Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

KONSUMSI DAN DAYA TERIMA PASIEN RAWAT INAP PENYAKIT

KARDIOVASKULAR TERHADAP MAKANAN YANG DISAJIKAN


RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

(Consumption and Food Acceptance among Cardiovascular Disease Hospitalized Patients to the
Food Served in Adam Malik General Hospital)

Nadia Chalida Nur1), Etti Sudaryati2), Ernawati Nasution2)


1)
Alumni Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
2)
Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
USU
Email : phantomhive729@gmail.com

ABSTRACT

Cardiovascular disease is a disorder of the heart and blood vessel, included heart disease
and stroke. Theraphy for cardiovascular disease can be done by admission to the hospital, receiving
medical treatment and supported by proper diet treatment. The efficacy of the diet provided by the
hospital can be evaluated by nutrient consumption and food acceptance of the food served. The
purpose of this research is to study nutrient consumption and food acceptance among cardiovascular
disease hospitalized patients to the food served in Adam Malik General Hospital.
A descriptive study was conducted on 32 cardiovascular disease patients based on physician
diagnosis. Patient food consumption data obtained using food recall 24 hours form. Univariate data
analysis to look at the frequency distribution of consumption levels, the level of adequacy, and
acceptability of food served.
The result of the research showed the tendency of the intake of food the patient is at the level
of the deficit, because the patient is not able to spent the hospital food. The tendency of sufficient
levels of nutrients patients are also at the level of the deficit, that can slow the healing process and
increase the time of patient care in hospitals. Food acceptance measurement showed that food
provided by hospital was well accepted.
Consumption of food patients can be stimulated by increasing social atmosphere, good
service, and provide a menu option or modify the menu to avoid boredom patients on hospital food
served.

Keywords : nutrient consumption, food acceptance, cardiovascular disease

PENDAHULUAN akibat penyakit kardiovaskuler di


Indonesia mencapai 400 per 100.000
Penyakit kardiovaskular merupakan kematian (WHO, 2013).
penyakit gangguan pada jantung dan Upaya untuk memperoleh
pembuluh darah, termasuk penyakit kesembuhan dari suatu penyakit, termasuk
jantung koroner, stroke, gagal jantung penyakit kardiovaskular, diperlukan
kongestif, penyakit vaskular periferal, pengobatan yang tepat. Selain pengobatan,
penyakit vena dalam, penyakit jantung makanan merupakan salah satu faktor
rematik, dan penyakit jantung lainnya. penunjang untuk mempercepat
WHO menyebutkan sebanyak 17,3 juta penyembuhan penyakit. Dengan
orang meninggal akibat penyakit tercukupinya zat gizi dapat membantu
kardiovaskuler pada tahun 2008, 80% proses penyembuhan. Penyediaan
kematian terjadi di negara miskin dan makanan di rumah sakit diharapkan dapat
berkembang. Diperkirakan sebanyak lebih membantu penderita dalam mengontrol
dari 23,3 juta orang meninggal akibat konsumsi makanan agar tidak
penyakit ini pada tahun 2030. Kematian memperparah penyakit. Rumah sakit
memiliki pedoman diet khusus yang akan RSUP H. Adam Malik Medan
memberikan rekomendasi yang spesifik merupakan rumah sakit kelas A dan rumah
mengenai kebiasaan dan pola makan yang sakit rujukan di wilayah barat. RSUP H.
bertujuan untuk mempertahankan dan Adam Malik memiliki cardiac center yang
meningkatkan status gizi pasien. memungkinkan banyak pasien penyakit
Terapi gizi merupakan kardiovaskular yang ditangani.
penatalaksanaan gizi yang penting pada Konsumsi zat gizi dan daya terima
penderita penyakit kardiovaskular. pasien rawat inap penyakit kardiovaskular
Umumnya diet pada panderita penyakit terhadap makanan yang disajikan perlu
kardiovaskular dapat diperoleh dengan diperhatikan dengan baik. Hal ini yang
baik di rumah sakit. Menurut Wright mendasari penelitian mengenai konsumzi
dalam The Journal Of The American zat gizi dan daya terima pasien rawat inap
Medial Association (2004) bahwa penyakit kardiovaskular terhadap makanan
sebanyak 50% pasien yang dirawat yang disajikan rumah sakit.
dirumah sakit mendapatkan zat gizi yang Tujuan dari penelitian ini adalah
lebih rendah dari kebutuhan zat gizi yang mengetahui konsumsi zat gizi dan daya
diperlukan karena selera makan yang terima pasien rawat inap penyakit
menurun dan ketidakmampuan untuk kardiovaskular terhadap makanan yang
makan akibat penyakit yang dideritanya. disajikan RSUP H. Adam Malik Medan
Pasien mendapatkan zat gizi yang agar bisa dijadikan bahan masukan bagi
kurang daripada kebutuhan zat gizinya rumah sakit dalam penyempurnaan
bisa tergantung terhadap penilaian kegiatan penyelenggaraan makanan untuk
terhadap kualitas makanan. Penilaian pasien rawat inap dan khususnya pasien
terhadap kualitas makanan yang diberikan rawat inap penyakit kardiovaskular.
berhubungan dengan tingkat kesukaan dan
penerimaan seeorang terhadap kemampuan METODE PENELITIAN
untuk mengonsumsinya. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan instalasi gizi Jenis Penelitian
RSUP H. Adam Malik Medan pada pasien Jenis penelitian yang digunakan
rawat inap pada bulan Desember 2012, untuk konsumsi dan daya terima pasien
menunjukkan hasil daya terima terhadap rawat inap penyakit kardiovaskular
variasi menu menunjukkan kepuasan terhadap makanan yang disajikan RSUP
sebesar 57%, aroma makanan 43,3%, rasa H. Adam Malik Medan adalah penelitian
makanan 51,2%, tekstur makanan 57,7%, deskriptif. Desain penelitian menggunakan
suhu makanan 64,9%, dan kebersihan metode survei dengan data kuantitatif
makanan sebesar 68,6%. Rata-rata hanya
61,4% pasien rawat yang menghabiskan Sampel Penelitian
makanan rumah sakit. Penelitian dilakukan kepada 32
Pasien yang tidak menghabiskan pasien rawat inap penyakit kardiovaskular
makanan yang diberikan rumah sakit akan di RSUP H. Adam Malik Medan yang
berisiko menderita malnutrisi. Malnutrisi memenuhi kriteria yang diinginkan.
dapat berdampak negatif pada saat Pemilihan pasien dilakukan secara
penyembuhan penyakit dan penyembuhan purposive sampling berdasarkan kriteria
pascabedah. Selain itu pasien yang yaitu berusia diatas 17 tahun, dalam
mengalami penurunan status gizi akan keadaan sadar dan tidak mengalami
memiliki risiko untuk kambuh kembali gangguan kejiwaan sehingga dapat
yang cukup besar sehingga dapat berkomunikasi dengan baik, telah dirawat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas selama lebih dari dua hari, mendapatkan
serta menurunkan kualitas hidup pasien. diet penyakit kardiovaskular, tidak
menderita penyakit komplikasi dan Hampir sebagian besar status gizi pasien
bersedia diwawancarai. berada pada tingkat obesitas ringan.
Karakteristik riwayat penyakit
Pengumpulan Data pasien meliputi lama menderita penyakit
1. Identitas dan Riwayat Penyakit kardiovaskular, status perawatan di rumah
Pasien sakit, dan lama perawatan di rumah sakit.
Identitas dan riwayat penyakit 53,1% pasien telah menderita penyakit
pasien berupa usia, jenis kelamin, kardiovaskular kurang lebih selama 1-5
berat badan, tinggi badan, lama tahun, dan penyakit yang paling banyak
menderita penyakit, status diderita oleh pasien adalah penyempitan
perawatan di rumah sakit dan lama pembuluh darah dan penyakit jantung
perawatan diperoleh dengan koroner. Sebanyak 53,1% pasien mengaku
wawancara menggunakan belum pernah dirawat di rumah sakit
kuesioner karena penyakit kardiovaskular. Saat
2. Konsumsi Pasien wawancara dilakukan, 78,1% pasien telah
Konsumsi pasien berupa konsumsi dirawat di rumah sakit selama kurang dari
pasien dari makanan rumah sakit lima hari.
dan makanan luar rumah sakit,
diperoleh dengan menggunakan Tingkat Konsumsi Pasien Rawat Inap
metode food recall 24-hours Penyakit Kardiovaskular RSUP H. Adam
3. Daya Terima Pasien Malik Medan
Daya terima pasien terhadap Berdasarkan penelitian, tingkat
makanan yang disajikan RSUP H. konsumsi energi pasien cenderung defisit.
Adam Malik Medan didapakan dari Sebanyak 57,1% pasien yang mendapatkan
pasien yang telah mendapatkan diet konsistensi makanan biasa (MB)
makanan rumah sakit setidaknya berada pada kategori defisit dengan rata-
selama dua hari. Daya terima rata tingkat konsumsi energi sebesar
pasien diperoleh dengan 82,53% dari jumlah energi yang
wawancara menggunakan disediakan rumah sakit sebesar 2103 kal.
kuesioner uji kesukaan. Sebanyak 90,9% pasien yang mendapatkan
diet konsistensi makanan lunak (ML)
Analisis Data berada pada kategori defisit dengan rata-
Data yang telah dikumpulkan, dianalisis rata tingkat konsumsi energi sebesar
menggunakan program komputer secara 81,52% dari jumlah energi yang
univariat. Analisis univariat digunakan disediakan rumah sakit sebesar 1836 kal.
untuk melihat distribusi frekuensi semua Tingkat konsumsi energi pasien yang
variabel yang diteliti. berada dalam kategori defisit terjadi
karena pasien tidak menghabiskan nasi
HASIL DAN PEMBAHASAN atau bubur nasi yang diberikan. Pasien
merasa perutnya begah setelah makan
Karakteristik Pasien Rawat Inap Penyakit beberapa suap, merasa mual dan bahkan
Kardiovaskular RSUP H. Adam Malik tidak selera makan.
Medan Tabel 1. Distribusi Tingkat Konsumsi
Karakteristik pasien meliputi jenis Energi Pasien
kelamin, usia, dan status gizi. Tidak ada Pasien MB Pasien ML
Tingkat Konsumsi
perbedaan jumlah pasien laki-laki dan n % n %
pasien perempuan. Usia pasien paling Defisit Berat 5 23,8 2 18,2
Defisit Sedang 6 28,6 6 54,2
banyak berasal dari kelompok usia 60-69 Defisist Ringan 1 4,8 2 18,2
tahun dan kelompok usia 50-59 tahun. Normal 9 42,9 1 9,1
Total 21 100,0 11 100,0
Tingkat konsumsi protein pasien sakit sebesar 59,7 gr. Sebanyak 63,6%
juga cenderung defisit. Sebanyak 57,1% pasien yang mendapatkan diet konsistensi
pasien yang mendapatkan diet dengan makanan lunak (ML) berada pada kategori
konsistensi makanan biasa (MB) berada defisit dengan rata-rata tingkat konsumsi
pada kategori defisit dengan rata-rata lemak sebesar 84,4% dari jumlah protein
tingkat konsumsi protein sebesar 78,9% yang disediakan rumah sakit sebesar 61,0
dari jumlah protein yang disediakan rumah gr. Tingkat konsumsi lemak yang defisit
sakit sebesar 80,4 gr. Sebanyak 63,6% mengindikasikan bahwa pasien tidak
pasien yang mendapatkan diet konsistensi menghabiskan makanan yang mengandung
makanan lunak (ML) berada pada kategori lemak. Pasien penyakit kardiovaskular
defisit dengan rata-rata tingkat konsumsi memang harus membatasi konsumsi
protein sebesar 77% dari jumlah protein lemak, tetapi bukan berarti tidak
yang disediakan rumah sakit sebesar 72,1 mengonsumsi lemak sama sekali.
gr. Tingkat konsumsi protein yang berada Tabel 3. Distribusi Tingkat Konsumsi
pada kategori defisit disebabkan karena Lemak Pasien
pasien tidak menghabiskan lauk yang Tingkat Konsumsi
Pasien MB Pasien ML
diberikan. Padahal pihak rumah sakit telah n % n %
Defisit Berat 3 14,3 0 0,0
memberikan lauk dari sumber nabati dan 4 19,0 5 45,5
Defisit Sedang
hewani untuk mencukupi kebutuhan Defisist Ringan 5 23,8 2 18,2
protein pasien dan menyeimbangkan Normal 9 42,9 4 36,4
konsumsi protein hewani dan nabati. Total 21 100,0 11 100,0
Pasien tidak menghabiskan lauk yang
diberikan dengan alasan tidak selera Tingkat konsumsi natrium pasien
melihat lauk yang diberikan, dan merasa berada pada kategori normal sebesar 81%
mual. pada pasien yang mendapatkan diet
Tingkat konsumsi energi dan dengan konsistensi makanan biasa (MB)
protein yang berada dalam kategori defisit dengan rata-rata tingkat konsumsi natrium
akan berdampak negatif terhadap proses sebesar 94,7% dari jumlah natrium yang
penyembuhan karena energi dan protein disediakan rumah sakit sebesar 820 mg
merupakan kebutuhan fisiologis pertama dan 72,7% pasien berada pada kategori
dan sangat penting karena menyediakan normal dengan rata-rata tingkat konsumsi
energi bagi yang sakit dan menyediakan sebesar 93,2% dari jumlah natrium yang
enegi bagi masa penyembuhan (Harper et disediakan rumah sakit sebesar 784 mg
all, 1986). pada pasien yang mendapatkan diet
Tabel 2. Distribusi Tingkat Konsumsi konsistensi makanan lunak (ML).
Protein Pasien Konsumsi natrium yang sesuai dengan
Pasien MB Pasien ML ketentuan tidak akan memperberat kerja
Tingkat Konsumsi
n % n % jantung untuk memompa darah sehingga
Defisit Berat 7 33,3 5 45,4 tidak memberikan tambahan beban
Defisit Sedang 3 14,3 2 18,2
penyakit kepada pasien dan akan
Defisist Ringan 2 9,5 0 0,0
Normal 9 42,9 4 36,4 mempercepat masa penyembuhan serta
Total 21 100,0 11 100,0 mempersingkat waktu perawatan di rumah
sakit.
Tingkat konsumsi lemak pasien Tabel 4. Distribusi Tingkat Konsumsi
juga cenderung defisit. Sebanyak 57,1% Natrium Pasien
pasien yang mendapatkan diet dengan Pasien MB Pasien ML
Tingkat Konsumsi
konsistensi makanan biasa (MB) berada n % n %
Defisit Berat 0 0,0 0 0,0
pada kategori defisit dengan rata-rata 0 0,0 0 0,0
Defisit Sedang
tingkat konsumsi lemak sebesar 85,5% Defisist Ringan 4 19,0 3 27,3
dari jumlah lemak yang disediakan rumah Normal 17 81,0 8 72,7
Total 21 100,0 11 100,0
Tingkat konsumsi zat gizi yang berada pada kategori defisit dengan rata-
masih defisit menunjukkan bahwa pasien rata tingkat kecukupan energi sebesar
kurang mengkonsumsi makanan yang 92,4%% dari jumlah energi yang
disediakan rumah sakit dengan baik. dibutuhkan pasien sebesar 2178 kal.
Pasien tidak mampu menghabiskan Sebanyak 81,8% pasien yang mendapatkan
makanan yang disediakan rumah sakit diet konsistensi makanan lunak (ML)
dengan alasan perut mereka terasa begah berada pada kategori defisit dengan rata-
setelah makan beberapa suap, merasa rata tingkat kecukupan energi sebesar
mual, sedang tidak nafsu makan atau 75,5% dari jumlah energi yang dibutuhkan
makanan tumah sakit tidak cocok dengan pasien sebesar 2336 kal. Konsumsi energi
selera pasien. Defisit konsumsi yang kurang dari kecukupan atau berada
menyebabkan banyak makanan yang pada kategori defisit akan membuat pasien
tersisa dan terbuang. Kondisi ini leah dan tidak bertenaga sehingga dapat
merugikan pihak rumah sakit dan pasien memperlambat proses penyembuhan dan
itu sendiri karena biaya penyelenggaraan memperlama masa perawatan di rumah
makanan tergolong cukup besar. sakit. Selain itu konsumsi energi dari
Konsumsi pasien yang cenderung makanan yang memiliki indeks glikemik
kurang dari diet yang ditetapkan rumah yang rendah akan menurunkan angka
sakit dapat menyebabkan terjadinya kematian akibat penyakit kardiovaskular
malnutrisi klinis. Malnurisi klinis dapat (Tarino et all, 2008).
terjadi disebabkan oleh penyakit pasien itu Tabel 5. Distribusi Tingkat Kecukupan
sendiri dan kondisi kurang gizi serta efek Energi Pasien
samping terapi atau pembedahan (The Pasien MB Pasien ML
Tingkat Konsumsi
Patient Association, 2011). Pasien yang n % n %
Defisit Berat 3 14,3 4 36,4
berada pada tingkat defisit, baik itu defisit 3 14,3 4 36,4
Defisit Sedang
ringan, sedang, ataupun berat diduga Defisist Ringan 4 19,0 1 9,1
karena kondisi fisik yang menurun, faktor Normal 8 38,1 2 18,2
konsumsi obat-obatan tertentu dan Total 21 100,0 11 100,0
pascaoperasi. Obat-obatan tertentu dapat
menyebabkan penurunan nafsu makan. Tingkat kecukupan protein pasien
Pasien tidak mampu menghabiskan berada pada kategori normal sebanyak
makanan yang disediakan rumah sakit 42,9% pasien yang menerima diet
karena alasan mual, tidak nafsu makan, konsistensi makanan biasa (MB) dengan
dan tidak cocok dengan rasa makanan rata-rata tingkat kecukupan protein sebesar
rumah sakit (Hanss, 2006). Operasi juga 112,2% dari jumlah protein yang
memiliki efek samping terhadap asupan dibutuhkan pasien sebesar 62,3 gr dan
makan pasien. Pasien pascaoperasi 54,5% pasien yang menerima diet
memiliki gejala kelelahan, kesakitan, dan konsistensi makanan lunak (ML) dengan
kehilangan nafsu makan. Umumnya efek rata-rata tingkat kecukupan sebesar
samping tersebut bersifat sementara dan 101,1% dari jumlah kebutuhan protein
akan menghilang beberapa hari setelah harian pasien sebesar 64,5 gr. Tingkat
operasi (Peckenpaugh, 2010). kecukupan protein pasien yang berada
pada kategori normal ini terjadi karena
Tingkat Kecukupan Pasien Rawat Inap jumlah protein dari makanan yang
Penyakit Kardiovaskular RSUP H. Adam disediakan rumah sakit dalam jumlah yang
Malik Medan sesuai dengan kebutuhan protein pasien.
Berdasarkan penelitian, tingkat Konsumsi makanan tinggi protein akan
kecukupan energi pasien cenderung defisit. menurunkan risiko penyakit jantung
Sebanyak 47,6% pasien yang mendapatkan iskemik dan menurunkan kematian akibat
diet konsistensi makanan biasa (MB) jantung koroner (Tarino et all, 2008).
Tabel 6. Distribusi Tingkat Kecukupan diet konsistensi makanan biasa (MB)
Protein Pasien berada pada kategori defisit dengan rata-
Pasien MB Pasien ML rata tingkat kecukupan sebesar 69,2% dari
Tingkat Konsumsi
n % n % jumlah kebutuhan natrium pasien sebesar
Defisit Berat 1 4,8 1 9,1
2 9,5 0 0,0
1327 mg dan 81,8% pasien yang
Defisit Sedang
Defisist Ringan 3 14,3 2 18,2 mendapatkan diet konsistensi makanan
Normal 9 42,9 6 54,5 lunak (ML) berada pada kategori defisit
Total 21 100,0 11 100,0 dengan rata-rata tingkat kecukupan ntrium
sebesar 69,2% dari jumlah natrium yang
Kecenderungan tingkat kecukupan dibutuhkan pasien sebesar 1449 mg. Pada
yang defisit juga ditemukan pada tingkat pasien penyakit kardiovaskular dengan
kecukupan lemak pasien. Sebanyak 47,6% hipertensi, diet rendah natrium akan
pasien yang menerima diet konsistensi berperan penting dalam perkembangan
makanan biasa (MB) dengan rata-rata tekanan darah. Pengurangan konsumsi
tingkat kecukupan sebesar 92,2% dari natrium hingga 1,8 gr perhari dapat
jumlah kebutuhan lemak harian sebesar mengurangi tekanan darah sistol dan
61,2 gr dan 54,5% pasien yang diastol sebesar 4 dan 2 mmHg. Rata-rata
mendapatkan makanan lunak (ML) dengan konsumsi natrium pasien yang kurang dari
rata-rata tingkat kecukupan sebesar 1200 mg perhari secara bermakna dapat
88,79% dari jumlah lemak yang mempertahankan tekanan darah yang
dibutuhkan pasien sebesar 65,1 gr. normal.
Sebagian pasien penyakit kardiovaskular Tabel 8. Distribusi Tingkat Kecukupan
merasa takut untuk mengonsumsi lemak Natrium Pasien
dengan alasan takut akan memperparah Pasien MB Pasien ML
Tingkat Konsumsi
penyakit yang mereka derita. Lemak bukan n % n %
harus dijauhi tetapi konsumsinya yang Defisit Berat 13 61,9 7 63,6
Defisit Sedang 2 9,5 2 18,2
harus dibatasi. Pembatasan konsumsi
Defisist Ringan 2 9,5 0 0,0
lemak hingga kurang dari 30% total Normal 3 14,3 1 9,1
kebutuhan enegi dilakukan untuk Total 21 100,0 11 100,0
mengurangi asupan energi dari lemak
karena lemak merupakan makanan yang Daya Terima Pasien Rawat Inap Penyakit
tinggi kalori. Konsumsi makanan yang Kardiovaskular Terhadap Makanan yang
mengandung asam lemak tak jenuh ganda Disajikan RSUP H. Adam Malik Medan
akan menurunkan insidensi panyakit Hasil penelitian menunjukkan
jantung koroner dan konsumsi makanan sebanyak 42,9% pasien yang mendapatkan
yang mengandung asam lemak omega-3 diet dengan konsitensi makanan biasa
dapat mencegah kematian akibat menyukai variasi menu yang disajikan dan
miokardium infark (Tarino et all, 2008). 81,8% pasien yang mendapatkan diet
Tabel 7. Distribusi Tingkat Kecukupan dengan konsistensi makanan lunak
Lemak Pasien menyukai variasi makanan yang disajikan.
Pasien MB Pasien ML Sebanyak 52,4% pasien yang mendapatkan
Tingkat Konsumsi
n % n % diet dengan konsistensi makanan biasa
Defisit Berat 3 14,3 2 18,2
5 23,8 2 18,2
menyukai bentuk makanan yang disajikan
Defisit Sedang
Defisist Ringan 2 19,5 2 18,2 dan 63,6% pasien yang mendapatkan diet
Normal 8 38,1 4 36,4 dengan konsitensi makanan lunak
Total 21 100,0 11 100,0 menyukai bentuk makanan yang disajikan.
Hampir semua pasien yang mendapatkan
Selain tingkat kecukupan lemak diet dengan konsistensi makanan biasa
yang defisit, tingkat kecukupan natrium maupun makanan lunak menyatakan alat
pasien juga berada pada kategori defisit.
Sebanyak 80,9% pasien yang menerima
makan yang digunakan masuk dalam Kontribusi Konsumsi Makanan Luar
kategori bersih. Rumah Sakit Terhadap Total Konsumsi
Daya terima makanan secara umum Harian
juga dapat dilihat dari jumlah makanan Makanan luar rumah sakit
yang dikonsumsi. Daya terima makanan merupakan makanan yang dikonsumsi
juga dapat dinilai dari jawaban terhadap pasien selain dari makanan yang disajikan
pertanyaan yang berhubungan dengan RSUP H. Adam Malik. Berdasarkan
makanan yang dikonsumsi. Beberapa penelitian yang dilakukan, pasien
faktor yang mempengaruhi daya terima mengonsumsi energi dari makanan luar
terhadap makana rumah sakit adalah faktor rumah sakit rata-rata sebesar 193,9 kal,
internal dan faktor eksternal (Khumaidi, protein sebesar 8,57 gr, dan lemak sebesar
1994 dalam Ratnasari, 2003). 4,71 gr. dan konsumsi natrium sebesar
Faktor internal tersebut adalah 231,6 mg.
kondisi dalam diri seseorang yang dapat Beberapa pasien tidak
mempengaruhi konsumsi makanannya mengkonsumsi makanan luar rumah sakit
seperti nafsu makan, yang dipengaruhi karena pasien merasa cukup dengan
kondisi fisik dan psikis, kebiasaan maka, makanan yang disediakan rumah sakit dan
pola makan,dan kebosanan yang muncul karena pasien tidak mempunyai keberanian
karena konsumsi makanan yang kurang untuk mengkonsumsi makanan lain selain
bervariasi. Kondisi fisik yang lemah dapat yang disediakan rumah sakit. Mereka
mempengaruhi kondisi psikis pasien khawatir itu akan memberi dampak negatif
sehingga selera makan berkurang. Kondisi pada penyakit mereka. Jenis makanan luar
fisik seperti mual dan ingin muntah dapat rumah sakit yang biasanya dikonsumsi
mempengaruhi tingkat penerimaan pasien adalah buah-buahan, biskuit, bubur ayam,
terhadap makanan yang diberikan. Kondisi bubur kacang hijau dan roti tawar. Pasien
fisik pasien yang lemah selain karena mengkonsumsi makanan luar rumah sakit
penyakit yang diderita, juga dipengaruhi dengan alasan kurang menyukai rasa
oleh jenis obat dan pengobatan yang makanan rumah sakit karena berbeda
dijalani (Hartono, 2000). Kebosanan juga dengan kebiasaan makan sehari-hari,
dapat disebabkan oleh tambahan makanan merasa bosan dengan makanan yang
dari luar rumah sakit dan dekat dengan disediakan rumah sakit, sudah merasa
waktu makan. Faktor eksternal adalah lapar tapi waktu makan belum tiba, dan
faktor luar individu yang mempengaruhi masih merasa lapar walaupun telah
konsumsi makanan. Faktor tersebut adalah menghabiskan makanan rumah sakit.
cita rasa makanan, bentuk makanan, Makanan luar rumah sakit
variasi menu, cara penyajian dan mempunyai konstribusi yang cukup besar
kebersihan alat makan. terhadap total konsumsi harian pasien.
Porsi yang tepat, penampilan yang Rata-rata kontribusi zat gizi makanan luar
menarik, peralatan yang bersih dan waktu rumah sakit terhadap total konsumsi harian
penyajian yang tepat akan meningkatkan adalah kontribusi energi sebesar 15,07%,
penilaian terhadap makanan sehingga konstribusi protein sebesar 12,26%,
dapat membangkitkan selera. Selera pasien kontribusi lemak sebesar 8,23%,
juga bisa ditingkatkan dengan kontribusi karbohidrat sebesar 19,2%, dan
mengupayakan rasa yang enak, tetapi pada kontribusi natrium sebesar 28,05%.
umumnya makanan rumah sakit tidak Pasien mendapatkan makanan luar
seenak makanan biasa yang dikonsumsi rumah sakit dari pendamping pasien atau
pasien karena penggunaan bumbu sebagai dari pengunjung pasien. Pendamping dan
penyedap makanan dibatasi. pengunjung pasien berpendapat jika
makanan rumah sakit itu tidak enak dan
merasa kasihan pada pasien karena tidak
mau makan makanan yang disediakan
rumah sakit, sehingga mereka memberikan Direktorat Bina Gizi Sub Unit Bina Gizi
makanan lain yang lebih enak untuk Klinik. 2011. Diet Hipertensi.
dikonsumsi. Asumsi ini harus dihilangkan Jakarta : Kementerian Kesehatan
karena bisa memberikan risiko penyakit Republik Indonesia.
kepada pasien. Pihak rumah sakit tidak
sekedar memberikan makanan apa adanya Direktorat Bina Gizi Sub Unit Bina Gizi
kepada pasien. Makanan rumah sakit Klinik. 2011. Diet Penyakit
memiliki keseimbangan zat gizi yang tidak Jantung. Jakarta : Kementerian
akan menambah beban kepada penyakit Kesehatan Republik Indonesia.
pasien dan diharapkan jika pasien
menghabiskan makanan rumah sakit, akan Feldman, E. B. 2008. Effect Of Diet On
mempercepat masa penyembuhan dan Cardiovascular Disease Risk in
mengurangi masa perawatan di rumah Berdanier, D. Dweyer, J.
sakit. Feldman, E.B. Handbook Of
Nutrition And Food. 2nd Edition.
KESIMPULAN DAN SARAN USA : CRC Press, 727-734.
Makanan yang disediakan oleh
instalasi gizi RSUP H. Adam Malik sudah Hanns. 2006. Your Health Guide
baik dan sesuai jika dilihat dari jumlah Hipertensi. Jakarta : Gramedia
energi yang diberikan kepada pasien. Pustaka Utama.
Jumlah rata-rata energi yang diberikan
pada pasien sebesar 2103 kal untuk diet Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi Dan
dengan konsistensi makanan biasa dan Diet Rumah Sakit. Edisi Kedua.
1836 kal untuk diet dengan konsistensi Jakarta : Penerbit Buku
makanan lunak. Kedokteran EGC
Tingkat konsumsi dan tingkat
kecukupan zat gizi pasien penyakit Herbold, N. Edelstein, S. 2007. Buku Saku
kardiovaskular masih cenderung defisit Nutrisi. Jakarta : Penerbit Buku
karena kondisi fisik dan psikis pasien yang Kedokteran EGC.
tidak mampu untuk menghabiskan
makanan yang disediakan rumah sakit. Instalasi Gizi. 2012. Hubungan Tingkat
Walaupun kondisi fisik dan psikis pasien Kepuasan Pasien dengan Mutu
yang menyebabkan rendahnya tingkat Makanan di Ruang Rawat Inap
konsumsi, daya terima pasien terhadap RSUP H. Adam Malik Medan
makanan yang disajikan termasuk dalam Tahun 2012. Medan : RSUP. H.
kategori cukup baik Adam Malik.
Disarankan agar meningkatkan
kualitas pelayanan gizi agar tujuan Kementerian Kesehatan RI. 2014.
pelayanan gizi rumah sakit dalam Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta :
membantu mempercepat kesembuhan Kementerian Kesehatan RI.
pasien dan meningkatkan derajat kesehatan
pasien dapat tercapai secara optimal Krummel, D. A. 2006. Medical Nutrition
Theraphy For Cardiovascular
DAFTAR PUSTAKA Disease in Mahan, K., Stump, S.
Krause Food Nutrition And Diet
Belscher, D. 2007. Nutrition Chronic Care Theraphy. 11th Edition.
: Cardiovascular Disease. Philadelphia : Saunders.
Sudburry : Jones and Barlett
Publisher Inc
Lee, H.K dkk , 2013. Analysis of the
Prevalence and Risk Factors of
Malnutrition among Hospitalized
Patients in Busan. Busan : The
Korean Society of Food Science
and Nutrition.

Mann, J. 2009. Cardiovascular Disease in


Gibney, Michael. 2009. Public
Heath Nutrition. Oxford :
Blackwell Publishing

Pearce, E. 2006. Anatomi Dan Fisiologi


Untuk Paramedis. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.

Peckenpauh, N. 2010. Nautrition


Essentials and Diet Theraphy.
United States of America :
Saunders Elsavier

Rasmussen, H.H. 2010. Measuring


Nutritional Risk in Hospital.
Denmark : Dove Medical Press.

Sizer, F., Ellie, W. . 2006. Nutrition :


Concept And Controversies.
Tenth Edition. United States Of
America : Thomson Wadsworth.

The Patient Association. 2011.


Malnutrition in The Community
and Hospital Setting. Sydney :
The Patient Association

Wright, J., Milss, G.J., Edward, M.S.


2004. Nutritional Content of
Hospital Diets. Journal American
Medical Association. (291) (18)

World Health Organization. 2013.


Cardiovascular diseases (CVDs).
http://www.who.int/mediacentre/fa
ctsheets/fs317/en/ Diakses
tanggal 10 Desember 2013

You might also like