Petunjuk Umum Kelas XII

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

Kelas XII

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia pengajaran, ada berbagai jenis buku. Jenis-jenis tersebut, di antaranya buku
pelajaran atau buku teks, buku kerja (LKS), buku pengayaan, dan buku referensi. Adapun buku
pelajaran adakah buku yang menjabarkan program-program pelajaran dalam kurikulum sekolah.
Dengan kedudukan tersebut, buku pelajaran sering pula disebut dengan buku wajib. Buku
Cerdas Berbahasa dan Bersastra Indonesia XII ini termasuk ke dalam buku pelajaran yang
keberadaannya bisa menyertai kebersamaan guru dengan para siswanya dalam mempelajari suatu
materi tertentu yang ada di dalam kurikulum. Kehadiran buku pelajaran juga membantu guru
dalam memberikan pelayanan optimal kepada para siswanya.
1. Kehadiran buku memungkinkan guru untuk lebih banyak berhadapan dengan siswa secara
perorangan atau dengan kelompok-kelompok kecil.
2. Guru dapat memusatkan perhatiannya pada usaha membangkitkan minat siswa ketimbang
penyampaian materi atau aneka latihan belajar.
3. Karena buku memungkinkan siswa untuk mempersiapkan diri sebelumnya, kegiatan
pembelajaran di kelas dapat dimanfaatkan untuk pemantapan pemahaman dan kegiatan
praktik (Sari & Reigeluth, 1982: 56-57).
Buku Cerdas Berbahasa dan Bersastra Indonesia XII ini kami susun dengan berorientasi
pada tujuan-tujuan di atas. Kepentingan para siswa dalam menguasai materi-materi pelajaran
diharapkan dapat terlayani dengan kehadiran buku ini. Tidak saja dengan materinya yang
mengacu pada kurikulum 2013, buku Cerdas Berbahasa dan Bersastra Indonesia XII disertai
dengan latihan-latihan berbasis pendekatan pembelajaran ilmiah dan penilaian autentik.
Terlepas dari kelebihan-kelebihan buku ini, hal yang perlu diperhatikan adalah
pemakaiannya agar benar-benar bermanfaat bagi siswa. Cerdas Berbahasa dan Bersastra
Indonesia XII bukan untuk dihafalkan. Akan tetapi, buku ini hendaknya menjadi teman setia
yang dapat membantu para siswa dalam memahami dan memecahkan masalah. Masalah yang
dimaksud tidak hanya dalam kepentingan belajar, tetapi juga dalam pendalaman keilmuan,
kebahasaan, kesusastraan, serta kehidupan mereka sehari-hari.

B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa (1) memiliki pengetahuan
yang memadai tentang konsep penggunaan bahasa dan sastra Indonesia dalam beragam genre
teks, (2) memiliki keterampilan dalam menggunakan bahasa dan sastra Indonesia secara lisan
dan tulis untuk kegiatan berpikir, bertindak, berekspresi, dan berkreasi, serta (3) memiliki dan
menerapkan sikap sosial dan sikap spiritual dalam hidup bersama (to live together) dengan
membangun komunikasi yang sesuai dengan konteks.
Penguasaan kompetensi pengetahuan tentang penggunaan bahasa ini harus dapat
diimplementasikan dalam kegiatan atau aktivitas berbahasa dan bersastra sehingga dapat
membantu dalam meningkatkan kompetensi keterampilan menggunakan bahasa dan sastra
Indonesia. Penggunaan bahasa dan sastra Indonesia dalam kehidupan sehari-hari peserta didik
digunakan untuk berpikir dan bertindak, serta berekspresi dan berkreasi. Dari penguasaan kedua
kompetensi tersebut, diharapkan tumbuh pemahaman tentang fungsi dan makna bahasa sebagai
wahana untuk berkomunikasi sehingga peserta didik diharapkan memiliki dan menerapkan
sikap sosial dan spiritual dalam kehidupannya sehari-hari. Pemahaman tentang fungsi dan
makna bahasa dan sastra Indonesia untuk berkomunikasi sosial akan berdampak iring pada
peserta didik dalam memiliki dan menerapkan sikap sosial dalam berbahasa dan bersastra,
memiliki rasa cinta bahasa Indonesia, serta menegakkan kedaulatan bahasa Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam proses pembelajarannya, guru harus berorientasi pada suatu kompetensi-
kompetensi dasar (KD dalam kurikulum yang tercakup kompetensi pengetahuan (KI-3) dan
keterampilan (K-4). Kedua kategori KI tersebut dipadukan ke dalam satu bab yang sama dan
dalam petunjuk guru ini, keduanya dipadukan di dalam RPP yang sama.

C. Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Materi


Pengembangan kompetensi lulusan bahasa Indonesia ditekankan pada kemampuan
berbahasa lisan dan tulisan serta pengembangan kemampuan berpikir. Pengembangan
kemampuan tersebut dilakukan melalui berbagai materi. Di kelas XII, teks-teks itu mencakup
teks diskusi dan seminar, laporan kegiatan, artikel ilmiah, novel, ragam bahasa, puisi terjemahan,
sastra klasik, dan buku nonfiksi. Jenis-jenis itu dikembangkan sesuai dengan tujuan/KD masing-
masing dengan lisan dan tertulis.
Lingkup materi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di kelas XII mencakup tiga aspek,
yakni bahasa, sastra, dan literasi. Aspek bahasa dari setiap teksnya mengajarkan soal struktur dan
organisasi teks. Siswa belajar tentang struktur dari setiap teks terkait dengan kelengkapan dan
kepaduan susunannya. Kaidah kebahasaannya terkait dengan penggunaan kata dan kalimat
sebagai karakteristik dari setiap teks itu.
Ruang Lingkup sastra mencakup pembahasan konteks sastra, tanggapan terhadap karya
sastra, menilai karya sastra, dan menciptakan karya sastra. Pengenalan konteks sastra dapat
berupa peristiwa dalam sastra yang diambil dari dan dibentuk oleh faktor sejarah, sosial, dan
konteks budaya. Menanggapi karya sastra adalah kegiatan identifikasi gagasan, pengalaman, dan
pendapat dalam karya sastra dan mendiskusikannya. Menilai karya sastra merupakan kegiatan
menjelaskan dan menganalisis isi karya sastra dan cara pengarang menyajikan karyanya. Siswa
memahami, menafsirkan, mendiskusikan, dan mengevaluasi gaya khas pengarang dalam
menggunakan bahasa dan cara penceritaan. Menciptakan karya sastra adalah kegiatan akumulasi
dari pemahaman, penanggapan, dan penilaian sehingga siswa mendapatkan gambaran utuh
bagaimana karya sastra dibuat dan mencoba membuat karya sastra sendiri.
Ruang lingkup literasi mencakup kegiatan membaca, menafsirkan, menganalisis, dan
mengevaluasi teks. Siswa pun diharapkan dapat menghasilkan teks baru dalam bentuk ringkasan
dan resensi yang kemudian mereka komunikasikan pula secara lisan dan tertulis.
Deskripsi lengkap dari materi-materi itu untuk kelas XII adalah sebagai berikut:
 mengulas berbagai ide melalui diskusi dan seminar,
 menulis laporan kegiatan,
 memahami kohesi dan koherensi dalam artikel ilmiah,
 mengulas novel,
 mengidentifikasi penggunaan kalimat dalam berbagai ragam bahasa indonesia,
 menganalisis dan mengalihwahanakan puisi terjemahan,
 mendalami karya sastra klasik arab-melayu, dan
 mengulas isi dan unsur-unsur buku nonfiksi.
D. Desain Pembelajaran
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan pendekatan berbasis genre (teks). Hal itu tampak
dari materi-materi yang ada di dalamnya yang berorientasi pada pengembangan beragam jenis
teks. Adapun genre itu sendiri diartikan sebagai suatu peristiwa komunikasi, baik lisan ataupun
tertulis. Sementara itu, setiap peristiwa komunikasi itu sendiri diasumsikan memiliki tujuan
komunikatif yang khas yang juga berbeda dalam wujud komunikasinya: struktur teks dan kaidah-
kaidah kebahasaannya. Dengan demikian, teks dalam pendekatan berbasis genre tidak diartikan
sebagai suatu bentuk tulisan saja, semacam artikel, esai, dan sejenisnya; tetapi sebagai suatu
wujud dari peristiwa komunikasi (kegiatan berbahasa) dalam beragam kepentingan yang setiap
peristiwa berbahasa itu memilki tujuan, struktur, dan kaidah kebahasaan tersendiri.
Ada sebuah pendekatan yang disarankan di dalam mempelajari jenis-jenis teks itu, yakni
pendekatan pembelajaran bahasa terpadu (CLIL: content language integrated learning) .
Pendekatan itu meliputi empat aspek pembelajaran yang meliputi topik, strategi komunikasi,
kognisi, dan budaya (4C: content, cognitif, communication, culture).
1) Topik (content) berkaitan dengan isi atau topik pelajaran, seperti tentang kebersihan dan
lingkungan hidup.
2) Strategi komunikasi berkaitan dengan kegiatan atau konteks berbahasa, seperti membaca,
mendiskusikan, mempresentasikan, memaknai, membandingan, menganalisis,
mengkreasikan, melaporkan, dan mengomunikasikan.
3) Kegiatan berpikir siswa (cognitif) berkaitan dengan keterampilan berpikir dalam mempelajari
suatu topik, misalnya memaknai, menganalisis, membandingkan, dan mengkreasikan.
4) Budaya (culture) berkaitan dengan konteks atau kepentingan berbahahasa itu sendiri yang
dipengaruhi oleh unsur waktu, tempat, dan suasana.
Keempat aspek itu terintegrasikan pada sebuah strategi pembelajaran yang disebut sebagai
pendekatan pedagogi genre (genre pedagogy). Pendekatan pembelajaran itu diawali dengan
membangun konteks, diikuti dengan pemodelan, dilanjutkan dengan kegiatan kelompok dan
individual.
1. Dalam membangun konteks, guru perlu menjelaskan relevansi teks yang akan dipelajajari
siswa dengan penggunaannya di dalam kehidupan sehari-hari siswa, termasuk
kepentingannya di dalam membentuk kecakapan hidup mereka. Siswa pun perlu dikonstruksi
pengalaman dan kebiasannya terkait dengan jenis teks yang akan mereka pelajari.
2. Dalam langkah pemodelan, guru melakukannya dengan menunjukkan/memodelkan jenis-
jenis teks yang akan dipelajari siswa, sesuai dengan tuntutan KD. Adapun memodelkan teks
dapat berupa penyediaan teks secara tertulis dalam bentuk buku, guntingan wacana, e-book,
ataupun teks yang disajikan dalam komputer. Selain itu, dapat berupa tayangan yang
disajikan melalui perangkat multimedia.
3. Kegiatan kelompok (mengonstruksi terbimbing) yang dapat difasilitasi guru dapat berupa
diskusi, curah pendapat, dan kegiatan-kegiatan sejenis lainnya. Hampir setiap kegiatan yang
tersaji dalam buku siswa menuntut kegiatan seperti itu. Guru dapat memvariasikan
pelaksanannya, baik itu dalam organisasi/komposisi siswa ataupun bentuk penugasannya.
4. Kegiatan individual (mengonstruksi mandiri) dilaksanakan sebagai pengembangan dari
kecakapan yang telah diperoleh siswa melalui kegiatan kelompok. Dengan kegiatan
individual, kecakapan sebagaimana yang dituntut di dalam setiap KD dapat terinternalisasi
dalam diri setiap siswa dengan komprehensif.
Keempat simpul kegiatan itu didesain di dalam sebuah pendekatan ilmiah, yakni
pendekatan yang mengutamakan kemampuan berpikir siswa dengan berdasarkan fakta-fakta
yang sesuai dengan kompetensi pembelajaran. Namun, di dalam mengembangkan materi-materi
tersebut, guru dapat saja menggunakan model lain yang relevan. Adapun langkah-langkah
pembelajaran dari model saintifik di dalam pengembangan buku siswa adalah sebagai berikut.

Mengomunikasi-
kan
Mengasosiasikan,
mencipta

Menalar

Menanya

Mengamati

Langkah-langkah Pengembangan Pendekatan Ilmiah

1. Mengamati 
Langkah ini bertujuan agar siswa memperoleh pemahaman yang nyata berkaitan dengan
materi yang akan dipelajarinya, di samping agar siswa memperoleh kebermaknaan atas proses
pembelajaran (meaningfull learning) yang diikutinya. Langkah ini memiliki keunggulan
tertentu, yaitu siswa dapat lebih bergairah untuk memulai pembelajaran sebab mereka
dihadapkan pada berbagai peristiwa kebahasaan nyata dan beragam. Mungkin pula hal tersebut
menjadi suatu persoalan yang mereka hadapi sehari-hari. Hanya saja, kegiatan pengamatan
tersebut biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang; juga memerlukan biaya
dan tenaga relatif banyak. Jika tidak terkendali, kegiatan tersebut akan mengaburkan makna serta
tujuan pembelajaran itu sendiri.
Namun, yang jelas, langkah pengamatan sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu siswa. Dengan demikian, proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
tinggi. Dengan langkah pengamatan, siswa bisa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara
fenomena kebahasaan di sekitar mereka dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh gurunya di dalam kelas.
Secara umum, langkah kegiatan pengamatan yang dimaksud dapat ditempuh dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menentukan jenis teks yang akan diobservasi.
b. Membuat pedoman observasi sesuai KD yang sedang dikembangkan.
c. Menentukan secara jelas langkah-langkah observasi yang akan dilakukan untuk
mengumpulkan data yang diinginkan, misalnya dengan membaca atau menonton tayangan.
d. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi.
Adapun yang dimaksud dalam observasi dalam buku siswa mencakup kegiatan membaca,
menyimak, ataupun menonton tayangan. Objek yang diobservasinya mencakup jenis-jenis teks
sebagaimana yang dituntut dalam KD pada kelas 10.
Untuk itu, pada setiap pengembangan babnya, pembahasan selalu diawali ajakan untuk
mengamati teks. Siswa diminta untuk membaca teks itu secara langsung atau dengan
mendengarkan pembacaan yang disampaikan temannya. Misalnya, untuk materi puisi. Pada
bagian awal pembahasanya, disajikan terlebih dahulu modelnya. Kemudian, siswa membaca
model teks puisi itu dan mengamatinya.
Selama proses mengamati, siswa dapat melakoninya dengan dua cara, yakni sebagai
berikut.
1) Pengamatan terstruktur, yaitu aspek-aspek yang harus diamati siswa telah ditentukan secara
sistematis oleh guru, misalnya pada struktur dan kaidahnya.
2) Pengamatan tidak berstruktur, yaitu aspek-aspek yang harus diamati siswa tidak
ditentukan secara baku. Dalam hal ini, siswa membuat catatan tentang hal-hal yang mereka
anggap menarik dari teks yang diamatinya.

2. Menanya 
Guru yang efektif mampu menginspirasi siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia
membimbing atau memandu siswanya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan
siswanya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar
yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan
untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat
tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan
tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya “Apa yang dimaksud dengan berita?” Bentuk
pernyataan, misalnya: “Sebutkan ciri‐ciri berita!”
Fungsi kegiatan bertanya dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian siswa tentang suatu tema atau topik
pembelajaran.
b) Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan
dari dan untuk dirinya sendiri.
c) Mendiagnosis kesulitan belajar siswa sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari
solusinya.
d) Menstrukturkan tugas‐tugas dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
e) Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi
jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
f) Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan
berpikir, dan menarik simpulan.
g) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan,
memperkaya kosakata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
h) Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespons persoalan yang
tiba‐tiba muncul.
i) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama
lain.
Dalam pendekatan pembelajaran saintifik, yang diharapkan bertanya adalah siswa.
Pertanyaan-pertanyaan itu mengarah pada KD yang sedang dikembangkan. Dengan demikian,
dalam kaitan dengan pembelajaran sebelumnya, setelah siswa mengamati model teks, mereka
didorong untuk mengajukan sejumlah pertanyaan.
Dalam pengembangan buku teks ini, pertanyaan (tugas) disajikan dalam setiap kegiatan.
Model pertanyaan itu diharapkan dijadikan model oleh siswa dalam mengungkapkan hal-hal
yang ingin diketahuinya setelah mereka melakukan serangkaian kegiatan pengamatan (membaca,
mendengarkan, observasi lapangan).
Untuk membangkitkan minat siswa dalam bertanya, guru dapat melakukannya dengan
cara-cara berikut.
1. Menyediakan kartu kata (guntingan kertas, post-it). Kemudian, siswa menuliskan hal-hal
yang menjadi kepenasaranan/ketidakmengertiannya atas teks yang diamatinya.
2. Melakukan bursa pertanyaan, yakni dengan menyediakan kesempatan seluas-luasnya kepada
siswa untuk bebas bertanya sesuai dengan kepenasaran masing-masing. Kemudian, guru
memilih dan memilahnya untuk disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
3. Memberikan kata-kata kunci yang kemudian siswa menggunakannya sebagai dasar dalam
mengajukan pertanyaan berkaitan dengan teks yang mereka amati.
4. Memanfaatkan pertanyaan-pertanyaan yang tersedia di dalam buku siswa dengan
memilihnya sesuai dengan kepentingan masing-masing siswa. Mungkin pula siswa
menjadikan pertanyaan-pertanyaan itu untuk dijadikan sebagai model bagi pembuatan
pertanyaan lainnya.

3. Menalar 
Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta‐fakta empiris yang
dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam kaitan dengan
pengembangan buku ini, penalaran mencakup dua cara, yakni penalaran induktif dan penalaran
deduktif.
a. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari berbagai
fenomena kebahasaan yang bersifat khsusus untuk hal‐hal yang bersifat umum. Dengan
demikian, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus‐kasus
kebahasaan yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi simpulan yang
bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi
inderawi atau pengalaman empirik.
Bentuk penalaran induktif dalam buku ini dinyatakan dengan dorongan, ajakan, tugas-tugas,
yang kemudian siswa dihadapkan pada pengertian, ciri-ciri, dan pernyataan-pernyataan
lainnya yang bersifat umum. Misalnya, untuk sampai pada pemahaman tentang pengertian
dan ciri-ciri berita, siswa ditunjukkan model berita terlebih dahulu. Kemudian, berita itu
dianalisis untuk kemudian sampailah pada perumusan pengertian dan ciri-ciri berita. Dengan
demikian, inti dari strategi pembelajaran induktif adalah bagian buku ini mendorong siswa
untuk mencari tahu atas konsep tertentu, sesuai dengan tuntutan KD.
b. Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan‐
pernyataan atau fenomena kebahasaan yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat
khusus. Dalam pengembangan buku ini, penalaran deduktif disampaikan pada bagian-bagian
materi yang dianggap belum dikenal siswa sebelumnya. Mereka tidak dihadapkan langsung
pada contoh kasus. Akan tetapi, didahului dengan sejumlah teori yang nantinya mereka
jadikan sebagai landasan dalam melakukan sejumlah analisis pada pembelajaran berikutnya.
Dengan demikian, strategi pembelajaran deduktif adalah bagian buku ini bertujuan untuk
memberi tahu atas materi yang sama sekali belum dipahami siswa.
Di dalam membekali kemampuan bernalar siswa, sebaiknya guru memfasilitas mereka
dengan penyediaan berbagai sumber referensi, baik yang dibagikan buku, e-book, atau potongan
artikel secara langsung di dalam kelas. Guru juga dapat menugaskan mereka untuk mengunjungi
perpustakaan ataupun meminta mereka berselancar melalui internet untuk membuka laman-
laman yang memaparkan materi-materi yang sesuai dengan tuntutan KD. Dengan demikian, di
samping wawasan mereka terkait dengan materi-materi pelajaran yang lebih luas dan mendalam,
kemampuan berliterasi mereka pun akan berkembang dengan sendirinya.

4. Mengasosiasikan dan Mengolah Informasi


Pemahaman siswa tentang suatu konsep perlu dikembangkan pada konsep lain sehingga
mereka memperoleh pemahaman yang lebih utuh. Untuk itu, dalam setiap pengembangan KD,
kami menyajikan contoh teks yang beragam dengan struktur, kaidah, dan tingkat kesulitan yang
beragam. Hal itu dimaksudkan agar pemahaman siswa lebih meningkat dan komprehensif.
Dalam pengembangan KD tentang teks laporan hasil observasi, misalnya. Mula-mula disajikan
sebuah teks laporan. Selanjutnya, kami mengajak siswa untuk menganalisis teks laporan
observasi lainnya.
Untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif, siswa memang harus
menerapkan (mencoba) pada hal baru, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Dalam
buku siswa yang kami susun, mereka diharapkan dapat melakoni sejumlah kegiatan yang tersaji
di dalam setiap subpembelajarannya. Adapun kegiatan pembelajaran yang dapat dirancang guru
meliputi tahap persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
1) Persiapan
a. Menentapkan tujuan kegiatan.
b. Mempersiapkan teks tertentu yang relevan
c. Memberikan penjelasan mengenai langkah yang harus diperhatikan dan tahapan‐tahapan
yang harus dilakukan siswa.
2) Pelaksanaan
a) Selama kegiatan itu, guru ikut membimbing dan mengamati prosesnya. Di sini, guru harus
memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan‐kesulitan yang dihadapi oleh siswa
agar kegiatan itu berhasil dengan baik
b) Selama proses penerapan (mencoba), guru hendaknya memperhatikan situasi secara
keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan memecahkan masalah‐masalah yang
akan menghambat kegiatan pembelajaran. 
3) Tindak lanjut
a) Siswa mengumpulkan laporan hasil kegiatannya.
b) Guru memeriksa hasil kegiatan siswa.
c) Guru memberikan umpan balik kepada siswa atas hasil kegiatannya itu.
d) Guru dan siswa mendiskusikan masalah‐masalah yang ditemukan selama kegiatan
berlangsung.
Lagi-lagi, untuk melakoni rangkaian kegiatan tersebut, para siswa perlu difasilitasi
dengan sejumlah referensi. Di samping paparan materi yang telah kami sediakan pada buku
siswa, guru juga perlu menyediakan referensi lain dari perpustakaan sekolah, e-book, atau para
siswa ditugaskan untuk menyiapkan sendiri referensi-referensi itu. Mereka pun diharapkan dapat
memanfaatkan internet yang tersedia di sekolah secara maksimal, yang diakses melalui laptop
ataupun android masing-masing.

5. Mengomunikasikan
Kegiatan belajar mengomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang
dikembangkan dalam tahapan mengomunikasikan adalah mengembangkan sikap menghargai dan
menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,
dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam. Selain itu,
kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar, baik
lisan ataupun tertulis.

E. Penilaian
Penilaian di dalam mata pelajaran bahasa Indonesia secara umum untuk (1) mengetahui
ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran bahasa Indonesia; (2) memberikan gambaran yang
objektif tentang kemampuan berbahasa Indonesia siswa; (3) mengetahui kemampuan siswa di
dalam KI-KD tertentu; (4) menentukan kelayakan siswa dalam berbahasa Indonesia; (5)
memberikan umpan balik bagi kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia; (6) memberikan
motivasi belajar bagi siswa dan motivasi berprestasi bagi guru.
Adapun prosesnya meliputi tahapan-tahapan berikut.
1. Perencanaan, yang berisi kegiatan-kegiatan perumusan tujuan penilaian dan indikator-
indikatornya, yang meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Berangkat dari
indikator-indikator itu, ditetapkan instrumen yang sesuai. Untuk kepentingan tersebut,
sejumlah latihan yang tersedia di dalam buku ini dapat dimanfaatkan guru. Hal ini karena
latihan-latihan tersebut sudah disesuaikan dengan indikator-indikator pembelajaran yang
dinyatakan di dalam subjudul.
2. Pengumpulan data yang berupa kegiatan-kegiatan pelaksanaan penilaian, baik itu sebelum
kegiatan pembelajaran, dalam proses, maupun pada akhir pembelajaran. Termasuk dalam
kegiatan ini adalah pemeriksaan hasil penilaian dan pemberian skor.
3. Pengolahan data hasil penilaian yang mungkin dilakukan dengan teknik statistik atau
nonstatistik, tergantung jenis data yang diperoleh kualitatif atau kuantitatif.
4. Penafsiran terhadap hasil kegiatan pengolahan data dengan mendasarkan diri pada norma
tertentu.
5. Penggunaan hasil penilaian yang telah selesai diolah dan ditafsirkan sesuai dengan tujuan
penilaian.
Sebagaimana yang dipaparkan terdahulu, bahwa kegiatan penilaian dapat dilakukan
sebelum, selama, dan sesudah proses pembelajaran. Kegiatan evaluasi mengandung dua tujuan
utama, yaitu:
1. untuk mengetahui tingkat penguasaan atau pencapaian tujuan (indikator) pelajaran yang telah
dirumuskan;
2. untuk menentukan tindak lanjut berikutnya (follow up) yang mungkin diberikan atas tingkat
pencapaian tujuan pelajaran oleh siswa.
Oleh karena itu, perumusan instrumen penilaian harus mengacu kepada indikator ataupun
tujuan pelajaran yang dirumuskan, baik itu teknik dan bentuk instrumen, maupun butir-butir
penilaiannya.
Pada kurikulum 2013, pelaksanaan penilaiannya dikenal dengan istilah penilaian
autentik, yakni penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan
(input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar
secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan
menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan
dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari
pembelajaran.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Hal ini karena penilaian
semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa. Penilaian autentik
cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan siswa untuk
menunjukkan kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh
karena itu pula, jenis-jenis penilaian yang dikembangkan di dalam buku ini pun mengacu pada
kepentingan-kepentingan itu.
Jenis-jenis penilaian yang dikembangkan di dalam buku ini terjadi di dalam bentuk
kegiatan dan latihan yang harus dilakukan siswa, terutama selama proses pembelajaran
berlangsung.
1) Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Guru menilai kompetensi pengetahuan siswa terkait pencapaian kompetensi siswa
berkaitan dengan penguasaan mereka berkenaan dengan aspek-aspek pengetahuan. Bentuk
penilaian yang disajikan dalam buku siswa ada yang berupa pilihan benar-salah (ya-bukan),
pilihan ganda, menjodohkan, jawaban singkat, dan uraian.
Penilaian tersebut bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa berkenaan dengan
konsep informasi. Mereka diminta untuk memilih “ya-bukan” dengan disertai alasan-
alasannya. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok.
Bentuk penilaian lainnya disajikan dalam bentuk pilihan ganda. Misalnya, dalam
penilaian tersebut siswa diminta untuk memilih (mengelompokkan topik tentang peristiwa
alam, sosial, dan politik. Untuk menjaring pemahaman siswa pada aspek lainnya, di samping
agar siswa terhindar dari kejenuhan, disajikan pula bentuk jawaban singkat dan uraian.
Bentuk penilaian ditunjukkan untuk mengukur pemahaman siswa yang lebih tinggi.
Penilaian seperti ini disajikan hampir di setiap subpembelajaran.
2) Penilaian Keterampilan
Guru menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang
menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes
praktik, proyek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau
skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
a) Tes praktik (performansi) adalah penilaian yang menuntut respons berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. Bentuk
kegiatan siswa ketika mengikuti penilaian ini berupa diskusi, presentasi, penyuntingan,
dan kegiatan-kegiatan sejenis lainnya.
b) Proyek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan,
pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.
c) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan
seluruh karya siswa dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk
mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas siswa dalam kurun
waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan
kepedulian siswa terhadap lingkungannya.
Secara keseluruhan, hasil-hasil penilaian itu penting digunakan oleh guru di dalam
merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan
konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki
proses pembelajaran yang memenuhi standar penilaian pendidikan.

You might also like