Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol. 19 No.

1, Hlm: 106-120 Januari


2018 Artikel ini tersedia di website: http://journal.umy.ac.id/index.php/ai
DOI: 10.18196/jai.190195

Era Baru “Hutan Kecil” Menara Telekomunikasi:


Rekonstruksi Analisis Penghitungan Tarif Retribusi
Syah Rasad*; Hermanto; Animah
Magister Akuntansi Universitas Mataram, Kota Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia
ARTICLE INFO ABSTRACT
Article history: The Constitutional Court overturned the calculation of levy tariff based on Nilai Jual
received 12 Oct 2017 Objek Pajak (NJOP) multiplied by 2%, so that the Regional Government in
reviewed 21 Nov 2017 formulating the retribution levies to be guided by section 151, section 152 and
revised 08 Dec 2017 section 161, Law Number 28/2009 on PDRD. This study aims to determine the
accepted 10 Jan 2018
determination of tariff Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi (RPMT)
after the Constitutional Court decision by calculating the allocation of costs based on
the activity of tower control. The research method used is qualitative case study,
using descriptive analysis of interactive model. The research location at the
Department of Transportation of Communication and Informatics of Sumbawa
Keywords:
Regency involving 7 informants. Method of data collection is done by observation
Decision of the method, interview and collecting document in the form of photo and audio visual.
Constitutional Court; The results showed that the determination of the RPMT tariff after the decision of
Activity Based Costing; the Constitutional Court was calculated based on the multiplication of the frequency
Tariff of of visits within a budget year by multiplication between the cost allocation based on
Telecommunication the tower supervision activity and the zoning coefficient, tower height, tower type
Tower Control Levy and mileage.
© 2018 JAI. All rights reserved

PENDAHULUAN juta per menara per tahun. Angka ini dirasa sangat
berat oleh penyedia dan penyelenggara telekomu-
Tarif RPMT yang dipungut Pemerintah nikasi.
Daerah berdasarkan tarif Nilai Jual Obyek Pajak Purwati (2012) menyebutkan bahwa penye-
(NJOP) x 2% dirasakan sangat merugikan pihak lenggara telekomunikasi mempunyai beberapa
penyedia atau pemilik menara telekomunikasi. kewajiban yang harus dipenuhi kepada Peme-
Hal ini karena sebelumnya mereka sudah menge- rintah Pusat, antara lain: kewajiban membayar
luarkan biaya untuk Pajak Bumi dan Bangunan biaya-biaya yang termasuk golongan Penerimaan
Pedesaan Perkotaan, retribusi Ijin Mendirikan Negara Bukan Pajak (PNBP) atau dalam industri
Bangunan (IMB), ijin gangguan atau Hinder telekomunikasi disebutkan regulatory cost. Biaya-
Ordonantie (HO), pajak Mineral Bukan Logam biaya ini meliputi: biaya hak penyelenggaraan jasa
dan Batuan (MBLB) dan sebagainya, tidak hanya telekomunikasi sebesar 0,5 persen dari peng-
bagi Pemerintah Daerah tapi juga Pemerintah hasilan kotor per tahun, kontribusi pembangunan
Pusat, sehingga hal ini menambah panjang biaya universal sebesar 1,25 persen dari penghasilan
yang dikeluarkan oleh penyedia menara tele- kotor perusahaan telekomunikasi per tahun, biaya
komunikasi. Jika mengacu kepada angka hitung- hak penggunaan frekuensi radio per tahun yang
hitungan versi penyedia menara berdasarkan besarnya sesuai dengan nilai lelang, atau jumlah
kebutuhan biaya pengawasan menara teleko- Base Transceiver Station (BTS) dan mengikuti
munikasi, diperoleh tarif Retribusi Pengendalian rumusan yang ditetapkan Pemerintah.
Menara Telekomunikasi (RPMT) sebesar Rp. PT. Kame Komunikasi Indonesia pada
2.072.000 per menara per tahun. Sedangkan jika tanggal 30 Januari 2014, melalui kuasa hukumnya
menggunakan hitungan NJOP x 2%, maka apabila merasa dirugikan dengan adanya Penjelasan Pasal
NJOP menara sebesar 1 milyar, berarti tarif 124 UU 28/2009 tentang Pajak Daerah dan
retribusi yang harus dibayar oleh penyedia atau Retribusi Daerah (PDRD), sehingga dalam mene-
pemilik menara telekomunikasi sebesar Rp. 20 tapkan tarif RPMT, Pemerintah Kabupaten

*Corresponding author, e_mail address: syahrasad@rocketmail.com


Rasad et al. – Rekonstruksi Analisis Perhitungan Tarif Retribusi

langsung menentukan besarnya tarif sebesar 2% jasa yang dapat memberi kegunaan masa kini atau
(dua persen) dari NJOP. Oleh karena itu, masa depan suatu organisasi. Apabila biaya telah
perusahaan telekomunikasi yang diwakili oleh PT. habis dalam proses menghasilkan pendapatan,
Kame Komunikasi Indonesia mengajukan penin- maka biaya tersebut dinyatakan kadaluwarsa
jauan kembali atas penjelasan Pasal 124 UU (expired). Biaya yang telah habis dan kadaluwarsa
PDRD yang menjadi dasar bagi daerah dalam itu dinyatakan sebagai beban. Pada tiap periode,
menetapkan tarif RPMT. Penetapan tarif dianggap beban tersebut dikurangkan dari pendapatan
tidak didasarkan pada biaya-biaya yang dipikul pada laporan laba-rugi untuk menentukan laba/
pemerintah daerah dalam rangka pengawasan rugi periode tersebut (Hansen dan Mowen, 2006).
menara telekomunikasi.
Berdasarkan petitum yang dikeluarkan oleh Objek Biaya
Mahkamah Konstitusi (MK), menyatakan bahwa
Penjelasan Pasal 124 dinyatakan dihapus karena Menurut Hansen dan Mowen (2006), sistem
bertentangan dengan Pasal 151, 152 dan Pasal 161 akuntansi manajemen dirancang guna mengukur
UU 28/2009 tentang PDRD, yang menyebabkan dan membebankan biaya kepada objek biaya.
beban ekonomi tinggi sehingga merugikan hak- Objek biaya bisa berupa proyek, departemen,
hak konstitusional rakyat dibidang komunikasi produk, pelanggan, aktivitas, dan lain-lain yang
dan ketidakadilan hukum bagi penyelenggara diukur biayanya dan dibebankan. Dalam perkem-
telekomunikasi. Menindaklanjuti putusan MK bangannya, aktivitas dinilai sebagai objek biaya
tersebut, Direktorat Jenderal Perimbangan Keua- yang lebih penting dari obyek biaya lainnya.
ngan (DJPK) Kementerian Keuangan RI melalui Aktivitas merupakan tindakan dalam suatu
Surat Edaran Nomor: S-349/PK/2015, tanggal 09 organisasi mulai dari perencanaan, pengendalian,
Juni 2015, menghimbau kepada seluruh Kepala dan pengambilan keputusan suatu organisasi.
Daerah agar dalam melakukan penentuan tarif
RPMT dengan berpedoman pada tata cara Penelusuran Biaya Ke Objek Biaya
penghitungan, prinsip dan sasaran penghitungan,
dan pemanfaatan penerimaan retribusi, sebagai- Penelusuran biaya ke objek biaya bisa terjadi
mana diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 melalui salah satu dari dua cara berikut yaitu
tentang PDRD Pasal 151, Pasal 152, dan Pasal penelusuran penggerak dan penelusuran langsung.
161. Proses pengidentifikasian dan pembebanan biaya
Berdasarkan kasus yang terjadi ini, maka yang berkaitan secara khusus dan fisik dengan
peneliti mencoba untuk merumuskan suatu perhi- suatu objek dan dapat dilakukan melalui penga-
tungan RPMT dengan menggunakan pendekatan matan secara fisik, disebut Penelusuran langsung.
akuntansi biaya. Dalam ranah praktis, penelitian Sedangkan, Penelusuran penggerak merupakan
ini diharapkan akan menjadi bahan masukan bagi penelusuran penggunaan penggerak dalam mem-
penyedia jasa telekomunikasi dan pembuat bebani biaya ke objek biaya. Penggerak meru-
kebijakan khususnya berkaitan dengan tata cara pakan faktor penyebab yang dapat diamati dan
penentuan tarif RPMT. Secara teoritis, penelitian yang dapat mengukur konsumsi sumber daya ke
ini memberikan paparan bagaimana konsep akun- objek biaya. Oleh sebab itu, penggerak adalah
tansi biaya dapat dijadikan dasar dalam menen- faktor yang menyebabkan perubahan dalam peng-
tukan tarif RPMT sehingga ditemukan rumus baru gunaan sumber daya, dan memiliki hubungan
yang dapat dijadikan dasar dalam penentuan tarif sebab akibat dengan biaya yang berhubungan
tersebut. dengan objek biaya. Biaya-biaya yang tidak dapat
dibebankan ke objek-objek biaya, baik dengan
menggunakan penelusuran langsung atau pengge-
TINJAUAN LITERATUR DAN rak disebut biaya tidak langsung. Pembebanan
FOKUS PENELITIAN biaya tidak langsung ke objek biaya disebut
alokasi. Pengalokasian biaya tidak langsung dida-
Konsep Biaya sarkan pada kemudahan atau beberapa asumsi
yang berhubungan (Hansen dan Mowen, 2006).
Biaya merupakan kas/nilai ekuivalen dari
kas yang dikeluarkan untuk memperoleh barang/

107
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 19 (1), 106-120: Januari 2018

Biaya Sumber Daya

Penelusuran Langsung Penelusuran Penggerak Alokasi

Pengamatan Fisik Hubungan Sebab Asumsi Hubungan


Akibat

Objek Biaya

Gambar 1. Penelusuran Biaya ke Objek Biaya


Sumber : Hansen dan Mowen (2006)

Biaya Sumber Daya

Penelusuran Langsung Pembebanan Biaya Penelusuran


Penggerak

Aktivitas

Penelusuran Langsung Pembebanan Biaya

Produk

Gambar 2. Pembebanan Dua Tahap


Sumber : Hansen dan Mowen (2006)

Sistem Biaya dengan memperhitungkan biaya produksi yang


bersifat variabel saja seperti: overhead variabel,
System biaya merupakan kesatuan catatan tenaga kerja langsung, dan bahan baku langsung.
dan laporan sistematis yang bertujuan untuk Biaya overhead tetap tidak diperhitungkan sebagai
melaksanakan kegiatan dan merupakan informasi biaya produksi tetapi akan diperhitungkan sebagai
biaya bagi manajemen. System biaya dapat biaya periode yang akan dibebankan dalam
dikelompokkan menjadi dua yaitu: Pertama, laporan laba-rugi tahun berjalan. Kedua, Metode
System Biaya Dimuka adalah system pembebanan Kalkulasi Biaya Penuh (Full Costing) adalah suatu
harga pokok kepada produk atau jasa sebesar metode dalam penentuan harga pokok suatu
harga pokok yang ditentukan dimuka sebelum produk yang memperhitungkan semua biaya
suatu produk atau jasa dikerjakan. Kedua, System produksi, seperti: biaya tenaga kerja langsung,
Biaya Sesungguhnya (Historis) merupakan system biaya bahan baku langsung, dan biaya overhead
pembebanan harga pokok produk/jasa pada saat variabel dan overhead tetap, ditambah dengan
biaya tersebut sudah terjadi atau biaya yang total biaya non produksi seperti: biaya pemasaran,
sesungguhnya dinikmati. (Bustami dan Nurlela, biaya umum dan administrasi (Bustami dan
2013). Nurlela, 2013).

Penentuan Harga Pokok Activity Based Costing (ABC) System

Metode penentuan harga pokok terdiri dari Activity Based Costing merupakan system
dua cara, yaitu: Pertama, Metode Kalkulasi Biaya akuntansi dan terpusat pada berbagai aktivitas
Variabel (Variable Costing) ialah suatu metode yang dilakukan dalam menghasilkan produk
dalam penentuan harga pokok suatu produk, barang atau jasa. ABC memberikan informasi

108
Rasad et al. – Rekonstruksi Analisis Perhitungan Tarif Retribusi

mengenai aktivitas dan sumber daya apa saja yang pemberian izin tertentu yang diberikan kepada
dibutuhkan guna melaksanakan berbagai aktivitas orang pribadi maupun badan yang dapat
tersebut. Aktivitas (activity) merupakan setiap dipaksakan dengan mendapat kembali prestasinya
kejadian atau transaksi yang menjadi pemicu biaya secara langsung.
(cost driver) yang menjadi faktor penyebab (causal
factor) dalam pengeluaran biaya dalam organisasi Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
(Islahuzzaman, 2011). Sedangkan Hansen dan (RPMT)
Mowen (2006), menyatakan bahwa sistem biaya
berdasarkan aktivitas atau yang dikenal dengan RPMT merupakan pungutan retribusi seba-
activity based costing (ABC) merupakan proses gai pembayaran atas pengawasan dan pengenda-
dua tahap yang menekankan hubungan sebab lian menara telekomunikasi yang diberikan Peme-
akibat yaitu penelusuran secara langsung dan rintah Daerah kepada pemilik/penyedia menara
penelusuran penggerak. Asumsi yang menda- telekomunikasi. Objek RPMT adalah peman-
sarinya ialah bahwa aktivitas mengkonsumsi faatan ruang menara telekomunikasi dengan mem-
sumber daya dan produk, sehingga tahap awal perhatikan aspek keamanan, tata ruang wilayah,
perancangan system penentuan biaya aktivitas dan kepentingan umum (Perda Kabupaten
(ABC) adalah mengidentifikasi aktivitasnya. Sumbawa Nomor 4 Tahun 2012). RPMT dipu-
ngut atas pengawasan, pengecekan, pemantauan
Retribusi Daerah dan pengendalian terhadap perizinan, keadaan
fisik menara, dan kemungkinan terjadinya gang-
UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak guan sebagai akibat keberadaan menara yang
Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) lebih dilakukan oleh pemerintah daerah setempat bagi
mempertegas definisi retribusi daerah yaitu kepentingan pribadi maupun badan (Lestari et al.,
pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah 2015).
atau iuran yang diterima atas jasa maupun

UU Nomor 28/2009

Perhitungan Tarif RPM

Penjelasan Pasal 124


UU Nomor 28/2009
Jasa Pengawasan dan Pengendalian Menara
2% x NJOP
Telekomunikasi

Keputusan MK
46/PUU-XII/2014
Teori Kebijakan Publik

Pasal 151, Pasal 152, Pasal 161,


UU Nomor UU Nomor UU Nomor
28/2009 28/2009 28/2009
Biaya Penyediaan jasa

Kemampuan masyarakat menara Biaya Operasional

Aspek keadilan Biaya Pemeliharaan


Zonasi Biaya Bunga
Efektivitas pengendalian
Ketinggian Menara pelayanan Biaya Modal
Jenis Menara
Jarak Tempuh Activity Based Costing

Tarif Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi (RPMT)

Gambar 3. Rerangka Pikir Penelitian

109
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 19 (1), 106-120: Januari 2018

Secara khusus penelitian ini akan mengkaji dan menjawab persoalan penelitian, yaitu Ketua
merumuskan suatu formula penentuan tarif DPRD Kabupaten Sumbawa, mantan Kepala
RPMT yang selanjutnya dapat dijadikan model Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
dalam menentukan berapa biaya/tarif retribusi Kabupaten Sumbawa, Kepala Bidang Tata Ruang
yang layak bagi obyek pajak penyediaan jasa Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumbawa,
telekominikasi. Dari sini dirumuskan suatu Kepala Seksi Perhitungan dan Penetapan Dinas
Rerangka Penelitian yang disajikan secara ter- Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabu-
struktur pada Gambar 3. paten Sumbawa, Kepala Seksi Pos dan Telekomu-
nikasi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Infor-
matika Kabupaten Sumbawa, Kepala Seksi
METODE PENELITIAN Verifikasi Pengaduan Masyarakat Pada Kantor
Pelayanan dan Perijinan Terpadu Kabupaten
Pendekatan Penelitian Sumbawa, Staf Pos dan Telekomunikasi Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabu-
Pendekatan penelitian menggunakan metode paten Sumbawa.
kualitatif studi kasus dengan analisis deskriptif
model interaktif. Peneliti mengumpulkan data dan Setting Lokasi
informasi secara lengkap berdasarkan prosedur
pengumpulan data yang ada terkait peristiwa, Penelitian ini mengambil lokasi pada Dinas
program, proses dan aktivitas individu dalam Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabu-
rangka pengawasan dan pengendalian menara paten Sumbawa. Pemilihan lokasi ini didasarkan
telekomunikasi (Creswell, 2010). Studi kasus pada alasan bahwa Dinas Perhubungan Komu-
dalam kondisi tertentu dapat dibenarkan apabila nikasi dan Informatika merupakan instansi yang
berkaitan dengan tujuan penyingkapan, meru- memiliki tugas pokok dan fungsi dalam penga-
pakan suatu peristiwa yang unik atau langka dan wasan dan pengendalian menara telekomunikasi
kasus tersebut mengetengahkan suatu uji penting serta pihak yang berwenang mengeluarkan, mene-
tentang teori yang ada (Yin, 2014). Pendekatan tapkan, dan memungut RPM Telekomunikasi.
studi kasus ini untuk meneliti kasus tertentu
seperti: tata cara penentuan tarif, prinsip sasaran Teknik Pengumpulan Data
dalam penentuan tarif retribusi pengawasan dan
pengendalian, dilihat dari besaran biaya penye- Pengumpulan data dilakukan dengan meli-
diaan jasa pengawasan dan pengendalian menara batkan empat strategi (Creswell, 2010), yaitu:
berdasarkan aktivitas atau sesuai dengan biaya pertama observasi, dimana peneliti merekam/
yang dipikul pemerintah daerah, serta peman- mencatat, mengamati perilaku dan kegiatan
faatan penerimaan retribusi menara bagi penye- individu di lapangan. Kedua wawancara, yaitu
lenggaraan pelayanan pengawasan dan pengen- melakukan wawancara tatap muka (face to face
dalian menara telekomunikasi. interview) dengan narasumber. Ketiga dokumen-
tasi, yaitu mengumpulkan dokumen berupa doku-
Informan dan Kehadiran Peneliti men publik, seperti: koran, laporan kantor,
makalah maupun dokumen pribadi, seperti: surat
Informan atau narasumber merupakan hasil rapat, dan Terakhir data-data berupa foto
orang yang memiliki pengetahuan dan penga- menara, dan rekaman.
laman di bidang pekerjaannya dan diharapkan
dapat memberi informasi, terkait objek penelitian. Jenis dan Sumber Data
Narasumber sebagai sampling internal, diharapkan
dapat diajak berbicara, bertukar pikiran dan Sumber data dalam penelitian kualitatif
memberi pendapat atas temuan di lapangan berupa tindakan, kata-kata, dan selebihnya data
sehingga dalam waktu yang singkat diharapkan tambahan, seperti dokumen dan lain sebagainya.
banyak informasi yang diperoleh (Bogdan dan Sedangkan jenis data dalam penelitian kualitatif
Biklen, 1981 sebagaimana dikuti Moleong, 2015). menjadi tindakan dan kata-kata, foto, statistik dan
Informan dalam penelitian ini adalah orang- sumber data tertulis (Lofland dan Lofland
orang yang memiliki keterkaitan hubungan dalam sebagaimana dikutip Moleong, 2015).
kegiatan pengawasan dan pengendalian menara
telekomunikasi dan dianggap mampu untuk

110
Rasad et al. – Rekonstruksi Analisis Perhitungan Tarif Retribusi

Keabsahan Data
Data
collection
Validitas didasarkan pada kepastian dari
sudut pandang peneliti, partisipan maupun pem-
baca secara umum bahwa hasil penelitian sudah Data display
Data
memiliki keakuratan. Dalam menilai keakuratan reduction
hasil penelitian dan meyakinkan pembaca, peran Conclusions:
dari strategi validitas sangat diperlukan. Strategi drawing/
verifying
validitas digunakan dalam penelitian ini (Creswell,
2010), yaitu: pertama, mentriangulasi sumber- Gambar 4. Model Analisis Interaktif
sumber data yang berbeda; kedua, mendeskrip- Sumber: Miles dan Huberman (1994)
sikan hasil penelitian yang kaya dan padat makna
atau rich and thick description.
Untuk menilai pendekatan yang dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
peneliti konsisten dan reliabel, sejumlah prosedur
reliabilitas yang dilakukan, antara lain: pertama, Gambaran Umum Pendirian Menara
Melakukan pengecekan dan memastikan hasil Telekomunikasi
transkripsi tidak ada bias selama proses trans-
kripsi; kedua, membandingkan data-data dengan Jauh sebelum pihak penyedia menara mela-
kode-kode guna memastikan tidak ada makna dan kukan investasi menara telekomunikasi, secara
definisi yang mengambang (Creswell, 2010). teknis, pihak penyedia menara sudah memper-
siapkan beberapa hal, antara lain: melakukan
Analisis Data survey baik melalui satelit, survey wilayah dan
survey lokasi dimana posisi menara yang strategis
Proses analisis data dilakukan dari pengum- akan dibangun atau letak koordinat yang diingin-
pulan data berbagai sumber, melalui pengamatan kan, kemudian dipadukan dengan tata ruang yang
lapangan, wawancara, dokumen resmi, dokumen ada, boleh tidak menara itu dibangun. Hal ini
pribadi, foto dan gambar. Data hasil temuan kemudian akan dikoordinasikan dengan peme-
kemudian diolah agar sistematis, mengunakan rintah daerah khususnya Dinas Pekerjaan Umum
analisis deskriptif model interaktif melalui reduksi selaku kelompok kerja dari Badan Koordinasi
data dengan penyederhanaan dan pengabstrakan Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Kabupaten
data hasil temuan di lapangan untuk kemudian Sumbawa1.
dilakukan penyajian data sehingga berbentuk Menurut Peraturan Menteri Komunikasi dan
sekumpulan informasi berdasarkan kasus-kasuk Informatika, terkait Sertifikasi Alat dan Perangkat
faktual yang saling berkaitan dan selanjutnya Telekomunikasi, Nomor: 18/2009, bahwa pemba-
menuju kesimpulan sehingga diperoleh suatu ngunan menara telekomunikasi harus memiliki
keyakinan tentang kebenaran data dilapangan. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Menara dari
Sedangkan metode Activity Based Costing (ABC) Bupati atau Walikota. Di Kabupaten Sumbawa
digunakan untuk menganalisis alokasi biaya pelayanan IMB dilaksanakan oleh Kantor Pela-
berdasarkan aktivitas pengawasan, pengendalian yanan dan Perizinan Terpadu (KPPT). Pengajuan
menara telekomunikasi yang diberikan oleh IMB Menara disampaikan oleh pemilik/penyedia
Pemerintah Daerah dengan melihat aktivitas dari menara kepada Bupati atau Walikota dengan
biaya-biaya yang dipikul pemerintah daerah dalam melengkapi persyaratan teknis dan persyaratan
rangka pengawasan dan pengendalian menara administratifnya.
telekomunikasi di Kabupaten Sumbawa. Persyaratan administratifnya, antara lain:
Analisis Deskriptif mendiskripsikan serta rekomendasi dari dinas terkait bagi kawasan
menjelaskan data yang telah diperoleh untuk dengan karakteristik khusus, surat keterangan
kemudian dijabarkan dalam bentuk penjelasan rencana tata kota, status kepemilikan atas lahan
yang sebenarnya. Untuk menganalisis data digu- dan bangunan, akte pendirian dan perubahan
nakan proses analisis yang sesuai tahapan yang perusahaan yang disahkan oleh Departemen
dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1994), Hukum dan HAM; surat bukti tercatat pada Bursa
dengan model interaktif yang merupakan siklus
antara Data Collection, Data Reduction dan Data 1
Wawancara dengan Kepala Bidang Tata Ruang Dinas
Display serta conclusions, seperti Gambar 4.
Pekerjaan Umum Kabupaten Sumbawa

111
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 19 (1), 106-120: Januari 2018

Efek Jakarta bagi perusahaan terbuka, informasi penyusunan laporan pengawasan serta penyam-
penggunaan menara bersama, persetujuan warga paian hasil pengawasan kepada pejabat yang ber-
pada radius ketinggian menara, izin gangguan wenang dan pemilik menara untuk ditindaklanjuti
(hinder ordonantie/HO) dan izin genset. Sedang- penyelesaiannya. Kegiatan pengawasan, pengen-
kan syarat teknis sebagaimana tertuang dalam dalian menara telekomunikasi khususnya di
dokumen teknis dan mengacu pada standar baku Kabupaten Sumbawa, belum memiliki pedoman
secara internasional, yaitu: satu, gambar rencana atau standar terkait dengan kegiatan apa saja yang
bangunan menara, seperti: denah, situasi, tampak dilakukan. Berdasarkan pemantauan di lapangan
potongan dan detail serta perhitungan struktur; dan hasil wawancara dengan informan, lingkup
dua, spesifikasi teknis pondasi menara, seperti: dan sasaran kegiatan pengawasan, pengendalian
jenis pondasi, jumlah titik pondasi, data penye- menara telekomunikasi adalah pemantauan kese-
lidikan tanah termasuk geoteknik tanah; tiga, luruhan kondisi menara di Kabupaten Sumbawa,
spesifikasi teknis struktur bagian atas menara, baik fisik maupun lingkungan menara, apakah
meliputi: proteksi terhadap petir, sistem konstruk- aman dari berbagai gangguan dan tidak memba-
si, ketinggian menara, dan beban maksimum hayakan lingkungan sekitar.
menara yang diperbolehkan sehingga mampu
menahan beban sendiri, beban tambahan, serta
Penyusunan
bertahan dari kekuatan angin dan gempa. Jadwal Pengajuan SPT dan SPPD ke
Kadishubkominfo
Pengawasan
Berdasarkan petunjuk teknis Dirjen Kemen-
terian Pekerjaan Umum, Nomor: 06/SE/Dr/2011,
Penandatanganan SPT dan SPPD
menyebutkan bahwa pengaturan syarat terkait
kriteria lokasi menara telekomunikasi, meliputi:
pertama, lokasi menara harus memberi jaminan
Pelaksanaan Pengawasan dan
akan kualitas layanan penyelenggaraan telekomu- Pengendalian
nikasi; kedua, keberadaan menara di lokasi
tersebut tidak menyebabkan dampak buruk bagi Penyusunan Laporan Pengawasan
kesehatan, keselamatan dan keamanan masyarakat
sekitar; ketiga, keberadaan menara dan berbagai
sarana pendukungnya tidak memberikan dampak Penyampaian Hasil Pengawasan
buruk bagi lingkungan; keempat, keberadaan
menara tidak menimbulkan penurunan kualitas
tampilan ruang di lokasi dan kawasan menara Gambar 5. Kegiatan Pengawasan dan
berdiri. Pengendalian Menara Telekomunikasi
Setelah unsur-unsur yang disebut di atas Sumber: Dishubkominfo Kab. Sumbawa
terpenuhi, dan dinas/instansi mengeluarkan reko-
mendasi layak untuk dibangun menara telekomu- Pengawasan juga dilakukan terkait kebe-
nikasi, maka selanjutnya Kantor Pelayanan Peri- radaan serta memeriksa identitas hukum menara
jinan Terpadu akan menerbitkan izin IMB dan dan sarana pendukung, apakah menara dibangun
HO-nya. sudah sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
ada. Kegiatan pengawasan ini juga sekaligus
Aktivitas Pengawasan dan Pengendalian Menara dilakukan dengan pemasangan papan peneng dan
Telekomunikasi melakukan dokumentasi. Ini dilakukan dalam
rangka mencocokkan data menara yang ada di
Untuk memberikan deskripsi kegiatan penga- Dinas Perhubungan dengan menara yang ada di
wasan, maka perlu dilakukan identifikasi aktivitas lapangan. Sehingga memudahkan pengawasan dan
apa saja yang dilakukan terkait pengawasan, dan pengendalian menara yang sudah memiliki Ijin
pengendalian menara telekomunikasi. Kegiatan Mendirikan Bangunan (IMB) atau yang belum
pengawasan yang dilaksanakan oleh tim Postel memiliki IMB.
dijelaskan dalam bagan alur pengawasan dan Berdasarkan petunjuk teknis dari Dirjen
pengendalian menara telekomunikasi sebagaima- Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum,
na disajikan pada Gambar 5. Nomor: 06/SE/Dr/2011, terkait kriteria lokasi
Pengawasan menara merupakan serangkaian menara, pengawasan menara dilakukan terhadap,
kegiatan pemantauan mulai dari penyusunan antara lain:
jadwal kegiatan, pelaksanaan pemantauan, dan

112
Rasad et al. – Rekonstruksi Analisis Perhitungan Tarif Retribusi

1) Rencana lokasi pembangunan menara, meli- prasarana, seperti mobil operasional, kamera, dan
puti blok/ruang peruntukan yang sudah GPS sebagai penunjang kegiatan pengawasan.
memiliki detail tata ruang atau izin Peme-
rintah Daerah/Kabupaten/Kota bagi yang Penarifan Retribusi Pengendalian Menara
belum memiliki detail tata ruang, ruang jarak Telekomunikasi
bebas menara dari aktivitas masyarakat,
desain lansekap ruang bagi kaki menara, dan Tata Cara Penentuan Tarif Retribusi
desain tampilan menara bagi lingkungan
sekitar (kamuflase). Tata cara penghitungan tarif retribusi
2) Bagi kawasan lindung dan kawasan budi daya mengacu kepada UU 28/2009 tentang PDRD,
yang diperbolehkan pembangunan menara, Pasal 151, yang menjelaskan bahwa retribusi
agar dilakukan pengecekan kesesuaian terhutang merupakan perkalian antara Tarif
dengan peraturan zonasi dan peraturan Retribusi (TR) dengan Tingkat Penggunaan Jasa
perundang-undangan di bidang lingkungan (TPJ). TPJ dimaksud, diukur berdasarkan fre-
hidup. kuensi kunjungan terhadap objek retribusi dengan
3) Pemanfaatan ruang di sekitar menara, seperti: mengambil asumsi bahwa dalam satu tahun
kondisi ruang lingkungan menara (lingkungan anggaran terdiri 4 (empat) triwulan, sehingga fre-
kaki dan jarak bebas menara), kondisi kuensi kunjungan terhadap menara telekomu-
lingkungan lansekap kaki menara, dan nikasi dalam rangka pengawasan dan pengendalian
perubahan penggunaan ruang serta potensi sebanyak 4 (empat) kali kunjungan per menara
dampak keselamatan pada ruang jarak bebas per tahun. Sedangkan Tarif Retribusi mengacu
menara. kepada prinsip, sasaran penentuan tarif retribusi.

Pengawasan, dan pengendalian menara dila- Prinsip, Sasaran Penentuan Tarif Retribusi
kukan dalam upaya menjaga keamanan, kesela-
matan dan kesehatan lingkungan menara dan Mengacu pada UU 28/2009 tentang PDRD
masyarakat yang berada di lingkungan sekitar Pasal 152 ayat (1), bahwa prinsip, sasaran
menara. Sehingga Pemerintah Daerah harus penentuan tarif RPMT ditetapkan dengan mem-
berperan aktif melakukan pendekatan kepada perhatikan efektivitas pengendalian aktivitas pela-
masyarakat, memberikan informasi dan sosialisasi yanan pengawasan dan pengendalian menara
akan keberadaan menara telekomunikasi serta telekomunikasi, biaya penyediaan jasa, kemam-
dampak positif dan negatif dari keberadaan puan penyedia/pemilik menara, dan aspek kea-
menara sehingga masyarakat mau dan menerima dilan.
keberadaan menara telekomunikasi tersebut.
Peran serta masyarakat dalam pengawasan dan Biaya Penyediaan Jasa
pengendalian menara juga perlu ditingkatkan
karena masyarakat yang langsung menerima Biaya penyediaan jasa merupakan alokasi
dampak dari keberadaan menara serta masyara- biaya yang dikeluarkan Pemerintah Daerah dalam
katlah yang mengetahui informasi dan kondisi rangka pelayanan aktivitas pengawasan dan
menara yang ada di lapangan. Peran regulasi dan pengendalian menara telekomunikasi yang terdiri
kebijakan pemerintah tetap dipantau guna dari: biaya pemeliharaan, biaya operasional, biaya
mengendalikan maraknya pertumbuhan menara bunga dan biaya modal. Menurut Kepala Seksi
telekomunikasi dan pemerataannya sehingga Pos dan Telekomunikasi, dari hasil konsultasi
efisiensi dan efektifitas penggunaan ruang tetap dengan Kementerian Keuangan Republik Indo-
terjaga sejalan dengan pertumbuhan industri tele- nesia, biaya-biaya yang dimaksud itu tidak
komunikasi, sehingga keberadaan menara bagi semuanya masuk dalam perumusan tarif retribusi,
daerah-daerah ini tidak menjadi “Hutan Kecil hanya biaya operasional yang dimasukkan sebagai
Menara Telekomunikasi”. biaya, karena penetapan tarif hanya untuk
Dalam rangka pengawasan dan pengendalian menutup sebagian biaya.
menara telekomunikasi di Kabupaten Sumbawa, Jika dilakukan penelusuran biaya pada
ada beberapa hal yang menjadi kendala yang aktivitas pelayanan pengawasan dan pengendalian
dialami oleh tim pengawasan, antara lain: terba- menara telekomuniksi, maka diperoleh konsumsi
tasnya personil dalam melakukan pengawasan, sumber daya pada tiap tingkat aktivitas penga-
kurangnya tenaga teknis, kurangnya sarana dan wasan, seperti kertas, tinta printer, honor pegawai

113
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 19 (1), 106-120: Januari 2018

Tabel 1. Biaya Aktivitas Pengawasan dan Pengendalian Menara Telekomunikasi


Konsumsi Sumber Harga/ Anggaran
No Aktivitas Pengawasan Jumlah Satuan
Daya Satuan Biaya
1 Penyusunan jadwal pengawasan - - - -
2 Pengajuan, dan penanda- - Biaya kertas 17 Lbr 100 1.700
tanganan SPT dan SPPD - Tinta printer 1 Ktk 25.000 25.000
- Honor pegawai non 1 OH 35.000 35.000
PNS
3 Pelaksanaan pengawasan
dan Pengendalian
- Perjalanan dinas - Uang harian gol. IV 1 OH 130.000 130.000
- Uang harian gol.III 2 OH 120.000 240.000
- Biaya transport 1 Frk 250.000 250.000
- Uang makan 3 OH 50.000 150.000
- Pemasangan papan Biaya papan peneng 3 pcs 62.500 187.500
peneng
- Dokumentasi Biaya foto 12 Lbr 1.800 21.600
4 Penyusunan laporan
pengawasan
- Pembuatan laporan - Biaya kertas 33 Lbr 100 3.300
- Biaya penjilidan 3 Kali 2.500 7.500
- Tinta printer 2 Ktk 25.000 50.000
- Honor pegawai non 1 OH 35.000 35.000
PNS
5 Penyampaian laporan
pengawasan
- Jasa pengiriman Biaya pengiriman 1 hari 3.800 3.800
Biaya penyediaan Jasa 1.140.400
Sumber : Data primer Hasil Wawancara, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dishubkominfo, Peraturan
Daerah Nomor 13 Tahun 2016 Kab. Sumbawa.

non PNS, uang harian petugas pengawas, biaya menjadi hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pemasangan papan peneng, biaya foto/dokumen- perumusan tarif retribusi. Kemampuan di sini
tasi, biaya jasa penjilidan dan biaya jasa pengi- dapat juga diartikan sebagai kemampuan
riman laporan. Dengan demikian, dirinci biaya keuangan perusahaan. Menurut Hunger et al.
penyediaan jasa oleh Pemerintah Daerah berda- (2003), laporan keuangan sebuah perusahaan
sarkan aktivitas pengawasan dan pengendalian berisi tentang laporan operasi perusahaan yang
menara telekomunikasi, mulai dari aktivitas termasuk di dalamnya analisis trend penjualan,
penyusunan jadwal pengawasan, pengajuan dan laba, rasio utang terhadap modal, tingkat
penandatanganan Surat Perintah Tugas dan Surat pengembalian investasi, ditambah lagi rasio
Perintah Perjalanan Dinas (SPT-SPPD), pelaksa- keuangan penting seperti rasio likuiditas, rasio
naan aktivitas pengawasan dan pengendalian profitabilitas, dan rasio aktivitas.
menara telekomunikasi, penyusunan laporan hasil Namun, melihat kemampuan keuangan
pengawasan dan penyampaian laporan hasil suatu perusahaan penyedia menara atau pemilik
pengawasan adalah menyebabkan alokasi biaya menara telekomunikasi, Pemerintah Daerah
yang dipikul Pemerintah Daerah sebesar Rp. dalam hal ini tentu tidak memiliki informasi apa-
1.140.400 rupiah/satu kali pengawasan/hari. apa. Karena perusahaan penyedia menara
Sebagaimana disajikan dalam Tabel 1. telekomunikasi tidak memiliki kewajiban untuk
memberikan laporan keuangannya kepada
Kemampuan Masyarakat Pemerintah Daerah. Jika dilihat dari kesanggupan
bayar perusahaan berdasarkan permohonan
Kemampuan masyarakat yang dimaksud di pengajuan keberatan pihak penyedia menara
sini adalah kemampuan penyedia atau pemilik telekomunikasi kepada Mahkamah Konstitusi,
menara telekomunikasi dalam membayar maka nilai tarif retribusi yang dianggap tidak
retribusi. Kemampuan penyedia atau pemilik memberatkan dan sesuai kemampuan penyedia
menara telekomunikasi dalam membayar retribusi menara telekomunikasi adalah sebesar Rp.

114
Rasad et al. – Rekonstruksi Analisis Perhitungan Tarif Retribusi

2.072.728 per menara/tahun. Sebagaimana dije- Instrumen zonasi yang digunakan dalam
laskan oleh Kepala Seksi Perhitungan dan perhitungan tarif retribusi menara telekomunikasi,
Penetapan yang mengatakan bahwa angka tersebut antara lain: adalah kawasan pemukiman dengan
adalah angka asumsi yang dibuat oleh provider melihat kepadatan penduduk dan kawasan
menara telekomunikasi dalam rangka penyesuaian peruntukan khusus yaitu melihat akses jalan yang
tarif yang dimaksud. Sehingga, 2% x NJOP dirasa dilalui kendaraan umum. Hasil wawancara dengan
berat karena menara telekomunikasi yang Kepala Seksi Perhitungan dan Penetapan Dinas
tingginya di atas 72 meter, jika dikategorikan Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupa-
harganya sekitar 3 milyar. Kalau 3 milyar x 2% ten Sumbawa, menyebutkan bahwa pertimbangan
adalah sebesar 20 juta, sehingga dirasa sangat kepadatan penduduk sebagai instrumen peng-
berat. Dan angka 2 jutaan itu, masih terlalu kecil hitungan tarif retribusi pengendalian menara tele-
sehingga perlu dicari rumusan yang tepat. komunikasi adalah pertimbangan resiko atas
keberadaan menara dan pertimbangan penda-
Aspek Keadilan patan, dalam memenuhi azas keadilan. Semakin
padat penduduk di lokasi menara berada, maka
Aspek keadilan dalam hubungannya Peme- semakin besar resiko yang akan diterima masya-
rintah Daerah dengan pihak penyedia atau rakat, sehingga secara tidak langsung tanggung
pemilik menara telekomunikasi adalah mense- jawab Pemerintah Daerah juga akan besar apabila
laraskan perumusan tarif retribusi. Pemilik atau menghadapi resiko kecelakaan, demikian seba-
penyedia menara telekomunikasi memiliki hak liknya. Sedangkan dari sisi pendapatan penyedia
untuk mendapatkan pelayanan dari pemerintah menara, semakin menara berada pada pemuki-
daerah atas keberadaan menara yang mereka man padat penduduk, maka semakin besar masya-
miliki dan mereka berkewajiban untuk membayar rakat di sekitar menara telekomunikasi akan
retribusi atas pelayanan yang mereka terima menggunakan fasilitas tower yang ada dan meru-
kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan keten- pakan sumber pendapatan bagi pemilik menara.
tuan dan peraturan yang dibuat. Sehingga untuk Demikian pula sebaliknya.
memenuhi aspek keadilan, dengan memperhi- Jika diklasifikasikan zonasi permukiman ber-
tungkan instrumen-instrumen, antara lain: zonasi, dasarkan tingkat kepadatan penduduknya, berda-
ketinggian menara, jenis menara, dan Jarak sarkan Peraturan Daerah Nomor 10/2012, tentang
Tempuh. Instrumen ini akan diklasifikasikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupa-
kemudian ditentukan nilai koefisien menaranya ten Sumbawa Tahun 2011-2031, sebagaimana
dan nilai koefisien ini akan menjadi pembangun ditunjukkan pada Tabel 2. Dari Tabel 2 diketahui
tarif RPM Telekomunikasi yang berkeadilan. bahwa klasifikasi a, nilai koefisien 1,00, adalah
Kepadatan Rendah yaitu wilayah dengan tingkt
1) Zonasi kepadatan bangunan ≤ 25 unit per Ha,. Klasifikasi
b, nilai koefisien 1,50, adalah Kepadatan Sedang
Zonasi merupakan wilayah atau kawasan yaitu wilayah dengan tingkat kepadatan bangunan
dengan fungsi dan karakteristik khusus. Menen- mencapai 26-50 unit per Ha. Klasifikasi c, nilai
tukan suatu kawasan bebas menara atau kawasan koefisien 2,00, adalah Kepadatan Tinggi yaitu
aman keberadaan menara, harus mempertim- wilayah dengan tingkat kepadatan bangunan 51-
bangkan daya dukung lahan dan ketentuan 100 unit per Ha.
peraturan terkait lingkungan hidup, keberlang- Sedangkan pertimbangan untuk kawasan
sungan fungsi kawasan, serta kebutuhan akan khusus yaitu dengan melihat akses jalan yang
menara di suatu kawasan. Menentukan instrumen dilalui oleh kendaraan umum, yang meliputi jalan
dan nilai koefisien daripada zonasi menara adalah
dengan melihat klasifikasi fungsi kawasan.

Tabel 2. Indeks Kepadatan Penduduk


Kriteria Bangunan/Ha Indeks Kepadatan Jumlah Menara Nilai Koefisien
Klasifikasi
a ≤ 25 unit Rendah 141 1,00
b 26-50 unit Sedang 57 1,50
c 51-100 unit Tinggi 30 2,00
Jumlah Menara 228

115
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 19 (1), 106-120: Januari 2018

Tabel 3. Indeks Akses Jalur Kendaraan Umum


Klasifikasi Indeks Akses Jalan Jumlah Menara Nilai Koefisien
a Jalan Negara 65 1,00
b Jalan Provinsi/Kabupaten 103 1,50
c Jalan lainnya (jalan desa/ jalan lingkungan / jalan usaha tani) 60 2,00
Jumlah Menara 228

Tabel 4. Indeks Ketinggian Menara


Klasifikasi Indeks Ketinggian Jumlah Menara Nilai Koefisien
a 0 s.d ≤ 30 24 1,00
b >30 s.d ≤ 60 105 1,50
c > 60 99 2,00
Total Menara 228

Tabel 5. Indeks Jenis Menara Menurut Struktur Bangunan Menara


Klasifikasi Indeks Jenis Menara Jumlah Menara Nilai Koefisien
a monopole 7 1,00
b triangular 123 1,50
c rectangular 98 2,00
Total Menara 228

Tabel 6. Indeks Jarak Tempuh (Kilometer)


Klasifikasi Indeks Jarak Jarak Kilometer Jumlah Menara Nilai Koefisien
a Dekat 0 s/d 30,5 94 1,00
b Sedang >30,5 s/d 60,5 54 1,50
c Jauh >60,5 80 2,00
Total Menara 228

negara, jalan provinsi atau kabupaten, dan jalan rendahnya menara. Ketinggian menara di sini
lainnya (jalan desa/jalan lingkungan/jalan usaha semata-mata dilihat berdasarkan aspek keadilan
tani). Selain pertimbangan akses jalan, pertim- dengan melihat sisi pendapatan penyedia menara
bangan dari sisi pembebanan anggaran dan prinsip telekomunikasi dan resiko yang ditimbulkan.
keadilan. Jalan negara, nilai koefisiennya kecil Karena tidak mungkin pemilik menara yang
sedangkan jalan lainnya koefisiennya besar karena memiliki menara yang rendah akan dikenakan
menggunakan anggaran pemerintah daerah. tarif yang nilainya sama dengan menara yang lebih
Sehingga jika dibuat klasifikasi dan dilihat nilai tinggi.
koefisien dari kawasan jalur kendaraan umum, Jika dilihat dari ketinggian menara-menara
dilihat dari akses jalan menuju lokasi menara tele- yang ada di kabupaten Sumbawa, rata-rata menara
komunikasi, adalah sebagaimana yang disajikan yang ada di Kabupaten Sumbawa memiliki
pada Tabel 3. ketinggian 54 meter dari total 228 menara yang
Berdasarkan akses jalur kendaraan umum, ada mulai dari yang terendah dengan ketinggian 10
klasifikasi a, untuk menara yang berada pada Jalan meter dan yang tertinggi 92 meter. Berikut adalah
Negara ditetapkan nilai koefisien sebesar 1,00. klasifikasi dan nilai koefisien dari instrumen
Klasifikasi b, untuk menara yang berada pada ketinggian menara.
Jalan Provinsi/Kabupaten, dengan nilai koefisien Menara dengan klasifikasi a adalah menara
1,50. Dan klasifikasi c, untuk menara yang berada dengan indeks ketinggian 0 sampai dengan 30
pada Jalan Lainnya yaitu meliputi jalan desa atau meter, sebanyak 24 menara dengan nilai koefisien
jalan lingkungan atau jalan usaha tani sebesar 2,00. 1,00. Dan menara dengan klasifikasi b adalah
menara dengan indeks ketinggian di atas 30 meter
2) Ketinggian Menara sampai dengan 60 meter, sebanyak 105 menara
dengan nilai koefisien 1,50. Sedangkan klasifikasi
Ketinggian secara langsung tidak memiliki c adalah menara dengan indeks ketinggian di atas
kaitan dalam hal pelayanan yang diberikan oleh 60 meter, sebanyak 99 menara dengan nilai
Pemerintah Daerah, karena pengawasan yang koefisien 2,00.
dilakukan tidak mengukur dari tinggi atau

116
Rasad et al. – Rekonstruksi Analisis Perhitungan Tarif Retribusi

3) Jenis Menara dicapai. Efektivitas juga menunjukkan hubungan


output dan tujuan. Jika kontribusi output pada
Jenis menara diklasifikasikan berdasarkan tujuan yang dicapai semakin besar, atau output
Struktur bangunan menara, terdiri dari: yang dihasilkan mampu memenuhi tujuan yang
diharapkan, maka semakin efektif suatu program,
a. Menara Mandiri (self supporting tower/SST), kegiatan atau organisasi (Noerdiawan dan
merupakan menara yang memiliki struktur Ayuningtyas, 2010).
rangka baja yang kokoh, dan berdiri sendiri, Jika dilihat efektivitas pengawasan dan
sehingga mampu menopang perangkat tele- pengendalian menara sebelum adanya keputusan
komunikasi dengan optimal. Menara ini MK, intensitas pengawasan biasanya dilakukan
dapat berupa menara berkaki 4 (rectangular dua kali setahun. Dilakukan atau tidak dilakukan
tower) dan menara berkaki 3 (triangular pengawasan dan pengendalian terhadap menara
tower), dan dapat berdiri di atas bangunan telekomunikasi tidak membawa dampak kepada
atau di atas tanah. hasil retribusi yang diharapkan. Ini dikarenakan
b. Menara Teregang (guyed tower), merupakan besarnya retribusi tidak dihitung berdasarkan
menara struktur rangka baja dengan biaya jasa pelayanan yang diberikan pemerintah
penampang lebih kecil dari menara mandiri daerah, melainkan berdasarkan perhitungan 2%
dan berdiri dengan bantuan perkuatan kabel dikalikan NJOP. Sehingga bisa dikatakan bahwa
yang ditambatkan pada tanah dan di atas pengawasan dan pengendalian menara teleko-
bangunan. Menara ini dapat berupa menara munikasi belum begitu efektif. Sedangkan setelah
berkaki 4 (rectangular tower) dan menara adanya keputusan MK, penghitungan retribusi
berkaki 3 (triangular tower). ditentukan dengan melihat besarnya biaya yang
c. Menara Tunggal (monopole tower), meru- dipikul pemerintah daerah, peningkatan intensitas
pakan menara satu rangka batang/tiang yang pengawasan dan pengendalian menara telekomu-
berdiri langsung pada tanah dan tidak dapat nikasi menjadi 4 kali setahun serta adanya kegiatan
didirikan di atas bangunan. Menara mono- pemasangan papan identitas menara (peneng).
pole terdiri dari menara berpenampang ling- Sehingga pemerintah daerah berkewajiban untuk
karan (circular pole) dan menara berpenam- memberikan pelayanan pengawasan apabila ingin
pang persegi (tapered pole). mendapat hasil (outcome) yang diharapkan.
Dibentuknya Tim Terpadu Penertiban Retribusi
Jika diklasifikasikan dan ditentukan nilai Pengendalian Menara Telekomunikasi, diharap-
koefisien berdasarkan struktur bangunan menara kan semakin meningkatkan efektivitas pengenda-
adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 5. lian menara telekomunikasi dan kinerja suatu
Klasifikasi a, untuk Jenis Menara monopole, organisasi.
dengan nilai koefisien sebesar 1,00. Klasifikasi b, Untuk melihat efektifnya pelayanan pengen-
untuk Jenis Menara Triangular, dengan nilai dalian menara telekomunikasi yang diberikan
koefisien sebesar 1,50. Dan klasifikasi c, untuk Pemerintah Daerah kepada penyedia menara
Jenis Menara Rectangular, dengan nilai koefisien telekomunikasi, digunakan konsep Value For
2,00. Money (VFM), sebagaimana dikemukakan
Klasifikasi a, adalah indeks jarak lokasi Mahsun (2013):
dengan Jarak Dekat adalah menara yang lokasinya
berada pada jarak 0 sampai dengan 30,5 (Realisasi Penerimaan/Target Penerimaan) x 100%
kilometer, dengan nilai koefisien 1,00. Klasifikasi
b, indeks Jarak Sedang adalah menara yang Ketentuan efektivitasnya adalah:
lokasinya berada pada jarak diatas 30,5 sampai - Jika x < 100%, berarti tidak efektif.
dengan 60,5 kilometer, dengan nilai koefisien - Jika x = 100%, berarti efektivitas berimbang.
1,50. Sedangkan klasifikasi c, indeks Jarak Jauh - Jika x > 100%, berarti efektif.
adalah menara yang lokasinya berada pada jarak
diatas 60,5 kilometer, dengan nilai koefisien 2,00. Pada Tabel 7 disajikan anggaran, target dan
realisasi penerimaan RPMT pada kegiatan Koor-
Efektivitas Pengendalian Pelayanan dinasi dan Sinkronisasi Peraturan Bidang Pos,
Telekomunikasi Dinas Perhubungan Komunikasi
Efektivitas berkaitan erat antara hasil yang dan Informatika Kabupaten Sumbawa Tahun
diinginkan dengan hasil sesungguhnya yang 2012 – 2016. Pada tahun 2012, efektivitas pengen-

117
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 19 (1), 106-120: Januari 2018

Tabel 7. Anggaran, Target dan Realisasi Penerimaan RPMT


Anggaran Penerimaan RPMT
Tahun %
(Rupiah) Target (Rp) Realisasi (Rp)
2012 31.583.200 535.000.000 827.822.159 154,73
2013 215.506.700 1.000.000.000 848.677.113 84,87
2014 29.478.200 2.000.000.000 190.611.344 9,53
2015 90.445.000 2.000.000.000 1.394.914.346 69,75
2016 181.100.000 2.000.000.000 425.086.516 21,25

dalian pelayanan efektif, dilihat dari pencapaian Pemanfaatan Penerimaan Retribusi


penerimaan RPMT sebesar 154,73% dari target
yang ditetapkan. Sedangkan tahun 2013 hingga Jika dicermati bunyi Pasal 161 ayat 1, pene-
tahun 2016, efektivitas pengendalian pelayanan rimaan RPMT, harus diupayakan guna membiayai
tidak efektif. Ini disebabkan oleh beberapa hal, penyelenggaraan kegiatan pengendalian dan
antara lain: target penerimaan yang terus pengawasan menara telekomunikasi. Misalnya
meningkat, peralihan pelayanan dari KPP Pratama untuk peningkatan kapasitas SDM, penganggaran
ke Pemerintah Daerah, terdapatnya kekeliruan ruang kerja, meja, kursi, dan sarana pendukung
NJOP menara, dan keterlambatan pengesahan kegiatan pengawasan dan pengendalian menara
Peraturan Daerah pasca Keputusan Mahkamah telekomunikasi. Secara umum, penerimaan
Konstitusi. Hingga pada tanggal 05 Desember RPMT telah membawa kontribusi bagi pening-
2016, Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa katan penerimaan PAD, meskipun belum mema-
Nomor 13/2016, yang mengganti Peraturan dai dan relatif kecil bagi Anggaran Pendapatan dan
Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 4/2012 Belanja Daerah (APBD) Kabupaten.
tentang Retribusi Pengendalian Menara Jika dilihat pada tabel 7: Anggaran, Target
Telekomunikasi, ditetapkan dan diundangkan. dan Realisasi Penerimaan RPMT dari tahun 2012
Bagaimana upaya Pemerintah Daerah untuk sampai tahun 2016, pemanfaatan penerimaan
tahun 2017 ini? Sekretaris Daerah Kabupaten RPMT mulai mengalami peningkatan anggaran.
Sumbawa, pada tanggal 16 Juli 2017, mengatakan Berdasarkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
bahwa: Pemerintah daerah telah melakukan dua (DPA) pada kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi
langkah strategis dalam rangka mengoptimalkan Peraturan Bidang Pos dan Telekomunikasi, mulai
PAD khususnya dari komponen retribusi daerah. tahun 2013 mengalami peningkatan meskipun
Pertama, penyempurnaan regulasi retribusi kecil sekali dibandingkan dengan penerimaan
perijinan tertentu, retribusi jasa usaha dan retribusi RPMT pada tahun sebelumnya. Misalnya, pada
jasa umum. Kedua, melakukan evaluasi progres tahun 2012, realisasi penerimaan mencapai
pencapaian target dan kendala yang dihadapi 154,73 persen dan anggaran pada tahun 2013
(https://www.kabarsumbawa.com, diakses tanggal meningkat sebesar 85,34 persen dibandingkan
13 Agustus 2017, Pukul 14:00) anggaran tahun sebelumnya. Pada tahun 2014,
Sekretaris Diskominfotik Kabupaten Sum- anggaran kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi
bawa Rachman Ansori mengungkapkan, hingga Peraturan Bidang Pos dan Telekomuniaksi
akhir kuartal pertama Tahun 2017 penerimaan mengalami penurunan, kemudian meningkat lagi
RPMT mencapai sekitar 68 persen. Kerjasama ditahun 2015 dan 2016. Namun dibandingkan
Tim Terpadu Pengendali RPMT yang melibatkan dengan tahun 2013, alokasi anggaran untuk
Kejaksaan Negeri, Badan Pendapatan Daerah, kegiatan pelayanan pengawasan dan pengendalian
Dinas Pol.PP Kabupaten Sumbawa, membawa menara telekomunikasi masih rendah.
hasil yang memuaskan bagi penerimaan RPMT.
Pencapaian ini merupakan dampak dari peneta- Tarif RPM Telekomunikasi
pan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa
Nomor 13 Tahun 2016 tentang RPMT dan Menurut UU 28/2009 tentang PDRD, bahwa
adanya komunikasi yang baik serta upaya pening- rumus penghitungan tarif RPM Telekomunikasi
katan pelayanan yang dibangun oleh Pemerintah adalah sebesar: TPJ X TR. Tingkat Penggunaan
Kabupaten Sumbawa dengan pemilik menara Jasa (TPJ), ditentukan dengan melihat frekuensi
yang ada di Kabupaten Sumbawa. pengawasan dan pengendalian selama 1 tahun
dengan asumsi dalam satu tahun anggaran terdiri

118
Rasad et al. – Rekonstruksi Analisis Perhitungan Tarif Retribusi

Tabel 8. Nilai Koefisien Berdasarkan Masing-masing Instrumen


Klasifikasi Instrumen Nilai Koef
Zonasi Keting Bentuk
Jarak tempuh
Jalan Kepadatan -gian (Mtr) menara
a Negara Jarang 0 sd ≤ 30 monopole 0 s/d ≤ 30,5 1,00
b Prov/Kab Sedang >30sd ≤60 triangular >30,5≤ 60,5 1,50
c Lainnya Padat >60 rectangular >60,5 2,00

dari 4 (empat) triwulan sehingga TPJ sebesar 4 RPMT = TPJ x TR


kali. Tarif Retribusi ditetapkan berdasarkan 4 x [biaya penyediaan jasa x
perkalian antara jumlah beban biaya penyediaan = rata-rata (koef. Zonasi + koef.
Jasa yang ditanggung Pemerintah Daerah dalam Ketinggian + koef. Jenis menara
penyelenggaraan pengendalian dan pengawasan + koef. Jarak tempuh)].
menara telekomunikasi dengan aspek keadilan
dengan memperhatikan koefisien instrumen Semakin besar nilai koefisien menara mendekati
zonasi, ketinggian, jenis menara dan jarak tempuh. angka 2,00, maka semakin besar tarif retribusi
Sebagaimana dalam Tabel 8. Dengan demikian, yang harus dibayarkan penyedia menara dan
rumusan tarif retribusi pengendalian menara potensi penerimaan PAD dari RPMT akan besar.
telekomunikasi untuk masing-masing menara jika Penerimaan RPMT membawa kontribusi
dihitung adalah: bagi penerimaan PAD, meskipun belum memadai
dan relatif kecil. Pada tahun 2013, Penerimaan
RPMT = TPJ x TR RPMT yang dialokasikan untuk APBD, yaitu
= 4 x (biaya penyediaan jasa berdasarkan pada kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi
aktivitas) x rata-rata (koefisien aspek Peraturan Bidang Pos dan Telekomunikasi, hanya
keadilan). sebesar 26,03 persen dari penerimaan retribusi
= 4 x Rp. 1.140.400 x rata-rata (koefisien tahun sebelumnya. Penerimaan RPMT yang
zonasi+koefisien ketinggian dialokasikan untuk APBD mengalami kenaikan
menara+koefisien jenis sebesar 47,45 persen pada tahun 2015 namun
menara+koefisien jarak tempuh) pada tahun 2016 turun kembali menjadi 12,98
persen. Pemanfaatan penerimaan RPMT masih
terbatas pada pembiayaan kegiatan penyeleng-
SIMPULAN garaan pelayanan pengawasan, pengendalian bagi
menara telekomunikasi dan belum mampu
Penarifan RPMT merupakan perkalian membiayai kegiatan peningkatan kapasitas
antara Tarif Retribusi (TR) dengan Tingkat Aparatur Sipil Negara (ASN) serta pengadaan
Penggunaan Jasa (TPJ). Tingkat Penggunaan Jasa sarana dan prasarana kegiatan pengawasan dan
diukur berdasarkan frekuensi kunjungan terhadap pengendalian menara telekomunikasi.
objek retribusi dengan asumsi dalam satu tahun Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini
anggaran terdiri dari 4 (empat) triwulan. Tarif adalah pertama, hanya memperhitungkan zonasi
Retribusi merupakan penjabaran atas prinsip dan dari sisi zona jalur kendaraan umum dan zona
sasaran penentuan tarif dengan memperhitungkan kepadatan penduduk. Sedangkan zona lainnya
aspek keadilan, biaya penyediaan jasa, efektivitas yang meliputi kawasan pertanian, pariwisata, tidak
pengendalian pelayanan dan kemampuan masya- dimasukkan sebagai koefisien penghitungan tarif.
rakat. Namun karena kemampuan masyarakat dan Kedua, penelitian ini hanya menghitung alokasi
efektivitas pengendalian sulit dikuantifikasi, biaya yang dikeluarkan dari sisi Pemerintah
sehingga nilai Tarif Retribusi hanya memperhi- Daerah semata. Sedangkan biaya-biaya sosial
tungkan perkalian antara jumlah alokasi beban (social cost), biaya lingkungan (environmental
biaya yang ditanggung Pemerintah Daerah dengan cost), adanya opportunity lost yang ditimbulkan
rata-rata koefisien aspek keadilan menara tele- bagi masyarakat akibat keberadaan menara
komunikasi yang diukur berdasarkan: zonasi jalur telekomunikasi tidak masuk sebagai rumusan
kendaraan umum, zonasi kepadatan penduduk, dalam penghitungan tarif.
ketinggian menara, jenis menara, dan jarak
tempuh. Sehingga jika dibuat dalam formulasi:

119
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 19 (1), 106-120: Januari 2018

DAFTAR PUSTAKA 06/SE/Dr/2011 tentang Petunjuk Teknis


Kriteria Lokasi Menara Telekomunikasi.
Bustami, B. dan Nurlela. 2013. Akuntansi Biaya. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Edisi Empat. Jakarta: Mitra Wacana Media. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Creswell, J. W. 2010. Research Design Yin, R. K. 2014. Studi Kasus: Desain & Metode.
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Mixed. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt55646
Pelajar. 8f6516ab/formulasi-tak-jelas--mk-hapus-
Hansen., D. R. dan M. M. Mowen. 2006. tarif-menara-telekomunikasi (diakses tanggal
Management Accounting Edisi Tujuh. 6 Juli 2015, pukul 14:12:13).
Jakarta: Salemba Empat. https://www.kabarsumbawa.com/2017/07/16/realis
Hunger., J. D. dan T. L. Wheelen. 2003. asi-apbd-2016-pemda-sumbawa-melebihi-
Manajemen Strategis. Yogyakarta: Penerbit target (diakses tanggal 13 Agustus 2017,
Andi. pukul 14:00 wita).
Islahuzzaman. 2011. Activity Based Costing Teori
dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Lestari, N. N., Sundarso dan Kismartini. 2015.
Implementasi Jasa Umum di Kabupaten
Wonogiri (Kasus Retribusi Pengendalian
Menara Telekomunikasi ). Indonesian
Journal of Public Policy and Management
Review, 4 (2), 474-484.
Mahsun, M. 2013. Pengukuran Kinerja Sektor
Publik. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Moleong, L. J. 2015. Metodologi Penelitian
Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Purwati, N. 2012. Dampak Dari Penerapan
Peraturan Menteri Bersama Tentang
Panduan Pembangunan dan Penggunaan
Menara Bersama Telekomunikasi
Terhadap Efisiensi Operator
Telekomunikasi Dalam Memperluas
Jaringan Telekomunikasi. Tesis. Universitas
Indonesia.
Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor
13 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa
Nomor 4 Tahun 2012 tentang Retribusi
Pengendalian Menara Telekomunikasi.
Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 4
Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian
Menara.
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri
Nomor 18 Tahun 2009, Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 07/PRT/M/2009, Menteri
Komunikasi dan Informatika Nomor
19/PER/M.KOMINFO/03/2009 dan
Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal Nomor 3/P/2009, tentang Pedoman
Pembangunan dan Penggunaan Bersama
Menara Telekomunikasi.
Surat Edaran Direktur Jenderal Penataan Ruang
Kementerian Pekerjaan Umum Nomor:

120

You might also like