Professional Documents
Culture Documents
Macro Brief
Macro Brief
Macro Brief
Date @June 28, 2022 → June 30, 2022
Kategori Tugas
– Foreign Reserves
banknotes,
deposits,
bonds,
treasury bills, and
Macro Brief 1
The world's largest current foreign exchange reserve holder is China, a country
holding more than $3 trillion of its assets in a foreign currency. Most of their reserves
are held in the U.S. dollar. One of the reasons for this is that it makes international
trade easier to execute since most of the trading takes place using the U.S. dollar.
Saudi Arabia also holds considerable foreign exchange reserves, as the country
relies mainly on the export of its vast oil reserves. If oil prices begin to rapidly drop,
the country's economy could suffer. It keeps large amounts of foreign funds in
reserves to act as a cushion should this happen, even if it’s only a temporary fix.
Russia’s foreign exchange reserves are held mostly in U.S. dollars, much like the
rest of the world, but the country also keeps some of its reserves in gold. Since gold
is a commodity with an underlying value, the risk in relying on gold in the event of a
Russian economic decline is that the value of gold will not be significant enough to
support the country’s needs. As of February 2022, Russia's foreign exchange
reserves totaled some $630 billion. However, sanctions imposed by the European
Union (EU), the U.S., and other nations in response to Russia's invasion of Ukraine
in February 2022 rendered most of those reserves inaccessible to the central bank.
Another danger of using gold as a reserve is that the asset is only worth what
someone else is willing to pay for it. During an economic crash, that would put the
power of determining the value of the gold reserve, and therefore Russia’s financial
fallback, into the hands of the entity willing to purchase it.
Komposisi
Cadangan Devisa
1. Emas Moneter
persediaan emas yang dimiliki oleh Bank
Indonesia yang berupa emas batangan dengan
persyaratan internasional tertentu. Selain emas
batangan, bisa juga berbentuk emas murni, dan
mata uang emas yang berada di dalam
maupun luar negeri.
Macro Brief 2
Tujuannya untuk menambah likuiditas
Badan Pusat Statistik
internasional.
Bantu kami untuk lebih
baik dalam melayani
3. Reserve Position in the Fund
melalui Survei Kebutuhan
RPF adalah cadangan devisa dari suatu negara https://www.bps.go.id/i
di rekening IMF. Nilainya akan menunjukkan ndicator/13/1091/1/posisi-
cadangan-devisa.html
posisi kekayaan dan tagihan negara tersebut Cadangan Devisa
6. Surat Berharga
7. Tagihan Lainnya
– Trade Balance
Macro Brief 3
Dalam praktiknya, neraca perdagangan mempunyai dua sifat,
positif dan negatif. Suatu negara dikatakan mempunyai
neraca perdagangan yang positif apabila negara tersebut
lebih banyak melakukan ekspor daripada impor. Sebaliknya,
ketika suatu negara lebih banyak menerima impor dari negara
lain daripada ekspor, negara tersebut mempunyai neraca
perdagangan yang negatif.
Yang dimaksud ekspor adalah barang dan jasa yang dibuat di dalam negeri dan
dijual kepada orang asing. Sementara, impor adalah barang dan jasa yang dibeli
oleh penduduk suatu negara, di mana barang dan jasa tersebut dibuat di luar
negeri.
– Portofolio Flows
Besarnya likuiditas global merupakan faktor utama yang mendorong kenaikan aliran
modal ke negara-negara berkembang, selain faktor prospek pertumbuhan yang lebih
Macro Brief 4
baik, serta kebijakan lalu lintas modal yang kondusif di sejumlah negara
berkembang. Volatilitas aliran modal ini berpotensi meningkatkan volatilitas dan
tekanan terhadap nilai tukar, dan pada akhirnya dapat mempengaruhi stabilitas
moneter dan sistem keuangan. Dalam merumuskan respons kebijakan yang tepat
untuk mengatasi volatilitas aliran modal dan nilai tukar, bank sentral pada umumnya
melakukan monitoring terhadap likuiditas valuta asing, termasuk mengamati
kecepatan perubahan nilai tukar serta pengaruh aliran modal terhadap harga aset,
untuk menjamin pasar keuangan tetap berfungsi dengan baik. Untuk menjaga
stabilitas eksternal, beberapa bank sentral melakukan intervensi di pasar valuta
asing apabila terjadi volatilitas nilai tukar yang berlebihan. Sementara itu, jumlah
bank sentral yang menerapkan kebijakan makroprudensial untuk menjaga kestabilan
sistem keuangan juga mulai mengalami kenaikan.
Macro Brief 5
https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/7dd41e95-f68
4-4f35-8824-edfb1862bd33/550-1140-1-SM.pdf
The contribution of portfolio investment to capital flows into Indonesia has been
magnified since global economic crisis in 2008. Ever since, its magnitude and
volatility determines the net in and out of capital flows. It is thus crucial to study the
dynamic of portfolio flows into Indonesia. The result of SVAR model reveals that
push factors or external global factors explain portfolio flows into Indonesia. The
effect of US interest rate still has a significant reversed effect on Indonesia portfolio.
It confirms the tendency that the flows to developing countries possibly due to the
declining interest rate in developed countries. It also has more linkage to the regional
than to the global stock market’s performance. Moreover, a strong performance of
lagged domestic stock market performance has reversed effect in the following
period implies a counter cyclical investment behavior of global investors. Finally, BI
rate as Bank Indonesia’s monetary instrument has a weak correlation to the flows.
It is therefore important for Bank Indonesia to give attention to the domestic risk and
to set BI rate that is in line with the principle of risk reduction. In other words, in
attracting foreign investors increasing domestic rate of return while putting
domestic economy in a riskier state is not effective and should never be a
policy option. Furthermore, our study confirms that focusing on the federal funds
rate is necessary in managing portfolio flows. Along with this, Bank Indonesia
needs to focus more on the dynamic of regional economy especially ASEAN stock
market performance rather than global economy as a whole.
– Balance of Payment
https://www.gramedia.com/literasi/neraca-pembayaran/#:~:text=Neraca pembayaran
https://www.indonesia-investments.com/id/news/todays-headlines/sharp-
improvements-in-indonesia-s-balance-of-payments-current-account-
balance/item9470
Macro Brief 6
Sedangkan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) neraca
pembayaran berarti perbandingan penerimaan uang antara dua
negara (dalam perdagangan dunia); daftar perkiraan yang
terperinci tentang transaksi perdagangan yang diselenggarakan
oleh negara dalam jangka waktu tertentu.
1. Transaksi berjalan
Transaksi berjalan adalah transaksi yang berkaitan dengan ekspor dan impor
berupa barang dan jasa dalam kurun waktu satu tahun. Transaksi berjalan terdiri
dari neraca perdagangan (transaksi barang), transaksi jasa, pendapatan
primer, dan pendapatan sekunder. Namun, pada umumnya transaksi berjalan
digunakan untuk menilai atau mengukur neraca perdagangan (trade balance).
a. Transaksi barang
b. Transaksi jasa
Transaksi jasa meliputi penyediaan jasa dilakukan oleh penduduk Indonesia
kepada penduduk luar negeri (ekspor) dan penduduk luar negeri kepada
penduduk Indonesia (impor). Transportasi internasional dan perjalanan
(travel) merupakan bagian dari transaksi jasa.
Macro Brief 7
c. Pendapatan primer
d. Pendapatan sekunder
2. Transaksi modal
Transaksi modal biasanya dipakai untuk mencatat hasil bersih yang diperoleh
dari transaksi pengeluaran dan pendapatan modal. Transaksi modal terdiri dari
aset tetap dan hibah investasi. Sebagian besar transaksi modal berupa
transfer modal.
Transaksi modal dihitung dengan cara menjumlahkan nilai bersih yang diperoleh
dari transfer modal dan aset non produced non financial assets. Kemudian, sisi
kredit diwakili oleh transaksi aliran modal masuk (capital inflow transaction),
sementara itu, sisi debit diwakili oleh transaksi aliran modal keluar.
3. Transaksi finansial
Macro Brief 8
b. Investasi portofolio (Portfolio Investment)
c. Derivatif finansial
d. Investasi lainnya
Yang termasuk ke dalam investasi lainnya adalah semua jenis finansial yang
tidak termasuk ke dalam tiga kategori sebelumnya. Pada sisi kewajiban,
sebagian besar investasi lainnya meliputi pinjaman luar negeri baik itu
pemerintah atau swasta dan hutang dagang (trade credit) yang didapatkan
dari eksportir barang dan jasa di luar negeri.
Pada dasarnya neraca pembayaran terdiri dari debit dan kredit. Pada neraca
pembayaran, kredit berfungsi untuk mencatat semua transaksi yang
menghasilkan devisa atau memberikan tagihan terhadap luar negeri.
Sedangkan, debit berfungsi untuk mencatat semua transaksi yang berkaitan dengan
pengurangan jumlah devisa karena pengurangan jumlah devisa yang ada pada debit
diperoleh dari pembayaran atau yang memunculkan utang terhadap luar negeri.
Neraca pembayaran terbagi menjadi tiga jenis, yakni neraca pembayaran defisit,
neraca pembayaran surplus, dan neraca pembayaran seimbang. Berikut penjelasan
tentang tiga jenis neraca pembayaran tersebut.
Neraca pembayaran defisit adalah neraca yang menandakan bahwa nilai impor
lebih besar daripada nilai ekspor. Jika suatu negara terus-menerus
mengalami defisit maka sektor keuangan berjalan lambat sehingga
pertumbuhan ekonomi sulit untuk berkembang.
“Bagaimana mengatasi masalah defisit?” Membatasi komoditas impor dan
meningkatkan komoditas ekspor merupakan salah dua cara yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan defisit pada suatu negara. Di
Macro Brief 9
samping membatasi komoditas impor, pemerintah perlu memperluas pasar
ekspor sehingga komoditas ekspor meningkat.
Kondisi masuk dan keluarnya dana yang terjadi pada neraca pembayaran dapat
menandakan bahwa neraca pembayaran berfungsi dengan baik. Penting bagi suatu
negara untuk memperhatikan transaksi ekonomi agar berjalan dengan semestinya
bahkan diusahakan untuk berjalan ke arah yang menguntungkan.
Macro Brief 10
Sebagai bahan pemerintah dalam membuat keputusan atau kebijakan moneter
yang dilaksanakan oleh suatu negara.
Sebagai alat untuk mengukur atau menilai keadaan ekonomi yang berhubungan
dengan transaksi ekonomi internasional dari suatu negara.
Sebagai alat untuk mencatat anggaran yang akan dikeluarkan dalam transaksi
internasional
A current account is the widest measure of (both public and private) cross-border
transactions (including trade, tourism, capital transfers, and foreign assets and
liabilities) between a country and the rest of the world. Hence, when a country runs a
current account deficit, it can be labeled a ‘net borrower from the world’.
This does not mean that running a current account deficit is necessarily negative. In
fact, a deficit can be a sign of a healthy and booming economy. A very simple
example being that massive growth of imports of capital goods (namely physical
assets used in the production process to manufacture products and services that
consumers will later buy) into a country – in the context of direct investment – may
temporarily put pressures on the current account balance. But considering these
goods will be used to generate new revenue streams (creating new jobs and
perhaps encouraging more exports in the future), it is positive for the national
economy. And therefore, in order to determine whether a current account deficit or
surplus is positive or negative for a country, we need to take a closer look at the
exact context of this balance and the country.
Typically, though, portfolio investors become quite nervous when a country (where
they have invested in shares and/or bonds) runs a structural current account deficit
because it means this country is absorbing more than it is producing. This implies
that the rest of the world is ‘lending’ its savings to it (in the form of debt to, or direct/
portfolio investment in the economy). And another possibility is that a country with a
current account deficit is simply running down its foreign assets (such as its official
foreign currency assets). Either way, the question arises whether it is a sustainable
situation for the country in question.
And so, in times of global (political/economic) turmoil – when investors seek safety
(safe haven assets such as gold or US dollars) – then it are usually shares and
Macro Brief 11
bonds in those economies that run a structural current account deficit that are
ditched the first, particularly if it involves an emerging economy (as emerging
economies are typically less stable – from an economic, financial, social, and
political perspective – than advanced economies; which also explains why emerging
Macro Brief 12