Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

eISSN 2337-5949 e-CliniC.

2020;8(1):100-108
Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan DOI: https://doi.org/10.35790/ecl.8.1.2020.27188
KemenRistekdikti RI No. 28/E/KPT/2019 Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic

Gambaran Fungsi Hati pada Sepsis Neonatorum di RSUP Prof. Dr. R. D.


Kandou Manado

Lorencia,1 Jeanette I. Ch. Manoppo,2 Valentine Umboh2

1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: latuharil@gmail.com

Abstract: Neonatal sepsis is a clinical syndrome that consists of nonspecific symptoms and
infection signs, occuring with bacteremia in the first 28 days of life. SGOT and SGPT
abnormalities as well as hypoalbuminemia can be found in neonatal sepsis patients. This study
was aimed to obtain the overview of liver function especially SGOT, SGPT and albumin in
neonatal sepsis patients at NICU of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital. This was a retrospective
and descriptive study. Data were obtained from the patients’ medical records. The results
showed that the percentage of sepsis patients that had mild increased SGOT level was 47.9%.
Meanwhile, the SGPT level was more often normal (81.7%). Hypoalbuminemia was found in
54 patients (76.1%), more frequent in male infants (80.9%). Increased SGOT and SGPT levels
were more frequent in male infants; 51.1% for mild increased SGOT and 12.8% for mild
increased SGPT. In conclusion, among neonatal sepsis increased SGOT levels were more
often in mild form meanwhile increased SGPT levels were rare. Increased SGOT and SGPT
levels and decreased albumin levels were more common among male infants.
Keywords: SGOT, SGPT, albumin, neonatal sepsis

Abstrak: Sepsis neonatorum merupakan sindroma klinis yang terdiri dari gejala-gejala
nonspesifik dan tanda-tanda infeksi, terjadi bersamaan dengan bakteremia pada 28 hari
pertama kehidupan. Abnormalitas SGOT dan SGPT serta hipoalbuminemia dapat ditemukan
pada pasien sepsis neonatorum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi
hati secara khusus SGOT, SGPT, dan albumin pada pasien sepsis neonatorum di NICU RSUP
Prof. Dr. R.D. Kandou. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif menggunakan data rekam
medik pasien sepsis neonatorum. Hasil penelitian mendapatkan persentase pasien sepsis yang
mengalami peningkatan ringan kadar SGOT sebesar 47,9%. Kadar SGPT lebih sering
ditemukan normal (81,7%). Hipoalbuminemia dijumpai pada 54 pasien (76,1%), lebih sering
pada bayi laki-laki (80,9%). Peningkatan SGOT dan SGPT berdasarkan jenis kelamin lebih
sering pada bayi laki-laki dan dalam bentuk peningkatan ringan yaitu sebesar 51,1% untuk
SGOT dan 12,8% untuk SGPT. Simpulan penelitian ini ialah pada pasien sepsis neonatorum
peningkatan kadar SGOT paling sering dalam bentuk peningkatan ringan sedangkan
peningkatan kadar SGPT jarang didapatkan. Peningkatan ringan SGOT dan SGPT serta
penurunan albumin lebih sering dijumpai pada bayi laki-laki.
Kata kunci: SGOT, SGPT, albumin, sepsis neonatorum

PENDAHULUAN merupakan penyebab utama mortalitas dan


Sepsis neonatorum merupakan sindro- morbiditas jangka panjang pada neonatus.
ma klinis yang terdiri dari gejala-gejala Insidensi sepsis neonatorum bervariasi dari
nonspesifik dan tanda-tanda infeksi, terjadi 1-4 kejadian per 1000 kelahiran hidup di
bersamaan dengan bakteremia pada 28 hari negara maju dan 10-50 kejadian per 1000
pertama kehidupan.1 Sepsis neonatorum kelahiran hidup di negara berkembang.2

100
Lorencia, Manoppo, Umboh: Gambaran fungsi hati pada sepsis ... 101

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mela- disfungsi hati rerata pada pasien dengan
porkan bahwa pada tahun 2016 penyebab sepsis ialah 39,9%, lebih rendah daripada
kematian pada anak di bawah 5 tahun, insidensi gangguan pada organ lain terkait
khususnya periode neonatal, 7% disebab- sepsis seperti paru-paru, ginjal, otak,
kan oleh sepsis neonatorum.3 Angka mor- kardiovaskular, dll. Meskipun demikian
talitas akibat sepsis neonatorum cukup disfungsi dan gagal hati dihubungkan
tinggi, terutama di negara berkembang. Di dengan komplikasi yang parah pada pasien
Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskes- sepsis. Angka kematian pada pasien
das) tahun 2007 melaporkan bahwa seba- disfungsi hati terkait sepsis berkisar antara
nyak 20,5% dari penyebab kematian bayi 54%-68%, lebih tinggi daripada pasien
usia 7-28 hari disebabkan oleh sepsis sepsis dengan gangguan pernapasan. Data
neonatorum.4 Pada tahun 2017 di Kota ini membuktikan bahwa hati berperan
Manado, angka kematian neonatal ialah 9 penting dalam kelangsungan hidup dan
kematian, salah satu penyebabnya ialah pemulihan pasien pasca cedera sepsis.8
sepsis.5 Khalil et al9 dalam penelitian observasional
Sepsis neonatorum merupakan masa- prospektif yang dilakukan terhadap 153
lah yang amat serius. Respon imun yang neonatus yang terbukti sepsis berdasarkan
adekuat diperlukan untuk menghentikan kultur darah mendapatkan bahwa disfungsi
infeksi dan mencegah penyebaran infeksi hati sangat umum dijum-pai pada awal
tersebut dalam tubuh hospes, namun jika sepsis neonatorum, paling sering dalam
inflamasi yang terjadi tidak dibatasi dan bentuk cholestatic jaundice (42,5%) dan
menyebar ke seluruh tubuh, hal itu meng- alanine aminotransferase (ALT) yang
akibatkan sekumpulan tanda dan gejala meningkat sebanyak 37,3%.
yang disebut systemic inflammatory Pemeriksaan fungsi hati yang biasa
response syndrome (SIRS). Jika infeksi tak dilakukan untuk mengukur kerusakan hati
dapat dihentikan, patogen dari tempat ialah liver function test. Abnormalitas dari
infeksi lokal akan menyebar ke dalam enzim-enzim hati seperti serum glutamic
darah dan mengakibatkan aktivasi endotel oxaloacetic transaminase (SGOT) dan
sistemik serta memresipitasi sepsis, yang serum glutamic pyruvic transaminase
kemudian akan menjadi lebih parah dan (SGPT) yang meningkat dua kali lipat dari
terjadi syok sepsis. Proses berkembangnya batas normal dapat ditemukan pada pasien
sepsis ke syok sepsis dapat mengarah pada sepsis neonatorum yang mengalami dis-
sindroma disfungsi organ multipel (multi- fungsi hati.7,9 Penelitian yang dilakukan
ple organ dysfunction syndrome/MODS) oleh Adiga10 menunjukkan kadar SGOT
yang mengakibatkan prognosis menjadi (AST) yang lebih rendah pada perempuan
kurang baik. Curah jantung yang tidak dibandingkan laki-laki. Variasi perbedaan
adekuat serta kegagalan mikrosirkulasi hasil enzim hati pada kedua jenis kelamin
akan membuat perfusi jaringan ke organ- sering dikaitkan dengan faktor hormonal.
organ seperti ginjal, usus, sistem saraf Hipoalbuminemia juga sering dijumpai
pusat, maupun hati menjadi terganggu.6 pada pasien neonatus yang mengalami
Disfungsi hati merupakan salah satu sepsis. Kurangnya kadar albumin serum
dari komponen MODS dan biasanya meru- sering dikaitkan dengan prognosis yang
pakan penanda prognosis yang buruk. Hati buruk.11
memainkan peran penting dalam berbagai Berdasarkan latar belakang yang telah
aktivitas metabolik, homeostasis, dan per- diuraikan, penulis tertarik untuk me-
tahanan pejamu. Disfungsi hati umumnya ngetahui gambaran fungsi hati pada pasien
dilihat hanya sebagai konsekuensi syok dan sepsis neonatorum di NICU RSUP Prof.
hipoperfusi jaringan awal, namun faktanya Dr. R. D. Kandou khususnya SGOT, SGPT
cedera pada hati merupakan salah satu dan albumin periode 2014-2019 secara
faktor utama dalam permulaan dan ampli- umum dan berdasarkan jenis kelamin.
fikasi kegagalan organ multipel.7 Insidensi
102 e-CliniC, Volume 8, Nomor 1, Januari-Juni 2020, hlm. 100-108

METODE PENELITIAN minggu sebanyak 27 pasien (38,0%); dan


Penelitian ini dilakukan untuk menge- yang cukup bulan (>37 minggu) namun
tahui gambaran fungsi hati pada pasien kecil masa kehamilan (BCB-KMK) ber-
sepsis neonatorum. Jenis penelitian ialah jumlah 1 pasien (1,4%). Usia bayi yang
deskriptif retrospektif dan sumber data mengalami sepsis neonatorum paling
yang digunakan berasal dari rekam medik banyak berusia 0-3 hari sebanyak 55 pasien
pasien. Penelitian dilakukan sejak bulan (77,5%) dan untuk usia 4-28 hari, terdapat
September 2019-November 2019. Kriteria sebanyak 16 pasien (22,5%).
inklusi pada penelitian ini ialah pasien
sepsis neonatorum yang memiliki rekam Tabel 1. Karakteristik sampel penelitian
medik lengkap dan yang melakukan
pemeriksaan laboratorium fungsi hati n %
Jenis Kelamin
(SGOT, SGPT, dan albumin).
Laki-laki 47 66,2
Pada penelitian ini, fungsi hati dinilai Perempuan 24 33,8
melalui tes fungsi hati, secara khusus Usia gestasi
albumin, SGOT dan SGPT, yang diperoleh BCB-SMK 43 60,6
melalui rekam medik. Nilai normal SGOT BKB-SMK 27 38,0
ialah <33 U/L dan SGPT ialah <43 U/L. BCB-KMK 1 1,4
Peningkatan SGOT dan SGPT dibagi men- Usia
jadi peningkatan ringan (<3 kali normal), 0-3 hari 55 77,5
peningkatan sedang (3-10 kali normal), dan 4-28 hari 16 22,5
peningkatan berat (>10 kali normal).12,13
Kadar normal albumin neonatus ialah 3,5- Tabel 2 memperlihatkan dari 71 pasien
5,0 g/dL dan dinyatakan hipoalbuminemia sepsis neonatorum, 51 (71,8%) pasien
jika kadar albumin <3,5 g/dL. mengalami peningkatan SGOT tersering
Data pasien yang dicatat meliputi peningkatan ringan (47,9%) sedangkan 20
identitas berupa nama, jenis kelamin, pasien (28,2%) sisanya memiliki SGOT
umur, usia gestasi dan tanggal masuk normal. Pada pemeriksaan serum glutamic
beserta data albumin, AST (SGOT) dan pyruvic transaminase (SGPT), sebanyak 13
ALT (SGPT) dari rekam medik. Data pasien (18,3%) mengalami peningkatan
penelitian diolah dan disajikan dalam tersering peningkatan ringan (9,9%) se-
bentuk tabel distribusi frekuensi. dangkan 58 pasien (81,7%) lainnya normal.
Penelitian ini telah mendapat persetu- Yang mengalami penurunan albumin ber-
juan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan jumlah 54 pasien (76,1%) sedangkan yang
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, memiliki kadar albumin normal sebanyak
dengan nomor keterangan layak etik yaitu 17 pasien (23,9%).
No. 058/EC/KEPK-KANDOU/X/2019. Tabel 3 memperlihatkan bahwa dari 47
pasien yang berjenis kelamin laki-laki di-
HASIL PENELITIAN dapatkan 36 pasien (76,6%) yang meng-
Pada penelitian ini didapatkan 71 sam- alami peningkatan SGOT tersering pening-
pel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu katan ringan (51,1%) sedangkan 11 pasien
pasien sepsis neonatorum yang melakukan (23,4%) lainnya memiliki nilai SGOT
pemeriksaan SGOT, SGPT dan albumin. normal. Dari 24 pasien sepsis neonatorum
Tabel 1 memperlihatkan sebanyak 47 yang berjenis kelamin perempuan didapat-
(66,2%) pasien sepsis neonatorum yang kan 15 pasien (62,5%) mengalami pening-
berjenis kelamin laki-laki dan sisanya katan kadar SGOT tersering peningkatan
sebanyak 24 (33,8%) pasien berjenis ringan (41,7%) sedangkan 9 pasien
kelamin perempuan. Bayi dengan usia (37,5%) memiliki nilai SGOT normal.
gestasi >37 minggu (BCB-SMK) yang Tabel 4 memperlihatkan dari 47 pasien
mengalami sepsis berjumlah 43 pasien laki-laki yang melakukan pemeriksaan
(60,6%); yang memiliki usia gestasi <37 SGPT didapatkan 10 pasien (21,3%)
Lorencia, Manoppo, Umboh: Gambaran fungsi hati pada sepsis ... 103

mengalami peningkatan SGPT tersering Tabel 2. Hasil laboratorium pasien sepsis


peningkatan ringan (12,8%) sedangkan 37 neonatorum
pasien (78,7%) lainnya memiliki kadar n %
SGPT normal. Dari total 24 pasien sepsis
SGOT
neonatorum berjenis kelamin perempuan
Meningkat
didapatkan 3 pasien (12,5%) mengalami Ringan (<3 kali normal) 34 47,9
peningkatan SGPT tersering peningkatan Sedang (3-10 kali normal) 12 16,9
sedang (8,3%) sedangkan 21 pasien Berat (>10 kali normal) 5 7
(87,5%) memiliki kadar SGPT normal. Normal 20 28,2
Tabel 5 memperlihatkan berdasarkan SGPT
jenis kelamin laki-laki nilai albumin menu- Meningkat
run pada 38 pasien (80,9%) dari total kese- Ringan (<3 kali normal) 7 9,9
luruhan 47 pasien; 9 pasien (19,1%) lain- Sedang (3-10 kali normal) 5 7,0
nya memiliki nilai albumin normal. Pasien Berat (>10 kali normal) 1 1,4
perempuan yang mengalami sepsis neona- Normal 58 81,7
torum ialah 24 bayi; 16 pasien (66,7%) Albumin
mengalami penurunan kadar albumin, sisa- Menurun 54 76,1
nya berjumlah 8 pasien (33,3%) mempu- Normal 17 23,9
nyai kadar albumin dalam batas normal.

Tabel 3. Nilai SGOT berdasarkan jenis kelamin


Jenis kelamin
SGOT
Laki-laki n(%) Perempuan n(%)
Normal 11 (23,4) 9 (37,5)
Meningkat
Ringan (<3 kali normal) 24 (51,1) 10 (41,7)
Sedang (3-10 kali normal) 8 (17,0) 4 (16,7)
Berat (>10 kali normal) 4 (8,5) 1 (4,1)
Total 47 (100) 24 (100)

Tabel 4. Nilai SGPT berdasarkan jenis kelamin


Jenis kelamin
SGPT
Laki-laki n (%) Perempuan n (%)
Normal 37 (78,7) 21 (87,5)
Meningkat
Ringan (<3 kali normal) 6 (12,8) 1 (4,2)
Sedang (3-10 kali normal) 3 (6,4) 2 (8,3)
Berat (>10 kali normal) 1 (2,1) 0 (0,0)
Total 47 (100) 24 (100)

Tabel 5. Nilai abumin berdasarkan jenis kelamin


Jenis kelamin
Albumin Laki-laki Perempuan
n (%) n (%)
Normal 9 (19,1) 8 (33,3)
Menurun 38 (80,9) 16 (66,7)
Total 47 (100) 24 (100)
104 e-CliniC, Volume 8, Nomor 1, Januari-Juni 2020, hlm. 100-108

BAHASAN 17 (40,48%) merupakan bayi dengan masa


Dalam penelitian ini, sepsis neona- gestasi berisiko tinggi (<37 minggu atau
torum lebih sering terjadi pada jenis >42 minggu) dan lebih sering yaitu
kelamin laki-laki daripada perempuan. Hal sebanyak 25 (59,52%) neonatus dengan
ini sejalan dengan penelitian yang dilakuan sepsis merupakan bayi dengan masa gestasi
di NICU Rumah Sakit Cipto Mangun- berisiko rendah (37-42 minggu). Jumlah
kusumo yang melaporkan dari total 138 yang berbeda diperoleh pada penelitian
pasien sepsis neonatorum yang dirawat, Jaya et al20 yang mendapatkan jumlah
didapatkan 80 (58,2%) pasien berjenis pasien prematur yang mengalami sepsis
kelamin laki-laki dan 58 (42,0%) sisanya neonatorum sebanyak 14 dari 20 pasien.
berjenis kelamin perempuan.14 Meshram et Pada penelitian yang dilakukan oleh
al15 juga memperoleh hasil demikian, dari Kardana2 didapatkan persentase pasien
455 neonatus yang terdiagnosis sepsis, sepsis neonatorum yang lahir prematur
didapatkan sebanyak 278 (61,10%) berje- sebesar 50,7%, sedikit lebih tinggi daripada
nis kelamin laki-laki, sisanya berjenis neonatus yang terlahir dengan masa gestasi
kelamin perempuan. Hasil yang selaras cukup bulan. Prematuritas sering dikaitkan
juga dilaporkan oleh Kumar et al16 dan dengan kejadian sepsis neonatorum. Hal ini
Roeslani et al17 yang mendapatkan jumlah terjadi karena sistem imun pada bayi
pasien sepsis neonatorum berjenis kelamin prematur baik seluler maupun humoral
laki-laki lebih sering daripada yang berje- belum bekerja dengan baik. Pada trimester
nis kelamin perempuan. Prevalensi pasien akhir kehamilan terjadi transpor pasif
sepsis neonatorum berjenis kelamin laki- imunoglobulin ke sirkulasi fetal sehingga
laki pada penelitian Kumar et al16 ber- bayi prematur memiliki imunoglobulin
jumlah 117 (66,85%) dari total 175 pasien yang rendah dan lebih rentan mengalami
sepsis neonatorum dan pada penelitian infeksi bahkan sampai sepsis. Bayi prema-
Roeslani el al17 persentase pasien sepsis tur juga membutuhkan perawatan lebih
neonatorum berjenis kelamin laki-laki lama di rumah sakit; hal ini membuka
sebesar 57,8%. Jenis kelamin laki-laki celah terjadinya infeksi nosokomial yang
dikatakan menjadi salah satu faktor risiko juga bisa berkembang menjadi sepsis
terjadinya sepsis neonatorum. Neonatus neonatorum.20,21 Roeslani et al17 menyim-
berjenis kelamin laki-laki lebih sensitif pulkan dalam penelitiannya bahwa prema-
terhadap kondisi lingkungan perinatal dan turitas merupakan faktor risiko independen
postnatal yang merugikan, dan lebih terhadap terjadinya sepsis neonatorum
mungkin dilahirkan prematur dengan berat awitan dini. Pada penelitian ini, didapatkan
lahir yang lebih rendah (BBLR); kedua hal hasil pasien sepsis neonatorum lebih sering
ini juga merupakan faktor risiko kejadian dengan masa gestasi cukup bulan; hal ini
sepsis neonatal.6,18 Kondisi tersebut dipe- bisa saja berhubungan dengan faktor-faktor
ngaruhi oleh faktor-faktor pengatur sintesis risiko lain terhadap terjadinya sepsis neo-
gammaglobulin yang terletak pada kromo- natorum yang beragam, dan bukan hanya
som X. Laki-laki hanya memiliki satu kro- prematuritas.
mosom X sedangkan perempuan memi-liki Gambaran umum serum glutamic
dua kromosom X; hal ini yang membuat oxaloacetic transaminase (SGOT) pada
proteksi imunologis pada bayi laki-laki penelitian ini memperlihatkan sebanyak 51
lebih rendah dibandingkan perempuan.19,20 (71,8%) pasien mengalami kenaikan
Berdasarkan usia gestasi dalam pene- SGOT, 34 (47,9%) mengalami peningkatan
litian ini, jumlah neonatus yang mengalami SGOT ringan, 12 (16,9%) sedang dan 5
sepsis lebih tinggi untuk bayi cukup bulan (7%) berat, 20 (28,2%) sampel memiliki
(37-42 minggu). Hal ini sejalan dengan kadar SGOT normal. Penelitian yang
hasil penelitian yang dilakukan oleh Dini et dilakukan oleh Shah et al22 mendapatkan
al21 di RSUD Ulin Banjarmasin. Dari 42 bahwa sepsis (n=123) merupakan penye-
bayi yang mengalami sepsis neonatorum, bab tersering meningkatnya enzim hati.
Lorencia, Manoppo, Umboh: Gambaran fungsi hati pada sepsis ... 105

Salah satu manifestasi dari disfungsi hati shanty et al28 dalam penelitiannya yang
akibat sepsis ialah kolestasis yang diin- bertujuan mengetahui kadar TNF-α dan IL-
duksi sepsis, dan kadar SGOT dan SGPT 6 terhadap kejadian gagal hati akut pada
yang meningkat dapat ditemukan pada pasien sepsis neonatorum awitan dini
keadaan ini. Penelitian yang dilakukan oleh (SNAD), mendapatkan bahwa kadar TNF-
Karyana et al23 di RSUP Sanglah Denpasar α dan IL-6 berkorelasi positif terhadap nilai
mendapatkan prevalensi kolestasis pada SGOT, SGPT, dan rasio SGOT/SGPT pada
sepsis neonatorum sebesar 38,9%. Kole- sepsis neonatorum awitan dini. TNFα dan
stasis pada sepsis terjadi akibat tergang- IL-6- sendiri merupakan mediator endogen
gunya fungsi transpor asam empedu, pele- yang berperan dalam patofisiologi sepsis
pasan produk mikroba seperti endotoksin neonatorum, Angele et al29 mengemukakan
bakteri mengakibatkan teraktivasinya bahwa IL-6 sebagai mediator pro infla-
sitokin-sitokin proinflamasi yang membuat masi mengalami peningkatan bermakna
terhambatnya transpor anion-anion organik pada laki-laki dibandingkan dengan perem-
pada sinusoid maupun membran kanalikuli puan pada sepsis.
hepatosit. Hal ini mengganggu fungsi Kadar serum glutamic pyruvic trans-
hepatosit dalam penggunaan maupun eks- aminase (SGPT) neonatus pada penelitian
kresi asam empedu sehingga menimbulkan ini memperlihatkan 58 (81,7%) neonatus
kerusakan sel-sel hati akibat tertahannya memiliki kadar SGPT normal dan yang
bahan-bahan yang seharusnya disekresikan mengalami peningkatan sebanyak 13
ke duodenum.23-25 Bachtiar et al14 menun- neonatus (18,3%), paling sering pening-
jukkan bahwa kadar rerata AST, ALT, dan katan ringan (9,9%). Disfungsi hati meru-
γGT pada 91 neonatus yang terbukti kole- pakan salah satu komponen multiple organ
stasis pada sepsis berada pada kisaran dysfunction syndrome yang jarang terjadi,
normal di awal terjadinya kolestasis. SGPT sendiri merupakan salah satu
SGOT tidak hanya terdapat pada jaringan biomarker pemeriksaan hati yang spesifik
hati namun terdapat juga pada jaringan lain karena secara khusus memiliki konsentrasi
seperti jantung, ginjal, otot lurik, dan yang tinggi pada hepar dan konsentrasi
peningkatan SGOT pada sepsis neona- sangat rendah pada jaringan lainnya.27,30
torum dapat dihubungkan dengan reaksi Wang et al31 dalam hal sepsis dan gang-
inflamasi berlebih yang kemudian menga- guan fungsi hati menyatakan bahwa pada
kibatkan cedera hepatoseluler.26,27 Pada saat sepsis akan terjadi gangguan mikro-
peningkatan SGOT berdasarkan jenis kela- sirkulasi maupun sistemik, serta pelepasan
min, didapatkan bahwa bayi laki-laki lebih sitokin-sitokin proinflamasi, reactive oxy-
banyak mengalami peningkatan SGOT gen species (ROS) dan nitrik oksida (NO)
yaitu sebanyak 36 pasien (76,6%) meng- oleh sel-sel Kupffer, kemudian neutrofil
alami peningkatan SGOT, lebih sering yang direkrut di hati juga memroduksi
dalam bentuk peningkatan ringan. Pada sitokin-sitokin proinflamasi. Hal tersebut
bayi perempuan 15 (62,5%) dari 24 pasien akan menginduksi dan mengakibatkan
mengalami peningkatan kadar SGOT, di kerusakan lebih jauh pada sel endotel
antaranya 10 (41,7%) ialah peningkatan sinusoid hati maupun hepatosit. Manifes-
ringan. Prevalensi sepsis neonatorum tasi klinis gangguan fungsi hati pada sepsis
berdasarkan jenis kelamin yang mengalami dapat berupa hypoxic hepatitis maupun
kadar SGOT abnormal belum pernah kolestasis. Pada hypoxic hepatitis akan
diteliti, namun beberapa penelitian seperti terjadi kebocoran AST maupun ALT yang
penelitian yang dilakukan oleh Adiga10 menandakan cedera mitokondria dan sel
menunjukkan kadar SGOT (AST) yang akut.31 Berbeda dengan pemeriksaan
lebih rendah pada perempuan diban- SGOT pada penelitian ini, pasien sepsis
dingkan laki-laki. Variasi perbedaan hasil neonatorum lebih sering mengalami
enzim hati pada kedua jenis kelamin sering peningkatan SGOT yaitu sebesar 71,8%.
dikaitkan dengan faktor hormonal. Dinar- SGOT (AST) tidak hanya terdapat pada
106 e-CliniC, Volume 8, Nomor 1, Januari-Juni 2020, hlm. 100-108

jaringan hati saja oleh karena itu mengalami hipoalbuminemia. Hasil peneli-
peningkatan SGOT (AST) pada sepsis tiam ini memperlihatkan bahwa albumin
neonatorum lebih dahulu terjadi diban- pada bayi laki-laki yang menderita sepsis
dingkan SGPT.10,32,33 Berdasarkan jenis neonatorum menunjukkan penurunan yaitu
kelamin pada penelitian ini, gambaran sebanyak 38 (80,9%) dari 47 bayi sedang-
SGPT bayi laki-laki yang mengalami kan untuk yang berjenis kelamin perem-
sepsis neonatorum ialah 10 pasien (21,3%) puan, penuruan kadar albumin memiliki
dengan kadar SGPT yang meningkat; 6 persentase sebesar 66,7%. Belum ada
(12,8%) dari 10 tersebut mengalami penelitian sebelumnya yang membahas
peningkatan ringan. Selain itu, 3 (12,5%) gambaran kadar albumin pada sepsis
dari 24 neonatus berjenis kelamin perem- neonatorum berdasarkan jenis kelamin,
puan juga mengalami peningkatan SGPT, namun terdapat beberapa penelitian yang
yaitu 1 pasien (4,2%) mengalami pening- membahas kadar albumin berdasarkan
katan ringan dan 2 pasien (8,3%) jenis kelamin meskipun bukan pada sepsis
mengalami peningkatan sedang. Sama neonatorum. Penelitian Horowitz et al36
seperti halnya dengan SGOT, perbedaan pada pasien anak yang mengalami sakit
persentase jumlah SGPT yang meningkat kritis memperoleh 51 pasien yang meng-
berdasarkan jenis kelamin dipengaruhi oleh alami hipoalbuminemia; 25 berjenis kela-
status hormonal. Hormon seks laki-laki min laki-laki dan 26 perempuan.36 Singh et
yaitu androgen memiliki sifat yang supresif al37 juga melakukan penelitian di Nepal
terhadap respon imun yang diperantarai yang bertujuan untuk melihat prevalensi
oleh sel, sedangkan hormon seks pada hipoalbuminemia pada keseluruhan pasien
perempuan memiliki efek proteksi yang rawat inap dan rawat jalan berdasarkan
membuat individu berjenis kelamin perem- usia dan jenis kelamin. Penelitiannya
puan memiliki keuntungan secara alami di mendapatkan 454 (89,72%) dari 506 pa-
bawah pengaruh sepsis.28.29 Hill et al34 sien laki-laki yang mengalami hipoalbu-
menyatakan hormon laki-laki atau testo- minemia dan 386 (88,12%) dari 438 pasien
steron secara bertahap mengalami pening- perempuan yang juga mengalami hipoalbu-
katan pada minggu pertama kehidupan dan minemia. Kedua penelitian tersebut mem-
tetap tinggi sampai pada tahun pertama. perlihatkan bahwa prevalensi antara laki-
Penelitian Khalil et al9 mendapatkan bahwa laki dan perempuan yang mengalami
bayi yang mengalami peningkatan ALT penurunan albumin tidak terlalu berbeda,
(SGPT) pada penelitiannya berjumlah 57 dan alasan terjadinya hipoalbuminemia
(37,3%) dari 153 neonatus, hampir dua per berdasarkan gender tidak dibahas.37 Yang
tiga kasus peningkatan ALT (64,8%) terli- et al11 menjelaskan bahwa NO dan ROS
hat pada hari ketiga onset sepsis yang dihasilkan pada sepsis dapat meng-
neonatorum. akibatkan inflamasi endotel. Hal ini me-
Pasien yang mengalami hipoalbumin- nyebabkan kadar albumin mengalami pe-
emia pada penelitian ini berjumlah 54 bayi nurunan oleh karena meningkatnya per-
(76,1%). Hipoalbuminemia juga didapatan meabilitas vaskular yang mengakibatkan
lebih banyak pada penelitian prospektif albumin berpindah ke kompartemen inter-
dilakukan oleh Wowor et al35 di NICU stitial. Kadar albumin yang rendah sering
RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado dijadikan acuan untuk menentukan progno-
tahun 2013 terhadap pasien yang terdiag- sis pada bayi dengan sepsis neonatorum.11
nosis sepsis, yaitu dari 16 pasien yang Hal lain yang juga berpengaruh terha-
mengalami sepsis neonatorum, 12 (75,0%) dap terjadinya penurunan kadar albumin
mengalami hipoalbuminemia sedangkan 4 pada pasien sepsis neonatorum dalam
(25,0%) memiliki kadar albumin normal. tulisan Nesseler et al7 ialah pada saat
Penelitian yang dilakukan oleh Yang et terjadinya syok sepsis, hati secara aktif
al,11 melaporkan bahwa dari 32 pasien berkontribusi terhadap pertahanan pejamu
sepsis neonatorum, sebanyak 27 (86,0%) maupun perbaikan jaringan melalui kerja
Lorencia, Manoppo, Umboh: Gambaran fungsi hati pada sepsis ... 107

sel-sel hati dan juga sel-sel darah. Sel-sel 4. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan
hati akan mengubah jalur metaboliknya Pengembangan Kesehatan Depar temen
terhadap meningkatnya regulasi respon Kesehatan Republik Indonesia.
inflamasi, yang kemudian bertanggung Jakarta:2007; p. 278-9.
jawab dalam peningkatan sintesis protein 5. Profil Kesehatan Kota Manado. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
fase akut, dimana protein fase akut ini Manado, 2017; p. 15.
diperantarai secara predominan oleh inter- 6. Polin RA, Abman SH, Rowitch DH, Benitz
leukin 6 (IL-6). Perubahan ini membuat WE, Fox WW. In: Wong HR. Wynn
teradinya peningkatan C-reactive protein, JL, editors. Fetal and Neonatal Physio
α-1-antitrypsin, fibrinogen, protrombin, logy (5th ed). Elsevier, 2017; p. 1536-
dan juga kadar haptoglobin, sedangkan 52.
produksi hati terhadap albumin, transferin, 7. Nesseler N, Launey Y, Aninat C, Monel F,
dan antitrombin mengalami penurunan. Malledant Y, Seguin P. Clinical
Peningkatan regulasi respon fase akut juga Review : The liver in sepsis. Critical
menghambat jalur protein C, dan juga Care. 2012;16:235.
8. Yan J, Li S, Li S. The role of the liver in
perubahan bermakna dalam keseimbangan
sepsis. Int Rev Immunol. 2014;
faktor-faktor koagulasi yang akhirnya 33(6):498.
mengaktivitas pro-koagulan pada sepsis.7 9. Khalil S, Shah D, Faridi MMA, Kumar A,
Mishra K. Prevalence and outcome of
SIMPULAN hepato-biliary dysfunction in neo natal
Peningkatan kadar SGOT pada sepsis septicaemia. J Pediatr Gastro enterol
neonatorum paling sering dalam bentuk Nutr. 2012;54(2):218-22.
peningkatan ringan sedangkan peningkatan 10. Adiga US. Gender Differences in Liver
kadar SGPT jarang didapatkan pada sepsis Function Tests in Coastal Karnataka.
neonatorum. Peningkatan ringan SGOT IOSR J Dent Med Sci. 2016;15(8):30-2.
dan SGPT serta penurunan albumin dalam 11. Yang C, Liu Z, Tian M, Xu P, Li B, Yang Q,
penelitian ini lebih sering dijumpai pada et al. Relationship between serum
albumin levels and infections in new
bayi laki-laki.
born late preterm infants. Med Sci
Pemeriksaan rutin untuk SGOT, Monit. 2016;22:92.
SGPT, dan albumin pada pasien sepsis 12. Ozougwu JC. Physiology of the liver. Int J
neonatorum perlu dilakukan untuk Res Pharm Biosci. 2017;4:17.
mencegah komplikasi disfungsi hati akibat 13. Kosasih EN, Kosasih AS. Tafsiran Hasil
sepsis neonatorum. Pemeriksaan Laboratorium Klinik (2nd
ed). Jakarta: Karisma Publishing
Konflik Kepentingan Group, 2008; p. 303-5.
Penulis menyatakan tidak terdapat konflik 14. Bachtiar KS, Oswari H, Batubara JR, Amir I,
kepentingan dalam studi ini. Latief A, Firman K. Cholestasis sepsis
at neonatology ward and neonatal
Intensive Care Unit Cipto
DAFTAR PUSTAKA Mangunkusumo Hospital 2007 : inci
1. Coetzee M, Mbowane NT, Witt TW. Neonatal
dence, mortality rate and associated risk
sepsis: Highlighting the principles of
factors. Med J Indones. 2008;
diagnosis and manage-ment. South
17(2):107-13.
African J Child Heal. 2017;11(2):99-
15. Meshram RM, Gajimwar VS, Bhongade SD.
103.
Predictors of mortality in outborns with
2. Kardana IM. Incidence and factors associated
neonatal sepsis: a prospective
with mortality of neonatal sepsis.
observational study. Niger Postgrad
Paediatr Indones. 2011;51(3): 144.
Med J. 2019; 22(4):216-22.
3. World Health Organisation. Causes of deaths
16. Kumar R, Kumar A, Kumari A, Vema N.
among children under 5 years. 2016
Evaluation of perinatal factors in
[cited 2019 Aug 25]. Available from:
neonatal sepsis at tertiary centre. Int J
http://apps.who.int/gho/data/
Reprod Obstet Gynecol. 2017;6(11):
view.wrapper.CHILDCODv?lang=en
108 e-CliniC, Volume 8, Nomor 1, Januari-Juni 2020, hlm. 100-108

4981-5. Indones. 2014;54(4):206-12.


17. Roeslani RD, Amir I, Nasrulloh MH, 26. Pincus MR. Evaluation of liver function. In:
Suryani. Penelitian awal: Faktor risiko Pincus MR, Tierno PM, Gleeson E,
pada sepsis neonatorum awitan dini. Bowne WB, Bluth MH, editors.
Sari Pediatr. 2013;14(6):363-8. Henry’s Clinical Diagnosis and
18. Rawat S, Rai R, Preeti K, Prashant M, Neeraj Management by Laboratory Methods
K. A review on type, etio logical (23rd ed). St Louis: Elsevier, 2017; p.
factors, definition, clinical features, 289.
diagnosis management and prevention 27. Thapa BR, Walia A. Newer diagnostic tests
of neonatal sepsis. J Sci Innov Res. liver function tests and their inter
2013;2(4):802-13. pretation. Indian J Pediatr. 2007;74.
19. Verma P, Berwal PK, Nagaraj N, Swami S, 28. Angele MK, Pratschke S, Hubbard WJ,
Jivaji P, Narayan S. Neonatal sepsis: Chaudry IH. Gender differences in
epidemiology, clinical spectrum, recent sepsis. Virulence. 2014;5(1):12-9.
antimicrobial agents and their antibiotic 29. Dinarshanty DN, Lintang KS, Wibowo S.
susceptibility pattern. Int J Contemp Kadar TNF-α dan interleukin-6
Pediatr. 2015;2(3):176-80. neonatus dengan klinis sepsis neona
20. Jaya IG, Suryawan IW, Rahayu PP. torum awitan dini terhadap terjadinya
Hubungan prematuritas dengan acute liver injury. J Kedokt Brawijaya.
kejadian sepsis neonatorum yang 2017;29(3):216-22.
dirawat di ruang perinatologi dan 30. Yap CY, Choon AT. Liver function tests
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) (LFTs). Proc Singapore Healthc.
RSUD Wangaya kota Denpasar. Intisari 2010;19(1):80.
Sains Medis. 2019;10(1):18. 31. Wang D, Yin Y, Yao Y. Advances in sepsis-
21. Dini FN, Andayani P, Rosida L. Hubungan associated liver dysfunction. Burn
antara masa gestasi dan kejadian sepsis Trauma. 2014;2(3):97.
neonatorum di RSUD Ulin 32. Haghighat M. Approach to liver function
Banjarmasin Periode Juni 2014-Juni tests in children. J Compr Pediatr.
2015. Berk Kedokt. 2016;12(2):175-85. 2014;5(2):e17526.
22. Shah AA, Patton M, Chishty WH, Hussain 33. Woreta TA, Alqahtani SA. Evaluation of
A. Analysis of elevated liver enzymes abnormal liver tests. Med Clin NA.
in an acute medical setting: jaundice 2014;98:1-16.
may indicate increased survival in 34. Hill CA, Fitch RH. Sex differences in
elderly patients with bacterial sepsis. mechanisms and outcome of neonatal
Saudi J Gastroenterol. 2010;16(4): 260- hypoxia-ischemia in rodent models:
3. implications for sex-specific neuro
23. Karyana IP, Putra IG, Yanti PV. Kolestasis protection in clinical neonatal practice.
pada sepsis neonatorum di RSUP Neurol Res Int. 2012;1-7.
Sanglah, Denpasar. Sari Pediatr. 35. Wowor EE, Rompis J, Wilar R. Hubungan
2012;14(4):211-7. kadar albumin plasma dan gula darah
24. Putra PP, Putra IS, Hartawan IN. Perbedaan dengan sepsis neonatorum. eBiomedik.
manifestasi klinis dan laboratorium 2013;1(1):225-31.
kolestasis intrahepatal dengan 36. Horowitz IN, Tai K. Hypoalbuminemia in
ekstrahepatal pada bayi di RSUP critically ill children. Arch Pediatr
Sanglah Denpasar periode Januari Adolesc Med. 2017;161(11):1048-52.
2015-Desember 2018. Intisari Sains 37. Singh P, Khan S, Siddiqui AH.
Medis. 2019;10(3):520-3. Hypoalbuminemia: a hospital based
25. Rina RM, Oswari H, Amalia P. Urso study. Indones J Biomed Sci.
deoxycholic acid in neonatal sepsis- 2012;6(2):40-2.
associated cholestasis. Paediatr

You might also like