Professional Documents
Culture Documents
Aknop 1
Aknop 1
420-433
© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
JTRESDA
Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/
Abstract: The decrease in the function of river and river infrastructure has an impact
on reducing the function of fulfilling water and controlling the destructive power of
water. Maintenance project is needed in maintaining the river and river
infrastructure. The purpose of this study is to obtain the value of performance
assessment and AKNOP of river and river infrastructure at the research site by
identifying and analyzing the level of damage and calculating the costs of AKNOP in
accordance with the SE Guidelines of Dirjen SDA No. 5/2016. The results of this
study showed that the average performance of the Bajak River in Semarang City is
55.02% with corrective maintenance recommendations. There is a section on the
right and the left side of the Bajak river that receive recommendations for
rehabilitative maintenance, namely the km1+800 - km1+900 section, and there are 4
left river sections that receive preventive maintenance recommendations, namely the
km0+000 - km0+400 section, while the rests of the river section are recommended
with corrective maintenance. Maintenance is prioritized for sections that receive
recommendations for rehabilitative, then preventive, and corrective maintenance.
The total value of AKNOP for the Bajak River in Semarang City is
Rp. 2,716,600,000.00.
preventif, serta korektif. Total Nilai AKNOP (Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan) untuk Sungai Bajak di Kota Semarang adalah sebesar
Rp. 2.716.600.000,00.
1. Pendahuluan
Kebutuhan manusia akan air bertambah seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Pemerintah
telah menyadari pentingnya sungai yang vital bagi kehidupan manusia, oleh karena itu sungai harus
dilindungi dan dijaga. Dengan merumuskan peraturan perundang-undangan tentang perlindungan
sungai, pemerintah telah melakukan upaya- upaya untuk melindungi sungai. Masyarakat juga harus
diajarkan untuk menjaga dan melestarikan sungai yang ada disekitar lingkungan dan dimanapun juga.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menjaga keberadaan sungai dan prasarananya agar
tidak rusak dan berfungsi dengan baik. Namun saat ini telah banyak perubahan yang terjadi di sungai
ini, hal ini dikarenakan manusia telah membuka lahan baru dalam kegiatan ekonomi yang berdampak
pada kondisi sungai yang rusak. Apabila kondisi secara fisik dan fungsi sungai menurun, maka dapat
menyebabkan banjir. Banjir merupakan suatu kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam saluran
pembuang (palung sungai) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang, sehingga meluap
menggenangi daerah (dataran banjir) sekitarnya [1].
Sungai Bajak yang berada di jantung Kota Semarang yang kondisi fisik dan fungsi sungainya sudah
mulai menurun, dengan kondisi terjadinya banjir, plengsengan yang sudaah rusak, pelanggaran
sempadan disekitar sungai dan lain-lain. Sungai Bajak merupakan salah satu sungai yang terhubung ke
Banjir Kanal Timur Kota Semarang. Pemeliharaan terhadap sungai dan prasarana sungai sangat
diperlukan dalam mempertahankan fungsi sungai dan prasarana sungai agar tetap terjaga dan
mengurangi biaya dalam melakukan perbaikan sungai dan prasarana sungai. Dalam merencanakan
pemeliharaan harus didukung dengan data yang akurat dan benar supaya pemeliharaan yang dilakukan
tepat sasaran. Data mengenai kondisi fisik prasarana sungai dan kondisi sungai sangat diperlukan dalam
merencanakan kegiatan pemeliharaan. Dengan mengetahui kondisi fisik prasarana sungai dan kondisi
fisik sungai akan dapat ditentukan skala prioritas dalam melakukan pemeliharaan prasarana sungai dan
sungai, sehingga fungsi layanan prasarana sungai dan sungai tetap terjaga. Studi terdahulu seputar
penilaian kinerja dan AKNOP sungai dan prasarana sungai banyak dilakukan seperti [2], [3], [4], dan
[5]. Maka dari itu, kinerja fisik dan fungsi sungai sangat penting dalam menjaga lingkungan agar dapat
memenuhi kebutuhan manusia, pengelolaan DAS, serta melestarikan fungsi lingkungan sekitar.
Dari alasan diatas, dapat dijabarkan bahwa perlu adanya studi mengenai penilaian kinerja dan
AKNOP Sungai Bajak di Kota Semarang. Tujuannya adalah agar mengetahui kinerja sungai dan
prasarananya, mengetahui skala prioritas penanganan, serta memperoleh biaya AKNOP yang
dibutuhkan dalam operasi dan pemeliharaan sungai kedepannya. Dengan metode dasar penilaian kinerja
dan perhitungan AKNOP sesuai dengan Pedoman SE nomor 5 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sungai serta Pemeliharaan Sungai, menghasilkan
penanganan pemeliharaan ruas sungai yang dibutuhkan tiap 100 meter beserta dengan skala
prioritasnya, serta total biaya yang dibutuhkan dalam operasi dan pemeliharaan sungai dan prasarana
sungai.
2. Metode
2.1 Lokasi Studi
Sungai Bajak berasal dari drainase yang masuk dari Wilayah Kecamatan Pedurungan mengalir
sepanjang ± 4 km hingga masuk ke sungai Kanal Banjir Timur di daerah Lamper lor. Sub DAS Bajak
mencakup wilayah sebesar 5,81 km2 atau 58.094,038 Ha seperti Gambar 1 dibawah.
421
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433
U
S
T
Sungai Kedung Mundu
Skala 1 : 100
0 30.0 60.0 90.0 120.0 150.0
Sungai Bajak
Sungai Candi
Sungai Tenggang
HMP Hal :
HIMPUNAN MAHASISWA PENGAIRAN Tugas :
FAKULTAS TEKNIK
No :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FA
AW
KU
LTA
IBR
Lembar :
UN
S
TEKNIK
Dosen Pembimbing:
Dosen Penguji:
422
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433
menggunakan aplikasi Hec-Ras untuk mengetahui terjadi nya banjir di beberapa titik Sungai Bajak.
Berikut ini merupakan lokasi pos pencatatan hujan di sekitar Sungai Bajak.
423
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433
dengan:
V = Kecepatan Aliran (m/det)
n = Koefisien Kekasaran Manning (0,02)
R = Jari-jari Hidrolis (m)
I = Kemiringan Saluran
Selanjutnya, menghitung debit Fullbank Capacity dengan persamaan:
𝑄 =𝐴𝑥𝑉 Pers. 3
dengan:
Q = Debit (m3/det)
A = Luas Penampang (m2)
V = Kecepatan Aliran (m/det)
2.3.1 Penilaian Kinerja
Langkah-langkah pelaksanaan penilaian kinerja Kondisi fisik dan fungsi sungai dan prasarana
sungai menurut pedoman [7] meliputi :
1. Pengumpulan Data Lapangan
2. Pengolahan Data
3. Hasil Pengolahan
Data di input sesuai hasil pengamatan di lapangan terhadap kondisi fisik dan fungsi sungai dan
prasarana sungai lalu di analisis sesuai dengan tabel dibawah.
Tabel 1: Evaluasi Aspek Penilaian Kondisi Fisik dan Fungsi Sungai dan Prasarana Sungai
Penilaian Kondisi Fisik
50 40 25 10
Resiko Sangat
Resiko Kecil = Resiko Sedang Resiko Besar =
Kecil = Kondisi
Kondisi Fisik = Kondisi Fisik Kondisi Fisik
Fisik Sangat
Baik Cukup Baik Jelek
Baik
10
Resiko Besar = 60 50 35 20
Kondisi Fungsi
Jelek
25
Kondisi Funsgi
Resiko Sedang 75 65 50 35
= Kondisi
Fungsi Cukup
Baik
40
Resiko Kecil = 90 80 65 50
Kondisi Fungsi
Baik
50
424
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433
Setelah mengetahui hasil penilaian dari penentuan kondisi sungai secara fisik dan fungsi, dapat
diamati evaluasi pemeliharaan hasil pemeriksaan kondisi bangunan sesuai tabel berikut:
Tabel 2: Kriteria Penentuan Rekomendasi Pemeliharaan Berdasarkan Hasil Penilaian
>90 Tidak Ada Resiko + Kinerja Baik = Pemeliharaan Rutin
• Membuat analisis hubungan antara curah hujan dan debit banjir yang tercatat.
• Membuat analisis frekuensi curah hujan harian maksimum tahunan.
• Dari kedua analisis di atas ditentukan besarnya banjir untuk beberapa kala ulang tertentu.
Berikut ini merupakan hasil perhitungan Debit Banjir Rancangan berdasarkan metode HSS Sintetik
Nakayasu, Snyder, dan Gamma I yang diambil dari data konsultan CV. Tirta Adinugroho.
425
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433
Dari hasil rekap perhitungan banjir rancangan sungai bajak sesuai pada Tabel 3, maka data yang
digunakan sebagai debit banjir rancangan adalah Metode Gamma I, karena data memiliki angka paling
maksimum untuk faktor keamanan. Setelah itu menghitung debit Fullbank Capacity sesuai cara pada
sub Bab 2.3, didapatkan QFullbank Capacity sebesar 6,213 m3/det. Jika dibandingkan dengan Debit
Banjir Rancangan, maka Debit Full Bank Capacity ini lebih kecil dari Debit Banjir Rancangan dengan
kala ulang 2 tahun.
Untuk mengetahui ruas Sungai Bajak yang terjadi banjir, maka dilakukan analisis simulasi debit
banjir rancangan menggunakan aplikasi Hec-Ras. Berikut ini merupakan hasil simulasi aplikasi Hec-
Ras Sungai Bajak berdasarkan Data Debit Banjir Rancangan metode Gamma I.
• Dengan simulasi debit Q 2th sebesar 7,128 m3/det di peroleh bahwa ada ruas Sungai Bajak
yang mengalami banjir yaitu Patok BM.2 s.d Patok P.38.
• Dengan simulasi debit Q 5th sebesar 8,690 m3/det di peroleh bahwa ada ruas Sungai Bajak
yang mengalami banjir yaitu Patok BM.2 s.d Patok P.38.
• Dengan simulasi debit Q 10th sebesar 9,694 m3/det di peroleh bahwa ada ruas Sungai Bajak
yang mengalami banjir yaitu Patok BM.2 s.d Patok P.38.
• Dengan simulasi debit Q 25th sebesar 10,761 m 3/det di peroleh bahwa ada ruas Sungai
Bajak yang mengalami banjir yaitu Patok BM.2 s.d Patok P.38.
• Dengan simulasi debit Q 50th sebesar 11,540 m 3/det di peroleh bahwa ada ruas Sungai
Bajak yang mengalami banjir yaitu Patok BM.2 s.d Patok P.38.
• Dengan simulasi Q Fullbank Capacity sebesar 6,213 m3/det di peroleh bahwa ada ruas
Sungai Bajak yang mengalami banjir yaitu di Patok 1+800.
Jadi, Sungai Bajak dengan debit Q 2th hingga Q 50th mengalami banjir di ruas Patok BM.2 sampai
dengan Patok P.38, serta dengan Q Fullbank Capacity, ruas Sungai Bajak yang mengalami banjir yaitu
di Patok 1+800. Maka dari itu untuk menanggulangi banjir di Sungai Bajak, maka diperlukan studi
kinerja serta perhitungan angka kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan (AKNOP) Sungai Bajak
agar dapat menentukan output ruas sungai bajak dan prasarananya yang perlu dilakukan operasi dan
pemeliharaan.
3.2 Analisis Penilaian Kinerja dan Skala Prioritas Penanganan
Data yang diperoleh dari survei lapangan diolah dengan mengisi blangko atau formulir penilaian
kondisi fisik pada komponen sungai dan prasarana Sungai Bajak. Indikator peilaian sungai yang
ditentukan oleh Pedoman OP Prasarana Sungai serta Pemeliharaan Sungai, Ditjen SDA tahun 2016
terdapat enam (6) komponen, yaitu:
426
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433
• Jalan Akses,
• Kondisi Rumput atau Semak,
• Marka atau Portal Tanggul,
• Tanggul,
• Banjir,
• Sampah.
Pada masing-masing kompoen yang dinilai memiliki keriteria elemen indikator penilaian yang dinilai
dengan bobot masing-masing. Dari hasil pengisian blangko tersebut akan menghasilkan nilai
rekapitulasi penilaian kondisi fisik singai dan prasarana Sungai Bajak.
Setelah dilakukan perhitungan analisis penilaian hasil kinerja sungai dan prasarana sungai Bajak
sepanjang 3,7 km yang dinilai tiap ruas 100m, didapatkan hasil rekomendasi tiap ruas sungai bedasarkan
penilaian yang telah dilakukan di lapangan. Kemudian dilakukan penaganan berdasarkan hasil
rekomendasi tersebut. Hasil rekomendasi diurutkan berdasarkan skala prioritas, yaitu dimana nilai hasil
penilaian kondisi sungai dan prasarana sungai diurutkan dari yang nilai kinerja nya buruk ke baik.
Berikut Rekapitulasi hasil penilaian kinerja dan skala prioritas penanganan Sungai Bajak.
Tabel 4: Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja dan Skala Piroritas Tiap Ruas Bagian Kiri Sungai Bajak
Penilaian Kondisi
No Kode Patok Jarak (m) Kondisi Rekomendasi
Fisik Fungsi Total
427
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433
Penilaian Kondisi
No Kode Patok Jarak (m) Kondisi Rekomendasi
Fisik Fungsi Total
Tabel 5: Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja dan Skala Piroritas Tiap Ruas Bagian Kanan Sungai Bajak
Penilaian Kondisi
Jarak
No Kode Patok Kondisi Rekomendasi
(m)
Fisik Fungsi Total
428
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433
Penilaian Kondisi
Jarak
No Kode Patok Kondisi Rekomendasi
(m)
Fisik Fungsi Total
Tabel 4 dan 5 diatas menjelaskan mengenai urutan skala prioritas tiap 100 meter ruas sungai bajak
bagian kiri dan kanan. Dalam penilaian kinerja sungai bajak bagian kiri, ruas km1+800 - km1+900
memiliki rekomendasi pemeliharaan rehabilitatif. Maka dari itu, sungai bajak bagian kiri, ruas km1+800
- km1+900 ditempatkan pada skala prioritas yang utama. Lalu dilanjutkan dengan pemeliharaan
korektif pada sungai bajak ruas km0+400 - km3+700 (kecuali km1+800 - km1+900). Serta, pada sungai
bajak bagian kiri ruas km0+000 - km0+400 mendapati pemeliharaan preventif yang menempati urutan
skala prioritas yang paling akhir.
Dalam penilaian kinerja sungai bajak bagian kanan, ruas km1+800 - km1+900 memiliki
rekomendasi pemeliharaan rehabilitatif. Maka dari itu, sungai bajak bagian kiri, ruas km1+800 -
km1+900 ditempatkan pada skala prioritas yang utama. Lalu skala prioritas dilanjutkan dengan
pemeliharaan korektif pada sungai bajak bagian kanan ruas km0+000 - km3+700 (kecuali km1+800 -
km1+900). Berikut merupakan gambar peta situasi hasil penilian kinerja Sungai Bajak dengan
rekomendasi pemeliharaannya.
429
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433
Gambar 4: Peta Situasi Hasil Penilaian Kinerja Sungai Bajak Ruas km0+0 - km1+600
Gambar 5: Peta Situasi Hasil Penilaian Kinerja Sungai Bajak Ruas km1+600 - km3+700
Pada sungai bajak terdapat bangunan air yang juga harus dianalisis kinerja nya agar dapat
menentukan hasil rekomendasi yang diperlukan guna menjaga kelestarian sungai. Diantara bangunan
sungai yang terdapat pada sungai bajak adalah inlet drainase. Bangunan inlet drainase ini terletak
didekat muara sungai bajak, lebih tepatnya terdapat pada ruas km0+100 - km0+200 dan km0+200 -
km0+300 sungai bajak. Berikut merupakan rekapitulasi hasil penilaian kinerja bangunan prasarana
Sungai Bajak berdasarkan kondisi fisik dan fungsi prasarana sungai.
430
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433
Berdasarkan tabel rekapitulasi di atas, rekomendasi operasional dan prosedur bangunan prasarana
sungai termasuk kedalam pemeliharaan korektif. Penanganan yang diperlukan adalah perawatan rutin.
3.3 Analisis AKNOP Sungai
Penyusunan AKNOP Sungai Bajak melalui beberapa tahap sebagai berikut, yaitu tahap
inventarisasi kegiatan OP Sungai Bajak, analisis volume kegiatan OP, analisis harga satuan, serta.hasil
AKNOP Sungai Bajak. Menurut Surat Edaran Dirjen Sumber Daya Air No. 05/SE/D/2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sungai serta Pemeliharaan
Sungai, ruang lingkup kegiatan operasi dan pemeliharaan adalah:
1. Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan meliputi:
• Pemeliharaan Sungai,
• Operasi Prasarana Sungai,
• Pemeliharaan Prasarana Sungai.
2. Operasi dan Pemeliharaan dilaksanakan melalui tahapan:
• Perencanaan,
• Pelaksanaan,
• Pemantauan dan evaluasi.
Berikut merupakan tabel rekapitulasi hasil analisis AKNOP Sungai bajak meliputi 3 lingkup kegiatan
utama yaitu Kegiatan Operasi Prasarana Sungai (OPS), Pemeliharaan Sungai (PSU), serta Pemeliharaan
Prasarana Sungai (PPS).
Tabel 7: Rekapitulasi Analisis Hasil AKNOP Sungai Bajak
Berdasarkan hasil analisis perhitungan, Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan Sungai
Bajak di Kota Semarang membutuhkan biaya sebesar Rp. 2.716.600.000,00 (dua milyar tujuh ratus
enam belas juta enam ratus ribu rupiah). Hal ini dikarenakan Sungai Bajak memiliki panjang 3,7 Km
431
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433
serta kondisi beberapa ruas tanggul nya yang banyak ditumbuhi semak liar serta beberapa faktor
lainnya.
4. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan pada studi Penilaian Kinerja dan Angka Kebutuhan Nyata
Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) pada Sungai Bajak di Kota Semarang adalah Nilai hasil kinerja
Sungai Bajak bagian kiri rata-ratanya adalah 54,95% sedangkan untuk rata-rata bagian kanan adalah
sebesar 55,09% dimana angka terserbut termasuk rekomendasi pemeliharaan korektif. Untuk persentase
pemeliharaan pada bagian kiri, pemeliharaan Rehabilitatif mendapati nilai 2,7%, pemeliharaan Korektif
86,5%, serta pemeliharaan Preventif 10,8%. Lalu persentase pemeliharaan pada bagian kanan,
pemeliharaan Rehabilitatif mendapati nilai 2,7%, serta pemeliharaan Korektif 97,3%. Sedangkan hasil
penilaian kinerja Prasarana Bangunan Sungai Bajak adalah sebesar 66,52% dimana angka tersebut
termasuk kedalam rekomendasi pemeliharaan Korektif. Skala prioritas penanganan kinerja sungai
bagian kiri dimulai dari pemeliharaan rehabilitatif pada km 1+800 - km 1+900, lalu pemeliharaan
korektif pada km 0+400 - km 3+700, serta pemeliharaan preventif pada km 0+000 - km 0+400.
Sedangkan untuk Skala Prioritas penanganan kinerja sungai bagian kanan dimulai dari pemeliharaan
rehabilitatif pada km 1+800 - km 1+900, serta pemeliharaan korektif di km 0+000 - km 3+700. Jadi,
Total Nilai AKNOP (Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan) untuk Sungai Bajak di Kota
Semarang setelah dibulatkan adalah sebesar Rp. 2.716.600.000,00.
Daftar Pustaka
[1] Suripin, Sistem Drainase Kota Yang Berkelanjutan. Yogyajarta, MA: Penerbit Andi, 2003
[2] S. Wahyudi, “Analisis Kinerja dan Aknop Sungai Berdasarkan Kondisi Morfologi Sungai
(Studi Kasus Sungai Opak, Sungai Kuning, Sungai Winongo Daerah Istimewa Yogyakarta),”
Thesis, Prog. Studi Teknik Sipil Prog. Magister, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia, Oct. 2020.
[3] I. Yunanto, Sobriyah, and A. H. Wahyudi, “Desain Kriteria Penilaian Kinerja Sungai
Berdasarkan Aspek Fungsi Bangunan (Studi Kasus Sungai Pepe Baru Surakarta)," e-Jurnal
Matriks Teknik Sipil/Desember 2016/1112, Teknik Sipil, Dec. 19, 2016. [Online]. Available:
https://jurnal.uns.ac.id/matriks/article/view/37041. [accessed Oct. 2021].
[4] R. Apriadi, Sumiadi, D. Sisinggih, "Audit Teknis Sebagai Dasar Penyusunan AKNOP Pada
Sungai Panguluran Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang," Jurnal for Thesis,
Identification Number SKR/FT/2019/752/051906612, 2019. [Online]. Available:
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/171955. [accessed Oct. 2021].
[5] I. N. Ariany, Nursetiawan, and P. Harsanto, “Audit Teknis Prasarana Sungai Progo (Studi
Kasus : Tengah – Hilir Sungai Progo),” Jurnal, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammaditah Yogyakarta, Oct. 2016.
[6] H. Sahabuddin, D. Harisuseno, and E. Yuliani, “Analisa Status Mutu Air Dan Daya Tampung
Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari,” JTP, vol. 5, no. 1, pp. pp.19–28, Oct. 2014.
[Online]. Available: https://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/201. [accessed
Sept. 2021].
[7] Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Surat Edaran Nomor: 05/SE/D/2016, SE Dirjen SDA,
2016. [E-book] Available: sda.pu.go.id
432
Dary, F., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 420-433
[8] R. Yunita, M. Sholichin, and T. B. Prayogo, “Kajian Aliran Pada Inlet Sudetan Sungai Ciliwung
Ke Kanal Banjir Timur Untuk Pengendalian Banjir Jakarta”, JTP, vol. 8, no. 2, pp. pp.158–168,
Teknik Pengairan, Nov. 2017. [Online]. Available:
https://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/325. [accessed Feb. 2022].
[9] Anonim, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 38 Tahun 2011, 2011. [E-book]
Available: peraturan.bpk.go.id
[10] A. C. Harifa, M. Sholichin, T. B. Prayogo, “Analisa Pengaruh Perubahan Penutupan Lahan
Terhadap Debit Sungai Sub DAS Metro Dengan Menggunakan Program ARCSWAT", JTP,
vol. 8, no. 1, pp. 1-14, Teknik Pengairan, Mei. 2017. [Online]. Available:
https://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/291. [accessed Oct. 2022].
[11] M. D. P. Gupta, R. Haribowo, and T. B. Prayogo, “Studi Penentuan Status Mutu Air
Menggunakan Metode Indeks Pencemaran Dan WQI Di Tukad Badung, Denpasar”, JTP, vol.
11, no. 2, pp. 83–93, Teknik Pengairan, Dec. 2020. [Online]. Available:
https://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/517. [accessed Oct. 2022].
[12] W. Qadri S, M. Sholichin, and D. Sisinggih, “Studi Penanganan Banjir Sungai Bila Kabupaten
Sidrap”, JTP, vol. 7, no. 2, pp. 277–288, Teknik Pengairan, Feb. 2017. [Online]. Available:
https://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/304. [accessed Oct. 2022].
[13] F. Zamroni, M. Sholichin, and A. P. H., “Analisa Pengendalian Banjir Kali Ciliwung Ruas
Jembatan MT. Haryono Pintu Air Manggarai”, JTP, vol. 6, no. 1, pp. pp.1–13, Teknik
Pengairan, Dec. 2015. [Online]. Available:
https://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/221. [accessed Oct. 2022].
[14] M. Sholichin, T. B. Prayogo, M. Bisri, “Using HEC-RAS for analysis of flood characteristic in
Ciliwung River, Indonesia", Paper, IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. 344 012011, 2019.
[Online]. Available: https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/344/1/012011.
[accessed Oct. 2022].
[15] M. Sholichin, T. B. Prayogo, “Assessment Of The Impact Of Land Cover Type On The Water
Quality In Lake Tondano Using A Swat Model", Journal Of Southwest Jiaotong University,
vol. 56, no. 1, Feb. 2021. [Online]. Available:
https://www.jsju.org/index.php/journal/article/view/815/809. [accessed Oct. 2022].
433