Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Journal of Tropical Upland Resources Diterima:

Vol. XXX, No. XXX, September 2019 Direvisi:


On-line:

1
Fahrulsyah : Analisis Nilai Tambah Minyak Bunga Kopi Robusta di Provinsi Lampung

Analisis Nilai Tambah Minyak Bunga Kopi Robusta Di


Provinsi Lampung

Fahrulsyah(1)*, Tanto Pratondo Utomo, Erdi Suroso, Subeki, Sri


Hidayati
(1)
Afiliasi 1: Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar
Lampung, 35141
*
email korespondensi: fahrulsyah.ipb27@gmail.com, tanto.utomo@fp.unila.ac.id,
erdisuroso@gmail.com, bekisubeki@yahoo.com, srihidayati.unila@gmail.com.

Abstrak. Robusta coffee flower is quite abundant in Lampung Province marked by the number of
coffee plantations in the Lampung region. Coffee flowers that contain oil / aromatic components are
alternatives to the use of coffee plants in addition to harvesting their seeds and are an alternative
solution for processing coffee plants. This study aims to analyze the potential added value of coffee
flowers to be processed aromatic components (coffee flower oil). The method used to process data
is quantitative descriptive analysis. Quantitative descriptive analysis was used to determine the
potential value added of coffee flower-based oil products in Lampung province. Hayami method is
used to find out the value added of coffee flower oil products. Based on organoleptic tests, the
aroma that most closely resembles natural coffee flowers is oil extracted by the hydrosol method
where the raw material for coffee flowers is taken / harvested in the phase before pollination and a
yield of 16.1% is obtained. The added value of coffee flower oil processing (hydrosol method) with 1
kg of raw material is Rp. 4,930,000 and got a ratio value of 16.43%. The added value of Robusta
coffee oil extraction in Lampung province falls into the medium category (15% - 40%). The profit
obtained from one time production of coffee flowers into coffee flower oil is Rp 4,390,000 with a
profit rate of 89%.

Keywords: Coffee Flower, Lampung, Robusta, Value Added

Abstract. Bunga kopi robusta cukup melimpah di Provinsi Lampung ditandai dengan banyaknya
perkebunan kopi di wilayah Lampung. Bunga kopi yang mengandung minyak/ komponen aromatik
menjadi alternatif pemanfaatan tanaman kopi selain dipanen biji nya dan menjadi alternatif solusi
untuk pengolahan tanaman kopi. Penelitian ini bertujuan analisis potensi nilai tambah bunga kopi
untuk diolah komponen aromatiknya (minyak bunga kopi). Metode yang dipakai untuk mengolah
data adalah dengan analisis secara deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan
untuk mengetahui besarnya potensi nilai tambah produk minyak berbasis bunga kopi yang ada di
provinsi Lampung. Untuk mengetahui besarnya nilai tambah dari produk minyak bunga kopi
digunakan metode Hayami. Berdasarkan uji organoleptik, aroma yang paling menyerupai bunga
kopi alami adalah minyak yang diekstraksi dengan metode hydrosol dimana bahan baku bunga
kopi yang diambil/ dipanen pada fase sebelum penyerbukan dan didapatkan rendemen sebesar
16,1 %. Nilai tambah dari pengolahan minyak bunga kopi (metode hydrosol) dengan bahan baku
sebanyak 1 kg sebesar Rp. 4.930.000 dan didapatkan nilai rasio sebesar 16,43 %. Nilai tambah
ekstraksi minyak bunga kopi robusta di provinsi Lampung masuk ke dalam kategori sedang (15 % -
40%). Keuntungan yang diperoleh satu kali produksi bunga kopi menjadi minyak bunga kopi adalah
Rp 4.390.000 dengan tingkat keuntungan sebesar 89 %.

Kata Kunci: Bunga Kopi, Lampung, Nilai Tambah, Robusta

PENDAHULUAN wilayah Lampung. Propinsi Lampung


memiliki luas perkebunan kopi pada tahun
Ketersediaan bunga kopi yang cukup 2017 mencapai 173.630 Ha, dengan
melimpah di Provinsi Lampung ditandai produksi kopi mencapai 131.501 ton per
dengan banyaknya perkebunan kopi di tahun [1].

2
Fahrulsyah : Analisis Nilai Tambah Minyak Bunga Kopi Robusta di Provinsi Lampung

Wilayah Lampung memiliki potensi kajian nilai tambah dan potensi miyak atsiri
yang besar untuk mengembangkan minyak berbasis bunga kopi.
berbasis bunga terutama bunga kopi yang
sampai saat ini belum dimanfatkan secara BAHAN DAN METODE
maksimal. Perkebunan kopi yang cukup
luas sesuai untuk pengembangan tanaman Tempat dan Waktu Penelitian
penghasil minyak atsiri/ komponen
aromatik terutama tanaman kopi, baik Penelitian akan dilaksanakan pada
dilihat dari potensi tanah maupun iklimnya bulan Agustus 2019 bertempat di
serta permintaan yang cukup tinggi di Laboratorium Mutu dan Pengujian Hasil
provinsi Lampung. Pertanian) Program Studi Magister
Bunga kopi memiliki aroma/ Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
wewangian menyerupai melati (Jasmine) Pertanian, Universitas Lampung.
yang mengandung minyak/ komponen
Alat dan Bahan
aromatik. Hal ini menjadi alternatif
pemanfaatan tanaman kopi selain dipanen Alat yang akan digunakan dalam
biji nya dan alternatif solusi untuk penelitian ini antara lain: mesin evaporasi,
pengolahan tanaman kopi [2]. Komponen spektrofotometer, gelas ukur, tabung
aromatik/ minyak yang terkandung dalam erlenmeyer, lembar kuisioner, alat tulis,
bunga kopi dapat di ekstrak menggunakan seperangkat computer dengan program
beberapa metode seperti metode hydrosol, Ms.Exel. Bahan yang digunakan dalam
enflurasi dan maserasi (pelarut). penelitian ini antara lain data primer dan
Bunga kopi yang dilakukan data sekunder terkait dengan analisis yang
pengambilan kandungan/ komponen dilakukan.
aromatiknya memiliki keuntungan yang
lebih, misalnya untuk meningkatkan Metode Penelitian
pendapatan petani kopi dan antisipasi
terhadap fluktuasi harga kopi maka Metode penelitian yang akan
diupayakan untuk meningkatkan nilai digunakan adalah dengan melakukan
tambah dari tanaman kopi dengan analisis nilai tambah produk berbasis bunga
memanfaatkan bunga kopinya. Selain itu, kopi di Provinsi Lampung. Penelitian ini
penjualan bunga kopi dalam bentuk minyak dilakukan dengan menggunakan metode
dapat digunakan dalam berbagai aspek terstruktur sebagai metode pengambilan
kehidupan. keputusan dan nilai tambah produk berbasis
Belum banyaknya industri yang bunga kopi.
mengelola kandungan minyak bunga kopi Jenis data yang digunakan antara
menjadikan potensi usaha yang cukup lain data primer dan data sekunder. Data
menjanjikan selain itu juga minat masyarkat primer merupakan hasil observsi
Lampung terhadap wewangian (aromatik) (laboratorium) dan data sekunder diperoleh
cukup baik. Potensi keanekaragaman dari studi pustaka dan data dari lembaga-
tanaman kopi sebagai penghasil minyak lembaga terkait.
atsiri terutama berbasis bunga berpeluang
sangat besar menjadikan provinsi Lampung Pelaksanaan Penelitian
untuk mengembangkan jenis minyak atsiri
baru, khususnya membangun suatu industri Penelitian ini menggunakan bahan
minyak atsiri berbasis bunga baku bunga kopi (sebelum dan setelah
[2]Berdasarkan hal tersebut maka perlu penyerbukan) dengan tiga ulangan. Data

2
Journal of Tropical Upland Resources Diterima:
Vol. XXX, No. XXX, September 2019 Direvisi:
On-line:

dilakukan dengan analisis deskriptif. Dalam bunga kopi dimasukkan kedalam labu ukur
penelitian ini ada tiga proses ekstraksi, direndam kedalam larutan etanol dan
setelah didapatkan rendemen minyak dari ditutup dengan aluminium foil disimpan
masing-masing ekstraksi maka dipilih satu kedalam lemari pendingin. Perendaman
metode yang menghasilkan aroma minyak dilakukan selama 24 jam . Setelah
yang paling baik. perendaman bunga kopi dan n-Heksan
dipisahkan, setelah dipisahkan larutan n-
a. Proses ekstraksi dengan cara hidrosol Heksan tersebut diekstraksi kedalam rotary
(hydrodisfusion) evaporation dengan suhu 40°C selama
30menit.
Menimbang bunga kopi sebanyak 50
gram kemudian bunga kopi dimasukkan Pengumpulan Data
kedalam labu ukur, setelah itu labu ukur
dipasang pada alat ekstraksi yaitu rotary Pengumpulan data yang akan
evaporation,ekstraksi dilakukan pada suhu diperlukan dalam penelitian ini dilakukan
40°C selama 30menit. melalui beberapa cara yaitu observasi
(laboratorium), wawancara, dan studi
b. Proses ekstraksi dengan enflurasi pustaka. Observasi yang dilakukan untuk
melihat secara langsung obyek yang akan
Menimbang bunga kopi sebanyak 150 diteliti berupa produk minyak berbasis
gram dibagi menjadi 3 masing masing 50 bunga kopi. Pihak-pihak yang
gram dan mentega putih 300 gram. diwawancarai terutama adalah para pakar
Kemudian mentega putih ditaruh diatas yang ahli dibidang aromatik (wewangian)
Loyang diratakan. Bunga kopi sebanyak yang berbasis bunga, guna memperoleh
150 gram diletakkan diatas Loyang yang data primer maka akan diambil bentuk
berisi metega putih selanjutnya Loyang wawancara tidak terstruktur dengan
ditutup dengan aluminium foilselama 24 pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga
jam. Setelah 24ditambahkan lagi 25 gram memberikan keleluasaan bagi responden
sampai 24 jam yg terakir. untuk memberi pandangan secara bebas dan
Setelah perendaman selama 3x24 jam memungkinkan peneliti untuk mengajukan
kemudian memisahkan mentega dengan pertanyaan secara mendalam.
bunga kopi secara manual dengan pinset. Studi pustaka akan dilakukan dengan
Jika sudah terpisah mentega putih direndam melakukan pencarian sumber-sumber
kedalam n-Heksan sebanyak 200 ml terkait dengan penelitian berupa karya
ditutup kembali dengan aluminium foil dan ilmiah, jurnal, artikel, surat kabar, buku,
perendaman dilakukan selama 24 jam. dan internet.
Setelah perendaman kemudian larutan
n-Heksan dan mentega dipisahkan kembali Analisis Data
dengan kertas saring. Larutan hasil
penyaringan kemudian di ekstraksi ke Metode yang dipakai untuk mengolah
dalam rotary evaporation dengan suhu 40°C data adalah dengan analisis secaradeskriptif
selama 30 menit. kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif
digunakan untuk mengetahui besarnya
c. Proses ekstraksi dengan menggunakan potensi nilai tambah produk minyak
Maserasi (pelarut) berbasis bunga kopi yang ada di provinsi
Lampung. Untuk mengetahui besarnya nilai
Bunga kopi ditimbang sebanyak 50 tambah dari produk minyak atsiri bunga
gram dan n-Heksan 200 ml kemudian

3
Fahrulsyah : Analisis Nilai Tambah Minyak Bunga Kopi Robusta di Provinsi Lampung

kopi digunakan metode Hayami seperti menguap merupakan suatu metode


pada Tabel 1. ekstraksi yang menggunakan pelarut
menguap untuk memisahkan minyak dari
jaringan tumbuhan. Pelarut yang biasa
Tabel 1. Metode Hayami Analisis Nilai digunakan dalam metode adalah n-heksan
Tambah [5].
Rendemen dihitung dari berat minyak
No Uraian Rumus awal yaitu berat ekstrak dibagi berat bahan
dikalikan 100 persen. Rendemen ekstaksi
1 Volume Input bunga kopi =a bunga kopi yang dipanen pada fase
2 Output =b sebelum penyerbukan dapat dilihat pada
3 Input tenaga kerja =c Tabel 2.
4 Harga minyak bunga kopi =d
Tabel 2. Rendemen bunga kopi fase
5 Upah rata-rata tenaga kerja =e sebelum penyerbukan.
6 Harga bunga kopi =f No Metode Hasil Rende Rata-
7 Biaya diluar bahan =g ekstra men rata
ksi (%) (%)
8 baku Faktor konversi b/a=i
(gram)
9 Koefisien tenaga kerja c/a = j 1 Hidrosol-1 8.75 17.50
10 Nilai produksi ixd=k 2 Hidrosol-2 6.87 13.74 16.10
11 Nilai tambah k – f – h= l
3 Hidrosol-3 8.54 17.08
12 Imbalan tenaga kerja jxe=m
4 Maserasi-1 6.83 13.66
13 Keuntungan l–m=n 5 Maserasi-2 5.86 11.72 13.28
6 Maserasi-3 7.23 14.46
Sumber :Hayami, et all [7] 7 Enflurasi-1 11.45 22.90

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Enflurasi-2 10.44 20.88 21.17


9 Enflurasi-3 9.87 19.74
Rendemen Bunga Kopi

Bahan baku bunga kopi yang Setelah data terkumpul pada Tabel 1,
ditimbang pada setiap metode ekstraksi dapat dilihat ketiga metode tersebut
sebesar 50 gr. Rendemen minyak bunga dilakukan dengan tiga kali ulangan dan
kopi diperoleh dari hasil ekstraksi memiliki nilai rendemen yang berbeda-
menggunakan tiga metode, yaitu metode beda.Perbedaan nilai dan rata-rata dari
Hydrosol, Enflurasi dan Maserasi. masing-masing metode dapat dilihat pada
Metode Hydrosol yaitu proses menggunakan gambar 1 dan gambar 2.
penyulingan uap bahan tumbuhan yang
menghasilkan essential oil . Metode
enfleurasi memanfaatkan lemak sebagai
media untuk mengadsorpsi aroma wangi
yang dihasilkan oleh jenis bunga tertentu
misalnya melati, sedap malam dan mawar.
Metode maserasi/ ekstraksi pelarut

4
Journal of Tropical Upland Resources Diterima:
Vol. XXX, No. XXX, September 2019 Direvisi:
On-line:

14 yaitu ekstraksi dengan metode Enflurasi


11.45
12 10.449.87 yaitu sebesar 10,58 gr (21,17%), metode
10 8.75 8.54 Hydrosol mendapatkan ekstrak 8,05 gr
7.23
Hasil Ekstraksi (gr)

8 6.87 6.83
5.86 (16,1 %) dan paling rendah ekstraksi
6
4 dengan metode maserasi yaitu sebesar 6,64
2 gr (13,28 %).
0 Rendemen ekstaksi bunga kopi yang
dipanen pada fase setelah penyerbukan
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rendemen Bunga Kopi Setelah


Metode Ekstraksi penyerbukan.
Gambar 1. diagram rendemen bunga kopi No Metode Hasil Rende Rata-
pada fase sebelum Ekstra men rata
penyerbukan. ksi (%) (%)
(gram)
1 Hidrosol-1 6.05 12.10
25 2 Hidrosol-2 6.32 12.64 12.09
21.17 3 Hidrosol-3 5.82 11.63
4 Maserasi-1 6.27 12.54
20
16.1 5 Maserasi-2 6.74 13.48 12.91
Rata-rata rendemen (%)

6 Maserasi-3 6.35 12.70


15 13.28
7 Enflurasi-1 8.76 17.52
8 Enflurasi-2 7.88 15.76 16.11
10 9 Enflurasi-3 7.53 15.06

5 Ketiga metode ekstraksi dilakukan


dengan tiga kali ulangan dan memiliki nilai
0 rendemen yang berbeda-beda sama halnya
Hidrosol Maserasi Enflurasi dengan ekstraksi pada fase sebelum
Metode Ektraksi
penyerbukan. Perbedaan nilai dan rata-rata
dari masing-masing metode dapat dilihat di
Gambar 2. Rata-rata rendemen bunga kopi diagram bunga kopi pada fase setelah
pada fase sebelum penyerbukan pada gambar 3 dan gambar 4.
penyerbukan.

Rata-rata rendemen minyak bunga kopi


yang dipanen pada fase sebelum
penyerbukan yang diekstrak dengan
metode hidrosol diperoleh rendemen rata-
rata 16,10%, metode maserasi diperoleh
rendemen rata-rata sebesar 13,28% dan
metode enflurasi diperoleh rendemen rata-
rata sebesar 21,17%. Pada fase sebelum
penyerbukan ini metode yang memiliki
rendemen minyak bunga kopi paling tinggi

5
Fahrulsyah : Analisis Nilai Tambah Minyak Bunga Kopi Robusta di Provinsi Lampung

10 metode yang memiliki rendemen minyak


8.76
9 bunga kopi paling tinggi yaitu ekstraksi
7.887.53
8 6.74 dengan metode Enflurasi yaitu sebesar 8,05
7 6.056.325.826.27 6.35
gr (16,11%).
Hasil Ekstraksi (gr)

6
5 Metode enflurasi menghasilkan
4 rendemen yang paling tinggi pada fase
3 sebelum ataupun sesudah penyerbukan
2
1 bunga kopi. Proses enfleurasi menghasilkan
0 minyak dengan rendemen lebih banyak dan
minyak yang dihasilkan lebih wangi
dibandingkan dengan ekstraksi pelarut
menguap [3]. Atas dasar alasan tersebut
maka diperlukan penelitian dengan
Metode Ekstraksi membandingkan metode ekstraksi dengan
enfleurasi yang mengunakan mentega serta
Gambar 3. Diagram rendemen bunga kopi metode ekstraksi dengan pelarut menguap
pada fase sebelum penyerbukan. untuk mendapatkan suatu teknik yang
efisien dalam pengambilan minyak melati
18
[5].
16.11 Rendemen minyak bunga kopi yang
16
12.91 hasilkan lebih banyak diperoleh pada fase
14 12.09 bunga sebelum mengalami penyerbukan hal
Rata-rata rendemen (%)

12
ini dikarenakan kondisi kelopak bunga yang
10
mekar dengan sempurna, bunga masih
8
terlihat putih segar belum teroksidasi dan
6 aroma bunga kopi yang masih wangi.
4
2 Organoleptik Aroma
0
Hidrosol Maserasi Enflurasi Responden uji organoleptik aroma
ekstrak bunga kopi adalah para petani kopi
Metode Ekstraksi yang sudah biasa mencium aroma bunga
kopi alami. Responden sebanyak 5 orang.
Gambar 4. Rata-rata rendemen bunga kopi Skor hasil uji organoleptik terhadap minyak
pada fase sebelum penyerbukan. bunga kopi pada fase sebelum penyerbukan
dan setelah penyerbukan dapat dilihat pada
Minyak bunga kopi yang dipanen pada tabel 4 dan tabel 5.
fase setelah penyerbukan yang diekstrak
dengan metode hidrosol diperoleh Tabel 4. Hasil uji organoleptik terhadap
rendemen rata-rata sebesar 12,09%, minyak bunga kopi fase sebelum
metode maserasi diperoleh rendemen rata- penyerbukan
rata sebesar 12,91% dan metode enflurasi
diperoleh rendemen rata-rata sebesar
16,11%. Pada fase setelah penyerbukan ini

6
Journal of Tropical Upland Resources Diterima:
Vol. XXX, No. XXX, September 2019 Direvisi:
On-line:

No Metod Juml Rata- Sko Keterangan


Kriteria penilaian:
e ah rata r
1. Sangat Tidak Meyerupai.
1 Hidros 23 4.6 5 Sangat
2. Tidak Menyerupai
ol 1 menyerupai
3. Sedikit Menyerupai
2 Hidros 23 4.6 5 Sangat
4. Menyerupai
ol 2 menyerupai
5. Sangat Menyerupai.
3 Hidros 23 4.6 5 Sangat
Berdasarkan uji organoleptik aroma
ol 3 menyerupai
ekstrak minyak bunga kopi , aroma yang
4 Maser 12 2.4 2 Tidak
asi 1 Menyerupai
paling menyerupai bunga kopi yaitu
minyak yang diekstrak dengan metode
5 Maser 12 2.4 2 Tidak
asi 2 Menyerupai
hydrosol pada fase bunga sebelum
penyerbukan dengan rata-rata penilaian
6 Maser 12 2.4 2 Tidak
asi 3 Menyerupai
dari lima responden sebesar 4,6. Aroma
7 Enflur 18 3.6 4 Menyerupai
minyak bunga kopi yang diekstrak dengan
asi 1
metode enflurasi pada fase bunga sebelum
8 Enflur 18 3.6 4 Menyerupai
penyerbukan masih menyerupai aroma
asi 2
bunga kopi dengan rata-rata penilaian
9 Enflur 18 3.6 4 Menyerupai
sebesar 3,6 sedangkan minyak bunga kopi
asi 3 yang dikestrak dengan metode maserasi
tidak menyerupai aroma bunga kopi.
Aroma yang dihasilkan metode
Tabel 5. Hasil uji organoleptik terhadap
hydrosol atau pelarut menguap lebih
minyak bunga kopi fase sebelum menyengat dan dihasilkan bau yang lebih
penyerbukan mirip dengan bunga kopi dibandingkan
No Meto Jum Rata Sk Keterangan
or dengan aroma yang dihasilkan dari metode
de lah -
enfleurasi. Hal ini disebabkan karena pada
Rata
metode enfleurasi menggunakan adsorben
1 Hidro 12 2.4 2 Tidak
lemak sebagai media penyerap minyak,
sol 1 Menyerupai
sedangkan pada metode ekstraksi dengan
2 Hidro 12 2.4 2 Tidak
pelarut menguap terjadi kontak secara
sol 2 Menyerupai
langsung antara bahan baku dengan solvent
3 Hidro 12 2.4 2 Tidak
[5].
sol 3 Menyerupai
4 Maser 6 1.2 1 Sangat Tidak
Analisis Keuntungan Biji Kopi Kering
asi 1 Menyerupai
5 Maser 6 1.2 1 Sangat Tidak Komponen hasil untuk tanaman kopi
asi 2 Menyerupai adalah :
6 Maser 6 1.2 1 Sangat Tidak a. Jumlah tanaman per hektar (2000)
asi 3 Menyerupai b. Jumlah cabang produktif per tanaman
7 Enflur 10 2 2 Tidak (30)
asi 1 Menyerupai c. Jumlah dompolan per cabang produktif
8 Enflur 10 2 2 Tidak (5)
asi 2 Menyerupai d. Jumlah Buah per dompolan (20)
9 Enflur 10 2 2 Tidak e. Indeks biji (120/100 g)
asi 3 Menyerupai f. Rendemen buah (20%) untuk Robusta
dan 18% untuk Arabika.

7
Fahrulsyah : Analisis Nilai Tambah Minyak Bunga Kopi Robusta di Provinsi Lampung

Jika 1 hektar tanaman kopi dalam satu agar tidak mengganggu buah/cherry kopi
kali panen rata-rata memiliki 30 cabang yang akan tumbuh nantinya.
produktif dengan jumlah dompolan per Nilai keuntungan biji kopi kering
cabang 5 dan rata-rata buah kopi/dompolan asalan ini akan dibandingkan dengan nilai
mencapai 20 buah, indeks biji 120 /100 keuntungan ataupun nilai tambah dari
gram serta rendemen kopi 20%, maka minyak bunga kopi. Apabila nilai
produksi kopi kering/ha/panen adalah keuntungan/ nilai tambah minyak bunga
sebagai berikut: kopi lebih besar dari pada nilai keuntungan
=2000 x30 x 5 x 20 x 120/100 x 20% = produksi biji kopi kering maka dapat
1.440 kg biji kopi kering [11] . menjadi suatu alternatif untuk
Harga biji kopi kering asalan di pengembangan pengolahan tanaman kopi di
Lampung saat ini (Juli 2019) turun dari provinsi Lampung.
Rp23.000/kg menjadi Rp19.000/kg [9].
Untuk satu kali panen dengan luasan Analisis Nilai Tambah Bunga Kopi
wilayah 1 hektar tanaman kopi akan
mendapatkan keuntungan sebesar Rp. Nilai tambah didefinisikan sebagai
27.360.000,- (1.440 kg x Rp. 19.000) pertambahan nilai suatu komoditi karena
sedangkan jika harga mencapai Rp. 23.000/ adanya input fungsional yang diberlakukan
kg maka petani akan mendapatkan pada komoditi yang bersangkutan. Input
keuntungan sebesar Rp. 33.120.000,-. fungsional tersebut dapat berupa proses
Pada penelitian ini, aroma yang paling perubahan bentuk (form utility),
menyerupai bunga kopi alami yang akan pemindahan tempat (place utility), maupun
dihitung analisis nilai tambah ataupun proses penyimpanan (time utility) [4]
keuntungannya. berdasarkan data uji Bunga kopi memiliki aroma dan wangi
organoleptik, minyak yang diekstraksi yang menyerupai dengan bunga melati oleh
menggunakan metode hydrosol dengan sebab itu ekstrak minyak bunga kopi cukup
bahan baku bunga kopi yang diambil/ potensial untuk dikembang kan mengingat
dipanen pada fase sebelum penyerbukan aroma dan ekstrak bunga melati cukup
adalah ekstrak yang memiliki komponen mahal di pasaran.
aromatik paling menyerupai aroma bunga Harga minyak atsiri melati dipasar
kopi alami (rendemen sebesar 16,1 %). internasional tergolong tinggi yakni sekitar
bunga kopi memiliki aroma ketika belum 6.000 US $ per liter [6]. Minyak bunga
mengalami penyerbukan dan menandakan melati mempunyai prospek yang cerah.
bahwa bunga kopi memiliki minyak atsiri Baik melati putih maupun melati gambir
yang cukup potensial apabila dimanfaatkan dapat menghasilkan minyak dengan wangi
[2]. yang khas dan telah populer di bursa
Pemanenan bunga kopi sebelum fase produk wewangian. Harganya pun cukup
penyerbukan akan dapat menhilangkan nilai mencengangkan, sekitar US$ 5.000 per liter
ekonomi dari biji kopi yang akan [12].
diproduksi untuk kopi asalan atapun bubuk Kegunaan tanaman melati selain
kopi karena pemetikan bunga kopi pada sebagai bunga penghias juga banyak
fase ini (sebelum penyerbukan) akan digunakan dalam berbagai macam industri
mempengaruhi perkembangan bakal buah di Indonesia, diantaranya industri teh,
kopi dan dapat menyebabkan bakal biji pewangi, cat, tinta, pestisida dan lain – lain.
tidak akan tumbuh oleh sebab itu proses Selain itu kandungan minyak atsiri dalam
panen atau pemetikan bunga kopi juga bunga melati merupakan komoditi yang
harus dilakukan secara hati-hati dan lembut dapat dikategorikan komoditi eksklusif,

8
Journal of Tropical Upland Resources Diterima:
Vol. XXX, No. XXX, September 2019 Direvisi:
On-line:

karena menurut data yang ada, 1 liter robusta di provinsi Lampung masuk ke
bunga melati dapat mencapai harga dalam kategori sedang (15 % - 40%).
30.000.000 rupiah [10]. Suatu komoditas pertanian dapat
Harga ekstrak minyak bunga kopi dikategorikan sebagai agroindustri bernilai
diasumsikan hampir sama dengan ekstrak tambah tinggi, sedang dan rendah. Kriteria
bunga melati. Analisis nilai tambah minyak penentuannya, yaitu :
bunga kopi per proses dapat dilihat pada 1) < 15 % : Nilai tambah rendah
tabel 6. 2) 15 % - 14 % : Nilai tambah sedang
3) > 40 % : Nilai tambah tinggi [7].
Tabel 6. Analisis nilai tambah minyak Imbalan/ upah tenaga kerja langsung
bunga kopi untuk setiap pengolahan satu kali produksi
No Uraian Nilai bunga kopi menjadi minyak bunga kopi
1. Input bunga kopi (kg) = 1 yakni sebesar Rp 135.000. Imbalan tenaga
2. Output (kg) = 0,161
kerja ini merupakan pendapatan yang
diterima oleh tenaga kerja dari setiap
Output (liter) = 0,163
pengolahan satu kali produksi.
3. Input tenaga kerja (orang) = 4
Keuntungan yang diperoleh untuk satu
4. Harga Output/ Minyak
kali produksi bunga kopi menjadi minyak
Bunga Kopi (Rp/L) =Rp.30.000.000
bunga kopi adalah Rp 4.350.000 dengan
5. Upah rata-rata tenaga = Rp. 135.000
tingkat keuntungan (keuntungan dibagi
kerja
nilai tambah) yaitu sebesar 89 %. Apabila
6. Harga bunga kopi (Rp/Kg) = Rp. 125.000
tingkat keuntungan yang diperoleh (dalam
7. Biaya diluar bahan baku = Rp.75.000
persen) tinggi, maka agroindustri tersebut
(Rp/Kg)
lebih berperan dalam meningkatkan
8. Faktor konfersi = 0,171 pertumbuhan ekonomi. Apabila rasio
9. Koefisien tenaga kerja =4 imbalan tenaga kerja terhadap nilai tambah
(HOK/Proses)
(dalam persen) tinggi, maka agroindustri
10. Nilai Output (Rp) =Rp. 5.130.000 yang demikian lebih berperan dalam
11. Nilai tambah (Rp) = Rp. 4.890.000 memberikan pendapatan bagi pekerjanya,
12 Imbalan tenaga kerja = Rp. 540.000 sehingga lebih berperan dalam mengatasi
13 Keuntungan = Rp. 4.350.000 masalah pengangguran melalui pemerataan
kesempatan kerja [8].
Nilai tambah dari pengolahan satu kali Potensi minyak bunga kopi dalam
produksi bunga kopi untuk menghasilkan luasan satu heltar (Ha) tanaman kopi, yaitu:
produk minyak bunga kopi adalah sebesar a. Jumlah tanaman kopi per hektar rata-rata
Rp. 4.890.000. Nilai tambah ini diperoleh sekitar 2000 pohon
dari pengurangan nilai harga minyak bunga b. Satu tanaman kopi rata-rata
kopi dan harga bunga kopi/bahan baku menghasilkan 150 gr bunga kopi
serta biaya diluar bahan baku. Rasio nilai c. Nilai tambah minyak bunga kopi sebesar
tambah dari minyak bunga kopi didapatkan Rp. 4.760.000/ kg.
dari perbandingan antara besar nya nilai Maka potensi nilai tambah minyak
tambah dengan harga output minyak bunga bunga kopi dalam satu hektar (Ha) luasan
kopi (nilai tambah dibagi harga output) wilayah tanaman kopi adalah sebagai
didapatkan nilai rasio sebesar 16,3 %. berikut: 2000 x 0,15 x 4.760.000 = Rp.
Berdasarkan rasio nilai tambahnya jika 1.428.000.000. Untuk potensi produksi
di hubungkan dengan teori Hubeis, maka minyak bunga kopi dengan luasan wilayah
nilai tambah ekstraksi minyak bunga kopi 1 hektar tanaman kopi akan mendapatkan

9
Fahrulsyah : Analisis Nilai Tambah Minyak Bunga Kopi Robusta di Provinsi Lampung

keuntungan nilai tambah sebesar Rp. Diterjemahkan oleh R.S. Ketaren dan
1.428.000.000,-. Nilai keuntungan tersebut R. Mulyono. Jakarta, UI Press.
cukup tinggi jika dibandingkan dengan [4] Hardjanto, W. 1991. Sistem Komoditi
penjualan biji kopi asalan yang hanya Dalam Agribisnis. LP3UK IPB. Bogor.
mendapatkan keuntungan sebesar Rp. [5] Nazma Sabrina Sani, Rofiah
33.120.000,-. Racchmawati , Mahfud. 2012.
Pengambilan Minyak Atsiri dari Melati
KESIMPULAN dengan Metode Enfleurasi dan
Ekstraksi Pelarut Menguap. Jurusan
Berdasarkan uji organoleptik, aroma Teknik Kimia, Fakultas Teknologi
yang paling menyerupai bunga kopi alami Industri, Institut Teknologi Sepuluh
adalah minyak yang diekstraksi dengan Nopember. Surabaya.
metode hydrosol dimana bahan baku bunga [6] Purba, ESL., 2000. Wangi melati
kopi yang diambil/ dipanen pada fase membawa hoki. Komoditas, nomor 17
sebelum penyerbukan dan didapatkan (11). hal 52 – 53.
rendemen sebesar 16,1 %. [7] Sulaksana, J. 2015. Analisis Nilai
Nilai tambah dari pengolahan minyak Tambah Usaha Penyulingan Daun
bunga kopi (metode hydrosol) dengan Cengkeh (Suatu Kasus di Desa
bahan baku sebanyak 1 kg sebesar Rp. Sukasari Kidul Kecamatan Argapura
4.890.000 dan didapatkan nilai rasio Kabupaten Majalengka). Jurnal
sebesar 16,3 %. Nilai tambah ekstraksi Agrobisnis Pertanian Universitas
minyak bunga kopi robusta di provinsi Majalengka.
Lampung masuk ke dalam kategori sedang [8] Uswatun Hasanah, Mayshuri, Djuwari.
(15 % - 40%). Keuntungan yang diperoleh 2015. Analisis Nilai Tambah
satu kali produksi bunga kopi menjadi Agroindustri Sale Pisang di Kabupaten
minyak bunga kopi adalah Rp 4.350.000 Kebumen. Fakultas Pertanian
dengan tingkat keuntungan sebesar 89 %. Universitas Gadjah Mada.
[9]https://bengkulu.antaranews.com/berita/
DAFTAR PUSTAKA 72921/harga-biji-kopi-lampung-turun-
jadi-rp18-ribu-kilogram
[1] [BPS Provinsi Lampung] Badan Pusat
[10]https://ano.web.id/minyak-atsiri-
Statistik Provinsi Lampung. 2017.
absolute-melati
Lampung Dalam Angka. BPS Provinsi
[11] http.ilangalang.com
Lampung. Bandar Lampung.
[12]https://minyakatsiriindonesia.wordpress
[2] Fajrin, N. 2017. Kajian Pengembangan
.com/atsiri-melati/artikel-minyak-
Minyak Atsiri Berbasis Bunga Di
melati/
Provinsi Lampung. Skripsi Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian. Universitas
Lampung
[3] Guenther. 1987. Minyak Atsiri.

10

You might also like