Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

FIRST AUTHOR / JURNALILMIAH OBSGIN- VOL.X. NO.

X(XXXX)

RISIKO PENINGKATAN HORMON KORTISOL PADA HIPERTENSI GESTASIONAL

Andi Sri Hastuti Handayani Usman1, Isharyah Sunarno2, Saidah Syamsuddin3


1ProdiKebidanan, Akademi Kebidanan Paramata Raha, Sulawesi Tenggara
2Bagian Obgyn Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Sulawesi Selatan
3Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Sulawesi Selatan

SUBMISSION TRACK A B S T R A C T

Recieved: August 23, 2021


Hypertension ranks the second leading cause of maternal
Final Revision: September 08, 2021
and neonatal mortality and morbidity globally. The
Available Online: September 15, 2021
occurrence of hypertension is 70% due to uncomplicated
gestational hypertension/preeclampsia. This study aims to
KEYWORDS analyze risk factors that can cause increase of cortisol
hormone, and the relationship between cortisol and
Risk factors, cortisol and gestational
gestational hypertension. This research used the analytic
hypertension
observational study design with case control method. The
CORRESPONDENCE samples (50 respondents) were selected with consecutive
sampling technique. The study was conducted at Siti
Phone: 085215339439 Fatimah, Pertiwi, Sitti Khadijah 1 Local Special Hospital
E-mail: ahastutihandayani@gmail.com for Mothers and Children in Makassar, and the Teaching
Hospital Laboratory of Hasanuddin University from 2 to 30
October 2017. The samples included 20 samples of
normal pregnant women and 30 samples of pregnant
women with gestational hypertension (including 20
samples with single pregnancy and 10 samples with
multiple pregnancy). The instruments were questionnaires
for demographic data, Kessler psychological distress
scale questionnaire (K10), and ELISA kit. Salivary cortisol
hormone levels were examined using the ELISA method.
The data were analyzed using independent t test and
Mann Whitney U test to assess the comparison. Chi
Square and Fisher exact tests were also used to analyze
the correlation, and odds ratio was used to assess the
strength of the correlation. The simple linear regression
test was used to examine the causal relationship between
independent and dependent variable. The results show
that stress is the risk factor of cortisol hormone increase
with p value = 0.000 (p <0.05); OR = 12.267; while parity
and multiple pregnancy are not the risk factor of cortisol
hormone increase. There is a significant correlation
between the levels of cortisol hormone and gestational
hypertension with p value = 0.000 (p <0.05); OR = 20,000.

182
ANDI SRI HASTUTI HANDAYANI USMAN / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 4 (2021)

I. INTRODUCTION kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.


AKI kembali menujukkan penurunan
Hipertensi dalam kehamilan (HDK)
menjadi 305 kematian ibu per 100.000
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei
darah sistolik ≥ 140 atau tekanan darah
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015
diastolik ≥ 90 mmHg atau keduanya,
(Syahrir dkk., 2015).
berdasarkan rata-rata minimal dua kali
pengukuran dengan selang waktu 10-15 Data dari rekam medik RSKDIA. Siti
menit istirahat pada lengan yang sama Fatimah pada tahun 2015 tercatat angka
(Dc Dutta, 2013; Magee et al., 2014). kejadian hipertensi gestasional /
Hipertensi disebut sebagai silent killer, preeklampsia tanpa komplikasi sebanyak
karena gejalanya dapat bervariasi pada 82 kasus, data dari rekam medik RSKDIA.
masing-masing individu dan hampir sama Pertiwi pada tahun yang sama ada
dengan gejala penyakit lainnya sebanyak 180 kasus dan di RSIA. Sitti
(Kemenkes.RI, 2014). Dalam kehamilan, Khadijah 1 Makassar periode bulan
terdapat beberapa klasifikasi hipertensi, Januari – Mei tahun 2017 tercatat jumlah
salah satunya adalah hipertensi ibu hamil normal sebanyak 1504 orang
gestasional, yaitu hipertensi yang baru dan angka kejadian hipertensi gestasional
terjadi pada usia kehamilan di atas 20 / preeklampsia tanpa komplikasi sebanyak
minggu pada ibu yang sebelumnya 42 kasus.
normotensi. Hipertensi gestasional yang Kortisol merupakan glukokortikoid
disertai dengan satu atau lebih tanda primer yang disekresi oleh korteks adrenal
berikut, yaitu : proteinuria,
(Black & Hawks, 2014). Selain memiliki
trombositopenia, insufisiensi ginjal, efek metabolik, anti inflamasi dan
gangguan fungsi hati, edema paru, imunosupresif, hormon kortisol juga
gangguan serebral, gejala visual atau memiliki efek permisif pada aktivitas
disfungsi uteroplasenta disebut sebagai hormon lain, yaitu epinefrin. Kortisol dapat
preeklampsia tanpa komplikasi atau meningkatkan aktivitas epinefrin sehinnga
preeklampsia ringan (Magee et al., 2014;
dapat menimbulkan vasokonstriksi
Leeman et al., 2016).
(penyempitan pembuluh darah) dengan
Hipertensi dalam kehamilan merupakan mekanisme non-genomik (Sherwood,
salah satu penyebab utama dalam 2014; Wang et al., 2013). Vasokonstriksi
terjadinya kematian dan kesakitan arteriol aferen ginjal secara tidak langsung
maternal dan neonatal secara global, merangsang sekresi renin dengan
hipertensi menempati urutan kedua menurunkan aliran darah beroksigen ke
penyebab langsung kematian ibu dalam ginjal yang pada akhirnya mengaktifkan
masa kehamilan (Strobino et al., 2015; Sistem renin-angiotensin-aldosteron
World Health Organization, 2015). 30% (SRAA) sehingga menyebabkan terjadinya
hipertensi kehamilan disebabkan karena hipertensi (Sherwood, 2014; Muñoz-
hipertensi kronik dan 70% disebabkan durango et al., 2016).
karena hipertensi gestasional / Stress merupakan salah satu
preeklampsia. Lebih dari 25% kematian rangsangan utama peningkatan sekresi
ibu di Indonesia pada tahun 2013 kortisol dalam tubuh. Adanya stressor
disebabkan oleh HDK (Kementerian akan merangsang hipotalamus untuk
Kesehatan RI, 2016). Pada tahun 1991
mengaktifkan sistem saraf simpatis,
hingga tahun 2007, AKI di Indonesia mengeluarkan CRH untuk merangsang
mengalami penurunan, yaitu dari 390 pengeluaran ACTH dan Kortisol, dan
menjadi 228. Namun demikian, SDKI memicu pelepasan vasopresin. Selain
tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI dipengaruhi oleh stress, sekresi kortisol
yang signifikan yaitu menjadi 359 juga dipengaruhi oleh sistem diurnal

183
ANDI SRI HASTUTI HANDAYANI USMAN / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 4 (2021)

(kadar tertinggi saat pagi hari sekitar jam telah memenuhi kriteria inklusi yaitu Ibu
08.00–09.00 atau saat mulai beraktivitas hamil normal dan Ibu hamil dengan
dan terendah saat malam hari atau saat hipertensi gestasional yang memiliki data
istirahat) (Sherwood, 2014). pemeriksaan kehamilan yang lengkap dan
tidak menderita hipertensi kronik,
Sekitar 95% kortisol yang dikeluarkan
superimposed preeklampsia dan penyakit
korteks adrenal akan terikat dengan
protein besar yang disebut corticosteroid ginjal. Sampel terbagi dalam 2 kelompok,
binding globulin (CBG) dan albumin untuk Ibu hamil normal 20 orang dan Ibu hamil
dengan hipertensi gestasional 30 orang.
dibawa keseluruh tubuh dalam darah.
Instrument yang digunakan dalam
Dengan berat molekul yang rendah dan
penelitian ini yaitu kuesioner data
sifat lipofiliknya, kortisol bebas akan
demografi untuk pengambilan data
masuk kedalam sel secara difusi pasif
demografi responden, Kuesioner kessler
sehingga dimungkinkan untuk mengukur
psychological distress scale (K10) untuk
jumlah kortisol bebas dari semua cairan
pengukuran tingkat stress dan ELISA kit
tubuh termasuk saliva (ZRT Laboratory,
untuk uji laboratorium kortisol saliva.
2016). Keuntungan lain pemeriksaan
Teknik analisis data yang digunakan
kortisol saliva adalah bersifat noninvasif,
dalam penelitian ini adalah bivariat dan
bebas stres, dan mudah dilakukan dimana
saja (Adisty et al., 2015). multivariat. Untuk melihat perbedaan
kadar hormon kortisol pada kelompok ibu
Hingga saat ini, etiologi dan hamil normal dan ibu dengan hipertensi
patogenensis hipertensi gestasional gestasional / preeklampsia tanpa
belum diketahui secara pasti. Beberapa komplikasi digunakan uji parametric
penelitian telah dilakukan dengan independent t test untuk data yang
menggunakan berbagai marker berdistribusi normal atau uji alternatif
laboratorium dan berbagai metode Mann Whitney U untuk data yang tidak
penelitian untuk menentukan etiopatologi berditribusi normal. Untuk menganalisis
terjadinya hipertensi gestasional. Oleh hubungan dua variabel menggunakan uji
karena itu, peneliti tertarik untuk Chi Square dan Fisher Exact. Kemudian
melakukan penelitian mengenai analisis estimasi kekuatan hubungan ditentukan
risiko peningkatan hormon kortisol pada dengan nilai odds ratio (OR) dengan
hipertensi gestasional. sebelumnya melakukan uji stratifikasi dan
untuk menguji sejauh mana hubungan
II. METHODS sebab akibat antara variabel,
menggunakan uji regresi linear
Desain penelitian ini adalah sederhana.
observasional analitik dengan
menggunakan pendekatan Case Control
yang bertujuan untuk menganalisis faktor III. RESULT
risiko yang berperan dalam peningkatan Tabel 3.1 Perbandingan rerata paritas,
hormon kortisol dan bagaimana hubungan kehamilan ganda, dan stress terhadap
antara kortisol dan hipertensi gestasional. hormon kortisol
penelitian ini dilaksanakan di ruang
pemeriksaan antenatal di tiga rumah sakit
di Kota Makassar, yaitu : RSKDIA. Siti
Fatimah, RSKDIA. Pertiwi dan RSIA. Sitti
Khadijah 1 Makassar. Waktu penelitian
dilaksanakan pada tanggal 02-30 Oktober
2017.
Sampel sebanyak 50 responden dipilih
dengan teknik consecutive sampling yang
184
ANDI SRI HASTUTI HANDAYANI USMAN / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 4 (2021)

Variabel Rerata H.Kortisol


P
Tinggi Normal
Mean ± SD Mean ± SD

Paritas 2.17 + 1.167 2.05 + 0.973 0.876

Jenis
1.76 + 0.435 1.86 + 0.359 0.395
Kehamilan

Tingkat
22.59 + 5.032 16.81 + 4.468 0.000
Stress
* Uji Mann Whitney U

Berdasarkan tabel 3.1 diatas, rerata


paritas dan stress pada kelompok hormon Tabel 3.2 menunjukkan bahwa pada
kortisol tinggi lebih tinggi dibandingkan variabel paritas dan jenis kehamilan tidak
kelompok hormon kortisol normal. memiliki hubungan yang bermakna
Sedangkan rerata jenis kehamilan pada dengan hormon kortisol. Sedangkan pada
kelompok hormon kortisol normal lebih kelompok stress dapat disimpulkan bahwa
tinggi dibandingkan kelompok hormon stress dan hormon kortisol memiliki
kortisol tinggi. Hasil uji Mann Whitney U hubungan yang bermakna, yaitu ibu hamil
dari variabel paritas dan jenis kehamilan yang mengalami stress berisiko 12.267
diatas menunjukkan nilai p>0.05, hal ini kali lebih besar mengalami peningkatan
berarti bahwa tidak ada perbedaan hormon kortisol dibandingkan Ibu hamil
bermakna rerata paritas, dan jenis yang tidak mengalami stress.
kehamilan pada kelompok hormon kortisol
tinggi dibandingkan hormon kortisol Tabel 3.3 Hubungan hormon kortisol pada
normal. Sedangkan Hasil uji Mann kelompok ibu hamil normal dan hipertensi
Whitney U dari variabel stress diatas gestasional
menunjukkan nilai p<0.05, hal ini berarti
bahwa ada perbedaan bermakna rerata
stress pada kelompok hormon kortisol
tinggi dibandingkan hormon kortisol
normal. Berdasarkan analisis data
terhadap rerata kadar kortisol pada
kelompok hipertensi gestasional
dibandingkan kelompok hamil normal. Tabel 3.3 menunjukkan bahwa kadar
Hasil Uji independent t test menunjukkan hormon kortisol dan hipertensi gestasional
nilai p = 0.000, hal ini berarti bahwa ada memiliki hubungan yang bermakna. Ibu
perbedaan bermakna rerata hormon hamil dengan hormon kortisol tinggi
kortisol pada kelompok kehamilan dengan berisiko 20 kali lebih besar mengalami
hipertensi gestasional dibandingkan hipertensi gestasional dibandingkan
kelompok kehamilan normal, yaitu rerata dengan hormon kortisol normal.
kadar kortisol pada kelompok hipertensi
gestasional lebih tinggi dibandingkan
kelompok hamil normal.

Tabel 3.2 Hubungan paritas, kehamilan


ganda, stress dan hipertensi gestasional
terhadap hormon kortisol

185
ANDI SRI HASTUTI HANDAYANI USMAN / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 4 (2021)

Gambar 1 diatas menunjukkan bahwa yang dialaminya. Kondisi stress tersebut


tingkat stress memiliki korelasi positif akan merangsang sumbu HPA untuk
terhadap peningkatan kortisol. Sebesar menghasilkan hormon kortisol.
29% peningkatan kortisol disebabkan Berdasarkan penelitian yang telah
karena adanya stress, sedangkan 71% dilakukan, peneliti berkesimpulan bahwa
disebabkan oleh faktor lain. peningkatan peningkatan kortisol pada ibu multipara
kortisol juga berkorelasi positif terhadap diakibatkan adanya pengalaman hamil
hipertensi gestasional. Sebesar 38,3% dan melahirkan sebelumnya, sehingga ibu
kasus hipertensi gestasional disebabkan sudah mengetahui proses dan tahapan
oleh peningkatan kortisol, sedangkan yang akan dilalui selama masa kehamilan
61,7% disebabkan oleh faktor lain. dan persalinan. Hal ini menyebabkan ibu
multipara rentan mengalami stress.
Diketahui bahwa semakin tinggi tingkat
IV. DISCUSSION stress, maka akan merangsang sumbu
Hubungan paritas dan jumlah HPA, sehingga meningkatkan risiko
kehamilan dengan peningkatan hormon terjadinya peningkatan sekresi kortisol.
kortisol Hasil penelitian ini menyatakan bahwa,
tidak ada hubungan yang bermakna
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa, antara kehamilan ganda dengan
tidak ada hubungan yang bermakna peningkatan hormon kortisol atau
antara paritas dengan peningkatan kehamilan ganda tidak berisiko
hormon kortisol atau paritas tidak berisiko meningkatkan hormon kortisol. Penelitian
meningkatkan hormon kortisol. Hal ini ini bertentangan dengan penelitian yang
sejalan dengan penelitian yang dilakukan dilakukan oleh Velikonja, (2008) dan
oleh Bolten dan Wurmser (2011). Hasil DiPietro, (2012). Menyatakan bahwa
penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada risiko kesehatan yang mungkin timbul
hubungan antara paritas dengan hormon pada kehamilan ganda menyebabkan
kortisol. Hal ini disebabkan karena wanita adanya gangguan kecemasan atau stress.
hamil hampir seluruhnya mengalami stress pada masa kehamilan akan
kecemasan atau stress. Pada primipara, menimbulkan serangkaian perubahan
stress dapat terjadi akibat adanya kimiawi pada tubuh dan otak, seperti
perubahan fisik yang dialami selama masa pelepasan hormon kortisol dan adrenalin.
kehamilan. Selain itu, adanya informasi Berdasarkan penelitian yang telah
mengenai tahapan dan nyeri persalinan dilakukan, peneliti berkesimpulan bahwa
akan menimbulkan reaksi kecemasan. stress pada masa kehamilan dapat terjadi
Sedangkan pada multipara, stress dapat baik pada kehamilan tunggal maupun
timbul akibat adanya pengalaman melalui kehamilan ganda. Adanya kondisi
proses hamil dan bersalin sebelumnya. lingkungan sosial yang kurang nyaman
Sebagai respons adaptif terhadap stress, dan kondisi keuangan yang kurang
terjadi perubahan kadar serum berbagai memadai, dapat menjadi salah satu faktor
hormon termasuk CRH, kortisol dan pencetus terjadinya stress maternal.
epinefrin. Hal ini terjadi akibat adanya Sehingga dapat menyebabkan
stimulasi pada sumbu HPA (Bolten & pengaktifan sumbu HPA yang berisiko
Wurmser, 2011). meningkatkan sekresi hormon kortisol.
Namun penelitian ini bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hubungan stress dengan peningkatan
Yuniarti et al. (2015), menunjukkan bahwa hormon kortisol
wanita hamil primigravida hampir Hasil penelitian ini menyatakan bahwa,
semuanya mengalami kekhawatiran, tingkat stress memiliki hubungan yang
kecemasan, dan ketakutan selama hamil bermakna dengan peningkatan hormon
akibat perubahan baik fisik maupun psikis
186
ANDI SRI HASTUTI HANDAYANI USMAN / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 4 (2021)

kortisol. Ibu yang mengalami stress kesedihan) dan sosial (konflik perorangan,
berisiko 12,267 kali lebih besar mengalami perubahan gaya hidup).
peningkatan hormon kortisol dibandingkan Kortisol berperan kunci dalam adaptasi
Ibu yang tidak mengalami stress. Hasil terhadap stress. Segala jenis stress
penelitian ini sejalan dengan penelitian merupakan salah satu rangsangan utama
yang dilakukan oleh Connor et al. (2014) bagi peningkatan sekresi kortisol, yang
yang meneliti 101 ibu hamil pada trimester diperantarai oleh susunan saraf pusat
II dan trimester III dan menemukan hasil melalui peningkatan aktivitas sistem CRH-
bahwa stress pada masa kehamilan ACTH-Kortisol. Besar peningkatan
berisiko meningkatkan hormon kortisol hormon kortisol umumnya setara dengan
yang akan berimplikasi pada kesehatan intensitas stimulasi stress, yaitu
ibu dan janin. peningkatan yang lebih besar terjadi
Selain itu, Hasil penelitian ini juga sebagai respon terhadap stress berat
sejalan dengan penelitian yang dilakukan daripada stress ringan (Sherwood, 2014).
oleh Herrera et al. (2016) yang meneliti Kortisol banyak memiliki efek positif bagi
tentang pengaruh stress terhadap tubuh terutama saat trauma dan stress
peningkatan kortisol pada siklus alami (Aini & Aridiana, 2016). Peran kortisol
wanita dan menemukan bahwa kelenjar dalam membantu tubuh mengatasi
adrenal melepaskan kortisol sebagai kecemasan ataupun stress, diperkirakan
respons terhadap stress, peneliti berkaitan dengan efek metaboliknya.
menemukan adanya korelasi positif pada Kortisol mempunyai efek metabolik yaitu
perubahan hormon kortisol sebelum dan meningkatkan konsentrasi glukosa darah
sesudah paparan stress. Hasil penelitian dengan menggunakan simpanan protein
yang dilakukan oleh Vianna et al. (2011) dan lemak. Suatu anggapan yang logis
juga mengatakan bahwa Stress psikologis adalah bahwa peningkatan simpanan
dapat mempengaruhi hingga 18% dari glukosa, asam amino, dan asam lemak
semua wanita hamil, mengubah fungsi tersedia untuk digunakan bila diperlukan
neuroendokrin dan sistem kekebalan (Sherwood, 2014). Efek-efek yang
tubuh. Kondisi kegelisahan atau stress ditimbulkan oleh kortisol memungkinkan
dapat secara langsung memberikan seseorang bertahan hidup dalam masa-
disregulasi hipotalamus-hipofisis-adrenal masa kritis seperti stress fisik maupun
(HPA), yang menyebabkan risiko psikologis. Namun, stress jangka panjang
peningkatan kortisol dan perubahan justru akan menyebabkan kerusakan pada
kekebalan seluler yang terkait (Vianna et tubuh karena dampak negatif dari kortisol
al., 2011). (Aini & Aridiana, 2016).
Stress adalah keadaan yang Selain memiliki efek positif,
ditimbulkan oleh stressor. stress dapat peningkatan kortisol juga memiliki efek
juga diartikan sebagai ganguan negatif bagi tubuh. Peningkatan kortisol
homeostasis yang menyebabkan menyebabkan peningkatan efek epinefrin
perubahan pada keseimbangan fisiologis sehingga meningkatkan denyut jantung
yang dihasilkan dari adanya rangsangan dan tekanan darah untuk memberikan
terhadap fisik maupun psikologis. Jenis- respon fight-or-flight saat stress.
jenis stressor atau yang dapat Peningkatan kortisol juga merangsang
menginduksi respon stress, adalah : fisik rasa lapar dan mendorong penimbunan
(trauma, pembedahan, panas atau dingin lemak di badan dan wajah, menghambat
yang hebat), kimia (penurunan pasokan pertumbuhan dengan menekan hormon
O2, ketidak seimbangan asam-basa), pertumbuhan, menekan produksi dan efek
fisiologik (olahraga berat, syok hemoragik, beberapa mediator inflamasi dan
nyeri), infeksi (invasi bakteri), psikologis imunobiologi seperti IL-6, limfokin,
atau emosional (rasa cemas, ketakutan, prostaglandin dan histamin dan

187
ANDI SRI HASTUTI HANDAYANI USMAN / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 4 (2021)

menurunkann akumulasi sel darah putih liver enzyme, low platelets (HELLP)
ditempat cedera yang menyebabkan bahkan dapat menyebabkan kematian ibu.
penurunan reaksi peradangan, Pada bayi, hipertensi
meningkatkan neural excitability (psikosis, gestasional/preeklampsia dapat
euphoria dan insomnia). Selain itu, efek meningkatkan risiko Intra-uterine Growth
metabolik yang ditimbulkan akibat Restriction (IUGR), Small for Gestational
peningkatan hormon kortisol adalah Age (SGA), oligohidramnion dan kelahiran
peningkatan konsentrasi glukosa darah premature dan kematian perinatal
sehingga meningkatkan risiko diabetes (Prawirohardjo, 2010; Sajith et al., 2014).
akibat peningkatan proses Hasil penelitian Salustiano et al. (2013)
glokuneogenesis dan penekanan sekresi yang meneliti mengenai hormon utama
insulin sehingga menghambat penyerapan yang terlibat dalam patofisologi terjadinya
dan pemakaian glukosa oleh jaringan hipertensi gestasional / preeklampsia
kecuali otak. (Aini & Aridiana, 2016; tanpa komplikasi menyatakan bahwa,
Sherwood, 2014). hipertensi gestasional / preeklampsia
tanpa komplikasi adalah penyakit sistemik
Hubungan hormon kortisol terhadap
yang melibatkan beberapa hormon, salah
kejadian hipertensi gestasional
satunya yaitu hormon kortisol. Teori
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa imunologi preeklampsia didasarkan pada
ada perbedaan rerata hormon kortisol aktifitas antibodi dan sitokin sebagai
pada kelompok kehamilan dengan mediator patologis. Dalam konteks ini,
hipertensi gestasional dibandingkan hormon seperti melatonin dan kortisol
kelompok kehamilan normal serta ada (hidrokortison), dapat mengatur respon
hubungan yang bermakna. Ibu hamil imunologis selama masa kehamilan dan
dengan hormon kortisol yang tinggi berpartisipasi sebagai komediator dalam
berisiko 20 kali lebih besar mengalami mekanisme terjadinya preeklampsia.
hipertensi gestasional. Ada beberapa hasil Peningkatan kortisol serum memiliki peran
penelitian yang sejalan dengan penelitian penting dalam regulasi respon imun dan
yang telah dilakukan, diantaranya yaitu mungkin menjadi bagian integral dalam
penelitian yang dilakukan oleh Hogg et al. pengembangan preeklampsia.
(2013), yang menyatakan bahwa ibu hamil Penelitian yang dilakukan oleh Davis &
dengan preeklampsia akan menunjukkan Sandman (2010) menyatakan bahwa
peningkatan kortisol sampai 80% yang stress dan kecemasan sangat
berdampak pada peran kortisol sebagai berpengaruh terhadap peningkatan
glukokortikoid sehingga dapat hormon kortisol yang diukur pada usia
menyebabkan bayi berat lahir rendah, kehamilan 3, 6, 9 bulan dan 3 bulan pasca
hypersensitive stress response dan persalinan. Penelitian ini menunjukkan
neurobehavioural anomalies pada bayi, bahwa ibu hamil yang mengalami
dan risiko peningkatan metabolisme, peningkatan kortisol yang berlebihan pada
gangguan kardiovasculer (salah satunya usia kehamilan 3 bulan berisiko
menyebabkan hipertensi) dan syndrom menyebabkan gangguan pertumbuhan
reproduksi pada orang dewasa. janin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hipertensi pada kehamilan atau Yu et al. (2014) menyatakan bahwa stress
preeklampsia tanpa komplikasi psikososial yang tinggi dan peningkatan
berdampak pada kondisi maternal dan hormon kortisol dapat meningkatkan risiko
neonatal. Pada ibu, preeklampsia dapat preeklampsia hingga 20 kali lipat.
meningkatkan risiko penyakit jantung, Mekanisme neuropsychoimmunological
penyakit ginjal, stroke, oliguria, anuria, dapat diperhitungkan sebagai
solusio plasenta, gagal ginjal, persalinan penyebabnya, dengan melihat hubungan
Caesar dan sindrom hemolysis, elevated antara stress, kortisol dan preeklampsia.

188
ANDI SRI HASTUTI HANDAYANI USMAN / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 4 (2021)

Stress psikologis dapat mengaktifkan mengalami stress berisiko 12.27 kali lebih
sumbu hipotalamus-pituitari-adrenal besar mengalami peningkatan hormon
(HPA), yang menyebabkan peningkatan kortisol dibandingkan ibu yang tidak
sekresi hormon yang diproduksi oleh mengalami stress. Skrining melalui
kelenjar adrenal yaitu hormon kortisol dan pemeriksaan kehamilan secara teratur
epinefrin. Kondisi stress akan merupakan hal yang sangat penting untuk
meningkatkan sekresi epinefrin hingga mendeteksi secara dini kelainan dan
300 kali lipat dari kadar normalnya. pencegahan terhadap risiko yang mungkin
Aktivitas epinefrin sangat dipengaruhi oleh timbul selama masa kehamilan. Selain
hormon kortisol dalam tubuh. Kortisol frekuensi, peningkatan kualitas
meningkatkan aktivitas epinefrin, sehingga pemeriksaan kehamilan juga merupakan
terjadi vasokonstriksi pembuluh darah. hal yang sangat penting untuk
Vasokonstriksi pada arteriol aferen ginjal mengoptimalkan kesehatan mental dan
yang merupakan efek dari peningkatan fisik ibu hamil sebagai upaya pencegahan
aktivitas epinefrin, secara tidak langsung terjadinya hipertensi gestasional. Untuk
merangsang pengaktifan Renin peneliti selanjutnya, perlu dilakukan
Angiotensin Aldosteron System (RAAS) penelitian lanjutan mengenai faktor risiko
sebagai akibat dari penurunan aliran lain yang dapat mempengaruhi
darah beroksigen ke ginjal (Sherwood, peningkatan kadar hormon kortisol pada
2014). Aktifitas Renin Angiotensin ibu hamil dengan hipertensi gestasional
Aldosteron System (RAAS) berakibat dengan menggunakan sarana yang lebih
pada terjadinya peningkatan resistensi memadai
perifer, reabsorbsi natrium dan air,
peningkatan denyut dan curah jantung REFERENCES
serta peningkatan tekanan darah (Boron &
Boulpaep, 2016; Muñoz-durango et al., Abraham S., Rubino D., Sinaii N., Ramsey S.
2016). & Nieman L. (2013). Cortisol, obesity
Peningkatan sekresi epinefrin juga and the metabolic syndrome: A cross-
akan berpengaruh terhadap aktifitas saraf sectional study of obese subjects and
simpatis yaitu memperkuat aktifitas saraf review of the literature. Obesity (Silver
simpatis. Aktivitas saraf simpatis Spring), 21(1): 1–26.
merupakan hal yang sangat berpengaruh Adisty N. I., Hutomo M. & Indramaya D. M.
terhadap pengontrolan jari-jari arteriol. (2015). Kadar Kortisol Saliva
Peningkatan aktivitas simpatis Menggambarkan Kadar Kortisol Serum
menyebabkan vasokonstriksi arteriol, Pasien Dermatitis Atopik ( Salivary
sedangkan penurunan aktivitas simpatis Cortisol Levels Representing Serum
akan menyebabkan vasodilatasi arteriol Cortisol Levels in Atopic Dermatitis
(Sherwood, 2014). Patients ). BIKKK - Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit Dan Kelamin -
V. CONCLUSION Periodical of Dermatology and
Venereology, 27(3): 170–175.
Kadar kortisol tinggi ditemukan pada Black J. M. & Hawks J. H. (2014).
ibu dengan hipertensi gestasional. Ibu Keperawatan Medikal Bedah :
hamil dengan kadar hormon kortisol tinggi Manajemen Klinis untuk Hasil yang
memiliki kecenderungan 20 kali lebih Diharapkan, Edisi Bahasa Indonesia. (J.
besar mengalami hipertensi gestasional Mulyanto, Yudhistira, A. P. Tunggono,
dibandingkan ibu hamil dengan kadar N. H. Setiyawan, R. Martanti, Natalia,
kortisol normal. Dari beberapa faktor Candrawati, Eds.) (Edisi 8). Singapura:
risiko, yaitu : paritas dan kehamilan ganda Elsevier.
hanya stress yang berisiko meningkatkan Bolten M. I. & Wurmser H. (2011). Cortisol
hormon kortisol. Ibu hamil yang levels in pregnancy as a psychobiological

189
ANDI SRI HASTUTI HANDAYANI USMAN / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 4 (2021)

predictor for birth weight Cortisol levels of the hypertensive disorders of


in pregnancy as a psychobiological pregnancy : A revised statement from the
predictor for birth weight. Springer. ISSHP. Pregnancy Hypertension: An
Boron W. F. & Boulpaep E. L. (2016). International Journal of Women’s
Medical physiology : a cellular and Cardiovascular Health, 4: 97–145.
molecular approach. Philadelphia: Muñoz-durango N., Fuentes C. A., Castillo A.
Elsevier. E. & Kalergis A. M. (2016). Role of the
Connor T. G. O., Tang W., Gilchrist M. A., Renin-Angiotensin-Aldosterone System
Moynihan J. A., Pressman E. K. & beyond Blood Pressure Regulation :
Blackmore, E. R. (2014). Diurnal cortisol Molecular and Cellular Mechanisms
patterns and psychiatric symptoms in Involved in End-Organ Damage during
pregnancy : Short-term longitudinal Arterial Hypertension. International
study. Biological Psychology, 96: 35–41. Journal of Molecular Sciences: 1–17.
Dc Dutta H. K. (2013). Hypertensive disorders Nugteren J. J., Snijder C. A., Hofman A.,
in pregnancy. DC Dutta’s Textbook of Jaddoe V. W. V., Steegers E. A. P. &
Obstetrics, (May): 219–240. Burdorf A. (2012). Work-Related
DiPietro J. A. (2012). Maternal Stress in Maternal Risk Factors and the Risk of
Pregnancy : Considerations for Fetal Pregnancy Induced Hypertension and
Development. Journal of Adolescent Preeclampsia during Pregnancy . The
Health, 51(2): S3–S8. Generation R Study. Plos One, 7(6).
Edwards S., Evans P., Hucklebridge F. & Piazza J. R., Charles S. T., Stawski R. S. &
Clow A. (2001). Association between Almeida D. M. (2014). Age and the
time of awakening and diurnal cortisol association between negative affective
secretory activity. states and diurnal cortisol. NIH Public
Psychoneuroendocrinology, 26: 613–622. Access, 28(1): 47–56.
Hidayat A. (2011). Metode Penelitian Sajith M., Nimbargi V., Modi A. & Sumariya
Kebidanan dan Teknik Analisa Data. R. (2014). Incidence of pregnancy
Jakarta: Salemba Medika. induced hypertension and prescription
Hogg K., Blair J. D., Mcfadden D. E., pattern of antihypertensive drugs in
Dadelszen P. V. & Robinson W. P. pregnancy. International Journal of
(2013). Early Onset Pre-Eclampsia Is Pharma Sciences and Research (IJPSR),
Associated with Altered DNA 5(04): 163–170.
Methylation of Cortisol-Signalling and Sherwood L. (2014). Fisiologi Manusia Dari
Steroidogenic Genes in the Placenta. Plos Sel ke Sistem (Edisi 8). Jakarta: EGC.
One, 8(5). Strobino D., Werner E. & Mandal M. (2015).
Kemenkes RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Literature Review : Antihypertensive
Infodatin, (Hipertensi): 1 – 7. Medication in Pregnancy An Update from
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Profil the 2011 WHO Recommendations for
Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Prevention and Treatment of Pre-
Kemeterian Kesehatan Republik eclampsia and Eclampsia. Jhpiego.
Indonesia. Syahrir A., Nurmiyati P. E. & Gasang. (2015).
Leeman L., Dresang L. E. E. T., Health P. & Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi
Fontaine W. P. (2016). Hypertensive Selatan 2014. Makassar: Dinas Kesehatan
Disorders of Pregnancy. American Provinsi Sulawesi Selatan.
Family Physician, 93(2). Velikonja U. (2008). The costs of multiple
Magee L. A., Pels A., Helewa M., Rey E. & gestation pregnancies in assisted
Dadelszen P. V. (2014). Pregnancy reproduction. Harvard Journal of Law &
Hypertension : An International Journal Gender, 32.
of Women’s Cardiovascular Health The Wang C., Qiu W., Zheng Y., Li H., Li Y.,
classification , diagnosis and management Feng B., Guo Shu., Yan Li. & Cao J.

190
ANDI SRI HASTUTI HANDAYANI USMAN / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 4 (2021)

(2013). Extraneuronal Monoamine


Transporter Mediates the Permissive
Action of Cortisol in the Guinea Pig
Trachea : Possible Involvement of
Tracheal Chondrocytes. Plos One, 8(10):
1–11.
World Health Organization. (2015). World
Health Statistics 2015. Switzerland:
WHO Press.
Yi Y., Jing Y., Gang Z. & Weiwei X. (2017).
Potential risk factor of pre-eclampsia
among healthy Chinese women : a
retrospective case control study . Biomed
Research - India, 28(3): 1183–1188.
ZRT Laboratory. (2016). Saliva and Blood
Spot Cortisol. United States.

191
ANDI SRI HASTUTI HANDAYANI USMAN / JURNAL ILMIAH OBSGIN- VOL.13. NO. 4 (2021)

BIOGRAPHY

First Author

Nama : Andi Sri Hastuti Handayani Usman, S.ST., M.Keb


Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 30 Juli 1990
Riwayat Pendidikan :
1. 2008-2011 Lulus D III Kebidanan AKBID Salewangang
Maros
2. 2011-2012 Lulus D IV Bidan Pendidik STIKES Abdi
Nusantara
3. 2015-2018 Lulus S2 Kebidanan di Universitas Hasanuddin
Makassar

Riwayat Pekerjaan
1. 2010 : Asisten Dosen Mata Kuliah Fisiologi
Kebidanan AKBID Salewangang Maros
2. 2012-2015 : Tenaga Bidan DI BPS Hj.Nurhaedah
3. 2013-2016 : Dosen LB STIKES Daya Makassar
4. 2013-2017 : Dosen UIN Alauddin Makassar
5. 2018-Sekarang : Dosen Akademi Kebidanan (AKBID)
Paramata Raha

Second Author

Nama : Dr.dr. Isharyah Sunarno,Sp.OG (K)


Instansi : - Bagian Obstetri dan Gynecologi RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar
- Dosen Universitas Hasanuddin Makassar

Email : isharyahsunarno@gmail.com

Third Author

Nama : Dr.dr. Saidah Syamsuddin,Sp.KJ (K)


Instansi : - Bagian Psikiatri RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar
- Dosen Universitas Hasanuddin Makassar

Email : idasyam70@gmail.com

192

You might also like