Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.

2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan dan Pengangguran di Kota Jambi

Harlik, Amri Amir, Hardiani


Program Magister Ilmu Ekonomi Fak. Ekonomi Universitas Jambi

Abstract. The purpose of this study was : (1) To analyze the factors that affect poverty in
the City of Jambi during the period 2000-2011, (2) To analyze the factors causing high
unemployment in the city of Jambi during the period 2000-2011, and (3) To analyze the
relationship between poverty and unemployment in the city of Jambi during the period
2000-2011. The data used in this study is secondary data from the years 2000-2011. BPS
data sources derived from the city of Jambi and Diskakertrans city of Jambi. Analysis tools
used in this research is a method of multiple linear regression and correlation. The results
showed that: (1). Simultaneously (together) variable population density, education level
and the unemployment rate, and a significant positive effect on the level of poverty in the
city of Jambi. While partially independent variables that significantly influence the level of
education level and the level of poverty is unemployment. Variables influence population
density, education level and the unemployment rate is equal to the poverty rate of 92,40
percent, (2). Simultaneously (together) variable education level and health level have
positive and significant effect on the unemployment rate in the city of Jambi. While
partially independent variables had significant effect on the unemployment rate in the City
of Jambi is education level. Variables influence education level and health level rate is
equal to the unemployment rate of 42,6 percent; (3). Levels of poverty and unemployment
rate in the city of Jambi has a negative correlation with a correlation coefficient of -0.290.

Keywords: Population Density, Unemployment Rate, Education Level

PENDAHULUAN pertumbuhan Produk Domestik Bruto atau


Perencanaan merupakan sebuah Produk Domestik Regional Bruto.
upaya untuk mengantisipasi Pemerintah Indonesia menyadari
ketidakseimbangan yang terjadi yang bahwa pembangunan nasional adalah salah
bersifat akumulatif. Artinya, perubahan satu upaya untuk menjadi tujuan
yang terjadi pada sebuah masyarakat adil dan makmur. Sejalan
ketidakseimbangan awal dapat dengan tujuan tersebut, berbagai kegiatan
menyebabkan perubahan pada sistem pembangunan telah diarahkan kepada
sosial yang kemudian akan membawa pembangunan daerah khususnya daerah
sistem yang ada menjauhi keseimbangan yang relatif mempunyai kemiskinan yang
semula. Perencanaan memiliki peran yang terus naik dari tahun ke tahun.
sangat penting dalam proses Pembangunan daerah dilakukan secara
pembangunan, salah satu peran terpadu dan berkesinambungan sesuai
perencanaan adalah sebagai arahan bagi prioritas dan kebutuhan masing-masing
proses pembangunan untuk berjalan daerah dengan akar dan sasaran
menuju tujuan yang ingin dicapai pembangunan nasional yang telah
disamping sebagai tolak ukur keberhasilan ditetapkan melalui pembangunan jangka
proses pembangunan yang dilakukan. panjang dan jangka pendek. Oleh karena
Sedangkan pembangunan sendiri dapat itu, salah satu indikator utama
diartikan sebagai upaya meningkatkan keberhasilan pembangunan nasional
adalah laju penurunan jumlah penduduk

109
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

miskin. Efektivitas dalam menurunkan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di


jumlah penduduk miskin merupakan banyak negara syarat utama bagi
pertumbuhan utama dalam memilih terciptanya penurunan kemiskinan yang
strategi atau instrumen pemabngunan. Hal tetap adalah pertumbuhan ekonomi.
ini berarti salah satu kriteria utama pertumbuhan ekonomi memang tidak
pemilihan sektor inti atau sektor andalan cukup untuk mengentaskan kemiskinan
dalam pembangunan nasional adalah tetapi biasanya pertumbuhan ekonomi
efektivitas dalam penurunan jumlah merupakan sesuatu yang dibutuhkan,
penduduk miskin. (Simatupang dan walaupun begitu pertumbuhan ekonomi
Saktyanu, 2003) yang bagus pun menjadi tidak akan berarti
Pemerintah baik pusat maupun bagi penurunan masyarakat miskin jika
daerah telah berupaya melaksanakan tidak diiringi dengan pemerataan
berbagai kebijakan dan program-program pendapatan. (Wongdesmiwati 2009).
penanggulangan kemiskinan namun masih Pertumbuhan ekonomi merupakan
jauh dari pokok permasalahan. Kebijakan indikator untuk melihat keberhasilan
dan program yang dilaksanakan belum pembangunan dan merupakan syarat
menampakkan hasil yang optimal. Masih keharusan (necessary condition) bagi
terjadi kesenjangan antara rencana dengan pengurangan tingkat kemiskinan. Adapun
pencapaian tujuan karena kebjakan dan syarat kecukupannya ialah bahwa
program penanggulangan kemiskinan lebih pertumbuhan ekonomi tersebut efektif
berorientasi pada program sektoral. Oleh dalam mengurangi tingkat kemiskinan.
karena itu diperlukan suatu strategi Artinya, pertumbuhan tersebut hendaklah
penanggulanagan yang terpadu, menyebar disetiap golongan pendapatan,
terintegrasi dan sinergis sehingga dapat termasuk di golongan penduduk miskin.
menyelesaikan masalah secara tuntas. Secara langsung, hal ini berarti
Pada hakekatnya pembangunan pertumbuhan itu perlu dipastikan terjadi di
daerah dianjutkan tidak hanya sektor-sektor dimana penduduk miskin
memusatkan perhatian pada pertumbuhan bekerja yaitu sektor pertanian atau sektor
ekonomi saja namun juga yang padat karya. Adapun secara tidak
mempertimbangkan bagaimana langsung, diperlukan pemerintah yang
kemiskinan yang dihasilkan dari suatu yang cukup efektif mendistribusikan
proses pembangunan daerah tersebut. manfaat pertumbuhan yang mungkin
Menurut Esmara dalam (Tisna, 2008) didapatkan dari sektor modern seperti jasa
dalam ilmu ekonomi dikemukakan yang padat modal (Siregar dan
berbagai teori yang membahas tentang Wahyuniarti, 2008).
bagaimana pembangunan ekonomi harus Tingginya persentase penduduk
ditangani untuk mengejar keterbelakangan. miskin disuatu wilayah akan berpengaruh
Sampai akhir tahun 1960, para ahli pada rendahnya daya beli masyarakat di
ekonomi percaya bahwa cara terbaik untuk wilayah tersebut. Hal ini karena umumnya
mengejar keterbelakangan ekonomi adalah pendapatan penduduk miskin tersebut
dengan meningkatkan laju pertumbuhan sangat rendah sehingga dari segi
ekonomi setinggi-tingginya, sehingga pendapatan perkapita juga rendah, apalagi
dapat melampaui tingkat pertumbuhan rata-rata jumlah anggota rumah tangga
penduduk. Dengan cara tersebut angka penduduk miskin umumnya lebih banyak
pendapatan per kapita akan meningkat dari rumah tangga penduduk tidak miskin
sehingga secara otomatis terjadi pula sehingga rata-rata pendapatan perkapita
peningkatakan kemakmuran masyarakat. penduduk tersebut relative lebih rendah.
Proses pembangunan memerlukan Keadaan ini akan lebih parah lagi jika
pendapatan nasional yang tinggi dan

110
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

tingkat pengangguran di wilayah tersebut Berdasarkan data dari BPS Kota


juga tinggi. Jambi bahwa pengangguran di Kota Jambi
Kemiskinan merupakan suatu selama 4 tahun terakhir terus meningkat.
keadaan yang sering dihubungkan dengan Angka pengangguran di Kota Jambi pada
kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di tahun 2007 menurun sebesar 44,82 % pada
berbagai keadaan hidup. Menurut Rintuh tahun 2008 meningkat sebesar 8,31 %
(2003), kemiskinan dapat diartikan sebagai selanjutnya pada tahun 2009
ketidakmampuan seseorang dalam pengangguran di Kota Jambi meningkat
memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan sebesar 11,56 % dan tahun 2010
meningkatkan kebutuhan konsumsi dasar meningkat sebesar 12,94 % sedangkan
dan kualitas hidupnya. Ada dua macam tahun 2011 menurun sebesar 51,94 %.
ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan Pada tahun 2011 angka pengangguran
absolut dan kemiskinan relatif. dapat di tekan ditataran angka 9.628 jiwa.
Kemiskinan absolut adalah Meskipun pertumbuhan ekonomi
ketidakmampuan seseorang melampaui yang dialami Kota Jambi sejak tahun
garis kemiskinan yang ditetapkan. 2007– 2011 mengalami peningkatan rata-
Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan rata sebesar 6,68 % tetapi tidak diikuti
dengan perbedaan tingkat pendapatan dengan penurunan kemiskinan. Rata-rata
suatu golongan dibandingkan dengan tingkat kemiskinan di Kota jambi selama
golongan lainnya. periode 2007 – 2011 merupakan
Kemiskinan sendiri merupakan pertumbuhan ekonomi yang tidak
masalah yang menyangkut banyak aspek seimbang. Yang dimaksud dengan
karena berkaitan dengan pendapatan yang mengalami peningkatan rata-rata 26,12 %
rendah, buta huruf, derajat kesehatan yang per tahun. Sedangkan tingkat
rendah dan ketidaksamaan derajat antar pengangguran selama periode 2007 – 2011
jenis kemalin serta buruknya lingkungan mengalami penurunnan rata-rata sebesar
hidup (World Bank, 2004). Menurut Bank 12,79 % pertahunnya.
Dunia salah satu penyebab kemiskinan Berdasarkan latar belakang tersebut,
adalah karena kurangnya pendapatan dan penelitian ini bertujuan untuk
aset untuk memenuhi kebutuhan dasar menganalisis: (1) Faktor-faktor yang
seperti makanan, pakaian, perumahan dan mempengaruhi kemiskinan di Kota Jambi
tingkat kesehatan dan pendidikan yang selama periode 2000-2011; (2) Faktor-
dapat diterima. Di samping itu kemiskinan faktor penyebab tingginya pengangguran
juga berkaitan dengan keterbatasan di Kota Jambi selama periode 2000-2011;
kapangan pekerjaan dan biasanya mereka (3) Hubungan kemiskinan dan
yang dikategorikan miskin tidak memiliki pengangguran di Kota jambi selama
pekerjaan (pengangguran), serta tingkat periode 2000-2011.
pendidikan dan kesehatan mereka pada Adapun manfaat penelitian adalah:
umumnya tidak memadai. Mengatasi (1) Bagi praktisi : menjadi bahan
masalah kemiskinan tidak dapat dilakukan masukan informasi dalam merumuskan
secara terpisah dari masalah-masalah dan mempertimbangkan kebijakan–
penangguran, pendidikan, kesehatan dan kebijakan yang dibuat guna mengatasi
masalah-masalah lain yang secara eksplisit kemiskinan dan pengangguran terdidik di
berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Kota Jambi; (2) Bagi Akademisi: dapat
Dengan kata lain, pendekatannya harus memberikan kontribusi pemikiran bagi
dilakukan lintas sektor, lintas pelaku para peneliti dan menjadi acuan, referensi,
secara terpadu dan terkoordinasi dan tambahan literatur dan perbandingan bagi
terintegrasi. peneliti selanjutnya.

111
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

METODE PENELITIAN n  XY  ( X ) ( Y )
r=
Jenis dan Sumber Data ( n  X 2  ( X ) 2 ( n  Y 2  ( Y ) 2
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder dalam
Dimana :
bentuk time series, data sekunder ini
r = Korelasi
diperoleh dari dokumen-dokumen resmi
n = Tahun pengamatan
serta laporan – laporan berupa data runtut
x = Kemiskinan
waktu (time series) dari tahun 2000–2011
y = Pengangguran
yang merupakan data Kota Jambi.
Data yang digunakan adalah: (1). PDRB; Interpretasi hasil korelasi dengan kriteria :
(2). Jumlah Pengangguran; (3) Angka Nilai r Kriteria hubungan
Kemiskinan; (4). Usia Harapan Hidup; (5). 0 Tidak ada korelasi
UMP (Upah Minimum Provinsi) Jambi; 0,01 – 0,19 Korelasi tidak berarti
(6). Tingkat kepadatan penduduk; dan (7). 0,20 – 0,39 Korelasi rendah
Angka melek huruf
0,40 – 0,59 Korelasi sedang
Adapun data tersebut berasal dari :
0,60 – 0,79 Korelasi agak tinggi
1. Bappeda Kota Jambi
2. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Jambi 0,80 - 1,00 Korelasi tinggi
3. Disosnaker Kota Jambi
4. Disdukcapil Kota Jambi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode Analisis
Dalam pengolahan penelitian ini Faktor-faktor yang Mempengaruhi
menggunakan beberapa model analisis Kemiskinan
diantaranya sebagai berikut : Hasil regresi faktor-faktor yang
Untuk menjawab permasalahan mempengaruhi kemiskinan diberikan
pertama yaitu faktor-faktor yang sebagai berikut:
mempengaruhi kemiskinan di Kota Jambi Tabel 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
maka digunakan alat analisis regresi linier Kemiskinan (Model Awal)
berganda, dengan rumus : Coefi- Standar t
Variable Sig
Kemiskinan = β0 + β1Kep. Pop + cient Eror
β2PDRB + β3 Tgkt Pddkn + β4Tgkt Constant -18,065 253,114 -0,071 0,945
Kshtn + β5Tgkt Pngnggrn +e Kep.
-0,015 0,009 -1,758 0,129
Penduduk
PDRB 1,193E-5 0,000 2,250 0,065
Untuk menjawab permasalahan
Tingkat
kedua yaitu faktor-faktor yang 2,903 2,419 1,200 0,275
Pendidikan
mempengaruhi pengangguran di Kota Tingkat
-3,812 2,295 -1,661 0,148
Jambi maka digunakan alat analisis regresi Kesehatan
Tingkat
linier berganda, dengan rumus : Pengangguran
0,752 0,349 2,153 0,075
Pengangguran = α0 + α1Kep. Pop + F-hitung = 14,518
α2PDRB + α3Tgkt Pnddkn + α4Tgkt F-tabel = 3,11
Kshtn + α5UMP +e t-tabel = 1,943
R2 = 0,924
Untuk menjawab permasalahan
ketiga yaitu bagaimana hubungan tingkat Berdasarkan hasil pengolahan
pengangguran dengan tingkat kemiskinan pengaruh tingkat kepadatan penduduk,
di Kota Jambi maka dengan menggunakan PDRB, tingkat pendidikan, tingkat
alat analisis korelasi, dengan rumus sebagai kesehatan dan tingkat pengangguran
berikut : terhadap tingkat kemiskinan di Kota Jambi

112
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

diperoleh nilai VIFnya tinggi, hal ini bersama-sama terhadap variabel dependen
berarti terjadi multikloneritas. Untuk itu yaitu tingkat kemiskinan.
ada beberapa variabel independen yang Dari hasil analisis regresi linier
dihilangkan untuk menghasilkan hasil yang berganda didapat nilai F-hitung sebesar
lebih baik. 15,979 sementara F-tabel didapat pada
Setelah dilakukan pengolahan lebih tingkat kepercayaan  = 10 % yaitu
lanjut, model yang layak digunakan adalah sebesar 2,92. Dengan demikian F-hitung >
dengan cara menghilangkan PDRB. F-tabel (15,979 > 2,92), maka Ho ditolak
Dengan menghilangkan PDRB maka artinya tingkat kepadatan penduduk,
diperoleh hasil sebagai berikut : tingkat pendidikan dan tingkat
Tabel 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pengangguran secara bersama-sama
Kemiskinan (Model Perbaikan) (simultan) berpengaruh signifikan terhadap
Coefi- Standar t tingkat kemiskinan di Kota Jambi selama
Variable Sig periode 2000-2011. Hal ini sesuai dengan
cient Eror
Constant -514,999 122,506 -4,204 0,003 teori yang menyatakan bahwa secara
Ting. Kep.
0,003 0,004 0,594 0,569 simultan variabel independen : tingkat
Penduduk
kepadatan penduduk, tingkat pendidikan
Tingkat
5,186 1,307 3,966 0,004 dan tingkat pengangguran berpengaruh
Pendidikan
Tingkat
0,849 0,385 2,206 0,058
positif dan signifikan terhadap tingkat
Pengangguran kemiskinan.
F-hitung = 15,979
Tingkat kepadatan penduduk, tingkat
F-tabel = 2,92 pendidikan dan tingkat pengangguran
t-tabel = 1,850 berpengaruh signifikan terhadap tingkat
R2 = 0,857 kemiskinan, hal ini diduga bahwa faktor-
faktor tersebut merupakan faktor yang
R2 (Koefisien Determinasi) menyebabkan terjadinya kemiskinan. Di
Koefisien Determinasi (R2) Kota Jambi penduduk miskin masih
digunakan untuk melihat besarnya didominasi oleh penduduk yang memiliki
pengaruh variabel independen (tingkat tingkat pendidikan yang rendah.
kepadatan penduduk, tingkat pendidikan Uji t
dan tingkat pengangguran) terhadap Uji t digunakan untuk melihat
kemiskinan. Dari hasil analisis diperoleh signifikansi pengaruh variabel independen
besarnya koefisien determinasi adalah (tingkat kepadatan penduduk, tingkat
0,857. pendidikan dan tingkat pengangguran)
Nilai 0,857, artinya secara bersama- secara parsial (individu) terhadap variabel
sama kepadatan penduduk, tingkat dependent (tingkat kemiskinan).
pendidikan dan tingkat pengangguran Dari hasil analisis regresi pada
berpengaruh sebesar 85,7 persen terhadap variabel kepadatan penduduk (X1) didapat
tingkat kemiskinan, sedangkan sisanya nilai t-hitung sebesar 0,594 sementara t-
sebesar 14,3 persen dipengaruhi oleh tabel didapat pada tingkat kepercayaan  =
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam 10 % yaitu sebesar 1,850. Dengan
penelitian ini. demikian t-hitung < t-tabel (0,594 < 1,850),
Uji F maka Ho diterima artinya variabel
Uji F digunakan untuk melihat kepadatan penduduk berpengaruh tidak
signifikansi pengaruh variabel independen signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Hal
yaitu : tingkat kepadatan penduduk, PDRB, ini tidak sesuai dengan teori, yang
tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan menyatakan bahwa kepadatan penduduk
tingkat pengangguran secara simultan atau berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kemiskinan. Hal ini diduga karena tingkat

113
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

kepadatan penduduk di Kota Jambi sangat cenderung memperlambat pendapatan


tinggi, kepadatan penduduk yang tinggi per kapita melalui tiga cara, yaitu:
tidak seimbang dengan peningkatan tingkat 1. Memperberat beban penduduk pada
kemiskinan. lahan
Dari hasil analisis regresi pada 2. Menaikkan barang konsumsi karena
variabel tingkat pendidikan (X3) didapat kekurangan faktor pendukung untuk
nilai t-hitung sebesar 3,966 sementara t- menaikkan penawaran mereka
tabel didapat pada tingkat kepercayaan  = 3. Memerosotkan akumulasi modal,
10 % yaitu sebesar 1,850. Dengan karena dengan tambah anggota
demikian t-hitung > t-tabel (3,966 < 1,850), keluarga, biaya meningkat. Kondisi
maka Ho ditolak artinya variabel tingkat ini akan semakin parah apabila
pendidikan berpengaruh signifikan persentase anak-anak pada
terhadap tingkat kemiskinan. Hal ini sesuai keseluruhan penduduk tinggi, karena
dengan teori yang menyatakan bahwa anak-anak hanya menghabiskan dan
tingkat pendidikan berpengaruh signifikan tidak menambah produk, dan jumlah
terhadap tingkat kemiskinan. anak yang menjadi tanggungan
Dari hasil analisis regresi pada keluarga lebih besar daripada jumlah
variabel tingkat pengangguran (X5) didapat mereka yang menghasilkan, sehingga
nilai t-hitung sebesar 2,206 sementara t- pendapatan per kapita menjadi
tabel didapat pada tingkat kepercayaan  = rendah.
10 % yaitu sebesar 1,850. Dengan Banyaknya penduduk
demikian t-hitung > t-tabel (2,206 > 1,850), menyebabkan persaingan dalam
maka Ho ditolak artinya variabel tingkat memperoleh pekerjaan semakin kuat,
pengangguran berpengaruh signifikan sementara lapangan kerja terbatas.
terhadap tingkat kemiskinan. Hal ini sesuai Penduduk yang kalah dalam persaingan
sesuai dengan teori, yang menyatakan akan menganggur atau bekerja dengan
bahwa tingkat pengangguran berpengaruh pendapatan yang rendah, sehingga
signifikan terhadap kemiskinan. keduanya akan berdampak pada
Berdasarkan hasil analisis regresi bertambahnya kemiskinan.
linier berganda diatas didapat konstanta 2. Koefisien regresi tingkat pendidikan
sebesar -514,999. Sedangkan untuk (X3) sebesar 2,903 artinya jika tingkat
masing-masing koefisien regresi yaitu : pendidikan meningkat sebesar 1 persen,
1. Koefisien regresi kepadatan penduduk maka tingkat kemiskinan meningkat
(X1) sebesar 0,003 artinya jika sebesar sebesar 2,903 persen dengan
kepadatan meningkat sebesar 1 asumsi variabel lain tetap (sama dengan
orang/km2, maka tingkat kemiskinan nol). Tingkat pendidikan berpengaruh
akan meningkat sebesar 0,003 persen positif terhadap tingkat kemiskinan, hal
dengan asumsi variabel lain tetap (sama ini tidak sesuai dengan teori.
dengan nol). Kepadatan penduduk Pendidikan menyangkut
berpengaruh positif terhadap pembangunan karakter dan sekaligus
kemiskinan, hal ini sesuai dengan teori mempertahankan jati diri manusia suatu
yang menyatakan semakin padat suatu bangsa. Pendidikan khususnya
daerah maka tingkat kemiskinan akan peningkatan jumlah tahun belajar
semakin meningkat. merupakan suatu syarat untuk tahap dari
Pada tahun 2008, Jhingan pembangunan ekonomi. Semakin tinggi
mengemukakan pengaruh buruk pendidikan seseorang, maka kualitas
pertumbuhan penduduk yang tinggi sumberdaya manusia juga akan semakin
terhadap perekonomian (pendapatan per baik dan akan mempengaruhi
kapita). Pertumbuhan penduduk produktifitas. Ketika produktifitas

114
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

meningkat maka penghasilan atau upah Berdasarkan hasil pengolahan SPSS


yang didapat juga akan meningkat dari pengaruh tingkat kepadatan penduduk,
sehingga akan membantu masyarakat PDRB, tingkat pendidikan, tingkat
keluar dari jerat kemiskinan. Pendidikan kesehatan dan UMP terhadap tingkat
dapat berperan dalam pengentasan pengangguran di Kota Jambi diperoleh
kemiskinan tergantung pada tingkat nilai VIFnya tinggi, hal ini berarti terjadi
pembangunan suatu negara/wilayah, multikloneritas. Untuk itu ada beberapa
aspek ekonomi, sosial dan politik yang variabel independen yang dihilangkan
mempengaruhi upah dan permintaan untuk menghasilkan hasil yang lebih baik.
tenaga kerja. Setelah dilakukan pengolahan dengan
3. Koefisien regresi tingkat pengangguran SPSS maka model yang layak digunakan
(X5) sebesar 0,849 artinya jika tingkat adalah dengan cara menghilangkan PDRB
pengangguran meningkat sebesar 1 dan UMP. Dengan menghilangkan PDRB
persen maka tingkat kemiskinan akan dan UMP maka diperoleh hasil sebagai
meningkat sebesar 0,849 persen dengan berikut :
asumsi variabel lain tetap (sama dengan Tabel 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
nol). Tingkat pengangguran Pengangguran (Model Perbaikan)
berpengaruh positif terhadap tingkat Coefi- Standar t
kemiskinan, hal ini sesuai dengan teori Variable Sig
cient Eror
jika pengangguran meningkat maka Constant 160,108 59,548 2,689 0,025
kemiskinan akan meningkat. Tingkat
-2,822 1,501
-
0,093
Pendidikan 1,880
Tingkat
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan
1,791 1,707 1,049 0,321
Pengangguran F-hitung = 3,344
Untuk melihat faktor-faktor yang F-tabel = 3,01
mempengaruhi pengangguran digunakan t-tabel = 1,833
metode regresi linier berganda. Variabel R2 = 0,426
independen dalam penelitian ini adalah :
kepadatan penduduk, PDRB, tingkat R2 (Koefisien Determinasi)
pendidikan, tingkat kesehatan dan UMP. Koefisien Determinasi (R2)
Sedangkan variabel dependen adalah digunakan untuk melihat besarnya
tingkat pengangguran. pengaruh tingkat pendidikan dan tingkat
Tabel 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
kesehatan terhadap tingkat pengangguran.
Pengangguran (Model Awal) Dari hasil analisis diperoleh besarnya
koefisien determinasi adalah 0,426.
Coefi- Standar t
Variable
cient Eror
Sig Nilai 0,426 artinya secara bersama-
Constant -43,309 311,562 -0,139 0,894 sama tingkat pendidikan dan tingkat
Kepadatan kesehatan berpengaruh sebesar 42,6 persen
0,003 0,010 0,330 0,753
Penduduk terhadap tingkat pengangguran, sedangkan
PDRB 0,019 0,012 1,579 0,166 sisanya sebesar 53,4 persen dipengaruhi
Tingkat oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
-4,070 2,198 -1,852 0,114
Pendidikan
Tingkat dalam penelitian ini.
6,024 4,053 1,486 0,188
Kesehatan
UMP -0,048 0,032 -1,492 0,186
Uji F
Uji F digunakan untuk melihat
F-hitung = 1,780
signifikansi pengaruh variabel independen
F-tabel = 3,11
yaitu : tingkat pendidikan dan tingkat
t-tabel = 1,943
kesehatan secara simultan atau bersama-
R2 = 0,597
sama terhadap variabel dependen yaitu
tingkat pengangguran.

115
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

Dari hasil analisis regresi linier maka tingkat pengangguran akan


berganda didapat nilai F-hitung sebesar menurun sebesar 2,822 persen dengan
3,344 sementara F-tabel didapat pada asumsi variabel lain tetap (sama dengan
tingkat kepercayaan  = 10 % yaitu nol). Tingkat pendidikan berpengaruh
sebesar 3,01. Dengan demikian F-hitung > negatif terhadap tingkat pengangguran,
F-tabel (3,344 > 3,01), maka Ho ditolak hal ini sesuai dengan teori yang
artinya tingkat pendidikan dan tingkat menyatakan bahwa tingkat pendidikan
kesehatan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh negatif terhadap tingkat
berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran.
pengangguran di Kota Jambi selama 2. Koefisien regresi tingkat kesehatan (X2)
periode 2000-2011. sebesar 1,049 artinya jika angka harapan
hidup (X2) meningkat sebesar 1 tahun,
Uji t maka tingkat pengangguran meningkat
Uji t digunakan untuk melihat sebesar 1,049 persen dengan asumsi
signifikansi pengaruh variabel independent variabel lain tetap (sama dengan nol).
(tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan) Tingkat kesehatan berpengaruh positif
secara parsial (individu) terhadap variabel terhadap tingkat pengangguran, hal ini
dependent (tinkgat pengangguran). sesuai dengan teori jika angka harapan
Dari hasil analisis regresi pada hidup meningkat maka tingkat
variabel tingkat pendidikan (X1) didapat pengangguran akan meningkat.
nilai t-hitung sebesar -1,880 sementara t-
tabel didapat pada tingkat kepercayaan  = Hubungan antara Kemiskinan dengan
10 % yaitu sebesar -1,833. Dengan Pengangguran
demikian t-hitung > t-tabel (-1,880 > Terkait dengan penciptaan lapangan
-1,833), maka Ho ditolak artinya variable kerja guna mengurangi pengangguran,
tingkat pendidikan berpengaruh signifikan perlu diciptakan suasana yang kondusif
terhadap tingkat pengangguran. Hal ini demi tersemainya semangat kewirausahaan
sesuai dengan teori, yang menyatakan di kalangan warga bangsa. Salah satu
bahwa tingkat pendidikan berpengaruh problematika yang masih menggelayuti
signifikan terhadap tingkat pengangguran. adalah sulitnya usaha kecil dan menengah
Dari hasil analisis regresi pada serta sektor informal yang banyak
variabel tingkat kesehatan (X2) didapat menyerap tenaga kerja. Selama ini,
nilai t-hitung sebesar 1,049 sementara t- hambatan struktural yang mengemuka
tabel didapat pada tingkat kepercayaan  = adalah rigiditas aturan formalisasi yang
10 % yaitu sebesar 1,833. Dengan mewajibkan mereka untuk memenuhi
demikian t-hitung < t-tabel (1,049 < 1,833), persyaratan legal formal. Konsekuensinya,
maka Ho diterima artinya variabel tingkat mereka banyak bergerak di luar pasar yang
kesehatan tidak berpengaruh terhadap memerlukan persyaratan legal formal.
tingkat pengangguran. Hal ini tidak sesuai Seperti kata Hernando de Soto, kaum
dengan teori yang menyatakan bahwa miskin sebenarnya memiliki elan untuk
kesehatan berpengaruh signifikan terhadap menstranformasikan capital ke dalam
tingkat pengangguran. bentuk usaha-usaha produktif. Hal ini
Berdasarkan hasil analisis regresi terbukti bahwa sektor-sektor ekonomi
linier berganda diatas didapat konstanta informal yang dijalankan oleh kalangan
sebesar 160,108. Sedangkan untuk masing- masyarakat bawah justru dapat bertahan
masing koefisien regresi yaitu : dari hantaman krisis yang mendera sejak
1. Koefisien regresi tingkat pendidikan 1997 yang lalu. Pemerintah sudah
(X1) sebesar -2,822 artinya jika tingkat seharusnya bisa memfasilitasi mereka
pendidikan meningkat sebesar 1 persen, dengan memberikan kemudahan dan akses

116
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

untuk berusaha. Dalam hal ini ada baiknya adalah variabel tingkat pendidikan dan
pemerintah sesegera mungkin membantu tingkat pengangguran.
para pegiat ekonomi lemah dan kaum 2. Secara bersama-sama tingkat pendidikan
miskin ini dengan memberikan dan tingkat kesehatan berpengaruh
kemudahan-kemudahan seperti dalam positif dan tidak signifikan terhadap
aspek hukum (legal) dan jaminan akan tingkat pengangguran di Kota Jambi.
property rights. Potret kemiskinan di Indonesia
Berdasarkan hasil perhitungan umumnya dan Kota Jambi khususnya tidak
statistik diperoleh koefisien korelasi antara bisa dilepaskan dari masalah masih
tingkat kemiskinan dan tingkat rendahnya tingkat pendidikan para pekerja.
pengangguran sebesar -0,290. Artinya Data statistik menunjukkan bahwa jumlah
terdapat hubungan yang negatif dan pekerja usia 15 tahun ke atas ternyata
memiliki korelasi yang rendah antara didominasi oleh pekerja yang tidak
tingkat kemiskinan dan tingkat sekolah, tidak tamat SD, lulusan SD dan
pengangguran di Kota Jambi selama lulusan SMP. Jumlah mereka ini sekitar 75
periode 2000-2011. % dari total pekerja usia 15 tahun ke atas di
Korelasi antara tingkat kemiskinan Indonesia. Mayoritas dari mereka ini
dengan tingkat pengangguran memiliki adalah pekerja di sektor pertanian yang
korelasi yang negatif dan rendah, hal ini memberikan upah sangat rendah. Uniknya,
disebabkan oleh pengangguran di Kota jumlah pekerja berpendidikan rendah ini
Jambi kebanyakan adalah pengangguran tidak banyak berubah dari semenjak
yang terdidik, dan banyak tenaga kerja sebelum krisis ekonomi, masa krisis
yang bekerja tidak sesuai dengan ekonomi dan hingga kini. Fenomena ini
bidangnya. Tingkat upah yang diterima jelas mengindikasikan bahwa pekerja yang
oleh pekerja juga masih rendah dan tidak berada dalam kelompok ini sangat rentan
sesuai dengan kebutuhan keluarga yang untuk terjebak dalam lingkaran kemiskinan
ditanggungnya sehingga masih banyak yang berkelanjutan. Lebih jauh dari itu,
yang mempunyai pekerjaan hidup di bawah bukan tidak mungkin data ini
garis kemiskinan. mengindikasikan bahwa penduduk miskin
Jumlah pekerja di Kota Jambi saat ini adalah berasal dari keturunan yang
didominasi oleh pekerja yang tidak sama dari penduduk miskin sebelumnya.
sekolah, tidak tamat SD, lulusan SD dan Fenomena ini jelas sangat
lulusan SMP. Mayoritas dari mereka ini mengkhawatirkan untuk kelanjutan proses
adalah pekerja di sektor pertanian yang pembangunan ke depan. Dalam konteks
memberikan upah sangat rendah. Pekerja makro, rendahnya level pendidikan para
yang berada dalam kelompok ini sangat pekerja akan menyebabkan rendahnya
rentan untuk terjebak dalam lingkaran produktivitas dan menghasilkan
kemiskinan yang berkelanjutan. pertumbuhan ekonomi yang rendah dan
lambat. Jika hal ini terjadi, penyerapan
Implikasi Kebijakan tenaga kerja akan semakin berkurang dan
Berdasarkan hasil penelitian perbaikan kualitas hidup penduduk miskin
diketahui bahwa : akan terus terhambat.
1. Secara bersama-sama kepadatan Potret suram angkatan kerja
penduduk, tingkat pendidikan dan berpendidikan rendah ini juga tercermin
tingkat pengangguran berpengaruh dalam statistik pengangguran. Susahnya
positif dan signifikan terhadap tingkat mereka mendapat pekerjaan ini salah
kemiskinan di Kota Jambi. Sedangkan satunya disebabkan oleh tidak siapnya
secara parsial variabel yang berpengaruh mereka dalam mengaplikasikan ilmunya di
signifikan terhadap tingkat kemiskinan dunia kerja, sehingga ada gap antara

117
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

kualifikasi yang diminta pemberi kerja positif bagi penciptaan lapangan kerja baru.
dengan mereka sebagai pencari kerja. Hal Di sisi lain, investasi dan belanja
ini diperparah dengan rendahnya jiwa pemerintah perlu lebih diarahkan kepada
enterpreneurship dalam diri angkatan kerja pembangunan infrastruktur terutama di
lulusan SMA, Diploma dan Universitas. pedesaan untuk mendorong dan
Tentu ini bukan kesalahan mereka semata, memfasilitasi kegiatan ekonomi
pemerintah dalam hal ini departemen masyarakat. Keberpihakan kepada rakyat
pendidikan nasional belum mampu perlu dipertegas dengan mengurangi
menyusun kurikulum sekolah maupun rigiditas pendistribusian anggaran dan
perguruan tinggi yang bisa mengarahkan efisiensi anggaran untuk lebih ditujukan
mereka untuk menjadi enterpreuneur kepada proyek yang mampu
ketika kelak lulus dari bangku kuliah. Jadi memberdayakan masyarakat.
intinya, perlu ada reorientasi pendidikan, Perbaikan dan peningkatan akses
khususnya di perguruan tinggi untuk lebih pendidikan secara gratis adalah salah satu
mengarah pada penciptaan lulusan yang kunci mengatasi masalah rumit pendidikan
siap terjun menjadi enterpreneur. dan kemiskinan ini. Mengapa pendidikan
Pola pengembangan pendidikan ini penting untuk mengatasi kemiskinan?
tinggi yang berorientasi dalam menciptakan Todaro (2000) menyebutkan bahwa sumber
enterpreneur ini akan berjalan lancar jika utama dari pertumbuhan ekonomi dan
dikoordinasikan dengan lembaga-lembaga kemajuan negara-negara maju saat ini
pemerintah lainnya, khususnya yang bukanlah “physical capital”, melainkan
menangani masalah kebijakan moneter dan “human capital¨. Oleh karenanya,
perbankan. Lembaga pemerintah yang komitmen pemerintah yang benar-benar
bergerak dalam dua bidang ini harus nyata sangat ditunggu. Selain akses
memberikan akses kredit yang cukup pendidikan yang harus terbuka lebar,
kepada para lulusan SMA dan perguruan orientasi pendidikan pun harus diarahkan
tinggi yang telah dididik dalam pola kepada penciptaan lulusan sekolah yang
“enterpreneur education¨ ini, misalnya mampu menjadi wirausaha yang pada
dengan meluncurkan “young enterpreneur gilirannya akan menciptakan lapangan
credit program”. Lebih jauh dari itu, kerja, bukan hanya sekedar pencari kerja.
pemerintah melalui bank-bank BUMN bisa Pemerintah pun perlu memberikan
membentuk suatu lembaga keuangan dukungan dan penyederhanaan aturan
khusus yang memang diarahkan untuk dalam mendorong tumbuhnya wirausaha-
mendanai bisnis yang dirintis oleh para wirausaha baru.
enterpreneur muda ini. Ke depan, kiranya upaya-upaya untuk
Kebijakan yang seyogyanya memerangi kemiskinan lebih difokuskan ke
ditempuh oleh pemerintah untuk mengurai arah pengembangan aset ekonomi produktif
problematika kemiskinan ini antara lain bagi kaum miskin. Hal ini bisa dilakukan
dengan menciptakan pertumbuhan ekonomi dengan membantu kaum miskin yang
yang lebih berkualitas dengan landasan memiliki usaha kecil dan semangat
investasi baik asing maupun domestik. kewirausahaan dengan bantuan
Dalam kaitannya dengan investasi sebagai permodalan, pemberian kepastian hukum
salah satu prasyarat pendorong atas lahan yang dimiliki petani gurem,
pertumbuhan ekonomi, pemantapan fasilitasi PKL tanpa mengenyampingkan
kemandirian potensi ekonomi lokal perlu habitat usaha dan prospek pasar atas barang
diperkuat mengingat situasi ekonomi global dagangan mereka.
yang tak menentu. Hal ini untuk
mengurangi ketergantungan akan investasi KESIMPULAN DAN SARAN
asing yang belum tentu akan berdampak

118
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA


1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui Alfian, dkk, 1980. Kemiskinan Struktural:
bahwa secara simultan kepadatan Suatu Bunga Rampai. Penerbit
penduduk, tingkat pendidikan dan Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial dan HIPIS.
tingkat pengangguran berpengaruh Jakarta.
positif dan signifikan terhadap tingkat Arsyad, L, 1999. Ekonomi Pembangunan.
kemiskinan di Kota Jambi. STIE-YKPN. Yogyakarta.
2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui Djoyohadikusumo, S, 1995. Perkembangan
bahwa secara simultan tingkat Pemikiran Ekonomi (Dasar Teori
pendidikan dan tingkat kesehatan Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi
berpengaruh positif dan signifikan Pembangunan). LP3ES. Jakarta.
terhadap tingkat pengangguran di Kota Deliarnov, 2005. Perkembangan Pemikiran
Jambi. Sedangkan secara parsial Ekonomi. PT RajaGrafindo Persada.
variabel yang berpengaruh signifikan Jakarta.
terhadap tingkat pengangguran adalah Hortn, Paul B dan Chester L Hunt, 1984.
tingkat pendidikan. Besarnya pengaruh Sosiologi Edisi keenam. Jakarta.
tingkat pedidikan dan tingkat kesehatan Erlangga
secara bersama-sama terhadap Jabal T, Ibrahim, 2002. Sosiologi
pengangguran di Kota Jambi 42,6 Pedesaan. Malang: UMM.
persen. Krisnamurti, B. 2006. 22 Tahun Studi
3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui Pembangunan Pengurangan
korelasi antara tingkat kemiskinan Kemiskinan, Pembangunan
dengan tingkat pengangguran di Kota Agribisnis dan Revitalisasi
Jambi adalah negatif dan sangat rendah. Pertanian. Pusat Studi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan-LPPM IPB,
Saran Bogor.
1. Meningkatkan laju pertumbuhan Kuncoro, Mudrajad, 2003. Ekonomi
ekonomi melalui peningkatan Pembangunan : Teori, Masalah dan
penanaman modal di Kota Jambi dengan Kebijakan. UPP AMP YKPN:
menciptakan iklim investasi yang Yogyakarta.
kondusif. Nurhayati, Maruti, 2007. Analisis Faktor-
2. Meningkatkan pendidikan penduduk faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Kota Jambi melalui program wajib Kemiskinan di Jawa Barat. FEM-
belajar sembilan terprogram dan IPB. Bogor.
terstruktur sehingga persentase Poloma, Margareth M. 2004. Sosiologi
penduduk miskin akan semakin kontemporer. Jakarta: Rajawali
berkurang. Rintuh, C.. M,. 2003. Kelembagaan dan
3. Upaya-upaya untuk memerangi Ekonomi Rakyat. Dikti, Jakarta.
kemiskinan lebih difokuskan ke arah Ritzer, George dan Douglass J Goodman,
pengembangan aset ekonomi produktif 2003. Teori Sosiologi Modern.
bagi kaum miskin. Hal ini bisa Jakarta: Kencana
dilakukan dengan membantu kaum Robinson Tarigan, 2004. Ekonomi
miskin yang memiliki usaha kecil dan Regional : Teori dan Aplikasi. Bumi
semangat kewirausahaan dengan Aksara. Jakarta.
bantuan permodalan. Sajogyo, 1977. Kemiskinan dan Kebutuhan
4. Menciptakan lapangan pekerjaan baru Minimum Pangan. Lembaga
sehingga dapat menyerap tenaga kerja Penelitian Sosiologi Pedesaan. IPB.
dan mengurangi pengangguran. Bogor.

119
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.2, Oktober 2013 ISSN: 2338- 4603

Simatupang, Pantjar dan Saktyanu, K, Dimensi Proses Pembangunan di


Dermoredjo, 2003. Produk Domestik Indonesia. Penerbit Kanisius.
Bruto, Harga dan Kemiskinan. Media Yogyakarta.
Ekonomi, dan Keuangan Indonesia. Suparlan, P, 1984. Kemiskinan di
Hal 191 – 324, Vol. 51, No. 3. Perkotaan: Bacaan untuk
Singarimbun, Masri dan Effendi Sofyan, Antropologi Perkotaan. Sinar
1989. Metode Penelitian Survei. Harapan. Jakarta.
LP3ES. Jakarta. Tambunan, Tulus, 2003. Perekonomian
Siregar, H dan D. Wahyuniarti. 2007. Indonesia, Beberapa Masalah
Dampak Pertumbuhan Ekonomi Penting. Ghalia Indonesia. Jakarta.
terhadap Penurunan Jumlah Todaro, Smith, 2004. Pembangunan
Penduduk Miskin. MB-IPB. Bogor. Ekonomi di Dunia ke Tiga, Jilid 1.
Sukirno, S, 1985. Ekonomi Pembangunan, Airlangga. Jakarta.
Proses, Masalah dan Dasar Wiraswara, A, 2005. Pertumbuhan
Kebijaksanaan. Jakarta. FE-UI. Ekonomi dan Pengurangan Angka
Sukirno, S, 1994. Pengantar Teori Kemiskinan di Indonesia [skripsi].
Ekonomi. Raja Grafindo Persada. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas
Jakarta. Ekonomi dan Manajemen – IPB.
Sumodiningrat, G dkk, 1999. Kemiskinan: Bogor.
Teori, Fakta dan Kebijakan. Penerbit World Bank. 2004. Mewujudkan
IMPAC, Jakarta. Pelayanan Umum bagi Masyarakat
Sunarso dan Mardimin, 1996. Konsep Miskin. The World Bank, Jakarta.
Ketidakadilan dan Kemiskinan dalam

120

You might also like