Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 3

Aqidah Manhaj Penyejuk Jiwa  Fikih dan Muamalah  Keluarga  Kisah  

MUBK Jan 2023

Adab Terhadap Hewan, bag. 2


oleh
Redaksi Muslimah.Or.Id

26 November 2022
Waktu Baca: 2 menit 0

94 523  Share on Facebook  Share on Twitter  


SHARES VIEWS

5. Boleh membunuh hewan yang mengganggu, seperti anjing buas, serigala, ular, kalajengking, tikus
dan lain-lainnya, karena beliau telah bersabda,
‫ َو اْلُح َد َّي ا‬، ‫ َو اْلَكْلُب اْلَع ُق ْو ُر‬، ‫ َو اْلَف اَر ُة‬، ‫ َو اْلُغ َر اُب اَأْلْب َق ُع‬، ‫ َاْلَح َّي ُة‬: ‫َخ ْم ٌس َف َو اِس ُق ُتْق َت ْلَن ِف ي اْلِح ِّل َو اْلَح َر ِم‬.

“Ada lima macam hewan fasik (yang mengganggu) yang boleh dibunuh di tanah halal maupun di
tanah haram, yaitu; ular, burung gagak yang putih punggung dan perutnya, tikus, anjing buas dan
rajawali.” (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 1198)

Juga ada hadits shahih yang membolehkan membunuh dan melaknat kalajengking.

6. Boleh memberi wasm (tanda/cap) dengan besi panas pada telinga binatang ternak untuk
maslahat, sebab telah diriwayatkan bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa Sallam
memberi tanda pada telinga unta sedekah dengan tangan beliau yang mulia. Sedangkan hewan lain
selain binatang ternak (unta, kambing dan sapi) tidak boleh diberi tanda, sebab ketika Rasulullah
Shallallahu’alaihi wa Sallam melihat ada seekor keledai yang mukanya diberi tanda beliau bersabda,

‫َلَع َن ُهللا َم ْن َو َس َم هَذ ا ِف ي َو ْج ِه ِه‬.

“Allah mengutuk orang yang memberi tanda pada muka keledai ini.” (Diriwayatkan oleh Muslim, no.
2117)

7. Mengenal hak Allah pada hewan, yaitu menunaikan zakatnya jika hewan itu tergolong yang wajib
dizakati.

8. Tidak boleh sibuk mengurus hewan hingga lupa taat dan dzikir kepada Allah. Sebab Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

‫َي تَأ ُّي َه ا اَّلِذ يَن َء اَم ُنوا اَل ُت ْلِه ُكْم َأ ْم َو اُلُكْم َو اَل َأ ْو اَل ُد ُكْم َع ن ِذ ْكِر ِهللا‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak- anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah.” (Al-Munafiqun: 9).

Rasulullah Shallallahu’alaihi ‘alaihi wa sallam pun telah bersabda berkenaan dengan kuda,

، ‫ َف َأ َّم ا اَّلِذ ي َلُه َأ ْج ٌر َف َر ُج ٌل َر َبَط َه ا ِف ي َس ِب يِل اِهَّلل َف َأ َط اَل َلَه ا ِف ي َم ْر ِج َأ ْو َرْو َض ٍة‬. ‫ َو َع َلى َرُج ٍل ِو ْز ٌر‬، ‫ َو ِلَر ُج ٍل ِس ْت ٌر‬، ‫ ِلَر ُج ٍل َأ ْج ٌر‬: ‫َاْلَخ ْي ُل ِل َث اَل َث ِة‬
‫َف َم ا َأ َص اَب ْت ِف ي‬

، ‫ َو َلْو َأ َّن َه ا َق َط َع ْت ِط َي ُلَه ا َف اْس َت ْنْت َش َر ًف ا َأ ْو َش َر َف ْي ن َكاَن ْت آَث اُر َها َو َأ ْر َو اُت َه ا َح َس َناٍت َلُه‬، ‫ِط يِل َه ا َذ ِلَك ِم ن اْلَم ْر ِج َأ ِو الَّر ْو َض ِة َكاَن ْت َلُه َح َس َناٍت‬
‫ َو َرُج ٌل َر َبَط َه ا َتَغ ِّن َي ا َو َت َع ُّف ًف ا َو َلْم َي ْن َس َح َّق‬، ‫َو َلْو َأ َّن َه ا َم َّر ْت لذلك الرجل ِب َنْه ٍر َف َش ِر َب ْت َو َلم ُي ِر ْد أْن َي ْس ِق َي َه ا َكاَن َذ ِلَك َلُه َح َس َناٍت َو ِه َي َأ ْج ٌر‬
‫ َو َرُج ٌل َر َبَط َه ا َف ْخ ًر ا َو ِرَي اًء َو ِنَو اٌء َأِلْه ِل اِإْل ْس اَل ِم َف ِه َي َع َلْي ِه ِو ْز ٌر‬، ‫اِهَّلل ِف ي ِرَق اِب َه ا َو اَل ُظ ُه وِرَها َلُه ِس ْت ٌر‬.

“Kuda itu ada tiga macam: Kuda bagi seseorang menjadi pahala, kuda bagi seseorang menjadi
penutup (kebutuhan) dan kuda bagi seseorang menjadi dosa. Adapun kuda yang mendatangkan
pahala adalah kuda seseorang yang ia tambat di jalan Allah, ia banyak berdiam di padang rumput atau
di kebun. Maka apa saja yang dimakan oleh kuda itu selama diikat di padang rumput atau di kebun itu,
maka pemiliknya mendapat pahala-pahala kebajikan. Dan seandainya talinya putus lalu mendaki satu
atau dua tempat tinggi, maka jejak dan kotorannya menjadi pahala-pahala kebajikan baginya. Maka
dari itu kuda seperti itu menjadi pahala bagi pemiliknya. Kuda yang diikat oleh seseorang karena ingin
menjaga kehormatan diri (tidak minta-minta) dan ia tidak lupa akan hak Allah pada leher ataupun
punggung kuda itu, maka kuda itu menjadi penutup (kebutuhan) baginya. Dan kuda yang seseorang
menambatnya hanya untuk berbangga diri, riya` (pamer) dan memusuhi orang-orang Islam, maka
kuda itu mendatangkan dosa baginya.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 2371).

Itulah sederet adab atau etika yang selalu dipelihara oleh seorang Muslim terhadap hewan karena
taat kepada Allah dan RasulNya, sebagai pengamalan terhadap ajaran yang diperintahkan oleh
Syari’at Islam, Syari’at yang penuh rahmat, dan Syari’at yang sarat dengan kebaikan bagi segenap
makhluk, manusia ataupun hewan.

Ditulis ulang dari kitab Minhajul Muslim, Edisi Indonesia Konsep Hidup Ideal Dalam Islam, Penulis
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri, Penerjemah Musthofa Aini, Amir Hamzah, Penerbit Darul Haq
(halaman 213-215).

Adab Menuntut Ilmu, Asiyah Binti Muzahim, Hati Yang Lapang, Iman Kepada Al Quran, Hadist
Iman, Hadits Tentang Bidah, Amalan Bulan Rabiul Awal, Cara Memakai Inai Di Tangan, Cara Belajar
Ilmu Batin, Hadist Tentang Wanita

Tags: ADAB HEWAN

Redaksi Muslimah.Or.Id


Artikel Terkait

Adab Terhadap Hewan, bag. 1


OLEH REDAKSI MUSLIMAH.OR.ID  29 NOVEMBER 2022 0

You might also like