Professional Documents
Culture Documents
Petunjuk Umum Kelas XII
Petunjuk Umum Kelas XII
Petunjuk Umum Kelas XII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pengajaran, ada berbagai jenis buku. Jenis-jenis tersebut, di antaranya buku
pelajaran atau buku teks, buku kerja (LKS), buku pengayaan, dan buku referensi. Adapun buku
pelajaran adakah buku yang menjabarkan program-program pelajaran dalam kurikulum sekolah.
Dengan kedudukan tersebut, buku pelajaran sering pula disebut dengan buku wajib. Buku
Cerdas Berbahasa dan Bersastra Indonesia XII ini termasuk ke dalam buku pelajaran yang
keberadaannya bisa menyertai kebersamaan guru dengan para siswanya dalam mempelajari suatu
materi tertentu yang ada di dalam kurikulum. Kehadiran buku pelajaran juga membantu guru
dalam memberikan pelayanan optimal kepada para siswanya.
1. Kehadiran buku memungkinkan guru untuk lebih banyak berhadapan dengan siswa secara
perorangan atau dengan kelompok-kelompok kecil.
2. Guru dapat memusatkan perhatiannya pada usaha membangkitkan minat siswa ketimbang
penyampaian materi atau aneka latihan belajar.
3. Karena buku memungkinkan siswa untuk mempersiapkan diri sebelumnya, kegiatan
pembelajaran di kelas dapat dimanfaatkan untuk pemantapan pemahaman dan kegiatan
praktik (Sari & Reigeluth, 1982: 56-57).
Buku Cerdas Berbahasa dan Bersastra Indonesia XII ini kami susun dengan berorientasi
pada tujuan-tujuan di atas. Kepentingan para siswa dalam menguasai materi-materi pelajaran
diharapkan dapat terlayani dengan kehadiran buku ini. Tidak saja dengan materinya yang
mengacu pada kurikulum 2013, buku Cerdas Berbahasa dan Bersastra Indonesia XII disertai
dengan latihan-latihan berbasis pendekatan pembelajaran ilmiah dan penilaian autentik.
Terlepas dari kelebihan-kelebihan buku ini, hal yang perlu diperhatikan adalah
pemakaiannya agar benar-benar bermanfaat bagi siswa. Cerdas Berbahasa dan Bersastra
Indonesia XII bukan untuk dihafalkan. Akan tetapi, buku ini hendaknya menjadi teman setia
yang dapat membantu para siswa dalam memahami dan memecahkan masalah. Masalah yang
dimaksud tidak hanya dalam kepentingan belajar, tetapi juga dalam pendalaman keilmuan,
kebahasaan, kesusastraan, serta kehidupan mereka sehari-hari.
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa (1) memiliki pengetahuan
yang memadai tentang konsep penggunaan bahasa dan sastra Indonesia dalam beragam genre
teks, (2) memiliki keterampilan dalam menggunakan bahasa dan sastra Indonesia secara lisan
dan tulis untuk kegiatan berpikir, bertindak, berekspresi, dan berkreasi, serta (3) memiliki dan
menerapkan sikap sosial dan sikap spiritual dalam hidup bersama (to live together) dengan
membangun komunikasi yang sesuai dengan konteks.
Penguasaan kompetensi pengetahuan tentang penggunaan bahasa ini harus dapat
diimplementasikan dalam kegiatan atau aktivitas berbahasa dan bersastra sehingga dapat
membantu dalam meningkatkan kompetensi keterampilan menggunakan bahasa dan sastra
Indonesia. Penggunaan bahasa dan sastra Indonesia dalam kehidupan sehari-hari peserta didik
digunakan untuk berpikir dan bertindak, serta berekspresi dan berkreasi. Dari penguasaan kedua
kompetensi tersebut, diharapkan tumbuh pemahaman tentang fungsi dan makna bahasa sebagai
wahana untuk berkomunikasi sehingga peserta didik diharapkan memiliki dan menerapkan
sikap sosial dan spiritual dalam kehidupannya sehari-hari. Pemahaman tentang fungsi dan
makna bahasa dan sastra Indonesia untuk berkomunikasi sosial akan berdampak iring pada
peserta didik dalam memiliki dan menerapkan sikap sosial dalam berbahasa dan bersastra,
memiliki rasa cinta bahasa Indonesia, serta menegakkan kedaulatan bahasa Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam proses pembelajarannya, guru harus berorientasi pada suatu kompetensi-
kompetensi dasar (KD dalam kurikulum yang tercakup kompetensi pengetahuan (KI-3) dan
keterampilan (K-4). Kedua kategori KI tersebut dipadukan ke dalam satu bab yang sama dan
dalam petunjuk guru ini, keduanya dipadukan di dalam RPP yang sama.
Mengomunikasi-
kan
Mengasosiasikan,
mencipta
Menalar
Menanya
Mengamati
1. Mengamati
Langkah ini bertujuan agar siswa memperoleh pemahaman yang nyata berkaitan dengan
materi yang akan dipelajarinya, di samping agar siswa memperoleh kebermaknaan atas proses
pembelajaran (meaningfull learning) yang diikutinya. Langkah ini memiliki keunggulan
tertentu, yaitu siswa dapat lebih bergairah untuk memulai pembelajaran sebab mereka
dihadapkan pada berbagai peristiwa kebahasaan nyata dan beragam. Mungkin pula hal tersebut
menjadi suatu persoalan yang mereka hadapi sehari-hari. Hanya saja, kegiatan pengamatan
tersebut biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang; juga memerlukan biaya
dan tenaga relatif banyak. Jika tidak terkendali, kegiatan tersebut akan mengaburkan makna serta
tujuan pembelajaran itu sendiri.
Namun, yang jelas, langkah pengamatan sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu siswa. Dengan demikian, proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
tinggi. Dengan langkah pengamatan, siswa bisa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara
fenomena kebahasaan di sekitar mereka dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh gurunya di dalam kelas.
Secara umum, langkah kegiatan pengamatan yang dimaksud dapat ditempuh dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menentukan jenis teks yang akan diobservasi.
b. Membuat pedoman observasi sesuai KD yang sedang dikembangkan.
c. Menentukan secara jelas langkah-langkah observasi yang akan dilakukan untuk
mengumpulkan data yang diinginkan, misalnya dengan membaca atau menonton tayangan.
d. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi.
Adapun yang dimaksud dalam observasi dalam buku siswa mencakup kegiatan membaca,
menyimak, ataupun menonton tayangan. Objek yang diobservasinya mencakup jenis-jenis teks
sebagaimana yang dituntut dalam KD pada kelas 10.
Untuk itu, pada setiap pengembangan babnya, pembahasan selalu diawali ajakan untuk
mengamati teks. Siswa diminta untuk membaca teks itu secara langsung atau dengan
mendengarkan pembacaan yang disampaikan temannya. Misalnya, untuk materi puisi. Pada
bagian awal pembahasanya, disajikan terlebih dahulu modelnya. Kemudian, siswa membaca
model teks puisi itu dan mengamatinya.
Selama proses mengamati, siswa dapat melakoninya dengan dua cara, yakni sebagai
berikut.
1) Pengamatan terstruktur, yaitu aspek-aspek yang harus diamati siswa telah ditentukan secara
sistematis oleh guru, misalnya pada struktur dan kaidahnya.
2) Pengamatan tidak berstruktur, yaitu aspek-aspek yang harus diamati siswa tidak
ditentukan secara baku. Dalam hal ini, siswa membuat catatan tentang hal-hal yang mereka
anggap menarik dari teks yang diamatinya.
2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia
membimbing atau memandu siswanya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan
siswanya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar
yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan
untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat
tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan
tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya “Apa yang dimaksud dengan berita?” Bentuk
pernyataan, misalnya: “Sebutkan ciri‐ciri berita!”
Fungsi kegiatan bertanya dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian siswa tentang suatu tema atau topik
pembelajaran.
b) Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan
dari dan untuk dirinya sendiri.
c) Mendiagnosis kesulitan belajar siswa sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari
solusinya.
d) Menstrukturkan tugas‐tugas dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
e) Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi
jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
f) Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan
berpikir, dan menarik simpulan.
g) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan,
memperkaya kosakata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
h) Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespons persoalan yang
tiba‐tiba muncul.
i) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama
lain.
Dalam pendekatan pembelajaran saintifik, yang diharapkan bertanya adalah siswa.
Pertanyaan-pertanyaan itu mengarah pada KD yang sedang dikembangkan. Dengan demikian,
dalam kaitan dengan pembelajaran sebelumnya, setelah siswa mengamati model teks, mereka
didorong untuk mengajukan sejumlah pertanyaan.
Dalam pengembangan buku teks ini, pertanyaan (tugas) disajikan dalam setiap kegiatan.
Model pertanyaan itu diharapkan dijadikan model oleh siswa dalam mengungkapkan hal-hal
yang ingin diketahuinya setelah mereka melakukan serangkaian kegiatan pengamatan (membaca,
mendengarkan, observasi lapangan).
Untuk membangkitkan minat siswa dalam bertanya, guru dapat melakukannya dengan
cara-cara berikut.
1. Menyediakan kartu kata (guntingan kertas, post-it). Kemudian, siswa menuliskan hal-hal
yang menjadi kepenasaranan/ketidakmengertiannya atas teks yang diamatinya.
2. Melakukan bursa pertanyaan, yakni dengan menyediakan kesempatan seluas-luasnya kepada
siswa untuk bebas bertanya sesuai dengan kepenasaran masing-masing. Kemudian, guru
memilih dan memilahnya untuk disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
3. Memberikan kata-kata kunci yang kemudian siswa menggunakannya sebagai dasar dalam
mengajukan pertanyaan berkaitan dengan teks yang mereka amati.
4. Memanfaatkan pertanyaan-pertanyaan yang tersedia di dalam buku siswa dengan
memilihnya sesuai dengan kepentingan masing-masing siswa. Mungkin pula siswa
menjadikan pertanyaan-pertanyaan itu untuk dijadikan sebagai model bagi pembuatan
pertanyaan lainnya.
3. Menalar
Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta‐fakta empiris yang
dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam kaitan dengan
pengembangan buku ini, penalaran mencakup dua cara, yakni penalaran induktif dan penalaran
deduktif.
a. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari berbagai
fenomena kebahasaan yang bersifat khsusus untuk hal‐hal yang bersifat umum. Dengan
demikian, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus‐kasus
kebahasaan yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi simpulan yang
bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi
inderawi atau pengalaman empirik.
Bentuk penalaran induktif dalam buku ini dinyatakan dengan dorongan, ajakan, tugas-tugas,
yang kemudian siswa dihadapkan pada pengertian, ciri-ciri, dan pernyataan-pernyataan
lainnya yang bersifat umum. Misalnya, untuk sampai pada pemahaman tentang pengertian
dan ciri-ciri berita, siswa ditunjukkan model berita terlebih dahulu. Kemudian, berita itu
dianalisis untuk kemudian sampailah pada perumusan pengertian dan ciri-ciri berita. Dengan
demikian, inti dari strategi pembelajaran induktif adalah bagian buku ini mendorong siswa
untuk mencari tahu atas konsep tertentu, sesuai dengan tuntutan KD.
b. Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan‐
pernyataan atau fenomena kebahasaan yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat
khusus. Dalam pengembangan buku ini, penalaran deduktif disampaikan pada bagian-bagian
materi yang dianggap belum dikenal siswa sebelumnya. Mereka tidak dihadapkan langsung
pada contoh kasus. Akan tetapi, didahului dengan sejumlah teori yang nantinya mereka
jadikan sebagai landasan dalam melakukan sejumlah analisis pada pembelajaran berikutnya.
Dengan demikian, strategi pembelajaran deduktif adalah bagian buku ini bertujuan untuk
memberi tahu atas materi yang sama sekali belum dipahami siswa.
Di dalam membekali kemampuan bernalar siswa, sebaiknya guru memfasilitas mereka
dengan penyediaan berbagai sumber referensi, baik yang dibagikan buku, e-book, atau potongan
artikel secara langsung di dalam kelas. Guru juga dapat menugaskan mereka untuk mengunjungi
perpustakaan ataupun meminta mereka berselancar melalui internet untuk membuka laman-
laman yang memaparkan materi-materi yang sesuai dengan tuntutan KD. Dengan demikian, di
samping wawasan mereka terkait dengan materi-materi pelajaran yang lebih luas dan mendalam,
kemampuan berliterasi mereka pun akan berkembang dengan sendirinya.
5. Mengomunikasikan
Kegiatan belajar mengomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang
dikembangkan dalam tahapan mengomunikasikan adalah mengembangkan sikap menghargai dan
menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,
dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam. Selain itu,
kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar, baik
lisan ataupun tertulis.
E. Penilaian
Penilaian di dalam mata pelajaran bahasa Indonesia secara umum untuk (1) mengetahui
ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran bahasa Indonesia; (2) memberikan gambaran yang
objektif tentang kemampuan berbahasa Indonesia siswa; (3) mengetahui kemampuan siswa di
dalam KI-KD tertentu; (4) menentukan kelayakan siswa dalam berbahasa Indonesia; (5)
memberikan umpan balik bagi kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia; (6) memberikan
motivasi belajar bagi siswa dan motivasi berprestasi bagi guru.
Adapun prosesnya meliputi tahapan-tahapan berikut.
1. Perencanaan, yang berisi kegiatan-kegiatan perumusan tujuan penilaian dan indikator-
indikatornya, yang meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Berangkat dari
indikator-indikator itu, ditetapkan instrumen yang sesuai. Untuk kepentingan tersebut,
sejumlah latihan yang tersedia di dalam buku ini dapat dimanfaatkan guru. Hal ini karena
latihan-latihan tersebut sudah disesuaikan dengan indikator-indikator pembelajaran yang
dinyatakan di dalam subjudul.
2. Pengumpulan data yang berupa kegiatan-kegiatan pelaksanaan penilaian, baik itu sebelum
kegiatan pembelajaran, dalam proses, maupun pada akhir pembelajaran. Termasuk dalam
kegiatan ini adalah pemeriksaan hasil penilaian dan pemberian skor.
3. Pengolahan data hasil penilaian yang mungkin dilakukan dengan teknik statistik atau
nonstatistik, tergantung jenis data yang diperoleh kualitatif atau kuantitatif.
4. Penafsiran terhadap hasil kegiatan pengolahan data dengan mendasarkan diri pada norma
tertentu.
5. Penggunaan hasil penilaian yang telah selesai diolah dan ditafsirkan sesuai dengan tujuan
penilaian.
Sebagaimana yang dipaparkan terdahulu, bahwa kegiatan penilaian dapat dilakukan
sebelum, selama, dan sesudah proses pembelajaran. Kegiatan evaluasi mengandung dua tujuan
utama, yaitu:
1. untuk mengetahui tingkat penguasaan atau pencapaian tujuan (indikator) pelajaran yang telah
dirumuskan;
2. untuk menentukan tindak lanjut berikutnya (follow up) yang mungkin diberikan atas tingkat
pencapaian tujuan pelajaran oleh siswa.
Oleh karena itu, perumusan instrumen penilaian harus mengacu kepada indikator ataupun
tujuan pelajaran yang dirumuskan, baik itu teknik dan bentuk instrumen, maupun butir-butir
penilaiannya.
Pada kurikulum 2013, pelaksanaan penilaiannya dikenal dengan istilah penilaian
autentik, yakni penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan
(input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar
secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan
menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan
dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari
pembelajaran.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Hal ini karena penilaian
semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa. Penilaian autentik
cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan siswa untuk
menunjukkan kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh
karena itu pula, jenis-jenis penilaian yang dikembangkan di dalam buku ini pun mengacu pada
kepentingan-kepentingan itu.
Jenis-jenis penilaian yang dikembangkan di dalam buku ini terjadi di dalam bentuk
kegiatan dan latihan yang harus dilakukan siswa, terutama selama proses pembelajaran
berlangsung.
1) Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Guru menilai kompetensi pengetahuan siswa terkait pencapaian kompetensi siswa
berkaitan dengan penguasaan mereka berkenaan dengan aspek-aspek pengetahuan. Bentuk
penilaian yang disajikan dalam buku siswa ada yang berupa pilihan benar-salah (ya-bukan),
pilihan ganda, menjodohkan, jawaban singkat, dan uraian.
Penilaian tersebut bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa berkenaan dengan
konsep informasi. Mereka diminta untuk memilih “ya-bukan” dengan disertai alasan-
alasannya. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok.
Bentuk penilaian lainnya disajikan dalam bentuk pilihan ganda. Misalnya, dalam
penilaian tersebut siswa diminta untuk memilih (mengelompokkan topik tentang peristiwa
alam, sosial, dan politik. Untuk menjaring pemahaman siswa pada aspek lainnya, di samping
agar siswa terhindar dari kejenuhan, disajikan pula bentuk jawaban singkat dan uraian.
Bentuk penilaian ditunjukkan untuk mengukur pemahaman siswa yang lebih tinggi.
Penilaian seperti ini disajikan hampir di setiap subpembelajaran.
2) Penilaian Keterampilan
Guru menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang
menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes
praktik, proyek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau
skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
a) Tes praktik (performansi) adalah penilaian yang menuntut respons berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. Bentuk
kegiatan siswa ketika mengikuti penilaian ini berupa diskusi, presentasi, penyuntingan,
dan kegiatan-kegiatan sejenis lainnya.
b) Proyek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan,
pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.
c) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan
seluruh karya siswa dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk
mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas siswa dalam kurun
waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan
kepedulian siswa terhadap lingkungannya.
Secara keseluruhan, hasil-hasil penilaian itu penting digunakan oleh guru di dalam
merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan
konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki
proses pembelajaran yang memenuhi standar penilaian pendidikan.