Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Jaringan perdagangan dan pelayaran antarpulau di Nusantara terbentuk karena antarpulau saling

membutuhkan barang barang yang tidak ada di tempatnya. Untuk menunjang terjadinya hubungan

itu, para pedagang harus melengkapi diri dengan pengetahuan tentang angin, navigasi, pembuatan

kapal dan kemampuan diplomasi dagang. Dalam kondisi seperti itu, muncul lah saudagar saudagar

dan syahbandar yang berperan melahirkan dan membangun pusat pusat perdagangan di Nusantara

B.Rumusan Masalah

1.Bagaimana kedatangan islam ke Indonesia?

2.Bagaimana pola jaringan dan pelayaran antarpulau Indonesia dan hubungan dengan wilayah

lain di Asia Tenggara sampai jatuhnya malaka pada tahun 1511?

3.Apa saja mata uang yang digunakan pada masa itu?

4,Bagaimana munculnya kerajaan kerajaan bercorak islam di Indonesia?


Islam dan Jaringan Perdagangan Antarpulau

A.Kedatangan Islam ke Nusantara

Kedatangan Islam ke Nusantara mempunyai sejarah yang panjang. Satu di antaranya adalah
tentang interaksi ajaran Islam dengan masyarakat di Nusantara yang kemudian memeluk Islam.

Lewat jaringan perdagangan, Islam dibawa masuk sampai ke lingkungan istana.

Interaksi budaya Islam dengan budaya yang ada sebelumnya memunculkan sebuah jaringan
keilmuan, akulturasi budaya dan perkembangan kebudayaan Islam.

Waktu masuknya Islam di Nusantara sudah berlangsung sejak abad ke-7 dan 8 Masehi. Namun,
perkembangan dakwah baru betul dimulai kala abad ke-11 dan 12. Artinya dakwah di Nusantara
sudah merentang selama beberapa abad pada masa-masa awal. Indonesia sendiri pada masa-masa
itu, tidaklah asing dari pandangan musafir Arab.

1.Teori Gujarat

Teori India atau teori Gujarat menyebutkan agama islam masuk ke Indonesia melalui para
pedagang dari india muslim (Gujarat) yang berdagang di nusantara pada abad ke-13. Saudagar dari
Gujarat yang datang dari Malaka kemudian menjalin relasi dengan orang-orang di wilayah barat
di Indonesia, setelah itu terbentuklah sebuah kerajaan Islam yang bernama kerajaan Samudra
Pasai. Selain itu, teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai Malik
As-Saleh pada tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J.
Pijnapel. Teori ini dicetuskan oleh GWJ. Drewes dan dikembangkan oleh Snouck Hurgronje dan
kawan-kawan. Teori india atau teori Gujarat ini juga diyakini oleh sejarawan Indonesia Sucipto
Wirjosuprato soal awal mula masuknya islam di Indonesia adalah melalu india (Gujarat)
Di Pulau Sulawesi, Islam menyebar melalui hubungan Kerajaan-Kerajaan setempat dengan para
Ulama dari Mekkah dan Madinah, yang sebelumnya pula sempat singgah di Hadramaut untuk
menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok Nusantara.

2. Teori Arab (Mekah)

Selanjutnya ada teori Arab (Mekah) yang menyebutkan Islam masuk ke Indonesia langsung dari
Arab (Mekah) pada masa kekhalifahan. Teori ini didukung oleh J.C. van Leur hingga Buya Hamka
atau Abdul Malik Karim Amrullah. Menurut Buya Hamka, Islam sudah menyebar di Nusantara
sejak abad 7 M. Hamka dalam bukunya berjudul Sejarah Umat Islam (1997) menjelaskan salah
satu bukti yang menunjukkan Islam masuk ke Nusantara dari orang-orang Arab. Teori dan bukti
yang dipaparkan Hamka tersebut didukung oleh T.W. Arnold yang menyatakan kaum saudagar
dari Arab cukup dominan dalam aktivitas perdagangan ke wilayah Nusantara.

3. Teori Persia (Iran)

Teori yang menyatakan asal mula Islam masuk ke Indonesia dari Negara Persia (yang sekarang
bernama Negara Iran) didukung oleh Husen Djadjadiningrat dan Umar Amir Husen. Abdurrahman
Misno dalam Reception Through Selection-Modification: Antropologi Hukum Islam di Indonesia
(2016) menuliskan, Djajadiningrat berpendapat tradisi dan kebudayaan Islam di Indonesia
memiliki persamaan dengan Persia. Salah satu contohnya adalah seni kaligrafi yang terpahat pada
batu-batu nisan bercorak Islam di Nusantara. Adapula budaya Tabot di Bengkulu dan Tabuik di
Sumatra Barat yang serupa dengan ritual di Persia setiap tanggal 10 Muharam. Akan tetapi, seperti
yang kita ketahui, aliran Islam di Persia merupakan aliran Islam Syiah sedangkan aliran Islam yang
berkembang di Indonesia adalah aliran Sunni. Sehingga teori Persia ini dianggap kurang relevan
dengan fakta yang ada.

4. Teori Tiongkok

Ajaran Islam berkembang di Tiongkok pada masa Dinasti Tang (618-905 M) dibawa oleh
panglima muslim dari kekhalifahan di Madinah semasa era Khalifah Ustman bin Affan, yakni Saad
bin Abi Waqqash. Kanton pernah menjadi pusatnya para pendakwah muslim dari Tiongkok. Jean
A. Berlie (2004) dalam buku Islam in China menyebut relasi pertama antara orang-orang Islam
dari Arab dengan bangsa Tiongkok terjadi pada 713 M. Diyakini, Islam memasuki Nusantara
bersamaan migrasi orang-orang Tiongkok ke Asia Tenggara. Mereka memasuki wilayah Sumatra
bagian selatan, Palembang, pada 879 atau abad ke-9 M. Bukti lain adalah banyak pendakwah Islam
keturunan Tiongkok yang punya pengaruh besar di Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di
Jawa, seiring dengan keruntuhan Kemaharajaan Majapahit pada perjalanan abad ke-13 M.

B.Pola Jaringan Pelayaran Dan Perdagangan Antar pulau Serta Jatuhnya


Malaka

Kesultanan Malaka ada di Semenanjung Malaysia, Selat Malaka, hingga pesisir timur Sumatera.
Malaka adalah pintu masuk kolonialisasi bangsa Wilayah Nusantara yang pertama dikuasai
Portugis adalah Kesultanan Malaka. Pada abad ke-15, wilayah Eropa di Nusantara. Berikut sejarah
jatuhnya Kesultanan Malaka ke tangan Portugis seperti dikutip dari A History of Modern Indonesia

Di akhir abad ke-15, Portugis mencari Kepulauan Rempah-rempah. Rempah-rempah adalah


komoditas bernilai mahal di Eropa. Rempah-rempah digunakan untuk mengawetkan daging. Saat
itu, perdagangan rempah-rempah dikuasai para pedagang muslim. Bermodalkan kemampuan
geografi dan astronomi, Portugis mengirim para pelayar untuk mencari daerah yang dimaksud.
Pada 1487, pelayar Bartolomeu Dias pun mengitari Tanjung Harapan di Afrika dan memasuki
SamudraHindia.

Saat itu, Kesultanan Malaka adalah pusat perdagangan dunia. Pedagang dari Arab dan China
banyak ditemukan di wilayahnya. Tak mau kalah, Portugis mengutus Diogo Lopes de Sequeira.
Ia diminta untuk menemukan Malaka, menjalin persahabatan dengan penguasa setempat, dan
menetap di sana sebagai wakil raja Portugal wilayah sebelah timur India. Sequeira tiba di
Nusantara pada 1509. Awalnya ia disambut dengan ramah oleh penguasa Kesultanan Malaka,
Sultan Mahmud Syah. Namun para pedagang Islam internasional yang ada di Malaka meyakinkan
Mahmud bahwa Portugal merupakan ancaman berat. Sultan Mahmud Syah pun berbalik melawan
Sequeira. Anak buahnya ditangkap dan dibunuh. Empat kapal Portugis berusaha diserang
sebelum akhirnya berlayar kelaut lepas dan meninggalkan kepulauan nusantara.

Portugis belajar, satu-satunya cara memperkokoh kuasanya dengan penaklukan. Maka, pada April
1511, Albuquerque berlayar dari Goa ke Malaka dengan 1.200 prajurit dan 18 kapal. Peperangan
segera dimulai dan berlangsung secara sporadis sepanjang Juli hingga awal Agustus. Malaka saat
itu sedang menghadapi krisis kepeminan. Sultan Mahmud bertikai dengan putranya Sultan
Ahmad. Sultan Ahmad dibunuh atas perintah ayahnya. "Meskipun tampaknya Malaka telah
dilengkapi secara baik dengan meriam, tetapi gabungan antara daya tembak, kebulatan tekad, dan
keberaniannya yang fanatik telah membawa pihak Portugis menuju kemenangan," kata Ricklefs.
Malaka berhasil ditaklukkan. Albuquerque menetap di Malaka sampai November 1511. Ia
menyiapkan benteng pertahanan untuk menahan serangan balasan dari orang-orang Melayu.

C.Mata Uang

Selama berabad-abad berbagai benda dipakai sebagai alat pertukaran atau alat pembayaran seperti
kulit kerang, batu permata, gading, telur, garam, beras, binatang ternak, atau benda-benda lainnya.
Dalam perkembangan selanjutnya masyarakat menggunakan benda-benda seperti logam dan
kertas sebagai uang.

Pada awalnya, uang berfungsi sebagai alat penukar atau pembayaran. Seiring perkembangan
peradaban manusia, uang juga berfungsi sebagai alat penyimpan nilai, satuan hitung, dan ukuran
pembayaran yang tertunda.

Tampilan uang pun terus mengalami evolusi. Dari awalnya berbentuk barter, kemudian ke kulit
kerang, koin, kertas, plastik, dan kini dalam bentuk elektronik.

Bukti uang tertua di Indonesia disimpan di Museum Nasional. Terdapat koleksi dua uang logam
(no. inv. 2087 dan no. inv. 2119) dari zaman Hindu-Buddha di Jawa yang terbuat dari perak.
Bentuknya cembung, sisi depan bergambar pot bunga, dua tangkai bunga, dan garis-garis lekuk
sekitarnya seperti ruang-asap. Sedangkan pada sisi belakang terdapat bunga lotus mekar terletak
di dalam garis berbentuk persegi empat.
Kemudian Uang Kepeng mata uang tembaga dari Tiongkok. Selain itu, kerajaan-kerajaan Islam
juga mengeluarkan mata uang. Misalnya, Kesultanan Pasai dan Aceh (dirham dan mass dari emas
dan keuh atau kasha dari timah), Banten (kasha dari tembaga), dan Cirebon (picis dari timah).

Kedatangan bangsa Eropa membawa mata uang baru. Pada abad ke-16, Portugis mengedarkan
mata uang yang terbuat dari perak, yaitu piastre Spanyol yang disebut juga mat, pasmat, real, atau
dollar.

Setelah Portugis, Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC) menancapkan kaki di Nusantara. Pada
masa jayanya, beredar bermacam-macam mata uang seperti rijksdaalder, dukat, stuiver, gulden,
dan doit. Bahan yang digunakan adalah emas, perak, tembaga, nikel dan timah. Bentuknya bundar
pipih dengan ukuran diameter yang tidak sama. Mata uang tersebut dibuat di Negeri Belanda.

Setelah VOC bubar, Hindia Belanda berada di bawah pemerintahan Republik Bataaf (1799-1806).
Mata uang yang dikeluarkan bertuliskan Indiӕ Batavorum dengan satuan nilai gulden dan stuiver.

Ketika Belanda diduduki Prancis, Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1808-1811)
mengedarkan mata uang berinisial LN singkatan dari Louis Napoleon, adik Napoleon Bonaparte,
yang menjadi raja Belanda. Bentuk uang itu bundar pipih dan terbuat dari tembaga.

Inggris mengambil alih Hindia Belanda dengan Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan
Gubernur Jenderal (1811-1816). Raffles membuat mata uang rupee yang bentuknya bundar pipih
dan terbuat dari emas, perak, tembaga, dan timah. Kedua sisinya tertera tulisan Jawa dan Arab.
Mata uang ini dicetak di Batavia.

Diperkirakan kata “rupiah”, mata uang Republik Indonesia, berasal dari rupee yang ditulis dalam
bahasa Arab dengan ucapan roepiyah. Selain rupee, beredar pula uang bertuliskan EIC (East India
Company atau Kongsi Dagang India Timur).
D.Munculnya Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia

Kerajaan Islam diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-12 sampai dengan abad ke-
13.Berkembangnya kerajaan-kerajaan tersebut salah satunya di karenakan maraknya lalu lintas
perdagangan laut yang terjadi. Pedagang-pedagang Islam dari Arab, India, Persia, Tiongkok,
berbaur dengan masyarakat Indonesia yang menyebabkan menyebarnya agama Islam di Indonesia.
Kerajaan tersebut tersebar pesat dibeberapa daerah di Indonesia yaitu di Sumatra, Jawa, Maluku,
dan Sulawesi. Masuknya Islam di Indonesia menandai munculnya era baru dalam berbagai aspek
kehidupan yang berkembang di masyarakat. Aturan-aturan hidup yang mulai menjadi bagian yang
tidak terpisahkan mulai dipraktekkan atau diimplemantasikan dalam setiap aspek kehidupan.
Aturan-aturan hidup tersebut tidak hanya berkaitan dengan aspek legalitas formal yang
bernuansa hukum, melainkan pula nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam yang
berkaitan dengan aspek kehidupan ekonomi budaya, sosial kemasyarakatan bahkan politik yang
menjadi bagian dari bagaimana Islam mendekatkan diri pada masyarakat Nusantara

Awal masuknya Islam ke Indonesia tidak bersamaan, karena ada beberapa daerah yang sejak dini
telah dimasuki oleh Islam dan ada belum pernah dimasuki Islam. Sejarawan Islam berpendapat
bahwa Islam pertama kali masuk ke Indonesia adalah di daerah pulau Sumatera (sekitar abad ke-
7 dan 8 M). Sedangkan, Islam masuk ke Jawa pada waktu dikuburkan Fatimah binti Maimun di
Laren (Gresik) sekitar tahun 475 H (1082 M). Kedatangan Islam ke belahan Indonesia bagian
Timur ke Maluku juga tidak dapat dipisahkan dari kegiatan perdagangan, yang diperkirakan masuk
pada abad ke 14 Masehi. Di Kalimantan khususnya di daerah Banjarmasin proses Islamisasi di
daerah ini terjadi kira-kira tahun 1550 M. Adapun di pulau Sulawesi terutama di bagian selatan
telah di datangi pedagang muslim pada abad ke-15 M. Sedangkan sekitar pada abad ke-12
masyarakat muslim tersebut selanjutnya menumbuhkan kerajaan Islam dan tercatatlah sejumlah
kerajaan-kerajaan Islam di nusantara seperti Perlak, Pasai, Aceh Darussalam, Pagaruyung,
Kepaksian Sekala Brak, Banten, Demak, Mataram, dan lain sebagainya. Tercatat pula
kerajaan Gowa, Tallo, Bone di Sulawesi, Ternate, dan Tidore di Maluku.
PENUTUP

A.Kesimpulan

Kedatangan Islam ke Nusantara amat penting. Satu di antaranya adalah tentang interaksi ajaran
Islam dengan masyarakat di Nusantara yang kemudian memeluk Islam.

Lewat jaringan perdagangan, Islam dibawa masuk sampai ke lingkungan istana.

Interaksi budaya Islam dengan budaya yang ada sebelumnya memunculkan sebuah jaringan
keilmuan, akulturasi budaya dan perkembangan kebudayaan Islam.

Waktu masuknya Islam di Nusantara sudah berlangsung sejak abad ke-7 dan 8 Masehi. Namun,
perkembangan dakwah baru betul dimulai kala abad ke-11 dan 12. Artinya dakwah di Nusantara
sudah merentang selama beberapa abad pada masa-masa awal. Indonesia sendiri pada masa-masa
itu, tidaklah asing dari pandangan musafir Arab.

Masuknya Islam di Indonesia menandai munculnya era baru dalam berbagai aspek kehidupan yang
berkembang di masyarakat. Aturan-aturan hidup yang mulai menjadi bagian yang tidak
terpisahkan mulai dipraktekkan atau diimplemantasikan dalam setiap aspek kehidupan. Aturan-
aturan hidup tersebut tidak hanya berkaitan dengan aspek legalitas formal yang bernuansa hukum,
melainkan pula nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam yang berkaitan dengan
aspek kehidupan ekonomi budaya, sosial kemasyarakatan bahkan politik yang menjadi bagian dari
bagaimana Islam mendekatkan diri pada masyarakat Nusantara

B.Saran

Alangkah baiknya kita harus selalu mengingat kembali sejarah yang terjadi pada masa lampau

Seperti Terjadinya peristiwa perdagangan dan pelayaran antar pulau di Indonesia,sejarah tersebut
sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia,dari segi kepercayaan ,perekonomian
,pelayaran dan masih banyak lagi.

Banyak makna yang dapat kita ambil dari sejarah terseut


D

O L E H

Gilang arya seno rois


Nayla maulana

Syifa andhara sembiring

Dwyta amalya

Isfandiar fadillah

You might also like