Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/232585011

Shelf Life Study of Seasoning Using Accelerated Shelf Life Testing (ASLT)
Method Based on Critical Moisture Content Approach

Article · January 2012

CITATIONS READS

0 18,324

4 authors, including:

Slamet Budijanto Azis Boing Sitanggang


IPB University (Bogor Agricultural University) Bogor Agricultural University
164 PUBLICATIONS   799 CITATIONS    81 PUBLICATIONS   417 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Wita Murdiati
Combiphar
2 PUBLICATIONS   8 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Production of cellobiose from cassava peels using celulase and its prebiotic activity toward Lactobacillus plantarum View project

Bio-process and Enzymes Production View project

All content following this page was uploaded by Azis Boing Sitanggang on 16 January 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 2 (Agustus 2010) 71 – 77

PENENTUAN UMUR SIMPAN SEASONING MENGGUNAKAN


METODE ACCELERATED SHELF-LIFE TESTING (ASLT)
DENGAN PENDEKATAN KADAR AIR KRITIS

Shelf Life Study of Seasoning Using Accelerated Shelf Life Testing (ASLT)
Method Based on Critical Moisture Content Approach
1* 2 3 1
Slamet Budijanto , Azis Boing Sitanggang , Beti Elizabeth Silalahi , dan Wita Murdiati
1
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan-Fak.Tek. Pertanian- Institut Pertanian Bogor, Bogor
2
Departemen Teknologi Pangan-Fak. Teknik Industri-Universitas Pelita Harapan, Tangerang
3
PT Tudung Putra Jaya, Jakarta.
*
Penulis Korespondensi: e-mail slametbu@ipb.ac.id

ABSTRACT

There were six kinds of seasoning analyzed in this study. Two kinds from beef
flavor, two kinds from chesee flavor, one kind from corn flavor, and one kind from
chicken flavor. Shelf life determination employed ASLT method based on critical moisture
content approach. Using modification of Labuza’s equation in two different temperature
values (25oC, 38oC, RH 70%) and in respect of packaging information (k/x, A, ∆P), the
shelf lives of those seasonings were morethan one year. Precisely, the shelf lives of the
seasonings with the storage conditions of 70% of RH and 25oC was between 2429 days
up to 4730 days. Whereas the shelf lives of the seasonings in the same relative
humidity value and at 38oC was between 1161 days up to 2261 days. Application of
high storage temperature was proven to shorten the shelf life stability of those
seasonings.

Keywords: shelf life, seasoning, Accelerated Shelf Life Testing (ASLT), Labuza

PENDAHULUAN Studi umur simpan merupakan hal


yang penting dalam produksi produk ma-
Seasoning dalam bentuk bubuk kanan sebagai usaha untuk menyediakan
yang merupakan bahan campuran yang informasi umur simpan terlama yang da-
terdiri dari satu atau lebih rempah-rem- pat diterapkan pada produk terkait. Pro-
pah yang ditambahkan ke dalam makanan dusen atau industri pangan secara rutin
selama pengolahan atau dalam persiapan melakukan analisis umur simpan untuk
dianggap bernilai ekonomi tinggi (Farrel, memberikan jaminan keamanan dan kua-
1990). Hal ini disebabkan oleh kemudah- litas produk terkait yang dapat diterima
an seasoning bubuk dalam proses penge- oleh konsumen (Eskin and Robinson,
masan, pengangkutan, dan kepraktisan 2001; Robertson, 1993).
dalam penggunaan. Penambahan seaso- Secara garis besar pendugaan
ning dalam pengolahan pangan bertujuan umur simpan produk dapat ditetapkan
memperbaiki citarasa alami makanan se- dengan dua metode yaitu Extended
hingga lebih disukai oleh konsumen. Storage Studies (ESS) dan Accelerated
Kerusakan fisik utama seasoning Shelf Life Testing (ASLT). ESS adalah
adalah adanya proses penggumpalan (ag- penentuan tanggal kadaluwarsa dengan
gregation). Penggumpalan sering menye- cara menyimpan suatu seri produk pada
babkan perubahan kelarutan, kenaikan kondisi normal sehari-hari sambil dila-
oksidasi lemak dan aktivitas enzim, kehi- kukan pengamatan terhadap penurunan
langan cita rasa dan kerenyahan, penu- mutunya hingga mencapai mutu kadalu-
runan kualitas organoleptik, dan umur warsa. Metode ini sangat akurat dan te-
simpan (Chung et al., 2000). pat, namun pelaksanaannya memerlukan

71
Penentuan Umur Simpan Seasoning dengan ASLT (Budijanto dkk)

waktu yang panjang dan analisis karak- yang diperlukan dalam perhitungan umur
teristik mutu yang dilakukan relatif ba- simpan dengan persamaan Labuza.
nyak. Adapun pendugaan umur simpan
dengan metode ASLT selain memiliki Penentuan kadar air kritis (Mc)
akurasi yang cukup tinggi juga bersifat Kadar air kritis adalah kadar air
lebih efisien karena melakukan perce- ketika sampel secara organoleptik sudah
patan (acceleration) reaksi penurunan tidak dapat diterima oleh konsumen
mutu produk (Ellis, 1994). Dalam peneli- (Syarief dan Halid, 1993). Penentuan
tian ini dilakukan pendugaan umur sim- kadar air kritis seasoning dilakukan de-
pan enam jenis seasoning menggunakan ngan menyimpan produk di dalam wadah
metode ASLT dengan pendekatan kadar yang memiliki kelembaban tinggi (Labuza
air kritis. Parameter fisik utama keru- et al., 1985) dan melakukan pengujian
sakan seasoning yang diamati adalah organoleptik pada produk yang disimpan
adanya penggumpalan. secara periodik. Kelembaban tinggi dia-
tur dengan menggunakan larutan garam
BAHAN DAN METODE jenuh yang disimpan dalam desikator.
Larutan garam jenuh yang digunakan ya-
Bahan dan Alat itu larutan garam jenuh NaCl, dengan ni-
Bahan-bahan yang digunakan pada o
lai RH 75,3% pada suhu 25 C. Panelis
penelitian ini terdiri dari enam jenis sea- yang digunakan untuk penetapan kadar
soning dan kemasan yang digunakan air kritis seasoning ini adalah panelis
untuk menyimpan seasoning. Seasoning terlatih. Panelis yang terpilih harus me-
yang digunakan terdiri dari seasoning mahami karakteristik produk, parameter
rasa sapi 1 (SA-1), seasoning rasa sapi 2 kerusakan mutu, dan cara penilaiannya
(SA-2), seasoning rasa keju 1 (KE-1), (Kusnandar, 2006).
seasoning rasa keju 2 (KE-2), seasoning Pengamatan sampel dilakukan pada
rasa jagung (JA), dan seasoning rasa selang waktu menit ke-10 sampai menit
ayam (AY). Kemasan yang digunakan ke-50 dengan jarak per 10 menit. Hal ini
adalah jenis Linear Low Density dikarenakan sifat seasoning yang higros-
Polyethylene (LLDPE) 25. Bahan kimia kopis. Kemudian secara bersamaan
yang digunakan adalah akuades dan kontrol dan sampel yang telah mengalami
garam (LiCl, MgCl2, CH3COOK, K2CO3, perlakuan dalam desikator dengan waktu
Mg(NO3)2, NaNO2 dan BaCl2). yang berbeda-beda disajikan kepada pa-
Alat-alat yang digunakan dalam nelis agar dapat ditentukan mutu kritis-
penelitian ini antara lain oven, oven nya.
vakum, aw-meter, neraca analitik, nera- Setelah ditetapkan batas penolakan
ca teknis, hot plate, thermohigrometer, produk oleh panelis, maka dilakukan
desikator, sealer, cawan porselen, peng- analisis kadar air kritis. Analisis kadar
aduk magnet, gegep, sudip, wadah plastik air kritis ini dilakukan dengan menggu-
kecil, dan peralatan gelas lainnya. nakan metode oven vakum (AOAC, 1999)
dan dinyatakan dalam bobot kering (%
Metode Penelitian bk). Secara kesuluruhan, metodologi pe-
Penentuan kadar air awal (Mo) nelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Kadar air awal seasoning dianalisis
dengan metode oven vakum (AOAC, Uji organoleptik perbandingan jamak
1999). Kadar air awal seasoning dinyata- Pada uji perbandingan jamak atau
kan dalam bobot kering (% bk). Hasil majemuk, contoh yang akan diperban-
analisis kadar air awal akan digunakan dingkan lebih dari satu macam (Soekarto,
sebagai faktor koreksi dalam penentuan 1985). Dua atau lebih contoh disajikan
berat padatan (Ws) sampel seasoning secara bersamaan untuk kemudian diper-

72
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 2 (Agustus 2010) 71 – 77

Sampel Penentuan kadar air awal luar ketika produk disimpan


(freshly processed product) (M0) (AOAC, 1999) (lingkungan) atau Pout dan te-
kanan udara di dalam kemasan
atau Pin (mmHg)

Penentuan berat solid


HASIL DAN PEMBAHASAN
Larutan NaCl jenuh, awal (Ws)
RH 75.3%, 25oC
Kadar air awal (Mo)
Penyimpanan pada Uji organoleptik Kadar air suatu bahan pangan sa-
kelembapan tinggi Perbandingan jamak ngat berpengaruh terhadap daya simpan-
(Labuza, et al., 1985) (Soekarto, 1985) nya. Kadar air juga mempengaruhi kua-
litas suatu bahan pangan. Jika kadar air
bahan terlalu tinggi, maka bahan tersebut
Penentuan kadar air kritis Penentuan umur simpan Informasi kemasan akan rentan terserang kerusakan baik
(Mc) (AOAC, 1999) (Labuza, 1982) (A, ∆P, k/x) secara fisik, kimia, maupun mikroorga-
nisme. Hasil analisis kadar air awal
seasoning dinyatakan dalam bobot kering
Gambar 1. Metodologi penelitian dan dapat dilihat pada Gambar 2.

4.0
bandingkan dengan contoh baku. Pada uji
perbandingan jamak jumlah panelis yang 3.5
Kadar air awal (Mo, %bk)

dipergunakan 5–15 orang panelis terlatih 3.0

dan 15–20 orang untuk panelis agak ter- 2.5

latih. Hasil penilaian dari panelis terha- 2.0

dap produk dikonversikan dalam bentuk 1.5

skor. Selanjutnya data dari setiap para- 1.0

meter tersebut diuji dengan mengguna- 0.5

kan sidik ragam atau analisis sebaran. 0.0


1 -2 -1 -2
SA
-
SA KE KE
JA AY
Jenis seasoning
Perhitungan umur simpan
Gambar 2. Kadar air awal (Mo) seaso-
Perhitungan umur simpan ditentu-
ning
kan dengan persamaan Labuza yang di-
modifikasi sebagai berikut (Labuza,
Secara keseluruhan, kadar air awal
1982):
produk tergolong rendah. Berdasarkan
Gambar 2, dapat dilihat bahwa produk
M c  M o Ws 
t 
k x  AP  …………… (1) seasoning memiliki kadar air awal de-
ngan kisaran antara 1,68 (%, bk) sampai
dengan: 3,65 (% bk). Nilai kadar air awal seaso-
T = waktu untuk mencapai kadar air ning dari yang terendah sampai tertinggi
kritis atau umur simpan (hari) berturut-turut yaitu sebagai berikut: 1,68
Mo = kadar air awal produk di awal (% bk) untuk seasoning jagung; 1,91 (%
penyimpanan (% bk) bk) untuk seasoning ayam; 2,39 (% bk)
Mc = kadar air kritis pada suhu untuk seasoning sapi 1; 2,53 (% bk) un-
tertentu (% bk) tuk seasoning sapi 2; 3,14 (% bk) untuk
k/x = WVTR/Po = Permeabilitas ke- seasoning keju 2; dan 3,65 (% bk) untuk
2
masan (g/m hari.mmHg) seasoning keju 1.
A = luas kemasan yang dihitung
berdasarkan dimensi kemasan Kadar air kritis (Mc)
2
yang digunakan (m ) Kadar air kritis merupakan kadar
Ws = berat padatan produk awal (g) air ketika suatu produk sudah mengalami
ΔP = selisih antara tekanan udara di kerusakan dan tidak dapat diterima lagi

73
Penentuan Umur Simpan Seasoning dengan ASLT (Budijanto dkk)

oleh konsumen. Untuk bahan pangan panelis tetapi juga dilakukan dengan
yang bersifat higroskopis dalam bentuk menggoyang-goyangkan wadah sampel
bubuk, faktor suhu dan kelembaban sa- dan menyentuh sampel untuk mengetahui
ngat penting. Kenaikan RH akan diikuti apakah sampel seasoning masih bersifat
oleh peningkatan kadar air dan mempe- mengalir (free flowing). Seasoning yang
ngaruhi mutu produk (Syarief dan Halid, satu dengan seasoning lainnya membu-
1993). tuhkan waktu yang berbeda-beda untuk
Penentuan kadar air kritis seaso- mencapai mutu kritisnya. Waktu yang di-
ning dilakukan pada kondisi RH penyim- butuhkan seasoning SA-1 untuk men-
panan 75,3%. RH ini didapatkan dengan capai mutu kritis adalah 30 menit; SA-2
menggunakan larutan garam jenuh NaCl 30 menit; KE-1 30 menit; KE-2 20
(Labuza et al., 1985). Nilai kadar air kri- menit; JA 40 menit; dan AY 20 menit.
tis akan didapatkan ketika respon panelis Seasoning yang telah mencapai mutu
terlatih dengan pengujian perbandingan kritis berdasarkan respon panelis ini
jamak memberikan respon nilai ≦3. kemudian diukur kadar airnya dengan
Waktu pengujian dilakukan secara perio- menggunakan metode oven vakum se-
dik setiap 10 menit. Penampakan seaso- hingga diperoleh nilai kadar air kritisnya.
ning yang sudah mencapai batas peno- Nilai kadar air kritis seasoning dapat di-
lakan oleh panelis dapat dilihat pada lihat pada Gambar 4.
Gambar 3. Produk seasoning memiliki kisaran
Respon penolakan dari panelis me- nilai kadar air kritis antara 2,16 (% bk)
nunjukkan bahwa seasoning telah men- sampai 4,20 (% bk). Nilai kadar air kritis
capai mutu kritis. Berdasarkan Gambar 3, seasoning dari yang terendah sampai
dapat dilihat bahwa seasoning yang telah tertinggi yaitu sebagai berikut: 2,16 (%
ditolak oleh panelis adalah seasoning bk) untuk JA; 2,61 (% bk) untuk AY; 3,11
yang telah mengalami penggumpalan. (% bk) untuk SA-1; 3,32 (% bk) untuk
Pengecekan kerusakan sampel ti- SA-2; 3,88 (% bk) untuk KE-2; dan 4,20
dak hanya dilakukan secara visual oleh (% bk) untuk KE-1.

Gambar 3. Penampakan seasoning saat mencapai kadar air kritis (A: SA-1, B: SA-2, C:
KE-1, D: KE-2, E: JA, F: AY)

74
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 2 (Agustus 2010) 71 – 77

12.043,79 g untuk KE-1; 12.107,09 g


5.0
untuk KE-2; 12.290,43 g untuk JA; dan
4.5

4.0
12.261,79 g untuk AY. Berat kering per
Kadar air awal (Mc, %bk)

3.5 kemasan (Ws) setiap seasoning ini sa-


3.0 ngat dipengaruhi oleh nilai kadar air awal
2.5
masing–masing seasoning karena berat
2.0
kering per kemasan ini dihitung dengan
1.5

1.0
mengurangi berat produk per kemasan
0.5 dengan kadar air awalnya.
0.0 Perhitungan umur simpan seaso-
-1 -2 -1 - 2 JA AY
SA SA KE KE
ning dilakukan pada dua kondisi suhu
Jenis seasoning o o
yang berbeda (25 C, 30 C). Kondisi yang
Gambar 4. Kadar air kritis (Mc) seasoning pertama adalah kondisi riil penyimpanan
seasoning pada proses penggudangan
Kadar air kritis setiap seasoning o
dengan suhu 25 C (Po = 23,756 mmHg)
berbeda-beda. Hal ini dikarenakan ka- dan RH 70%. Selain itu, perhitungan
dar air awal produk juga berbeda-beda. umur simpan seasoning yang kedua yaitu
Kadar air awal produk akan mempe- o
pada suhu 38 C (Po = 49,692 mmHg) dan
ngaruhi proses adsorpsi bahan terhadap RH 70%. Kondisi ini berdasarkan pada
lingkungan untuk mencapai kondisi kese- kondisi distribusi. Data-data yang telah
timbangan. didapatkan pada analisis awal (Mo dan
Mc) ditambah dengan informasi kemasan
Perhitungan umur simpan (A, k/x, ∆P) kemudian dimasukkan ke da-
Umur simpan ditetapkan berdasar- lam persamaan Labuza yang telah dimo-
kan waktu pada saat kadar air produk difikasi (persamaan 1). Hasil perhitungan
sama dengan kadar air kritis. Berdasar- umur simpan seasoning dengan kemasan
kan persamaan yang diturunkan Labuza LLDPE pada RH penyimpanan 70% (suhu
tentang umur simpan (Labuza, 1982) ter- o o
25 C dan suhu 38 C) disajikan pada
dapat beberapa faktor yang dibutuhkan Tabel 1.
untuk menentukan umur simpan dengan
pendekatan kadar air kritis produk. Fak- Tabel 1. Umur simpan berbagai seaso-
tor-faktor itu adalah kadar air awal ning pada RH penyimpanan 70% (suhu
produk (Mo), nilai aw, kadar air kritis o o
25 C dan 38 C) dalam kemasan LLDPE
produk (Mc), konstanta permeabilitas uap 2 2
(k/x=0,44 g/m .mmHg.hari, A=0,56 m )
air kemasan (k/x), luas kemasan produk Jenis Umur simpan (hari)
(A), berat kering produk (Ws), tekanan Seasoning RH 70%, RH 70%,
uap air jenuh (Po), tekanan udara dalam o o
25 C 38 C
(Pin), tekanan udara luar (Pout), serta seli-
SA-1 4,157 1,987
sih antara tekanan udara di luar dengan
SA-2 4,184 2,000
tekanan udara di dalam (ΔP).
KE-1 4,369 2,089
Kemasan yang digunakan untuk
KE-2 4,528 2,165
menyimpan seasoning yaitu kemasan
JA 2,429 1,161
LLDPE (Linear Low Density Polyethy-
AY 4,730 2,261
lene) dengan luas permukaan sebesar
2
0,56 m dan nilai permeabilitas uap air
2 Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat
kemasan sebesar 0,44 g/m .mmHg.hari
o bahwa umur simpan seasoning pada RH
yang diukur pada suhu 38 C. Sampel o
penyimpanan 70% dan suhu 25 C dalam
yang digunakan memiliki berat kering per
kemasan LLDPE berkisar antara 2429
kemasan (Ws) sebagai berikut: 12.201,28
hari sampai 4730 hari. Umur simpan sea-
g untuk SA-1; 12.183,43 g untuk SA-2;
soning secara berturut-turut dari yang

75
Penentuan Umur Simpan Seasoning dengan ASLT (Budijanto dkk)

terpendek sampai yang terpanjang yaitu Karakteristik kemasan yang digu-


sebagai berikut: 2429 hari untuk JA; nakan untuk mengemas produk seasoning
4157 hari untuk SA-1; 4184 untuk SA-2; akan sangat berperan pada proses pe-
4369 hari untuk KE-1; 4528 hari untuk nyimpanan seasoning selama distribusi.
KE-2; dan 4730 hari untuk AY. Karakteristik permeabilitas dari kemasan
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat akan menjadi barrier utama terjadinya
pula bahwa umur simpan seasoning pada hidratasi (adsorpsi-desorpsi) (Floros et
o
RH penyimpanan 70% dan suhu 38 C da- al., 2000). Kondisi penyimpanan produk
lam kemasan LLDPE berkisar antara di dalam pabrik yang meliputi RH ruang-
1161 hari sampai 2261 hari. Umur sim- an maupun suhu ruangan juga harus di-
pan seasoning yang terpendek adalah pertahankan stabil atau tidak fluktuatif
1161 hari untuk JA dan yang terpanjang selama penyimpanan.
adalah 2261 hari untuk AY.
Berdasarkan data pada Tabel 1, di- KESIMPULAN
ketahui bahwa umur simpan seasoning
baik pada kondisi penyimpanan RH 70% Kerusakan seasoning ditandai de-
o
dan suhu 25 C dalam kemasan LLDPE ngan adanya penggumpalan yang menga-
maupun pada kondisi penyimpanan RH kibatkan seasoning kehilangan sifat me-
o
70% dan suhu 38 C sama-sama tergo- ngalirnya (free flowing property). De-
long awet yakni umur simpan seasoning ngan menggunakan persamaan modifikasi
dapat mencapai tahunan. Hal ini dapat Labuza dan informasi dari kadar air kritis
tercapai apabila kondisi pengemasan dan (Mc), kadar air awal (Mo) serta informasi
penyimpanan memang baik dan kondisi dari kemasan penyimpanan (A, k/x, ∆P)
lingkungan tempat penyimpanan seaso- dapat ditarik kesimpulan bahwa umur
ning terkendali (pengontrolan kemasan, simpan seasoning dapat mencapai tahun-
o o
suhu dan tekanan selama penyimpanan). an pada suhu 25 C dan 38 C. Umur sim-
Kenyataan yang sering terjadi di pabrik pan seasoning pada kondisi RH penyim-
o
justru sebaliknya. Umur simpan seaso- panan 70% dan suhu 25 C berkisar
ning tersebut di pabrik tidak pernah antara 2.429 hari sampai 4.730 hari
mencapai satu tahun. Rerata umur sim- sedangkan untuk umur simpan seasoning
pan seasoning di pabrik hanya mencapai pada kondisi RH penyimpanan 70% dan
o
6 bulan. Hal ini mungkin dikarenakan suhu 38 C berkisar antara 1.161 hari
perlakuan produk sebelum penyimpanan sampai 2.261 hari.
dan selama penyimpanan yang tidak te-
pat. UCAPATN TERIMA KASIH
Beberapa hal yang perlu diperhati-
kan pada saat proses pengemasan sea- Terimakasih kepada PT. Tudung
soning adalah waktu kontak antara sea- Putra Jaya, Jakarta, yang telah mem-
soning yang baru selesai diproduksi berikan kesempatan melakukan peneliti-
(freshly processed seasoning) dengan an ini.
lingkungan pengemas, kondisi bahan
pengemas yang harus memenuhi standar DAFTAR PUSTAKA
keamanan (Eskin and Robinson, 2001;
Farber, 1991). Jika kondisi tersebut tidak AOAC International. 1999. Official
dapat dikendalikan, maka akan mengaki- Method of Analysis 925.45
batkan kerusakan seasoning yang meli- Chapter 44.1.03. P. 2
puti aspek mikrobiologis fisikokimia Chung M.S., R.R. Ruan, P. Chen, S.H.
Chung, T.H. Ahn, and K.H. Lee.
maupun sensorik sehingga memperpen-
2000. Study caking in powdered
dek umur simpan (Gonzalez-Fandos et foods using nuclear magnetic
al., 2000). resonance spectroscopy. J Appl.
Spectrosc. 65: 134-138

76
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 2 (Agustus 2010) 71 – 77

Ellis M.J.. 1994. The Methodology of Syarief R, dan H. Halid. 1993. Teknologi
Shelf Life Determination. Dalam Penyimpanan Pangan. PAU
Shelf Life Evaluation of Foods. Rekayasa Proses Pangan: IPB,
C.M.D. Man and A.A.D. Jones. P. Bogor
27. Blackie Academic and
Professional Inc., London
Eskin N.A.M. and D.S. Robinson. 2001.
Shelf Life Stability: Chemical,
Biochemical and Microbiological
Changes. CRC Press LLC inc.,
Florida, USA
Farber J.M. 1991. Microbiological
aspects of modified atmosphere
packaging technology–A review. J.
Food Prot. 54: 58-70
Farrel K.T. 1990. Spices, Condiments,
and Seasonings. An AVI Book Van
Nostrand Reinhold inc., New York
Floros J.D., P.V. Nielsen, and J.K.
Farkas. 2000. Advances in
modified atmosphere and active
packaging with applications in the
dairy industry: Packaging of milk
products. Bull. Int. Dairy Fed. 346:
22-28
Gonzalez-Fandos E., S. Sanz, and C.
Olarte. 2000. Microbiological, phy-
sicochemical and sensory charac-
teristics of Cameros cheese
packaged under modified atmos-
pheres. Food Microbiol. 17: 407-
414
Kusnandar, F. 2006. Desain Percobaan
dalam Penetapan Umur Simpan
Produk Pangan dengan Metode
ASLT (Model Arrhenius dan Kadar
Air Kritis). Southeast Asian Food
and Agricultural Science and
Technology Center: IPB. Bogor,
Indonesia
Labuza, T.P. 1982. Shelf Life Dating of
Foods. Food and Nutrition Press.
Inc., Westport, Connecticut
Labuza, T.P, A. Kaanane, and J.Y. Chen.
1985. Effect of temperature on the
moisture sorption isotherms and
water activity shift of two
dehydrated foods. J. Food Sci. 50:
385-392
Robertson, G.L. 1993. Food Packaging:
Principles and Practice. Marcel
Dekker Inc., New York
Soekarto, T.S. 1985. Penilaian
Organoleptik untuk Industri
Pangan dan Hasil Pertanian.
Bharata Karya Aksara, Jakarta

77

View publication stats

You might also like