Analisis Risiko Pada Pengelolaan Bendungan Di PT. Vale Indonesia Menggunakan Metode Bow Tie

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Seminar Nasional Bendungan Besar KNIBB-2021

Analisis Risiko Pada Pengelolaan Bendungan di PT. Vale


Indonesia Menggunakan Metode Bow Tie

Abdul Muis 1*, dan Anom Prasetio2


1
PT. Vale Indonesia, Tbk Departemen Energy & Logistics, Sorowako, Indonesia
2
PT. Vale Indonesia, Tbk Departemen Energy & Logistics, Sorowako, Indonesia
*abdul.muis1@vale.com

Abstrak. PT. Vale Indonesia Indonesia, Tbk adalah perusahaan pertambangan mineral yang memproduksi nikel sebagai
produk utamanya. PT. Vale Indonesia membutuhkan keandalan pasokan daya yang tinggi dari pembangkit listrik tenaga air
(PLTA) untuk di alirkan ke semua fasilitas produksi sehingga dapat memproduksi nikel sesuai yang ditargetkan. Salah satu
peralatan penting untuk menjaga agar ketersediaan listrik dapat terpenuhi adalah fasilitas bendungan. Tetapi dibalik manfaat
yang sangat penting, bendungan juga mempunyai risiko yang sangat besar terutama jika sudah melibatkan dengan
community di area sekitar bendungan. Oleh karena itu analisis risiko bendungan sebagai fasilitas sangat penting perlu
dilakukan. PT. Vale Indonesia saat ini sudah menerapkan analisis risikountuk kegagalan bendungan dengan menggunakan
metode bow tie. Dari hasil analisis tersebut, didapatkan beberapa kontrol risiko yang perlu dilakukan untuk mencegah
kegagalan bendungan terjadi.

Kata Kunci : Analisia risiko, bow tie, Kontrol risiko, Kegagalan Bendungan.
Seminar Nasional Bendungan Besar KNIBB-2021

1. Pendahuluan
PT. Vale Indonesia saat ini memiliki 3 Bendungan yang digunakan sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) untuk suplai listrik yang digunakan untuk peleburan
nikel sebagai produk yang dihasilkan. Ketiga bendungan tersebut adalah Bendungan
Batubesi, Bendungan Balambano, dan Bendungan Karebbe yang dibangun pada seri sungai
larona dari Danau Matano menuju Teluk Bone. Bendungan Karebbe adalah serangkaian
kaskade dari dua bendungan yang sebelumnya dibangun, Bendungan Batubesi dan
Bendungan Balambano. Bendungan Balambano terletak sekitar 5 km dari hulu Bendungan
Karebbe, sementara Bendungan Batubesi terletak sekitar 15 km dari hulu Bendungan
Balambano atau sekitar 20 km dari Bendungan Karebbe.
Awal operasi ketiga bendungan tersebut berbeda-beda, yang paling awal dibangun
adalah Bendungan Batubesi pada tahun 1978, Bendungan Balambano pada tahun 1999
sedangkan Karebbe adalah Bendungan yang paling baru yang dioperasikan pada tahu 2011.
Ketiga jenis bendungan tersebut juga memiliki tipe yang berbeda. Bendungan Batubesi
bertipe CFRD (Concrete Face Rock Fill DAM), Bendungan Balambano memiliki tipe RCC
(Roller Compacted Concrete), sedangkan Bendungan Karebbe memiliki tipe LCCC (Low
Cement Conventional Concrete).
Berikut ini adalah gambaran dari lokasi ketiga bendungan yang dioperasikan di PT.
Vale Indonesia dengan sistem kaskade mulai dari 3 danau diatasnya sampai ke teluk bone.

Gambar. 1.1 Lokasi Bendungan di PT. Vale Indonesia

Gambar. 1.2 Sistem Kaskade Bendungan di PT. Vale Indonesia


Seminar Nasional Bendungan Besar KNIBB-2021

1.1 Latar Belakang


Manajemen risiko adalah proses yang diterapkan PT Vale di semua level dengan
tujuan bertindak secara preventif terkait kemungkinan terwujudnya skenario dan / atau
meminimalkan potensi dampak negatif terhadap tujuan strategis PT Vale. PT. Vale Indonesia
mempunyai 3 bendungan besar yang berfungsi sebagai pemasok energi listrik yang
dipergunakan untuk menunjang kelangsungan proses produksi nickel dan sumber listrik bagi
masyarakat di sekitar perusahaan, oleh karena itu bendungan-bendungan ini harus selalu
dipelihara dan dioperasikan sesuai dengan prosedur dan jadwal yang sudah ditentukan oleh
pihak Departemen Utilities khususnya bagian “Section Hydro Operation, Maintenance dan
Civil Dam Surveillance”.
Untuk pemahaman yang lebih baik terhadap manajemen risiko, presentasi konseptual
tentang “risiko” dan kategorinya diperlukan:
 Risk/Risiko adalah dampak dari ketidakpastian pada tujuan organisasi yang
memanifestasikan dirinya dalam banyak cara dan dengan dampak potensial pada
semua dimensi bisnis.
 Inherent Risk /Risiko Bawaan adalah ukuran risiko dari skenario terburuk yang
mungkin terjadi dengan mengabaikan tindakan pengendalian, ini adalah "risiko asli"
di mana belum ada strategi pengendalian atau respons risiko yang diterapkan.
Penilaian risiko bawaan harus mempertimbangkan skenario terburuk untuk setiap
dimensi kerugian. Semua alasan harus diisi dalam sistem manajemen risiko bisnis
untuk penilaian di masa mendatang.
 Residual Risk /Risiko Sisa adalah ukuran risiko yang dimitigasi oleh kontrol yang
tersedia. Ini adalah kondisi risiko saat ini karena langkah-langkah telah diterapkan
untuk mengurangi paparan perusahaan terhadap skenario yang ada. Kontrol dianggap
berfungsi sebagaimana mestinya. Kontrol yang tidak berfungsi atau yang diperlukan
untuk implementasi harus memiliki rencana tindakan terkait yang bertujuan untuk
berfungsi secara efektif.
 Forecast Residual Risk /Perkiraan risiko sisa adalah proyeksi dari ukuran risiko
yang mempertimbangkan pengendalian yang efisien dan pengaruh dari rencana
tindakan yang mengubah klasifikasi. Semua risiko yang diklasifikasikan sebagai
sangat tinggi harus dilakukan penilaian perkiraan risiko sisa dan dicatat dalam sistem
manajemen risiko bisnis. Beberapa situasi memerlukan tinjauan klasifikasi risiko,
seperti penyelesaian rencana tindakan pemicu.

Gambar. 1.3 Gambaran pengelolaan risiko di PT. Vale Indonesia


Seminar Nasional Bendungan Besar KNIBB-2021

1.2 Metodologi
Untuk menilai risiko, sebab dan akibat, digunakan alat “Bow Tie”, yaitu diagram
yang berisi sebab, akibat, kontrol pencegahan dan mitigasi, identifikasi kontrol kritikal, dan
rencana kerja. Bow Tie Analysis atau BTA adalah sebuah Teknik yang merujuk pada suatu
diagram berbentuk dasi kupu-kupu yang menggambarkan atau memvisualisasikan peristiwa
risiko yang anda hadapi, secara sederhana. Visualisasi diagram dasi kupu-kupu, sisi kiri
mengambarkan manajemen risiko yang bersifat proaktif, sedangkan sisi kanan
menggambarkan manajemen risiko yang bersifat protektif. Metode bow tie analysis
menggambarkan secara jelas hubungan antara penyebab kegagalan atau penyebab risiko,
kejadian atau risiko, pengendalian preventif dan recovery terhadap risiko (Alizadeh &
Moshashaei, 2015
Metode Bow tie digunakan dalam berbagai industri karena memiliki beberapa
manfaat yaitu:
1. Sangat efektif untuk analisis proses bahaya awal.
2. Mengidentifikasi high probability and high consequence events.
3. Representasi penyebab peristiwa skenario berbahaya, kemungkinan hasil dan langkah-
langkah untuk mencegah, mengurangi atau mengontrol bahaya.
4. Hambatan diidentifikasi dan dievaluasi
Analisis Bow Tie memberikan cara sederhana untuk menunjukkan dan
menggambarkan jalur risiko serta kontrol dan rencana kerja yang ada untuk mencegah dan
mengurangi peristiwa yang tidak diinginkan tertentu. Penting untuk menetapkan korelasi
antara kontrol pencegahan dan mitigasi dengan sebab / akibat, serta rencana kerja. Informasi
ini dimasukkan ke dalam sistem manajemen risiko bisnis.

Gambar. 1.4 Skema Penilaian Risiko dengan Bow Tie


Cause / Sebab: Keadaan atau aktivitas yang berkontribusi pada terwujudnya risiko dalam
operasi perusahaan, yang dapat dianalisis secara individual atau digabungkan dengan
aktivitas lain. Mereka juga disebut “Faktor” terjadinya risiko atau “akar penyebab”.
Impact / Akibat: Efek atau konsekuensi yang disebabkan oleh materialisasi risiko dalam
Sistem Vale, yang dapat berwujud atau tidak berwujud. Akibat tidak tergantung pada
pengendalian yang dilakukan untuk mengurangi risiko atau konsekuensinya, karena terkait
dengan tingkat keparahan kejadiannya.
Seminar Nasional Bendungan Besar KNIBB-2021

Control / Kontrol: Kegiatan yang dilakukan secara periodik dan formal yang bertujuan untuk
mencegah dan / atau memitigasi suatu risiko. Pengendalian harus dievaluasi dari segi desain
(efektivitas) dan fungsinya (efisiensi).
Prevention Controls / Kontrol Pencegahan: Mengurangi, atau mungkin menurunkan,
kemungkinan terjadinya satu atau lebih penyebab dan, pada akhirnya, dari peristiwa risiko.
Mitigation Controls / Kontrol Mitigasi: Mereka mengurangi, atau dapat menurunkan,
besarnya akibat dan konsekuensi yang ditimbulkan dari terjadinya peristiwa risiko.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk membuat bow tie diagram antara lain
(Lewis & Smith, 2010):
1. Identifikasi the bow tie hazard
Bow tie hazard terdiri dari 2 item yaitu bahaya/hazard dan event atau risiko yang akan
terjadi. Hazard: Bahaya memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan, termasuk sakit dan
cedera, kerusakan properti, produk atau lingkungan, dan kerugian produksi. Event: event
adalah kejadian yang tidak diinginkan. Event biasa disebut dengan “The release” of the
hazard.
2. Assess the threats
Ancaman berada di sisi paling kiri dari diagram. Ancaman adalah sesuatu yang berpotensi
akan menyebabkan pelepasan dari bahaya yang telah diidentifikasi.
3. Assess the consequences
Konsekuensi berada di sisi paling kanan dari diagram. Konsekuensi adalah dampak dari
pelepasan bahaya.
4. Kontrol Pencegahan
Kontrol pencegahan adalah kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
risiko/ top event. Pada diagram bow tie, kontrol terletak diantara threats dan top event.
5. Recovery/Mitigation (protective control)
Recovery adalah kegiatan pemulihan yang dapat dilakukan jika risiko sudah terjadi dan
bertujuan mengurangi dampak yang ditimbulkan risiko.

1.3 Maksud dan Tujuan


Penelitian ini adalah merupakan bagian dari improvement yang dibuat untuk
mengumpulkan semua data bahaya dan risiko yang ada di Bendungan PT. Vale Indonesia
untuk selanjutnya dilakukan Penerapan pedoman dan standar metodologi risiko bisnis dengan
mempertimbangkan tahapan identifikasi, analisa dan penanganan, pemantauan dan
komunikasi risiko bisnis di area PT. Vale Indonesia terutama yang berkaitan dengan kemanan
bendungan.
2. Hasil dan Pembahasan
2.1 Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko dengan Menggunakan Metode Bow Tie
Bendungan di PT. Vale Indonesia Indonesia, Tbk adalah fasilitas penting yang harus
dijaga karena berfungsi sebagai PLTA untuk pasokan listrik pada semua fasilitas produksi
sehingga dapat memproduksi nikel sesuai yang ditargetkan. Tetapi dibalik manfaat yang
sangat penting, bendungan juga mempunyai risiko yang sangat besar terutama jika sudah
melibatkan dengan community diarea bendungan. Oleh karena itu sebagai pemilik dan
pengelola bendungan, PT. Vale Indonesia tidak menginginkan kegagalan bendungan ini
terjadi.
Seminar Nasional Bendungan Besar KNIBB-2021

Dari setiap aktivitas Operasi dan pemeliharaan bendungan yang sudah dilakukan oleh
PT. Vale Indonesia dapat diidentifikasi ada beberapa penyebab yang bisa menjadi trigger
terjadinya kegagalan bendungan, yaitu:
1. Landslide and sedimentation / Longsor dan Sedimentasi.
2. Earthquake / Gempa Bumi.
3. Sliding and Slope Instability / Ketidakstabilan Lereng.
4. Malfunction Spillway / Kegagalan Operasi Spillway.
5. Lack of Monitoring and Inspection Program / Kurangnya Program Monitoring dan
Inspeksi.
6. Sabotage / Sabotase.
7. Crack in Dam / Retak di Bendungan.
8. Seepage and Erosion / Rembesan dan Erosi.
9. Uncontrolled Foundation Seepage / Rembesan Pondasi yang tidak terkendali.
Setelah mengidentifikasi bahaya-bahaya apa saja yang sekiranya dapat menjadi
trigger terjadinya kegagalan bendungan, selanjutnya di identifikasi dampak yang akan terjadi
jika kegagalan bendungan ini terjadi. Adapun dampak yang sudah di identifikasi yaitu:
1. >20,000 penduduk di downstream bendungan akan mengalami kerugian baik secara fisik
maupun materi.
2. Terjadi banyak fatality.
3. Sebagai citra buruk PT. Vale Indonesia karena akan dimuat pada media massa nasional
bahkan internasional.
4. Permit operasi dan environment akan dicabut.
Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menentukan Kontrol yang dapat dilakukan
sebagai langkah preventive/pencegahan dan mitigation/mitigasi agar kejadian yang tidak
diinginkan ini tidak terjadi. Pada Gambar 2.1, Gambar 2.2, dan Gambar 2.3 sangat detail
digambarkan dengan menggunakan diagram bow tie untuk dilakukan identifikasi Kontrol
berdasarkan penyebab dan dampak dari kegagalan bendungan yang tidak kami inginkan
terjadi.
Seminar Nasional Bendungan Besar KNIBB-2021

Gambar. 2.1 Diagram Analisis Risiko Bendungan Batubesi menggunakan Bow Tie
Seminar Nasional Bendungan Besar KNIBB-2021

Gambar. 2.2 Diagram Analisis Risiko Bendungan Balambano menggunakan Bow Tie
Seminar Nasional Bendungan Besar KNIBB-2021

Gambar. 2.3 Diagram Analisis Risiko Bendungan Karebbe menggunakan Bow Tie
Seminar Nasional Bendungan Besar KNIBB-2021

2.2 Registrasi dan Pemantauan Kontrol Bahaya menggunakan Bwise


Setelah penentuan Kontrol risk yang sudah dilakukan dengan menggunakan diagram
bow tie, selanjutnya semua Kontrol risk tersebut dilakukan registrasi untuk dimasukkan
kedalam aplikasi B-wise yang berisi jenis control risk, control owner, klasifikasi,
Implementasi, dan sebagainya. Ini penting agar semua control risk yang sudah diidentifikasi
dapat dipantau bagaimana statusnya. Seperti terlihat pada gambar dibawah

Gambar. 2.4 Status Implementasi Control Risk Bendungan Batubesi

Gambar. 2.5 Status Implementasi Kontrol Risk Bendungan Balambano


Seminar Nasional Bendungan Besar KNIBB-2021

Gambar. 2.6 Status Implementasi Kontrol Risk Bendungan Karebbe

3. Kesimpulan dan Saran


3.1 Kesimpulan
Menurut deskripsi yang dibahas pada bagian sebelumnya, proses Manajemen Risiko
sangat relevan bagi PT Vale Indonesia dan merupakan alat yang dimasukkan dalam konteks
perbaikan berkelanjutan yang memerlukan perhatian terhadap setiap dan semua perubahan
dilingkungan internal dan eksternal. Perusahaan berupaya untuk menerapkan praktik terbaik
dalam keselamatan karyawan, hak asasi manusia, dan keberlanjutan perusahaan sehingga
dapat direplikasi di seluruh organisasi dan mencerminkan semua nilai-nilainya, terutama
kehidupan yang utama. Peran dan tanggung jawab untuk pengelolaan risiko bisnis yang
teridentifikasi didefinisikan dengan jelas dan dikomunikasikan kepada semua pihak yang
berkepentingan, sesuai dengan tata kelola, kebijakan, dan standar perusahaan.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka saran penulis untuk
kedepannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mempertahankan agar risiko tetap berada pada batas toleransinya, maka risiko-
risiko perlu dijaga dan dikelola secara efektif dan berkelanjutan dalam program-program
sebagai berikut : Inspeksi atau Pemeriksaan Bendungan secara rutin, berkala, luar biasa,
khusus dan Pemeriksaan Besar, pemantauan (monitoring), pelatihan (training) bagi
Petugas O & P, pengamatan (surveillance), kajian (review) terhadap keamanan
bendungan, pengelolaan dalam keadaan darurat (Emergency Management) tindakan yang
perlu dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh hasil studi yang lebih baik.
2. Pemilik Bendungan perlu melindungi Bendungan Terhadap Risiko yang masih tersisa
(Residual Risk), dimana bendungan perlu dirawat dan dipelihara secara terus menerus.
3. Setiap penyebab bahaya dan control yang akan timbul selanjutnya agar di masukkan/di
update kedalam diagram bow tie untuk bias di identifikasi serta di pantau progresnya.
Seminar Nasional Bendungan Besar KNIBB-2021

Ucapan Terima Kasih

Penulis ingin mengucapkan terima kasih untuk manajemen PT. Vale Indonesia Tbk,
terutama : Vinicius Mendes selaku Chief Operating Officer (COO), Abu Ashar selaku
Director of Energy & Logistic, Pamrih Pammu selaku General Manager Utilities Operation,
Yanuar Taufiq Dwi Putra sebagai rekan kami yang terhormat dalam diskusi ilmiah dan
seluruh rekan tim Surveillance serta tim Utilities Operation dan Maintenance.

Daftar Referensi/Daftar Pustaka


1. PT. Vale Indonesia, Business Risk management Manual Pro-0002-VRM (2021).
2. PT. Vale Indonesia, Risk management Norm – NOR-0003-G (2021).
3. SNI IEC/ISO 31010, Manajemen Risiko – Teknik Penilaian Risiko (2016)
DATA PENULIS

Abdul Muis Menerima gelar Magister Teknik di Bidang Teknik Industri dari Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada tahun 2020 dan Sarjana Teknik di Bidang
Teknik Sipil dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada tahun 2010.
Saat ini bertanggungjawab sebagai Senior Civil Engineer Hydro DAM di PT Vale Indonesia
Tbk, juga mengelola beberapa proyek teknik yang berkaitan dengan operasi pekerjaan sipil &
pemeliharaan dalam implementasi Thermal dan Hydro Program. Bekerja di PT. Vale
Indonesia Tbk selama 9 tahun.

Anom Prasetio menerima gelar Magister Teknik di Bidang Teknik Fisika dari Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada tahun 2019 dan Sarjana di Bidang Teknik
Pengairan dari Universitas Brawijaya (UNBRAW) pada tahun 1997. Bersertifikat sebagai
Ahli Bendungan Tingkat Madya dari Komite Nasional Dam Nasional (INACOLD - KNIBB)
Indonesia yang saat ini bertanggungjawab sebagai Manager Of Civil and Hydro
Surveillance PT Vale Indonesia Tbk, juga mengelola beberapa proyek teknik yang berkaitan
dengan operasi pekerjaan sipil & pemeliharaan dalam implementasi Thermal dan Hydro
Program. Bekerja di PT. Vale Indonesia Tbk selama 15 tahun.

You might also like