Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p.

420-433
© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

JTRESDA
Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/

Studi Penilaian Kinerja dan Angka Kebutuhan


Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) Sungai
Bajak di Kota Semarang
Faishal Dary1*, Moh. Sholichin1, Tri Budi Prayogo1
1
Departemen Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Jalan MT Haryono No. 167, Malang, 65145, INDONESIA

*Korespondensi Email : faishaldary98@gmail.com

Abstract: The decrease in the function of river and river infrastructure has an impact
on reducing the function of fulfilling water and controlling the destructive power of
water. Maintenance project is needed in maintaining the river and river
infrastructure. The purpose of this study is to obtain the value of performance
assessment and AKNOP of river and river infrastructure at the research site by
identifying and analyzing the level of damage and calculating the costs of AKNOP in
accordance with the SE Guidelines of Dirjen SDA No. 5/2016. The results of this
study showed that the average performance of the Bajak River in Semarang City is
55.02% with corrective maintenance recommendations. There is a section on the
right and the left side of the Bajak river that receive recommendations for
rehabilitative maintenance, namely the km1+800 - km1+900 section, and there are 4
left river sections that receive preventive maintenance recommendations, namely the
km0+000 - km0+400 section, while the rests of the river section are recommended
with corrective maintenance. Maintenance is prioritized for sections that receive
recommendations for rehabilitative, then preventive, and corrective maintenance.
The total value of AKNOP for the Bajak River in Semarang City is
Rp. 2,716,600,000.00.

Keywords: Performance Assessment, AKNOP, River, River Infrastructure, Priority

Abstrak: Menurunnya fungsi sungai dan prasarana sungai berdampak pada


berkurangnya fungsi pemenuhan air dan pengendalian daya rusak air. Kegiatan
pemeliharaan diperlukan dalam mempertahankan sungai dan prasarana sungai. Studi
ini bertujuan untuk memperoleh hasil nilai kinerja dan AKNOP sungai dan prasarana
sungai di lokasi penelitian dengan identifikasi dan analisis tingkat kerusakan serta
perhitungan biaya AKNOP sesuai dengan yang tertuang dalam Pedoman SE Dirjen
SDA No. 5/2016. Hasil studi menunjukkan bahwa penilaian kinerja Sungai Bajak di
Kota Semarang rata-ratanya adalah 55,02% dengan rekomendasi pemeliharaan
korektif. Satu ruas sungai bagian kanan dan kiri yang mendapatkan rekomendasi
pemeliharaan rehabilitatif yaitu pada ruas km1+800 - km1+900, serta 4 ruas sungai
bagian kiri dengan pemeliharaan preventif pada ruas km0+000 - km0+400, dan
sisanya dengan rekomendasi pemeliharaan korektif. Penanganan dipriotitaskan
terhadap ruas yang mendapatkan rekomendasi pemeliharaan rehabilitatif, lalu

*Penulis korespendensi: faishaldary98@gmail.com


Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433

preventif, serta korektif. Total Nilai AKNOP (Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan) untuk Sungai Bajak di Kota Semarang adalah sebesar
Rp. 2.716.600.000,00.

Kata kunci: Penilaian Kinerja, AKNOP Sungai, Prasarana Sungai, Prioritas

1. Pendahuluan
Kebutuhan manusia akan air bertambah seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Pemerintah
telah menyadari pentingnya sungai yang vital bagi kehidupan manusia, oleh karena itu sungai harus
dilindungi dan dijaga. Dengan merumuskan peraturan perundang-undangan tentang perlindungan
sungai, pemerintah telah melakukan upaya- upaya untuk melindungi sungai. Masyarakat juga harus
diajarkan untuk menjaga dan melestarikan sungai yang ada disekitar lingkungan dan dimanapun juga.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menjaga keberadaan sungai dan prasarananya agar
tidak rusak dan berfungsi dengan baik. Namun saat ini telah banyak perubahan yang terjadi di sungai
ini, hal ini dikarenakan manusia telah membuka lahan baru dalam kegiatan ekonomi yang berdampak
pada kondisi sungai yang rusak. Apabila kondisi secara fisik dan fungsi sungai menurun, maka dapat
menyebabkan banjir. Banjir merupakan suatu kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam saluran
pembuang (palung sungai) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang, sehingga meluap
menggenangi daerah (dataran banjir) sekitarnya [1].
Sungai Bajak yang berada di jantung Kota Semarang yang kondisi fisik dan fungsi sungainya sudah
mulai menurun, dengan kondisi terjadinya banjir, plengsengan yang sudaah rusak, pelanggaran
sempadan disekitar sungai dan lain-lain. Sungai Bajak merupakan salah satu sungai yang terhubung ke
Banjir Kanal Timur Kota Semarang. Pemeliharaan terhadap sungai dan prasarana sungai sangat
diperlukan dalam mempertahankan fungsi sungai dan prasarana sungai agar tetap terjaga dan
mengurangi biaya dalam melakukan perbaikan sungai dan prasarana sungai. Dalam merencanakan
pemeliharaan harus didukung dengan data yang akurat dan benar supaya pemeliharaan yang dilakukan
tepat sasaran. Data mengenai kondisi fisik prasarana sungai dan kondisi sungai sangat diperlukan dalam
merencanakan kegiatan pemeliharaan. Dengan mengetahui kondisi fisik prasarana sungai dan kondisi
fisik sungai akan dapat ditentukan skala prioritas dalam melakukan pemeliharaan prasarana sungai dan
sungai, sehingga fungsi layanan prasarana sungai dan sungai tetap terjaga. Studi terdahulu seputar
penilaian kinerja dan AKNOP sungai dan prasarana sungai banyak dilakukan seperti [2], [3], [4], dan
[5]. Maka dari itu, kinerja fisik dan fungsi sungai sangat penting dalam menjaga lingkungan agar dapat
memenuhi kebutuhan manusia, pengelolaan DAS, serta melestarikan fungsi lingkungan sekitar.
Dari alasan diatas, dapat dijabarkan bahwa perlu adanya studi mengenai penilaian kinerja dan
AKNOP Sungai Bajak di Kota Semarang. Tujuannya adalah agar mengetahui kinerja sungai dan
prasarananya, mengetahui skala prioritas penanganan, serta memperoleh biaya AKNOP yang
dibutuhkan dalam operasi dan pemeliharaan sungai kedepannya. Dengan metode dasar penilaian kinerja
dan perhitungan AKNOP sesuai dengan Pedoman SE nomor 5 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sungai serta Pemeliharaan Sungai, menghasilkan
penanganan pemeliharaan ruas sungai yang dibutuhkan tiap 100 meter beserta dengan skala
prioritasnya, serta total biaya yang dibutuhkan dalam operasi dan pemeliharaan sungai dan prasarana
sungai.
2. Metode
2.1 Lokasi Studi
Sungai Bajak berasal dari drainase yang masuk dari Wilayah Kecamatan Pedurungan mengalir
sepanjang ± 4 km hingga masuk ke sungai Kanal Banjir Timur di daerah Lamper lor. Sub DAS Bajak
mencakup wilayah sebesar 5,81 km2 atau 58.094,038 Ha seperti Gambar 1 dibawah.

421
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433

Gambar 1: Peta Batas DAS Sungai Bajak


DAS Kanal Banjir Timur di Kota Semarang merupakan salah satu dari beberapa DAS di Wilayah
Sungai Jratunseluna yang merupakan wilayah bagian dari Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana.
Sedangkan sub DAS Sungai Bajak terletak pada DAS Kanal Banjir Timur di Kota Semarang. Sub DAS
Sungai Bajak dikelilingi oleh beberapa Daerah Aliran Sungai, diantaranya adalah DAS Sungai Candi
pada bagian barat, DAS Sungai Kanal Banjir Timur Hulu pada bagian utara-timur, serta DAS Sungai
Kedungmundu pada bagian timur- selatan. Berikut merupakan skema Sungai Bajak.
B

U
S

T
Sungai Kedung Mundu

Skala 1 : 100
0 30.0 60.0 90.0 120.0 150.0
Sungai Bajak

Sungai Candi

Ordo Sungai Bajak


LAUT JAWA

KANAL BANJIR TIMUR


BENDUNG PUCANG GADING

Sungai Tenggang

HMP Hal :
HIMPUNAN MAHASISWA PENGAIRAN Tugas :
FAKULTAS TEKNIK
No :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FA

AW
KU
LTA

IBR

Lembar :
UN
S

TEKNIK

JUDUL GAMBAR SKALA DISETUJUI


Tanggal :

Peta Skema Sungai Bajak


Catatan :

Direncana : Faishal Dary Nugroho


Diperiksa :

Dosen Pembimbing:

Dosen Penguji:

Gambar 2: Peta Skema Sungai Bajak


2.2 Data Hidrologi
Dalam menghitung analisis hidrologi Sungai Bajak di Kota Semarang, beberapa tahap analisis
dilakukan untuk mendapat hasil akhir Debit Banjir Sungai Bajak. Lalu data debit di simulasi

422
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433

menggunakan aplikasi Hec-Ras untuk mengetahui terjadi nya banjir di beberapa titik Sungai Bajak.
Berikut ini merupakan lokasi pos pencatatan hujan di sekitar Sungai Bajak.

Gambar 3: Peta Stasiun Hujan DAS Bajak


Berdasarkan gambar diatas, Pos Stasiun Hujan yang termasuk kedalam DAS Sungai Bajak
adalah statiun hujan Kalisari, Simongan, dan Pucanggading.
2.3 Metode
Data inventarisasi langsung kondisi fisik dan fungsi dari Sungai Bajak dan data pengukuran
memanjang dan melintang sungai akan digunakan untuk mengisi formulir penilaian kinerja sungai dan
prasarana sungai sesuai dengan pedoman [7]. Penilaian kinerja menghasilkan penanganan sesuai
dengan kriteria pemeliharaan tiap ruas. Lalu hasil penanganan akan di analisis untuk perhitungan
AKNOP sungai sesuai dengan pedoman [7]. Untuk membuktikan bahwa terjadinya banjir di ruas
Sungai Bajak, maka dibutuhkan analisis menggunakan aplikasi Hec-ras dengan input data pengukuran
memanjang dan melintang sungai serta data debit banjir rancangan Q2-Q100 serta Q Fullbank Capacity.
Q Fullbank Capacity dihitung dengan cara rata-rata bagian hulu, tengah dan hilir sungai yang
menggunakan persamaan berikut:
𝐴
𝑅= Pers. 1
𝑃
dengan:
R = Jari-jari Hidrolis (m)
A = Luas Penampang (m2)
P = Keliling Penampang Basah (m)
Lalu dilanjutkan dengan mencari kecepatan aliran dengan rumus:
1 2 1
𝑉= 𝑥 𝑅3 𝑥 𝐼2 Pers. 2
𝑛

423
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433

dengan:
V = Kecepatan Aliran (m/det)
n = Koefisien Kekasaran Manning (0,02)
R = Jari-jari Hidrolis (m)
I = Kemiringan Saluran
Selanjutnya, menghitung debit Fullbank Capacity dengan persamaan:

𝑄 =𝐴𝑥𝑉 Pers. 3
dengan:
Q = Debit (m3/det)
A = Luas Penampang (m2)
V = Kecepatan Aliran (m/det)
2.3.1 Penilaian Kinerja
Langkah-langkah pelaksanaan penilaian kinerja Kondisi fisik dan fungsi sungai dan prasarana
sungai menurut pedoman [7] meliputi :
1. Pengumpulan Data Lapangan
2. Pengolahan Data
3. Hasil Pengolahan
Data di input sesuai hasil pengamatan di lapangan terhadap kondisi fisik dan fungsi sungai dan
prasarana sungai lalu di analisis sesuai dengan tabel dibawah.
Tabel 1: Evaluasi Aspek Penilaian Kondisi Fisik dan Fungsi Sungai dan Prasarana Sungai
Penilaian Kondisi Fisik

50 40 25 10

Resiko Sangat
Resiko Kecil = Resiko Sedang Resiko Besar =
Kecil = Kondisi
Kondisi Fisik = Kondisi Fisik Kondisi Fisik
Fisik Sangat
Baik Cukup Baik Jelek
Baik

10

Resiko Besar = 60 50 35 20
Kondisi Fungsi
Jelek

25
Kondisi Funsgi

Resiko Sedang 75 65 50 35
= Kondisi
Fungsi Cukup
Baik

40

Resiko Kecil = 90 80 65 50
Kondisi Fungsi
Baik

50

Resiko Sangat 100 90 75 60


Kecil = Kondisi
Fisik Sangat
Baik

424
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433

Setelah mengetahui hasil penilaian dari penentuan kondisi sungai secara fisik dan fungsi, dapat
diamati evaluasi pemeliharaan hasil pemeriksaan kondisi bangunan sesuai tabel berikut:
Tabel 2: Kriteria Penentuan Rekomendasi Pemeliharaan Berdasarkan Hasil Penilaian
>90 Tidak Ada Resiko + Kinerja Baik = Pemeliharaan Rutin

70-90 Resiko Rendah + Kinerja Baik = Pemeliharaan Preventif

50-70 Resiko Sedang + Kinerja Cukup = Pemeliharaan Korektif

<50 Resiko Tinggi + Kinerja Buruk = Pemeliharaan Rehabilitatif

2.3.2 Perhitungan AKNOP Sungai


Diantara data-data yang diperlukan untuk penyusunan AKNOP sungai sesuai (Surat Edaran Dirjen
Sumber Daya Air No. 05/SE/D/2016) adalah sebagai berikut:
1. Hasil Inventarisasi kondisi fisik dan fungsi sungai dan prasarana sungai
2. Hasil Penilaian Kinerja kondisi fisik dan fungsi sungai dan prasarana sungai
3. Analisa Harga Satuan Upah dan Bahan Kota Semarang
4. Bill off Quantity (BOQ) untuk kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Sungai dan Prasarana
Sungai di lokasi studi
5. Hasil Perhitungan Biaya komponen untuk Operasi dan Pemilharaan pada Sungai dan
Prasarana Sungai di lokasi studi.
Data-data yang terkumpul di atas dikumpulkan melalui pengumpulan data sekunder dan primer di
lokasi studi. Selanjutnya menganalisis kebutuhan upah dan bahan hasil rekomendasi penanganan yang
dimasukkan ke dalam tabel Analisis Harga Satuan. Kemudian data di input ke dalam lingkup kegiatan
operasi dan pemeliharaan yaitu:
1. Kegiatan Operasi Prasarana Sungai (OPS)
2. Kegiatan Pemeliharaan Sungai (PSU)
3. Kegiatan Pemeliharaan Prasarana Sungai (PPS)
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Analisis Hidrologi
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penentuan banjir dari data hujan untuk daerah aliran sungai
adalah sebagai berikut:

• Membuat analisis hubungan antara curah hujan dan debit banjir yang tercatat.
• Membuat analisis frekuensi curah hujan harian maksimum tahunan.
• Dari kedua analisis di atas ditentukan besarnya banjir untuk beberapa kala ulang tertentu.
Berikut ini merupakan hasil perhitungan Debit Banjir Rancangan berdasarkan metode HSS Sintetik
Nakayasu, Snyder, dan Gamma I yang diambil dari data konsultan CV. Tirta Adinugroho.

425
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433

Tabel 3: Hasil Analisis Debit Banjir Rancangan Sungai Bajak

Nakayasu Snyder Gamma I


Kala ulang 3 3
(m /detik) (m /detik) (m3/detik)
2 4,053 6,759 7,128
5 4,941 8,240 8,690
10 5,513 9,193 9,694
25 6,119 10,204 10,761
50 6,562 10,943 11,540
100 6,987 11,651 12,287
200 7,410 12,358 13,032
1000 11,676 16,041 19,623
QPMF 42,132 70,261 74,094

Dari hasil rekap perhitungan banjir rancangan sungai bajak sesuai pada Tabel 3, maka data yang
digunakan sebagai debit banjir rancangan adalah Metode Gamma I, karena data memiliki angka paling
maksimum untuk faktor keamanan. Setelah itu menghitung debit Fullbank Capacity sesuai cara pada
sub Bab 2.3, didapatkan QFullbank Capacity sebesar 6,213 m3/det. Jika dibandingkan dengan Debit
Banjir Rancangan, maka Debit Full Bank Capacity ini lebih kecil dari Debit Banjir Rancangan dengan
kala ulang 2 tahun.
Untuk mengetahui ruas Sungai Bajak yang terjadi banjir, maka dilakukan analisis simulasi debit
banjir rancangan menggunakan aplikasi Hec-Ras. Berikut ini merupakan hasil simulasi aplikasi Hec-
Ras Sungai Bajak berdasarkan Data Debit Banjir Rancangan metode Gamma I.

• Dengan simulasi debit Q 2th sebesar 7,128 m3/det di peroleh bahwa ada ruas Sungai Bajak
yang mengalami banjir yaitu Patok BM.2 s.d Patok P.38.
• Dengan simulasi debit Q 5th sebesar 8,690 m3/det di peroleh bahwa ada ruas Sungai Bajak
yang mengalami banjir yaitu Patok BM.2 s.d Patok P.38.
• Dengan simulasi debit Q 10th sebesar 9,694 m3/det di peroleh bahwa ada ruas Sungai Bajak
yang mengalami banjir yaitu Patok BM.2 s.d Patok P.38.
• Dengan simulasi debit Q 25th sebesar 10,761 m 3/det di peroleh bahwa ada ruas Sungai
Bajak yang mengalami banjir yaitu Patok BM.2 s.d Patok P.38.
• Dengan simulasi debit Q 50th sebesar 11,540 m 3/det di peroleh bahwa ada ruas Sungai
Bajak yang mengalami banjir yaitu Patok BM.2 s.d Patok P.38.
• Dengan simulasi Q Fullbank Capacity sebesar 6,213 m3/det di peroleh bahwa ada ruas
Sungai Bajak yang mengalami banjir yaitu di Patok 1+800.
Jadi, Sungai Bajak dengan debit Q 2th hingga Q 50th mengalami banjir di ruas Patok BM.2 sampai
dengan Patok P.38, serta dengan Q Fullbank Capacity, ruas Sungai Bajak yang mengalami banjir yaitu
di Patok 1+800. Maka dari itu untuk menanggulangi banjir di Sungai Bajak, maka diperlukan studi
kinerja serta perhitungan angka kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan (AKNOP) Sungai Bajak
agar dapat menentukan output ruas sungai bajak dan prasarananya yang perlu dilakukan operasi dan
pemeliharaan.
3.2 Analisis Penilaian Kinerja dan Skala Prioritas Penanganan
Data yang diperoleh dari survei lapangan diolah dengan mengisi blangko atau formulir penilaian
kondisi fisik pada komponen sungai dan prasarana Sungai Bajak. Indikator peilaian sungai yang
ditentukan oleh Pedoman OP Prasarana Sungai serta Pemeliharaan Sungai, Ditjen SDA tahun 2016
terdapat enam (6) komponen, yaitu:

426
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433

• Jalan Akses,
• Kondisi Rumput atau Semak,
• Marka atau Portal Tanggul,
• Tanggul,
• Banjir,
• Sampah.
Pada masing-masing kompoen yang dinilai memiliki keriteria elemen indikator penilaian yang dinilai
dengan bobot masing-masing. Dari hasil pengisian blangko tersebut akan menghasilkan nilai
rekapitulasi penilaian kondisi fisik singai dan prasarana Sungai Bajak.
Setelah dilakukan perhitungan analisis penilaian hasil kinerja sungai dan prasarana sungai Bajak
sepanjang 3,7 km yang dinilai tiap ruas 100m, didapatkan hasil rekomendasi tiap ruas sungai bedasarkan
penilaian yang telah dilakukan di lapangan. Kemudian dilakukan penaganan berdasarkan hasil
rekomendasi tersebut. Hasil rekomendasi diurutkan berdasarkan skala prioritas, yaitu dimana nilai hasil
penilaian kondisi sungai dan prasarana sungai diurutkan dari yang nilai kinerja nya buruk ke baik.
Berikut Rekapitulasi hasil penilaian kinerja dan skala prioritas penanganan Sungai Bajak.
Tabel 4: Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja dan Skala Piroritas Tiap Ruas Bagian Kiri Sungai Bajak
Penilaian Kondisi
No Kode Patok Jarak (m) Kondisi Rekomendasi
Fisik Fungsi Total

1 km.1+800 - km.1+900 100,00 Tidak Bertanggul 36,52 5,00 41,52 Rehabilitatif

1 km.3+000 - km.3+100 100,00 Tidak Bertanggul 26,90 23,25 50,15 Korektif

2 km.2+200 - km.2+300 100,00 Tidak Bertanggul 36,20 14,00 50,20 Korektif

3 km.2+300 - km.2+400 100,00 Tidak Bertanggul 26,10 24,25 50,35 Korektif

4 km.1+500 - km.1+600 100,00 Tidak Bertanggul 26,46 24,00 50,46 Korektif

5 km.1+400 - km.1+500 100,00 Tidak Bertanggul 23,47 27,00 50,47 Korektif

6 km.1+300 - km.1+400 100,00 Tidak Bertanggul 23,04 27,50 50,54 Korektif

7 km.2+400 - km.2+500 100,00 Tidak Bertanggul 35,83 15,00 50,83 Korektif

8 km.0+500 - km.0+600 100,00 Tidak Bertanggul 46,88 4,00 50,88 Korektif

9 km.0+800 - km.0+900 100,00 Tidak Bertanggul 45,20 5,75 50,95 Korektif

10 km.3+100 - km.3+200 100,00 Tidak Bertanggul 28,16 23,00 51,16 Korektif

11 km.3+200 - km.3+300 100,00 Tidak Bertanggul 35,46 15,75 51,21 Korektif

12 km.1+100 - km.1+200 100,00 Tidak Bertanggul 45,72 6,00 51,72 Korektif

13 km.0+400 - km.0+500 100,00 Tidak Bertanggul 47,97 3,75 51,72 Korektif

14 km.3+300 - km.3+400 100,00 Tidak Bertanggul 36,00 15,75 51,75 Korektif

15 km.0+600 - km.0+700 100,00 Tidak Bertanggul 47,06 5,00 52,06 Korektif

16 km.2+500 - km.2+600 100,00 Tidak Bertanggul 37,91 14,25 52,16 Korektif

17 km.0+700 - km.0+800 100,00 Tidak Bertanggul 47,21 5,00 52,21 Korektif

18 km.2+700 - km.2+800 100,00 Tidak Bertanggul 38,00 15,00 53,00 Korektif

19 km.2+000 - km.2+100 100,00 Tidak Bertanggul 31,92 21,25 53,17 Korektif

20 km.1+000 - km.1+100 100,00 Tidak Bertanggul 47,74 5,50 53,24 Korektif

21 km.0+900 - km.1+000 100,00 Tidak Bertanggul 47,18 6,25 53,43 Korektif

22 km.1+700 - km.1+800 100,00 Tidak Bertanggul 30,80 22,75 53,55 Korektif

427
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433

Penilaian Kondisi
No Kode Patok Jarak (m) Kondisi Rekomendasi
Fisik Fungsi Total

23 km.2+800 - km.2+900 100,00 Tidak Bertanggul 30,98 23,25 54,23 Korektif

24 km.3+400 - km.3+500 100,00 Tidak Bertanggul 38,52 15,75 54,27 Korektif

25 km.3+500 - km.3+600 100,00 Tidak Bertanggul 38,52 15,75 54,27 Korektif

26 km.3+600 - km.3+700 100,00 Tidak Bertanggul 38,52 15,75 54,27 Korektif

27 km.2+600 - km.2+700 100,00 Tidak Bertanggul 32,79 22,25 55,04 Korektif

28 km.2+100 - km.2+200 100,00 Tidak Bertanggul 41,20 14,50 55,70 Korektif

29 km.2+900 - km.3+000 100,00 Tidak Bertanggul 33,35 23,25 56,60 Korektif

30 km.1+900 - km.2+000 100,00 Tidak Bertanggul 36,01 21,75 57,76 Korektif

31 km.1+200 - km.1+300 100,00 Tidak Bertanggul 18,12 46,00 64,12 Korektif

32 km.1+600 - km.1+700 100,00 Tidak Bertanggul 23,71 45,00 68,71 Korektif

1 km.0+000 - km.0+100 100,00 Tidak Bertanggul 45,52 24,50 70,02 Preventif

2 km.0+100 - km.0+200 100,00 Tidak Bertanggul 46,05 24,00 70,05 Preventif

3 km.0+300 - km.0+400 100,00 Tidak Bertanggul 45,51 25,00 70,51 Preventif

4 km.0+200 - km.0+300 100,00 Tidak Bertanggul 45,86 25,00 70,86 Preventif

Rata-rata 36,82 18,13 54,95

Tabel 5: Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja dan Skala Piroritas Tiap Ruas Bagian Kanan Sungai Bajak
Penilaian Kondisi
Jarak
No Kode Patok Kondisi Rekomendasi
(m)
Fisik Fungsi Total

1 km.1+800 - km.1+900 100,00 Tidak Bertanggul 36,52 5,50 42,02 Rehabilitatif

1 km.2+300 - km.2+400 100,00 Tidak Bertanggul 26,10 24,00 50,10 Korektif

2 km.1+600 - km.1+700 100,00 Tidak Bertanggul 35,39 15,00 50,39 Korektif

3 km.2+400 - km.2+500 100,00 Tidak Bertanggul 35,83 15,00 50,83 Korektif

4 km.1+400 - km.1+500 100,00 Tidak Bertanggul 29,37 21,50 50,87 Korektif

5 km.1+000 - km.1+100 100,00 Tidak Bertanggul 45,67 5,50 51,17 Korektif

6 km.0+900 - km.1+000 100,00 Tidak Bertanggul 47,18 4,25 51,43 Korektif

7 km.1+700 - km.1+800 100,00 Tidak Bertanggul 37,20 14,50 51,70 Korektif

8 km.2+200 - km.2+300 100,00 Tidak Bertanggul 36,20 15,50 51,70 Korektif

9 km.3+000 - km.3+100 100,00 Tidak Bertanggul 37,16 14,75 51,91 Korektif

10 km.3+100 - km.3+200 100,00 Tidak Bertanggul 37,16 14,75 51,91 Korektif

11 km.0+700 - km.0+800 100,00 Tidak Bertanggul 47,21 5,00 52,21 Korektif

12 km.2+700 - km.2+800 100,00 Tidak Bertanggul 38,00 15,00 53,00 Korektif

13 km.1+100 - km.1+200 100,00 Tidak Bertanggul 47,77 6,00 53,77 Korektif

14 km.0+400 - km.0+500 100,00 Tidak Bertanggul 40,08 13,75 53,83 Korektif

15 km.1+300 - km.1+400 100,00 Tidak Bertanggul 32,03 22,00 54,03 Korektif

16 km.0+500 - km.0+600 100,00 Tidak Bertanggul 39,79 14,25 54,04 Korektif

428
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433

Penilaian Kondisi
Jarak
No Kode Patok Kondisi Rekomendasi
(m)
Fisik Fungsi Total

17 km.0+300 - km.0+400 100,00 Tidak Bertanggul 40,32 13,75 54,07 Korektif

18 km.2+000 - km.2+100 100,00 Tidak Bertanggul 31,92 22,25 54,17 Korektif

19 km.3+600 - km.3+700 100,00 Tidak Bertanggul 38,52 15,75 54,27 Korektif

20 km.1+200 - km.1+300 100,00 Tidak Bertanggul 32,29 22,25 54,54 Korektif

21 km.1+900 - km.2+000 100,00 Tidak Bertanggul 49,38 5,25 54,63 Korektif

22 km.2+600 - km.2+700 100,00 Tidak Bertanggul 40,44 15,00 55,44 Korektif

23 km.2+100 - km.2+200 100,00 Tidak Bertanggul 41,20 15,00 56,20 Korektif

24 km.1+500 - km.1+600 100,00 Tidak Bertanggul 34,31 22,25 56,56 Korektif

25 km.2+900 - km.3+000 100,00 Tidak Bertanggul 33,35 23,25 56,60 Korektif

26 km.3+200 - km.3+300 100,00 Tidak Bertanggul 35,46 21,50 56,96 Korektif

27 km.3+300 - km.3+400 100,00 Tidak Bertanggul 36,00 21,75 57,75 Korektif

28 km.0+000 - km.0+100 100,00 Tidak Bertanggul 43,95 14,50 58,45 Korektif

29 km.0+600 - km.0+700 100,00 Tidak Bertanggul 43,22 15,25 58,47 Korektif

30 km.0+800 - km.0+900 100,00 Tidak Bertanggul 45,00 15,50 60,50 Korektif

31 km.3+400 - km.3+500 100,00 Tidak Bertanggul 38,52 22,00 60,52 Korektif

32 km.2+500 - km.2+600 100,00 Tidak Bertanggul 37,91 22,75 60,66 Korektif

33 km.3+500 - km.3+600 100,00 Tidak Bertanggul 38,52 23,50 62,02 Korektif

34 km.0+200 - km.0+300 100,00 Tidak Bertanggul 48,72 14,00 62,72 Korektif

35 km.0+100 - km.0+200 100,00 Tidak Bertanggul 49,01 14,25 63,26 Korektif

36 km.2+800 - km.2+900 100,00 Tidak Bertanggul 30,98 34,75 65,73 Korektif

Rata-rata 38,86 16,24 55,09

Tabel 4 dan 5 diatas menjelaskan mengenai urutan skala prioritas tiap 100 meter ruas sungai bajak
bagian kiri dan kanan. Dalam penilaian kinerja sungai bajak bagian kiri, ruas km1+800 - km1+900
memiliki rekomendasi pemeliharaan rehabilitatif. Maka dari itu, sungai bajak bagian kiri, ruas km1+800
- km1+900 ditempatkan pada skala prioritas yang utama. Lalu dilanjutkan dengan pemeliharaan
korektif pada sungai bajak ruas km0+400 - km3+700 (kecuali km1+800 - km1+900). Serta, pada sungai
bajak bagian kiri ruas km0+000 - km0+400 mendapati pemeliharaan preventif yang menempati urutan
skala prioritas yang paling akhir.
Dalam penilaian kinerja sungai bajak bagian kanan, ruas km1+800 - km1+900 memiliki
rekomendasi pemeliharaan rehabilitatif. Maka dari itu, sungai bajak bagian kiri, ruas km1+800 -
km1+900 ditempatkan pada skala prioritas yang utama. Lalu skala prioritas dilanjutkan dengan
pemeliharaan korektif pada sungai bajak bagian kanan ruas km0+000 - km3+700 (kecuali km1+800 -
km1+900). Berikut merupakan gambar peta situasi hasil penilian kinerja Sungai Bajak dengan
rekomendasi pemeliharaannya.

429
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433

Gambar 4: Peta Situasi Hasil Penilaian Kinerja Sungai Bajak Ruas km0+0 - km1+600

Gambar 5: Peta Situasi Hasil Penilaian Kinerja Sungai Bajak Ruas km1+600 - km3+700
Pada sungai bajak terdapat bangunan air yang juga harus dianalisis kinerja nya agar dapat
menentukan hasil rekomendasi yang diperlukan guna menjaga kelestarian sungai. Diantara bangunan
sungai yang terdapat pada sungai bajak adalah inlet drainase. Bangunan inlet drainase ini terletak
didekat muara sungai bajak, lebih tepatnya terdapat pada ruas km0+100 - km0+200 dan km0+200 -
km0+300 sungai bajak. Berikut merupakan rekapitulasi hasil penilaian kinerja bangunan prasarana
Sungai Bajak berdasarkan kondisi fisik dan fungsi prasarana sungai.

430
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433

Tabel 6: Rekapitulasi Penilaian Kinerja Bangunan Inlet Sungai Bajak

Bangunan yang Penilaian Kondisi


No Kode Patok Rekomendasi Penanganan
Diamati Fisik Fungsi Total
1 Bangunan Inlet km0+100-km0+200 24,00 38,32 62,32 Korektif Perawatan Rutin
(pemangkasan rumput, dll),
Perawatan Berkala
(Pengerukan sedimen),
Perencanaan dan
Pembangunan Sayap
2 Bangunan Inlet km0+200-km0+300 34,80 35,93 70,73 Preventif Perawatan Rutin
(pemangkasan rumput),
Perawatan Berkala
(Pengerukan sedimen),
Perencanaan dan
Pembangunan Sayap dan
Dinding Tegak Bagian Hilir
Bangunan
Rata-rata 29,40 37,12 66,52

Berdasarkan tabel rekapitulasi di atas, rekomendasi operasional dan prosedur bangunan prasarana
sungai termasuk kedalam pemeliharaan korektif. Penanganan yang diperlukan adalah perawatan rutin.
3.3 Analisis AKNOP Sungai
Penyusunan AKNOP Sungai Bajak melalui beberapa tahap sebagai berikut, yaitu tahap
inventarisasi kegiatan OP Sungai Bajak, analisis volume kegiatan OP, analisis harga satuan, serta.hasil
AKNOP Sungai Bajak. Menurut Surat Edaran Dirjen Sumber Daya Air No. 05/SE/D/2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sungai serta Pemeliharaan
Sungai, ruang lingkup kegiatan operasi dan pemeliharaan adalah:
1. Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan meliputi:
• Pemeliharaan Sungai,
• Operasi Prasarana Sungai,
• Pemeliharaan Prasarana Sungai.
2. Operasi dan Pemeliharaan dilaksanakan melalui tahapan:
• Perencanaan,
• Pelaksanaan,
• Pemantauan dan evaluasi.
Berikut merupakan tabel rekapitulasi hasil analisis AKNOP Sungai bajak meliputi 3 lingkup kegiatan
utama yaitu Kegiatan Operasi Prasarana Sungai (OPS), Pemeliharaan Sungai (PSU), serta Pemeliharaan
Prasarana Sungai (PPS).
Tabel 7: Rekapitulasi Analisis Hasil AKNOP Sungai Bajak

Kategori Lingkup Kegiatan OP AKNOP per Kategori (Rp)


Operasi Prasarana Sungai 634.669.787
Pemeliharaan Sungai 139.819.567
Pemeliharaan Prasarana Sungai 1.942.128.791
Total AKNOP Sungai (Rp) 2.716.618.145
Dibulatkan 2.716.600.000
Terbilang: Dua Milyar Tujuh Ratus Enam Belas Juta Enam Ratus Ribu Rupiah

Berdasarkan hasil analisis perhitungan, Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan Sungai
Bajak di Kota Semarang membutuhkan biaya sebesar Rp. 2.716.600.000,00 (dua milyar tujuh ratus
enam belas juta enam ratus ribu rupiah). Hal ini dikarenakan Sungai Bajak memiliki panjang 3,7 Km

431
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433

serta kondisi beberapa ruas tanggul nya yang banyak ditumbuhi semak liar serta beberapa faktor
lainnya.

4. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan pada studi Penilaian Kinerja dan Angka Kebutuhan Nyata
Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) pada Sungai Bajak di Kota Semarang adalah Nilai hasil kinerja
Sungai Bajak bagian kiri rata-ratanya adalah 54,95% sedangkan untuk rata-rata bagian kanan adalah
sebesar 55,09% dimana angka terserbut termasuk rekomendasi pemeliharaan korektif. Untuk persentase
pemeliharaan pada bagian kiri, pemeliharaan Rehabilitatif mendapati nilai 2,7%, pemeliharaan Korektif
86,5%, serta pemeliharaan Preventif 10,8%. Lalu persentase pemeliharaan pada bagian kanan,
pemeliharaan Rehabilitatif mendapati nilai 2,7%, serta pemeliharaan Korektif 97,3%. Sedangkan hasil
penilaian kinerja Prasarana Bangunan Sungai Bajak adalah sebesar 66,52% dimana angka tersebut
termasuk kedalam rekomendasi pemeliharaan Korektif. Skala prioritas penanganan kinerja sungai
bagian kiri dimulai dari pemeliharaan rehabilitatif pada km 1+800 - km 1+900, lalu pemeliharaan
korektif pada km 0+400 - km 3+700, serta pemeliharaan preventif pada km 0+000 - km 0+400.
Sedangkan untuk Skala Prioritas penanganan kinerja sungai bagian kanan dimulai dari pemeliharaan
rehabilitatif pada km 1+800 - km 1+900, serta pemeliharaan korektif di km 0+000 - km 3+700. Jadi,
Total Nilai AKNOP (Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan) untuk Sungai Bajak di Kota
Semarang setelah dibulatkan adalah sebesar Rp. 2.716.600.000,00.

Daftar Pustaka
[1] Suripin, Sistem Drainase Kota Yang Berkelanjutan. Yogyajarta, MA: Penerbit Andi, 2003
[2] S. Wahyudi, “Analisis Kinerja dan Aknop Sungai Berdasarkan Kondisi Morfologi Sungai
(Studi Kasus Sungai Opak, Sungai Kuning, Sungai Winongo Daerah Istimewa Yogyakarta),”
Thesis, Prog. Studi Teknik Sipil Prog. Magister, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia, Oct. 2020.
[3] I. Yunanto, Sobriyah, and A. H. Wahyudi, “Desain Kriteria Penilaian Kinerja Sungai
Berdasarkan Aspek Fungsi Bangunan (Studi Kasus Sungai Pepe Baru Surakarta)," e-Jurnal
Matriks Teknik Sipil/Desember 2016/1112, Teknik Sipil, Dec. 19, 2016. [Online]. Available:
https://jurnal.uns.ac.id/matriks/article/view/37041. [accessed Oct. 2021].
[4] R. Apriadi, Sumiadi, D. Sisinggih, "Audit Teknis Sebagai Dasar Penyusunan AKNOP Pada
Sungai Panguluran Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang," Jurnal for Thesis,
Identification Number SKR/FT/2019/752/051906612, 2019. [Online]. Available:
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/171955. [accessed Oct. 2021].
[5] I. N. Ariany, Nursetiawan, and P. Harsanto, “Audit Teknis Prasarana Sungai Progo (Studi
Kasus : Tengah &ndash; Hilir Sungai Progo),” Jurnal, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammaditah Yogyakarta, Oct. 2016.
[6] H. Sahabuddin, D. Harisuseno, and E. Yuliani, “Analisa Status Mutu Air Dan Daya Tampung
Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari,” JTP, vol. 5, no. 1, pp. pp.19–28, Oct. 2014.
[Online]. Available: https://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/201. [accessed
Sept. 2021].
[7] Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Surat Edaran Nomor: 05/SE/D/2016, SE Dirjen SDA,
2016. [E-book] Available: sda.pu.go.id

432
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433

[8] R. Yunita, M. Sholichin, and T. B. Prayogo, “Kajian Aliran Pada Inlet Sudetan Sungai Ciliwung
Ke Kanal Banjir Timur Untuk Pengendalian Banjir Jakarta”, JTP, vol. 8, no. 2, pp. pp.158–168,
Teknik Pengairan, Nov. 2017. [Online]. Available:
https://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/325. [accessed Feb. 2022].
[9] Anonim, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 38 Tahun 2011, 2011. [E-book]
Available: peraturan.bpk.go.id
[10] A. C. Harifa, M. Sholichin, T. B. Prayogo, “Analisa Pengaruh Perubahan Penutupan Lahan
Terhadap Debit Sungai Sub DAS Metro Dengan Menggunakan Program ARCSWAT", JTP,
vol. 8, no. 1, pp. 1-14, Teknik Pengairan, Mei. 2017. [Online]. Available:
https://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/291. [accessed Oct. 2022].
[11] M. D. P. Gupta, R. Haribowo, and T. B. Prayogo, “Studi Penentuan Status Mutu Air
Menggunakan Metode Indeks Pencemaran Dan WQI Di Tukad Badung, Denpasar”, JTP, vol.
11, no. 2, pp. 83–93, Teknik Pengairan, Dec. 2020. [Online]. Available:
https://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/517. [accessed Oct. 2022].
[12] W. Qadri S, M. Sholichin, and D. Sisinggih, “Studi Penanganan Banjir Sungai Bila Kabupaten
Sidrap”, JTP, vol. 7, no. 2, pp. 277–288, Teknik Pengairan, Feb. 2017. [Online]. Available:
https://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/304. [accessed Oct. 2022].
[13] F. Zamroni, M. Sholichin, and A. P. H., “Analisa Pengendalian Banjir Kali Ciliwung Ruas
Jembatan MT. Haryono Pintu Air Manggarai”, JTP, vol. 6, no. 1, pp. pp.1–13, Teknik
Pengairan, Dec. 2015. [Online]. Available:
https://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/221. [accessed Oct. 2022].
[14] M. Sholichin, T. B. Prayogo, M. Bisri, “Using HEC-RAS for analysis of flood characteristic in
Ciliwung River, Indonesia", Paper, IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. 344 012011, 2019.
[Online]. Available: https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/344/1/012011.
[accessed Oct. 2022].
[15] M. Sholichin, T. B. Prayogo, “Assessment Of The Impact Of Land Cover Type On The Water
Quality In Lake Tondano Using A Swat Model", Journal Of Southwest Jiaotong University,
vol. 56, no. 1, Feb. 2021. [Online]. Available:
https://www.jsju.org/index.php/journal/article/view/815/809. [accessed Oct. 2022].

433

You might also like