapatkan rencana intervensi yang bisa dikatakan tepat.
Hari ini sebelum saya pulang, saya sempat menemui seorang WBS baru yang masih tinggal
di ruang penyesuaian. Ia bernama Fajrin. Fajrin merupakan seorang anak broken home yang
terjaring ketika sedang bermain di jalanan pada malam hari. Ia terjaring Bersama dengan dua orang
teman laki – lakinya yang juga sama-sama sedang menjalagi masa adaptasi. Fajrin terlihat sangat
sedih dan rapuh namun ia cukup kesulitan untuk mengungkapkannya jadi Fajrin hanya bisa
menangis. Enzel menawarkan Fajrin lembar kertas yang tujuannya untuk Fajrin menuliskan
ungkapan hatinya agar bisa merasa lebih lega. Tidak hanya itu, saya dan Enzel juga berusaha
membantu Fajrin untuk bisa menghubungi keluarganya terutama Ayahnya. Yang mana Ayahnya ini
merupakan sosok yang sangat diharap-harapkan kedatangannya oleh Fajrin. Kami mencoba
menghubungi ayahnya melalui facebook namun gagal karena username yang tidak sesuai.

PENUTUP

Pada akhirnya saya mulai merumuskan langkah apa yang bisa saya ambil untuk
rencana intervensi saya yang kiranya tepat dan dapat berguna bagi panti ini dalam meningkatkan
kualitas pelayanannya. Di PSBR banyak potensi – potensi yang kurang dikembangkan dan memang
masih kurangnya inovasi dari pihak PSBR Dalam meningkatkan kualitas. Sebab hal tersebut snagat
berkaitan dengan keberfungsian seorang anak yang sesungguhnya bukan hanya bagaiamana ia bisa
memperoleh skill untuk bekal bekerja lalu mampu memenuhi kebutuhannya, melainkan penyaluran
hobi, bakat, dan penambahan wawasan merupakan hal yang tidak boleh dikesampingkan karena itu
merupakan dasar utama dalam membangun kerangka pikir yang lebih baik untuk kedepannya bagi
remaja tersebut.

You might also like