Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

TUGAS SISTEM POLITIK

6 PENDEKATAN ORDE BARU

 STAGE QUA STATE

state-qua state (negara-sebagai-negara). Benedict Anderson sebagai pencetus


pendekatan ini berangkat dari kenyataan bahwa periode Orde Baru dikaitkan dengan
karakteristik pemerintahan pada masa kolonial. Pemerintah di masa ini, secara
keseluruhan, mengabaikan atau menekan aspirasi dari masyarakat karena didasari dari
munculnya perbedaan kepentingan secara fundamental antara negara dan masyarakat.
Kesimpulan Benedict Anderson pada pola ini adalah adanya karakteristik yang sama
antara negara-masyarakat pada periode Orde Baru dengan masa kolonial. Hal itu tampak
dalam proses pengambilan keputusan, peran dominan berasal dari negara, sedangkan
peran masyarakat diabaikan.

Pendekatan ini memandang bahwa Orde Baru telah mencapai monopoli penuh
kekuasaan dengan mengendalikan seluruh kehidupan. Hak dan kekuasaan warga negara
semakin lama semakin dirampas oleh negara.

 POLITIK BIROKRAS

Pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan patrimonial cluster. Kepala negara
berada dalam suasana pemimpin-pemimpin tradisional di masa lalu, yang
mempertahankan posisinya dengan memanfaatkan sumber-sumber material yang ada,
dan memanfaatkan elite-elite yang ada di sekitarnya.

Pendekatan ini juga memandang bahwa tidak ada partisipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan. Yang ada hanyalah mobilisasi masa untuk melaksanakan
keputusan yang telah diambil oleh para penguasa negara, terutama para perwira militer
dan pejabat tinggi birokrasi.

 PLURALISM BIROKRATIK

Pendekatan ini menganalisis peran dari birokrat militer dan birokrat sipil dalam proses
pengambilan keputusan untuk berbagai kebijaksanaan nasional pada periode rezim Orde
Baru. Dari pendekatan ini, Emerson menghasilkan kesimpulan bahwa (1) tidak adanya
administrasi departemen yang benar-benar didominasi oleh pejabat militer dan (2)
adanya komitmen Soeharto pada masa Orde Baru untuk meningkatkan keamanan dalam
negeri dan menciptakan pertumbuhan ekonomi.
 OTORITER BIROKRATIK

Bureaucratic-Authoritarianism dimaknai sebagai adanya legitimasi politik yang


diletakkan pada basis-basis tertentu seperti ekonomi, militer, birokrasi dan budaya.
Dalam konteks Orde Baru, King memunculkan peran dari organisasi-organisasi yang
bentuk oleh pemerintah untuk meregulasi mekanisme dari partisipasi masyarakat.
Pemunculan ini dianggap penting oleh King karena hal tersebut paling relevan dalam
memahami bagaimana Orde Baru telah meregulasi partisipasi masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan.

 STRUKTURAL

Dalam konteks Orde Baru, kelas-kelas kapitalis sudah mulai muncul dan tumbuh.
Walaupun negara memiliki kepentingannya sendiri, tetapi negara masih belum bisa
lepas dari kelompok kapitalis tersebut. Tetapi, di sisi lain, muncul dan tumbuhnya kelas-
kelas kapitalis ini belum cukup kuat untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan masa
Orde Baru.

Dalam pendekatan ini, Robinson menyimpulkan bahwa negara tak seharusnya


dikendalikan oleh kelas tertentu. Sebaliknya, negara berkepentingan untuk menjaga
keberlangsungan sistem yang ada, termasuk sistem kapitalisme yang mulai muncul dan
tumbuh pada masa Orde Baru.

 PLURALISM TERBATA

Pendekatan ini melihat bahwa adanya aktor negara yang memainkan peran utama,
namun di sisi lain ada kesempatan-kesempatan bagi aktor negara lainnya (extra state-
actor) untuk memengaruhi proses pengambilan keputusan di tingkat nasional.

Hal tersebutlah yang mendasari Liddle untuk mengatakan bahwa secara umum politik di
Indonesia cenderung lebih plural. Liddle menilai bahwa di tingkat pusat ada elite politik
yang memainkan perannya untuk merumuskan kebijakan nasional di Indonesia.

Namun, para elite politik tersebut tidak memonopoli proses pengambilan keputusan
karena adanya aktor-aktor negara lainnya yang penting seperti pemerintah daerah,
organisasi, anggota parlemen, pers, kelompok intelektual dan lain-lain yang secara tidak
langsung dapat memengaruhi proses pengambilan keputusan di tingkat nasional.

You might also like