Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DAKWAH

SMA YADIKA 11 JATIRANGGA

PENGAJAR: JONNI ISKANDAR S.Pd.

NAMA KELOMPOK:

1. AYU NABILA HAFZOH


2. AULIA SEPTIANI
3. ELIS KALISA
4. MUTIA ARUM
5. NAYLA ALIFYA ABDILLAH

TAHUN AJARAN: 2022/2023


A. PENGERTIAN DAKWAH
Makna Dakwah. Kata “dakwah” dari segi bahasa berarti “memanggil, menyeru, atau
mengajak”. Dalam ilmu fiqih dakwah, dakwah memiliki pengertian sebagai berikut. Pertama,
da’watun naas ilallah, mengajak manusia kepada Allah. Dakwah tidak mengajak manusia kepada
sang dai, tetapi semata-mata kepada Allah. Bersama-sama sang dai yang berperan sebagai
pembimbing dan fasilitator, manusia diajak menuju kepada Allah. Jika pengertian ini dipahami,
dakwah tidak akan memunculkan pengkultusan individu.
Kedua, bil hikmah wal mau’izhatil hasanah, dilakukan dengan penuh hikmah dan dengan
pelajaran yang baik. Dakwah tidak boleh dilakukan dengan cara yang kasar atau dengan
vandalisme. Tidak pula dengan cara mengolok-olok ataupun vonis sana vonis sini. Nahnu du'aat
laa qudhaat "Kita adalah para dai, bukan tukang vonis".
Ketiga, hatta yakfuruu bith thaghut wa yu’minuu billah, sampai manusia yang diajak itu
mengingkari thaghut dan beriman kepada Allah. Dakwah mengajak manusia kepada tauhid,
mengingkari berbagai bentuk thaghut. Tidak ada penghambaan kecuali hanya kepada Allah. Tidak
ada penghambaan kepada berhala. Tidak ada penghambaan kepada manusia yang lain. Tidak juga
penghambaan kepada hawa nafsu atau ideologi-ideologi sesat.
Keempat, liyakhrujuu min zhulumaatil jaahiliyah ilaa nuuril islam, agar manusia keluar dari
gelapnya kejahiliyahan menuju pada terang benderangnya Islam. Dakwah adalah gerakan
pencerahan, yang akan membimbing manusia meninggalkan kejahiliyahan kehidupan dalam
berbagai bentuknya, untuk menikmati indahnya ajaran Islam, yang tidak lain merupakan fitrah dari
manusia itu sendiri
Dakwah merupakan segala bentuk aktivitas penyampaian ajaran Islam kepada orang lain
dengan berbagai cara bijaksana agar memahami dan mengamalkan ajaran Islam dalam semua
lapangan kehidupan. Berbagai cara bijaksana itu mestilah dilaksanakan dengan seperangkat ilmu
yang dikenal sebagai ilmu dakwah.
Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk menarik perhatian
orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama,
pendapat atau pekerjaan tertentu. Buku ini memberikan pengantar kepada pemahaman dan kajian
terhadap tujuan, sasaran dan target pencapaian dakwah terhadap masyarakat. Dakwah dalam buku
ini dimaknai sebagai proses internalisasi, transformasi, transmisi, dan difusi ajaran Islam dalam
kehidupan masyarakat, sehingga pola dakwah dibagi dalam tiga hal, yaitu: Dakwah Kultural,
Dakwah Politik dan Dakwah Ekonomi.
Ke tiga kriteria dakwah di atas dideskripsikan ke dalam metode dan manajemen dakwah,
yang tentu saja dilatari sejarah ilmu dakwah dan tokoh-tokoh pemikirnya. Pendekatan keilmuan
(epistemologi, ontologi dan aksiologi) dikaji juga berkenaan dengan kedudukan dakwah sebagai
sebuah ilmu.

B. SYARAT DAKWAH

Berdakwah dan menyiarkan ajaran Islam bukanlah hal yang mudah. Banyak hal yang harus
dimiliki, dikuasai, dan diamalkan oleh sang Pendakwah. Selain tentunya ilmu agama yang jauh
harus sudah lebih mumpuni sebelum Ia mengajari para jamaahnya. Ia pun harus memiliki
kepribadian yang benar-benar menjadi teladan bagi para jamaahnya. Karena tidak sedikit para
penceramah yang ternyata belum bisa mengamalkan apa yang disampaikan dan diajarkan kepada
jamaahnya.
Namun, kembali lagi kepada konsep bahwa tidak ada orang yang sempurna. Jika berdakwah
hanya boleh disampaikan oleh orang yang sempurna akhlaknya, maka sampai sekarang mungkin
dakwah Islam tidak akan pernah tersyiarkan, karena tidak ada dai/ustadz/penceramah yang benar-
benar sempurna.
Tetapi, terlepas dari itu semua, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang
penceramah agama. Sudah barang tentu harus sesuai dengan Al Qur'an. Berikut ini beberapa syarat
dakwah dalam Al Qur'an.

1. Mengajak hanya kepada Allah, tidak kepada yang lain (madzhab, partai, golongan, dll.)
Tujuan berdakwah adalah menyampaikan kebenara. Menyampaikan ajaran Isalam yang
benar tanpa dicampuri tujuan untuk mengajak umat kepada golongan tertentu. Berdakwah
itu murni untuk menegakan ajaran islam.
2. Menyebarkan hikmah dan nasehat yang baik.
Allah berfirman, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik." (An-nahl 125). Mengajarkan agama dengan seruan yang keras,
pemaksaan hanya akan memunculkan keterpakasaan. Bukankah tujua dakwah adalah
mmebuat jamaah mampu beribadah dengan keihlasan kepada Allah Subhanahu wataala?
3. Memiliki keyakinan dan kemampuan meyakinkan dalam berdakwah
Dijelaskan di dalam ayat, "Katakanlah (Muhammad), 'Inilah jalanku, aku dan orang-orang
yang mengikutiku, mengajak kepada Allah dengan yakin'," (Yusuf 108). Orang yang
mengajak kepada kebaikan harus meyakini bahwa jalan yang sedang ditempuhnya adalah
jalan kebaikan. Sekaligus harus mampu menjadikan orang yang diajak merasa yakin
bahwa itu adalah sebuah kebaikan.

C. UNSUR UNSUR DAKWAH

Unsur-unsur Dakwah. Unsur-unsur dakwah terdapat dalam QS Yusuf: 108:


Unsur yang pertama adalah “Qul hadzihi sabili (Katakanlah, inilah jalanku).” Demikianlah dakwah
harus menjadi jalan hidup, misi hidup. Perintah “katakanlah” disini bermakna deklarasi, yang
menyiratkan suatu kebanggaan. Bangga karena meniti jalan yang diridhai dan dicintai oleh Allah.
Mengapa dakwah harus dijadikan jalan hidup dan misi hidup? Tidak lain karena kita
membutuhkan dakwah dan bukan dakwah yang membutuhkan kita. Karena itu, kita tidak ingin
tertinggal gerbong kereta dakwah.
Unsur yang kedua adalah “Ad’uu ilalLah (Aku mengajak kepada Allah).” Ini artinya dakwah
hanyalah mengajak kepada Allah, bukan kepada yang lain atau untuk tujuan yang lain. Tidak pula
mengajak kepada pengkultusan individu sang dai.
Unsur yang ketiga adalah “Alaa bashirah (Berdasarkan hujjah atau argumentasi yang jelas).”
Demikianlah dakwah harus dibangun diatas ilmu yang benar, pemahaman yang benar mengenai
perkara yang kita dakwahkan yaitu ajaran Islam. Dakwah harus disampaikan dalam bentuk al-
balagh al-mubin “penjelasan yang betul-betul jelas”, yang tidak menyisakan ruang bagi pikiran
waras manusia untuk menolaknya.
Kemudian unsur yang keempat adalah “Ana wa manit taba’ani (Aku dan orang-orang yang
bersamaku).” Ini artinya bahwa dakwah harus dilakukan secara bersama-sama (berjama’ah), tidak
sendiri-sendiri. Dakwah adalah al-haq, yang hanya akan menjadi kuat tatkala diusung secara
berjamaah, dan akan menjadi lemah ketika dilakukan sendiri-sendiri. Bagaiman mungkin kita
mendakwahkan kebenaran sendiri-sendiri, sementara para pejuang kebatilan bergandengan tangan
untuk mempertahankan kebatilan mereka?
D. RUKUN RUKUN DAKWAH
. Rukun-rukun Dakwah. Rukun-rukun dakwah ada empat: dai (penyeru, yang mengajak),
mad’u (yang diseru, yang diajak), materi (risalah) yang didakwahkan, dan sarana dakwah. Materi
(risalah) yang didakwahkan tidak lain adalah ajaran Islam. Sedangkan sarana dakwah bisa
bervariasi, dan sedapat mungkin memanfaatkan kemajuan peradaban manusia.
Siapa yang wajib berdakwah? Jawabnya adalah setiap muslim. Dakwah bukanlah monopoli
para kiyai, para ustadz, dan para muballigh saja. Rasulullah saw bersabda, “Ballighuu ‘anni walau
aayah (Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat).” Ini artinya apapun kebenaran yang sudah
kita ketahui hendaknya kita sampaikan dan kita dakwahkan kepada orang lain. Jika kita sudah tahu
alif, kita sampaikan alif itu kepada orang lain. Jika kita sudah tahu alif, ba’ dan ta’ maka kita
sampaikan alif, ba’ dan ta’ itu kepada orang lain. Yang tidak mungkin dan tidak boleh kita lakukan
adalah mendakwahkan alif, ba’ dan ta’ padahal kita baru mengetahui alif saja.
Berdakwah tidaklah harus menunggu diri kita sempurna, karena tidak mungkin ada manusia
yang sempurna. Disamping itu, berdakwah pada dasarnya juga membina diri kita sendiri. Ketika
kita berdakwah, pada saat yang sama kita juga menasehati diri kita sendiri. Dengan demikian,
dengan berdakwah kita justru akan semakin terpacu untuk meningkatkan kualitas diri.
Tahapan-tahapan Dakwah. Dakwah hendaknya dilakukan dengan bertahap (mutadarrij).
Jangan sampai seorang dai sekonyong-konyong menginginkan mad’u-nya tiba-tiba menjadi
seorang muharrik yang handal. Pertama-tama, tahapan dakwah yang hendaknya dilakukan adalah
at-tabligh wat ta’lim (menyampaikan dan mengajarkan), yang tujuannya adalah untuk
menghilangkan jahaalah (kebodohan) dan meraih ma’rifah (pengetahuan). Jika tahapan ini berhasil
dilakukan maka dilakukan tahapan berikutnya, yaitu at-takwiin (pembentukan), yang tujuannya
adalah untuk mengarahkan ma’rifah (pengetahuan) yang dimiliki mad’u agar berubah menjadi
fikrah (pemikiran) yang menghunjam dalam hati dan pikiran. Fikrah inilah yang akhirnya
diharapkan akan membuat seseorang nantinya mau ber-harakah (bergerak) dalam rangka
memperjuangkan al-haq dan membasmi al-bathil.
Apakah manajemen dakwah itu perlu? Jawabannya adalah ya, bahkan harus. Dalam fiqih
dakwah dan pengubahan (fiqh al-da’wah wa al-taghyir), kita tidak boleh hanya asal berdakwah
dan asal berupaya mengubah, tetapi juga memperhatikan apa yang akan terjadi sesudahnya:
maslahat ataukah madharat. Jangan sampai kita ingin menghilangkan suatu madharat tetapi malah
menimbulkan suatu madharat baru yang lebih besar. Dan untuk itulah, manajemen dakwah harus
dilakukan.
Aktivitas dakwah tidak cukup membutuhkan kesholehan dan keikhlasan para aktivisnya,
tetapi juga dibutuhkan kemampuan pendukung berupa manajemen. Kebaikan yang tidak
terorganisir, akan dapat dikalahkan oleh kemunkaran yang terorganisir dengan baik”, demikian
sayyidina Ali ra. berujar.
Disamping itu, Islam memerintahkan kita untuk senantiasa ihsan dan itqan. Tidak asal
bekerja, tetapi bekerja dengan baik, efektif, dan efisien. Tidak hanya sama-sama bekerja, tetapi
harus bekerjasama. Jangan sampai dakwah dilakukan seperti sekumpulan orang yang sedang tarik
tambang. Semua orang mengeluarkan segenap kemampuan untuk menarik, tetapi hasilnya nihil
karena satu sama lain saling menafikan dan meniadakan

E. METODE DAKWAH
Secara etimologi, metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan,
cara). Dengan demikian maka dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari
bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal
dari kata methodos artinya “jalan” yang dalam bahasa Arab disebut thariq. Metode berarti cara
yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Menurut Syaikh
Akram Kassab, metode adalah jalan, yaitu setiap jalan yang terbentang. Metode juga berarti
orientasi dan madzhab. Metode juga berarti seni. Jika dikatakan “seseorang mengambil cara
penyampaian si Fulan”, maka ini berarti bahwa dia meniru seni penyampaiannya.

Sedangkan makna dari metode dakwah itu sendiri adalah sebagai berikut:
a. Seni berdakwah yaitu cara atau rujukan, yang mana seorang da’i di jalan Allah akan kembali
kepadanya untuk mewujudkan tujuan dakwahnya. Dari ini dapat dikatakan bahwa metode dakwah
adalah cara sukses yang dapat mempengaruhi dan sesuai dengan keadaan objek dakwah.
b. Metode dakwah adalah jalan atau cara untuk mencapai tujuan dakwah yang dilaksanakan secara
efektif dan efisien.
c. Metode dakwah adalah cara-cara yang dilakukan oleh seorang muballigh/da’i (komunikator)
untuk mencapai suatu tujuan tertentu atas dasar hikmah dan kasih sayang. Dengan kata lain,
pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan
penghargaan yang mulia atas diri manusia.

Terdapat beberapa metode dakwah.


• Pertama, dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang
kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang
kecil dan terbatas.
• Kedua, dakwah Ammah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang
ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada
mereka. Mereka biasanya menyampaikan khotbah (pidato).
• Ketiga, dakwah bil-Lisan, yakni penyampaian informasi atau pesan dakwah
melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek
dakwah).
• Keempat, dakwah bil-Haal, dengan mengedepankan perbuatan nyata.
• kelima, dakwah bit-Tadwin, atau pola dakwah melalui tulisan, baik dengan
menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang
mengandung pesan dakwah.
• Keenam adalah dakwah bil Hikmah, yang berdakwah dengan cara arif bijaksana,
semisal melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah
mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan,
tekanan maupun konflik.

You might also like