Professional Documents
Culture Documents
505-Article Text-1283-1-10-20190522
505-Article Text-1283-1-10-20190522
505-Article Text-1283-1-10-20190522
ABSTRACT
T he presence of Act No. 6 of 2014 in the course of government in Indonesia requires that sub-district,
village chiefs, headman and village/village leaders, who deal directly with rural communities/vil-
lages should work together in an integrated and integrated to oversee and implement the Act OF No. 6
of 2014 and other legislation in order to bring prosperity. This study is a library research using second-
ary data. This research was conducted using qualitative methods, and conducted through an inductive
approach is the approach that departs from the things that are specific to be concluded or things that
are common. These results indicate that the Village Administration is the implementation of government
affairs and public interests in the governance system of the Republic of Indonesia. The authority of the
village namely the implementation of the Village Administration, the implementation of Rural Develop-
ment, Rural community development, and community empowerment. Revenue Villages sourced from
revenue village, the allocation of Revenue and Expenditure, part of the results of local taxes and levies
Regency/City, the allocation for the Village of balancing funds Regency/City, financial aid from the
budget of the District/Municipal and Provincial grants and donations and other legitimate earnings vil-
lage. Building a positive relationship between camat with village heads and village heads in the village
to meet the fiscal decentralization and empowerment strategies and to build public trust as an effort to
strengthen the village government in improving the welfare of the community.
Keywords: village administration and sustainable development; Act No. 6 of 2014
ABSTRAK
H adirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dalam perjalanan pemerintahan di Indonesia me-
wajibkan kepada Camat, Kepala Desa, Lurah dan perangkat desa/kelurahan sebagai pemimpin,
yang berhadapan secara langsung dengan masyarakat desa/kelurahan harus saling bekerjasama secara
terpadu dan terintegrasi untuk mengawal serta mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 dan peraturan perundang-undangan lainnya dalam rangka mewujudkan kesejahteraan. Penelitian
ini merupakan jenis library research dengan menggunakan data sekunder. Penelitian ini dilakukan den-
gan menggunakan metode kualitatif, dan dilakukan melalui pendekatan induktif yaitu pendekatan yang
berangkat dari hal-hal yang khusus untuk ditarik kesimpulan atau hal-hal yang umum. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepent-
ingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun
Kewenangan Desa yaitu penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembi-
naan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat. Pendapatan Desa bersumber dari pendapa-
tan asli Desa, alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, bagian dari hasil pajak daerah dan
retribusi daerah Kabupaten/Kota, alokasi dana Desa dari dana perimbangan Kabupaten/Kota, bantuan
27
JURNAL POLITIKOLOGI Vol. 3 \ No. 1 \ Oktober 2016 \ 27 – 37
keuangan dari APBD Kabupaten/Kota dan Provinsi, hibah dan sumbangan, serta lain-lain pendapatan
Desa yang sah. Membangun hubungan yang positif antara camat dengan kepala desa serta lurah dalam
menyongsong desentralisasi fiscal ke desa dan strategi pemberdayaan dan membangun kepercayaan
public sebagai upaya memperkuat pemerintahan desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kata kunci: pemerintahan desa; pembangunan berkelanjutan; Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
28
Penguatan Pemerintahan Desa dan Kelurahan ... (Andi Pitono dan Kartiwi)
29
JURNAL POLITIKOLOGI Vol. 3 \ No. 1 \ Oktober 2016 \ 27 – 37
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat Selanjutnya dalam ayat (2) disebutkan bahwa:
istiadat Desa. Alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada
Kemudian menurut Pasal 19 Kewenangan ayat (1) huruf b bersumber dari Belanja Pusat
Desa dimaksud berasal dari: dengan mengefektifkan program yang berbasis
Desa secara merata dan berkeadilan.
1. kewenangan berdasarkan hak asal usul;
2. kewenangan lokal berskala Desa; Kebijakan Pemerintah tentang desentralisasi
3. kewenangan yang ditugaskan oleh fiskal berupa Alokasi Pendapatan dan Belanja
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Negara yang diperuntukkan kepada desa,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; akan menimbulkan dampak yang besar
dan bagi pemerintahan desa dan masyarakat
desa. Pemerintahan Desa harus bijak dalam
4. kewenangan lain yang ditugaskan oleh
mempergunakan desentralisasi fiscal untuk
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
program-program penguatan pemerintahan
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/
desa dalam meningkatkan kesejahteraan
Kota sesuai dengan ketentuan peraturan
masyarakat. Kebijakan ini akan menjadi berkah
perundang-undangan.
jika dikelola dengan baik, tetapi akan menjadi
Untuk menjalankan kewenangan desa, musibah bagi desa secara keseluruhan jika dalam
pemerintahan desa didukung dengan keuangan pengelolaannya terjadi penyalahgunaannya.
desa, agar desa pada akhirnya menjadi kuat, Ketentuan lebih lanjut mengenai Keuangan Desa
maju, mandiri, dan demokratis sehingga akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.
dapat menciptakan landasan yang kuat dalam
Untuk menjadi dasar penyelenggaraan
melaksanakan pemerintahan dan pembangunan
bagi pemerintahan desa agar terhindar dari
menuju masyarakat yang adil, makmur, dan
penyalahgunaan yang berefek lanjut berupa
sejahtera. Kebijakan pemerintah tentang keuangan
musibah, hal yang perlu diperhatikan adalah
desa yang selanjutnya menimbulkan pendapatan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa harus
desa diatur dalam Pasal 72 ayat (1) yang berbunyi:
berdasarkan asas:
Pendapatan Desa bersumber dari:
a. kepastian hukum;
a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha,
b. tertib penyelenggaraan pemerintahan;
hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong
c. tertib kepentingan umum;
royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;
d. keterbukaan;
b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja e. proporsionalitas;
Negara;
f. profesionalitas;
c. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi g. akuntabilitas;
daerah Kabupaten/Kota; h. efektivitas dan efisiensi;
d. alokasi dana Desa yang merupakan bagian i. kearifan lokal;
dari dana perimbangan yang diterima j. keberagaman; dan
Kabupaten/Kota; k. partisipatif.
e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan Keberadaan asas ini diatur pada Pasal
dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran 24, sebagai pedoman pemerintah desa dalam
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/ penyelenggaraan pemerintahan desa, sehingga
Kota; terhindari penyalahgunaan penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan
f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dan pemberdayaan masyarakat terutama
dari pihak ketiga; dan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan
g. lain-lain pendapatan Desa yang sah. desa. Penyelenggaran pemerintahan desa
30
Penguatan Pemerintahan Desa dan Kelurahan ... (Andi Pitono dan Kartiwi)
yang berpedoman pada asas-asas ini sebagai Hubungan Camat, Kepala Desa, dan
upaya pemerintah desa agar dapat memenuhi Lurah
kewajibannya terhadap masyarakat. Kewajiban
desa yang dijalankan oleh pemerintahan desa Menurut Pasal 126 Undang-Undang 32
terhadap masyarakat desa meliputi: Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
bahwa: Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya
a. melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan,
memperoleh pelimpahan sebagian wewenang
serta kerukunan masyarakat Desa dalam
bupati atau walikota untuk menangani sebagian
rangka kerukunan nasional dan keutuhan
urusan otonomi daerah. Selain tugas pelimpahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
dari bupati camat juga menyelenggarakan tugas
b. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
umum pemerintahan meliputi:
Desa;
a. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan
c. mengembangkan kehidupan demokrasi; masyarakat;
d. mengembangkan pemberdayaan masyarakat b. mengoordinasikan upaya penyelenggaraan
Desa; dan ketentraman dan ketertiban umum;
e. memberikan dan meningkatkan pelayanan c. mengoordinasikan penerapan dan penegakan
kepada masyarakat Desa. peraturan perundang-undangan;
Mayarakat yang telah mendapatkan d. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana
perhatian dari pemerintah desa dalam memenuhi dan fasilitas pelayanan umum;
kebutuhannya secara partispatif diharapkan e. mengkoordinasikan penyelenggaraan ke
akan muncul kepedulian dan tanggung jawabnya giatan pemerintahan di tingkat kecamatan;
terhadap eksistensi desa melalui kewajiban f. membina penyelenggaraan pemerintahan
masyarakat. Adapun kewajiban Masyarakat Desa desa dan/atau kelurahan;
meliputi: g. melaksanakan pelayanan masyarakat yang
a. membangun diri dan memelihara lingkungan menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau
Desa; yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan
desa atau kelurahan;
b. mendorong terciptanya kegiatan penye
lenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Peran Camat dengan terbitnya UU Nomor 6
Pembangunan Desa, pembinaan kemasya Tahun 2014 tetntang Desa, semakin dibutuhkan
rakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat lebih keras lagi, hal ini dilakukan agar pemerintahan
Desa yang baik; desa dalam pelaksanaannya tidak terjadi kesalahan-
c. mendorong terciptanya situasi yang aman, kesalahan yang dapat memberi dampak negatif
nyaman, dan tenteram di Desa; bagi pemerintah desa, terutama kepala desa dan
d. memelihara dan mengembangkan nilai per perangkatnya. Camat beserta perangkat kecamatan
musyawaratan, permufakatan, kekeluargaan, harus senantiasa memberikan bimbingan dan
dan kegotongroyongan di Desa; dan pengarahan secara terus menerus kepada desa baik
diminta maupun tidak diminta.
e. berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di
Desa. Hal tersebut sesuai dengan tugas Camat
dalam membina penyelenggaraan pemerintahan
Pemerintah Desa dan masyarakat desa saling
desa dan/atau kelurahan, meliputi:
menghormati dalam menjalankan kewajiban
merupakan bentuk keterpaduan dan integritas a. melakukan pembinaan dan pengawasan tertib
antar anggota desa. Hal ini diharapkan sebagai administrasi pemerintahan desa dan/atau
kesadaran yang muncul tanpa adanya paksaan kelurahan;
dan merasa terbebani diantara pemerintah desa b. memberikan bimbingan, supervisi, fasilitasi,
dan masyarakat, sehingga kemandirian desa dapat dan konsultasi pelaksanaan administrasi desa
terwujud. dan/atau kelurahan;
31
JURNAL POLITIKOLOGI Vol. 3 \ No. 1 \ Oktober 2016 \ 27 – 37
32
Penguatan Pemerintahan Desa dan Kelurahan ... (Andi Pitono dan Kartiwi)
33
JURNAL POLITIKOLOGI Vol. 3 \ No. 1 \ Oktober 2016 \ 27 – 37
positif terhadap pelestarian sumber daya alam dan hasilnya ditujukan untuk kesejahteraan
perlu ditingkatkan. Langkah terpenting dari semua masyarakat. proses perubahan tersebut
kebijakan ini adalah penegakan hukum bagi para berlangsung secara alamiah dengan asumsi
pelaku perusakan lingkungan sesuai dengan bahwa setiap anggota masyarakat sebagai
Undang – undang nomor 32 Tahun 2009 tentang pelaku-pelaku sosial yang ikut dalam proses
Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup perubahan tersebut.
sehingga masyarakat tidak lagi ikut menanggung Esensi pemberdayaan masyarakat pada
derita bencana akibat perusakan lingkungan. dasarnya menempatkan masyarakat sebagai pusat
Pembangunan berkelanjutan yang perhatian sekaligus dipandang dan diposisikan
mengutamakan dan peduli terhadap lingkungan sebagai subyek bagi dirinya sendiri dalam proses
merupakan suatu upaya untuk meningkatkan pembangunan. Mereka adalah sosok manusia
kesejahteraan. Setiap orang memiliki keinginan utuh yang aktif, memiliki kemampuan berfikir,
untuk sejahtera, suatu keadaan yang serba baik, berkehendak dan berusaha. Dalam kerangka pikir
atau suatu kondisi di mana orang-orangnya (mean sheet) demikian, maka sebagaimana Jim Ife
dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat seperti dikutip Suharto (1997: 299) mengatakan
dan damai. Kesejahteraan sosial adalah suatu bahwa upaya pemberdayaan harus diarahkan pada
tata kehidupan dan penghidupan sosial material tiga hal, yakni:
maupun spiritual yang diliputi oleh rasa
a) Enabling, yakni membantu masyarakat
keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman lahir
desa agar mampu mengenal potensi dan
dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga
kemampuan yang mereka miliki, mampu
negara untuk mengadakan usaha pemenuhan
merumuskan secara baik masalah-masalah
kebutuan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan
yang mereka hadapi, sekaligus mendorong
sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga
mereka agar memiliki kemampuan
serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-
merumuskan agenda-agenda penting dan
hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan
melaksanakannya demi mengembangkan
Pancasila”.
potensi dan menanggulangi permasalahan
Proses Pembangunan berkelanjutan sebagai
yang mereka hadapi.
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa tidak terlepas melalui strategi b) Empowering, yakni memperkuat dan daya
pemberdayaan masyarakat, karena pemberdayaan yang dimiliki oleh masyarakat desa dengan
mengutamakan kemandirian lokal dengan berbagai macam masukan (input) maupun
menjunjung tinggi perilaku masyarakat yang pembukaan akses menuju ke berbagai
mempunyai kemampuan dan ketrampilan yang peluang. Penguatan disini meliputi penguatan
baik. Hal ini juga sesuai dengan UU No. 6 Tahun pada modal manusia, modal alam, modal
2014 Pasal 1 angka 12 bahwa: Pemberdayaan financial, modal fisik, maupun modal sosial
Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan yang mereka miliki.
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat c) Protecting, yakni mendorong terwujudnya
dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, tatanan struktural yang mampu melindungi
keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, dan mencegah yang lemah agar tidak semakin
serta memanfaatkan sumber daya melalui lemah. Melindungai tak berarti mengisolasi
penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan dan menutupi dari interaksi. Karena hal
pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah itu justru akan mengerdilkan yang kecil,
dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa. dan melunglaikan yang lemah. Melindungi
Pemberdayaan masyarakat merupakan harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah
proses perubahan struktur yang harus muncul adanya persaingan yang tidak seimbang serta
dari masyarakat, dilakukan oleh masyarakat, eksploitasi yang kuat atas yang lemah.
34
Penguatan Pemerintahan Desa dan Kelurahan ... (Andi Pitono dan Kartiwi)
Strategi pemberdayaan masyarakat oleh aparat pemerintah jika ingin pekerjaan dapat
yang harus dibangun pemerintah desa dalam diselesaikan secara baik.
pembangunan berkelanjutan dalam upaya Camat, Kepala Desa, Lurah dan Perangkat
peningkatan kesejahteraan, adalah sebagai aparat pemerintah membuat bagaimana
a. Mengetahui karakteristik masyarakat yang perangkatnya mempunyai rasa yang besar untuk
akan diberdayakan; memiliki kemauan untuk sebuah kejujuran atau
b. Mengumpulkan informasi yang diperuntuk memberdayakan para pegawai untuk menabur
kan kepada masyarakat setempat; dan menuai kejujuran ke dalam komitmen
c. Memperlukan dukungan dari pemerintah dan (commitment), keterlibatan (involvement),
tokoh-tokoh setempat; identifikasi (identification), loyalitas (loyality),
motivasi (motivation) dan prestasi (achievement).
d. Pendekatan persuasive dengan ikut meme
cahkan permasalahan masyarakat setempat Setiap Aparat dituntut memperlakukan
dan membantu memenuhi kebutuhan; organisasinya (kantor/tempat kerjanya) sebagai
kepercayaan publik, mempergunakan kekuasaan
e. Membangun kebersamaan dalam ikut
dan sumber daya kantor untuk pengembangan
berpartipasi untuk memecahkan per
masa
kepentingan publik bukan untuk mencapai
lahan masyarakat setempat dan membantu
manfaat pribadi atau mengejar kepentingan
memenuhi kebutuhan;
pribadi dengan memanfaatkan sumber daya,
f. Membangun rasa percaya diri masyarakat
parasarana dan sarana kantor. Mengejar ketetapan
terhadap pemerintah;
kepentingan umum sebagai prinsip dasar etika
g. Memperioritaskan permasalahan yang akan pelayanan publik. Sebagai prinsip dasar etika
dipecahkan secara bersama-sama; pemerintahan adalah “organisasi/tempat kerja
h. Menetapkan suatu program desa yang adalah sebagai sebuat kepercayaan public (public
dilaksanakan secara bersama-sama dengan trust). Pegawai Publik wajib melayani kepada
masyarakat; masyarakat dan menghindari kepentingan pribadi
i. Menyadarkan masyarakat untuk memahami serta tidak mengijinkan mempergunakan kantor
potensi-potensi sumber daya yang dimiliki tempat kerjanya untuk kepentingan pribadi.
dan dipergunakan untuk pemanfaatan Menurut Michael Josephson (2005: 3)
masyarakat setempat; terdapat lima (5) prinsip untuk membangun
j. Pemberdayaan masyarakat dilakukan secara kepercayaan publik, yaitu:
berkesinambungan dalam upayanya untuk 1. Safeguard the public interest (Membangun
meningkatkan kesejahteraan masyarakat; dan melindungi kepentingan publik:
k. Membangun kemandirian masyarakat menggunakan kepentingan kantor untuk
untuk memenuhi kebutuhan sendiri secara perkembangan masyarakat)
berswadaya; 2. Use independent, Objective Judgment
(Bersifat Netral dan berpikir obyektif:
Camat, Kepala Desa, Lurah dan Perangkat
membuat keputusan berdasarkan prestasi,
sebagai aparat pemerintah mempunyai peran
tidak memihak, tidak berprasangka negatif
yang strategis dalam membantu mewujudkan
dan mengurangi konflik kepentingan);
kesejahteraan masyarakat melalui strategi
pemberdayaan masyarakat dan membangun 3. Be Publicly Accountable (Bertanggung jawab
kepercayaan masyarakat dalam memimpin untuk terhadap publik: Pemerintahan terbuka,
memenuhi kebutuhan secara mandiri. Membangun effisien, adil dan terhormat).
kepercayaan, merupakan kunci bagi organisasi 4. Lead with citizenship (Pimpin dengan
dan manajemen dalam mencapai tujuan. Kenegarawan: Kehormatan dan peduli
Kepercayaan hal yang penting untuk dipahami kepada publik).
35
JURNAL POLITIKOLOGI Vol. 3 \ No. 1 \ Oktober 2016 \ 27 – 37
5. Show Respectability and Fitness for office Kebijakan Pemerintah jika dikelola dengan
(Tunjukan kepedulian dan kebaikan kantor: amanah dan professional akan mewujudkan
membangun konfiden masyarakat dalam masyarakat yang kuat, maju, mandiri, dan
integritas pemerintahan). demokratis sehingga dapat menciptakan landasan
Strategi pemberdayaan dan membangun yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan
kepercayaan public sebagai upaya memperkuat dan pembangunan menuju masyarakat yang adil,
pemerintahan desa dalam meningkatkan makmur, dan sejahtera sehingga menjadi berkah
kesejahteraan masyarakat. pada prinsip hal dan rahmat bagi pemerintahan desa dan masyarakat
tersebut dapat terwujud dengan diikuti upaya yang dimasa mendatang, namun sebaliknya akan menjadi
keras dan selalu memberikan motivasi, bimbingan musibah dan sumber masalah bagi pemerintahan
dan memberi contoh yang baik kepada masyarakat, desa dan masyarakat jika dikelola dengan amatir,
sehingga masyarakat selanjutnya dapat memenuhi asal-asalan dan kesewenang-wenangan dalam
kebutuhannya secara mandiri dalam rangka pemanfaatan sumber daya yang ada.
peningkatan kesejahteraan secara komprehensif.
Pada akhirnya implementasi UU Nomor
SIMPULAN 6 Tahun 2014 ini tidak bisa hanya pidato,
seminar dan sekedar pernyataan pendapat tetapi
Kehadiran Undang-Undang Nomor 6 diperlukan langkah-langkah yang kongkrit untuk
Tahun 2014 tentang Desa dan didukung dengan mewujudkannya, menempatkan pemimpin-
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 pemimpin yang kompeten di pemerintahan,
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
mengoptimalkan supervisi pemerintah nasional
Nomor 6 Tahun 2014 merupakan kebijakan
dan membangkitkan kesadaran publik untuk
Pemerintah untuk memperkuat Desa dalam rangka
mengawasi dan memberi masukan agar
kemandirian. Kebijakan Pemerintah tentang desa
pemerintah daerah dan pemerintahan desa yang
ini diikuti dengan desentralisasi fiscal sebagai
di dalamnya Camat, Lurah dan Kepala Desa bisa
komitmen pemerintah untuk memberdayakan
optimal mengemban missi kesejahteraan melalui
peran pemerintah desa agar mampu meningkatkan
kehadiran pemerintahan yang baik.
kesejahteraan kepada masyarakat desa.
DAFTAR PUSTAKA
Azis, H. Moh. Ali, 2005, Pendekatan Sosio-Kultural dalam Pemberdayaan Masyarakat, dalam Rr. Suhartini, dkk.
(eds). Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta, Pustaka Pesantren.
Billah, M.M, 1997, Alternatif Pola Pembangunan Partisipasi Rakyat dalam Pembangunan, dalam Elza Peldi Taher
(ed), Menatap Masalah Pembangunan Indonesia, Jakarta, Lembaga Kajian Masyarakat Indonesia.
Budiman Arif, 2000, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Handono Eddie B. Dkk, 2005, Kumpulan Modul APBDes: Membangun Tanggung-gugat Tata Pemerintahan
Desa, Forum Pengembangan Pebaruan Desa (FPPD), Yogyakarta dan Forum Pengembangan Partisipasi
Masyarakat (FPPM), Bandung.
Indrajit, Richardus Eko., 2002, E-Government – Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan
Publik Berbasis Teknologi Digital, Andi Yogyakarta;
Institute for Research and Empowerment. Prakarsa Desentralisasi & Otonomi Desa. Yogyakarta. IRE Press. 2005.
Josephson, Michael, 2007. Preserving the Public Trus (The Five Principles of Public Service Ethics. Los Angeles,
California:Josephson Institute of Ethics.
Jurnal “Pembaharuan Pemerintahan Desa” .Yogyakarta. IRE Press. 2003
36
Penguatan Pemerintahan Desa dan Kelurahan ... (Andi Pitono dan Kartiwi)
Kartasasmita, 1996, Pemberdayaan Masyarakat: konsep Pembangunan Yang Berakar pada Masyarakat, Jakarta,
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Santoso Purwo, ed. Pembaharuan Desa Secara Partsipatif. Yogyakarta. 2005
Wasistiono Sadu. Prospek Pengemnbangan Desa. Bandung. 2006
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa ;
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan;
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014
37